1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini merupakan suatu yang tidak dapat dihindari oleh seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia merupakan bagian dari masyarakat didunia memiliki kewajiban untuk secara terus menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pemerintahan dan pembangunan yang sejalan dengan prinsip demokrasi, penghindaran dari salah dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politikal dan administratif. Sementara pengertian desa menurut Mahsun (2009:33) adalah desa dalam undang-undang ini adalah kesatuan mayarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengukur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945 dan landasan pemikiran dalam peraturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Kemudian dalam pengelolaan keuangan desa menurut Soemantri (2010:135) bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran, dan dikelola dalam masa I (satu) tahun yakni mulai bulan Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. 1 2 Transparasi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Partisipasi maksudnya mengikutsertakan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lernbaga perwakilan atau melalui permusyawaratan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktifitas yang dilakukan. Untuk mewujudkan good governance diperlukan perubahan paradigma pemerintahan yang mendasar dan sistem lama yang sentralistis, ketika pemerintah desa yang masih bergantung pada kebijakan. Paradigma tersebut menuntut suatu sistem yang mampu mengurangi ketergantugan dan bahkan menghilangkan ketergantungan pemerintah desa kepada pemerintah daerah sehingga mampu untuk membuat laporan yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku pada saat itu. Menanggapi paradigma baru tersebut maka pemerintah memberikan otonomi kepada desa dengan adanya tanah kas desa dan penghasilan lain dari pungutan yang sudah ditentukan dalam Peraturan Desa sehingga pemerintah desa dapat mengelola keuangannya sendiri dengan bertujuan untuk memungkinkan desa mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Pada saat dimulainya otonomi daerah untuk desa diharapkan pemerintah desa semakin mandiri dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun melakukan pembangunan di desa masing-masing, karena setiap desa diberi kebebasan untuk mengelola desa masing-masing. Oleh karena itu desa juga diberi kebebasan 3 dalam hal penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan pada pemerintah desa dapat memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar panyusunan anggaran pada periode berikutnya, penilaian prestasi kerja pemerintah serta sebagai alat pemotivasi. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan dalam suatu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama diinginkan untuk membandingkan realisasi pendapatan belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi setiap entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Seiring dengan reformasi dibidang keuangan negara maka perlu dilakukan perubahan-perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar reformasi di bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan yang signifikan adalah perubahan dibidang akuntansi pemerintahan karena melalui proses akuntasi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing. Penyusunan pelaporan keuangan desa pada awalnya berpedoman pada PERMENDAGRI No. 37 Tahun 2007 yang kemudian diperbarui pada tanggal 31 desember 2014 dengan adanya PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 adalah dalam rangka meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dimaksud dapat meningkatkan kreditabilitasnya dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan 4 keuangan pemerintah desa yang telah disesuaikan dan disahkan, sehingga good governance dapat tercapai. Dengan terbitnya pedoman pengelolaan keuangan desa, selain untuk rnewujudkan good governance juga jawaban atas perlunya pedoman pelaporan keuangan Pemerintah Desa yang lebih baik daripada peraturan perundang-undangan yang sebelumnya. PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 adalah pedoman pengelolaan keuangan desa yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 merupakan persyaratan yang mempunyai ketaatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah desa yang dilaporkan kepada Bupati. Peraturan tersebut menjadi dasar bagi Pemerintah Desa sebagai entitas pelaporan dalam menyajikan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada berbagai pihak khususnya masyarakat desa dan Pemerintah Daerah. Peraturan tersebut juga berguna bagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak diluar organisasi. Pada pengguna laporan keuangan didalam organisasi akan dapat memahami informasi yang disajikan dengan kriteria atau persepsi yang dipahami secara sama dengan penyusun laporan keuangan. Bagi auditor, khususnya Inspektorat Kabupaten dan aparat pemeriksa lainnya, PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 digunakan sebagai kriteria dalam menilai informasi yang disajikan. Dengan demikian PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan pemeriksaan. 5 Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 yang sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan good governance. Alasannya adalah terpenuhinya tiga elemen good governancee yaitu akuntabilitas, transparasi, dan partisipasi. Pertama, akuntabilitas karena dengan adanya pedoman, pengungkapan efektifitas dan efisiensi APB Desa menjadi bersifat kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Kedua, transparasi karena dengan adanya pedoman, aparat pemeriksa menjadi mudah menyingkap tempat-tempat sembunyi korupsi karena mempunyai basis baku, mantap dan komprehensif dalam tugas pemeriksaan keuangan dan audit atas laporan keuangan. Ketiga, partisipasi karena dengan adanya pedoman, rakyat pada setiap desa di Kabupaten melalui laporan APB Desa makin mampu mengendalikan desanya. Peraturan tentang Pengelolaan Keuangan Desa digunakan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang andal dan dapat dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan. Tanpa adanya pedoman ini, maka laporan yang dihasilkan oleh pemerintahan desa bisa jadi berbeda-beda antar desa yang pada gilirannya akan memunculkan persoalan-persoalan baru dilingkungan Pemerintah Desa. Oleh karena itu, setiap penyajian Iaporan keuangan Desa harus mengikuti pedoman ini, meskipun pemerintahan daerah belum sepenuhnya dapat mengikuti pedoman ini. Desa Sentul Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang, dalam penyusunan laporan keungan masih mengalami kendala-kendala atau masalahmasalah yang menyebabkan penyajian laporan keuangan berdasarkan 6 PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 tidak berjalan dengan apa yang diharapkan. Salah satu kendala tersebut disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia yang mengalami kesulitan untuk mampu mengikuti perubahan peraturan dalam penyajian laporan keuangan, kendala lainnya adalah keterbatasan jumlah ataupun kualitas dari perangkat pendukung yang tersedia untuk digunakan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan Pemerintahan judul: Desa "Evaluasi Pada Penyajian Pemerintahan Desa Laporan Keuangan Sentul Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang ". 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Sentul Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang sudah sesuai dengan PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan Desa Sentul Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang telah sesuai dengan PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 7 1.4 Manfaat Penelitian Setiap hasil penelitian pada prinsipnya harus berguna bagi penunjuk praktek pengambilan keputusan dalam artian yang cukup jelas. Manfaat tersebut diharapkan baik bagi Pemerintah Desa Sentul, pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa serta sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam menetapkan peraturan terkait dengan penelitian ini.Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Kontribusi Praktis Merupakan kontribusi hasil penelitian bagi pihak yang menjadi objek penelitian atau praktik pada umumnya, terutama berkaitan dengan alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat diambil. a. Memberikan informasi bagi pihak Desa Sentul dan masyarakat luas tentang pengelolaan keuangan desa, sehingga dapat memberikan ilmu yang benarbenar pada pengembangan kemajuan masyarakat. 2. Kontribusi Teoritis Merupakan kontribusi hasil penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk belajar dan memperluas wawasan mengenai penyajian laporan keuangan daerah sesuai dengan PERMENDAGRI No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Lumajang pada laporan keuangan Pemerintah Sentul Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang. 8 b. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan masukan bagi penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. 3. Kontribusi Kebijakan Merupakan kontribusi hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan bagi kalangan regulator dalam menetapkan peraturan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. a. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak Kepala Desa Sentul, terutama dalam penyusunan laporan keuangan yang semula belum teratur menjadi sedikitnya lebih teratur dan terarah. 1.5 Batasan Masalah Agar dalam pembahasan pokok permasalahan lebih terfokus, maka penulis memberi batasan pada perumusan masalah yang telah dibuat, yaitu : 1. Penyajian laporan keuangan yang akan diteliti dibatasi pada lingkungan yang terbatas yaitu Pemerintahan Desa Sentul Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang. 2. Penulis membatasi pembahasan penyajian laporan hanya pada APBDesa, Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa, Laporan Pertanggung-jawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa, Laporan Kekayaan Milik Desa yang kesemuanya diambil pada tahun anggaran 2015