Demokrasi model Barat tidak cocok untuk Tiongkok. 15 Desember 2014 Penulis : Tian Wen Lin Sumber : majalah《Qiu Shi,求是》(qstheory.com) Diterjemahkan oleh: Indarto.Tan Xi Jin Ping (习近平),presiden Tiongkok berkata : “Tiongkok adalah sebuah negara besar, tidak dibenarkan dalam masalah yang mendasar melakukan kesalahan yang sifatnya menjatuhkan, apabila hal itu terjadi, tidak mungkin lagi bisa ditolong dan direvisi. “Sistem kenegaraan adalah dasar kekuasaan menyangkut sebuah negara, bila dalam perjalanan reformasi timbul masalah, mungkin saja “perbedaan satu mili, menimbulkan kesalahan seribu mil”. Dalam waktu yang cukup panjang, demokrasi model Barat oleh beberapa orang dianggap sebagai idealisme sistem perpolitikan yang boleh danggap “taraf ahkir sejarah”. Tetapi, dari gejala melihat hakekat, demokrasi model Barat sendiri mengandung cacat struktural, dicontoh dan kemudian didijiplak dibigitu saja, bagi Tiongkok selain tidak bisa dijalankan, bahkan akan mendatangkan malapetaka yang dalam bagi negara. Pertama, inti demokrasi Barat adalah apa yang disebut pemilihan bebas “satu orang satu suara” yang kelihatannya demokratis, tetapi kenyataannya sulit bagi “rakyat menjadi tuan dirumanya sendiri”. Hakekat politik adalah masalah kekuasaan pemerintah, kunci permasalahan adalah siapa yang memgang kekuasaan. Dilihat dari sudut pandang ini, masalah bentuk kenegaraan barulah inti dari masalahan kehidupan politik. Demokrasi hanyalah alat bagi penguasa pemerintah, dasarnya tidak ada demokrasi abstrak yang diluar pemikiran golongan. Dilihat dari permukaan, pemilihan bebas persaingan multi partai memberi kesempatan bagi semua anggota masyarakat untuk memenangkan dalam kesertaan pemilihan umum, kelihatannya seperti paling bisa mewujutkan keinginan rakyat. Tetapi kenyataan didalam praktek, pemilu (pemilihan umum) adalah persaingan dalam sumber-daya, kekayaan dan pengaruh. Orang biasa yang miskin dana, dalam persaingan jangan harap bisa menang. Sebagai contoh, beberapa negara Timur-tengah sejak awal zaman penjajahan sudah mengetrapkan sistem demokrasi model Barat, tetapi, penguasa yang sesungguhnya tetap lapisan kaum tuan-tanah, pengusaha besar dan kaum ningrat tradisional. Di Asia-selatan, pemilu demokratis telah berlangsung berpuluh tahun, pemenangnya selalu bebrapa anggota keluarga-elit. Saat ini, percaturan demokrasi di Ukraina sama saja dibayang-bayangi oleh persaingan kaum oligarki berlatar belakang negara besar. Sekali pun Amerika yang diunggulkan sebagai “Percontohan demokrasi” pemilu demokrasi 1 kenyataannya sama dengan “Permainan orang kaya”. Ekonom kenamaan Amerika Joseph Stieglitz pernah berkata, sistem pemerintahan kita saat ini dasarnya adalah menjalankan “satu dolar satu suara” bukan “satu orang satu suara”. Sebuah penelitian dari Universitas Prinston dan North West university menyimpulkan, kelompok organisasi yang mewakili kepentingan elit ekonomi dan bisnis memiliki pengaruh independen yang menentukan dalam strategi Amerika, sedang yang membela kepentingan umum dan masyarakat kecil sedikit atau tidak memiliki pengaruh independen. Tanggal 2 April 2014, jaksa tinggi federal mengumumkan dihapuskannya batas atas sumbangan bagi calon pemilu federal dan partai, ini berarti meratakan jalan bagi pemilihan demokrasi yang dikendalikan oleh uang. Dari sini bisa dilihat, politik demokrasi model Barat hakekatnya adalah satu permainan oleh sebagian kecil oligarki, rakyat biasa hanya berperan sebagai pemain sampingan. Kurangnya analisa mendasar dalam masalah demokrasi, hanya semata-mata demi merealisir “kebebasan demokrasi” , menganggap merubah sistem politik sebagai “obat mujarab tiap penyakit”, menghindari masalah inti, yaitu “siapa sesunggnya yang berkuasa”. Sikap demikian ini kalau bukannya ceroboh ya pura-pura ceroboh. Kedua, politik demokrasi Barat menekankan kontrol pembatasan dengan membagi kekuasaan, persaingan multi partai, supremasi hak pribadi dll. Berbagai macam kontrol pembatasan ini dengan sendiri telah mengorbankan effektivitas dan fungsi pemerintah. Seorang ekonom Amerika menyimpulkannya dengan sebuah hukum “Dalil tidak mungkin” : Masyarakat yang memilih cara minoritas tunduk pada mayoritas, tidak menjamin terpilihnya keluasan, kesatuan, independency, tidak diktator, demokrasi tidak menjamin tercapainya keinginan umum. Dengan lain perkataan, multi expresi tidak mungkin secara bersama menjamin efficiensi. Deng Xiao Ping pernah mengeritik sistim “trias politika” Amerika, dalam kenyataan ada tiga pemerintahan, “Kedalam saling berkelahi, mencari repot sendiri”. Tahun 2013, antara pemerintah dan DPR Amerika saling adu otot mengenai hutang pemerintah, dengan ditutupnya kantor pemerintahan, peristiwa ini sepenuhnya menggambarkan permasalahan yang ditimbulkan oleh sistem demokrasi-Barat. Didalam negara yang sedang berkembang yang sistem demokrasinya belum matang , masalah seperti ini semakin menonjol, terpecahnya kekuatan masyarakat dan kemampuan pemerintah yang melemah disebabkan oleh sistem demokrasi-Barat, kenyataannya telah mengganjal berkembangnya ekonomi dan ancaman terhadap kesetabilan politik. Maka, oleh sementara negara berkembang yang tidak mempedulikan kondisi kenegaraannya, secara membabi-buta melaksanakan demokrasi sistem demokrasi-Barat, kadang-kadang 2 menimbulkan pergolakan masyarakat, kualitas hidup rakyat menurun bahkan menuju negara yang gagal. Contoh tipikal adalah posisi sulit dalam hal demokrasi yang terjadi di Thailand, Ukraina dan Mesir. Semenjak tahun 1932 Thailand telah mengadopsi sistem monarkikonstitusional, tetapi, secara terus-menerus terjadi silih berganti pemerintahan antara sipil dan militer. Demikian juga, tahun 2011, setelah Ukraina merdeka, mengadopsi demokrasi-Barat, konsekuensinya situasi politik bertahun-tahun tidak setabil, hingga saat ini perkembangan ekonominya belum sebanding dengan sebelum merdeka. Tahun 2011, Mesir mulai “demokratisasi”, hasilnya negara terjerumus kedalam pertikaian antar golongan tanpa henti-hentinya. Ketiga, negara itu masing-masing berada di Asia, Eropa dan Afrika, tetapi secara bersamaan mementaskan adegan “Demokrasi yang menyebabkan kegagalan dan pelemahan”. Diantero dunia, belum ada contoh dimana negara sedang berkembang dengan menjiplak sistem demokrasi-Barat menjadi setabil dan makmur. Sebaliknya, demokrasi model Barat malah menyebabkan negara yang baik menjadi kacau tidak tenang. Kenyataan membuktikan, demokrasi Barat bukanlah obat manjur yang bisa mengobati segala macam penyakit, tidak perlu dijadikan contoh yang disanjung-sanjung. Pada zaman ahkir-ahkir ini, Tiongkok juga pernah berusaha meminjam demokrasi model Barat untuk kebangkitan negaranya, tetapi berkali-kali mengalami kegagalan. Bulan April tahun 2014, ketua Xi Jin Ping berpidato di Belgia mengatakan, “Bangsa Tiongkok telah mencoba beberapa sistem demi kebangkitan bangsa, dari sistem monarki konstitusional, kembali kesistem monarki, kesistem parlementer, sistem multi partai, sistem presidensial, semua pernah dipikirkan, semua pernah dicoba, hasilnya semua gagal. Terahkir Tiongkok memilih jalan sosialisme.” Sistem politik negara kita kelebihannya terlihat menonjol. Dalam kenegaraan dibawah kepemimpinan partai Komunis Tiongkok, menjalankan kediktatoran demokratik rakyat. Dalam pemerintahan menjalankan sistem sidang perwakilan rakyat. Dalam sistem kepartaian pemerintah, dibawah pimpinan PKT menjalankan kerjasama multi partai dan sistem musyawarah politik. Secara bersamaan membentuk sistem daerah istimewa demokrasi dasar. Penggabungan demokrasi pemilihan dan demokrasi musyawarah, adalah ciri khas politik demokrasi Tiongkok, sistem perpolitikan yang dilaksanakan Tiongkok sekarang adalah hasil perjuangan keras rakyat Tiongkok dalam sejarah moderen yang menjadi pilihan rakyat. Ada dua keunggulan yang menonjol dalam sistem perpolitikan negara kita : 3 Pertama, telah terrealisirnya rakyat menjadi tuan dirumahnya sendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan demokrasi Barat yang hanya dikendalikan oleh sekelompok kaum elite-mapan dengan uangnya yang hanya menekankan legitimasi prosedur menutupi kepentingan kelasnya. Sistem politik demokrasi rakyat Tiongkok jauh transparan, lebih nyata dan lebih lantang dalam bersuara kerena berpegang keadilan dan kebenaran. kecil demi lebih pada Kedua, dengan kesatuan musyawarah dan pelaksanaan, demokrasi tersentral dimana keunggulannya bisa melaksanakan usaha besar dengan tenaga yang tersentralisir, kecepatan dan effektivitas tinggi untuk memobilisir kekuatan masyarakat, dengan cepat merubah wajah ketinggalan negara yang sedang berkembang. Berdirinya Tiongkok Baru, terutama setelah reformasi dan keterbukaan, bergantung pada sistem kenegaraan yang unggul, Tiongkok telah mengalami perubahan maha dahsyat, setiap pembangunan hasilnya besar dan nyata, kekuatan negara meningkat secara keseluruhan, kehidupan rakyat berlanjut membaik, sekarang sudah menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia. Ini semua bisa dilihat dengan kasat mata dan tidak terbantahkan. Dikarenakan keunggulan khas sistem politik Sosialisme Tiongkok, sistem demokrasi Barat yang di sanjung-sanjung sekarang menghadapi tantangan. Ahkirnya, muncullah sebagian orang yang meniup-niupkan keunggulan sistem Barat, tak henti-hentinya mengelabui Tiongkok melaksanakan sistem Barat. Walaupun berpuluh tahun Tiongkok tak henti-hentinya memperbaiki sistem politiknya, misalnya, jabatan yang dibatasi waktu, pemilihan dengan jumlah calon yang melebihi jumlah yang terpilih, otonom demokrasi dasar dan lain-lain, tetapi dimata mereka semua tidak masuk hitungan. Terus terang saja, yang mereka harapkan hanya dengan turunnya partai komunis, Tiongkok terjerumus dalam kekacauan, baru bisa dikatakan Tiongkok telah mengalami demokratisasi. Sistem politik Tiongkok bukannya menolak reformasi yang mendalam, tetapi, reformasi harus dengan teguh berjalan dijalannya sendiri, yang sesuai dengan kondisi riel negara dan bangsa, yaitu dengan ciri khasnya sendiri. Didunia sesungguhnya universal tidak ada yang bebas dari kekhasan, maka juga tidak ada sistem universal yang “cocok diempat penjuru laut”. Lagi pula, sistem politik negara-negara Barat pun berbeda satu sama lain, mereka juga tidak ada kecederungan untuk “menjadi sama sepenuhnya”, maka sistem politik Tiongkok lebih-lebih tidak perlu harus sama dengan “demokrasi Barat”. Semata-mata dengan gegabah mengambil alih sistem demokrasi Barat, hanya akan mendatangkan kekacauan, pergolakan dan malapetaka bagi negara dan rakyat. Persatuan organis dengan mempertahankan kepemimpinan partai, rakyat menjadi tuan dirumahnya sendiri serta dengan hukum 4 mengatur negara, adalah arah yang benar dan prisip dasar bagi reformasi sistem politik Tiongkok. Kawan Xi Jin Ping dengan konkret mengupamakan: “sepatu setelah dipakai baru bisa tahu cocok atau tidak”. Beliau dalam peringatan 60 tahun berdirinya Musyawarah Perwakilan Rakyat Nasional mengatakan “Merancang pengembangan sistem politik negara, harus memperhatikan persatuan organik antara sejarah dan kenyataan, teori dan praktek, isi dan wadah. Dengan teguh mempertahankan sikap berpijak dari kondisi negara, berpijak dari kenyataan; selain harus menguasai terbentuk dan kesinambungan sejarah juga harus menguasai perkembangan jalan yang telah dilewati, pengalaman politik yang telah terkumpul, terbentuknya prinsip politik, masih diperlukan menguasai kebutuhan riel, menyelesaikan masalah dari sudut pandang riel, tidak boleh memotong sejarah, tidak boleh membayangkan satu sistem politik seperti datangnya segerombolan tawon”. Laporan dalam Kongres Partai ke delapan-belas dengan tegas memutuskan, memperteguh “Keyakinan jalan, keyakinan teori dan sistem.” Yaitu, tidak lewat jalan tua yang kaku dan tertutup, juga tidak lewat jalan sesat yang mengganti panji dan petaka.” Inilah jalan benar reformasi sistem politik yang khas Tiongkok, yang telah berhasil menhindari “Jebakan demokratisasi versi Barat”. 5