BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan dua negara yang sering terlibat dalam sengketa perdagangan, terutama setelah Tiongkok masuk ke dalam WTO tahun 2001. Salah satu sengketa perdagangan kedua negara yang menarik perhatian adalah mengenai sengketa perdagangan panel surya. Panel surya merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar fosil, yang menarik minat berbagai negara maju untuk mengembangkannya, termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok. Sengketa ini diajukan oleh Tiongkok ke DSB WTO pada tanggal 25 Mei 2012 sebagai reaksi atas kebijakan Amerika Serikat yang mengenakan pajak anti subsidi kepada beberapa produk Tiongkok, termasuk produk panel surya asal Tiongkok. 1 Tiongkok mengajukan komplain, karena Amerika Serikat dianggap melanggar perjanjian WTO mengenai langkah-langkah pengenaan pajak penyeimbang. Panel DSB yang menangani masalah ini mengeluarkan hasil penemuan mereka yang dikemukakan pada tanggal 14 Juli 2014, dimana di dalam hasil tersebut disampaikan bahwa Amerika Serikat (melalui USDOC) telah melanggar perjanjian yang berlaku di WTO. Walaupun begitu, Tiongkok juga dianggap bermasalah oleh Panel DSB, seperti contohnya, bahwa beberapa perusahaan milik negara yang ada di Tiongkok, merupakan lembaga publik yang sesuai dengan Pasal 1.1 (a) dari SCM Agreement WTO. Setelah muncul hasil penemuan dan konklusi dari Panel DSB, Amerika Serikat dan Tiongkok mengajukan banding atas beberapa hasil yang telah dikeluarkan oleh Panel DSB. Banding ini diteliti oleh Appelate Body, dimana banding tersebut sebagian diterima dan hasil yang dibuat oleh Panel ditolak, dan sebagian lagi banding ditolak dan hasil Panel tidak berubah. Pada tanggal 16 Januari 2015 DSB telah melaksanakan hasil banding dan laporan panel dan Amerika Serikat sudah melaporkan pada WTO mengenai keinginan untuk melaksanakan hasil dari penyelesaian sengketa tersebut. Munculnya sengketa antara Amerika Serikat dan Tiongkok ini dimulai tahun 2011, dimana perusahaan-perusahaan produsen panel surya di AS yang tergabung dalam Coalition for American Solar Manufacturing (CASM) mengajukan komplain resmi kepada World Trade Organization, United States – Countervailing Duty Measures on Certain Products from China (daring), <https://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds437_e.htm> diakses pada 23 Mei 2015. 1 U.S. Department of Commerce (USDOC) AS mengenai dugaan praktik curang yang dilakukan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang mengekspor produk-produk panel surya. Dugaan yang diajukan oleh CASM adalah adanya subsidi dari pemerintah Tiongkok kepada perusahaan-perusahan produsen panel surya mereka yang tidak diberitahukan kepada WTO, sehingga membuat harga panel surya yang mereka ekspor ke AS berada di bawah harga pasar. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan produsen panel surya di AS merugi. 2 Perusahaan-perusahaan yang dirugikan tersebut kemudian mengajukan permohonan investigasi kepada USDOC. Tujuannya adalah agar mereka bisa bersaing dalam pasar, dengan alasan terjadi perdagangan yang tidak adil, USDOC melakukan investigasi terkait bagaimana harga panel surya Tiongkok menjadi murah. USDOC kemudian membuat investigasi yang dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai 2012. Investigasi awal menemukan bahwa perusahaan-perusahaan panel surya Tiongkok disubsidi oleh pemerintah Tiongkok, sehingga harga panel surya produksi Tiongkok menjadi lebih murah dibanding panel surya Amerika Serikat. Hasil dari investigasi ini adalah pemberian pajak impor yang bervariasi, tergantung dari perusahaan-perusahaan yang menerima subsidi tersebut, yaitu dari 2,9 % menjadi 4,7 %. Investigasi berikutnya menemukan bahwa terdapat perusahaan-perusahaan panel surya lain yang juga ikut disubsidi oleh pemerintah Tiongkok, dan juga penemuan terbaru terhadap subsidi yang diterima perusahaan-perusahaan yang telah dikenai pajak impor. Sehingga kemudian pajak impor yang dikenakan menjadi lebih besar dan perusahaan-perusahaan yang terkena pajak semakin banyak dari hasil investigasi awal, yaitu sebesar 31,14 % sampai 249,96 % bergantung pada perusahaan yang membuat panel surya tersebut.3 Pemerintah Tiongkok, melalui Ministry of Commerce (MOFCOM), memberikan pernyataan bahwa kebijakan tersebut “bias dan tidak adil” 4 . Selain itu, pejabat-pejabat Tiongkok mengeluarkan pernyataan, yang bersifat pembalasan terhadap kebijakan yang dikeluarkan AS. Pernyataan tersebut adalah ancaman untuk memberikan bea impor bahan kunci dalam pembuatan panel surya, polisilikon, untuk memberikan dampak tidak langsung Z. Shahan, ‘SolarWorld US-China Solar Trade Case Timeline & Top Quotes’, Clean Technica (daring), 15 May 2012, <http://cleantechnica.com/2012/05/15/solarworld-us-china-solar-trade-case-timeline-top-quotes>, diakses 17 Maret 2014. 3 People’s Daily Online, Timeline: China-EU, China-US tug of war on solar duties (daring), 17 June 2013, <http://english.people.com.cn/90778/8287258.html>, diakses 17 Maret 2014. 4 E. Crooks, ‘Trade war fears over US solar duties’, Financial Times (daring), 18 May 2012, <http://www.ft.com/intl/cms/s/0/eeda5714-a051-11e1-88e6-00144feabdc0.html#axzz3RnnVpA6r> diakses 10 Februari 2015. 2 kepada AS.5 Hal ini yang memicu terjadinya sengketa, karena kemudian melibatkan, secara tidak langsung, institusi lain (China’s Ministry of Foreign) dan juga Presiden Obama, yang pada saat itu, sedang dalam masa kampanye. Obama saat itu juga berjanji akan menyelesaikan permasalahan, yang menurut dia merupakan “praktek perdagangan tidak adil yang dilakukan oleh Tiongkok”.6 Langkah yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok juga mengajukan komplain terhadap WTO melalui mekanisme DSB. Komplain yang dilakukan Tiongkok adalah permasalahan pajak yang tidak adil, yang diterapkan oleh Amerika Serikat dalam beberapa produk yang diproduksi di Tiongkok, termasuk salah satunya panel surya. Komplain yang diajukan pada tahun 2012 tersebut telah diselesaikan oleh panel DSB. Panel menyebutkan bahwa Amerika Serikat telah melanggar fair trade, karena telah memberikan pajak yang cukup tinggi terhadap produk-produk Tiongkok, dan juga memberikan privilese kepada perusahaan-perusahaan yang berbasis di negara mereka. Hal ini menyebabkan pemerintah Tiongkok dan perusahaan-perusahaan mereka merugi dan sulit menjual produk mereka di Amerika Serikat. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang muncul atas latar belakang yang terjadi adalah “Bagaimana peran kelompok kepentingan Amerika Serikat dalam sengketa perdagangan panel surya antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dilihat dari analisis politik domestik?” C. Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah, perlu dilihat terlebih dahulu, bahwa kelompok kepentingan merupakan elemen penting dalam politik ekonomi internasional. Oatley melihat bahwa, kelompok kepentingan penting karena untuk melihat kebijakan ekonomi luar negeri sebuah negara, ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu dari mana kepentingan itu berasal, dan bagaimana institusi politik mengagregasi kepentingan tersebut menjadi sebuah kebijakan. 7 Kepentingan yang ingin dipenuhi tentu saja berasal dari kumpulan dari beberapa entitas, yang akan terpengaruh oleh kebijakan tersebut, sehingga mereka akan menggunakan sumber daya yang mereka miliki untuk mendukung atau menolak kebijakan tersebut, sesuai dengan kepentingan mereka. M. Daily & L. Walet, ‘China cries foul after U.S. sets tariffs on solar imports’, Reuters (daring), 18 May 2012, <http://www.reuters.com/article/2012/05/18/us-china-trade-idUSBRE84H06O20120518> diakses 10 Februari 2015. 6 M. Daily & L. Walet. 7 T. Oatley, International Political Economy, 5th ed., Pearson, 2012, p. 13. 5 Menurut Duncan & Goddard, 8 opini-opini umumnya diekspresikan melalui kelompok kepentingan, dalam politik Amerika kontemporer. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan ini merupakan “sekelompok orang-orang atau perusahaanperusahaan yang mengorganisir mereka sendiri untuk mempengaruhi kebijakan publik dalam isu-isu tertentu.” Tujuan kelompok kepentingan muncul dalam politik domestik Amerika Serikat adalah “untuk membantu mendorong sifat pluralistik masyarakat Amerika Serikat, sehingga mendorong masyarakat Amerika Serikat dalam mengekspresikan pandangan dan preferensi mereka secara konstan, tidak hanya aktif saat pemilihan saja.” Dengan variasi pemilih serta jumlah pemilih yang besar, kelompok kepentingan juga menjadi alat bagi suara-suara dan kepentingan minoritas yang umumnya kalah dalam situasi pemilihan yang mengunggulkan mayoritas. Kelompok kepentingan mendorong agar kepentingan dan suara minoritas juga mendapat tempat dalam politik domestik Amerika Serikat. Ada dua tipe kelompok kepentingan, yaitu kelompok kepentingan terbuka dan kelompok kepentingan tertutup. Kelompok kepentingan terbuka umumnya merupakan kelompok yang memiliki keanggotaan yang longgar (siapa saja boleh ikut) dan umumnya beranggotakan individu-individu dengan sumber daya yang terbatas. Kelompok ini cenderung untuk menyediakan pemilih untuk anggota parlemen yang mendukung kepentingan mereka. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki basis yang cukup kuat dan bergantung hanya kepada dana keanggotaan yang kecil. Contoh yang paling sering muncul adalah National Rifle Association (NRA), yang memiliki kepentingan untuk mempertahankan hak-hak pemilik senjata. Sedangkan, kelompok kepentingan tertutup umumnya merupakan kelompok kepentingan yang ekslusif, dimana mereka membawa kepentingan yang sangat spesifik, sehingga keanggotaanya pun merupakan lembaga, perusahaan atau sekumpulan orang yang memiliki kepentingan spesifik. Oleh sebab itu, keanggotaan mereka sangat sedikit, tetapi memiliki sumber daya yang cukup besar. Mereka umumnya menyumbang uang dengan jumlah yang cukup besar kepada para politisi menjelang pemilihan, sehingga umumnya mereka lebih mudah untuk mendorong kepentingan mereka melalui politisi-politisi yang mereka dukung. 1. Kelompok Kepentingan9 8 9 R. Duncan and J. Goddard, Contemporary America, Palgrave MacMillan, New York, 2003, pp. 105-108 T. Oatley pp. 13-15 Interests (kepentingan) merupakan tujuan atau sasaran kebijakan yang digunakan aktor-aktor utama dalam sistem politik dan sistem ekonomi suatu negara untuk mencapai kebijakan ekonomi luar negeri yang diinginkan. Dalam hubungannya dengan kepentingan, dapat diasumsikan bahwa individu-individu dan kelompokkelompok yang merepresentasikan kepentingan individu-individu, lebih memilih untuk mencapai kebijakan yang akan menguntungkan mereka, ketimbang kebijakan yang merugikan mereka. Untuk itu, ada dua mekanisme dalam menjelaskan preferensi kelompokkelompok kepentingan tersebut. Yang pertama adalah bahwa orang-orang memiliki kepentingan utama yang merupakan posisi mereka dalam ekonomi global. Posisi seseorang (atau dalam hal ini, kelompok) dalam perekonomian dapat membentuk preferensi tertentu terkait dengan kebijakan ekonomi luar negeri. Yang kedua, kepentingan seringkali dikaitkan dengan ide-ide. Karena kepentingan sering berdasar pada ide-ide, maka ide-ide menjadi model yang memberikan keyakinan-keyakinan yang masuk akal mengenai hubungan sebab akibat. Dalam hal kebijakan ekonomi, fokus yang diambil adalah mengenai hubungan antara kebijakan pemerintah dengan hasil-hasil ekonomi. Untuk memahami bagaimana kepentingan berubah menjadi kebijakan, kita perlu mengetahui tentang institusi politik. Institusi politik menentukan peraturan yang mengatur proses politik. Dengan menentukan peraturan, mereka memungkinkan kelompok-kelompok dalam negara-negara dan kelompok negara-negara dalam sistem internasional, untuk mencapai dan menjalankan keputusan bersama. Institusi politik menentukan kelompok mana yang berkuasa untuk membuat pilihan dan membuat peraturan yang akan dipilih oleh kelompok tersebut. Institusi politik juga akan menyediakan peraturan yang akan digunakan oleh kelompokkelompok ini dalam pengambilan keputusan. Mereka juga memperbolehkan kelompok untuk membuat keputusan bersama, dan, dalam prosesnya, memutuskan siapa yang dapat membuat keputusan-keputusan tersebut dan bagaimana caranya dibuat. Dan akhirnya, institusi politik akan membantu untuk menjalankan keputusan bersama. Dalam kasus sengketa perdagangan panel surya antara Amerika Serikat dan Tiongkok ini, terdapat dua kelompok kepentingan yang bertolak belakang. Yang pertama adalah Coalition for American Solar Manufacturing (CASM). Kelompok ini memiliki kepentingan, yaitu untuk mendorong produk mereka sendiri agar mampu bersaing di pasar domestik Amerika Serikat. Kelompok kedua adalah Coalition for Affordable Solar Energy (CASE). Kelompok ini berdiri sebagai perlawanan dari kelompok CASM, dimana mereka mendorong agar energi surya dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat Amerika Serikat. Institusi politik yang berperan penting dalam kasus ini adalah US Departement of Commerce (USDOC) dan US International Trade Commision (USITC). USDOC berperan sebagai investigator sekaligus pemberi rekomendasi kepada USITC. USITC kemudian meneruskan rekomendasi menjadi kebijakan, yang dalam hal ini adalah keputusan mengenai pengenaan bea impor kepada perusahaan Tiongkok. Selain itu, Presiden Obama dan stafnya berada dibalik layar dalam kasus ini. D. Argumentasi Utama Argumentasi utama penulis adalah sengketa yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan sengketa yang berasal dari kepentingan dua bagian yang tidak terpisahkan dalam memuluskan kepentingan tersebut. Bagian pertama merupakan kelompok kepentingan, yang memiliki tujuan utama untuk mendorong terjadinya kebijakan untuk memuluskan kepentingan mereka. Dalam hal ini, kelompok kepentingan dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang mencari keuntungan, CASM, dan yang menentang kelompok lainnya, CASE. Kedua kelompok memiliki kepentingan yang bertolak belakang, terutama dalam melaksanakan kepentingannya. Walaupun begitu, salah satu kelompok mendapatkan bantuan dari institusi politik. Secara garis besar, institusi politik yang berperan dalam kasus ini adalah pemerintahan Obama. Secara khusus, institusi politik yang memiliki peran utama adalah USDOC dan USITC. Obama selaku Presiden memiliki kemampuan untuk mengarahkan kedua institusi tersebut untuk mendorong sesuai dengan kepentingan yang saat itu pemerintahannya pegang. Oleh sebab itu kelompok kepentingan tersebut mendapatkan dorongan untuk mengejar kepentingannya dalam sengketa ini. E. Metode Penelitian Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji argumentasi utama, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui studi literatur. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data yang dipakai dan dikaji dalam skripsi ini merupakan data sekunder, seperti buku, jurnal, artikel di internet, working paper dari berbagai konferensi, dan terbitan pemerintah atau organisasi. F. Sistematika Penelitian Pembahasan skripsi ini akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama, merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumentasi utama, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bagian kedua akan menjelaskan kronologis terjadinya sengketa, hingga sampai masuk ke dalam ranah DSB WTO. Bagian ketiga akan menjelaskan mengenai peran kelompok kepentingan dan institusi politik Amerika Serikat dalam sengketa, apa saja yang mereka lakukan dari awal sengketa hingga mencapai DSB WTO. Dan bagian keempat, yang merupakan bagian penutup, berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian.