Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral Aviliani 07 Februari 2017 Perkembangan Ekonomi AS PERTUMBUHAN EKONOMI Bureau Economic Analysis memproyeksi pertumbuhan PDB AS pada akhir 2016 mencapai 1,9 persen (yoy). Konsumsi swasta tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya, masing-masing 2,5 persen dan 3 persen. Investasi langsung melonjak hingga 10 persen pada Triwulan IV-2016 dari posisi 3 persen. Ekspor mencatat penurunan hingga 4,3 persen sedangkan impor melonjak 8,3 persen. Konsumsi pemerintah naik tipis 1,2 persen. 2 Inflasi AS Secara tahunan, inflasi AS mencapai 2,1 persen pada Desember 2016. Angka tersebut sudah berada di atas target bank sentral sebesar 2 persen. Lonjakan inflasi terutama bersumber dari komponen energi, yang naik hingga 5,4 persen. TPT AS TPT AS mencapai 4,7 persen; dengan partisipasi rate 62,7 persen pada Desember 2016. Secara umum, indikator ketenagakerjaan AS relatif membaik. 3 Perkembangan Ekonomi Uni Eropa Sumber: ECB, 2017 4 Perkembangan Ekonomi Tiongkok Pertumbuhan Ekonomi Hingga akhir 2016, PDB Tiongkok tumbuh 6,7 persen; di mana sektor industri primer tumbuh 3,3 persen; sekunder 6,1 persen dan tersier 7,8 persen. Secara sektoral, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh real estate sebesar 8,6 persen. 5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Tiongkok Secara tahunan, pertumbuhan Tiongkok pada Triwulan IV-2016 mencapai 6,8 persen, serupa dengan 2015 namun turun dari 2011 hingga 2014. Sumber: CBS, 2017, diolah Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Tiongkok Secara triwulanan, ekonomi Tiongkok tumbuh 1,7 persen pada Tw IV-2016; turun dari 1,8 persen pada triwulan sebelumnya 6 Harga Komoditas COAL GOLD NATURAL GAS 7 Perkembangan Perekonomian Indonesia PERTUMBUHAN Konsumsi RT tumbuh 5 persen Konsumsi pemerintah turun 0,15 persen Investasi langsung tumbuh 4,48 persen Ekspor turun 1,74 persen Impor turun 2,27 INFLASI Sumber: BPS, 2017, diolah Tingkat inflasi di Indonesia masih sangat tinggi, mencapai 3 persen pada 2016. Penurunan inflasi cenderung terlihat, namun masih tinggi, terutama di inflasi bergejolak. 8 Ekonomi Sektoral 9 Lanjutan… NILAI TUKAR EKSPOR Secara total, ekspor nasional pada 2016 masih turun sekitar 4 persen; ekspor migas turun hampir 30 persen dan nonmigas turun tipis 0,3 persen. Realisasi nilai tukar pada akhir 2016 menunjukkan apresiasi, menjadi Rp13.436 per USD dari posisi Rp13.795 pada 2015. Namun demikian, risiko depresiasi nilai tukar masih tinggi, terutama karena dari perkembangan ekonomi global. Menurut negara tujuan, penurunan ekspor terjadi di Malaysia (3 persen); Italia (16 persen); Belanda (5 persen); India (14 persen); Australia (11 persen); dan Taiwan (29 persen). 10 Lanjutan… SEKTOR PERBANKAN Hingga Nov, penyaluran kredit hanya tumbuh 8,33 % (yoy). Kredit BUKU I turun hingga 41 % (yoy). Sedangkan di BUKU II, III, dan IV masih tumbuh masing-masing 4,5%; 5,51%; dan 14,7%. • Pertumbuhan DPK bank umum sampai November mencapai 8,4 persen dimana Rupiah tumbuh 10 persen dan valas turun 2,87 persen. • Pertumbuhan DPK di BUKU I dan II masing-masing turun 45 persen dan 0,8 persen; sedangkan di BUKU III dan IV masing-masing naik 8 persen dan 14 persen. 11 Perkembangan Industri Nasional Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Produksi industri manufaktur besar dan sedang pada 2016 tumbuh 4 persen. Pada Triwulan IV, tumbuh 2 persen. Industri makanan tumbuh 6,26 persen sedangkan industri minuman turun 0,24 persen. 12 Lanjutan… Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada 2016 tumbuh 5,78 persen. Pada Triwulan IV, tumbuh 2 persen. Industri makanan tumbuh 7,52 persen sedangkan industri minuman turun 11,66 persen.13 Faktor-Faktor Berpengaruh terhadap Industri Makanan dan Minuman 1. Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia Struktur Konsumsi Indonesia Memanfaatkan Bonus Demografi Pengeluaran makanan dan minuman jadi terhadap belanja makanan di Indonesia mencapai 26 persen. 14 Tingkat Kepercayaan Konsumen Konsumen masih optimis pada perekonomian Indonesia, yang tergambar dari nilai indek yang berada di atas 100. Sumber: BI, 2017 15 Indeks tendensi konsumen pada Triwulan I-2017 cenderung optimis, kecuali di Jambi. 16 Indeks di bawah 100 = pesimis 17 Lanjutan... 2. Daya Beli Pengaruh inflasi bagi perekonomian Konsumsi -> menurunkan konsumsi, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi RT. Produsen -> biaya produksi meningkat, sehingga memengaruhi pendapatan dan laba, hingga rencana ekspansi bisnis. Pembiayaan -> inflasi yang tinggi akan menyebabkan suku bunga tetap tinggi, sehingga penyaluran kredit relatif rendah. Tiga Masalah Utama Inflasi di Indonesia bersumber dari: Bahan Makan Infrastruktur Energi Direspons dengan kebijakan moneter 18 Lanjutan... 3. Komponen Impor pada Industri Makanan dan Minuman Komponen impor pada industri makanan dan minuman hingga 70 persen. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya integrasi dari hulu ke hilir. Impor terutama untuk bumbu-bumbu, powder, atau ekstrak buah-buahan. Thailand mengatasi kebutubahan bahan baku membuat beberapa cluster industri. Contohnya cluster industri berbasis umbi, kelapa, dan buah-buahan. Kemudian bahan baku akan dipasok sampai ke cluster-cluster tersebut. NILAI IMPOR BAHAN BAKU PENOLONG Pada Januari-Juni 2016, impor bahan baku penolongindustri makanan dan minuman mencapai USD3,8 miliar. 19 Lanjutan... 4. Dukungan Sektor Pembiayaan PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Penyaluran kredit perbankan ke sektor industri pengolahan mencapai 24 persen dari total penyaluran kredit bank umum (Nov 2016). Sepanjang Nov 2016, kredit industri pengolahan hanya tumbuh 4,3 persen. 20 NPL INDUSTRI PENGOLAHAN Secara umum, risiko penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan relatif rendah. Sepanjang 2014-2016, NPL sektor industri pengolahan rata-rata di bawah 2 persen. 21 REALISASI PMA REALISASI PMDN Pertumbuhan PMA pada sektor industri makanan rata-rata 20 persen per tahun selama 20102016. PMA industri makanan penyumbang rata-rata 18 persen terhadap investasi PMA pada sektor sekunder (20102016). Terhadap total PMA, PMA industri makanan mengisi rata-rata 7 persen (2010-2016). Realisasi PMDN pada industri makanan, tumbuh rata-rata 18 persen per tahun sepanjang 2010-2016. PMDN di sektor industri pengolahan berkontribusi ratarata 32 persen terhadap PMDN di sektor sekunder dan 14 persen terhadap total PMDN 22 (2010-2016). Terima Kasih 23