di ambang kebangkitan militerisme jepang

advertisement
DI AMBANG KEBANGKITAN MILITERISME JEPANG
Pada pertengahan abad 19, ekonomi Jepang melesat setelah dilakukan reformasi.
Tentu saja perkembangan ekonomi disusul oleh perkembangan teknologi dan militer.
Basis militerisme yang memang sudah tertanam dalam budaya Jepang melalui Samurai,
tumbuh dengan pesat. Jepang yang miskin sumber daya alam, mulai mengarahkan
pandangannya ke luar negeri mencari sumber tersebut. Yang terdekat jelas Korea, yang
waktu itu negara dalam lindungan Tiongkok (masih dinasti Qing) dan Tiongkok sendiri.
Kebalikan dengan Jepang, Tiongkok berada dalam situasi yang sangat buruk.
Pemerintah yang tidak becus, korupsi dan intervensi negara Barat yang masuk ke
Tiongkok dan memaksa Tiongkok membuka pelabuhannya bagi mereka, memaksa
Tiongkok membuka diri untuk perdagangan candu, dan memberi konsesi tanah dan
pelabuhan bagi kepentingan mereka. Pemberontakan Taiping yang meletup menunjukkan
ketidak puasan terhadap pemerintah dinasti Qing, maupun keadaan negara dari intervensi
asing.
Pada zaman inilah Inggeris memaksa Tiongkok menyerahkan Hongkong, dan
jazirah Kowloon, Portugal merebut Macao. Negara-negara lain meminta konsesi di kotakota pantai.
Tahun 1895 Jepang memaksa Tiongkok menyerahkan Taiwan dan menduduki
Korea. Mulai saat inilah rakyat Tiongkok dan Taiwan mengalami penindasan Jepang
yang luar biasa.
Kemenengan revolusi Xinghai th. 1911 yang menggulingkan dinasti Qing dan
menderikan Republik Tiongkok, tidak memperbaiki keadaan. Kekuasaan jatuh kepada
raja-raja perang dari utara (panglima militer yang berkuasa penuh seperti raja). Politik
tidak stabil, rakyat menderita. Sampai akhirnya Dr. Sun Yat Sen membentuk pasukan dan
pemerintahan baru di Guangzhou dan menyerang ke Utara untuk mempersatukan
Tiongkok. Dr. Sun meninggal sebelum tugasnya selesai, Chiang Kai-shek tampil sebagai
pimpinan. Tahun 1928 Chiang Kai-shek mengadakan pembersihan terhadap tentara
revolusi yang memang terdiri dari orang-orang Kuomintang dan orang Komunis. Puluhan
ribu orang komunis dibantai, tapi akhirnya Chiang Kai-shek berhasil menyatukan
Tiongkok. Setelah bersatu ekonomi Tiongkok melesat lebih dari Jepang. Antara tahun
1928 sampai tahun 1937, tahun Jepang menyerang Tiongkok, ekonomi tumbuh rata-rata
13%. Shanghai menjadi pusat keuangan terbesar Asia. Produk Tiongkok mulai menyaingi
produk Jepang di pasar. Karena tidak dapat menerima kenyataan ini, tahun 1937 Jepang
menyerbu Tiongkok Timur Laut, dan memisahkan daerah itu dari Tiongkok dengan
mendirikan negara Manchu-kuo (orang barat menyebutnya Manchuria) dan kaisar Puyi,
kaisar terakhir dinasti Qing, diangkat sebagai kaisarnya.
Kejadian ini sudah jelas menunjukkan ambisi Jepang untuk menguasai Asia.
Korea, Taiwan, Manchuria sudah direbut tanpa mendapat reaksi dari negara barat, yang
turut masuk membagi-bagi Tiongkok. Rusia yang menentang Jepang dikalahkan Jepang
pada tahun 1905.
Kita lihat keadaan sekarang. Situasi sudah tidak banyak berbeda.
Ekonomi Jepang sedemikian maju sehingga sudah merupakan superpower
ekonomi dunia. Akan tetapi bangkitnya Tiongkok menyebabkan Jepang tersaingi. Hal ini
membangkitkan kembali ambisi militer Jepang untuk mengulangi agresinya seperti
sebelum perang dunia II. Pemerintah Jepang mulai dengan beberapa tes.
1. Merubah buku sejarah dan mengclaim bahwa perang Asia Timur Raya adalah perang
pembebasan. Pembantaian Nanjing yang memakan korban puluhan ribu mungkin ratusan
ribu rakyat Tiongkok sipil dianggap tidak ada. Tiongkok kehilangan sekitar 30 juta
rakyatnya dalam agresi Jepang ini. 2. Jepang mulai mencaplok pulau Tiaoyu wilayah
Tiongkok dan dengan secara resmi mengambil alih menara pengawas yang dibangun
golongan kanan Jepang. 3. Jepang menyatakan bahwa pulau Dokdo atau Takeshima
adalah wilayah Jepang yang menimbulkan kemarahan besar rakyat Korea. 4. Jepang
memprotes Tiongkok yang melakukan servei minyak pada dasar laut dekat
perbatasannya, dengan alasan minyak di wilayah Jepang dapat tersedot, tapi ia sendiri
memberi kontrak pada sebuah perusahaan Jepang untuk mensurvei minyak di daerah
yang masih disengketakan.
5. Perdana Menteri Koizumi tidak hentinya berziarah ke makam penjahat perang Jepang,
sebagai manifestasi bahwa Jepang mendukung agresi Jepang ke Asia, saat perang dunia
II. 6. Ketua Partai Aliansi Taiwan yang pro Jepang berziarah untuk memberi
penghormatan kepada para penjahat perang Jepang baru-baru ini, untuk menunjukkan
bahwa Taiwan adalah wilayah Jepang.
Bagaimana reaksi dunia? Kecuali Tiongkok dan Korea korban terparah agresi
Jepang yang sangat marah, yang lain tenang saja.
Hal ini mirip sebelum perang dunia kedua. Ketika Jepang mulai merebut Korea,
Taiwan, Manchuria dll, negara barat tidak perduli, mereka menghindar bentrokan dengan
Jepang. Ketika Jepang menyerang Tiongkok pada tahun 1937, merekapun diam saja.
Sampai Jepang menyerang Asia Tenggara, Perancis dan Inggeris baru turut berperang
melawan Jepang, sedang Amerika Serikat baru turut berperang setelah Pearl Harbour
dibom Jepang.
Amereka yang terkucil dalam masalah penyerangan terhadap Irak, dan harus
melawan terorisme, terpaksa mencari teman dalam melaksanakan operasinya. Akhirnya
hanya Jepang yang cocok, karena tidak ada negara lain yang mau jadi kacungnya.
Mengapa? Jepang selalu tunduk kepada Amerika, ia siap jadi pion Amerika. Bagi
presiden Bush saat ini, itu sudah cukup, daripada ia harus berjuang sendirian.Korban
pemuda Amerika yang terus berjatuhan di Irak, akhirnya dapat menyebabkan rakyat
Amerika akan menjadi penentang utama perang Irak.Untuk persiapan ini, tentara Jepang
bisa menjadi pengganti.
Di pihak Jepang ini hal kebetulan. Dengan menjadi pion Amerika Serikat, Jepang
bisa mengubah Konstitusi Damainya, yang melarang Jepang membentuk pasukan
bersenjata kecuali untuk bela diri, menjadi konstitusi yang membolehkan membentuk
kekuatan militer yang agresif, bahkan yang harus melakukan pre-emptive action.
Amerika memang tidak takut, karena ia merasa lebih unggul. Jika suatu ketika Jepang
mengulangi peristiwa Pearl Harbour, Amerika sudah siap. Tidak demikian dengan negara
lainnya, terutama Tiongkok dan Korea, yang memang menjadi sasaran utama Jepang
untuk membalas dendam. Negara lain sementara akan diam, asal tidak menjadi sasaran
Jepang dan masih dapat keuntungan dari Jepang, seperti penanaman modal, bantuan
keuangan dll. Maklum dengan “uang” semua bisa diatur.
Zaobao.com Singapore pernah memuat sebuah karangan kiriman pembaca yang
diterjemahkan dari sebuah majalah berbahasa Jepang. Meskipun karangan ini bukan
pendapat resmi pemerintah Jepang, tapi jelas adalah opini yang sedang dibentuk di
Jepang. Karangan itu mengatakan bahwa dunia tidak adil. Jepang dengan manusia yang
rajin dan pintar, hanya menguasai wilayah yang kecil dan tak ada kekayaan alamnya.
Sedang negara lain, terutama Tiongkok yang manusianya bodoh dan malas, menguasai
negara yang besar dan kaya sumber daya alamnya. Oleh karena itu, memang sudah
takdir, Jepang harus ekspansi, harus menguasai dunia. Ia memberi jadwal, tahun 2015
Jepang harus sudah menundukkan Tiongkok, dan tahun 2050 Jepang harus sudah
menundukkan seluruh dunia. Amerika Serikat, katanya, adalah pendudung utama Jepang
untuk target Tiongkok dan Asia Tenggara, akan tetapi akan menjadi lawan kalau target
Jepang sudah ingin menundukkan dunia. Meskipun demikian, Jepang sudah mempunyai
perhitungan dan persiapan yang cukup untuk ini, katanya.
Mengerikan, lebih ngeri daripada perang melawan terorisme.
Download