Tan Hong Kwang PEMUSIK TRADISIONAL, PENGAGUM AMIEN RAIS Tan Hong Kwang, pria keturunan Tionghoa yang sudah malang melintang menekuni bisnis di Indonesia ini sudah menyatakan diri masuk Islam dan bergabung dengan organisasi PITI (Persatuan Iman Tauhid Indonesia) atau Indonesian Chinese Association dan menjabat sebagai wakil ketua untuk Wilayah DIY. Semula ia dikenal sebagai pedagang material seperti besi beton, siku, pipa, plat strip, plat ezer, UNP, CNP Bordes, dan lainnya. Ia dilahirkan di dekat Klenteng Cina di kota Semarang pada 30 Oktober 1950. Di samping pedagang material, Hong Kwang juga pencipta irama musik padang pasir, qosidah dan nasyid pengiringnya memakai alat-alat musik tradisional Tiongkok. Iramanya merdu, unik dan enak didengar. Ia sekaligus menekuni bisnis alat musik tradisional masyarakat Tionhoa, seperti Er Hu, Gu Zheng, Yang Qin, Yue Qin, Seruling Chiang, PI Po dan Barongsai. Ternyata alat musik tradisional China tersebut laku keras, terutama menjelang peringatan tahun baru Imlek dan Peh Cun. Pada perayaan “Gong Xi Fat Choi” dan “Cap Go Meh” tahun lalu pesanan mengalir deras terutama dari beberapa Vihara China di Indonesia. Harga alat-alat musik tradisional Tiongkok ini bervariasi, yakni berkisar antara Rp 650 ribu hingga Rp 5 juta. “Sekalipun saya sebagai seorang Muslim bisnis tersebut tidak menjadi masalah, bahkan dengan kreativitas yang ada, saya telah menciptakan lagu-lagu Shalawat Nabi, lagu-lagu Nasyid dan Qosidah padang pasir dengan di iringi alat musik Tiongkok yang alami dan kami ciptakan sendiri, hasilnya lumayan bagus. Beberapa majelis taklim yang kami pimpin telah menampilkan lagu-lagu Shalawat dengan irama Tiongkok. Tanggapan mereka sangat positif, bahkan hal ini sesuai dengan misi dakwah kultural yang di kembangkan oleh Muhammadiyah,” tuturnya. Menurut keterangan Hong Kwang, yang sudah melaksanakan Ibadah Haji tahun lalu, peralatan musik ini asalnya dari perbatasan China-Arab yakni dari Provinsi Sienchiang. “Alat musik ini, khususnya memang untuk mengiringi lagu-lagu Tionghoa, tapi kami mengubahnya dengan irama sholawat”, kata Hong yang punya nama Islam H.Much Lahhendra ini. Seperti yang dilakukan Hong bersama group musik “Kuda Mas” yang di pimpinnya itu nama aslinya adalah Ri Re Jin Ma Hua Yue Dui (Bahasa Mandarin), group musik yang beranggotakan 9 personil ini dibentuk sejak empat tahun lalu dan telah pentas beberapa kali di berbagai daerah terutama di Pulau Jawa. Pentas tarkhir tahun 2003 di Gedung Graha Wisata Niaga Komplek Sri Wedari Solo yang dihadiri Kapolda Jateng dan Duta Besar Cina untuk Indonesia Mao Ji Cong. Pada awalnya, lanjut Hong, membuka bisnis alat musik tradisional Tiongkok ini sekadar mencari tahu apakah masyarakat suka dengan alat-alat musik ini. “Ternyata responnya relatif bagus,” kata Hong yang juga seorang pelukis ini angkatan Dullah dan maestro Affandi. Ia belajar melukis di Pulau Bali sejak tahun 1970-1975, hasil karyanya sekarang di simpan di studio lukis dan musik di rumahnya Jl. Veteran No.127 Yogyakarta. Kong Kwang yang menikah dengan gadis asal Tiongkok bernama The Bie Lan ini telah dikarunia 4 orang anak antara lain David Lahendra Alumnus Fakultas Teknik Universitas Parahiyangan Bandung, Novi Ratnawati dan Jemi Lahendra Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya dan Setiawan Lahendra di jurusan desain. Keempat anaknya menganut agama yang berbeda Islam, Kristen, Budha dan Konghucu. Tan Hong Kwang yang jebolan SMP Ting Hwa Semarang tahun l963 ini cukup piawai dalam melukis dan memainkan musik Tiongkok, bahkan beberapa syairnya diubah Shalawat, lagu-lagu perjuangan, Butet, Cucak Rowo dan dangdut iramanya lucu tapi enak dinikmati. Musik Tiongkok ini bisa dipakai sebagai obat pelipur lara dan obat menjadi tetap awet muda. H.M. Lahendra (nama Islam Tan Hong Kwan) juga pernah pentas di Kraton, Alun-alun Utara dan Masjid Syuhada, tapi sedikit gagal karena dua personilnya sedang ke luar negeri. “Sekarang kami siap tampil di publik manapun yang menginginkan pentas musik Tradisional Tiongkok dengan cengkok lagu Shalawat atau qosidah untuk Peresmian Masjid, Pengajian Akbar, Pesta Pernikahan maupun ulang tahun Organisasi Islam,“ katanya. Hong Kwang yang piawai dalam soal musik ternyata mengagumi Amien Rais. Karena Amien Rais yang calon Presiden RI itu menyukai Seni, Budaya dan Musik. Amien Rais pintar membawakan lagi-lagu Campur Sari, Pangkur Jenggleng, dan lagu-lagu kuno. “Harapan saya Pak Amien Rais nanti kalau terpilih jadi Presiden tetap mengembangkan Budaya, Seni dan Musik termasuk Musik Tradisional Tiongkok. Biasanya pemimpin yang mencintai musik itu hatinya jujur dan amanah dan pemimpin bangsa seperti Amien Rais bisa membawa bangsa ini aman, damai dan rakyatnya sejahtera,” demikian harapnya. Ton Martono Sumber: Suara Muhammadiyah Edisi 07-2002