BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur dari komunikasi massa adalah film. Film mempunyai peran yang penting. Film merupakan media massa yang sangat berpengaruh terhadap berbagai perkembangan masyarakat. Dengan film orang bisa mengekspresikan diri terhadap dunia nyata. Pada umumnya, film merupakan sebuah bentuk komunikasi massa yang pesannya berupa umpan balik (feed back) yang tidak bisa secara langsung, namun pesan yang disampaikan dalam sebuah film sangat mudah diterima oleh komunikan, karena film sebagai media massa mempunyai keunggulan dalam penyampaian pesan yaitu secara audio visual. Selain hal itu, film sesuai dengan fungsinya, bisa memberikan hiburan, pendidikan, memberikan informasi, membujuk juga sebagai alat kontrol sosial. Artinya dalam sebuah film orang bisa mengungkapkan berbagai pandangan terhadap hal-hal yang dianggapnya menyimpang dari aturan dan moralitas yang diakui oleh masyarakat. Karena itu, film tidak bisa meninggalkan tanggung jawab sosialnya sebagai sebuah media massa, yang bertugas untuk menyampaikan berbagai isu yang dialami masyarakat secara umum, sebab film adalah perpanjangan tangan masyarakat. Melalui film, kekuasaan tidak hanya punya daya paksa tetapi juga mempunyai daya pukau yang sangat kuat serta mendominasi. Kekuasan yang dimaksud adalah dengan media film, orang tidak bisa mengelak atau menolak secara mentah-mentah sebab isi pesan dalam film, mempunyai kemampuan untuk memberikan tekanan kepada masyarakat dan juga pemerintah mengenai sebuah realitas yang saat itu diangkat oleh sutradara. Nicholas (1982) mengatakan, menonton artinya mempercayai, tapi tak semua yang tampak sama di mata kamera. Sementara Evan (1999), penerbit dan editor surat kabar terkemuka Amerika mengatakan bahwa kamera tak bisa berdusta, tapi ia mungkin bisa menjadi aksesoris bagi ketidakbenaran. Hal yang mendasar dari penulis untuk melakukan penelitian dari film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, yang disutradarai oleh Robby Ertanto Soediskam ini, sebab film ini merupakan film baru yang mengangkat realitas kehidupan masyarakat, terutama kaum perempuan dan film ini sudah mendapatkan 6 nominasi dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2010, dan memenangkan 2 piala Indonesia Movie Awards (IMA) 2011. Film ini ditayangkan pertama kali di luar negeri yaitu sebagai pembuka Festival Film Indonesi (FFI) di Melbourne, Australia pada 20 Agustus 2010 lalu. Selain uraian di atas film ini juga akan mewakili Indonesia dalam Festival Film Cannes (FFC) yang diadakan di Prancis tahun ini. Alasaan penulis untuk meneliti film ini, karena film ini menyajikan berbagai sudut pandang yang sesuai dengan realitas sosial dalam kehidupan sehari-hari, yang dituangkan oleh sutradara Robby Ertanto. Alasan lain, dampak film yang kini hadir sulit untuk dihindari, sehingga mau tidak mau akan berpengaruh pada sikap, perilaku, gaya hidup, pola pikir, pergaulan, dan pengetahuan. Di sisi lain, banyak masyarakat yang masih pasif terhadap film, sehingga apa yang disampaikan bisa langsung dikonsumsi secara mentah-mentah. Untuk itu dibutuhkan alternatif yang lebih kritis untuk melihat sisi lain dari realitas di balik pemberitaan media massa (film) tersebut mengenai isu gender, terutama dengan menggunakan analisis framing sebagai alat analisis. Kata gender biasanya digunakan dalam kehidupan masyarakat untuk membedakan atau membatasi mengenai seksual, dalam pengertian secara umum, sebagai perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Muthali’in (2001:22), mendefinisikan bahwa jenis kelamin merupakan ciri biologis manusia yang diperoleh sejak lahir, sehingga secara biologis dibagi menjadi jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan ciri fisik yang berbeda. Ciri biologis ini menurut Muthali’in, akan melekat selamanya dan tidak bisa dipertukarkan, sedangkan gender merupakan ciri yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun cultural dengan mengaitkannya pada ciri biologis masing-masing jenis kelamin. Analisis framing merupakan strategi pembingkaian yang digunakan oleh pekerja media mengenai sebuah isu yang berkaitan dengan realitas tertentu, dengan menonjolkan isu tertentu sementara isu yang lain dikaburkan bahkan dihilangkan maknanya, walaupun isu yang dihilangkan tersebut merupakan isu yang penting. Eriyanto (2002:4) mengemukan karena penonjolan atau penekanan aspek tertentu dari realitas tersebut akan membuat (hanya) bagian tertentu saja yang bermakna, lebih mudah diingat, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak, sehingga secara singkatnya pandangan Eriyanto ini mau menjelaskan bahwa, media mempunyai peran yang sangat besar dalam membingkai suatu realitas. Akibatnya orang akan mengingat dan mengikuti peristiwa yang diberitakan oleh media, sementara berita yang lain dilupakan walaupun berita yang lain tersebut lebih penting dari realitas yang ditonjolkan oleh media massa. Tuchman dalam Eriyanto (2002), mengilustrasikan framing sebagai sebuah jendela dunia. Tuchman, mengatakan bahwa apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan mengenai dunia itu tergantung pada jendela yang kita pakai. Pandangan lewat jendela itu tergantung pada apakah jendela yang kita pakai besar atau kecil. Jendela yang besar dapat melihat lebih luas, sementara jendela yang kecil membatasi pandangan kita. Apakah jendela itu berjeruji ataukah tidak. Apakah jendela itu bisa dibuka lebar ataukah hanya bisa dibuka setengahnya. Apakah lewat jendela itu kita bisa melihat secara bebas keluar ataukah kita hanya bisa mengintip dibalik jerujinya. Paling penting apakah jendela itu terletak dalam rumah yang punya posisi tinggi ataukah dalam rumah yang terhalang oleh rumah lain. Ilustrasi ini mau menggambarkan, bahwa realitas yang diberitakan oleh media akan tergantung pada kemampuan kita untuk memaknainya secara bebas ataukah secara terbatas, dan hal ini ditekankan pada kemampuan kita dalam menginterpretasi realitas tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang digunakan oleh penulis adalah, bagaimana frame (pembingkaian) isu gender oleh sutradara dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini menggambarkan frame tentang isu gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat secara praktis Diharapkan penelitian tentang film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita ini, bisa memberikan manfaat bagi banyak orang (khalayak), dalam menganalisis setiap pesan dari media massa, terutama film. Sehingga khalayak bisa menangkap dan menerapkan isi dari pesan tersebut, baik pesan yang tampak maupun pesan yang tidak tampak, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Kaitannya dengan film ini, khalayak bisa menangkap mengenai isi pesan film tersebut, bahwa perempuan harus sadar tentang pengertian cinta, sebab cinta yang tulus tidak akan menimbulkan kekerasan dalam sebuah hubungan, ataupun kekerasan dalam rumah tangga dan perlakukanlah perempuan secara adil sesuai dengan haknya, supaya tidak ada lagi kondisi yang menomorduakan perempuan. 1.4.2. Manfaat secara teoritis Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama di bangku perkuliahan ke fenomena nyata, terutama dalam mengetahui cara seorang sutradara membingkai (frame) suatu peristiwa atau realitas dalam sebuah film. Sehingga analisis frame bisa digunakan untuk landasan berpikir guna menganalisis suatu kejadian baik yang ditojolkan maupun yang dikaburkan realitasnya oleh seorang sutradara dalam sebuah media massa, khususnya film. Manfaat secara teoritis, penulis bisa menerapkan model framing William A. Gamson dan Andre Modigliani, untuk melihat pembingkaian dalam film ini oleh sutradara. 1.5. Kerangka Pikir Teoritis Media Massa Surat Kabar Televisi Realitas Framing Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita Isu Gender Radio Internet Dalam kerangka pikir ini media massa merupakan unsur yang sangat penting, bagian dari media massa tersebut, seperti surat kabar, televisi, film, radio, dan internet. Dalam penelitian ini penulis menggunakan film sebagai unit amatan, maka film yang masih umum ini penulis turunkan menjadi Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Dalam film ini, penulis mau melihat isu gender, sebagai unit analisis penulis. Kemudian untuk mengetahui isu gender tersebut, penulis akan menggunakan analisis framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani, untuk melihat mengenai pembingkaian realitas yang berkaitan dengan isu gender dalam film ini. 1.6. Sistematika Penulisan Supaya lebih memudahkan untuk memahami dan mengetahui tentang skripsi ini penulis membagi penelitian ini menjadi 6 bab. Dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Mengungkapkan tentang latar belakang, yaitu menjelaskan tentang alasan penulis memilih analisis framing sebagai pisau analisis serta isu gender sebagai hal yang mau dianalisis dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Kemudian berisi rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan kerangka pikir teoritis. Bab II. Tinjauan Pustaka Mengungkapkan atau berisi tentang konsep-konsep pemikiran, mengenai model framing William A. Gamson dan Andre Modiglaini yang penulis gunakan dalam membedah permasalahan atau peristiwa yang berkaitan dengan isu gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, sebagai penelitian. Bab III. Metodelogi Penelitian Mengungkapkan tentang metode yang digunakan, berisi pendekatan, jenis penelitian, unit amatan, unit analisis, jenis data, proses pengambilan data, dan teknik analisis data yang digunakan oleh penulis. Bab IV. Gambaran Umum Objek Penelitian Mengungkapkan atau berisi tentang latar belakang, sinopsis, para pemain serta berbagai penghargaan yang telah diperoleh oleh Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, di tanah air. Bab V. Hasil Penelitian Mengungkapkan hasil penelitian yang penulis lakukan, terutama menghubungkannya dengan model framing William A. Gamson dan Andre Modigliani, sehingga hasilnya bisa diketahui. Bab VI. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang keseluruhan konsep yang telah dipaparkan mengenai pembingkai oleh sutradara tentang isu gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Serta saran dari penulis terhadap penelitian yang penulis lakukan ini, guna memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini.