pembuatan cerita dan karakter 2d pada film animasi

advertisement
PEMBUATAN CERITA DAN KARAKTER 2D PADA FILM
ANIMASI DENGAN ENVIRONMENT 3D BERJUDUL
“THE POSTMAN STORY”
Ratna Indah S.
Program Studi Komputer Multimedia
Abstract
Animation generally only use one technique just like animation with 2D or 3D techniques. Animation in
Indonesia is quite rare that useing a combination of 2D and 3D techniques. This animation tries to apply these
techniques. The appearance glance looks like a 2D animation but actually the characters created with 2D techniques
while environtment made ​with 3D techniques.
2D and 3D animation has its own advantages and disadvantages. 2D animation has always come up with a
simple form and color while 3D animations always look realistic that match the real shape. But both the animation also
has shortcomings. Movements that are too rigid in 2D animation and the hassle of making a character or a complex
environment in 3D animation. But these shortcomings can cover each other when both techniques are combined. In
addition, by combining these techniques can produce a different animation.
The process of making the animation is done separately because the film is done in groups consisting of two
people. Pre-production and production process that includes the development of idea an concept, making treatment,
storyboard, character design and 2D character animation done by the 2nd author (Ratna Indah S.). While the postproduction and manufacturing processes environtment with 3D techniques performed by 1st author (Adinda Miftania).
This animation uses a variety of software from the pre-production to post production. This final report is
expected to be role model for young animators, both technically, and moral concepts contained therein.
Keyword: Animation, 2D character , synopsis, treatment, storyboard
Sinopsis
Film animasi The Postman Story ini menceritakan seorang tukang pos
bernama Lui yang sangat menyayangi keluarga serta pekerjaannya. Pada hari ulang
tahun Rey, putrinya, rencana Lui untuk merayakan ulang tahunnya tertunda oleh
permintaan seorang nenek yang meminta tolong untuk segera mengantarkan surat
kepada putri dan cucunya di kota yang jauh. Walaupun waktu bertugasnya telah usai,
Lui tetap bertanggung jawab pada pekerjaannya dan bersedia mengantar surat itu.
Dalam perjalanannya mengantar surat berbagai rintangan menguji kegigihan
hatinya. Termasuk hujan yang mengguyurnya serta menolong anak lelaki yang tersesat.
Akhirnya Lui sampai di kota tujuan saat malam dengan hujan yang kembali turun.
Ternyata cucu sang nenek tersebut sedang berulang tahun, sama seperti Rey, dan tidak
dapat menghadiri pesta ulang tahun yang diselenggarakan. Setelah selesai mengantar
surat, Lui pun pulang dan tiba di rumah saat tengah malam. Lui mendapati Rey sudah
tertidur sambil mengenakan topi ulang tahun yang dibuatnya sendiri. Diam-diam Lui
meletakkan sebuah kado di samping Rey, yang ternyata diberikan gadis kecil yang
berulang tahun tersebut. Keesokan harinya ulang tahun Rey pun diselenggarakan.
Sejarah dan Perkembangan Tukang Pos
Lari estafet yang merupakan cabang olah raga sebenarnya
adalah system pengantar surat yang didirikan oleh Kaisar Julius pada
tahun 400 SM. Mulanya surat diantar dengan berjalan kaki kemudian
dilanjutkan dengan mengendarai kuda yang ditempatkan pada semacam
pangkalan. Maka dari itulah muncul istilah pos yang berasal dari
bahasa Latin positus yang berarti ditempatkan (http://matanokuasal.blogspot.com/2006/09/asal-usul-pengantar-surat.html).
Pada saat ini jasa tukang pos mulai jarang digunakan walaupun
jasa ini tidak sepenuhnya menghilang dari masyarakat. Namun fungsi
tukang pos sebagai pengantar pesan mulai diambil alih oleh teknologi
pesan elektronik ataupun e-mail yang mulai meng-global. Maka dari itu
tokoh tukang pos digunakan untuk mengenalkan kembali jasa yang
mulai memudar ini khususnya kepada anak-anak.
Target Penonton
Target audience dari film ini adalah anak-anak berusia 7
sampai 11 tahun dimana untuk mengenalkan seorang tukang pos
yang mulai memudar dari masyarakat di zaman globalisasi ini
serta menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam
film ini. Rentang umur tersebut dipilih dikarenakan pada masa ini
anak-anak telah sanggup untuk belajar menilai sendiri sebuah
moral perbuatan dan merupakan masa yang penting untuk
pembentukan hati nurani (Clement Suleeman, Andar Ismail,
1998).
Treatment
Treatment dibuat setelah penyusunan cerita selesai. Treatment
berfungsi untuk mengatur setting tempat dan waktu. Setting
tempat dan waktu yang digunakan disesuaikan dengan jadwal
kehidupan sehari-hari karena tokoh utama merupakan seorang
pegawai yang bertugas mengantar surat.
Desain Karakter
Pada proses pra produksi karakter dibuat secara
manual yang kemudian diwarna dengan program edit foto
dan warna. Sedangkan pada saat produksi, bagian tubuh
karakter dibuat dalam layer yang berbeda-beda agar pada
saat penganimasian akan lebih mudah karena bagian yang
tidak perlu dianimasikan tidak terganggu. Selain karakter
yang dianimasikan, ada juga karakter diam yang hanya
berupa gambar. Karakter yang akan dianimasikan dibuat
di software animasi 2D sedangkan karakter diam yang
berupa gambar dibuat di program ilustrasi, bagian outline,
dan program edit foto dan warna, bagian pewarnaan.
Storyboard
Setelah seluruh treatment selesai, storyboard dibuat untuk
menentukan sudut pandang dan komposisi pengambilan gambar
pada setiap scene. Scene dalam storyboard disesuaikan dengan
treatment yang telah dibuat.
Animasi
Animasi adalah suatu seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah
hidup dan bergerak. Sedangkan definisi animasi yang diambil dari Kamus Oxford
berarti film yang seolah hidup, terbuat dari fotografi, gambaran, boneka dan sebagainya
dengan perbedaan tipis antar frames, untuk memberi kesan pergerakan saat
diproyeksikan (http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html).
Animasi terdiri dari animasi dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D).
Animasi 2D lebih cenderung seperti gambar yang bergerak, berkesan datar dan karakter
maupun latar belakang tampak tidak nyata. Sedangkan animasi 3D lebih terlihat
realistik dengan bentuk karakter yang dapat dilihat dari segala arah, hampir menyerupai
manusia serta pemandangan latar belakang yang hampir tampak seperti nyata.
Pada proses produksi, bagian tubuh karakter dikerjakan dalam layer yang
berbeda. Hal tersebut dilakukan untul mencegah adanya kerusakan pada karakter serta
mempermudah saat dianimasikan.
Setelah pembuatan karakter selesai, maka langkah
selanjutnya adalah menganimasikan. Teknik animasi yang
digunakan adalah frame by frame. Karena per bagian tubuh
karakter dibuat dalam layer yang berbeda, maka bagian tubuh
yang ingin dianimasikan dapat diubah dengan leluasa tanpa
merusak bagian tubuh yang lainnya.
Kesimpulan
Dari laporan ini dapat penulis simpulkan, bahwa:
• Film animasi “The Postman Story” menggunakan teknik gabungan dimana animasi
karakter dibuat secara 2D sedangkan environtmen dibuat secara 3D. Konsep cerita
yang menggunakan tukang pos sebagai tokoh utama diharapkan agar anak-anak
saat ini dapat mengenal tokoh ini lebih jauh.
• Tahap awal yang dilakukan dalam proses produksi adalah mengembangkan ide dan
konsep cerita dari penulis I (Adinda Miftania). Kemudia membuat sketsa karakter,
treatment serta storyboard.
• Teknik frame by frame sangat membantu proses penganimasian karakter.
• Masa produksi untuk pembuatan animasi ini memakan waktu 1,5 bulan maka dalam
pengaplikasiannya terjadi beberapa perubahan untuk mempersingkat waktu.
• Konsep dan ide cerita diperkuat dengan adanya literatur sejarah tukang pos serta
psikologi anak untuk dapat membuat animasi yang mengena pada target penonton.
Saran
Film animasi yang telah diproduksi adalah sebuah karya Tugas Akhir yang dikerjakan
oleh dua orang. Proses produksi yang dimulai dari pra produksi sampai pasca produksi
memerlukan waktu sekitar tiga bulan saja, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan karya
animasi manapun. Film animasi ini menampilkan beberapa teknik yang mungkin masih belum
begitu sering digunakan oleh masyarakat umum. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
detailnya konsep hingga pelaksanaan editing, tidak hanya diperlukan pengetahuan secara teknis
namun juga ketekunan dan niat yang cukup tinggi.
Dalam segi konsep cerita, dasar atau alasan terbentuknya cerita tersebut harus kuat
sehingga tidak akan berkesan asal membuat. Nilai moral, target penonton juga harus diperhatikan.
Bagi teman-teman sesama animator ataupun seniman multimedia lain yang ingin
berkarya, masalah-masalah non teknis seperti yang telah disebutkan dan dialami, harus memiliki
tingkat perhatian yang seimbang dengan permasalahan teknis lainnya, sehingga mampu
menghasilkan karya yang lebih baik dari apa yang telah penulis buat. Komputer hanyalah sebuah
alat yang membantu dalam pembuatan suatu karya digital tetapi bagaimana menyampaikan pesan
yang dapat dimengerti dan dipahami khalayak merupakan hal penting utama dalam berkarya.
Rujukan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Clement Suleeman, Andar Ismail. (1998). Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar
Pendidikan Agama Kristen. BPK Gunung Mulia.
Harold Whitaker, John Halas. (2002). Timing for Animation (Pengaturan waktu untuk animasi).
Singapore: Elsevier.
Kevin Hedgpeth, Stephen Missal. (2004). Exploring Drawing for Animation. Canada: Delmar
Learning.
Kevin Hedgpeth, Stephen Missal. (2006). Exploring Character Design. Canada: Delmar Learning.
Sony Set, Sita Sidarta. (2007). Menjadi Penulis Skenario Profesional. Jakarta: Elex Media
Kompitindo.
http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html
http://dodyandanimation.wordpress.com/2011/03/27/jenis-animasi/
http://raispictures.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=26
http://dkv.binus.ac.id/12-prinsip-animasi/
http://matanoku-asal.blogspot.com/2006/09/asal-usul-pengantar-surat.html
Download