PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar • Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki tidaklah dapat membantu dalam melindungi kita. Bahkan, penyendiri yang paling kesepian sekalipun berada di dunia ini sebagai hasil dari tindakan orang lain. Keberadaan kita setiap hari tergantung pada menjadi bagian suatu kelompok sosial. Misalnya, sangatlah kecil kemungkinan anda membuat seluruh pakaian anda, membangun rumah anda, dan berburu serta mengumpulkan makanan anda sendiri. Sebaliknya, pengaruh orang lain menjadi bukti dalam hampir setiap aspek kehidupan kita. Bahkan, dimensi terbaik dan terburuk hidup kita seringkali ditentukan oleh mereka yang ada di sekitar kita dan hubungannya dengan mereka (Parks, 2007; Spitzberg & Cupach, 2007) • Psikologi sosial ialah kajian bagaimana situasi sosial memengaruhi pikiran, perilaku, dan memengaruhi seseorang, serta kaitannya dengan orang lain (King, 2010). KOGNISI SOSIAL • Kognisi sosial merupakan bidang psikologi sosial yang menjelajahi bagaimana orang-orang memilih, menafsirkan, mengingat, dan menggunakan informasi sosial (Augoustinos, Walker, & Donaghue, 2006). • Setiap orang dapat memiliki kombinasi pengharapan, ingatan, dan sikap yang unik berdasarkan sejarah sosial mereka. Meski demikian, beberapa prinsip umum tertentu berlaku pada cara orang-orang mengolah informasi dalam situasi sosial (Higgins & Molden, 2004) • Persepsi Ketika kita bertemu dengan orang lain, kita memersepsikan berbagai isyarat sosial yang memungkinkan kita membuat suatu kesan mengenai orang tersebut. karakteristik wajah dan daya tarik fisik merupakan dua sumber informasi sosial yang kuat. Kita menyederhanakan kesan kita dengan mengategorisasikan orang lain. • Atribusi Atribusi adalah berbagai pikiran kita mengenai mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan dan mengenai siapa atau apa yang bertanggung jawab untuk akibat suatu peristiwa. Teori atribusi memandang orang-orang termotivasi untuk menemukan penyebab perilaku sebagai bagian dari upaya mereka untuk memahaminya. Berbagai dimensi yang kita gunakan untuk memahami penyebab perilaku manusia termasuk internal/eksternal, stabil/sementara, dan dapat dikendalikan/tidak dapat dikendalikan. • Diri Sebagai Objek Sosial Selain mengembangkan skema mengenai orang lain, kita juga menciptakan representasi mental dari diri kita. Harga diri merupakan aspek diri yang penting dan terkait dengan pandangan positif mengenai diri kita dan kemampuan kita yang tidak realistis. Objektifikasi Diri (self objectification) muncul ketika kita menyadari bahwa orang lain memandang kita sebagai objek sosial. Dalam rangka memahami diri kita lebih baik, kita dapat terlibat dalam perbandingan sosial, menilai diri kita dengan membandingkan kepada orang lain. Festinger menekankan bahwa perbandingan sosial merupakan sumber pengetahuan diri yang penting, terutama ketika tidak ada cara objektif lain yang tersedia. Kita cenderung membandingkan diri kiita dengan orang lain yang serupa. • Sikap Sikap adalah pendapat kita mengenai orang-orang, objek, dan gagasan. Sederhananya bagaimana kita merasakan berbagai hal. Kita dapat lebih baik meramalkan perilaku berdasarkan sikap ketika sikap individu kuat, ketika seseorang sangat sadar akan sikapnya dan sering mengungkapkannya, dan ketika sikap terutama relevan dengan perilaku. Terkadang perubahan dalam perilaku mendahului perubahan dalam sikap. Teori persepsi diri dari Darly Bem menekankan pentingnya membuat kesimpulan mengenai sikap dengan mengamati perilaku kita sendiri, terutama ketika sikap kita tidak jelas. Teori Disonansi Kognitif yang dikembangkan Festinger berpendapat bahwa kita memilih kebutuhan kuat untuk kekonsistenan kognitif. Kita mengubah sikap kita untuk membuatnya lebih konsisten dengan perilaku kita dalam rangka mengurangi disonansi. Dalam banyak kasus, kita mengurangi disonansi dengan membenarkan tindakan kita. Pembenaran menjadi kuat ketika harga diri terlibat. Keberhasilan dalam mengubah sikap seseorang dapat melibatkan komunikator (sumber), pesan, perantara, dan sasaran (pendengar). PERILAKU SOSIAL • Kita tidak hanya berpikir secara sosial;kita juga berperilaku dengan cara sosial yang memengaruhi orang-orang di sekitar kita. Dua jenis perilaku yang telah menarik para psikolog mewakili kegiatan sosial manusia yang ekstrem; altruisme dan agresi. • Altruisme adalah ketertarikan tanpa pamrih dalam menolong orang lain. Timbal balik sering kali terlibat dalam altruisme. Para psikolog telah meneliti baik variabel orang dan situasi dalam altruisme. Satu penyumbang penting dalam perilaku menolong adalah emosi. Individu yang berada dalam suasana hati yang baik lebih mau menolong. Rasa bersalah dan empati juga telah dikaitkan dengan perilaku menolong. Ketika meneliti kaitan antara altruisme dan gender, konteks penting. Wanita lebih mungkin membantu dalam situasi yang tidak berbahaya dan melibatkan pengasuhan. Pria lebih mungkin membantu dalam situasi yang melibatkan bahaya atau ketika mereka merasa kompeten. • Agresi Jika altruisme memperlihatkan sisi baik hakikat manusia, maka agresi dapat mewakili sisi gelapnya. Agresi kelihatannya menjadi hal yang lazim ada dalam masyarakat modern. Seperti pembunuhan, perkosaan, kekerasan, dan lain sebagainya. Berbagai faktor psikologis dalam agresi termasuk frustasi dan keadaan yang menyakitkan. Berbagai faktor sosio kultural melibatkan variasi lintas budaya, budaya kehormatan, dan kekerasan di media. Gender juga merupakan satu faktor. Pria secara konsisten lebih agresif secara fisik daripada wanita, tetapi perbedaan gender dalam agresi verbal tidak konsisten. PENGARUH SOSIAL Mengidentifikasi bagaimana manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial • Konformitas (conformity) adalah perubahan dalam perilaku seseorang untuk menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok. Banyak faktor yang memengaruhi apakah kita akan menyelaraskan, termasuk pengaruh sosial normatif dan pengaruh sosial informasional. • pengaruh sosial informasional merujuk pada pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin menjadi benar. Kelompok sosial dapat memberikan informasi apa yang tidak kita ketahui atau dapat membantu kita melihat hal-hal yang tidak kita lihat. Sebagai akibatnya, kita dapat menyelaraskan karena kita sepakat dengan kelompok. • Pengaruh sosial normatif adalah pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin mereka menyukai dan menerima kita. Dengan demikian, jika kelompok tertentu penting bagi kita, kita akan mengadopsi gaya berpakaian mereka yang ada di dalam kelompok atau menggunakan kata-kata gaul yang sama. • Ketaatan (obedience) adalah perilaku yang patuh pada perintah eksplisit individu yang ada pada posisi berkuasa. Yaitu, kita taat ketika sosok berkuasa memerintahkan kita melakukan sesuatu, dan kita melakukannya. Bagaimana ketaatan berbeda dengan konformitas?, dalam konformitas, orangorang mengubah pikiran atau perilaku mereka sehingga akan lebih mirip dengan orang lain. Dalam ketaatan, terdapat perintah eksplisit untuk patuh. • Pengaruh kelompok orang seringkali mengubah perilaku mereka ketika mereka di dalam kelompok. Deindividuasi merujuk pada pengurangan identitas pribadi dan mengikis perasaan tanggung jawab pribadi yang dapat muncul ketika seseorang menjadi bagian dari kelompok. Penularan sosial merujuk pada perilaku meniru yang melibatkan penyebaran perilaku, emosi, dan gagasan . HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK • identitas kelompok : kita versus mereka identitas sosial merupakan cara kita mendefinisikan diri kita dalam kaitannya dengan keanggotaan kita dalam kelompok. Teori identitas sosial dari Tajfel menyatakan bahwa ketika individu ditempatkan pada suatu kelompok, mereka selalu menganggap segolongan, atau kita. Mengidentifikasi dengan kelompok memungkinkan mereka memiliki citra diri positif. Etnosentrisme adalah kecenderungan seseorang untuk mendukung kelompok etnisnya sendiri daripada kelompok lainnya. Etnosentrisme dapat memiliki akibat positif atau negatif. • Prasangka Adalah sikap negatif yang tidak benar terhadap individu berdasarkan keanggotaan kelompok individu tersebut. Di antara alasan yang diberikan mengapa seseorang mengembangkan prasangka adalah kehadiran persaingan antara kelompok atas sumber daya yang langka, motivasi seseorang untuk meningkatkan harga dirinya, berbagai proses kognitif yang menyumbang kecenderungan untuk mengategorikan dan memberikan stereotip pada orang lain, dan pembelajaran budaya. Prasangka didasarkan pada stereotip, generalisasi mengenai karakteristik suatu kelompok yang tidak dianggap bervariasi dari satu orang dengan lainnya. Berbagai proses kognitif stereotip dapat mengarahkan pada diskriminasi, tindakan negatif atau berbahaya yang belum terbukti kebenarannya terhadap anggota suatu kelompok karena orang tersebut menjadi salah satu anggota kelompok itu. Diskriminasi muncul ketika reaksi emosi negatif digabungkan dengan keyakinan berprasangka dan diterjemahkan menjadi perilaku. HUBUNGAN DEKAT • Daya Tarik Berbagai faktor dikaitkan dengan daya tarik termasuk kedekatan fisik, kenalan, dan kesamaan. Kita cenderung tertarik dengan orangorang yang mungkin kita sering lihat yang cenderung kita temui, dan serupa dengan kita. • Cinta Cinta romantis dan penuh kasih sayang lebih mirip dengan persahabatan dan melibatkan perasaan yang dalam dan peduli terhadap orang lain. • Berbagai model hubungan dekat: membuat cinta bekerja Para psikolog sosial telah memperkenalkan sejumlah model untuk memahami hubungan dekat. Teori pertukaran sosial lebih mungkin berhasil jika individu merasa mereka mendapatkan hasil dari hubungan sesuai dengan apa yang telah mereka tempatkan. Pendekatan lain ialah model investasi dan ilusi positif.