makalah - WordPress.com

advertisement
MAKALAH
Pengaruh Pendidikan terhadap
terbentuknya Stratifikasi Sosial
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen :
Dr. H. Thomas Widodo
Disusun oleh :
AJIZ SULAEMAN
NPM. 072115020
UNIVERSITAS PAKUAN
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
BOGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati saya dapat
menyajikan makalah yang sederhana ini.
Makalah ini berjudul Pengaruh Pendidikan terhadap terbentuknya
Stratifikasi Sosial. Dalam makalah ini dipaparkan pengertian stratifikasi,
ciri
stratifikasi,
dimensi
atau
aspek
pembentuk
stratififikasi,
dan
bagaimana pendidikan mendorong terjadinya perubahan stratifikasi di
masyarakat. Tujuan penyusunan makalah ini yang utama untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampu yang membimbing saya pada mata kuliah
Sosiologi Pendidikan semester satu Program pasca sarjana Universitas
Pakuan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H Thomas
Widodo selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya. Juga kepada
teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam
makalah ini saya juga menyadari masih banyak kekurangan yang
menyebabkan makalah ini menjadi tidak sempurna, baik dalam penulisan
maupun isinya, untuk ini dengan hati yang terbuka saya menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat.
Bogor, Nopember 2015
Penulis,
“Karena takdirlah kita tidak mampu memilih
dilahirkan dari orang tua dan keluarga seperti apa,
tapi karena keyakinan dan pendidikan
kita berkesempatan memilih hidup seperti apa
dan mati sebagai siapa”
Ajiz Sulaeman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk apa kita sekolah? Pertanyaan sederhana yang dilontarkan bagi
kita yang melakukan perjalanan menuntut ilmu pendidikan di sekolah.
Bagi sebagian orang dan saya khususnya meyakini memiliki tingkat
pendidikan adalah langkah paling logis dalam upaya merubah
kehidupan dan mampu memberikan penghargaan dalam lingkungan
masyarakat.
Perkembangan
kehidupan
sosial
bermasyarakat
dan
tatanan
masyarakat modern yang pragmatis dan materialistis memberi
kesempatan setiap individu memacu potensi yang dimiliki untuk bisa
meraih setiap hak dasar manusia untuk dapat diakui, dihormati,
dihargai keberadaanya di lingkungan masyarakat.
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan terhadap halhal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang
tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada
kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Masyarakat yang
menghargai kekayaan material daripada kehormatan maka mereka
yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang
tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan
menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda
secara vertikal.
Sebagaimana filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan
bahwa zaman dahulu di dalam negara terdapat tiga unsur yaitu
mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-
tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah
mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan
bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang siapa yang mempunyai
sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap
masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya
sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu berharga dalam pandangan
masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan
sebutan stratifikasi sosial (social stratification). Ini merupakan
pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Kelas
sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class),
kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas
sosial individu atau kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa
lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat itu akan menarik
untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu
mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial.
Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks,
perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak
dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan
kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi suatu masyarakat, maka
semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat
banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan
didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga
bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya,
dimana ketiganya saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun
dalam realitanya hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas
lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem
sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu
organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya
lapisan sosial dalam masyarakat tersebut
B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami stratifikasi sosial.
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri stratifikasi sosial.
3. Untuk mengetahui dan memahami dimensi atau aspek-aspek
pembentuk stratifikasi sosial.
4. Untuk mengetahui dan memahami jenis dan proses stratifikasi
sosial.
5. Untuk
mengetahui
dan
memahami
bagaimana
pendidikan
mendorong terjadinya perubahan stratifikasi sosial di masyarakat
C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan stratifikasi sosial ?
2. Sebutkan ciri-ciri stratifikasi sosial !
3. Apa saja dimensi atau aspek pembentuk stratifikasi sosial ?
4. Bagaimana jenis dan proses terjadinya stratifikasi sosial ?
5. Bagaimana
pendidikan
mendorong
stratifikasi sosial di masyarakat ?
terjadinya
perubahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi social (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin
“stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam
Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli : 1
Pitirim
A.
Sorokin
mendefinisikan
stratifikasi
sosial
sebagai
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat (hierarki).
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege,
dan prestise.
Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang
ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Drs. Robert. M.Z. Lawang mendefinisikan sosial stratification adalah
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social
tertentu
ke
dalam
lapisan-lapisan
hierarkis
menurut
dimensi
kekuasaan, privilese, dan prestise.
Begitu pula dengan Seorang filsuf bangsa Yunani yaitu Aristoteles
mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat 3 unsur
lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang
berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat. Ucapan
1 Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta Anggota
IKAPI, 1994, halaman 83
Aristoteles ini membuktikan bahwa terjadinya lapisan-lapisan dalam
masyarakat sudah sejak saat itu bahkan diduga bahwa zaman
sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau lapisan-lapisan di
dalam masyarakat.
Horton dan Hunt, Stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status
yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Soerjono
Soekanto,
mendefinisikan
stratifikasi
sosial
adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat.
B. Ciri-ciri Stratifikasi Sosial
Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang memiliki ciri-ciri
yang berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan
sumber daya. Ketiga ciri stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.
1. Perbedaan Kemampuan
Anggota
masyarakat
dari
kelas
(strata)
tinggi
memiliki
kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelas
sosial di bawahnya. Misalnya, orang kaya tentu mampu membeli
mobil mewah, rumah bagus, dan membiayai pendidikan anaknya
sampai jenjang tertinggi. Sementara itu, orang miskin,harus
bejuang keras untuk biaya hidup sehari-hari.
2. Perbedaan Gaya Hidup
Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model
rumah, selera makanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, selera
seni, cara berbicara, tata krama pergaulan, hobi (kegemaran), dan
lain-lain. Orang yang berasal dari kelas atas (pejabat tinggi
pemerintahan atau pengusaha besar) tentu memiliki gaya
hidup yang berbeda dengan orang kelas bawah. Orang kalangan a
tas biasanyaberbusana mahal dan bermerek, berlibur ke luar
negeri, bepergian dengan mobil mewah atau naik pesawat,
sedangkan orang kalangan bawah cukup berbusana dengan
bahan sederhana, bepergian dengan kendaraan umum, dan
berlibur di tempat-tempat wisata terdekat.
3. Perbedaan Hak dan Perolehan Sumber Daya
Hak adalah
sesuatu
yang
dapat
diperoleh
atau
dinikmati
sehubungan dengan kedudukan seseorang, sedangkan sumber
daya adalah segala sesuatu yang bermanfaat untuk mendukung
kehidupan seseorang. Semakin tinggi kelas sosial seseorang maka
hak yang diperolehnya semakin besar, termasuk kemampuan
untuk memperoleh sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki oleh
seorang direktur sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki
para karyawan tentu berbeda. Penghasilannya pun berbeda.
Sementara itu, semakin besar penghasilan seseorang maka
semakin besar kemampuannya untuk memperoleh hal-hal lain
C. Dimensi/Aspek Pembentuk Stratifikasi Sosial
Perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial. Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau
pelapisan
sosial
adalah
adanya
perbedaan
golongan
tingkat
kedudukan atau kelas.
Dasar yang digunakan untuk menggolongkan suatu masyarakat
menurut stratifikasi sosial atau pelapisan sosial antara lain :
1.
Kekayaan (capital)
2.
Kekuasaan (power)
3.
Kehormatan (privilage)
4.
Ilmu Pengetahuan (Science)
Perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial. Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial adalah
adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan atau kelas.
Selain kriteria di atas, terdapat beberapa ciri umum mengenai faktorfaktor yang menentukan adanya lapisan atau strata sosial, yaitu
sebagai berikut :
1. Status atas dasar fungsi dan pekerjaan, misalnya sebagai dokter,
guru dan militer.semuanya sangat menentukan kedudukan dalam
masyarakat.
2. Seseorang yang beragama. Jika seseorang bersungguh-sungguh
dengan penuh ketulusan dan taat dalam menjalankan agamanya,
kedudukan orang yang bersangkutan pada masyarakat akan
meningkat.
3. Status atas dasar keturunan, sama artinya dengan orang yang
berasal dari keturunan terhormat yang umumnya akan memiliki
kedudukan tinggi di masyarakat.
4. Latar belakang sosial dan lamanya seseorang atau kelompok yang
tinggal pada suatu tempat. Biasanya seseorang yang berada di
suatu daerah atau kampung akan dihargai masyarakatnya, jika
orang bersangkutan turut mendirikan daerah atau kampung
tersebut. Oleh karena itu, tidak sedikit warga masyarakatnya segan
dan hormat terhadapnya.
5. Status atas dasar jenis kelamin dan umur. Orang yang lebih tua di
masyarakat pada umumnya mendapat penghormatan dari yang
lebih muda.
D. Jenis dan Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial
Sifat sistem lapisan sosial di dalam masyarakat dapat bersifat tertutup
(closed social stratification), terbuka (open social stratification), dan
sistem lapisan sosial campuran.
Stratifikasi sosial tertutup (closed social stratification) ini adalah
stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada
mobilitas horizontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra tidak bisa
pindah posisi naik di lapisan Brahmana, rasialis, kulit hitam (negro)
yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi
kulit putih, feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan atau
majikan.
Stratifikasi sosial terbuka (opened social stratification) ini bersifat
dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat
bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal.
Contoh: seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau
sebaliknya,
seorang
yang
tidak/kurang
pendidikan
akan
dapat
memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi
tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana
mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke
Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia
harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di
Jakarta.
Sistem lapisan dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya sesuai
dengan pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan. Akan tetapi,
lapisan atau stratifikasi sosial ini dapat terjadi dengan sengaja yang
disusun
untuk
tujuan
bersama.
Alasan
terbentuknya
lapisan
masyarakat tanpa disengaja, seperti tingkat kepandaian seseorang,
usia, dekatnya hubungan kekerabatan dengan orang yang dihormati,
atau mungkin harta yang dimiliki seseorang, bergantung pada
masyarakat yang bersangkutan dalam memegang nilai dan norma
sosial, sesuai dengan tujuan masyarakat itu sendiri.
Stratifikasi sosial yang dibentuk dengan sengaja, berhubungan dengan
pembagian kekuasaan dan wewenang secara resmi dalam organisasiorganisasi formal, seperti organisasi pemerintahan, partai politik,
militer, dan organisasi sosial lain yang dibentuk berdasarkan tingkat
tertentu. Sistem pelapisan sosial ini sengaja dibentuk untuk mencapai
tujuan tertentu.
Stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat dapat menyangkut
pembagian uang, tanah, kehormatan, dan benda-benda yang memiliki
nilai ekonomis. Uang dapat dibagi secara bebas di antara anggota
suatu organisasi berdasarkan kepangkatan dan ukuran senioritas,
tanpa merusak keutuhan organisasi yang bersangkutan. Bahkan,
apabila dalam suatu sistem pemerintahan, kekuasaan, dan wewenang
tidak lagi dibagi secara teratur sesuai dengan ukuran stratanya, akan
menimbulkan kekacauan yang memecah keutuhan masyarakat dan
secara tidak langsung memecah keutuhan suatu negara.
Menurut Soekanto, semua manusia dapat dianggap sederajat, tetapi
sesuai dengan kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial,
tidaklah demikian. Perbedaan atas lapisan-lapisan pada masyarakat,
merupakan gejala yang universal yang merupakan bagian dari sistem
sosial setiap masyarakat. Pada masyarakat kecil dan homogen dapat
dikatakan hampir tidak terdapat pelapisan sosial. Adapun masyarakat
yang heterogen seperti di perkotaan, memperlihatkan kecenderungan
menuju ke arah stratifikasi yang lebih banyak dan kompleks, sebab
dasar dari stratifikasinya adalah pembagian kerja. Penilaian ditinjau
dari segi peranan yang berhubungan dengan jenis pekerjaannya dalam
memenuhi kepentingan masyarakat nya yang didasarkan atas penilaian
biologis dan kebudayaan.
Robin William J.R. menyebutkan pokok pedoman tentang proses
terjadinya stratifikasi sosial pada masyarakat, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem
stratifikasi
sosial
mungkin
berpokok
pada
sistem
pertentangan yang terjadi pada masyarakat sehingga menjadi
objek penyelidikan.
b. Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsurunsur, yaitu sebagai berikut.
1) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, misalnya penghasilan,
kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka kejahatan),
wewenang.
2) Sistem pertentangan yang diciptakan masyarakat (prestise dan
penghargaan).
3) Kriteria
sistem
pertentangan
yaitu
apakah
didapatkan
berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat,
hak milik, wewenang, atau kekuasaan.
4) Lambang-lambang kedudukan, misalnya tingkah laku, cara
berpakaian, bentuk rumah, keanggotaan dalam suatu organisasi
formal.
5) Mudah sukarnya berubah kedudukan.
6) Solidaritas di antara individu atau kelompok sosial yang
menduduki status sosial yang sama dalam sistem sosial, seperti:
a. pola-pola interaksi (struktur clique dan anggota keluarga);
b. kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap, dan
nilai;
c. kesadaran akan status masing-masing;
d. aktivitas dalam organisasi secara kolektif.
E. Pendidikan mendorong terjadinya perubahan stratifikasi di
masyarakat
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya
dalam dua hal, yakni pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan
uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan
mempengaruhi
jenjang
kelas
sosial.
Pendidikan
bukan
hanya
memberikan keterampilan kerja tetapi juga melahirkan perubahan
mental, selera, minat, tujuan, cara berbicara (perubahan cara hidup
seseorang).
2
Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup dan eksis dalam
masyarakat. Salah satu institusi sosial yang dapat membantu
eksistensi manusia dalam masyarakat adalah institusi pendidikan.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan
peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam
segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter
secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan
untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua, mengenali individu
yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan
disposisi kebutuhan. 3 Kedua karakter umum lembaga pendidikan
tersebut menunjukkan bahwa intitusi pendidikan juga sebagai institusi
sosial.
Dalam pendidikan, dikenal tripusat lingkungan pendidikan, yaitu
lingkungan
pendidikan
keluarga
(informal),
lingkungan
sekolah
(formal), dan lingkungan masyarakat (nonformal). Ketiga klasifikasi
tersebut dalam pergaulannya di masyarakat memiliki peran yang
2 Dr. S. Nasution, MA. 2010, Sosiologi pendidikan, Hal: 10.
3 Oemar hamalik.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005
jakarta.cet 5 hal: 23
berbeda-beda, lembaga pendidikan pertama, yaitu informal atau
keluarga, ranah garapannya adalah lebih banyak diarahkan dalam
pembentukan
karakter
atau
keyakinan
dan
norma.
Lembaga
pendidikan formal atau sekolah, peran besarnya lebih banyak di
arahkan pada pengembangan penalaran peserta didik, dan lembaga
pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, perannya lebih banyak pada
pembentukan karakter sosial.4 Ketiga lingkungan pendidikan tersebut
mestinya sinergi dalam upaya penguatan sistim sosial secara
universal.
Kemajuan suatu bangsa atau masyarakat dapat dilihat dari sistem
pendidikan
yang
dilaksanakan.
Perkembangan
zaman
akan
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang tidak lain
dipenuhi melalui bidang pendidikan. Berkembangnya pendidikan akan
mendorong terjadi perubahan sosial. Pendidikan membuat seorang
individu mengetahui banyak hal dan mengetahui perkembanganperkembangan yang terjadi pada kehidupan masyarakat lain, melalui
pola pikir yang maju dan terpelajar. Pendidikan dapat menyejajarkan
masyarakat yang sedang berkembang dengan masyarakat yang maju
Pendidikan di pandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang
lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang
diperoleh makin besar harapan untuk mencapai itu. Dengan demikian
terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih
tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari
golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa
pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu
keturunanlah yang menetukan status sosial seseorang yang sukar di
tembus karena sistem golongan yang ketat. Tokoh-tokoh pendidikan
banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidik untuk
4 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2 hal 183-184.
memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan
pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas antara golongangolongan sosial. Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama
membuka jalan bagi setiap anak untuk memperoleh pekerjaan yang
diinginkannya.
Kewajiban
belajar
atau
pendidikan
universal
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua
anak dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan
golongan sosial akan dikurangi jikapun tidak dapat dihapuskan
seluruhnya.
diwujudkan.
Dalam
kenyataan
cita-cita
tidak
demikian
mudah
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Stratifikasi sosial atau penggolongan kelas sosial masyarakat sebuah
keniscayaan
yang
dengannya
timbul
motivasi
untuk
saling
mengembangkan potensi sumber daya manusia. Perkembangan
peradaban yang semakin modern dan berkembang mendorong sistem
stratifikasi sosial yang terbuka, dimana setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk mengambil peran dan mendapatkan
penghargaan di lingkungan masyarakatnya.
Sebagai salah satu faktor pembentuk stratifikasi sosial, pendidikan
diyakini sebagai langkah rasional dan logis dalam upaya meningkatkan
peran dan penghargaan masyarakat terhadap seseorang. Melalui
pendidikan seseorang selain dapat meningkatkan pengetahuan dan
pola pikir juga memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh setiap
faktor pembentuk stratifikasi yang lainnya yaitu kekayaan, kekuasaan,
dan kehormatan bahkan merubah strata keturunannya. Melalui
pendidikan seseorang mampu mendapatkan peran dan penghargaan
yang
diakui
dalam
lingkungan
masyarakat
sebagai
proses
terbentuknya stratifikasi sosial yang dianut masyarakat.
B. SARAN
Pendidikan sebagai faktor pembentuk stratifikasi sosial hendaknya
berdasarkan mutu pengetahuan,keterampilan dan sikap yang dimiliki
sesuai tingkat pendidikan seseorang. Bukan sekedar legalisasi atas
gelar yang dimiliki. Kepercayaan masyarakat akan kemampuan
pendidikan
sebagai
upaya
meningkatkan
stratifikasi
sosial
di
masyarakatnya bisa jadi menjadi membuka peluang negatif untuk
mendapatkan legalisasi pendidikan berupa ijazah dengan cara-cara
masip seperti pembelian ijazah secara instan. Sistem pendidikan
sebagai sistem sosial harus disusun secara ideal sehingga output
dalam proses pendidikan mampu menjadi manusia insan kamil yang
berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara,
Jakarta Anggota IKAPI, 1994
2.
Dr. S. Nasution, MA. 2010, Sosiologi pendidikan
3.
Oemar hamalik.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan
sistem.Bumi aksara.2005 jakarta.cet 5
4.
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002
jakarta.cet.2
5.
http://nindac.blogspot.co.id/2013/04/stratifikasi-sosial.html
6.
https://sosiologiblog.wordpress.com/2012/11/20/ciri-ciri-stratifikasisosial/
7.
https://sosiologiblog.wordpress.com/2012/11/20/faktor-faktorpembentuk-stratifikasi-sosial/
8.
http://zackeyhernandez.blogspot.co.id/2013/04/pendidikan-dantatanan-sosial.html
Download