PERTEMUAN 12 LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN—OBLIGASI PENDAHULUAN Suatu perusahaan sering kali memiliki instrument hutang dari perusahaan afiliasinya. Aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dibenarkan dengan dasar pemikiran untuk kepentingan keamanan, efisiensi, dan fleksibilitas. Pinjam meminjam langsung antar perusahaan afiliasi menghasilkan akun resiprokal piutang dan hutang baik pokok maupun bunganya, begitu pula dengan akun resiprokal pendapatan dan beban. Akun-akun resiprokal ini dieliminasi dalam penyiapan laporan keuangan konsolidasi. Masalah khusus dalam akuntansi obligasi dan wesel antar perusahaan timbul ketika suatu perusahaan membeli instrument hutang afiliasinya dari pihak luar. Pembelian semacam ini merupakan penarikan hutang dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan walaupun hutang-hutang tersebut tetap beredar jika dilihat dari sudut pandang debitur sebagai entitas hukum yang berdiri sendiri. Selanjutnya, laporan konsolidasi disiapkan untuk menunjukkan posisi keuangan dan hasil-hasil operasi yang akan dihasilkan apabila perusahaan penerbit telah membeli dan menarik hutangnya. 12.1 TRANSAKSI OBLIGASI ANTAR PERUSAHAAN Pada saat suatu perusahaan mengeluarkan obligasi, kewajiban obligasinya akan mencerminkan tingkat bunga pasar yang berlaku. Jika tingkat bunga pasar meningkat, nilai pasar kewajiban menjadi lebih kecil dibanding dengan nilai bukunya dan sebagai akibatnya, perusahaan penerbit seharusnya merealisasikan adanya keuntungan. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum, keuntungan tersebut tidak diakui pada buku perusahaan penerbit. Begitu pula, apabila terjadi penurunan pada tingkat bunga pasar, akan mengakibatkan adanya kerugian terealisasi yang juga tidak diakui. Laba dan rugi terealisasi tapi tidak diakui ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sesuai dengan FASB Statement No. 107, “Pengungkapan Nilai Wajar Instrumen Finansial.” Keuntungan maupun kerugian atas obligasi yang beredar dari afiliasi yang teridentifikasi namun tidak diakui ini, dapat diakui dengan cara menarik obligasi yang beredar. Induk ‘11 1 Martha Carolina SE,Sk, M.Ak Akuntansi Keuangan Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi dan biaya penerbitan), maka terjadi kerugian konstruktif atau penarikan hutang. Sebaliknya, apabila harga yang dibayar lebih kecil dari nilai buku hutang tersebut, maka keuntungan konstruktiflah yang terjadi. Beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian konstruktif pada transaksi obligasi antar perusahaan seharusnya dialokasikan diantara pihak afiliasi pembeli dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut. Contoh, jika induk perusahaan membayar $99.000 untuk obligasi anak perusahaan yang beredar bernilai nominal $100.000 dengan agio yang belum diamortisasi $2.000, maka keuntungan konstruktif sebesar $3.000 ($102.000 - $99.000) dialokasikan untuk induk perusahaan sebesar $1.000 dan untuk anak perusahaan sebesar $2.000. dikenal sebagai teori nilai nominal. Alternatif untuk teori nilai nominal ini adalah teori keagenan, dimana afiliasi yang membeli obligasi antar perusahaan bertindak sebagai agen bagi perusahaan penerbit, berdasarkan perintah dari manajemen induk perusahaannya. Berdasarkan teori keagenan, keuntungan konstruktif sebesar $3.000 dialokasikan ke anak perusahaan (perusahaan penerbit), dan pengaruh pada laporan konsolidasi sama seperti jika anak perusahaan telah membeli obligasi miliknya sendiri seharga $99.000. Walaupun tidak didukung oleh teori yang terpisah, keuntungan dan kerugian konstruktif seringkali 100% dialokasikan ke induk perusahaan atas dasar kemanfaatan sehingga akuntansinya menjadi tidak terlalu rumit. 12.3.1 Perolehan Obligasi Induk Perusahaan Contoh kasus 1, Peach Corporation memiliki 80% kepemilikan Sugar Corporation. Peach menjual obligasi kapada publik dengan nilai nominal $1.000.000, tingkat bunga 10%, jangka waktu 10 tahun, pada nilai nominalnya, pada tanggal 2 Januari 2006. Satu tahun kemudian pada tanggal 31 Desember 2006, Sugar membeli obligasi dengan nilai nominal $100.000 dari obligasi yang beredar ini dengan harga $104.500 melalui pasar obligasi. Pembelian oleh Sugar tersebut mengakibatkan penarikan konstruktif atas obligasi Peach yang bernilai nominal $100.000 dan kerugian konstruktif sebesar $4.500 ($104.500 dibayar oleh Sugar untuk menarik obligasi dengan nilai buku $100.000). ‘11 3 Martha Carolina SE,Sk, M.Ak Akuntansi Keuangan Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id 12.3.2 Perolehan Obligasi Anak Perusahaan Contoh kasus 2, Sugar menjual obligasi kepada publik dengan nilai nominal $1.000.000, jangka waktu 10 tahun, pada tanggal 2 Januari 2006. Peach memperoleh obligasi dengan nilai nominal $100.000 dari obligasi ini dengan harga $104.500 pada tanggal 31 Desember 2006 di pasar obligasi. Pembelian oleh Peach mengakibatkan penarikan konstruktif atas obligasi Sugar yang bernilai nominal $100.000 dan kerugian konstruktif sebesar $4.500 bagi entitas yang dikonsolidasikan. Hanya 80% dari kerugian konstruktif tersebut yang dibebankan kepada pemegang saham mayoritas kerena pembelian atas obligasi perusahaan mempengaruhi pendapatan hak minoritas. Dalam mempertanggungjawabkan investasinya pada Sugar berdasarkan metode ekuitas, Peach mengakui 80% dari kerugian konstruktif tersebut dengan ayat jurnal berikut ini: Laba dari Sugar Investasi dalam Sugar $3.600 $3.600 Penyesuaian kertas kerja konsolidasi pada tahun tersebut atas pembelian obligasi antar perusahaan adalah sama seperti yang diilustrasikan untuk pembelian antar perusahaan atas obligasi Peach. Namun penurunan pada laba bersih konsolidasi sebesar $3.600 (untuk menyamakan laba bersih konsolidasi satu-baris) terdiri dari kerugian konstruktif sebesar $4.500 dikurangi dengan $900 hak minoritas sehingga meningkatkan laba bersih konsolidasi. Secara ringkas, apabila induk perusahaan adalah afiliasi penerbit, tidak ada alokasi keuntungan dan kerugian dari transaksi-transaksi obligasi antar perusahaan yang diperlukan. Tetapi apabila anak perusahaan adalah afiliasi penerbit, keuntungan dan kerugian antar perusahaan atas obligasi harus dialokasikan pada laba bersih konsolidasi. Dalam konsolidasi satu-baris, induk perusahaan hanya mengakui bagiaannya dari keuntungan atau kerugian konstruktif tersebut atas obligasi yang diterbitkan oleh anak perusahaan. ‘11 5 Martha Carolina SE,Sk, M.Ak Akuntansi Keuangan Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id