BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk mengetahui gambaran proteksi radiasi pada pekerja bidang radiologi dan melihat penerapan dari proteksi radiasi pada unit radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Mei 2017. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bidang radiologi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. 3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi penelitian. 51 Universitas Sumatera Utara 52 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dengan pekerja bidang radiologi, dan menggunakan tabel check list. 3.4.2 Data Sekunder Data yang diperoleh dari rumah sakit mengenai instalasi radiologi dan hal- hal yang berhubungan dengan proteksi radiasi rumah sakit. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah persyaratan proteksi radiasi yang telah dirangkum menjadi personil, pelatihan proteksi radiasi, pemantauan kesehatan, rekaman, pemantauan dosis, peralatan protektif radiasi, dan uji kesesuaian. 3.5.2 1. Definisi Operasional Personil adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan pemanfaatan pesawat sinar-X di unit radiologi rumah sakit. 2. Pelatihan proteksi radiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pekerja radiasi dalam pemanfaatan radiasi di unit radiologi diagnostik. 3. Pemantauan kesehatan adalah kegiatan pengawasan terhadap kesehatan pekerja radiasi di unit radiologi, yang meliputi: pemeriksaan kesehatan, konseling, dan penatalaksanaan pekerja yang terkena paparan radiasi berlebih. Universitas Sumatera Utara 53 4. Rekaman adalah dokumen yang berisi tentang bukti-bukti dari pelaksanaan proteksi radiasi di rumah sakit. 5. Pemantauan dosis radiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk melihat besar paparan radiasi terhadap setiap pekerja radiasi selama bekerja di unit radiologi rumah sakit. 6. Bangunan fasilitas adalah ruangan yang digunakan dalam pemanfaatan pesawat sinar-X di rumah sakit serta perlengkapan yang menunjang proteksi radiasi di unit radiologi. 7. Peralatan protektif radiasi adalah Alat Pelindung Diri yang digunakan sebagai proteksi terhadap radiasi dalam kegiatan pelayanan di unit radiologi, yang meliputi apron Pb, tabir radiasi, kacamata Pb, sarung tangan Pb, pelindung tiroid, dan gonad apron. 8. Uji kesesuaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan peralatan yang digunakan di unit radiologi rumah sakit bekerja dengan baik dan benar. 3.6 Metode Analisis Data Data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara, dan menggunakan tabel check list akan diolah secara manual dan dideskripsikan serta dibahas, yang nantinya akan disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang berlaku, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif Universitas Sumatera Utara 54 2. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional 3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi No. Variabel 1. Personil a. Petugas Proteksi Radiasi b. Dokter spesialis radiologi c. Radiografer d. Fisikawan medik 2. Pelatihan proteksi radiasi untuk: a. Petugas Proteksi radiasi b. Dokter spesialis radiologi c. Radiografer d. Fisikawan medik 3. Pemantauan kesehatan 4. 5. 6. 7. 8. Alat Ukur Wawancara dan check list Hasil Ukur 1. Ada 2. Tidak ada Skala Ordinal Wawancara dan check list 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal Wawancara dan check list Check list 1. Ada 2. Tidak ada Rekaman 1. Ada 2. Tidak ada Bangunan fasilitas Observasi dan 1. Sesuai Check list 2. Tidak sesuai Pemantauan dosis Check list 1. Ada radiasi 2. Tidak ada Peralatan protektif Observasi dan 1. Sesuai radiasi check list 2. Tidak sesuai Uji kesesuaian Check list 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSUD Tarutung 4.1.1 Profil RSUD Tarutung RSUD Tarutung terletak di Jl. Agus Salim Nomor 1 Tarutung, dengan luas tanah 55.000 m2 dan luas bangunan 8.653 m2. RSUD Tarutung adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. RSUD Tarutung menyediakan 211 tempat tidur, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Tempat Tidur di RSUD Tarutung No. Jumlah (Tempat Tidur) 4 12 19 34 78 12 7 4 4 20 17 211 Jenis Ruang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Ruang inap VVIP Ruang inap VIP Ruang inap kelas I Ruang inap kelas II Ruang inap kelas III Ruang ICU Ruang ICCU Ruang operasi Ruang isolasi Ruang bersalin Kamar bayi baru lahir Total Sumber: http://sirs.yankes.kemkes.go.id Dari tabel di atas diketahui bahwa: di ruang rawat inap VVIP terdapat sebanyak 4 tempat tidur; ruang rawat inap VIP sebanyak 12 tempat tidur; ruang inap kelas I sebanyak 19 tempat tidur; ruang inap kelas II sebanyak 24 tempat tidur; ruang inap kelas III sebanyak 78 tempat tidur; ruang ICU sebanyak 12 55 Universitas Sumatera Utara 56 tempat tidur; ruang ICCU sebanyak 7 tempat tidur; ruang isolasi sebanyak 4 tempat tidur; ruang operasi sebanyak 4 tidur; ruang bersalin sebanyak 20 tempat tidur; dan kamar bayi baru lahir sebanyak 17 tempat tidur. Berikut ini merupakan rincian tenaga kesehatan dan non kesehatan yang ada di RSUD Tarutung: Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan yang Ada di RSUD Tarutung No. Jenis Tenaga Jumlah (orang) 1. Dokter Umum 17 2. Dokter Spesialis Kandungan 2 3. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 4 4. Dokter Spesialis Bedah 2 5. Dokter Spesialis Radiologi 1 6. Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif 1 7. Dokter Spesialis Mata 1 8. Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok 2 9. Dokter Spesilis Patologi Klinik 1 10. Dokter Spesialis Paru 1 11. Dokter Spesialis Anak 2 12. Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 13. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 1 14. Dokter Spesialis Saraf 1 15. Dokter Gigi 4 16. Ners 12 17. Perawat Gigi 5 18. Perawat Lainnya 150 19. Apoteker 4 20. Analisis Farmasi 16 21. Radiografer Elektromedis 5 22. Analisis Kesehatan 3 23. Kesja 2 24. Administrasi Kesehatan 1 25. Kesehatan Lingkungan 1 26. Fisioterapi 3 27. Hukum 3 28. Tenaga Non Kesehatan 101 Total 353 Sumber: http://sirs.yankes.kemkes.go.id Universitas Sumatera Utara 57 Saat ini total tenaga kesehatan dan non kesehatan yang terdapat di RSUD Tarutung sebanyak 353 orang. Tenaga kesehatan dan non kesehatan ini meliputi: dokter; dokter spesialis; dokter gigi; perawat; tenaga bidang kefarmasian; tenaga kesehatan lain; dan tenaga non kesehatan. Jumlah rata-rata pasien RSUD Tarutung per tahunnya adalah 28.754 pasien. Berikut ini merupakan rincian pasien di RSUD Tarutung per tahunnya: Tabel 4.3 Jumlah Rata-Rata Pasien per Tahunnya di RSUD Tarutung No. Jenis Pasien Jumlah (pasien) 1. Pasien rawat inap 10.606 2. Pasien rawat jalan 15.721 3. Pasien Instalasi Gawat darurat 2.427 Total 28.754 Sumber: http://sirs.yankes.kemkes.go.id Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata pasien rawat inap di RSUD Tarutung sebanyak 10.606, pasien rawat jalan sebanyak 15.721, dan pasien Instalasi Gawat Darurat sebanyak 2.427 pasien per tahunnya. 4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Tarutung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarutung berdiri sejak tahun 1918 oleh Zending Jerman yang berlokasi di Tarutung, Tapanuli Utara. Pembangunan Rumah Sakit ini sepenuhnya inisiatif dari Zending Jerman. Pada saat itu pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dilaksanakan oleh petugas Zending Jerman dengan bentuk pelayanan murni sosial. Dalam perjalanannya, disamping sebagai fungsi pelayanan dilakukan juga fungsi pendidikan dan pelatihan tenaga pribumi menjadi tenaga kesehatan yang kemudian para lulusan tenaga kesehatan ini disebarkan ke seluruh penjuru tanah air, bukan hanya di Tapanuli tetapi juga di luar Tapanuli. Universitas Sumatera Utara 58 Pada tahun 1952 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara meskipun tenaga pelayanan masih ada disumbangkan oleh Zending Jerman. Pengelolaan oleh Provinsi Sumatera Utara pada mulanya juga dengan mengikuti pola pelayanan murni sosial. Tetapi pada perkembangan selanjutnya kemampuan untuk memberikan pelayanan murni sosial tidak dapat dipertahankan lagi. Hingga tahun 1983 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung masih berstatus rumah sakit kelas D dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi dibantu oleh para medis perawatan dan non perawatan serta administrasi manajemen lainnya. Sejak tahun 1984 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung disahkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Spesialis Dasar, Dokter Umum, Dokter Gigi, dan para medis perawatan atau non perawatan serta tenaga administrasi manajemen lainnya. Terjadi pasang surut yang disebabkan karena adanya perpindahan para dokter spesialis, sehingga beberapa tahun kemudian pelayanan hanya diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 1809/Menkes-Kessos/SK/XII/2000, pada tanggal 26 Desember 2000 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung disahkan menjadi rumah sakit kelas B. (Nainggolan, 2013). Universitas Sumatera Utara 59 4.2 Visi dan Misi Rumah Sakit 4.2.1 Visi Visi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung adalah “Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung yang profesional, mandiri, bersahabat, dan penuh kasih”. 4.2.2 Misi Adapun misi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dalam memberikan pelayanannya adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan berkualitas dan profesional kepada masyarakat dengan biaya terjangkau; 2. Melaksanakan pekerjaan dalam tim yang profesional, dinamis, inovatif, berdedikasi tinggi dan terpercaya; 3. Meningkatkan kualitas SDM dan memanfaatkan perkembangan IPTEK 4. Meningkatkan kesejahteraan SDM Rumah Sakit; 5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana pelayanan di semua bidang secara berkesinambungan; dan 6. 4.3 Menciptakan suasana kerja yang kondusif dan harmonis. Gambaran Umum Unit Radiologi RSUD Tarutung Pelayanan radiologi diagnostik hanya dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta, termasuk didalamnya adalah pelayanan dalam rumah sakit. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik dan radiologi intervensional, fasilitas pelayanan kesehatan harus Universitas Sumatera Utara 60 memiliki izin peggunaan alat dari Bapeten sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak RSUD Tarutung telah memiliki izin untuk menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik, ini dibuktikan dengan adanya surat izin yang dikeluarkan oleh Bapeten dengan Nomor 017460.010.11.260117, tertanggal 9 Desember 2016. Keputusan ini berlaku mulai tanggal dikeluarkannya keputusan tersebut sampai dengan tanggal 25 Januari 2019. Unit radiologi RSUD Tarutung menyediakan pelayanan 24 jam, dengan pengaturan sistem 3 shift kerja. Rata-rata jumlah penyinaran di unit radiologi RSUD Tarutung adalah sebanyak 9.771 penyinaran per tahunnya. Jenis pelayanan yang tersedia di unit radiologi RSUD Tarutung adalah pelayanan radiologi diagnostik. Tabel 4.4 Pesawat Sinar-X yang Ada di Unit Radiologi RSUD Tarutung No. Pesawat sinar-X Kondisi 1. Toshiba DRX-1603B Baik 2. Toshiba A.192 (Varian) Baik 3. ARDET ORIX70 Rusak berat 4. Toshiba DR-3724H Rusak berat Sumber: RSUD Tarutung Di unit ini terdapat 4 pesawat sinar-X, dimana 2 diantaranya dengan kondisi rusak berat (tidak dapat digunakan), dan 2 lainnya dalam kondisi baik (telah dilakukan uji kesesuaian dan memiliki izin pemanfaatan alat). Berikut ini merupakan data pesawat sinar-X yang ada di unit radiologi RSUD Tarutug yang dapat bekerja dengan baik: 1. Merk pesawat : Toshiba Model : Toshiba Universitas Sumatera Utara 61 2. Tipe : A 192 (Varian) Nomor Seri : 24828.85 Kondisi Max : 150 kV/630 mA Fungsi : Foto polos dan thorax Merk pesawat : Toshiba Mobile X-Ray Model : Toshiba Tipe : DRX-1603B Nomor Seri : 6K984F Kondisi Max : 125 kV/100 mA Fungsi : Foto abdomen dan thorax Manajemen RSUD Tarutung menetapkan prosedur pengoperasian setiap pesawat sinar-X dan menempatkannya di sekitar pesawat agar dapat digunakan oleh petugas yang berkompeten. Prosedur ini dibuat dengan jelas dan mudah dipahami oleh petugas. Prosedur pengoperasian ini meliputi cara menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan pesawat. 4.3.1 Denah Ruang Radiologi Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari RSUD Tarutung, berikut ini merupakan denah ruangan dari unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 62 Gambar 4.1 Denah Ruang Radiologi RSUD Tarutung Keterangan: 1. Ruang tunggu 5. Kamar gelap 9. 2. Ruang administrasi 6. Lahan kosong 10. Ruang pemeriksaan 3. Ruang operator 7. Lahan kosong 4. Ruang dokter 8. Kamar mandi 4.4 Hasil Kuesioner dan Tabel Check List 4.4.1 Hasil Kuesioner Petugas Proteksi Radiasi Kamar ganti Berikut ini merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner terhadap Petugas Proteksi Radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 63 Tabel 4.5 Hasil Kuesioner untuk Petugas Proteksi Radiasi Jawaban No Pertanyaan Ya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Apakah semua anggota personil sudah lengkap di unit radiologi ini? Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan radioaktif yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit? Apakah dilakukan rekaman tentang pelaksanaan proteksi radiasi di Rumah Sakit? Apakah bangunan dan fasilitas di unit radiologi RSUD Tarutung sudah memenuhi standar? Apakah dilakukan kegiatan pemantauan kesehatan? Apakah peralatan protektif radiasi di unit radiologi sudah lengkap? Apakah dilakukan pemantauan dosis radiasi? Apakah sudah dilakukan uji kesesuaian pesawat sinar-X? Tidak Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung masih belum lengkap, Petugas Proteksi Radiasi di rumah sakit ini sudah mendapatkan program pelatihan proteksi radiasi, terdapat rekaman proteksi radiasi, bangunan dan fasilitas memenuhi standar, tidak dilakukan pemantauan kesehatan bagi personil, peralatan protekstif radiasi belum lengkap, sudah dilakukan pemantauan dosis radiasi dan uji kesesuaian terhadap pesawat sinar-X. 4.4.2 Hasil Kuesioner Radiografer Berikut ini merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan radiografer di unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 64 Tabel 4.6 Hasil Kuesioner untuk Radiografer No. Pertanyaan Ya 1. Apakah Anda pernah mengikuti 1 pelatihan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit? 2. Apakah Anda mendapatkan program 0 pemantauan kesehatan yang diberi oleh Rumah Sakit? 3. Apakah Anda menggunakan apron 6 pada saat melakukan penyinaran? 4. Apakah Anda menggunakan tabir 0 yang dilengkapi Pb pada saat melakukan penyinaran? 5. Apakah Anda menggunakan 0 kacamata Pb pada saat melakukan penyinaran? 6. Apakah Anda menggunakan sarung 0 tangan Pb pada saat melakukan penyinaran? 7. Apakah Anda menggunakan 0 pelindung tiroid Pb pada saat melakukan penyinaran? 8. Apakah Anda menggunakan 0 pelindung ovarium pada saat melakukan penyinaran? 9. Apakah Anda menggunakan 0 pelindung gonad pada saat melakukan penyinaran? 10. Apakah Anda menggunakan 0 pelindung ovarium pada saat melakukan penyinaran? 11. Apakah Anda selalu menggunakan 6 film badge ketika sedang berada di unit radiologi? % 17 Tidak 5 % 83 Total 6 100 6 100 6 100 0 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 6 100 0 100 6 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 1 radiografer yang pernah mengikuti pelatihan, semua radiografer belum pernah mendapatkan pemantauan kesehatan, semua radiografer menggunakan apron saat melakukan penyinaran namun tidak menggunakan alat protektif radiasi jenis lainnya. Semua radiogarfer menggunakan film badge saat berada di lingkungan unit radiologi. Universitas Sumatera Utara 65 4.4.3 Hasil Kuesioner Fisikawan Medik Berikut ini merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan fisikawan medik yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.7 Hasil Kuesioner untuk Fisikawan Medik No Pertanyaan 1. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan proteksi radiasi yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit? Apakah Anda mendapatkan program pemantauan kesehatan yang diberi oleh Rumah Sakit? Apakah Anda selalu menggunakan film badge ketika sedang berada di unit radiologi? 2. 3. Jawaban Ya Tidak Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa fisikawan medik di unit radiologi RSUD Tarutung belum pernah mendapatkan pelatihan proteksi radiasi dan pemantauan kesehatan, dan fisikawan medik di rumah sakit ini selalu mennggunakan film badge ketika berada di lingkungan unit radiologi. Universitas Sumatera Utara 66 4.4.4 Hasil Check List Program Proteksi Radiasi di Unit Radiologi RSUD Tarutung Tabel 4.8 Hasil Check List Pelaksanaan Proteki Radiasi di Unit Radiologi RSUD Tarutung Hasil Tidak No. Kriteria Ketentuan Keterangan Ada/ Ada/ Sesuai Tidak Sesuai 1. Personil: Terdapat 1 orang dokter spesialis, tetapi bukan dokter tetap di a. Dokter Spesialis Tarutung, sehingga hanya bertugas untuk membaca hasil Radiologi atau Dokter penyinaran. yang Berkompeten Peraturan Kepala b. Tenaga Ahli Terdapat 1 orang fisikawan medik Badan Pengawas (Qualified Expert) Tenaga Nuklir dan/atau Fisikawan Nomor 8 Tahun Medik 2011 c. Petugas Proteksi Terdapat 1 orang Petugas Proteksi Radiasi yang memiliki SIB Radiasi dari Bapeten d. Radiografer Terdapat 6 orang radiografer, termasuk Petugas Proteksi Radiasi 2. Pelatihan Proteksi Radiasi Peraturan Kepala Pernah dilakukan pelatihan terhadap Petugas Proteksi Radiasi a. Untuk Petugas Badan Pengawas Proteksi Radiasi Tenaga Nuklir b. Untuk Fisikawan Belum pernah dilakukan pelatihan proteksi radiasi terhadap Nomor 8 Tahun medik fisikawan medik 2011 c. Untuk radiografer Belum pernah dilakukan pelatihan proteksi radiasi untuk radiografer di unit radiologi RSUD Tarutung Universitas Sumatera Utara 67 3. d. Untuk dokter spesialis radiologi Pemantauan kesehatan 4. Rekaman 5. Bangunan fasilitas 6. Pemantauan dosis 7. Peralatan Protektif radiasi Uji 8. kesesuaian Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 Peraturan Badan Pengawas tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Pihak rumah sakit membuat dan memelihara rekaman dan pendokumentasian mengenai penyelenggaraan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung Dinding ruang radiologi terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm, terdapat tanda radiasi, peringatan bahaya radiasi, dan lampu merah sinyal sedang dilakukannya penyinaran di pintu masuk ruang penyinaran Telah dilakukan pemantauan dosis dengan menggunakan film badge Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 PP RI Nomor 33 Tahun 2007 Belum pernah dilakukan pelatihan proteksi radiasi untuk dokter spesialis radiologi Belum pernah dilakukan pemantauan kesehatan bagi pekerja bidang radiologi Unit radiologi RSUD Tarutung hanya menyediakan 3 buah apron, 1 buar tabir radiasi berlapis Pb, dan 2 pasang sarung tangan Pb Uji kesesuaian dilakukan pada setiap pesawat sinar-X yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung dan dilakukan secara berkala Universitas Sumatera Utara 68 4.5 Proteksi Radiasi Telah disebutkan sebelumnya bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung merupakan rumah sakit rujukan dari kabupaten. Penyelenggaraan program proteksi radiasi yang terpadu sangatlah dibutuhkan untuk menunjang keberlangsungan pelayanan radiologi yang sesuai standar dan untuk memaksimalkan perlindungan terhadap pekerja radiasi, pasien, dan masyarakat umum. Pemegang izin merupakan orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan tenaga nuklir dari Bapeten (Perkabepeten, 2011). RSUD Tarutung selaku pemegang izin, memiliki tanggung jawab untuk: 1. Menyediakan, melaksanakan, mendokumentasikan program proteksi dan keselamatan radiasi 2. Memverifikasi secara sistematis bahwa hanya personil yang sesuai dengan kompetensi yang bekerja dalam penggunaan pesawat sinar-X 3. Menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi 4. Menyelenggarakan pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi 5. Menyediakan perlengkapan proteksi radiasi 6. Melaporkan kepada kepala Bapeten mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifikasi keselamatan. Pihak manajeman RSUD Tarutung menyediakan dan mendokumentasikan prosedur untuk proteksi dan keselamatan radiasi bagi personil dengan tujuan untuk melindungi personil dari bahaya radiasi. Berikut ini merupakan prosedur yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit: Universitas Sumatera Utara 69 1. Pastikan bahwa alat pelindung diri dari radiasi berupa apron, sarung tangan Pb telah tersedia dan mudah dijangkau; 2. Setiap petugas harus memakai personal dosimetri seperti film badge selama bekerja di area sumber radiasi; 3. Pekerja radiasi yang sedang hamil ditempatkan di daerah dosis radiasi yang lebih rendah, jika tetap bekerja peralatan protektif radiasi seperti apron harus selalu digunakan; 4. Harus selalu memperhatikan aspek proteksi radiasi, yaitu: jarak, waktu penyinaran, dan penahan/perisai; 5. Lakukan pemantauan dosis personil secara bulanan; 6. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Berikut ini merupakan hasil kuesioner untuk Petugas Proteksi Radiasi, radiografer, dan fisikawan medik mengenai penerapan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung: 4.5.1 Personil Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, di bawah ini merupakan daftar ketersediaan personil di unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 70 Tabel 4.9 Personil yang Ada di Unit Radiologi RSUD Tarutung Hasil No. Personil Keterangan Tidak Ada Ada 1. Petugas Terdapat 1 orang Petugas Proteksi Proteksi Radiasi yang telah memiliki SIB Radiasi 2. Tenaga ahli Tidak ada tenaga ahli di unit radiologi RSUD Tarutung 3. Fisikawan Terdapat 1 orang fisikawan medik Medik 4. Radiografer Terdapat 6 radiografer termasuk Petugas Proteksi Radiasi yang bertuugas di unit radiologi RSUD Tarutung 5. Dokter Terdapat 1 orang dokter spesialis, spesialis tetapi tidak bekerja secara tetap Sumber: Hasil wawancara dan check list yang telah dilakukan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa: tidak terdapat tenaga ahli di unit radiologi RSUD Tarutung, terdapat 1 Petugas Proteksi Radiasi; terdapat 1 orang fisikawan medik; terdapat 6 radiografer termasuk Petugas Proteksi Radiasi; dan terdapat 1 dokter spesialis yang bekerja secara tidak tetap. Berdasarkan hasil wawancara dan check list yang telah dilakukan, berikut ini merupakan data personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.10 Karakteristik Personil Unit Radiologi RSUD Tarutung Nama Usia Jenis No. Jabatan Pendidikan Personil (tahun) Kelamin 1. Personil 1 Radiografer (PPR) 41 Laki-laki D-III ATRO 2. Personil 2 Fisikawan medik 48 Perempuan S-1 Fisika Medis 3. Personil 3 Radiografer 39 Laki-laki D-III ATRO 4. Personil 4 Radiografer 38 Laki-laki D-III ATRO 5. Personil 5 Radiografer 37 Laki-laki D-III ATRO 6. Personil 6 Radiografer 39 Perempuan D-III ATRO 7. Personil 7 Radiografer 27 Perempuan D-III ATRO 8. Personil 8 Dokter Spesialis 44 Laki-laki Pendidikan Radiologi dokter Sumber: RSUD Tarutung Universitas Sumatera Utara 71 Dari tabel di atas, dapat diketahui karakteristik dari masing-masing personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. berikut merupakan uraiannya: 1. Petugas Proteksi Radiasi Di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat Petugas Proteksi Radiasi sebanyak 1 orang yang berusia 41 tahun, dengan latar belakang pendidikan D-III ATRO, yang telah mempunyai Surat Izin Bekerja (SIB) dari Bapeten. Dengan masa tugas mulai 22 Juli 2016 hingga 15 Agustus 2020. Adapun tugas dari Petugas Proteksi Radiasi ini adalah: a. Membuat dan memutakhirkan program proteksi dan keselamatan radiasi; b. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi; c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi, dan memantau pemakaiannya; d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat di mana pesawat sinar-x digunakan; e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi; f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi; g. Memelihara rekaman; h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan; i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian fakta dalam hal paparan darurat; Universitas Sumatera Utara 72 j. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan radiasi; k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifikasi keselamatan. Dapat disimpulkan bahwa Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung inilah yang ditunjuk oleh rumah sakit untuk memastikan terselenggaranya program proteksi radiasi di unit radiologi rumah sakit ini. 2. Tenaga ahli Tidak terdapat tenaga ahli yang bertugas di unit radiologi RSUD Tarutung. 3. Fisikawan medik Terdapat 1 fisikawan medik yang ada di unit radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dengan latar pendidikan S-1 Fisika Medis. Fisikawan medik ini berusia 48 tahun. Secara keseluruhan, fisikawan medik bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perawatan pesawat sinar-X dan peralatan protektif radiasi lainnya. Tugas dari fisikawan medik di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: a. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya menusia, peralatan, prosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi; b. Menyelenggarakan uji kesesuaian pesawat sinar-X apabila instalasi tersebut memiliki peralatan yang memadai; c. Melakukan perhitungan dosis terutama untuk menetukan dosis janin pada wanita hamil; Universitas Sumatera Utara 73 d. Merencanakan, melaksanakan, dan supervisi prosedur jaminan mutu apabila dimungkinkan; e. Berpartisipasi pada penyusunan dan pelaksanaan program pelatihan proteksi radiasi; f. Bersama dokter spesialis radiologi dan radiografer, memastikan kriteria penerimaan mutu hasil pencitraan dan justifikasi dosis yang diterima oleh pasien. 4. Radiografer Terdapat sebanyak 6 orang radiografer (termasuk Petugas Proteksi Radiasi) yang bekerja di unit radiologi RSUD Tarutung. Dengan latar belakang pendidikan masing-masing adalah D-III ATRO. Radiografer bertanggung jawab penuh atas proses penyinaran yang dilakukan terhadap pasien. Adapun tugas radiografer di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: a. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-x; b. Menetapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan; c. Melakukan kegiatan pengolahan film di kamar gelap. 5. Dokter spesialis radiologi Dokter spesialis radiologi di unit radiologi RSUD Tarutung ada sebanyak 1 orang. Dokter spesialis ini berusia 44 tahun. Dengan latar belakang pendidikan dokter dan spesialis radiologi. Dokter spesialis radiologi ini bukan dokter tetap di Rumah Sakit ini. Dokter tersebut hanya bertugas untuk Universitas Sumatera Utara 74 membaca hasil penyinaran yang telah dilakukan yang akan dikirimkan oleh radiografer. 4.5.2 Pelatihan Proteksi Radiasi Berdasarkan proses wawancara yang telah dilakukan dengan Petugas Proteksi Radiasi, berikut ini merupakan data pelatihan proteksi radiasi yang diselenggarakan untuk personil radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.11 Jenis Pelatihan yang Pernah Diselenggarakan di RSUD Tarutung Keterangan No. Jenis Pelatihan Ada Tidak ada 1. Pelatihan untuk dokter spesialis 2. Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi 3. Pelatihan untuk fisikawan medik 4. Pelatihan untuk radiografer Sumber: Hasil wawancara dengan Petugas Proteksi Radiasi Dari tabel di atas, diketahui bahwa penyelenggaraan pelatihan proteksi radiasi telah dilakukan untuk Petugas Proteksi Radiasi, namun untuk personil lainnya belum pernah dilakukan. Pelatihan proteksi radiasi telah diselenggarakan untuk Petugas Proteksi Radiasi. Pelatihan ini diberikan pada saat akan dilaksanakannya uji Petugas Proteksi Radiasi. Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi ini dilaksanakan di PUSDIKLAT-BATAN, Jakarta. Pihak RSUD Tarutung menunjuk dan mengirimkan 2 orang personil unit radiologi RSUD Tarutung untuk mengikuti pelatihan Petugas Proteksi Radiasi, namun hanya 1 orang personil yang dinyatakan lulus dalam ujian untuk mendapatkan SIB Petugas Proteksi Radiasi. Untuk personil lainnya (fisikawan medik, radiografer, dokter spesialis) belum pernah diselenggarakan pelatihan proteksi radiasi. Universitas Sumatera Utara 75 4.5.3 Pemantauan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung belum pernah menyelenggarakan pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi yang berada di unit radiologi, baik itu berupa pemeriksaan kesehatan, konseling, maupun penatalaksaan kesehatan bagi yang terkena paparan berlebih. 4.5.4 Rekaman Pihak Manajemen RSUD Tarutung menyimpan dan memelihara hasil pemantauan tingkat radiasi dan/atau kontaminasi di daerah kerja dan hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas dalam jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun, dan paling kurang 30 (tiga puluh) tahun untuk hasil pemantauan kesehatan dan hasil pemantauan dosis pekerja radiasi. Dokumen ini disimpan di unit radiologi itu sendiri. Rekaman atau pendokumentasian mengenai kegiatan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung ini disimpan di unit radiologi dan di pusat manajemen rumah sakit. Pihak RSUD Tarutung mengendalikan dan mencantumkan rekaman terkait program proteksi radiasi dan keselamatan radiasi dan menjamin semua rekaman lengkap, mudah dibaca, mudah diidentifikasi dan tersedia saat akan digunakan. Rekaman terkait program proteksi yang dipelihara antara lain: 1. Data inventarisasi pesawat sinar-X; 2. Catatan dosis yang diterima personil setiap bulan; 3. Hasil pemantauan laju paparan radiasi di tempat kerja dan lingkungan; 4. Sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-X; Universitas Sumatera Utara 76 5. Salinan sertifikat pendidikan dan pelatihan pekerja radiasi; dan 6. Hasil pemantauan kesehatan personil. Tabel 4.12 Kelengkapan Data Kegiatan Proteksi Radiasi yang Dilampirkan dalam Rekaman Keterangan No. Data Kegiatan Proteksi Radiasi Ada Tidak Ada 1. Data inventarisasi pesawat sinar-X 2. Catatan dosis yang diterima personil setiap bulan 3. Hasil pemantauan laju paparan di tempat kerja dan lingkungan 4. Sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-X 5. Salinan pendidikan dan pelatihan pekerja radiasi 6. Hasil pemantauan kesehatan Simber: RSUD Tarutung Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data-data yang sudah terlampir dalam rekaman mengenai proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: data inventarisasi pesawat sinar-X; catatan dosis yang diterima personil setiap bulan; sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-X; dan salinan pendidikan dan pelatihan pekerja radiasi sudah ada. Namun untuk data hasil pemantauan laju paparan di tempat kerja dan lingkungan; dan hasil pemantauan kesehatan masih belum ada. 4.5.5 Pemantauan Dosis Radiasi Pihak RSUD Tarutung belum menyelenggarakan pemantauan dosis radiasi di tempat kerja. Sedangkan untuk pemantauan dosis perorangan, Rumah Sakit Umum Daerah telah menyelenggarakan pemantauan dosis radiasi bagi setiap personil dengan menggunakan film badge. Film badge ini digunakan oleh semua pekerja radiasi yang bekerja di unit radiologi RSUD Tarutung. Jumlah paparan dosis radiasi ini akan dicatat dan didokumentasikan. Dokumentasi ini nantinya Universitas Sumatera Utara 77 akan dikirimkan oleh pihak manajemen RSUD Tarutung ke Instansi Pembaca Dosis dan selanjutnya akan mengirimkan hasil evaluasi dosis ke Bapeten. Berikut ini merupakan bentuk pendokumentasian pemantauan dosis paparan radiasi yang diterima oleh setiap personil di unit radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.13 Hasil Pemantauan Dosis Personil Menggunakan Film Badge Tahun 2016 No Dosis (mSv) Nama Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nop Des 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Personil 1 Personil 2 Personil 3 Personil 4 Personil 5 Personil 6 Personil 7 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Sumber: RSUD Tarutung Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dibawah ini merupakan gambar film badge yang digunakan dalam pemantauan dosis radiasi: Gambar 4.2 Film Badge yang Digunakan untuk Pemantauan Dosis Radiasi Universitas Sumatera Utara 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 78 4.5.6 Bangunan Fasilitas Tabel 4.14 Keterangan Ruang Radiologi RSUD Tarutung Ruang Lokasi sekitar ruang Tebal Jenis Penyinaran penyinaran Dinding Material Panjang: 11 m Ruang Tunggu 25 cm Bata Lebar: 5 m Ruang Operator 25 cm Bata Tinggi: 3 m Ruang Dokter 25 cm Bata Kamar Gelap 25 cm Bata Lahan Kosong 25 cm Bata Lahan Kosong 25 cm Bata Kamar Mandi 25 cm Bata Kamar Ganti 25 cm Bata Atas Bawah - + Pb - Sumber: RSUD Tarutung Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa unit radiologi RSUD Tarutung terdiri dari: ruang tunggu; ruang operator; ruang dokter; dan kamar ganti. Ruangan penyinaran unit radiologi ini berukuran: panjang 11 m; lebar 5 m; tinggi 3 m. Ruang penyinaran dilapisi bata dengan ketebalan dinding 25 cm, sama seperti ruangan lain yang ada dalam unit radiologi dan lantai terbuat dari keramik. Tiap dinding ruangan dalam unit radiologi RSUD Tarutung dicat dengan warna putih dan tidak dilapisi dengan Pb. Unit radiologi Rumah Sakit ini dikelilingi tanah kosong. Pertukaran udara ruangan unit radiologi ini dilakukan dengan adanya ventilasi, dengan ketinggian kurang lebih 2 meter dari lantai. Unit radiologi ini tidak memiliki jendela. 1. Ruang tunggu Ruang tunggu berfungsi sebagai tempat para pasien, keluarga pasien, ataupun petugas yang mendampingi pasien yang akan melakukan penyinaran. Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m. Universitas Sumatera Utara 79 2. Ruang operator Ruang operator merupakan ruangan ynga akan digunakan oleh radiografer untuk mengendalikan pesawat sinar-X yang akan digunakan oleh radiografer ketika akan melakukan penyinaran. Ruang operataor yang ada di unit radiologi ini digunakan saat akan mengoperasikan pesawat sinar-X jenis Toshiba A.192 (Varian). Di dalam ruang operator terdapat kolimator, Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m. 3. Ruang dokter Ruang dokter ini berfungsi sebagai tempat untuk dokter membaca hasil penyinaran yang telah dilakukan. Namun, dengan alasan dokter radiologi RSUD Tarutung bukanlah dokter tetap, ruangan ini dialihfungsikan menjadi ruangan untuk Petugas Proteksi Radiasi. Di dalam ruangan ini juga disimpan arsip mengenai penyelenggaraan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung. Adapun ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m. 4. Kamar gelap Ukuran ruang gelap ini adalah 2 m x 2 m x 3 m. kamar gelap ini berfungsi sebagai tempat pengolahan hasil penyinaran yang telah dilakukan. 5. Kemar mandi Terdapat 1 kamar mandi di unit radiologi ini. Ukuran kamar mandi 2 m x 1 m x 3 m. Universitas Sumatera Utara 80 6. Kamar ganti Terdapat 1 kamar gati di unit radiologi RSUD Tarutung dengan ukuran kamar ganti 2 m x 1 m x 3 m. Ruangan ini digunakan untuk pasien yang akan melakukan penyinaran untuk mengganti pakaian (bila diperlukan). 7. Ruang pemeriksaan Di dalam ruang pemeriksaan ini terdapat 4 buah pesawat sinar-X. Ukuran ruangan pemeriksaan 8 m x 3 m x 3 m. Ruangan pemeriksaan ini akan segera ditutup dan dinyalakan lampu peringatan apabila sedang dilakukan kegiatan penyinaran oleh radiografer. 8. Tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi Terdapat tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi, peringatan bahaya radiasi pada ibu hamil dan wanita diduga hamil di pintu masuk unit radiologi dan juga lampu merah di atas pintu ruang radiologi yang akan menyala ketika sedang dilakukan kegiatan penyinaran. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, berikut ini merupakan dokumentasi tulisan tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Gambar 4.3 Poster: (a) Tanda Radiasi; (b) Peringatan Bahaya Radiasi (c) Peringatan Bahaya Radiasi pada Ibu Hamil dan Wanita Diduga Hamil Universitas Sumatera Utara 81 Berikut ini merupakan hasil dokumentasi lampu merah sinyal penyinaran pada saat melakukan observasi: Gambar 4.4 Lampu Merah Sinyal Sedang Berlangsung Kegiatan Penyinaran 4.5.7 Peralatan Protektif Radiasi Tabel 4.15 Peralatan Protektif Radiasi yang Tersedia di Unit Radiologi RSUD Tarutung Keterangan Jenis Peralatan Protektif No. Radiasi Ada Tidak Ada 1. Apron Pb 2. Tabir radiasi 3. Kacamata Pb 4. Sarung tangan Pb 5. Pelindung tiroid 6. Pelindung gonad Sumber: Hasil observasi yang telah dilakukan di unit radiologi RSUD Tarutung Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa peralatan protektif radiasi yang ada di unit rdaiologi RSUD Tarutung adalah apron Pb, tabir radiasi, dan sarung tangan Pb. Sementara untuk peralatan protektif radiasi lainnya, seperti kacamata Pb, pelindung tiroid, dan pelindung gonad masih belum tersedia di unit ini. Berikut merupkan uraian menganai perlatan protektif radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 82 1. Apron Pb Unit radiologi RSUD Tarutung menyediakan 3 apron berlapis Pb bagi pekerja radiasi yang berada di unit ini. Apron ini digunakan saat melakukan penyinaran dengan menggunakan pesawat sinar-X jenis Toshiba A.192 (Varian) dan Toshiba DRX-1603BDibawah ini merupakan dokumentasi Apron Pb dari hasil observasi yang telah dilakukan: Gambar 4.5 Apron Pb yang Disediakan di Unit Radiologi RSUD Tarutung 2. Tabir radiasi Unit radiologi RSUD Tarutung menyediakan 1 buah tabir radiasi mobile dengan ukuran 200 cm x 120 cm dan dilengkapi dengan kaca intip berlapis Pb. Tabir radiasi ini tidak pernah lagi digunakan oleh personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, berikut ini merupakan dokumentasi tabir Pb yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 83 Gambar 4.6 Tabir Radiasi yang Disediakan di Unit Radiologi RSUD Tarutung 3. Sarung tangan Pb Terdapat sarung tangan berlapis Pb sebanyak 2 pasang di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, berikut ini merupakan dokumentasi sarung tangan Pb yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Gambar 4.8 Sarung Tangan Pb yang Disediakan di Unit Radiologi RSUD Tarutung Universitas Sumatera Utara 84 4.5.8 Uji Kesesuaian Pihak RSUD Tarutung menyelenggarakan uji kesesuaian pada setiap pesawat sinar-X yang terdapat di unit radiologi. Uji kesesuaian pesawat sinar-X ini dilakukan oleh tim tenaga ahli yang ditunjuk oleh pihak Bapeten (berasal dari BPFK). Alat uji dan alat ukur yang digunakan dalam uji kesesuaian pesawat sinarX ini adalah: X-ray Analyzer; survey meter; Lux meter; Pita meter; Lempeng test; dan Beam colimasi. Laporan uji kesesuaian ini berisi uji terhadap komponen pesawat sinar-X, yang meliputi: 1. Generator, yang meliputi: iluminasi dan kolimasi berkas sinar-X. 2. Panel kendali, yang meliputi: akurasi tegangan; akurasi waktu; linearitas keluaran radiasi fokus besar; linearitas keluaran radiasi fokus kecil; reproduksibilitas; kualitas berkas sinar-X; dan kebocoran wadah tabung. 3. Kendali paparan otomatis, yang meliputi: timer darurat; densitas standar & uniformitas; penjejakan; dan waktu respon minimum. 4. Dosis pasien Uji kesesuaian ini dilaksanakan ketika hendak melakukan perpanjangan izin penggunaan pesawat sinar-X yang. Dari hasil uji kesesuaian yang dilakakukan pada pesawat sinar-X per tanggal 13 Mei 2016, didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Tidak terdeteksi radiasi bocor/paparan dari pesawat sinar-X di lingkungan sekitar 2. Seluruh parameter lolos uji Universitas Sumatera Utara 85 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Personil Personil merupakan semua pekerja radiasi yang ikut terlibat dalam pemanfaatan radiasi sinar-X. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011, dikatakan bahwa personil yang bekerja di instalasi yang memanfaatkan pesawat sinar-X mamografi, pesawat sinar-X CT-Scan, pesawat sinar-X fluoroskopi, pesawat sinar-X C-Arm/U-Arm angiografi, pesawat sinar-X CT-Scan angiografi, pesawat sinar-X CT-Scan fluoroskopi, pesawat sinarX simulator, dan/atau pesawat sinar-X C-Arm brakhiterapi paling kurang terdiri dari: 1. Dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten; 2. Tenaga ahli (dapat bekerja paruh waktu atau purna waktu) dan/atau fisikawan medik; 3. Petugas Proteksi Radiasi; 4. Radiografer. Tugas dari masing-masing personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung ini telah sesuai atau memenuhi ketentuan yang diatur dalam Perkabapeten nomor 8 Tahun 2011, kecuali untuk dokter spesialis. Berikut ini merupakan uraiannya: 5.1.1 Petugas Proteksi Radiasi Untuk menunjang dipenuhinya semua standar dan peraturan keselamatan radiasi, pada setiap penggunaan sumber radiasi pengion dan zat radioaktif Universitas Sumatera Utara 86 dipersyaratkan adanya Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Keberadaan Petugas Proteksi Radiasi di suatu unit radiologi merupakan suatu hal yang mutlak dan menjadi salah satu persyaratan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat 1 orang Petugas Proteksi Radiasi dengan latar belakang pendidikan D-III ATRO (Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi). Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, dikatakan bahwa pemegang izin harus menyediakan Petugas Proteksi Radiasi yang menggunakan pesawat sinar-X terpasang tetap dan pesawat sinar-X mobile. Dalam Perkabapeten Nomor 16 Tahun 2014, diatur mengenai persyaratan Peugas Proteksi Radiasi, diantaranya adalah: 1. Berijazah serendah-rendahnya D-III jurusan eksakta atau teknik yang dibuktikan dengan fotokopi ijazah yang dilegalisir; 2. Memiliki sertifikat telah mengikuti dan lulus pelatihan Petugas Proteksi Radiasi dari lembaga pelatihan yang terakreditasi; 3. Mengikuti dan lulus ujian yang diselenggarakan oleh BAPETEN. Petugas Proteksi Radiasi merupakan petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin (dalam hal ini rumah sakit) dan oleh Bapeten yang dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi. Secara keseluruhan, Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung bertugas untuk memantau pelaksanaan proteksi radiasi di unit radiologi tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 dikatakan bahwa pemegang izin, Universitas Sumatera Utara 87 dalam melaksanakan tanggung jawabnya, dapat mendelegasikan kepada atau menunjuk personil yang bertugas di fasilitas atau instalasinya untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam mewujudkan Keselamatan Radiasi. Dengan kata lain, Petugas Proteksi Radiasi di Unit Radiologi RSUD Tarutung merupakan perpanjangan tangan dari pihak manajemen RSUD Tarutung dalam pelaksanaan dan pengawasan Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung. Kemampuan Petugas Proteksi Radiasi untuk melaksanakan proteksi radiasi dibuktikan dengan adanya SIB yang dikeluarkan oleh Bapeten. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan kesehatan, dikatakan bahwa Rumah Sakit Kelas B harus memiliki 1 orang Petugas Proteksi Radiasi yang telah memiliki SIB. Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung telah memenuhi syarat sebagai Petugas Proteksi Radiasi karena telah memiliki SIB yang berasal dari Bapeten dengan masa tugas tahun 2016-2020. Dapat disimpulkan bahwa Petugas Proteksi Radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung telah memenuhi standar secara pendidikan minimal dan kompetensi sebagai Petugas Proteksi Radiasi yang sesuai standar. 5.1.2 Tenaga Ahli Tenaga ahli (Qualified Expert) adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam fisika medik klinik lanjut, telah mengikuti clinical residence, dan telah bekerja di instalasi radiologi paling kurang 7 tahun dengan pendidikan paling kurang S-2 fisika medik. Universitas Sumatera Utara 88 Tidak terdapat tenaga ahli di unit radiologi RSUD Tarutung. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dikatakan penyediaan tenaga ahli di unit radiologi suatu pelayanan kesehatan bersifat pilihan atau tidak diwajibkan, dapat bekerja paruh waktu atau purna waktu. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014 Tahun 2008 juga dikatakan bahwa keanggotaan tenaga ahli tidak menjadi syarat minimal dalam layanan radiologi diagnostik. 5.1.3 Fisikawan Medik Unit radiologi RSUD Tarutung telah memiliki fisikawan medik sebanyak 1 orang, dengan latar belakang pendidikan S-1 Fisika Medik. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014 Tahun 2008 dikatakan bahwa jumlah minimal fisikawan medik di unit radiologi diagnostik rumah sakit kelas B adalah sebanyak 1 orang. Hal ini telah sesuai dengan jumlah fisikawan medik yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional dikatakan bahwa pelayanan radiologi diagnostik harus memiliki fisikawan medik harus memiliki latar belakang pendidikan paling kurang S-1 (strata satu) fisika medik atau yang setara. Secara keseluruhan, fisikawan medik di unit radiologi RSUD Tarutung ini bertugas untuk meninjau peralatan yang ada di unit radiologi tersebut. Hal ini telah sesuai dengan salah satu tugas dari fisikawan medik yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, yaitu: berpartisipasi Universitas Sumatera Utara 89 dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya manusia, peralatan, perosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi. 5.1.4 Radiografer Di unit radiologi RSUD Tarutung, terdapat sebanyak 6 orang radiografer termasuk Petugas Proteksi Radiografer. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, mengatur bahwa dalam Rumah Sakit Kelas B atau setara harus terdapat 2 radiografer per alat. Jadi, perbandingan antara pesawat sinar-X dan radiografer adalah 1 : 2. Di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat 2 pesawat sinat-X yang dapat bekerja dengan baik dan terdapat 6 radiografer. Perbandingan antara pesawat sinar-X dan radiografer adalah 1 : 3. Masing-masing radiografer ini memiliki latar belakang pendidikan D-III ATRO. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 357 Tahun 2006, dikatakan bahwa radiografer merupakan tenaga kesehatan lulusan Akademi Penata Rontgen, D-III Radiologi, Pendidikan Ahli Madya/Akademi/D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X juga diatur bahwa radiografer harus memiliki latar belakang pendidikan paling kurang D-III (diploma tiga) Radiologi. Radiogafer yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar-X yang ada di unit radiologi tersebut. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh radiografer di unit radiologi RSUD Universitas Sumatera Utara 90 Tarutung yang telah diuraikan sebelumnya, telah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab radiografer yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011. 5.1.5 Dokter Spesialis Radiologi Unit radiologi RSUD Tarutung telah memiliki 1 dokter spesialis. Namun, dokter yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung masih berstatus dokter tidak tetap dan hanya bertugas untuk membaca hasil penyinaran yang telah dilakukan. Tidak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Dokter Spesialis Radiologi yang seharusnya yang telah diatur dalam Perkabapeten No 8 Tahun 2011, yaitu: 1 Menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan pasien; 2 Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya; 3 Mengoperasikan pesawat sinar-X fluoroskopi; 4 Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik; 5 Menetapkan prosedur diagnosis dan Intervensional bersama dengan fisikawan medik dan/atau radiografer; 6 Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis; dan 7 Menyediakan kriteria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak-anak, dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi. Universitas Sumatera Utara 91 Status dokter spesialis yang tidak tetap ini membuat pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya menjadi tidak maksimal dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diuraikan diatas. 5.2 Pelatihan Proteksi Radiasi Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan yang penuh resiko bahaya radiasi. oleh sebab itu pekerja yang terlibat harus benar-benar terlatih dalam bidang keselamatan radiasi. Dilihat dari perkembangan rumah sakit di negara berkembang pada umumnya, pertumbuhan tenaga kerja belum bisa mengimbangi besarnya beban kerja akibat dari kemajuan teknologi radiasi. Dengan alasan kebutuhan masyarakat akan pelayanan radiologi dan kemajuan teknologi radiasi, sangatlah dibutuhkan pelatihan terstruktur dan berkesinambungan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 dikatakan bahwa Pemegang Izin wajib meningkatkan kemampuan personil yang bekerja di fasilitas atau instalasi melalui pendidikan dan pelatihan untuk menumbuhkan pemahaman yang memadai tentang: 1. Tanggung jawab dalam keselamatan radiasi Masing-masing personil memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam proteksi radiasi, baik itu terhadap pasien, masyarakat umum, maupun terhadap personil lainnya. 2. Pentingnya menerapkan proteksi dan keselamatan radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan radiasi. Universitas Sumatera Utara 92 Mengingat bahwa efek negatif akibat paparan radiasi yang tidak bisa diabaikan, baik itu efek jangka pendek maupun efek jangka panjang, penyelenggraan proteksi rdaiasi sangatlah perlu untuk diperhatikan. 5.2.1 Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi Dari hasil kegiatan check list yang telah dilakukan, diketahui bahwa Petugas Proteksi Radiasi telah mendapatkan pelatihan proteksi radiasi. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011. Pelatihaan ini merupakan pelatihan yang diberikan kepada personil yang telah ditunjuk oleh pihak rumah sakit sebagai Petugas Proteksi Radiasi, yang merupakan syarat bagi personil untuk menjadi Petugas Proteksi Radiasi. suatu pelatihan yang dberikan pada Petugas Proteksi Radiasi diselanggarakan oleh Bapeten. Selain pendidikan formal (D-III ATRO) yang menjadi standar Petugas Proteksi Radiasi, seorang Petugas Proteksi Radiasi juga harus memilki pengetahuan dan keterampilan sesuai standar untuk melakukan pengawasan Proteksi Radiasi. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Petugas Proteksi Radiasi memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan proteksi radiasi. Oleh karena itu personil yang akan ditunjuk menjadi Petugas Proteksi Radiasi harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan dan lulus pelatihan Petugas Proteksi Radiasi. Selanjutnya akan mengikuti ujian dan dinyatakan lulus oleh Bapeten untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja (SIB). Jenjang kompetensi yang dimiliki oleh Petugas Proteksi Radiasi yang dimiliki oleh Petugas Proteksi Radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung Universitas Sumatera Utara 93 adalah Petugas Proteksi Radiasi Medik tingkat 2. Petugas Proteksi Radiasi Medik tingkat 2 adalah Petugas Proteksi Radiasi Medik yang bekerja pada instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion untuk kegiatan: impor pembangkit radiasi pengion; dan penggunaan dan/atau penelitian dan pengembangan dalam radiologi diagnostik dan intervensional (Perkabapeten, 2014). 5.2.2 Pelatihan untuk Fisikawan Medik Pihak RSUD Tarutung belum pernah menyelenggarakan pelatihan bagi fisikawan medik. Menurut Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dan juga berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 237 Tahun 2009, dikatakan bahwa penyelenggaraan pelatihan fungsional fisika medik menjadi suatu keharusan dan sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan tanggung jawab yang dimiliki oleh fisikawan medik sangatlah besar. Fisikawan medik berperan dalam pemantauan perlengkapan proteksi radiasi, seperti alat pemantau dosis, peralatan protektif radiasi, termasuk pesawat sinar-X. Oleh karena itu, pelatihan yang diberikan terhadap fisikawan medik sangatlah dibutuhkan mengingat besarnya paparan radiasi yang diterima oleh personil, pasien, maupun masyarakat yang berada di sekitar unit radiologi harus tetap berada dibawah batas dosis. 5.2.3 Pelatihan untuk Radiografer Pihak RSUD Tarutung belum pernah menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi pada semua radiografer yang ada di unit radiologi rumah sakit ini. Seperti halnya dengan penyelenggaraan pelatihan proteksi radiasi bagi personil lainnya, tujuan dari penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme radiografer, baik itu dalam pemanfaatan maupun penanganan Universitas Sumatera Utara 94 apabila terjadi keadaan kedaruratan. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375 Tahun 2007 dikatakan bahwa setiap radiografer yang berpraktek wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan radiografi dan imejing berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang radiologi. Tidak terselenggaranya kegiatan pelatihan untuk radiografer ini dapat berakibat pada ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki oleh radiografer dengan kemajuan teknologi dari pesawat sinnar-X yang akan digunakan. Terlebih lagi bahwa radiografer adalah personil yang akan melakukan penyinaran terhadap pasien. Dengan kata lain, dosis paparan radiasi yang diterima oleh pasien (termasuk radiografer itu sendiri) bergantung pada kecakapan radiografer tersebut dalam menggunakan pesawat sinar-X. 5.2.4 Pelatihan untuk Dokter Spesialis Belum pernah diselenggarakan pelatihan proteksi radiasi untuk dokter spesialis yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, tidak diselenggarakannya pelatihan proteksi radiasi pada doter spesialis oleh RSUD Tarutung disebabkan oleh status dokter tersebut yang masih belum tetap. 5.3 Pemantauan Kesehatan Pemantauan kesehatan adalah pemantauan secara sistematis terhadap kesehatan pekerja untuk mengidentifikasi adanya gejala atau tanda kerusakan awal akibat paparan radiasi dan menentukan tindakan pencegahan dampak kesehatan jangka panjang atau permanen (Perkabapeten, 2010). Universitas Sumatera Utara 95 Pihak RSUD Tarutung belum pernah menyelenggarakan kegiatan pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi yang ada di unit radiologi rumah sakit tersebut. Hal ini bertentangan dengan ketentuan dalam Perkabapeten Nomor 6 Tahun 2010. Penyelenggaraan pemantauan kesehatan ini bertujuan untuk: 1. Menilai kesehatan pekerja radiasi baik dari aspek fisik maupun psikologis; 2. Memastikan kesesuaian antara kesehatan pekerja dan kondisi pekerjaannya; 3. Memberikan pertimbangan dalam menangani kejadian kontaminasi atau paparan radiasi berlebih pada pekerja radiasi; 4. Menyediakan rekaman yang dapat memberikan informasi untuk: a. Penanganan kasus paparan kecelakaan atau penyakit akibat kerja; b. Evaluasi statistik mengenai penyakit yang mungkin berhubungan dengan kondisi kerja; c. Data medico legal; dan d. Kajian terhadap manajemen proteksi radiasi. Penyelenggaran pemantauan kesehatan ini juga dapat berdampak positif bagi personil yang ada di unit radiologi, yaitu peningkatan produktifitas (karena dapat mengurangi tingkat stress melalui proses konseling). Seperti yang telah diuraikan bahwa paparan radiasi memiliki efek, baik itu jangka panjang maupun jangka pendek bagi setiap orang yang terkena paparan. Pemantauan kesehatan ini berusaha untuk menangani segera gejala gangguan kesehatan yang diterima personil yang diterima akibat paparan radiasi. Tidak diselenggarakannya pemantauan kesehatan di unit radiologi RSUD Tarutung ini dikhawatirkan dapat memberikan efek jangka panjang yang tidak diinginkan. Salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara 96 pekerja radiasi menderita penyakit di masa tuanya nanti dan berefek bagi keturunan di masa datang. 5.4 Rekaman Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 dikatakan bahwa pemegang izin diwajibkan untuk membuat, memelihara, dan menyimpan rekaman yang terkait dengan keselamatan radiasi, yang meliputi rekaman mutu dan rekaman teknis yang nantinya harus ditunjukkan pada saat Bapeten melakukan inspeksi. Sesuai dengan Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, rekaman tentang keselamatan radiasi dalam pemanfaatan sianar-X meliputi: 1. Data inventarisasi pesawat sinar-X; 2. Catatan dosis yang diterima personil setiap bulan; 3. Hasil pemantauan laju Paparan Radiasi di tempat kerja dan lingkungan; 4. Uji kesesuaian pesawat sinar-X; 5. Kalibrasi dosimeter perorangan pembacaan langsung; 6. Hasil pencarian fakta akibat kecelakaan radiasi; 7. Penggantian komponen pesawat sinar-X; 8. Pelatihan yang paling kurang memuat informasi: a. Nama personil; b. Tanggal dan jangka waktu pelatihan; c. Topik yang diberikan; dan d. Fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan. Universitas Sumatera Utara 97 9. Hasil pemantauan kesehatan personil. Tujuan dari dibuatnya rekaman ini adalah untuk senantiasa menjamin sarana dan prasarana yang ada di unit radiologi rumah sakit tetap memenuhi standar (pesawat sinar-X, peralatan protektif radiasi, dan sarana lainnya). Pihak RSUD Tarutung telah membuat dan memelihara rekaman tentang penyelenggaraan proteksi radiasi di unit radiologi. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011. Adanya rekaman ini akan sangat berguna untuk melihat sejauh mana pelaksanaan proteksi radiasi terhadap pekerja radiasi maupun pasien. 5.5 Pemantauan Dosis Dengan alasan keterbatasan alat, yaitu belum adanya alat pemantauan dosis radiasi tempat kerja (survey meter) membuat belum terselenggaranya pemantauan paparan radiasi di tempat kerja. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah dosis radiasi di temapat kerja tidak melebihi Nilai Batas Dosis yang telah ditentukan dan untuk memastikan tidak terjadinya kebocoran pesawat sinar-X. Namun, dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dikatakan bahwa peralatan pemantau paparan radiasi seperti survey meter tidak dipersyaratkan untuk penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik tetapi untuk penggunaan pesawat sinar-X radiologi intervensional sebaiknya tersedia survey meter. Pihak RSUD Tarutung telah menyelenggarakan pemantauan dosis radiasi bagi setiap personil. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007. Pemantauan dosis ini bertujuan untuk memastikan dosis paparan radiasi yang diterima pekerja minimal, rumah sakit menyediakan alat pemantau Universitas Sumatera Utara 98 dosis perorangan. Unit radiologi RSUD Tarutung melakukan pemantauan dosis perorangan menggunakan film badge. Untuk pemantauan paparan dosis menggunakan film badge, pembacaannya dilakukan secara tidak langsung dan harus dikirim ke laboratorium yang terakreditasi untuk melakukan evaluasi. Selanjutnya hasil tersebut dikirimkan kepada pengguna dengan tembusan ke BAPETEN. Dengan demikian maka BAPETEN dapat mengetahui berapa banyak radiasi yang diterima oleh semua pekerja radiasi di Indonesia. Hasil pemantauan dosis ini akan didokumentasikan dan akan ditindaklanjuti apabila terdapat paparan radiasi berlebih terhadap pekerja di unit radiologi RSUD Tarutung. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 ditentukan Nilai Batas Dosis untuk pekerja radiasi sebesar sebesar 10 mSv (sepuluh milisievert) per tahun atau 0,2 mSv (nol koma dua milisievert) per minggu. Dari hasil akumulasi pemantauan dosis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa masing-masing personil mendapatkan paparan radiasi sebesar 1,2 mSv pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan Nilai Batas Dosis yang telah ditentukan, paparan dosis yang diterima oleh masing-masing personil belum melebihi Nilai Batas Dosis. 5.6 Bangunan Fasilitas Ukuran ruangan unit radiologi RSUD Tarutung adalah 11 m x 5 m x 3 m. Unit radiologi RSUD Tarutung dikelilingi oleh lahan kosong, hal ini akan sangat berguna untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan rumah sakit nantinya, termasuk untuk pengembangan dari unit radiologi itu sendiri. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 juga dikatakan bahwa setiap perencanaan fasilitas pesawat Universitas Sumatera Utara 99 sinar-X harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan di masa mendatang dalam setiap parameter atau semua parameter yang meliputi penambahan tegangan tabung, beban kerja, modifikasi teknis yang mungkin memerlukan tambahan pesawat sinar-X, dan bertambahnya tingkat penempatan daerah sekitar fasilitas. Tabel 5.1 Persyaratan Bangunan Fasilitas yang Ada di Unit Radiologi RSUD Tarutung No. Bangunan Fasilitas Keterangan 1. Dinding ruangan Terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm 2. Kamar gelap Ada 3. Ruang tunggu pasien Ada 4. Ruang operator Ada 5. Ruang dokter Ada 6. Kamar ganti Ada 7. Kamar mandi Ada 8. Poster tanda radiasi Ada 9. Poster peringatan bahaya radiasi Ada 10. Lampu merah Ada Sumber: Hasil observasi yang dilakukan di unit radiologi RSUD Tarutung Dinding ruangan unit radiologi RSUD Tarutung terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm. Dinding ini tidak perlu lagi dilapisi dengan Pb karena ketebalan bata merah tersebut sudah setara dengan 2 mm Pb. Dinding ruangan di unit ini dicat dengan warna putih. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014 Tahun 2008 diatur bahwa dinding dalam ruangan unit radiologi harus diberi warna yang cerah, seperti: merah jambu, krim, dan lain-lain. Ruangan unit radiologi rumah sakit ini tidak dilengkapi dengan jendela, jadi tidak membutuhkan adanya pengaturan khusus. Pertukaran udara ruangan unit radiologi ini dilakukan dengan menggunakan ventilasi dengan ketinggian kurang lebih 2 meter. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014 Universitas Sumatera Utara 100 Tahun 2008, diatur bahwa penempatan ventilasi di unit radiologi minimal dengan ketinggian 2 meter dari lantai, dengan tujuan agar orang yang berada di luar ruangan atau sekitar ruangan unit radiologi tidak terkena paparan radiasi. Lantai unit ini sendiri terbuat dari keramik yang tahan air. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014 Tahun 2008, dikatakan bahwa suatu unit radiologi harus tahan cairan processing dan tidak menyerap air. Lantai juga sebaiknya tidak licin dan mudah dibersihkan. Unit radiologi RSUD Tarutung juga dilengkapi dengan kamar gelap, ruang tunggu pasien, ruang operator, ruang dokter, kamar ganti, dan kamar mandi. Hal ini telah sesuai dengan syarat ruangan yang harus dimiliki di unit radiologi yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, yang berisi bahwa unit radiologi paling kurang harus memiliki ruangan sebagai berikut: kamar gelap atau alat pengolahan film; ruang tunggu pasien; ruang tunggu pasien; ruang ganti pakaian. 1. Ruang tunggu Tidak ada pengaturan khusus untuk ruang tunggu unit radiologi ini. 2. Ruang operator Ruang operator merupakan ruangan ynga akan digunakan oleh radiografer untuk mengendalikan pesawat sinar-X yang akan digunakan oleh radiografer ketika akan melakukan penyinaran menggunakan pesawat sinar-X jenis Toshiba A.192 (Varian). Di dalam ruang operator terdapat kolimator. Kolimator ini merupakan salah satu perlengakapan pesawat sinar-X yang berfungsi untuk mengatur luas penyinaran terhadap pasien. Ruangan ini Universitas Sumatera Utara 101 dilengkapi dengan keca intip Pb, yang berfungsi agar operator (radiografer) dapat melakukan pengawasan terhadap pasien dan pesawat sinar-X. 3. Ruang dokter Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa seharusnya ruang dokter ini digunakan oleh dokter untuk membaca hasil pencitraan yang telah diolah dan juga sebagai ruangan untuk konsultasi antara pasien dengan dokter. Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m, secara ukuran (yang diatur dalam Kepmenkes RI Nomor 1014 Tahun 2008), ruangan ini sudah memenuhi standar yang ditentukan. Ukuran standar yang telah ditentukan yaitu 2 m x 2 m x 2,7 m. 4. Kamar gelap Di unit radiologi RSUD Tarutung, pengolahan hasil pencitraan dilakukan secara manual (manual processing). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014 Tahun 2008, diatur bahwa untuk kamar gelap dengan sistem manual processing, sebaiknya ruangan dibuat memanjang dengan luas 2 m x 1,5 m x 2,8 m. Jika dbandingkan dengan ukuran ruangan kamar gelap RSUD Tarutung (2 m x 2 m x 3 m), maka ukuran ini dapat dikatakan memenuhi standar. 5. Kemar mandi Tidak ada pengeturan khusus untuk kamar ganti di unit radiologi. 6. Kamar ganti Dalam Kepmenkes RI Nomor 1014 Tahun 2008, dikatakan bahwa ruang ganti harus disediakan di setiap ruang pemeriksaan dan dilengkapi dengan lemari Universitas Sumatera Utara 102 baju/locker. Jumlah kamar ganti yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung ada sebanyak 1 kamar. Hal ini disesuaikan dengan jumlah ruang pemeriksaan yang juga hanya terdapat 1 ruangan saja. Namun kamar ganti ini belum dilengkapi dengan lemari baju/locker. 7. Ruang pemeriksaan Di dalam ruang pemeriksaan ini terdapat 4 buah pesawat sinar-X. Ukuran ruangan pemeriksaan 8 m x 3 m x 3 m. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa ruangan pemeriksaan ini unit radiologi RSUD Tarutung ini adalah ruangan yang akan digunakan untuk proses penyinaran, dimana akan segera ditutup apabila sedang dilakukan kegiatan penyinaran oleh radiografer. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, diatur bahwa ukuran minimum ruangan pemeriksaan untuk jenis pesawat sinar-X yang terpasang tetap adala 4 m x 3 m x 2,8 m. Dapat disimpulkan bahwa ukuran ruangan pemeriksaan unit radiologi rumah sakit ini telah memenuhi standar. 8. Tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi Pihak RSUD Tarutung juga melakukan pembagian daerah kerja. Pembagian daerah kerja pada RSUD Tarutung terbagi atas daerah pengendalian dan/atau daerah supervisi. Pembagian daerah kerja yang dimaksud disini adalah memberikan tanda yang jelas tiap-tiap daerah (ruangan) yang ada dalam unit radiologi. Hal ini merupakan tindakan sebagai upaya melindungi masyarakat dengan mencegah akses masyarakat ke daerah pengendalian yang dilakukan dengan cara menempelkan tanda peringatan bahaya radiasi yang jelas, mudah terlihat, dan mencolok di setiap pintu akses ke daerah kerja daerah Universitas Sumatera Utara 103 pengendalian. Tanda bahaya radiasi ini meliputi: poster tanda radiasi; poster peringatan bahaya radiasi; poster peringatan bahaya radiasi pada ibu hamil dan wanita diduga hamil. Ruang radiologi juga dilengkapi dengan lampu tanda radiasi di luar pintu masuk yang menyala saat ruang radiologi digunakan. Pengaturaran daerah pengendalian merupakan salah satu upaya tindakan proteksi radiasi dengan melakukan: a. Menandai dan membatasi daerah pengendalian yang ditetapkan dengan tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya; b. Memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di daerah pengendalian; c. Memastikan akses ke daerah pengendalian: 1) Hanya untuk pekerja radiasi; dan 2) Pengunjung yang masuk ke daerah pengendalian didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi d. Menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan proteksi radiasi Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 juga diatur tentang kelengkapan tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi, serta lampu merah di pintu masuk ruang penyinaran. Berikut ini merupakan perbandingan antara pemasangan tulisan tanda radiasi di pintu ruangan pesawat sinar-X yang benar dengan keadaan yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Universitas Sumatera Utara 104 Tabel 5.2 Poster Tanda Radiasi, Peringatan Bahaya Radiasi, dan Lampu Merah Hasil No. Persyaratan Keterangan Ya Tidak 1. Menempel secara Tulisan tanda radiasi dan permanen peringatan bahaya radiasi telah tertempel secara permanen di pintu masuk ruang radiologi 2. Memiliki 2 (dua) warna Tanda radiasi terdiri dari warna yang kontras hitam dan merah, sedangkan peringatan bahaya radiasi terdiri dari warna merah dan hitam yang berlatar warna putih 3. Dapat dilihat dengan Tanda radiasi dan peringatan jelas dan teridentifikasi bahaya radiasi dapat dilihat dan pada jarak 1 meter teridentifikasi pada jarak 1 meter 4. Memuat tulisan ”AWAS Peringatan radiasi memuat SINAR-X”, dan tulisan “AWAS RADIASI ”PERHATIAN: AWAS SINAR-X” SINAR-X”, atau kalimat lain yang memiliki arti yang sama Sumber: Hasil observasi yang dilakukan di unit radiologi RSUD Tarutung Secara keseluruhan, poster tanda radiasi, peringatan bahaya radiasi, dan lampu merah yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung sudah memenuhi persyaratanpersyaratan yang diatur adalam Perkabapeen Nomor 8 Tahun 2011. 5.7 Peralatan Protektif Radiasi Peralatan protektif radiasi berperan sebagai alat pelindung diri bagi setiap personil yang berfungsi untuk mengontrol besar paparan radiasi dan mengurangi efek negatif yang diterima oleh personil. Penyediaan peralatan protektif radiasi ini merupakan suatu upaya pihak rumah sakit untuk melindungi para pekerja radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. Universitas Sumatera Utara 105 5.7.1 Apron Pb Apron Pb yang terdapat di unit radiologi RSUD Tarutung ada sebanyak 3 buah, semua apron tersebut dalam keadaan baik. Apron ini telah berlapiskan Pb. Seperti yang telah diuraikan, penambahan unsur Pb ini berperan dalam penyerapan radiasi pada saat melakukan penyinaran, sehingga dosis paparan radiasi yang diterima oleh personil tidak melebihi Nilai Batas Dosis yang telah ditentukan. Setiap personil yang akan melakukan kegiatan penyinaran di unit radiologi RSUD Tarutung ini selalu mengguanakan Aprron Pb. 5.7.2 Tabir Radiasi Terdapat 1 buah tabir radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung dengan ukuran 200 cm x 120 cm. Tabir radiasi ini telah dilengkapi dengan kaca intip yang berlapis Pb. Kaca intip ini bertujuan untuk memantau pergerakan alat dan menyesuaikan arah penyinaran ke bagian tubuh pasien. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dikatakan bahwa: tabir yang digunakan oleh radiografer harus dilapisi dengan bahan yang setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb. Ukuran tabir adalah sebagai berikut: tinggi 2 m (dua meter), dan lebar 1 m (satu meter), yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb. Tabir radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung ini telah memenuhi standar yang dikeluarkan oleh Perkabapeten. Tabir radiasi ini belum digunakan kembali, dengan alasan bahwa tabir radiasi ini digunakan pada saat mengoperasikan salah satu pesawat sinar–X yang saat ini sedang rusak berat. Universitas Sumatera Utara 106 5.7.3 Sarung Tangan Pb Sarung tangan di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat sebanyak 2 pasang. Sarung tangan ini sudah berlapiskan Pb. Sarung tangan tersebut dapat melindungi seluruh bagian tangan. Seperti yang tertulis dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, proteksi sarung tangan harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan. Sarung tangan yang ada di unit radiologi RSUD Tarutng ini telah memenuhi standar yang ditentukan. Namun penggunaan dari sarung tangan Pb ini masih belum diterapkan. Personil yang ada di unit radiologi tersebut belum menggunakan sarung tangan Pb pada saat melakukan penyinaran. Peralatan protektif radiasi ini masih kurang lengkap dan tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, karena dalam peraturan tersebuat diatur bahwa yang termasuk dalam peralatan protektif radiasi meliputi: apron; tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb; kacamata Pb; sarung tangan Pb; pelindung tiroid Pb; pelindung ovarium; dan/atau pelindung gonad Pb. Sedangakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014 Tahun 2008 dikatakan bahwa peralatan protekstif radiasi yang harus dilengkapi di unit radiologi rumah sakit kelas B adalah: apron Pb, sarung tangan Pb, kacamata Pb, pelindung tiroid, pelindung gonad Pb, tabir radiasi mobile. Adapun peralatan protektif yang telah disebutkan tersebut harus disediakan oleh pemegang izin dalam hal ini RSUD Tarutung. Kelengkapan dari semua peralatan protektif radiasi ini harus diperhatikan, mengingat bahwa masing-masing peralatan protektif radiasi tersebuat memiliki peruntukan/fungsi yang berbeda-beda. Universitas Sumatera Utara 107 5.8 Uji Kesesuaian Dalam Perkabapeten Nomor 9 Tahun 2011, dikatakan bahwa uji kesesuaian pesawat sinar-X merupakan suatu uji untuk memastikan pesawat sinarX dalam kondisi andal, baik untuk kegiatan diagnostik maupun intervensional dan memenuhi peraturan perundang-undangan. Uji kesesuaian pesawat sinar-X relah diselenggarakan di unit radiologi RSUD Tarutung, yang dilakukan oleh tim uji kesesuaian yang berasal dari luar. Uji kesesuaian sinar-X yang ada di unit radiologi dalam rangka perpanjangan izin penggunaan pesawat sinar-X. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, dikatakan bahwa setiap orang atau badan yang mengajukan permohonan izin baru, perpanjangan izin, dan/atau memiliki izin penggunaan pesawat sinar-X wajib melaksanakan uji kesesuaian. Pesawat sinar-X yang dimaksud meliputi: 1. Pesawat sinar-X yang belum memilki sertifikat uji kesesuaian. 2. Pesawat sinar-X dengan masa berlaku sertifikat uji kesesuaian yang telah berakhir. 3. Pesawat sinar-X yang telah memiliki sertifikat uji kesesuaian, tetapi mengalami perubahan spesifikasi teknis yang dikarenakan perbaikan dan/atau penggantian komponen signifikan. RSUD Tarutung telah menyelenggaraan uji kesesuaian pesawat sinar-X, hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dan juga Perkabapeten Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X. Uji kesesuaian pesawat sinar-X di unit radiologi RSUD Tarutung ini dilakukan oleh tim tenaga ahli yang berasal dari Balai Pengamanan Universitas Sumatera Utara 108 Fasilitas Kesehatan (BPFK) dengan latar pendidikan S-1 (S.Si). Seperti yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 9 Tahun 2011 yang mengatur bahwa pelaksanaan suatu uji kesesuaian pesawat sianr-X harus dilakukan oleh penguji berkualifikasi. Uji kesesuaian ini juga dilakukan untuk memastikan pesawat sinar-X tidak mengalami kebocoran radiasi atau mengalami kerusakan lainnya. Hal ini sangat berguna agar dosis paparan radiasi yang diterima oleh personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutng tidak melebihi standar yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian di unit radiologi RSUD Tarutung mengenai proteksi radiasi adalah: 1. Personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung terdiri dari 1 Petugas Proteksi Radiasi, 1 dokter spesialis radiologi, 6 radiografer, dan 1 fisikawan medis, namun doker spesialis masih belum dokter tetap. 2. Petugas Proteksi Radiasi telah mendapatkan pelatihan dan lulus uji untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja yang diselenggarakan oleh pihak Bapeten, sedangkan untuk personil lainnya (radiografer, fisikawan medik, dan dokter spesialis) belum mendapatkan pelatihan proteksi radiasi. 3. Personil yang ada di unit uradiologi RSUD Tarutung belum pernah mendapatkan program pemantauan kesehatan dari pihak RSUD Tarutung. 4. Pihak rumah sakit telah membuat dan memelihara rekaman yang berisi tentang penyelenggaraan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung. 5. Pihak RSUD Tarutung telah melakukan pemantauan dan pendokumentasian dosis paparan radiasi perseorangan pada tiap personil yang ada di unit radiologi dengan menggunakan dosimetri perseorangan, yaitu film badge. Sedangkan untuk pemantauan paparan dosis tempat kerja belum terlaksana. 6. Bangunan fasilitas unit radiologi RSUD Tarutung yang terdiri dari dinding ruang, tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi, lampu sinyal, dan 109 Universitas Sumatera Utara 110 peringatan pada wanita hamil telah sesuai dengan Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011. 7. Peralatan protektif radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: 3 buah apron; 1 buah tabir radiasi; dan 2 buah sarung tangan Pb. Hal ini masih belum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, dikatakan bahwa peralatan protektektif radiasi yang digunakan dalam pemanfaatan radiasi untuk radiologi diagnostik dan intervensional diantaranya adalah apron, pelinding tiroid, pelindung gonad, kacamata Pb, sarung tangan Pb, dan Tabir Pb. 8. Pihak RSUD Tarutung telah menyelenggarakan uji kesesuaian pesawat sinarX yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2007. 6.2 1. Saran Mengingat status dokter spesialis yang masih belum tetap, perlu dilakukan perekrutan dokter spesialis radiologi yang bekerja secara tetap di unit radiologi RSUD Tarutung agar pemanfaatan sinar-X lebih optimal dan pelaksanaan proteksi radiasi lebih efektif. 2. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dikatakan bahwa penyelenggaraan pelatihan proteksi radiasi merupakan suatu hal yang wajib, oleh karena itu perlu diselenggarakan pelatihan proteksi radiasi bagi setiap personil agar setiap personil tetap waspada akan efek negatif yang mungkin diterima atas paparan kerja, dan juga untuk pengembangan diri atas penggunaan pesawat sinar-X yang terbaru. Universitas Sumatera Utara 111 3. Penyelenggaraan pemantauan kesehatan secara berkala bagi personil penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan, terutama pemeriksaan kesehatan (baik awal, rutin, maupun saat akan melakukan pemutusan hubungan kerja), hal ini untuk mengetahui kondisi kesehatan personil saat hendak bekerja dan juga sebagai upaya untuk penindaklanjutan sesegera mungkin efek negatif yang diterima personil akibat paparan radiasi. 4. Melengkapi peralatan proteksi radiasi bagi personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung sesuai dengan peralatan protektif radiasi yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara