LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran pada

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING MELALUI PAKEM UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA SISWA KELAS IV MIN MEDAN
Halim simatupang
Dosen Pendidikan Biologi Universitas Negeri Medan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa melalui penerapan model pembelajaran discovery learning melalui
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) di Kelas
IV MIN Medan. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan
data menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas siswa dan untuk
data hasil belajar menggunakan tes. Data kualitatif dianalisis dengan teknik
analisis kualitatif, Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
discovery learning melalui PAKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa
Siklus I: Aktif 55%, Kreatif 54%, Efektif 53% dan Menyenangkan 73%
dan meningkat signifikan di siklus II menjadi Aktif 88%, Kreatif 85%,
Efektif 85% dan Menyenangkan 88%. Dan hasil belajar pada siklus I 63%
dan Meningkat signifikan pada Siklus II 91%.
Kata Kunci:Hasil belajar,Discovery learning, PAKEM
LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran
pada
hakikatnya merupakan usaha tenaga
pendidik untuk membantu siswa
melakukan kegiatan belajar. Proses
belajar dan pembelajaran yang
dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD)
saat ini masih berpusat pada
guru(theacer center) dan cenderung
hanya bergantung terhadap materi
yang ada dalam buku pelajaran.
Selain itu metode yang digunakan
masih didominasi dengan metode
ceramah sehingga siswa yang
dilayani hanya mahasiswa dengan
gaya belajar auditori sedangkan
siswa yang visual dan kinestetik
tidak terlayani oleh guru sehingga
pemahaman siswa terdahap materi
pelajaran
tidak
maksimal
dikarenakan pembelajaran masih
bersifat abstrak.
Hasil refleksi dengan guru
kelas VI di sekolah Madrasyah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan,
pembelajaran di kelas selama ini
cenderung
monoton
karena
dilakukan dengan ceramah sehingga
siswa merasa tidak tertarik mengikuti
pelajaran
khususnya
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), proses
belajar mengajar cenderung bersifat
pasif di sebagian besar aktivitas
proses belajar mengajarnya, dan
sangat tergantung pada kegiatan
yang ditawarkan oleh buku pelajaran
IPA yang dimiliki guru tanpa
memperhatikan sumber lainnya.
36
Masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran IPA saat ini, adalah
kurang diterapkannya pembelajaran
siswa aktif (active learning). Guru
lebih banyak mengajarkan IPA
secara tradisional, yaitu secara
informatif dengan metode ceramah,
dan pemberian tugas. Pembelajaran
IPA dengan metode ini kurang
memberi kesempatan kepada siswa
untuk
berinteraksi
sesamanya,
mengeluarkan pendapat dan tidak
melahirkan kegiatan yang saintifik.
Kegiatan belajar seperti ini lebih
bersifat individual. Keberhasilan
metode ini sangat bergantung kepada
kepada kemampuan siswa untuk
mengingat
dan
kemampuan
improvisasi guru. Terlebih lagi pada
materi yang bersifat abstrak, seperti
pada materi "Sifat dan Perubahan
Sifat benda" di kelas IV SD/MI
semester 1, penyampaian materi ini
tidak dapat dilakukan dengan metode
ceramah dan pemberian tugas saja.
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran IPA di SD/MI, siswa
dibimbing untuk mempelajari IPA
secara teoritis dan praktek. Dalam
kegiatan praktek sering kali siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok.
Baik kelompok kecil maupun
kelompok besar. Tentunya siswa
dituntut untuk mampu berinteraksi
dengan siswa lain dan mampu
bekerja dan belajar dalam kelompok.
Berani berpendapat dan menerima
pendapat orang lain dan memiliki
sifat saintifik.
Oleh karena itu perlu adanya
metode yang bervariasi agar jalannya
proses belajar mengajar tidak
membosankan,
sehingga
dapat
menarik perhatian siswa untuk
belajar dan pada akhimya kualitas
pembelajaran semakin meningkat.
Penggunaan metode yang bervariasi
tidak akan menguntungkan kegiatan
belajar mengajar bila penggunaannya
tidak tepat dan tidak sesuai dengan
situasi yang mendukung dan dengan
kondisi psikologis siswa.
Pembelajaran IPA didasarkan
kepada belajar secara aktif akan lebih
menekankan peranan siswa untuk
belajar. Guru memegang peranan
penting untuk menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan dirinya sebagai
siswa aktif. Kemampuan guru dalam
mengunakan berbagai metode, model
dan media pembelajaran sangat
diperlukan.Untuk
memperoleh
hasil belajar yang lebih baik, salah
satu
pendekatan
yang
dapat
digunakan
adalah
dengan
menerapkan model pembelajaran
discovery
learning
melalui
pendekatan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM).Discovery learning terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi.
Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan. Hal ini sejalan
dengan
yang dikemukakan
37
olehAhmad Susanto (2012) bahwa :
“pembelajaran
IPA
atau
sainsmerupakan pembelajaran yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip,
proses
yangmana
dapat
menumbuhkan sikap-sikap ilmiah
peserta didik terhadap konsepkonsep IPA.
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
memiliki potensi yang sangat besar
untuk meningkatkan pembelajaran
apabila diimplementasikan dengan
baik dan benar.
PAKEM dilaksanakan karena
pada dasarnya belajar dipandang
sebagai proses aktif membangun
makna/pemahaman dari informasi
dan pengalaman oleh si pembelajar.
Di samping itu anak memiliki rasa
ingin tahu dan imajinasi sebagai
modal kreatifitas. Pembelajaran
memiliki tujuan yang harus dicapai.
Apabila siswa memiliki rasa senang
terhadap
pembelajaran
maka
perhatian terhadap tugas meningkat
dengan demikian hasil belajar
meningkat. Dengan meningkatnya
hasil belajar maka diharapkan
seumur hidup siswa akan senang
untuk belajar.
Adapun tujuan penelitian ini
adalah:Untuk meningkatkan hasil
belajar IPA siswa melalui penerapan
model
pembelajaran
discovery
learning melalui pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM) di Kelas IV MIN Medan.
Perlunya penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi dan
memanfaatkan
berbagai
media
pembelajaran serta ditambah dengan
melaksanakan pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM)
diharapkan
akan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Perlunya sebuah penelitian tindakan
kelas dengan penggunaan metode
pengajaran yang bervariasi dan
memanfaatkan
berbagai
media
pembelajaran serta ditambah dengan
melaksanakan
pembelajaran
PAKEM
diharapkan
akan
TUJUAN PENELITIAN
TINJAUAN TEORI
1. Pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar
Menurut Carin and Sud
(1993) IPA sebagai pengetahuan
yang sistematik dan tersusun secara
terstruktur , berlaku untu umum
(universal) dan berupa kumpulan
data
hasil
observasi
dan
eksperimen.Menurut Rom Harre
(1993), Science is a collection of well
attested theories which explain the
patterns and regularities among
carefully studied phenomena. Bila
diterjemahkan secara bebas artinya
sebagai
berikut:
IPA
adalah
kumpulan teori yang telah diuji
kebenarannya yang menjelaskan
tentang pola-pola keteraturan dari
gejala alam yang diamati secara
seksama. Pendapat Harre ini memuat
dua hal yang penting yaitu Pertama,
38
bahwa
IPA
suatu
kumpulan
pengetahuan yang berupa teori-teori.
Kedua, bahwa
teori-teori
itu
berfungsi untuk menjelaskan gejala
alam.
Adapun IPA untuk anak
Sekolah Dasar dalam Usman
Samatowa (2006) didefinisikan oleh
Paolo dan Marten yaitu sebagai
berikut: mengamati apa yang terjadi,
mencoba
apa
yang
diamati,
mempergunakan pengetahuan baru
untuk meramalkan apa yang akan
terjadi, menguji bahwa ramalanramalan
itu
benar.
Menurut
Sulistyorini,
Sri
(2007),
pembelajaran IPA harus melibatkan
keaktifan anak secara penuh (active
learning) dengan cara guru dapat
merealisasikan pembelajaran yang
mampu memberi kesempatan pada
anak didik untuk melakukan
keterampilan
proses
meliputi:
mencari,
menemukan,
menyimpulkan, mengkomunikasikan
sendiri berbagai pengetahuan, nilainilai,
dan
pengalaman
yang
dibutuhkan.
2 Pengertian Model Pembelajaran
Discovery Learning
Model Discover
Learning mengacu kepada teori
belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi
diharapkan
siswa
mengorganisasi sendiri. Discovery
Learning can be defined as the
learning that takes place when the
student is not presented with subject
matter in the final form, but rather is
required to organize it him self”. Ide
dasar Bruner ialah pendapat dari
Piaget yang menyatakan bahwa anak
harus berperan aktif dalam belajar di
kelas.
Model
Discovery
Learning adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai
kepada
suatu
kesimpulan
(Budiningsih, Asri. 2005). Discovery
learningterjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses
mentalnya
untuk
menemukan
beberapa konsep dan prinsip.
Discovery
learning
dilakukan
melalui
observasi,
klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan
inferi. Proses tersebut disebut
cognitive
process
sedangkan
discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilatig
conceps and principles in the
mind (Arthur A. Carin, Robert B.
Sund,1980)
Menurut Syah, M (2004) dalam
mengaplikasikan Discovery
Learning di
kelas,ada
beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum antara lain sebagai
berikut
:1)
Stimulation
(Stimulasi/Pemberian
Rangsangan)Pertama-tama
pada
tahap ini siswa dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan tanda
tanya, kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi, agar
39
timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. 2) Problem Statement
(Pernyataan/Identifikasi
Masalah)Setelah dilakukan stimulasi
langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah
yang
relevan
dengan
bahan
pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah), 3) Data
Collection
(Pengumpulan
Data)Ketika eksplorasi berlangsung
guru juga memberi kesempatan
kepada
para
siswa
untuk
mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. 4) Data Processing
(Pengolahan Data), Semua informasi
hasil bacaan, wawancara, observasi,
dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu, 5)
Verification (Pembuktian)Pada tahap
ini siswa melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil
data processing, 6) Generalization
(Menarik
Kesimpulan/Generalisasi)Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan
adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
3 Hakikat Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM)
Pembelajaran aktif, kreatif,
efektif,
dan
menyenangkan
(PAKEM) adalah sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan
yang
beragam
untuk
mengembangkan ketrampilan, sikap,
dan pemahaman berbagai sumber
dan alat bantu belajar termasuk
pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajaran
lebih
menarik,
menyenangkan, dan efektif. (Dardiri,
2008). PAKEM adalah singkatan
dari Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Fokus PAKEM adalah pada kegiatan
siswa di dalam bentuk group,
individu, dan kelas, partisipasi di
dalam
proyek,
penelitian,
penelidikan,
penemuan,
dan
beberapa macan strategi yang hanya
dibatas dari imaginasi guru (Rekdale,
2005).
Strategi PAKEM di atas
dikembangkan, didasarkan atas trend
pembelajaran IPA dewasa ini sebagai
berikut: beralihnya pendidikan IPA
dari bentuk formal (teori dan latihan)
ke reinvention, proses (activities),
penerapan dan pemecahan masalah
nyata; perubahan paradigma dari
guru mengajar ke siswa belajar.
Selain itu juga strategi ini
dikembangkan berdasarkan peralihan
40
dari belajar perorangan ke belajar
bersama (cooperative learning);
peralihan arti dasar positivist
(behaviorist) ke kontruktivisme, atau
dari subject centred ke clearer
centered (terbentuk konstruktivis
pengetahuan), satu teori baru yang
menyatakan bahwa pengetahuan
terbentuk di dalam pikiran sendiri
oleh
siswa
berdasar
pada
pengetahuan
yang
sudah
dipunyainya; peralihan dari teori
pemindahan
pengetahuan
(knowledge transmitted) ke bentuk
interaktif, investigative, eksploratif,
kegiatan terbuka, ketrampilan proses,
dan pemecahan masalah; peralihan
dari belajar menghafal (rote learning)
ke belajar pemahaman (learning of
understanding); beralihnya bentuk
evaluasi ke bentuk authentic
assesment
seperti
misalnya
portofolio, jurnal, proyek, laporan
siswa, penampilan atau yang lain.
Tabel 1 Kriteria PAKEM
Kriteri
Kriteria
a Aktif
Kreatif
Siswamelakuk Berfikir kritis
an sesuatu dan Memesahkan
memikirkan
masalah
secara
apa
yang konstruktiif
mereka
Ide/gagasan yang
lakukan
berbeda Berpikir
seperti :
konvergen
Menulis
(pemecahan
Berdikusi
masalah
yang
Berdebat
“benar”
datu
Memecahkan “terbaik”
masalah
Berpikirdivergen
Mengajukan
(beragam alternati
pertanyaan
ve
pemecahan
Menjawab
masalah) Fleksibili
pertanyaan
tas dalam berfikir
Menjelaskan
(melihat
dari
Menganalisis
berbagai
sudut
Mensintesa
pandang)
Mengevaluasi Berpikir terbuka
Kriteria
Kriteria
Efektif
Menyenangkan
Ketercapaian
Pembelajaran
target
hasil berlangsung secara
belahar dapat :Interaktif
berupa :Siswa Dinamik
menguasai
Menarik
konsep Siswa Menggembirakan
mampu
Atraktif
mengaplikasik Menimbulkan
an
konsep inspirasi
pada masalah
sederhana
Siswa
menghasilkan
produk
tertentu
Siswa
termotivasi
untuk
giat
berlajar
Sumber: (Indrawati, 2009)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di MIN Medan Kelas
IV Medan dalam mata pelajaran IPA.
Jumlah siswa ada 29 siswa.
Penelitian dilaksanakan dalam Tahun
Pembelajaran 2014 – 2015 semester
ganjil, Pelaksanaan tindakan dan
pengamatan dalam penelitian ini
dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus
dibagi dalam tiga kali pertemuan.
41
Bagan 1 Skema Penelitian
1. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini sesuai dengan
yang dinyatakan Kunandar (2008)
yaitu dapat dilakukan melalui : (1)
tes; (2) observasi; (3) diskusi antara
guru, teman sejawat, dan kolaborator
untuk refleksi hasil siklus PTK.
Sedangkan alat yang digunakan
antara lain (1) tes; (2) observasi; (3)
diskusi antara guru.
2. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui teknik
analisis yang digunakan terlebih
dahulu dilakukan uji persyaratan.
Analisis data yang dilakukan secara
kualitatif, yaitu analisis menurut
Milles dan Huberman (1984) dalam
Kunandar (2008) merujuk pada
proses interaktif yang menyeluruh
meliputi: (1) reduksi data, (2)
penyajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi
data
dilakukan
dengan cara memilih data yang
relevan, penting dan bermakna mulai
dari awal pengumpulan data hingga
penyusunan laporan penelitian. Hasil
tes, hasil catatan observasi, hasil
angket, serta hasil wawancara masih
belum dapat memberikan informasi
yang jelas. Untuk memperoleh
informasi yang jelas tersebut ,
dilakukan reduksi data. Reduksi data
dilakukan dengan cara memilih dan
menyederhanakan data tersebut . Hal
ini dimaksudkan agar peneliti dan
guru mata pelajaran memperoleh
informasi yang jelas, sehingga
peneliti dan guru tersebut dapat
membuat kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyajian data dilakukan
dalam rangka pengorganisasian hasil
reduksi , dengan cara menyusun
secara naratif sekumpulan informasi
yang telah diperoleh dari hasil
reduksi, sehingga dapat disimpulkan
dan selanjutnya memberi tindakan.
Informasi dalam penelitian ini adalah
uraian proses kegiatan pembelajaran,
respon siswa ketika berlangsungnya
kegiatan pembelajaran, hasil yang
diperoleh sebagai akibat pemberian
tindakan , catatan-catatan yang
merupakan hasil observasi , hasil
catatan jurnal peneliti, hasil dan hasil
wawancara tentang respon siswa.
Penarikan Simpulan adalah
memberikan simpulan terhadap hasil
penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini
mencakup pencarian makna data dan
memberi penjelasan. Selanjutnya
42
dilakukan ferivikasi, yaitu pengujian
kebenaran,
kekokohan,
dan
mencocokkan makna-makna yang
muncul dari data.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
1. Hasil Observasi TerhadapKegiatan
Aktifitas Siswa Melalui PAKEM
Berdasarkan
hasil
pelaksanaan peneliti dan pengamatan
observer,
selama
kegiatan
pembelajaran terlihat siswa sangat
senang dalam proses belajar
mengajar. Siswa sangat senang
belajar dan bekerja dalam
kelompok.
Tabel 2. Presentase Aktivitas
Siswa
dalam
Pembelajaran
Discovery LearningMelalui PAKEM
pada Siklus I
Krite
ria
PAK
EM
Aktif
Krea
tif
Efek
tif
Men
yenang
kan
Kelompok
I
5
2
%
5
6
%
5
8
%
I
I
5
8
%
5
4
%
5
4
%
II
I
5
0
%
5
6
%
5
2
%
I
V
5
6
%
5
8
%
5
2
%
V
V I
5 5
8 8
% %
5 5
2 4
% %
5 5
4 2
% %
7
0
%
7 7
4 6
% %
7
8
%
7 7
2 4
% %
VI
I
Rata
-rata
52
%
55%
50
%
54%
50
%
53%
70
%
73%
Dari tabel 2 diatas dapat
dilihat presentase aktivitas siswa
dalam
pembelajaran
discovery
learning dapat dilihat bahwa kriteria
PAKEM yang memiliki nilai yang
cukup tinggi yaitu Menyenangkan
73%, dan Aktif 55% dilihat dari
ketuntasan klasikal aspek kriteria
PAKEM ini belum maksimal
dikarenakan belum terbiasanya siswa
menggunakan model pembelajaran
discovery learning, dari hasil refleksi
masih terlihat belum terbiasa dalam
melaksanakan pembelajaran dan
tidak semua siswa terlibat,ini sejalan
dengan pendapat Roestiyah (1998)
yangmengemukakan bahwa salah satu kele
mahan model pembelajarandiscoveryle
arningyaitu pada diri siswa harus
adakesiapan dan kematangan mental untuk
cara pembelajarandiscoverylearning.
Ini menjadi masukkan untuk
ditingkatkan pada siklus II.
Tabel 3. Presentase Aktivitas
Siswa
dalam
Pembelajaran
Discovery LearningMelalui PAKEM
pada Siklus II
43
Akt
if
Kre
atif
Efe
ktif
Me
nye
nan
gka
n
Kelompok
I
8
8
%
8
6
%
8
0
%
II
8
7
%
8
4
%
8
4
%
II
I
8
6
%
8
6
%
8
2
%
I
V
9
0
%
8
8
%
8
8
%
V
9
0
%
8
2
%
8
6
%
V
I
9
0
%
8
4
%
8
8
%
V
II
8
8
%
8
3
%
8
8
%
9
0
%
8
7
%
9
2
%
8
8
%
9
0
%
8
8
%
8
3
%
Ratarata
88%
dengan menggunakan discovery
learning, ini sejalan dengan pendapat
Hamalik, Oemar (2008)
belajar
tanpa adanya motivasi kiranya sulit
untuk berhasil.
5.2
Hasil
Belajar
dengan
menggunakan model Pembelajaran
Discovery Learning
85%
85%
88%
Dari tabel 3, diatas dapat
dilihat presentase aktivitas siswa
dalam
pembelajaran
discovery
learning dapat dilihat bahwa kriteria
PAKEM yang memiliki nilai yang
tinggi yaitu Menyenangkan 88%, dan
Aktif 88% dilihat dari ketuntasan
klasikal aspek kriteria PAKEM ini
tuntas secara klasikal karena diatas ≥
85%, ini sejalan dengan pendapat
Yupita, I.A (2013) bahwa discovery
learning
dapat meningkatkan
aktivitas siswa.Dari hasil refleksi
kenapa terjadi peningkatan yang
signifikan adalah sudah terbiasa
melakukan proses belajar mengajar
dengan
menggunakan
model
pembelajarandiscovery
learning,
kemudian juga siswa sudah terlihat
merata dalam aktivitas disebabkan
motivasi guru yang maksimal ketika
dalam proses belajar mengajar agar
mereka siap mengikuti pembelajaran
Hasil belajar dapat dilihat
peningkatan persentase pencapaian
nilai KKM dari siklus I sebesar 63%
menjadi 91% pada siklus ke II dapat
digambarkan pada grafik berikut.
Persentase Pencapaian
KKM
Krit
eria
PA
KE
M
100%
80%
60%
91%
63%
40%
20%
0%
Siklus I
Siklus II
Grafik 2. Peningkatan Persentase
Pencapaian Nilai KKM dari Siklus I
ke Siklus II
Dari grafik diatas dapat
dilihat bahwa hasil belajar siklus I
63%, meningkat di siklus II
sebanyak 91% ini tidak hanya dilihat
hanya ouputnya saja tetapi melalui
proses pembelajaran yang baik
sejalan dengan pendapat discovery
learning dapat memperkaya dan
memperdalam materi yang dipelajari
sehingga retensinya (tahan lama
dalam ingatan) menjadi lebih baik .
Sehingga
dapat
disimpulkan
44
penerapan
model
pembelajaran
discovery
learning
dapat
meningkatkan hasil belajar.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model discovery
learning
melalui PAKEM dapat
meningkatkan aktivitas siswa Siklus
I: Aktif 55%, Kreatif 54%, Efektif
53% dan Menyenangkan 73% dan
meningkat signifikan di siklus II
menjadi Aktif 88%, Kreatif 85%,
Efektif 85% dan Menyenangkan
88%. Dan hasil belajar pada siklus I
63% dan Meningkat signifikan pada
Siklus II 91%.
DAFTAR RUJUKAN
Arthur A. Carin, Robert B. Sund.
1980.Teaching modern
scienceElementary Education
Series. Penerbit Merrill
Budiningsih, Asri, 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Penerbit:
Rineka cipta. Jakarta
Carin & Sund. (1993). Metode
Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktek.
Penerbit:
PT
Remaja
Rosdakarya. Jakarta
Dardiri. 2008. Model Pembelajaran
PAKEM FIP UNY-UNESCO.
(Online),(http://www.uny.ac.id,
diakses 3 April 2015)
Hamalik, Oemar. 2008. Proses
Belajar Mengajar. Penerbit:
Bumi Aksara. Jakarta
Harré, H. Rom.1993. Laws of
nature. : London: Duckworth
Indrawati & Setiawan W. 2009.
Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
pdf, e-Book. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan
Alam
(PPPPTKIPA)
Kunandar. 2008. Langkah Mudah
Penelitian
Tindakan
Kelas, Sebagai
Pengembangan Profesi
Guru. Penerbit: Rajawali
Press. Jakarta
Meltzer. 2002. The Relation
Betweem Math And Concept
Learning Gain In
Physics: American Journal
Physics, 70(12), 1259-1267.
Roestiyah .1998.Strategi Belajar
Mengajar. Penerbit: Rineka
Cipta. Jakarta
Sudirman, dkk. 1992. Ilmu
Pendidikan. Penerbit: Remaja
Rosdakarya. Bandung
Sulistyorini, Sri. 2007. Model
Pembelajaran IPA Sekolah Dasar
dan Penerapannya dalam KSTP.
Penerbit: Tiara Wacana. Yogyakarta
Syah, M. 2004. Psikologi Belajar.
Penerbit: Grapindo Persada.
Jakarta.
Yupita, I.A. 2013. Penerapan model
pembelajaran discovery
learning untuk
meningkatkan hasil belajar
IPS di sekolah Dasar. Jurnal
JPGSD Volume 1 No. 2
Tahun 2S013. Hal.1-10
45
Download