PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MELALUI PAKEM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SISWA KELAS IV MIN MEDAN Halim simatupang Dosen Pendidikan Biologi Universitas Negeri Medan Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran discovery learning melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) di Kelas IV MIN Medan. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas siswa dan untuk data hasil belajar menggunakan tes. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kualitatif, Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model discovery learning melalui PAKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa Siklus I: Aktif 55%, Kreatif 54%, Efektif 53% dan Menyenangkan 73% dan meningkat signifikan di siklus II menjadi Aktif 88%, Kreatif 85%, Efektif 85% dan Menyenangkan 88%. Dan hasil belajar pada siklus I 63% dan Meningkat signifikan pada Siklus II 91%. Kata Kunci:Hasil belajar,Discovery learning, PAKEM LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran pada hakikatnya merupakan usaha tenaga pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Proses belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) saat ini masih berpusat pada guru(theacer center) dan cenderung hanya bergantung terhadap materi yang ada dalam buku pelajaran. Selain itu metode yang digunakan masih didominasi dengan metode ceramah sehingga siswa yang dilayani hanya mahasiswa dengan gaya belajar auditori sedangkan siswa yang visual dan kinestetik tidak terlayani oleh guru sehingga pemahaman siswa terdahap materi pelajaran tidak maksimal dikarenakan pembelajaran masih bersifat abstrak. Hasil refleksi dengan guru kelas VI di sekolah Madrasyah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan, pembelajaran di kelas selama ini cenderung monoton karena dilakukan dengan ceramah sehingga siswa merasa tidak tertarik mengikuti pelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), proses belajar mengajar cenderung bersifat pasif di sebagian besar aktivitas proses belajar mengajarnya, dan sangat tergantung pada kegiatan yang ditawarkan oleh buku pelajaran IPA yang dimiliki guru tanpa memperhatikan sumber lainnya. 36 Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPA saat ini, adalah kurang diterapkannya pembelajaran siswa aktif (active learning). Guru lebih banyak mengajarkan IPA secara tradisional, yaitu secara informatif dengan metode ceramah, dan pemberian tugas. Pembelajaran IPA dengan metode ini kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sesamanya, mengeluarkan pendapat dan tidak melahirkan kegiatan yang saintifik. Kegiatan belajar seperti ini lebih bersifat individual. Keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kepada kemampuan siswa untuk mengingat dan kemampuan improvisasi guru. Terlebih lagi pada materi yang bersifat abstrak, seperti pada materi "Sifat dan Perubahan Sifat benda" di kelas IV SD/MI semester 1, penyampaian materi ini tidak dapat dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SD/MI, siswa dibimbing untuk mempelajari IPA secara teoritis dan praktek. Dalam kegiatan praktek sering kali siswa bekerja dalam kelompok-kelompok. Baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Tentunya siswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan siswa lain dan mampu bekerja dan belajar dalam kelompok. Berani berpendapat dan menerima pendapat orang lain dan memiliki sifat saintifik. Oleh karena itu perlu adanya metode yang bervariasi agar jalannya proses belajar mengajar tidak membosankan, sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk belajar dan pada akhimya kualitas pembelajaran semakin meningkat. Penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukung dan dengan kondisi psikologis siswa. Pembelajaran IPA didasarkan kepada belajar secara aktif akan lebih menekankan peranan siswa untuk belajar. Guru memegang peranan penting untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai siswa aktif. Kemampuan guru dalam mengunakan berbagai metode, model dan media pembelajaran sangat diperlukan.Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning melalui pendekatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).Discovery learning terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan 37 olehAhmad Susanto (2012) bahwa : “pembelajaran IPA atau sainsmerupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yangmana dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah peserta didik terhadap konsepkonsep IPA. meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. PAKEM dilaksanakan karena pada dasarnya belajar dipandang sebagai proses aktif membangun makna/pemahaman dari informasi dan pengalaman oleh si pembelajar. Di samping itu anak memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi sebagai modal kreatifitas. Pembelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai. Apabila siswa memiliki rasa senang terhadap pembelajaran maka perhatian terhadap tugas meningkat dengan demikian hasil belajar meningkat. Dengan meningkatnya hasil belajar maka diharapkan seumur hidup siswa akan senang untuk belajar. Adapun tujuan penelitian ini adalah:Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran discovery learning melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) di Kelas IV MIN Medan. Perlunya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan memanfaatkan berbagai media pembelajaran serta ditambah dengan melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) diharapkan akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Perlunya sebuah penelitian tindakan kelas dengan penggunaan metode pengajaran yang bervariasi dan memanfaatkan berbagai media pembelajaran serta ditambah dengan melaksanakan pembelajaran PAKEM diharapkan akan TUJUAN PENELITIAN TINJAUAN TEORI 1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Carin and Sud (1993) IPA sebagai pengetahuan yang sistematik dan tersusun secara terstruktur , berlaku untu umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.Menurut Rom Harre (1993), Science is a collection of well attested theories which explain the patterns and regularities among carefully studied phenomena. Bila diterjemahkan secara bebas artinya sebagai berikut: IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu Pertama, 38 bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori. Kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar dalam Usman Samatowa (2006) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalanramalan itu benar. Menurut Sulistyorini, Sri (2007), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilainilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. 2 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Model Discover Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self”. Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, Asri. 2005). Discovery learningterjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery learning dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Arthur A. Carin, Robert B. Sund,1980) Menurut Syah, M (2004) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum antara lain sebagai berikut :1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar 39 timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. 2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah), 3) Data Collection (Pengumpulan Data)Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. 4) Data Processing (Pengolahan Data), Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu, 5) Verification (Pembuktian)Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing, 6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. 3 Hakikat Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. (Dardiri, 2008). PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penelidikan, penemuan, dan beberapa macan strategi yang hanya dibatas dari imaginasi guru (Rekdale, 2005). Strategi PAKEM di atas dikembangkan, didasarkan atas trend pembelajaran IPA dewasa ini sebagai berikut: beralihnya pendidikan IPA dari bentuk formal (teori dan latihan) ke reinvention, proses (activities), penerapan dan pemecahan masalah nyata; perubahan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar. Selain itu juga strategi ini dikembangkan berdasarkan peralihan 40 dari belajar perorangan ke belajar bersama (cooperative learning); peralihan arti dasar positivist (behaviorist) ke kontruktivisme, atau dari subject centred ke clearer centered (terbentuk konstruktivis pengetahuan), satu teori baru yang menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk di dalam pikiran sendiri oleh siswa berdasar pada pengetahuan yang sudah dipunyainya; peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigative, eksploratif, kegiatan terbuka, ketrampilan proses, dan pemecahan masalah; peralihan dari belajar menghafal (rote learning) ke belajar pemahaman (learning of understanding); beralihnya bentuk evaluasi ke bentuk authentic assesment seperti misalnya portofolio, jurnal, proyek, laporan siswa, penampilan atau yang lain. Tabel 1 Kriteria PAKEM Kriteri Kriteria a Aktif Kreatif Siswamelakuk Berfikir kritis an sesuatu dan Memesahkan memikirkan masalah secara apa yang konstruktiif mereka Ide/gagasan yang lakukan berbeda Berpikir seperti : konvergen Menulis (pemecahan Berdikusi masalah yang Berdebat “benar” datu Memecahkan “terbaik” masalah Berpikirdivergen Mengajukan (beragam alternati pertanyaan ve pemecahan Menjawab masalah) Fleksibili pertanyaan tas dalam berfikir Menjelaskan (melihat dari Menganalisis berbagai sudut Mensintesa pandang) Mengevaluasi Berpikir terbuka Kriteria Kriteria Efektif Menyenangkan Ketercapaian Pembelajaran target hasil berlangsung secara belahar dapat :Interaktif berupa :Siswa Dinamik menguasai Menarik konsep Siswa Menggembirakan mampu Atraktif mengaplikasik Menimbulkan an konsep inspirasi pada masalah sederhana Siswa menghasilkan produk tertentu Siswa termotivasi untuk giat berlajar Sumber: (Indrawati, 2009) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIN Medan Kelas IV Medan dalam mata pelajaran IPA. Jumlah siswa ada 29 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam Tahun Pembelajaran 2014 – 2015 semester ganjil, Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus dibagi dalam tiga kali pertemuan. 41 Bagan 1 Skema Penelitian 1. Teknik dan Alat Pengumpul Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan Kunandar (2008) yaitu dapat dilakukan melalui : (1) tes; (2) observasi; (3) diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil siklus PTK. Sedangkan alat yang digunakan antara lain (1) tes; (2) observasi; (3) diskusi antara guru. 2. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui teknik analisis yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan. Analisis data yang dilakukan secara kualitatif, yaitu analisis menurut Milles dan Huberman (1984) dalam Kunandar (2008) merujuk pada proses interaktif yang menyeluruh meliputi: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data dilakukan dengan cara memilih data yang relevan, penting dan bermakna mulai dari awal pengumpulan data hingga penyusunan laporan penelitian. Hasil tes, hasil catatan observasi, hasil angket, serta hasil wawancara masih belum dapat memberikan informasi yang jelas. Untuk memperoleh informasi yang jelas tersebut , dilakukan reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan cara memilih dan menyederhanakan data tersebut . Hal ini dimaksudkan agar peneliti dan guru mata pelajaran memperoleh informasi yang jelas, sehingga peneliti dan guru tersebut dapat membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pengorganisasian hasil reduksi , dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat disimpulkan dan selanjutnya memberi tindakan. Informasi dalam penelitian ini adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, respon siswa ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran, hasil yang diperoleh sebagai akibat pemberian tindakan , catatan-catatan yang merupakan hasil observasi , hasil catatan jurnal peneliti, hasil dan hasil wawancara tentang respon siswa. Penarikan Simpulan adalah memberikan simpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data dan memberi penjelasan. Selanjutnya 42 dilakukan ferivikasi, yaitu pengujian kebenaran, kekokohan, dan mencocokkan makna-makna yang muncul dari data. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN 1. Hasil Observasi TerhadapKegiatan Aktifitas Siswa Melalui PAKEM Berdasarkan hasil pelaksanaan peneliti dan pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran terlihat siswa sangat senang dalam proses belajar mengajar. Siswa sangat senang belajar dan bekerja dalam kelompok. Tabel 2. Presentase Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Discovery LearningMelalui PAKEM pada Siklus I Krite ria PAK EM Aktif Krea tif Efek tif Men yenang kan Kelompok I 5 2 % 5 6 % 5 8 % I I 5 8 % 5 4 % 5 4 % II I 5 0 % 5 6 % 5 2 % I V 5 6 % 5 8 % 5 2 % V V I 5 5 8 8 % % 5 5 2 4 % % 5 5 4 2 % % 7 0 % 7 7 4 6 % % 7 8 % 7 7 2 4 % % VI I Rata -rata 52 % 55% 50 % 54% 50 % 53% 70 % 73% Dari tabel 2 diatas dapat dilihat presentase aktivitas siswa dalam pembelajaran discovery learning dapat dilihat bahwa kriteria PAKEM yang memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu Menyenangkan 73%, dan Aktif 55% dilihat dari ketuntasan klasikal aspek kriteria PAKEM ini belum maksimal dikarenakan belum terbiasanya siswa menggunakan model pembelajaran discovery learning, dari hasil refleksi masih terlihat belum terbiasa dalam melaksanakan pembelajaran dan tidak semua siswa terlibat,ini sejalan dengan pendapat Roestiyah (1998) yangmengemukakan bahwa salah satu kele mahan model pembelajarandiscoveryle arningyaitu pada diri siswa harus adakesiapan dan kematangan mental untuk cara pembelajarandiscoverylearning. Ini menjadi masukkan untuk ditingkatkan pada siklus II. Tabel 3. Presentase Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Discovery LearningMelalui PAKEM pada Siklus II 43 Akt if Kre atif Efe ktif Me nye nan gka n Kelompok I 8 8 % 8 6 % 8 0 % II 8 7 % 8 4 % 8 4 % II I 8 6 % 8 6 % 8 2 % I V 9 0 % 8 8 % 8 8 % V 9 0 % 8 2 % 8 6 % V I 9 0 % 8 4 % 8 8 % V II 8 8 % 8 3 % 8 8 % 9 0 % 8 7 % 9 2 % 8 8 % 9 0 % 8 8 % 8 3 % Ratarata 88% dengan menggunakan discovery learning, ini sejalan dengan pendapat Hamalik, Oemar (2008) belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. 5.2 Hasil Belajar dengan menggunakan model Pembelajaran Discovery Learning 85% 85% 88% Dari tabel 3, diatas dapat dilihat presentase aktivitas siswa dalam pembelajaran discovery learning dapat dilihat bahwa kriteria PAKEM yang memiliki nilai yang tinggi yaitu Menyenangkan 88%, dan Aktif 88% dilihat dari ketuntasan klasikal aspek kriteria PAKEM ini tuntas secara klasikal karena diatas ≥ 85%, ini sejalan dengan pendapat Yupita, I.A (2013) bahwa discovery learning dapat meningkatkan aktivitas siswa.Dari hasil refleksi kenapa terjadi peningkatan yang signifikan adalah sudah terbiasa melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajarandiscovery learning, kemudian juga siswa sudah terlihat merata dalam aktivitas disebabkan motivasi guru yang maksimal ketika dalam proses belajar mengajar agar mereka siap mengikuti pembelajaran Hasil belajar dapat dilihat peningkatan persentase pencapaian nilai KKM dari siklus I sebesar 63% menjadi 91% pada siklus ke II dapat digambarkan pada grafik berikut. Persentase Pencapaian KKM Krit eria PA KE M 100% 80% 60% 91% 63% 40% 20% 0% Siklus I Siklus II Grafik 2. Peningkatan Persentase Pencapaian Nilai KKM dari Siklus I ke Siklus II Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siklus I 63%, meningkat di siklus II sebanyak 91% ini tidak hanya dilihat hanya ouputnya saja tetapi melalui proses pembelajaran yang baik sejalan dengan pendapat discovery learning dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik . Sehingga dapat disimpulkan 44 penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model discovery learning melalui PAKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa Siklus I: Aktif 55%, Kreatif 54%, Efektif 53% dan Menyenangkan 73% dan meningkat signifikan di siklus II menjadi Aktif 88%, Kreatif 85%, Efektif 85% dan Menyenangkan 88%. Dan hasil belajar pada siklus I 63% dan Meningkat signifikan pada Siklus II 91%. DAFTAR RUJUKAN Arthur A. Carin, Robert B. Sund. 1980.Teaching modern scienceElementary Education Series. Penerbit Merrill Budiningsih, Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit: Rineka cipta. Jakarta Carin & Sund. (1993). Metode Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Penerbit: PT Remaja Rosdakarya. Jakarta Dardiri. 2008. Model Pembelajaran PAKEM FIP UNY-UNESCO. (Online),(http://www.uny.ac.id, diakses 3 April 2015) Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Penerbit: Bumi Aksara. Jakarta Harré, H. Rom.1993. Laws of nature. : London: Duckworth Indrawati & Setiawan W. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. pdf, e-Book. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTKIPA) Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Penerbit: Rajawali Press. Jakarta Meltzer. 2002. The Relation Betweem Math And Concept Learning Gain In Physics: American Journal Physics, 70(12), 1259-1267. Roestiyah .1998.Strategi Belajar Mengajar. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta Sudirman, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Penerbit: Remaja Rosdakarya. Bandung Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KSTP. Penerbit: Tiara Wacana. Yogyakarta Syah, M. 2004. Psikologi Belajar. Penerbit: Grapindo Persada. Jakarta. Yupita, I.A. 2013. Penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS di sekolah Dasar. Jurnal JPGSD Volume 1 No. 2 Tahun 2S013. Hal.1-10 45