URGENSI PELATIHAN BAGI PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU Siti Amaroh PLS-UM PENDAHULUAN Latar belakang penulisan judul ini yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. “… Profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan.Keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori yang telah dipelajarinya, jadi seseorang professional dituntut banyak belajar, membaca dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya...”1 Guru adalah pendidik profesional. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Profesioanlitas guru yang dibuktikan dengan kualifi akademik yang dimilikinya akan memiliki penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau bukti formal sebagai pengakukan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional. 2 Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi. Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran). Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah tersertifikasi,tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat di pertanggungjawabkan secara akademik dan pelaksanaan sertifikasi masih ditemukan banyak kelemahan. Bukti tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi. Program sertifikasi guru merupakan program terobosan pemerintah yang diharapkan mampu mengangkat citra sekaligus martabat guru di mata masyarakat melalui peningkatan 1 Martinis Yamin,Sertifikasi profesi keguruan diindonesia.Jakarta: Gaung persada press. Th.2006, hal 129. 2 Martinis Yamin,Sertifikasi profesi keguruan diindonesia.Jakarta: Gaung persada press. Th.2006, hal 4 Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com kompetensi.3 Peningkatan kompetensi guru erat kaitannya dengan proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Setelah sertifikasi seharusnya merupakan awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar sesuai dengan kebutuhan. Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan program pelatihan-pelatihan untuk membantu meningkatkan manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalisme guru itu sendiri. Pelaksanaan sertifikasi masih ditemukan banyak kelemahan. Kelemahan itu bersumber dari guru, pejabat dan asesor, sistem informasi, peraturan, serta prosedur seleksi. Berdasarkan deskripsi permasalahan kelemahan pelkasanaan sertifikasi yang bersumber pada guru di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas karya pengembangan profesi guru masih sangat dibutuhkan. Untuk mereduksi permasalahan tersebut, salah satu kegiatan yang mendukung permaslahan tadi yakni diadakannya program pelatihan penulisan karya ilmiah baik berupa laporan hasil penelitian tindakan kelas maupun artikel ilmiah masih sangat dibutuhkan bagi guru. Dari latar belakang di atas, permasalahan yang dihadapi adalah (1) apa yang dimaksud dengan pelatihan; (2) bagaimana manajemen pengembangan kompetensi guru; (3) bagaimana membangun profesionalitas guru; (4) apa saja kegiatan pelatihan yang dilaksanakan untuk mengembangkan profesionalitas guru; (5) apa saja manfaat pelatihan bagi guru. Dari permasalah di atas, tujuannya sebagai berikut, (1) menjelaskan pengertian pelatihan; (2) menjabarkan mengenai manajemen kompetensi guru; (3) menjelaskan mengenai pembangunan profesionalitas guru; (4) menjelaskan macam-macam kegiatan pelatihan yang dilaksanakan untuk mengembangkan profesionalitas guru; (5) menjabarkan manfaat pelatihan untuk guru. PEMBAHASAN PENGERTIAN PELATIHAN Pelatihan adalah suatu proses belajar mengenai sebuah wacana pengetahuan dan keterampilan yang ditujukan untuk penerapan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan tertentu. Menurut Edwin B.Flipo(1971) dalam bukunya Mustofa kamil yang berjudul Model penelitian dan pelatihan. Mengemukakan bahwa: “Training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job”. (pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu”.4 Pentingnya pelatihan adalah tujuan atau outcome dari pelatihan itu sendiri yaitu memberikan pembekalan kepada karyawan mengenai wacana, dan keterampilan guna mencapai tujuan. Tujuan Pelatihan Menurut Moekijat (1991:55)tujuan umum dari pada pelatihan adalah: (1) Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif; (2) Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasiona; (3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan5. Kegiatan Pelatihan yang berbasis pada kompetensi, tentunya akan sangat baik apabila pelatihan tersebut di gunakan untuk melihat kemampuan. Pada umumnya disepakati paling tidak terdapat tiga bidang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan proses 3 Laporan PPM. Ismani . peningkatan profesionalitas Guru.2010.Universitas negeri Yogyakarta. hal 1- 2 Mustofa kamil. Model penelitian dan peltihan. Bandung Alfabeta, th 2010, hal 3 5 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com 4 manajemen Hersey dan Blanchart (1992: 5) yaitu: (1) Kemampuan teknis (technical and skill), kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training; (2) Kemampuan sosial (human atau social skill), kemampuan dalam bekerja dengan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif; (3) Kemampuan konseptual (conceptual skill) yaitu : kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak unit kerja masing-masing ke dalam bidang operasi secara menyeluruh. Kemampuan ini memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan tujuan organisasi secara menyeluruh dari pada hanya atas dasar tujuan kebutuhan keluarga sendiri.Tujuan-tujuan tersebut diatas tidak dapat dilaksanakan atau dicapai, kecuali apabila pimpinan menyadari akan pentingnya latihan yang sistematis dan karyawan-karyawan sendiri percaya bahwa mereka akan memperoleh keuntungan. Tujuan pengembangan pegawai jelas bermanfaat atau berfungsi baik bagi organisasi maupun karyawan sendiri. 6 Berdasarkan penjelasan tersebut, bila kita berbicara mengenai sertifikasi, maka yang kita pahami adalah sertifikasi yang digunakan untuk melihat kompetensi seseorang dalam memahami disiplin ilmu tertentu. Pengakuan profesionalitas guru untuk meningkatkan kompetensi adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan bukti tertulis kualitas sesaat setelah mengikuti program sertifikasi dengan memperoleh bukti tertulis berupa sertifikat. Peningkatan profesionalitas erat kaitannya dengan proses belajar. maka sertifikasi tidak bisa dijadikan tolok ukur yang unggul setiap saat. Setelah mengikuti program sertifikasi seharusnya merupakan titik awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar terus-meneru sesuai dengan kebutuhan. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalisme guru itu sendiri. MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Manajemen pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. 7 Pengembangan kompetensi guru didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, (2) menutupi kelemahan-kelemahan yang tak tampak pada waktu seleksi, (3) mengembangkan sikap profesional, (4) mengembangkan kompetensi profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan batin antara guru dan kepala sekolah. Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan manusiawi dan profesionalisme guru (Mantja, 2002). Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat diasumsikan mereka telah memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan kerja yang memadai, namun sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan pendidikan saat ini, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya meningkatkan kompetensinya. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan kompetensi tersebut tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang lebih penting adalah kemamuan diri untuk terus menerus melakukan peningkatan kelayakan kompetensi. Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu meningkatkan keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk meningkatkan kefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program pembelajaran 6 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html Desertasi.I Wayan Sanytasa.Dimensi-Dimensi teori Profesionalitas Guru.Universitas pendidikan Ganesa. Hal 2. Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com 7 yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan saat ini. Penjelasan di atas menjelaskan, bahwa komitmen diri dan strategi-strategi untuk meningkatkan manajemen pengembangan sangat dibutuhkan dalam rangka memfasilitasi guru meningkatkan profesionalismenya. Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi. Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi. Kajian ini menyajikan empat dimensi teori preskripsi sebagai alternatif landasan bagi guru dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Empat dimensi teoretis tersebut, adalah (1) dukungan kompetensi manajemen, (2) strategi pemberdayaan, (3) supervisi pengembangan, dan (4) penelitian tindakan kelas.8 1. Dukungan Kompetensi Manajemen Kompetensi manajemen yang dibutuhkan untuk peningkatan profesionalisme guru dibedakan atas tiga jenis (Surya Dharma, 2003), (1) manajemen pada tingkatan kepala dinas pendidikan, (2) manajemen pada tingkatan kepala sekolah, dan (3) manajemen pada tingkatan guru. Pada tingkatan kepala dinas dibutuhkan kompetensi tentang (1) strategic thinking, (2) change leadership, dan (3) relationship management. Strategic thinking merupakan kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan sistem pendidikan yang begitu cepat, peka terhadap kondisi eksternal berupa peluang dan tantangan, memberdayakan potensi internal berbasis kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga mampu mengidentifikasikan strategic response secara optimal. Pada tingkatan kepala sekolah dibutuhkan kompetensi-kompetensi kemampuan melakukan perubahan padastruktur dan proses manajerial sekolah. Dan Pada tingkatan guru dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibilitas; mencari dan menggunakan informasi, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi berprestasi, motivasi kerja di bawah tekanan waktu; kolaborasi dan orientasi pelayanan kepada siswa. 2. Strategi Pemberdayaan Sekarang ini, guru dihadapkan pada perubahan paradigma persaingan dari sebelumnya. Perubahan paradigma tersebut menuntut efesiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya guru, karena guru merupakan agen perubahan dan agen pembaharuan, sehingga mereka mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif. Pemantapan sumber daya guru sebagai intellectual capital harus diikuti dengan pengembangan dan pembaharauan terhadap kemampuan dan keahlian yang dimilikinya, sehingga mereka mampu dan peka terhadap arah perubahan yang terjadi. Strategi pemberdayaan merupakan salah satu cara pengembangan guru . 3. Supervisi Pengembangan Pada umumnya, kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor pengajaran di sekolah. Dia bertanggung jawab mengkoordinasikan semua program pengajaran. Para guru mengharapkan agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk perbaikan dan peningkatan pengajaran. Oleh sebab itu, kepala sekolah hendaknya memiliki kompetensi 8 Desertasi.I Wayan Sanytasa.Dimensi-Dimensi teori Profesionalitas Guru.Universitas pendidikan Ganesa. Hal 3. Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com kepemimpinan pengajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor. Dia hendaknya memiliki pemahaman tentang cara yang tepat dalam melaksanakan supervisi. 4. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervise pengembangan, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, merupakan wujud perhatian dan kepedulian kepala dinas dan utamanya kepala sekolah kepada para guru di sekolah. Pada dasarnya, perhatian tersebut bermuara pada upaya membantu guru untuk meningkatkan profesionalisme. Guru profesional secara teoretis akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kualitas pembelajaran yang baik merupakan cerminan pelayanan guru kepada siswa untuk belajar secara interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang, dan menyenangkan. Pembelajaran seperti itu akan dapat diwujudkan oleh guru, apabila guru secara kontinu melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research/CAR). Secara konseptual, CAR merupakan langkah reflekstif bagi guru terhadap praktik kesehariannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas praktiknya yang akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan secara umum. CAR adalah suatu bentuk penyelidikan yang bersifat reflektif mandiri. CAR merupakan wahana dan sarana untuk meningkatkan strategi belajar mengajar; mewajibkan guru untuk selalu sadar, kritis, dan terbuka melakukan perbaikan. Cara demikian dapat mendorong guru selalu berpikir kritis dan logis terhadap pengetahuan profesionalnya.9 HASIL KARYA PENGEMBANGAN PROFESI Pelaksanaan sertifikasi untuk meningkatkan profesionalitas guru masih ditemukan banyak kelemahan. permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan kemampuan dalam hal menghasilkan karya pengembangan profesi. melakukan kegiatan pengembangan karya profesi dalam bentuk pelatihan penulisan karya ilmiah baik berupa laporan penelitian tindakan kelas, penulisan artikel dan karya ilmiah populer. indikator ketercapaian untuk tujuan memberi bekal kemampuan guru dalam mengembangkan karya profesi adalah terkumpulnya tulisan-tulisan karya ilmiah.10 MEMBANGUN PROFESIONALITAS GURU Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya. Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar –benar menguasai, sungguh - sungguh kepada profesinya. Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.11 Guru adalah sebuah profesi, kehadiran guru bagi peserta didik sangat mempengaruhi proses belajar peserta didik. untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat sebagai bahan pengajaran kepada anak didik. Guru melakukan kegiatan untuk meningkatkan kompetensi 9 Desertasi.I Wayan Sanytasa.Dimensi-Dimensi teori Profesionalitas Guru.Universitas pendidikan Ganesa. Hal 4-12. 10 Laporan PPM. Ismani . peningkatan profesionalitas Guru.2010.Universitas negeri Yogyakarta. 11 Posted: May 8, 2008 .nurita putranti. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/profesi-profesionalitasprofesionalisme.html Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran). Dengan kata lain, meningkatkan profesionalisme itu memang harus diiringi dengan sekolah lanjutan setelah memiliki gelar sarjana ke pendidikan.Ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan seminar kependidikan, diskusi dengan pakar-pakar ilmu pengetahuan dan lain sebagainya termasuk cara untuk mencerdaskan diri di samping menuntut ilmu secara formal. 1. Kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah menegaskan bahwa yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Disamping itu, di era global saat ini, dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru sebagai tenaga profesional, yang mampu meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif. Untuk itu sewajarnyalah profesionalitas guru, harus terkait dan dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas dan aktivitasnya sebagai guru, sehingga guru dapat menghadapi arus globalisasi dengan efektif dan tanpa ‘ketidakberdayaan’. Adapun kompetensi-kompetensi penting dari seorang guru tersebut, adalah :Kompetensi personal, yaitu kompetensi nilai yang dibangun melalui perilaku yang ditampilkan guru. Dapat memiliki pribadi dan berpenampilan menarik, yang menyenangkan, pandai bergaul - tidak saja dengan sesama guru tapi juga dengan peserta didiknya - sehingga menjadi dambaan bagi setiap orang setidaknya yang berada di sekitarnya, dan adalah sosok guru yang menjadi panutan bagi peserta didik dan masyarakat. Kompetensi profesional, adalah kompetensi yang langsung menyentuh bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, metode pembelajaran, sistem penilaian (evaluasi), pola bimbingan, konsultasi siswa, dll nya yang mesti dimiliki seorang guru secara efektif. Kompetensi sosial, adalah kemampuan atau kompetensi yang terkait pada hubungan serta pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat.12 2. Pemberdayaan profesionalitas guru Dengan menilik kondisi dan perkembangan dunia yang semakin menglobal sementara kedudukan guru yang tidak tergeserkan dalam fungsinya sebagai pencerdas bangsa dan memajukan dunia pendidikan, tentunya menjadi ‘kemestian’ kata kunci ‘profesional’ guru yang wajib selalu ditingkatkan disamping perlu juga dilakukan program-program lain yang mendukung. Karena itu, guru jangan sampai hanya disibukkan dengan mengajar saja (meski memang sudah menjadi aktivitas rutin yang dilakoni guru), tapi juga harus mampu menampilkan profesionalitasnya dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Beberapa hal yang perlu dilakukan, adalah : a) Dengan karya nyata dan sikap seorang gurulah yang mampu mengangkat harkat dan martabatnya serta diakui keprofesionalannya oleh masyarakat. 12 Jumat, 28/11/2008.Irwan Prayitno http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/kompetensi.html Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com b) Guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya guru harus melakukan pengayaan dan pembaruan di bidang ilmu, pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya secara terus menerus. c) Mengefektifkan perubahan budaya mendengar dan mendongeng menjadi budaya membaca, menulis, dan diskusi. Karena dengan budaya membaca, menulis, dan diskusi akan tumbuh kehidupan ilmiah di tengah masyarakat khususnya kalangan guru. d) Guru harus paham dan melakukan penelitian-penelitian guna mendukung efektifitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak dengan praktek pengajaran yang menurut asumsinya sudah efektif, namun kenyataannya justru bisa mematikan kreativitas peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian dapat memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e) Gurupun mesti mampu melakukan dialektika dengan realitas kehidupan (kontekstual) hari ini. Hal ini dianggap penting, karena tanpa adanya dialektika 6ddengan realitas kehidupan akan kehilangan makna dan konteks pembelajaran yang disampaikan, sehingga proses pembelajaran nantinya seperti di ruang hampa, hanya ilusi atau sekedar fatamorgana. Berdialektika dengan realitas kehidupan maka fungsi pragmatis akan bersinergi dengan fungsi idealis, sehingga akan berguna dalam pemberian makna pembelajaran bagi masa kekinian maupun masa yang akan datang. f) Bagi pemerintah, penting untuk mengkaji ulang kurikulum perkuliahan institusi penghasil guru, dengan menekankan pada kompetensi guru yang berkualitas dan mumpuni. g) Pemerintah juga diharapkan dapat melaksanakan secara efektif program penempatan guru di wilayah-wilayah pelosok Indonesia yang masih banyak membutuhkan guru dengan memberikan pendapatan yang sesuai. h) Pemerintah perlu bersungguh-sungguh merealisasikan anggaran pendidikan yang 20 % (dari APBN dan APBD) sebagai syarat upaya meningkatkan kualifikasi dan profesionalitas guru serta dunia pendidikan secara umum.13 KEGIATAN PELATIHAN BAGI GURU UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI Kegiatan pelatihan bagi guru untuk pengembangan profesi, pada dasarnya merupakan suatu bagian yang integral dari manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya. Alan Cowling & Phillips James (1996:110) memberi kanrumusan pelatihan sebagai: “perkembangan sikap/pengetahuan/keterampilan pola kelakuan yang sistematis yang dituntut oleh seorang karyawan (baca : guru) untuk melakukan tugas atau pekerjaan dengan memadai”Dengan meminjam pemikiran Sondang Siagian (1997:183-185) ,di bawah ini akan dikemukakan tentang manfaat penyelenggaraan program pelatihan, baik untuk sekolah maupun guru itu sendiri. Bagi sekolah setidaknya terdapat tujuh manfaat yang dapat dipetik, yaitu: (1) peningkatan produktivitas kerja sekolah sebagai keseluruhan; (2) terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan; (3) terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat; (4) meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam prganisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi; (5) mendorong sikap keterbukaan 13 Ibid. Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipatif; (6) memperlancar jalannya komunikasi yang efektif; dan (7) penyelesaian konflik secara fungsional. Sedangkan manfaat pelatihan bagi guru diantaranya : (1) membantu para guru membuat keputusan dengan lebih baik; (2) meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya; (3) terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasional; (4) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya; (5) peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri; (6) tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual; (7) meningkatkan kepuasan kerja; (8) semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang; (9) makin besarnya tekad guru untuk lebih mandiri; dan (10) mengurangi ketakutan menghadapi tugastugas baru di masa depan. Selanjutnya, pada bagian lain Alan Cowling & Phillips James (1996:110) mengemukakan pula tentang apa yang disebut learning orgazanizaton atau organisasi yang mau belajar. Dalam hal ini organisasi diperlakukan sebagai sistem (suatu konsep yang akrab disebut systems theory) yang perlu menanggapi lingkungannya agar tetap hidup dan makmur. Menurut pandangan ini, sebuah organisasi akan mengembangkan suatu kemampuan untuk menanggapi perubahan-perubahan di dalam lingkungannya, yang memastikan bahwa trasformasi internal terus-menerus terjadi. Dengan demikian, suatu organisasi atau sekolah yang mau belajar dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang memberikan kemudahan kepada anggotanya untuk melakukan proses belajar dan terus-menerus mengubah dirinya sendiri. Salah satu wujud sekolah sebagai learning organization adalah adanya kemauan belajar dari para guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya, dan salah satunya melalui kegiatan pelatihan. Dengan demikian, upaya belajar tidak hanya terjadi pada kalangan siswa semata. 14 PENTINGNYA DIADAKAN PELATIHAN Menurut Hariandja (2002 : 168), ada beberapa alasan penting untukmengadakan pelatihan, yaitu: 1. Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan. 2. Perubahan – perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan – perubahan disini meliputi perubahan – perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru atau munculnya metode kerja baru. Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan. 3. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. Saat ini daya saing perusahaan tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki, tetapi juga harus sumber daya manusia yang menjadi elemen paling penting untuk meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng. 4. Menyesuaikan dengan peraturan – peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan pemerintah, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.15 14 . http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/Kegiatan pelatihan penting bagi profesionalitas guru.html http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com 15 a) Urgensi Pelatihan Keutamaan pelatihan bagi setiap pihak yang dapat dipetik dari kegiatan ini: 1) Bagi guru: Meningkatkan profesionalisme khususnya 2) Bagi siswa: Meningkatkan kualitas belajar ditandai antara lain dengan meningkatnya hasil belajarnya. 3) Bagi Pemerintah : Mendapatkan umpan balik untuk kajian keilmuan khususnya tentang peningkatan profesionalisme guru dan sekaligus peningkatan kualistas pembelajaran. 4) Bagi Negara: Meningkatkan kualitas pendidikan tercapai sesuai harapan. b) Langkah-Langkah Pelatihan Agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu sekolah benar-benar dapat memberikan manfaat bagi kemajuan guru maupun bagi organisasi itu sendiri, maka perlu ditempuh beberapa langkah dalam suatu kegiatan pelatihan. Alan Cowling & Phillips James (1996:110) mengemukakan tentang pendekatan yang sistematis dalam pelatihan meliputi empat tahap, yang mencakup : tahap I: mengenali kebutuhan-kebutuhaan, tahap II: merencanakan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan itu, tahap III: Pelaksanaan dan Tahap IV: evaluasi. Sementara itu, Sondang Siagian (1997:185-203) memaparkan tujuh langkah dalam kegiatan pelatihan, yaitu : (1) Penentuan kebutuhan; (2) Penentuan sasaran; Penetapan Program; (3) Identifikasi isi program; (4) Identifikasi prinsip-prinsip belajar; (5) Pelaksanaan program; (6) Identifikasi manfaat; dan (7) Penilaian pelaksanaan program. Dengan mengacu kepada kedua pemikiran di atas, berikut ini akan diuraikan tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan pelatihan, yang mencakup: (1) penentuan kebutuhan; (2) penentuan sasaran; (3) penentuan program; (4) penerapan prinsip-prinsip belajar; dan (5) penilaian kegiatan 1) Penentuan Kebutuhan Penentuan kebutuhan merupakan langkah awal yang amat penting untuk dilakukan . Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kebutuhan secara cermat. Dengan melalui analisis kebutuhan yang cermat dapat diyakinkan bahwa kegiatan pelatihan memang benar-benar perlu dilakukan, jadi tidak hanya sekedar proyek yang sifatnya diada-adakan, tanpa hasil dan tujuan yang jelas. 2) Penentuan Sasaran Berdasarkan analisis kebutuhan selanjutnya dapat ditetapkan berbagai sasaran yang ingin dicapai dari suatu kegiatan pelatihan, baik yang bersifat teknikal maupun behavioral. Bagi penyelenggara, penentuan sasaran ini memiliki arti penting sebagai: (1) tolok ukur kelak untuk menentukan berhasil tidaknya program pelatihan; (2) bahan dalam usaha menentukan langkah selanjutnya, seperti menentukan isi program dan metode pelatihan yang sesuai. Sedangkan bagi peserta penentuan sasaran bermanfaat dalam persiapan dan usaha apa yang seyogyanya mereka lakukan agar dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan pelatihan yang diikutinya. 3) Penentuan Program Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan ditetapkan sasaran yang ingin dicapai, selanjutnya dapat ditetapkan program pelatihan. 4) Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar Agar pelatihan ini dapat mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan, maka kegiatan pelatihan berlangsung seyogyanya dapat memperhatikan dan menerapkan sejumlah prinsip belajar. 5) Penilaian Pelaksanaan Program Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com Pelaksanaan suatu program dapat dikatakan berhasil jika dalam diri peserta tersebut terjadi suatu proses transformasi. 16 PENUTUP KESIMPULAN Program sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk mengidentifikasi guruguru berkualitas. Guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk memberikan tunjangan profesi. Guru yang memperoleh tunjangan profesi dikategorikan sebagai guru yang profesional. Untuk menjamin konsistensi profesionalisme guru seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, diperlukan upaya-upaya peningkatan profesionalisme secara berkesinambungan. Secara preskriptif, dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas merupakan dimensi-dimensi teoretis alternatif untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dukungan kompetensi manajemen diperankan oleh kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah. Strategi pemberdayaan dan supervisi pengembangan merupakan peran sentral kepala sekolah. Ketiga dimensi teoretis tersebut berlandaskan pada filosofi humanistik, bahwa guru yang harus berkembang secara profesional, pada dasarnya dapat meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Oleh sebab itu, peran kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervisi pengembangan tidak lebih dari sekadar fasilitas dan pijakan bagi guru untuk meningkatkan komitmen. Sedangkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan wujud kesadaran guru berbasis refleksi diri untuk meningkatkan profesionalisme. Namun, dukungan kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keefektifan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.Pengembangan karya profesi yang berbentuk penlisan hasil laporan penelitian tindakan kelas maupun artikel ilmiah baik bidang pendidikan bagi guru untuk meningkatkan profesionalitas guru perlu di realisasikan dan juga diperlukan indikator ketercapainnya. Jika dilihat dari sudut pendidikan luar sekolah, dengan berbagai progam yang dimiliki, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah pendidikan dan pelatihan, kursus-kursus, latihan jabatan, penataran, lokakarya, seminar, dan pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran). 16 . http://jurnal-sdm.blogspot.com/20011/01/20/Kegiatan pelatihan penting bagi profesionalitas guru.html Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com DAFTAR PUSTAKA Yamin.martinis.2006. Sertifikasi profesi keguruan diindonesia. Jakarta : gaung persada press. Kamil. Mustofa.2010. Model pendidikan dan pelatihan. Bandung : Alfabeta. Kamus Besar Bahasa Indonesia.hal 375. Anonim. 2009. (online). (http//www.wikipedia/konsep dan jens pelatihan/.com, diakses tanggal 11 februari 2011). Anonim. 2010. (online). (http/www.wikipedia/guru butuh peltihan bukan sertif Jumat, 28/11/2008.Irwan Prayitno http://jurnalsdm.blogspot.com/kompetensi.html ikasi/.com, diakses tanggal 11 februari 2011). http://hmubaraq.blogspot.com/2011/01/pelatihan-guru-untuk-pengembangan.htm Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com