3 Siti Amaroh. URGENSI PELATIHAN BAGI PENINGKATAN

advertisement
URGENSI PELATIHAN BAGI PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU
Siti Amaroh
PLS-UM
PENDAHULUAN
Latar belakang penulisan judul ini yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang dengan
sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya
manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus.
“… Profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan
ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang
diharapkan.Keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori yang telah
dipelajarinya, jadi seseorang professional dituntut banyak belajar, membaca dan mendalami
teori tentang profesi yang digelutinya...”1
Guru adalah pendidik profesional. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik
minimal Sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi
sebagai agen pembelajaran.
Profesioanlitas guru yang dibuktikan dengan kualifi akademik yang dimilikinya akan
memiliki penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang
peningkatan kualitas pendidikan.
Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru. Sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau bukti formal sebagai pengakukan yang
diberikan kepada guru sebagai tenaga professional. 2 Sekarang ini, terdapat sejumlah guru
yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan
dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi.
Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru
adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi
lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10)
lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran).
Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki
kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah
tersertifikasi,tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat di pertanggungjawabkan
secara akademik dan pelaksanaan sertifikasi masih ditemukan banyak kelemahan. Bukti
tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas
sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi.
Program sertifikasi guru merupakan program terobosan pemerintah yang diharapkan
mampu mengangkat citra sekaligus martabat guru di mata masyarakat melalui peningkatan
1
Martinis Yamin,Sertifikasi profesi keguruan diindonesia.Jakarta: Gaung persada press. Th.2006, hal 129.
2
Martinis Yamin,Sertifikasi profesi keguruan diindonesia.Jakarta: Gaung persada press. Th.2006, hal 4
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
kompetensi.3 Peningkatan kompetensi guru erat kaitannya dengan proses belajar, maka
sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat.
Setelah sertifikasi seharusnya merupakan awal bagi guru untuk selalu meningkatkan
kompetensi dengan cara belajar sesuai dengan kebutuhan. Untuk memfasilitasi peningkatan
kompetensi guru, diperlukan program pelatihan-pelatihan untuk membantu meningkatkan
manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan
profesionalisme guru itu sendiri.
Pelaksanaan sertifikasi masih ditemukan banyak kelemahan. Kelemahan itu
bersumber dari guru, pejabat dan asesor, sistem informasi, peraturan, serta prosedur
seleksi. Berdasarkan deskripsi permasalahan kelemahan pelkasanaan sertifikasi yang
bersumber pada guru di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas karya
pengembangan profesi guru masih sangat dibutuhkan. Untuk mereduksi permasalahan
tersebut, salah satu kegiatan yang mendukung permaslahan tadi yakni diadakannya program
pelatihan penulisan karya ilmiah baik berupa laporan hasil penelitian tindakan kelas maupun
artikel ilmiah masih sangat dibutuhkan bagi guru.
Dari latar belakang di atas, permasalahan yang dihadapi adalah (1) apa yang
dimaksud dengan pelatihan; (2) bagaimana manajemen pengembangan kompetensi guru; (3)
bagaimana membangun profesionalitas guru; (4) apa saja kegiatan pelatihan yang
dilaksanakan untuk mengembangkan profesionalitas guru; (5) apa saja manfaat pelatihan bagi
guru.
Dari permasalah di atas, tujuannya sebagai berikut, (1) menjelaskan pengertian
pelatihan; (2) menjabarkan mengenai manajemen kompetensi guru; (3) menjelaskan
mengenai pembangunan profesionalitas guru; (4) menjelaskan macam-macam kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan untuk mengembangkan profesionalitas guru; (5) menjabarkan
manfaat pelatihan untuk guru.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PELATIHAN
Pelatihan adalah suatu proses belajar mengenai sebuah wacana pengetahuan dan
keterampilan yang ditujukan untuk penerapan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan
tertentu. Menurut Edwin B.Flipo(1971) dalam bukunya Mustofa kamil yang berjudul Model
penelitian dan pelatihan. Mengemukakan bahwa: “Training is the act of increasing the
knowledge and skill of an employee for doing a particular job”. (pelatihan adalah tindakan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu”.4
Pentingnya pelatihan adalah tujuan atau outcome dari pelatihan itu sendiri yaitu
memberikan pembekalan kepada karyawan mengenai wacana, dan keterampilan guna
mencapai tujuan. Tujuan Pelatihan Menurut Moekijat (1991:55)tujuan umum dari pada
pelatihan adalah: (1) Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih efektif; (2) Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan secara rasiona; (3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga
menimbulkan kerja sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan5.
Kegiatan Pelatihan yang berbasis pada kompetensi, tentunya akan sangat baik apabila
pelatihan tersebut di gunakan untuk melihat kemampuan. Pada umumnya disepakati paling
tidak terdapat tiga bidang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan proses
3
Laporan PPM. Ismani . peningkatan profesionalitas Guru.2010.Universitas negeri Yogyakarta. hal 1- 2
Mustofa kamil. Model penelitian dan peltihan. Bandung Alfabeta, th 2010, hal 3
5
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
4
manajemen Hersey dan Blanchart (1992: 5) yaitu: (1) Kemampuan teknis (technical and
skill), kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan
dan training; (2) Kemampuan sosial (human atau social skill), kemampuan dalam bekerja
dengan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan
kepemimpinan yang efektif; (3) Kemampuan konseptual (conceptual skill) yaitu :
kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak unit
kerja masing-masing ke dalam bidang operasi secara menyeluruh. Kemampuan ini
memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan tujuan organisasi secara menyeluruh dari
pada hanya atas dasar tujuan kebutuhan keluarga sendiri.Tujuan-tujuan tersebut diatas tidak
dapat dilaksanakan atau dicapai, kecuali apabila pimpinan menyadari akan pentingnya latihan
yang sistematis dan karyawan-karyawan sendiri percaya bahwa mereka akan memperoleh
keuntungan. Tujuan pengembangan pegawai jelas bermanfaat atau berfungsi baik bagi
organisasi maupun karyawan sendiri. 6 Berdasarkan penjelasan tersebut, bila kita berbicara
mengenai sertifikasi, maka yang kita pahami adalah sertifikasi yang digunakan untuk melihat
kompetensi seseorang dalam memahami disiplin ilmu tertentu. Pengakuan profesionalitas
guru untuk meningkatkan kompetensi adalah kondisi sekarang, yang secara umum
merupakan bukti tertulis kualitas sesaat setelah mengikuti program sertifikasi dengan
memperoleh bukti tertulis berupa sertifikat. Peningkatan profesionalitas erat kaitannya
dengan proses belajar. maka sertifikasi tidak bisa dijadikan tolok ukur yang unggul setiap
saat. Setelah mengikuti program sertifikasi seharusnya merupakan titik awal bagi guru untuk
selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar terus-meneru sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena peningkatan
kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalisme guru itu sendiri.
MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
Manajemen pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang
dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan
keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. 7 Pengembangan kompetensi guru
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, (2) menutupi kelemahan-kelemahan
yang tak tampak pada waktu seleksi, (3) mengembangkan sikap profesional, (4)
mengembangkan kompetensi profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan batin antara guru dan
kepala sekolah.
Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan manusiawi
dan profesionalisme guru (Mantja, 2002). Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat
diasumsikan mereka telah memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan kerja yang memadai,
namun sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
pembangunan pendidikan saat ini, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya
meningkatkan kompetensinya. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan kompetensi
tersebut tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang
lebih penting adalah kemamuan diri untuk terus menerus melakukan peningkatan kelayakan
kompetensi.
Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu
meningkatkan keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk meningkatkan kefektifan
kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program pembelajaran
6
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html
Desertasi.I Wayan Sanytasa.Dimensi-Dimensi teori Profesionalitas Guru.Universitas pendidikan Ganesa. Hal
2.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
7
yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru
memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus, maka
proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program
pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan saat ini.
Penjelasan di atas menjelaskan, bahwa komitmen diri dan strategi-strategi untuk
meningkatkan manajemen pengembangan sangat dibutuhkan dalam rangka memfasilitasi
guru meningkatkan profesionalismenya. Sinergi antara komitmen guru dan strategi
manajemen akan melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi.
Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan melahirkan proses kolaborasi
yang efektif untuk meningkatkan kompetensi. Kajian ini menyajikan empat dimensi teori
preskripsi sebagai alternatif landasan bagi guru dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Empat dimensi teoretis tersebut, adalah (1) dukungan kompetensi
manajemen, (2) strategi pemberdayaan, (3) supervisi pengembangan, dan (4) penelitian
tindakan kelas.8
1. Dukungan Kompetensi Manajemen
Kompetensi manajemen yang dibutuhkan untuk peningkatan profesionalisme guru
dibedakan atas tiga jenis (Surya Dharma, 2003), (1) manajemen pada tingkatan kepala dinas
pendidikan, (2) manajemen pada tingkatan kepala sekolah, dan (3) manajemen pada tingkatan
guru.
Pada tingkatan kepala dinas dibutuhkan kompetensi tentang (1) strategic thinking, (2)
change leadership, dan (3) relationship management. Strategic thinking merupakan
kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan sistem pendidikan yang begitu cepat,
peka terhadap kondisi eksternal berupa peluang dan tantangan, memberdayakan potensi
internal berbasis kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga
mampu mengidentifikasikan strategic response secara optimal.
Pada tingkatan kepala sekolah dibutuhkan kompetensi-kompetensi kemampuan
melakukan perubahan padastruktur dan proses manajerial sekolah. Dan Pada tingkatan guru
dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibilitas; mencari dan menggunakan informasi,
motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi berprestasi, motivasi kerja di bawah
tekanan waktu; kolaborasi dan orientasi pelayanan kepada siswa.
2. Strategi Pemberdayaan
Sekarang
ini, guru dihadapkan pada perubahan paradigma persaingan dari
sebelumnya. Perubahan paradigma tersebut menuntut efesiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya guru, karena guru merupakan agen perubahan dan agen pembaharuan, sehingga
mereka mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif. Pemantapan sumber daya guru
sebagai intellectual capital harus diikuti dengan pengembangan dan pembaharauan terhadap
kemampuan dan keahlian yang dimilikinya, sehingga mereka mampu dan peka terhadap arah
perubahan yang terjadi. Strategi pemberdayaan merupakan salah satu cara pengembangan
guru .
3. Supervisi Pengembangan
Pada umumnya, kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor pengajaran di sekolah.
Dia bertanggung jawab mengkoordinasikan semua program pengajaran. Para guru
mengharapkan agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk perbaikan
dan peningkatan pengajaran. Oleh sebab itu, kepala sekolah hendaknya memiliki kompetensi
8
Desertasi.I Wayan Sanytasa.Dimensi-Dimensi teori Profesionalitas Guru.Universitas pendidikan Ganesa. Hal
3.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
kepemimpinan pengajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor. Dia hendaknya
memiliki pemahaman tentang cara yang tepat dalam melaksanakan supervisi.
4. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervise
pengembangan, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, merupakan wujud perhatian dan
kepedulian kepala dinas dan utamanya kepala sekolah kepada para guru di sekolah. Pada
dasarnya, perhatian tersebut bermuara pada upaya membantu guru untuk meningkatkan
profesionalisme. Guru profesional secara teoretis akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Kualitas pembelajaran yang baik merupakan cerminan pelayanan guru
kepada siswa untuk belajar secara interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang, dan
menyenangkan. Pembelajaran seperti itu akan dapat diwujudkan oleh guru, apabila guru
secara kontinu melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research/CAR).
Secara konseptual, CAR merupakan langkah reflekstif bagi guru terhadap praktik
kesehariannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas praktiknya yang akhirnya
bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan secara umum. CAR adalah suatu bentuk
penyelidikan yang bersifat reflektif mandiri.
CAR merupakan wahana dan sarana untuk meningkatkan strategi belajar mengajar;
mewajibkan guru untuk selalu sadar, kritis, dan terbuka melakukan perbaikan. Cara demikian
dapat mendorong guru selalu berpikir kritis dan logis terhadap pengetahuan profesionalnya.9
HASIL KARYA PENGEMBANGAN PROFESI
Pelaksanaan sertifikasi untuk meningkatkan profesionalitas guru masih ditemukan
banyak kelemahan. permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan
kemampuan dalam hal menghasilkan karya pengembangan profesi. melakukan kegiatan
pengembangan karya profesi dalam bentuk pelatihan penulisan karya ilmiah baik
berupa laporan penelitian tindakan kelas, penulisan artikel dan karya ilmiah populer.
indikator ketercapaian untuk tujuan memberi bekal kemampuan guru dalam
mengembangkan karya profesi adalah terkumpulnya tulisan-tulisan karya ilmiah.10
MEMBANGUN PROFESIONALITAS GURU
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau
pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga
pengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di
profesinya. Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Profesionalitas merupakan sikap para
anggota profesi benar –benar menguasai, sungguh - sungguh kepada profesinya.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok
orang menjadi profesional.11
Guru adalah sebuah profesi, kehadiran guru bagi peserta didik sangat mempengaruhi
proses belajar peserta didik. untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat sebagai bahan
pengajaran kepada anak didik. Guru melakukan kegiatan untuk meningkatkan kompetensi
9
Desertasi.I Wayan Sanytasa.Dimensi-Dimensi teori Profesionalitas Guru.Universitas pendidikan Ganesa. Hal
4-12.
10
Laporan PPM. Ismani . peningkatan profesionalitas Guru.2010.Universitas negeri Yogyakarta.
11
Posted: May 8, 2008 .nurita putranti. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/profesi-profesionalitasprofesionalisme.html
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi
lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10)
lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran).
Dengan kata lain, meningkatkan profesionalisme itu memang harus diiringi dengan
sekolah lanjutan setelah memiliki gelar sarjana ke pendidikan.Ikut ambil bagian dalam
berbagai kegiatan seminar kependidikan, diskusi dengan pakar-pakar ilmu pengetahuan dan
lain sebagainya termasuk cara untuk mencerdaskan diri di samping menuntut ilmu secara
formal.
1. Kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah menegaskan
bahwa yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Disamping itu, di era
global saat ini, dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru sebagai tenaga profesional, yang
mampu meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif.
Untuk itu sewajarnyalah profesionalitas guru, harus terkait dan dibangun melalui
penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata dalam menjalankan dan
menyelesaikan tugas-tugas dan aktivitasnya sebagai guru, sehingga guru dapat menghadapi
arus globalisasi dengan efektif dan tanpa ‘ketidakberdayaan’.
Adapun kompetensi-kompetensi penting dari seorang guru tersebut, adalah
:Kompetensi personal, yaitu kompetensi nilai yang dibangun melalui perilaku yang
ditampilkan guru. Dapat memiliki pribadi dan berpenampilan menarik, yang menyenangkan,
pandai bergaul - tidak saja dengan sesama guru tapi juga dengan peserta didiknya - sehingga
menjadi dambaan bagi setiap orang setidaknya yang berada di sekitarnya, dan adalah sosok
guru yang menjadi panutan bagi peserta didik dan masyarakat. Kompetensi profesional,
adalah kompetensi yang langsung menyentuh bidang substansi atau bidang studi, kompetensi
bidang pembelajaran, metode pembelajaran, sistem penilaian (evaluasi), pola bimbingan,
konsultasi siswa, dll nya yang mesti dimiliki seorang guru secara efektif. Kompetensi sosial,
adalah kemampuan atau kompetensi yang terkait pada hubungan serta pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat.12
2. Pemberdayaan profesionalitas guru
Dengan menilik kondisi dan perkembangan dunia yang semakin menglobal sementara
kedudukan guru yang tidak tergeserkan dalam fungsinya sebagai pencerdas bangsa dan
memajukan dunia pendidikan, tentunya menjadi ‘kemestian’ kata kunci ‘profesional’ guru
yang wajib selalu ditingkatkan disamping perlu juga dilakukan program-program lain yang
mendukung. Karena itu, guru jangan sampai hanya disibukkan dengan mengajar saja (meski
memang sudah menjadi aktivitas rutin yang dilakoni guru), tapi juga harus mampu
menampilkan profesionalitasnya dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Beberapa hal yang
perlu dilakukan, adalah :
a) Dengan karya nyata dan sikap seorang gurulah yang mampu mengangkat harkat dan
martabatnya serta diakui keprofesionalannya oleh masyarakat.
12
Jumat, 28/11/2008.Irwan Prayitno http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/kompetensi.html
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
b) Guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya guru harus melakukan
pengayaan dan pembaruan di bidang ilmu, pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya
secara terus menerus.
c) Mengefektifkan perubahan budaya mendengar dan mendongeng menjadi budaya
membaca, menulis, dan diskusi. Karena dengan budaya membaca, menulis, dan diskusi
akan tumbuh kehidupan ilmiah di tengah masyarakat khususnya kalangan guru.
d) Guru harus paham dan melakukan penelitian-penelitian guna mendukung efektifitas
pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak
terjebak dengan praktek pengajaran yang menurut asumsinya sudah efektif, namun
kenyataannya justru bisa mematikan kreativitas peserta didiknya. Begitu juga, dengan
dukungan hasil penelitian dapat memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang
bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e) Gurupun mesti mampu melakukan dialektika dengan realitas kehidupan (kontekstual) hari
ini. Hal ini dianggap penting, karena tanpa adanya dialektika 6ddengan realitas kehidupan
akan kehilangan makna dan konteks pembelajaran yang disampaikan, sehingga proses
pembelajaran nantinya seperti di ruang hampa, hanya ilusi atau sekedar fatamorgana.
Berdialektika dengan realitas kehidupan maka fungsi pragmatis akan bersinergi dengan
fungsi idealis, sehingga akan berguna dalam pemberian makna pembelajaran bagi masa
kekinian maupun masa yang akan datang.
f) Bagi pemerintah, penting untuk mengkaji ulang kurikulum perkuliahan institusi penghasil
guru, dengan menekankan pada kompetensi guru yang berkualitas dan mumpuni.
g) Pemerintah juga diharapkan dapat melaksanakan secara efektif program penempatan guru
di wilayah-wilayah pelosok Indonesia yang masih banyak membutuhkan guru dengan
memberikan pendapatan yang sesuai.
h) Pemerintah perlu bersungguh-sungguh merealisasikan anggaran pendidikan yang 20 %
(dari APBN dan APBD) sebagai syarat upaya meningkatkan kualifikasi dan
profesionalitas guru serta dunia pendidikan secara umum.13
KEGIATAN PELATIHAN BAGI GURU UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI
Kegiatan pelatihan bagi guru untuk pengembangan profesi, pada dasarnya merupakan
suatu bagian yang integral dari manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dan
merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada
gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya. Alan Cowling & Phillips James (1996:110) memberi
kanrumusan pelatihan sebagai: “perkembangan sikap/pengetahuan/keterampilan pola
kelakuan yang sistematis yang dituntut oleh seorang karyawan (baca : guru) untuk melakukan
tugas atau pekerjaan dengan memadai”Dengan meminjam pemikiran Sondang Siagian
(1997:183-185) ,di bawah ini akan dikemukakan tentang manfaat penyelenggaraan program
pelatihan, baik untuk sekolah maupun guru itu sendiri.
Bagi sekolah setidaknya terdapat tujuh manfaat yang dapat dipetik, yaitu: (1)
peningkatan produktivitas kerja sekolah sebagai keseluruhan; (2) terwujudnya hubungan
yang serasi antara atasan dan bawahan; (3) terjadinya proses pengambilan keputusan yang
lebih cepat dan tepat; (4) meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam prganisasi
dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi; (5) mendorong sikap keterbukaan
13
Ibid.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipatif; (6) memperlancar jalannya
komunikasi yang efektif; dan (7) penyelesaian konflik secara fungsional.
Sedangkan manfaat pelatihan bagi guru diantaranya : (1) membantu para guru
membuat keputusan dengan lebih baik; (2) meningkatkan kemampuan para guru
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya; (3) terjadinya internalisasi dan
operasionalisasi faktor-faktor motivasional; (4) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk
terus meningkatkan kemampuan kerjanya; (5) peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi
stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri;
(6) tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para guru
dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual; (7) meningkatkan
kepuasan kerja; (8) semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang; (9) makin
besarnya tekad guru untuk lebih mandiri; dan (10) mengurangi ketakutan menghadapi tugastugas baru di masa depan.
Selanjutnya, pada bagian lain Alan Cowling & Phillips James (1996:110)
mengemukakan pula tentang apa yang disebut learning orgazanizaton atau organisasi yang
mau belajar. Dalam hal ini organisasi diperlakukan sebagai sistem (suatu konsep yang akrab
disebut systems theory) yang perlu menanggapi lingkungannya agar tetap hidup dan makmur.
Menurut pandangan ini, sebuah organisasi akan mengembangkan suatu kemampuan untuk
menanggapi perubahan-perubahan di dalam lingkungannya, yang memastikan bahwa
trasformasi internal terus-menerus terjadi.
Dengan demikian, suatu organisasi atau sekolah yang mau belajar dapat dikatakan
sebagai suatu organisasi yang memberikan kemudahan kepada anggotanya untuk melakukan
proses belajar dan terus-menerus mengubah dirinya sendiri. Salah satu wujud sekolah sebagai
learning organization adalah adanya kemauan belajar dari para guru untuk senantiasa
meningkatkan kemampuannya, dan salah satunya melalui kegiatan pelatihan. Dengan
demikian, upaya belajar tidak hanya terjadi pada kalangan siswa semata. 14
PENTINGNYA DIADAKAN PELATIHAN
Menurut Hariandja (2002 : 168), ada beberapa alasan penting untukmengadakan
pelatihan, yaitu:
1. Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar bagaimana
melakukan pekerjaan.
2. Perubahan – perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan – perubahan disini
meliputi perubahan – perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru
atau munculnya metode kerja baru. Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin
beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda
yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap
pekerjaan.
3. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. Saat ini daya saing
perusahaan tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki,
tetapi juga harus sumber daya manusia yang menjadi elemen paling penting untuk
meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama
daya saing yang langgeng.
4. Menyesuaikan dengan peraturan – peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan
pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan pemerintah, untuk menjamin
kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.15
14
. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/Kegiatan pelatihan penting bagi profesionalitas guru.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
15
a) Urgensi Pelatihan
Keutamaan pelatihan bagi setiap pihak yang dapat dipetik dari kegiatan ini:
1) Bagi guru: Meningkatkan profesionalisme khususnya
2) Bagi siswa: Meningkatkan kualitas belajar ditandai antara lain dengan meningkatnya
hasil belajarnya.
3) Bagi Pemerintah : Mendapatkan umpan balik untuk kajian keilmuan khususnya
tentang peningkatan profesionalisme guru dan sekaligus peningkatan kualistas
pembelajaran.
4) Bagi Negara: Meningkatkan kualitas pendidikan tercapai sesuai harapan.
b) Langkah-Langkah Pelatihan
Agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu sekolah benar-benar dapat
memberikan manfaat bagi kemajuan guru maupun bagi organisasi itu sendiri, maka perlu
ditempuh beberapa langkah dalam suatu kegiatan pelatihan.
Alan Cowling & Phillips James (1996:110) mengemukakan tentang pendekatan yang
sistematis dalam pelatihan meliputi empat tahap, yang mencakup : tahap I: mengenali
kebutuhan-kebutuhaan, tahap II: merencanakan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan itu,
tahap III: Pelaksanaan dan Tahap IV: evaluasi.
Sementara itu, Sondang Siagian (1997:185-203) memaparkan tujuh langkah dalam
kegiatan pelatihan, yaitu : (1) Penentuan kebutuhan; (2) Penentuan sasaran; Penetapan
Program; (3) Identifikasi isi program; (4) Identifikasi prinsip-prinsip belajar; (5) Pelaksanaan
program; (6) Identifikasi manfaat; dan (7) Penilaian pelaksanaan program.
Dengan mengacu kepada kedua pemikiran di atas, berikut ini akan diuraikan tentang
tahapan-tahapan dalam kegiatan pelatihan, yang mencakup: (1) penentuan kebutuhan; (2)
penentuan sasaran; (3) penentuan program; (4) penerapan prinsip-prinsip belajar; dan (5)
penilaian kegiatan
1) Penentuan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan merupakan langkah awal yang amat penting untuk dilakukan .
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kebutuhan secara cermat. Dengan melalui analisis
kebutuhan yang cermat dapat diyakinkan bahwa kegiatan pelatihan memang benar-benar
perlu dilakukan, jadi tidak hanya sekedar proyek yang sifatnya diada-adakan, tanpa hasil dan
tujuan yang jelas.
2) Penentuan Sasaran
Berdasarkan analisis kebutuhan selanjutnya dapat ditetapkan berbagai sasaran yang
ingin dicapai dari suatu kegiatan pelatihan, baik yang bersifat teknikal maupun behavioral.
Bagi penyelenggara, penentuan sasaran ini memiliki arti penting sebagai: (1) tolok ukur kelak
untuk menentukan berhasil tidaknya program pelatihan; (2) bahan dalam usaha menentukan
langkah selanjutnya, seperti menentukan isi program dan metode pelatihan yang sesuai.
Sedangkan bagi peserta penentuan sasaran bermanfaat dalam persiapan dan usaha apa yang
seyogyanya mereka lakukan agar dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari
kegiatan pelatihan yang diikutinya.
3) Penentuan Program
Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan ditetapkan sasaran yang ingin dicapai,
selanjutnya dapat ditetapkan program pelatihan.
4) Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar
Agar pelatihan ini dapat mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan, maka
kegiatan pelatihan berlangsung seyogyanya dapat memperhatikan dan menerapkan sejumlah
prinsip belajar.
5) Penilaian Pelaksanaan Program
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Pelaksanaan suatu program dapat dikatakan berhasil jika dalam diri peserta tersebut
terjadi suatu proses transformasi. 16
PENUTUP
KESIMPULAN
Program sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk mengidentifikasi guruguru berkualitas. Guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk
memberikan tunjangan profesi. Guru yang memperoleh tunjangan profesi dikategorikan
sebagai guru yang profesional. Untuk menjamin konsistensi profesionalisme guru seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, diperlukan upaya-upaya
peningkatan profesionalisme secara berkesinambungan.
Secara preskriptif, dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan,
supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas merupakan dimensi-dimensi teoretis
alternatif untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dukungan kompetensi manajemen
diperankan oleh kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah. Strategi pemberdayaan dan
supervisi pengembangan merupakan peran sentral kepala sekolah. Ketiga dimensi teoretis
tersebut berlandaskan pada filosofi humanistik, bahwa guru yang harus berkembang secara
profesional, pada dasarnya dapat meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Oleh
sebab itu, peran kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan, dan supervisi
pengembangan tidak lebih dari sekadar fasilitas dan pijakan bagi guru untuk meningkatkan
komitmen. Sedangkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan wujud kesadaran
guru berbasis refleksi diri untuk meningkatkan profesionalisme. Namun, dukungan kepala
dinas pendidikan dan kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keefektifan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas.Pengembangan karya profesi yang berbentuk penlisan
hasil laporan penelitian tindakan kelas maupun artikel ilmiah baik bidang pendidikan bagi
guru untuk meningkatkan profesionalitas guru perlu di realisasikan dan juga diperlukan
indikator ketercapainnya.
Jika dilihat dari sudut pendidikan luar sekolah, dengan berbagai progam yang
dimiliki, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah
pendidikan dan pelatihan, kursus-kursus, latihan jabatan, penataran, lokakarya, seminar, dan
pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran).
16
. http://jurnal-sdm.blogspot.com/20011/01/20/Kegiatan pelatihan penting bagi profesionalitas guru.html
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
DAFTAR PUSTAKA
Yamin.martinis.2006. Sertifikasi profesi keguruan diindonesia. Jakarta : gaung persada press.
Kamil. Mustofa.2010. Model pendidikan dan pelatihan. Bandung : Alfabeta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.hal 375.
Anonim. 2009. (online). (http//www.wikipedia/konsep dan jens pelatihan/.com, diakses
tanggal 11 februari 2011).
Anonim. 2010. (online). (http/www.wikipedia/guru butuh peltihan bukan sertif
Jumat, 28/11/2008.Irwan Prayitno http://jurnalsdm.blogspot.com/kompetensi.html ikasi/.com,
diakses tanggal 11 februari 2011).
http://hmubaraq.blogspot.com/2011/01/pelatihan-guru-untuk-pengembangan.htm
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Download