UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI

advertisement
UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU
Nuris Fajar Rizki
PLS-UM
PENDAHULUAN
Pemilihan judul Upaya Pemerataan Pendidikan Bagi Masyarakat Kurang Mampu
berlatar belakang pada beberapa masalah. Penjelasannya sebagai berikut. Saat ini paradigma
pendidikan di Indonesia harus dicermati, khususnya mengenai kesempatan belajar, kesetaraan
pendidikan, layanan komprehensif, memaksimalkan fungsi sekolah, serta orientasi layanan
sesuai kebutuhan. Hal ini dilakukan agar pemerataan pendidikan bisa menyeluruh.
Salah satu paradigma yang harus digeser adalah wajib belajar sembilan tahun agar menjadi
hak belajar sembilan tahun. "Masyarakat punya hak untuk menuntaskan sembilan tahun
pendidikan. Kalau itu menjadi hak. maka negara, harus menyiapkan seluruh sarana dan
prasarana. Semua bisa menuntaskan pendidikan sembilan tahun."1
Masyarakat kurang mampu sering diartiakan sebagai masyarakat miskin. Secara kualitatif,
kemiskinan adalah suatu yang didalamnya hidup manusia tidak bermartabat manusia. Atau
dengan kata lain hidup manusia tidak layak sebagai manusia. Namun secara
kuantitatif,kemiskinan adalah suatu keadaan dimana hidup manusia selalu kekurangan atau
lazim disebut “tidak berharta benda”2. Dan biasanya masyarakat kurang mampu tersebut
sering mendapat perlakuan yang dirasa kurang adil dari berbagai sektor. Baik sektor politik,
hukum, ekonomi, dan pendidikan. “Ketidak adilan dari aspek pendidikan merupakan
persoalan didalam kehidupan yang tidak pernah terselesaikan. Apakah fakta bahwa
ketidakadilan adalah pergumulan manusia yang tidak pernah terselesaikan itu membuat kita
menjadi pesimistis?” (Broto Semedi). Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa korban dari
ketidakadilan tidak perlu pesimis akan nasibnya untuk mendapatkan apa yang seharusnya
mereka dapat. Ini tercermin dari pernyataan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan3. Dan pernyataan bahwa Tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran.4
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah
efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah
pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia
pendidikan yaitu:
(1). Kesenjangan antara sarana pendidikan kota dan pinggiran,
(2). Rendahnya loyalitas dan dedikasi guru,
(3). Rendahnya prestasi siswa,
(4). Tidak meratanya even-even yang melibatkan siswa,
(5). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(6). Mahalnya biaya pendidikan.
Dari beberapa permasalahan khusus tersebut terdapat poin yang akan saya jadikan
pembahasan khusus dalam karya ilmiah yang saya buat ini yaitu mengenai rendahnya
kesempatan pemerataan pendidikan khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu.
1
Menteri Pendidikan Nasiohal Muhammad Nuh saat membuka Rembuk Nasional Pendidikan 2010 di Pusdiklat
Pegawai Ke-mcntenan Pendidikan Nasional, Depok, Rabu (3/3).
2
(Broto Semedi,1995).Mardimin,johanes.Dimensi Kritis Proses Pembangunan di
Indonesia,Yogyakarta:kasinisius,1996
3
isi pembukaan UUD 1945
4
menurut UUD 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan,
baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.Oleh sebab itu,
pendidikan sangat penting guna peningkatan mutu SDM. Pendidikan harus dapat dirasakan
oleh semua warga Negara supaya tercapai tujuan dari Negara tersebut. Tak terkecuali
masyarakat miskin. Masyarakat miskin juga berhak untuk belajar dan mendapat pendidikan
yang layak dan tidak ada diskriminasi terhadap masyarakat miskin untuk merasakan
pendidikan.
Ada berbagai upaya untuk memecahkan permasalan tersebut. Dijelaskan bahwa “ ada
dua bentuk pendidikan, yakni pendidikan non formal dan pendidikan formal. Pendidikan non
formal adalah pendidikan yang didiapat dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan pemuka
agama baik secara langsung maupun melalui media. Dan pendidikan formal adalah
pendidikan yang didapat melalui bangku sekolah”5. Pemerintah juga mempunyai andil dalam
mengatasi permasalahan tersebut.
Seperti halnya pendidikan yang sampai saat ini masih problema yang sangat rumit dan pelik.
Sebetulnya pemerintah di dalam menangani masalah pendidikan tersebut sudah sudah
berusaha sekuat tenaga dan sudah menggunakan berbagai cara serta strategi untuk mengatasi
masalah seperti :
 Masih tingginya angka buta huruf
 Masih tingginya anak usia sekolah yang drop out
 Masih tingginya anak yang tidak sekolah
 Masih tingginya masyarakat yang masih tidak memiliki pengetahuan. 6
Oleh sebab itu, tidak ada alasan bahwa setiap warga Negara tidak bisa merasakan pendidikan.
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat adalah (1) penyebab
terjadinya kemiskinan di Indonesia; (2) bagaimana sistem pendidikan yang terdapat di
Indonesia; (3) faktor apa saja yang menyebabkan pendidikan di Indonesia belum merata; (3)
bagaimana peran APBN terhadap pendidikan di Indonesia.
Adapun tujuan yang akan diperoleh dari permasalahan di atas adalah (1) mengetahui
penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia; (2) menjelaskan mengenai sistem pendidikan
yang terdapat di Indonesia; (3) mendeskripsikan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
pendidikan di Indonesia belum merata; (3) menjabarkan peranan APBN terhadap pendidikan
di Indonesia.
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG TERJADINYA KEMISKINAN DI INDONESIA
Kemiskinan adalah adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Negara Indonesia merupakan sebuah Negara yang terdiri dari pulau- pulau dan secara
geografis terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, dua samudra yaitu
samudra Hindia dan samudra pasifik dan berada pada garis katulistiwa serta terdiri atas pulau
- pulau. Karena faktor letak geografis itulah Negara Indonesia merupakan Negara yang subur,
kaya akan sumber daya alam yang merupakan salah satu faktor untuk kesejahteraan
5
6
Mardimin,johanes.dimensi kritis proses pembangunan di Indonesia,Yogyakarta : kanisius, 1996
Y.Sismanto, Pendidikan Luar sekolah dalam upaya mencerdaskan bangsa, ERASWASTA, Jakarta 1984.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
masyarakatnya karena sumber daya alam tersebut memberikan berbagai macam keuntungan
di antaranya:
1. Sebagai mata pencaharian masyarakat
2. Sebagai pendapatan untuk Negara melalui hasil tambang yang dapat dimanfaatkan baik di
dalam negeri atau ke luar negeri sebagai barang eksport
3. Sebagai sumber tenaga seperti listrik dan lainnya.
Selain sumber daya alam, kelebihan yang dimiliki Negara Indonesia adalah memiliki
tanah yang subur dan laut yang luas. Tanah yang subur merupakan suatu nilai lebih untuk
usaha di bidang pertanian dan perkebunan sedangkan laut yang luas dengan kekayaan laut
yang melimpah merupakan suatu keunggulan dalam bidang kelautan. Karena letaknya yang
strategis, Indonesia seharusnya juga unggul dalam bidang perdagangan karena terletak di
tengah-tengah Negara di Asia dan Australia serta Afrika.
Dari keadaan Negara Indonesia yang seperti itu baik secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tapi pada
kenyataannya di akui atau tidak, perekonomian masyarakat Indonesia pada umumnya masih
berada pada garis kemiskinan.
Jumlah angka kemiskinan di Indonesia menurut data statistik cukup tajam hingga
mencapai 34 juta kepala keluarga (KK), padahal dana untuk pengentasan angka kemiskinan
melalui APBN 2007 cukup tinggi.
Tetapi nyatanya didaerah - daerah terutama di daerah Kec. Wirosari, kab grobogan betapa
kemiskinan menjadi beban dan tantangan bangsa kita. Pada 2004 angka kemiskinan di
Indonesia masih berjumlah sekitar 27 juta KK. Dana APBN pada saat itu untuk mengurangi
angka kemiskinan hanya Rp 27 Triliun. Tetapi pada pada tahun 2007 ini angka kemiskinan
justru bertambah , pada hal dana untuk mengentaskan kemiskinan saat ini ditingkatkan
melalui APBN menjadi Rp 35 Triliun. Jadi ternyata menjadi sebuah ironi bahwa kenaikan
alokasi anggaran untuk penanganan kemiskinan dalam APBN justru berbuah meningkatnya
kemiskinan di Indonesia.7
Sangat memprihatinkan dimana keadaan Negara Indonesia yang kaya akan sumber
daya alamnya tetapi tidak dapat mensejahterakan rakyatnya.
Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu :
1. Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya
puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.
2. Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan
mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang
tinggi
3. Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka
kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memliki pendidikan tinggi dan
kesehatan yang baik.
4. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin
dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak.
5. Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau
seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan
masalah kesehatan, mutu pangan dan pendidikan antara wilayah perkotaan dengan
wilayah yang tertinggal jauh dari perkotaan.
Tabel 1 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah Maret 2008 – Maret 2009
7
http://iqril.blogspot.com/2007/10/fenomena-kemiskinan-di-indonesia.html
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Daerah
tahun
/
(1)
Perkotaan
maret
2008
maret
2009
Pedesaan
maret
2008
maret
2009
Kota
+
desa
maret
2008
maret
2009
Garis kemiskinan
(Rp/kapita/bulan)
Makanan
Bukan
total
makanan
(2)
(3)
(4)
Jumlah
penduduk
miskin
(juta)
(5)
Persentase
penduduk
miskin
(6)
143 897
155 909
60 999
66 214
204 896
222 123
12.77
11.91
11.65
10.72
127 207
139 331
34 624
40 503
161 831
179 835
22.19
20.62
18.93
17.35
135 270
147 339
47 366
52 923
182 636
200 262
34.96
32.53
15.42
14.15
Sumber : diolah dari data susenas panel maret 2008 dan maret 2009
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Berbicara tentang pendidikan, tentu harus sudah paham tentang arti pendidikan itu
sendiri. Sehingga dengan demikian akan lebih mudah dalam melangkah pada pembahasan
yang lebih mendalam lagi tentang pendidikan yang ada di Indonesia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Biaya yang terlalu tinggi, dan harapan masyarakat atas hasil pendidikan yang tidak bisa
dipenuhi sekolah membuat banyak orang tua mulai mempertanyakan peran dan keberadaan
sekolah.
Berbagai kisah-kisah anak miskin tidak bisa sekolah karena mahalnya biaya
pendidikan dan peran sekolah yang turut memainkan biaya menjadikan sekolah menjadi
pasar yang dihitung dengan untung dan rugi.
Biaya sekolah sudah mulai ikut menentukan arah kemana pendidikan masyarakat hendak
melangkah. Tanpa uang tidak mungkin seorang anak miskin bisa menikmati pendidikan
sekolah. Dengan kata lain, uang sudah banyak berperan dalam kehidupan manusia yang
paling dasar. Uang menjadi nilai yang kian dominan dalam pandangan dunia pendidikan kita
saat ini .
Terlepas dari itu, baik dan buruk atas pengaruh masuknya uang pasar ke lembaga
pendidikan sekolah, yang jelas pengaruh kapitalisme8 dengan salah satu tandanya uang dan
pasar, sudah ikut menguasai sekolah. Maka, tidaklah berlebihan kemudian muncul istilah
memasarkan sekolah dan menyekolahkan pasar. Dampak yang lebih lanjut kebanyakan orang
tua sekarang membuat kalkulasi berapa biaya sekolah anaknya dan berapa uang yang akan ia
8
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan
intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung
kepentingan-kepentingan pribadi.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
dapat sesudah si anak selesai lulus dari sekolah. Pandangan ini juga secara tidak langsung
menempatkan anak bukan sebagai subjek didik, akan tetapi sebagai aset.
Seorang guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Akan tetapi, jika mereka tidak mendapatkan suatu penghargaan, ada kemungkinan besar para
guru tidak akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Akibatnya sedikit yang
mau menjadi guru. Selanjutnya, dapat kita bayangkan apa jadinya proses belajar mengajar di
sekolah, apabila input untuk menjadi guru berkurang.
Melihat kenyataan ini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan guru harus menjadi keprihatinan
kita bersama. Bagaimana menciptakan guru yang profesional, memiliki inteligensi tinggi dan
mampu menjalankan tugasnya secara dialogis.
Adapun upaya memperbaiki dunia pendidikan, selama ini banyak keluhan mengenai
kelemahan kita sebagai bangsa. Kita mengeluh korupsi yang merajalela, pelanggaran norma
dan hukum yang berlangsung begitu saja. Kerisauan dan kegalauan kita sebagai bangsa,
pendidikan segera dilihat sebagai upaya untuk mengatasi semua. Banyak pendapat-pendapat
bahwa untuk mengatasi ini, pendidikan harus dirubah total.
Untuk melakukan perubahan ini perlu dibuat suatu tujuan pendidikan. Kebanyakan pihak
berpandangan bahwa pembaharuan pendidikan yang akan dilaksanakan perlu dirancang guna
melahirkan generasi pembaharuan, yaitu generasi yang mampu menyelesaikan berbagai
masalah dan persoalan yang sulit dan rumit .
Cara yang harus ditempuh guna menilai dan merancang kurikulum pendidikan untuk masa
datang adalah pertama, mempelajari aneka implikasi dari berbagai keinginan masyarakat
untuk merevisi kurikulum sekaligus pembaruan pendidikan. Kedua, mempelajari aneka
kelemahan yang terkandung dalam kurikulum sekarang, yang ikut melahirkan berbagai
kelemahan bangsa. Ketiga, mempelajari berbagai keharusan yang tidak dapat dihindari dalam
menyusun kurikulum.
SISTEM PENDIDIKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERHADAP
MASYARAKAT KURANG MAMPU
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendididikan dan wajib mengikuti
pendidikan dasar serta pemerintah wajib membiayainya, pernyataan ini dikuatkan melalui
undang-undang sistem pendidikan nasional atau biasa disebut dengan SISDIKNAS, yang
menyebutkan “bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan bermutu”. Setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai dengan lima
belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, dan Pemerintah wajib memberikan layanan
dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi “.
Dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia di Indonesia maka perlu
adanya sebuah system pendidikan nasional. Dimana Negara memberikan kesempatan seluas
luasnya kepada semua warga Negara untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Dengan
demikian diharapkan warga Negara mendapatkan bekal untuk berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Salah satu system yang diterapkan pemerintah sekarang adalah pendidikan dasar Sembilan
tahun. Dimana definisi dari pendidikan dasar itu ialah pendidikan umum yang lamanya
sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan Dasar
diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Permaslahannya adalah, apakah system yang diselenggarakan pemerintah sudah dapat
menjawab permasalahan pendidikan di Indonesia khususnya permasalahan pendidikan bagi
masyarakat yang kurang mampu? Apakah warga masyarakat yang kurang mampu dapat
mengikuti system pendidikan dari pemerintah?
Sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun umumnya dilaksanakan dilaksanakan melalui jalur
pendidikan formal yaitu seperti SD, SLTP atau MTs. Jika melihat keadaan pendidikan yang
sekarang dimana biaya pendidikan yang semakin mahal, maka akan sulit bagi masyarakat
kurang mampu untuk mengikuti system pendidikan yang diterapkan pemerintah. Namun,
pemerintah juga menerapkan sisitem pendidikan wajib belajar lewat jalur non formal yaitu
pendidikan kesetaraan atau program paket A (setara SD) dan paket B (setara SLTP) bagi
anak usia sekolah yang orang tuanya tidak mampu membiayai untuk masuk SD ataupun
SLTP.
Oleh karena itu, pendidikan memerlukan penanganan yang sangat serius, khususnya
pemerintah yang memiliki otoritas anggaran. Melalui tujuan pendidikan nasional yang
terdapat dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah harus
berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mengacu pada UUD 1945 pasal 31 ayat 4, negara memiliki kewajiban untuk mengatasi
rendahnya kemampuan sebagian masyarakat dalam membiayai pendidikan. Namun UUD ’45
ternyata bukanlah suatu landasan yang dapat memaksa pemerintah untuk melaksanakan
amanatnya. Pada kenyataannya, alokasi APBN pada bidang pendidikan masih saja pada
bilangan yang sangat jauh dari ketentuan. Ironisnya biaya pendidikan semakin melambung
tinggi tanpa mampu dikendalikan bahkan oleh pemerintah sekalipun. Tentu saja hal ini
semakin memupuskan harapan rakyat miskin untuk mampu menjamah pendidikan yang layak
dan berkualitas. Padahal pendidikan adalah hak mendasar dari setiap warganegara dalam
rangka memperbaiki masa depan hidup generasi bangsa..
Dengan seiring berjalannya waktu, mengingat bahwa pendidikan itu sangat penting
karena merupakan faktor yang menunjang kemajuan suatu negara, maka dewasa ini
pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan
masyarakatnya, hal itu dapat dilihat sejak tahun 1984, Indonesia telah berupaya untuk
memeratakan pendidikan formal Sekolah Dasar, kemudian dilanjutkan dengan Wajib Belajar
Sembilan Tahun pada tahun 1994. Selain itu, pemerintah semakin intensif untuk memberikan
bantuan berupa beasiswa, seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pengalihan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah yang
sebagian diperuntukkan bagi sektor pendidikan dan kesehatan mungkin bisa menjadi
penghibur meski pada dasarnya, pendanaan sektor pendidikan seharusnya tidak
mempersyaratkan naiknya harga BBM. Dari dana kompensasi bidang pendidikan
direncanakan terdistribusi dalam bentuk beasiswa. Sekitar 9,6 juta anak kurang mampu usia
sekolah menjadi sasaran dari program alokasi ini. Pada tahun 2003, setidaknya 1 dari 4
penduduk Indonesia termasuk miskin. Jika total penduduk Indonesia adalah sekitar 220 juta
jiwa, maka berarti ada sekitar 60 juta jiwa saudara kita yang dalam kategori miskin. Artinya,
apa yang sekarang sedang direncanakan pemerintah sangat mungkin belum dapat
menjangkau semua rakyat miskin. Memang dibutuhkan cukup waktu untuk sampai ke situ.
Yang jelas awal menuju ke arah itu telah dimulai. Dalam konteks ini sebaiknya dibuat suatu
kriteria siapa-siapa saja yang urgen untuk mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa
menunggu giliran berikutnya. Kriteria itu penting agar keputusan seleksi tidak sampai
menimbulkan gejolak di masyarakat paling bawah. Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya
benar-benar dilakukan terbuka yang didasarkan oleh data lapangan yang seakurat mungkin.
Terlebih, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap praktik distribusi anggaran yang
dilakukan pemerintah sering berada di titik rendah.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKMERATAAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA DAN UPAYANYA
Indonesia adalah negara berkembang yang masih mengalami berbagai proses
pembangunan. Di sektor pendidikan, Indonesia masih kurang mengembangkan SDM yang
dimiliki masyarakat. Buktinya, dalam sebuah survei mutu pendidikan, Indonesia menempati
urutan ketiga dari bawah di antara 40 negara lain.
Sistem pendidikan di Indonesia selalu disesuaikan dengan kondisi politik dan
birokrasi yang ada. Padahal itu bukanlah masalah utama dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Yang lebih penting adalah bagaimana pelaksanaan di lapangan, termasuk
kurangnya pemerataan pendidikan, terutama di daerah tertinggal.
Pemerataan pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang sangat rumit. Ketidakmerataan
pendidikan di Indonesia ini terjadi pada lapisan masyarakat miskin. Faktor yang
mempengaruhi ketidakmerataan ini disebabkan oleh faktor finansial atau keuangan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin mahal biaya yang dikeluarkan oleh individu. Indonesia
merupakan negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada taraf yang
tidak berkecukupan. Masyarakat menganggap bahwa banyak yang lebih penting daripada
sekedar membuang-buang uang mereka untuk bersekolah. Selain itu, biaya pendidikan di
Indonesia yang relatif mahal jika dibandingkan negara lain meskipun biaya di beberapa
tingkat pendidikan telah dibebaskan.
Terlihat bahwa faktor biaya menjadikan pendidikan masyarakat miskin menjadi lebih
rendah dibandingkan masyarakat kota. Akses tempat tinggal pun dapat menjadi faktor
rendahnya pendidikan masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang biasanya bertempat
tinggal di desa-desa memiliki akses jalan yang sulit dijangkau. Sehingga pendidikan yang
masuk ke dalam masyarakt miskinpun menjadi minim, padahal desa dapat membantu
perekonomian menjadi lebih baik. Disini terlihat dari Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah namun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memiliki pendidikan, sehingga
SDA yang melimpah kurang dimanfaatkan sebaik mungkin. Tidak hanya ditekankan
pendidikan formal saja untuk dapat mengelola SDA, bisa saja pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan pemerintah untuk warga miskin agar dapat memanfaatkan SDA sebaik
mungkin sehingga dapat memajukan dan membangun perekonomian.
Fenomena yang ada di Indonesia cukup ironis. Banyaknya lulusan sekolah tingkat menengah
dan perguruan tinggi setiap tahunnya, ternyata tidak sebanding dengan lowongan pekerjaan
yang disediakan. Hal itu jelas menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Bahkan angka
pengangguran mencapai 9,5% per tahun. Untuk menuju pemerataan pendidikan yang efektif
dan menyeluruh, kita perlu mengetahui beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi
sektor pendidikan kita. Permasalahan itu antara lain mengenai keterbatasan daya tampung,
kerusakan sarana prasarana, kurangnya tenaga pengajar, proses pembelajaran yang
konvensional, dan keterbatasan anggaran. Hal inipun menjadi faktor pengaruh pendidikan
masyarakat miskin menjadi rendah.
PEMANFAATAN APBN UNTUK PENDIDIKAN
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Bahkan warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah
terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus.
Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi
anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa
dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi
pembaharuan sistem pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan strategi
pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Sesuai dengan visi tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan
terhadap total anggaran belanja negara. Sehingga anggaran pendidikan dalam UU Nomor
41/2008 tentang APBN 2009 adalah sebesar Rp 207.413.531.763.000,00 yang merupakan
perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp
1.037.067.338.120.000,00.
Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut disamping untuk memenuhi
amanat Pasal 31 Ayat (a) UUD 1945, juga dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah
Konstitusi tanggal 13 Agustus 2008 Nomor 13/PUU-VI I 2008. Menurut putusan Mahkamah
Konstitusi, selambat-lambatnya dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009, Pemerintah dan
DPR harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya untuk menyediakan anggaran
sekurang-kurangnya 20 persen untuk pendidikan.
Selain itu, Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian anggaran pendidikan 20
persen dari APBN Tahun Anggaran 2009 agar UU APBN Tahun Anggaran 2009 yang
memuat anggaran pendidikan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan
sejalan dengan amanat UUD 1945.
“Dinyatakan bahwa Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga, alokasi anggaran
pendidikan melalui transfer ke daerah, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran
pembiayaan, termasuk gaji pendidik tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan,
untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
(pasal 1 butir 48). Dengan demikian, jelaslah sudah penerima manfaat anggaran pendidikan
20% adalah Pemerintah Pusat (19 K/L), Pemerintah Daerah (Pemda Prov/Kab/kota, sebagai
dana transfer), dan Lembaga Pengelola Dana Pembiayaan/BLU (pengelola dana pembiayaan
berupa Dana Pengembangan Pendidikan Nasional/DPPN)”. 9
9
definisi anggaran pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN TA
2011,
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Grafik
Anggaran Pendidikan (Rp-triliun)
Sumber : www. Google.com/anggaran-pendidikan/
“Secara nominal, besaran alokasi anggaran pendidikan meningkat terus dari tahun ke
tahun, dengan senantiasa mempertahankan prosentasenya di kisaran 20%. Pada TA 2009,
anggaran pendidikan dialokasikan sebesar Rp207.413,5 miliar (20,0%) dari Rp1.037.067,3
miliar sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 41 Tahun 2008. Terdapat kenaikan
anggaran secara nominal sebesar Rp2.124,1 miliar pada TA 2010, sehingga anggaran
pendidikan menjadi sebesar Rp209.537,6 miliar (20,0%) dari total belanja negara sebesar
Rp1.047.666,0 miliar, sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 47 Tahun 2009. Selanjutnya
untuk TA 2011, prosentase anggaran pendidikan naik sedikit menjadi 20,2% yaitu
dialokasikan sebesar Rp248.978,5 miliar dari total belanja negara sebesar Rp1.229.558,5
miliar.”10
Dengan adanya anggaran untuk pendidikan diharapkan permasalahan pendidikan
yang terjadi di negara Indonesia khususnya permasalah pemerataan pendidikan untuk
masyarakat kurang mampu dapat teratasi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Negara indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam karena
terletak pada posisi yang strategis yang mendukung berbagai bidang yaitu bidang pertanian,
kelautan, tambang, dan perdagangan. Seharusnya dengan kondisi yang seperti itu negara
indonesia menjadi negara maju dan masyarakat Indonesia menjadi makmur. Akan tetapi
kenyataannya tidak demikian. Menurut statistik tahun 2007, jumlah masyarakat miskin di
Indonesia mencapai 34 juta KK. Hal ini tentunya di akibatkan oleh bebrapa faktor di
antaranya :
1. Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya
puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.
2. Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan
mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang
tinggi
3. Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya. Kurangnya
dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat bekerja
dan mendapatkan penghasilan yang layak.
10
UU Nomor 10 Tahun 2010.
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
4. Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau
seluruh wilayah dengan perhatian yang sama.
Sistem pendidikan di Indonesia yang diharapkan menjadi jalan keluar dari
permasalahan pendidikan dan kemiskinan justru dirasa oleh sebagian masyarakat Indonesia
khususnya yang kurang mampu sebagai masalah baru. Karena biaya pendidikan yang
semakin mahal sehingga tidak bisa dirasakan oleh semua warga masyarakat. Hal tersebut
yang mengakibatkan ketidak merataan pendidikan di Indonesia.
Namun pemerintah juga berupaya mengatasi masalah pemerataan tersebut melalui jalur
pendidikan non formal bagi masyarakat yang tidak bisa merasakan pendidikan formal dengan
adanya program paket A dan paket B sebagai langkah untuk menjalankan sisitem pendidikan
di Indonesia yaitu wajib belajar 9 tahun dan juga adanya anggaran belanja negara untuk
pendikan pendidikan. Dengan demikian, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat dirasakan
oleh semua golongan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Mardimin, Johanes. 1996. Dimensi Kritis Proses Pembangunan Di Indonesia. Yogyakarta:
Kansius.
Sastrosoenarto, Hartanto. 2006. Menuju Visi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Y. Sismanto. 1984. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa. Jakarta:
Eraswasta.
http://bataviase.co.id/node/123924
sumber: www.ikalbandung.com
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/16/anggaran-pendidikan-20-untuk-siapa/
UUD 1945
Diarsipkan oleh PLS UM untuk Imadiklus.com
Download