INTEGRASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA YANG BERBASIS PADA LINGKUNGAN SEKOLAH M. ABDUL ROZIQ A.*) Dosen STKIP PGRI Tulungagung e-mail: [email protected] *) ABSTRAK Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa positif dan negatif, dampak negatif adalah adanya hidup dan kehidupan perilaku manusia yang menyimpang dari norma-norma agama, hukum, moral dan kesusilaan. Dalam konteks negara bangsa dan hegemoni kekuasaan negara akan sulit untuk berubah, tetapi dapat terjadi karena efek dari polarisasi di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial budaya yang di seluruh dunia. Untuk visi masa depan bangsa yang berdaulat dan misi harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga arah pembangunan, khususnya generasi muda lebih efektif dan arah yang jelas. Sebagai visi pembangunan nasional dari 2005-2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Pada dasarnya, education adalah proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia di holisitk, dengan kemampuan untuk develop afektif, kognitif, dan psikomotorik secara optimal. Pembangunan pendidikan nasional di sinergi dan linearitas diarahkan membangun, memelihara, mengembangkan karakter dan wawasan kebangsaan, persatuan nasional, solidaritas nasional, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mendidik peserta didik untuk membuat keputusan by self dan memperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. Dalam pendidikan karakter ditentukan oleh tiga hal: mengetahui, perasaan moral yang moral, dan perilaku moral. Dengan tujuan untuk membangun bangsa yang kuat, kompetitif, moral, berbudi, akhlak mulia baik, toleransi, bekerja sama, semangat patriotik, berkembang dinamis, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berorientasi dengan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Melalui acculturation dan pendidikan pemberdayaan karakter bangsa dapat ditanamkan, disosialisasikan, ke dalam jiwa dan kepribadian siswa sehingga mereka dapat menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dengan menekankan pendidikan sekolah, budaya dan komunitas masyarakat dengan kognitif, afektif, psikomotor, sosial. Kata Kunci: Nilai-nilai Pancasila, Pendidikan Karakter, Budaya A. PENDAHULUAN bisa dihindari dalam budaya dan Pengaruh globalisasi dunia telah peradaban manusia. Dampak dari ke- memberikan warna tertentu dalam ke- majuan ilmu pengetahuan dan teknologi hidupan masyarakat, bangsa dan negara. bisa positif dan negatif, dampak negatif Hal ini dipandang sebagai pembangunan adalah adanya hidup dan kehidupan bangsa perilaku manusia yang menyimpang dari membagi ke dalam bagian tertentu dengan penggunaan teknologi nilai-nilai, norma-norma, dan moral. tingkat tinggi. Kemajuan teknologi tidak Video merajalela porno di masyarakat, 1 aksi teror, geng motor, perkelahian sehingga arah pembangunan, khususnya antara siswa, dan siswa di berbagai generasi muda lebih efektif dan arah tempat, obat penyalahgunaan, jumlah yang jelas. Sebagai visi pembangunan kasus mafia nasional dari 2005-2025 adalah Indonesia pemerintah yang mandiri, maju, adil dan makmur. dalam sikap terhadap masalah bangsa, (UU No. 17 tahun 2007). Sedangkan misi banyak anggota Dewan yang tidak di- pembangunan nasional (1) menciptakan siplin dalam etos kerja, dll. Realitas masyarakat yang memiliki moral yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tinggi, salah dalam pengelolaan negara dalam berdasarkan falsafah Pancasila; (2) me- semua aspek kehidupan. Hal ini di- wujudkan anggap perlu untuk memiliki perbaikan kompetitif; (3) menciptakan masyarakat dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, demokratis terutama di sistem pendidikan nasional. membuat Indonesia aman, damai, dan Paradigma pembangunan bangsa itu bersatu; (5) menciptakan pembangunan diarahkan dan terfokus pada pendidikan yang sama dan merata; (6) menciptakan sebagai ujung tombak pembangunan Indonesia yang indah dan berkelanjutan; bangsa, (7) membuat Indonesia menjadi negara hukum hukum, hilangkan dalam bingkai Keragu-raguan dalam upaya dampak untuk negatif meng- dari ke- majuan ilmu pengetahuan dan teknologi, etika, budaya, bangsa dan beradab Indonesia berdasarkan yang hukum; (4) kepulauan yang mandiri, maju, dan kuat. serta memperkuat karakter pendidikan Dalam upaya untuk membangun dan nilai-nilai pendidikan yang ber- bangsa dan karakter, warga negara yang dasarkan Pancasila dengan pendekatan baik, konsep nasionalisme, dan identitas multidisiplin dan interdisipliner. nasional, Perubahan dalam semua aspek nilai-nilai pendidikan harus dilihat sebagai bagian sentral dalam kehidupan harus disertai dengan visi, pendidikan strategis misi, dan konsep kehidupan ke masa Sekolah sebagai wahana pengembangan depan, peran saat ini perubahan yang warga negara yang demokratis melalui dibawa oleh globalisasi dunia saat ini, pendidikan dan kewarganegaraan yang menunjukkan bahwa batas-batas antar bertanggung jawab untuk melaksanakan negara semakin virtual. Dalam konteks pendidikan negara bangsa dan hegemoni kekuasaan Pancasila. Dengan berlakunya Undang- negara akan sulit untuk berubah, tetapi Undang Nomor 20. Tahun 2003 tentang dapat terjadi karena efek dari polarisasi sistem pendidikan nasional, dalam Pasal di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial 3 UU No. 20/2003 menegaskan bahwa budaya yang di seluruh dunia. Untuk visi pendidikan ke depan bangsa yang berdaulat dan ngembangkan kemampuan dan karakter misi harus dirumuskan sedemikian rupa perkembangan dan peradaban martabat karakter nasional dan nasional. berdasarkan berfungsi me- 2 dalam konteks kehidupan intelektual bangsa, bertujuan untuk me- Dalam Pancasila kehidupan merupakan Indonesia dasar ngembangkan potensi peserta didik agar bangsa menjadi manusia yang beriman dan Pancasila adalah sumber dari segala bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak sumber hukum positif di Indonesia. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, Implementasi mandiri, dan menjadi warga negara yang merupakan sistem nilai yang mencakup demokratis dan bertanggung jawab. (UU nilai-nilai: Ketuhanan Yang Maha Esa, No. 20/2003). Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Dengan melihat isi dari artikel ini, dapat dikatakan bangunan dalam bangsa dan karakter masih menghadapi pem- diperlukan kehidupan yang Indonesia. Dalam filosofis posisi adalah ini, Pancasila Keadilan. Dalam proses pembangunan bangsa saat ini, nilai-nilai keseluruhan Pancasila tanpa makna. Hal ini disebabkan kebebasan yang ber-lebihan semakin global dan adanya benturan setelah semakin tajam masalah civilizations, yang perubahan yang signifikan spiritual dan ada adalah bagaimana integrasi nilai-nilai material, yang berarti bahwa nilai-nilai Pancasila Pancasila dalam pendidikan karakter keberhasilan sebagai reformasi tanpa dasar dan tujuan bangsa dan sekolah berbasis budaya pembangunan bangsa memiliki tanpa masyarakat? pem- tujuan. Dalam kehidupan masyarakat, eksplisit bangsa dan negara Indonesia yang di- bangunan Adalah bangsa menekankan konsep secara perlu ada pendidikan duga adanya masalah yang sangat karakter nasional? Bagaimana konsep kompleks. Masalah yang berhubungan pendidikan karakter nasional dapat dengan mengatasi dampak negatif dari masyarakat insting luas: dari komunal penerapan ilmu dan kerugian pengetahuan hilangnya atau disintegrasi hilangnya sosial kepatuhan teknologi? Apa yang perlu dari pe- obligasi solidaritas untuk sistem sosial ngembangan karakter dan norma-norma. Dari uraian di atas dengan desain internal berbasis kelas, masalah dapat dikelompokkan sebagai sekolah berbasis budaya, dan sekolah berikut: (1) kondisi sosial yang meng- berbasis masyarakat? gambarkan isu-isu penting yang harus pendidikan diatasi B. PEMBAHASAN Nilai-nilai Pancasila seperti kemiskinan Sumber dari dan kebodohan, pengangguran; (2) kondisi sosial juga ditandai dengan Karakter Bangsa, Budaya dan Pendidikan penyimpangan Sekolah. ganggu 1. Pancasila sebagai sumber Pendidikan kejahatan, Karakter tingkat bentuk kepentingan yang meng- umum, seperti penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual. Keadaan seperti pelanggaran nilai-nilai, norma dan moral; 3 (3) Masalah dari disorganisasi yang me- Pancasila?". nunjukkan kurangnya kepatuhan ter- bangsa Indonesia untuk menempatkan hadap peraturan dan komunal akan nilai Pancasila dalam konteks makna se- sesuatu. Vandalisme fasilitas umum telah benarnya mewabah di mana-mana tanpa kon- lakukan hari ini. sekuensi. Masalah dehumanisasi manusia telah meluas bahwa dari ini reformasi mengajak yang kita Jika kita memahami, menghargai, ke- dan mempraktekan nilai-nilai Pancasila manusiaan tidak lagi dipertimbangkan; jujur dan benar dan konsisten oleh setiap (4) Masalah disfungsi sosial yang me- anggota nunjukkan tidak berfungsinya lembaga bangsa, penyelenggara negara dan elit sosial dan jaringan sosial yang luas. politik Masalah yang sangat aktual dan faktual reformasi bangsa ini depan Indonesia yang dicita-citakan, meliputi: (1) adanya disorientasi dan Pancasila dapat menjadi perekat dan tidak dihayatinya nilai-nilai Pancasila; (2) mengarahkan kekuatan keanekaragaman keterbatasan perangkat kebijakan ter- nasional padu nilai-nilai negara dan bangsa pada kesejahteraan. Pancasila; (3) pergeseran nilai etika dalam Selain itu, secara filosofis Pancasila dapat kehidupan bangsa; (4) kesadaran me- dikembangkan mudarnya nilai-nilai budaya bangsa; (5) norma dan moral yang bersifat universal, ancaman disintegrasi bangsa; (6) me- yang terletak di dalam prinsip pertama lemahnya nasionalisme. Allah SWT, sebagai sumber nilai tertinggi mendera dalam nilai-nilai Penegasan Indonesia hari mewujudkan masyarakat dalam komponen melaksanakan untuk dalam dan gerakan menciptakan rangka menjadi masa mewujudkan sistem nilai, Kita patut bersyukur, jika sekarang dari primer dan sila lainnya, dan ke- adalah kerinduan untuk nilai-nilai luhur mudian berakhir dengan prinsip Keadilan Pancasila sebagai dasar, panduan dari Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bangsa tampak menguat kembali. Hal ini dalam kesejahteraan rakyat. Pancasila ditunjukkan oleh pembahasan semakin tidak diragukan lagi dasar filosofis untuk luas dari Pancasila di berbagai forum Indonesia. sejak tahun peringatan 2005. enam Bahkan puluh satu dalam Pancasila tidak hanya mengandung tahun nilai-nilai budaya bangsa, tetapi juga kelahiran Pancasila pada 1 Juni 2006 di sumber pidato politik Jakarta Convention Center merupakan perwujudan dari cita-cita (JCC) Bambang mulia dalam semua aspek kehidupan Yudhoyono dengan tema "Restrukturisasi nasional. Nilai Pancasila adalah sebuah Kerangka Hidup berdasarkan Pancasila". Implementasi yang harus diterjemahkan Mantan Presiden mengajak orang untuk ke dalam norma moral, pengembangan menjawab mendasar norma, aturan hukum, dan kehidupan "Mengapa kita harus kembali ke berbicara etis bangsa. Dapat disimpulkan bahwa Presiden Susilo pertanyaan hukum dasar nasional, dan 4 bangsa Indonesia sebenarnya telah Indonesia yang indah dan berkelanjutan; memiliki dasar filosofis yang kuat dalam (7) membuat Indonesia menjadi bangsa kehidupan yang merdeka, maju, kuat, dan ber- masyarakat, bangsa dan negara. Masalahnya adalah bagaimana mengimplementasikan Pancasila menjadi nilai-nilai bagian dari dan me- kepentingan. Dengan memperhatikan visi, dan misi pembangunan dianggap sangat ngintregasikan, tertanam dalam jiwa dan urgen dalam membangun pendidikan tubuh bangsa Indonesia dalam hal sifat karakter manusia Indonesia ke dalam kehidupan evolusi sistem pendidikan nasional me- nyata setiap individu warga negara. rencanakan 2. Karakter Bangsa, Budaya, dan Sekolah sebagai lembaga yang kuat dan ber- sebagai Visi dan Misi Pendidikan. (character building). pembentukan Dalam pendidikan wibawa untuk memberdayakan semua Visi pembangunan Indonesia dalam warga negara Indonesia berkembang RPJP tahun 2005 - 2025 adalah Indonesia menjadi yang mandiri, maju, adil dan makmur. (1) sehingga mampu dan menjadi jawaban Mampu mewujudkan kehidupan sejajar proaktif tantangan perubahan zaman. dan sama dengan negara lain untuk Dengan visi ini akan terwujud dan mengandalkan Kompetitif kemampuan dan ke- manusia yang mencerdaskan Indonesia, kuatan sendiri, (2) Kualitas sumber daya yang manusia, dan makhluk cerdas secara komprehensif, stabilitas sistem dan lembaga-lembaga yang meliputi cerdas spiritual, cerdas politik dan hukum, (3) Adil, berarti emosi, cerdas sosial, intelektual cerdas, pasang surut tidak ada diskriminasi cerdas dan kinestetik. Makhluk cerdas dalam bingkai komprehensif dan kompetitif tingkat bentuk kesejahteraan, apapun, baik antara dimaksudkan berkualitas dalam: Sejahtera, artinya diukur dari tingkat kualitas iman, pengabdian, aklaq mulia, kepatuhan dengan semua kebutuhan kepribadian hidup. Dalam pelaksanaannya dijelaskan estetika; (2) kognitif yang tercermin pada misi kekuatan (1) menciptakan afektif bahwa individu, jenis kelamin, dan daerah, (4) pembangunan: (1) adalah unggul pikiran tercermin dan dan dalam kompetensi kapasitas masyarakat yang memiliki moral yang intelektual untuk menggali dan me- tinggi, ngembangkan etika, budaya, dan beradab dan menguasai ilmu berdasarkan falsafah Pancasila; (2) me- pengetahuan dan teknologi; dan (3) wujudkan psikomotorik yang tercermin pada kompetitif; (3) menciptakan masyarakat kemampuan mengembangkan ke- demokratis (4) terampilan teknis, keterampilan praktis, membuat Indonesia aman, damai, dan dan kedutan kompetensi. (Depdiknas, bersatu; (5) Menciptakan pembangunan 2007: 9-11). Pada dasarnya, pendidikan yang sama dan merata; (6) menciptakan adalah proses sistematis untuk me- bangsa Indonesia berdasarkan hukum; yang 5 ningkatkan martabat manusia di holisitk, hidupan nasional, regional, global dan dengan kemampuan ngembangkan afektif, untuk me- beradab. Dengan tujuan untuk kognitif, dan membangun bangsa yang kuat, kom- psikomotorik. Pembangunan pendidikan petitif, mulia, nasional secara sinergis dan linearitas beraklak, bertoleran, bekerja sama, se- diarahkan memelihara, mangat patriotik, berkembang dinamis, mengembangkan karakter dan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kebangsaan, nasional, berorientasi dengan iman dan takwa solidaritas nasional, persatuan dan ke- kepada Tuhan Yang Maha Esa ber- satuan bagi siswa dalam hal mewujudkan dasarkan Pancasila (Desain Induk Pem- nilai-nilai bangunan Karakter Bangsa, 2010: 7). membangun, persatuan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menurut berbudi, akhlak ALPTKI (2009: mulia 3-8) 1945 dalan Negara Kesatuan Republik pendidikan karakter sebagai bagian dari Indonesia (NKRI) dan keragaman bangsa pendidikan nasional berdasarkan prinsip- Indonesia prinsip: sebagai pilar kebangsaan. Budaya Pendidikan Karakter Nasional a. Karakter adalah keunikan yang me- adalah membangun manusia Indonesia lekat dengan membangun komunitas karakter masyarakat dan memiliki pemikiran yang positif sejak nasional usia dini. Pendidikan karakter akan lebih nasionalisme yang kuat, berdasarkan cepat didukung oleh pemerintah dan nilai-nilai inti yang universal dalam dimasukkan ke dalam kurikulum pen- konteks yang beragam. didikan nasional. individu, atau kelompok, bangsa. diwujudkan Karakter dalam rasa Conny b. Pendidikan karakter adalah proses Semiawan R, dimasukkannya karakter yang berkelanjutan dan tidak pernah dari mem- berakhir selama sebagai bangsa dan pendidikan negara di sana dan ingin terus eksis. kurikulum percepat Menurut pada sekolah akan penyebaran karakter. Termasuk penjangkauan untuk Pendidikan karakter harus tetap orang tua dan generasi muda karena merupakan bagian integral dari pendidikan hanya pendidikan selama beberapa generasi. dilakukan di sekolah, tetapi juga rumah c. Dalam Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 3 dan sekitarnya. (Media Indonesia, 3 Undang-Undang Nomor 20. Tahun Oktober 2015). Pengembangan karakter 2003 sebagai dasar hukum formal bangsa karakter adalah sistemik upaya negara-bangsa tidak kolektif dari perlunya untuk membangun karakter untuk me- bangsa melalui pendidikan. wujudkan kehidupan bangsa dan negara sesuai dengan konstitusi, potensi dasar kebijakan kolektif dalam dan ideologi, negara, konteks d. Proses pembelajaran sebagai wahana pendidikan dan pengembangan serta karakter tidak dapat dipisahkan dari ke- perkembangan kemampuan ilmu pe- 6 ngetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 mereka dapat memberikan kontribusi ayat 1 UU No.20 tahun 2003. positif terhadap lingkungan. Pendidikan e. Proses belajar sebagai sarana untuk karakter merupakan upaya untuk men- mendidik pendidikan karakter, harus cegah dibangun ter- yang dapat menutupi sifat manusia, serta kandung dalam pasal dan ayat dari kereta anaka untuk terus melakukan UU perbuatan baik sehingga tertanam dalam atas No. 20 makna tahun yang 2003 telah pertumbuhan yang akan sifat-sifat tercermin buruk disebutkan di atas, dan telah secara dirinya dalam konsisten menjadi landasan kebijakan tindakan yang selalu berbuat baik. (Ratna pendidikan nasional. Megawangi, 2004: vii). f. Proses ini akan melibatkan aspek Lickona (1992) berpendapat bahwa pendidikan karakter dari perkembang- ada 11 faktor yang dapat menentukan an peserta didik, baik kognitif, konatif, keberhasilan afektif dan psikomotorik secara ke- satuan pendidikan, yaitu: (1) pendidikan seluruhan (holistik) dalam kehidupan karakter harus mengandung nilai-nilai budaya. yang dapat membentuk karakter yang g. Sekolah sebagai sarana peserta didik pendidikan karakter di baik; (2) karakter harus didefinisikan dan guru sebagai fasilitator adalah secara elemen yang tidak terpisahkan dari aspek pemikiran, perasaan, dan tindakan; peraturan, kebijakan, dan birokrasi. (3) pendidikan karakter yang efektif h. Pendidikan karakter adalah didikan untuk kehidupan, proses pengembangan pen- sebagai ke keseluruhan memerlukan yang pendekatan mencakup yang kom- prehensif dan fokus pada guru sebagai arah model peran; (4) Sekolah harus menjadi manusia yang utuh. Oleh karena itu model masyarakat yang damai dan pendidikan karakter memerlukan te- harmonis; (5) Sekolah harus memberikan ladan dan sentuhan mulai awal masa kesempatan bagi siswa untuk berlatih hingga dewasa. perilaku moral; (6) pendidikan karakter Pendidikan karakter menjadi bertingkat, yang efektif harus mencakup materi multichannel, dan multisetting karena kurikulum yang berarti bagi kehidupan hanya dapat diterapkan di sekolah- anak-anak, atau berbasis kompetensi; (7) sekolah. Pembentukan karakter perlu pendidikan karakter harus meningkatkan teladan, perilaku nyata dalam kehidupan motivasi internal anak; (8) seluruh staf otentik sekolah harus terlibat dalam pendidikan dan lingkungan tidak dibangun dalam sekejap. karakter adalah usaha dapat Pendidikan sadar karakter; (9) pendidikan karakter di untuk sekolah membutuhkan kepemimpinan mendidik peserta didik untuk membuat moral dari berbagai pihak, pemimpin, keputusan bijaksana dan memperhatikan staf dan guru; (10) sekolah harus bekerja 7 sama dengan orang tua dan masyarakat atau lain di mulut lain di hati; (2) enggan sekitar; (11) harus menjadi evaluasi ber- bertanggung kala mental, ingin kaya tanpa usaha, ingin dari keberhasilan pendidikan karakter di sekolah. Karakteristik sebagai model jawab; (3) memotong pintar tanpa belajar; (4) feodal; (5) masih pendidikan dasar karakter pembangunan percaya takhayul di; (6) penampilan /style; (7) karakter lemah sehingga masa depan mencakup: (1) kemampuan dengan mudah mengubah keyakinannya untuk melihat dan mendekati masalah demi kelangsungan hidup; (8) happy sebagai anggota dari komunitas global; nostalgia / efouria masa lalu; (9) cepat (2) kemampuan untuk bekerja sama marah; (10) pembangun untuk ditukar dengan orang lain dengan cara koperatif dengan lainnya asal dapat uang tunai. dan menerima tanggung jawab untuk Pendidikan karakter harus di- peran atau tugas di masyarakat; (3) laksanakan melalui tingkat konseptual, Kemampuan kelembagaan, untuk memahami, me- operasional, dan pen- nerima, menghargai dan dapat menerima didikan desain, kelas berdasarkan Budaya perbedaan kemampuan Sekolah, dan berbasis masyarakat Dalam kritis dan membangun pendidikan karakter bangsa, untuk me- pendekatan untuk budaya; berpikir sistematis; (5) (4) secara keinginan multi approach holistik nyelesaikan konflik dengan cara non- meliputi: (1) harmoni sosial yang kuat, kekerasan; (6) keinginan untuk me- membangun bangsa bersatu Indonesia ngubah dan yang mandiri, maju, adil dan makmur kebiasaan konsumtif untuk melindungi yang diperlukan untuk keharmonisan lingkungan; untuk kehidupan sosial, (2) stabilitas nasional menjadi sensitif dan melindungi hak asasi dan dukungan mantap dinamis pem- manusia; dan bangunan nasional, (3) Demokrasi dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat sipil, (4) Undang-Undang dan politik di tingkat lokal, nasional, dan ketertiban internasional. Peradaban Indonesia akan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi hancur dalam kasus demoralisasi di ditopang oleh kapasitas nasional untuk masyarakat. Faktor Moral adalah modal mengatur kegiatan ekonomi yang lebih utama yang harus menjadi dasar dari produktif dan lebih mandiri, (6) Tata membangun masyarakat yang tertib, pemerintahan aman pada lindungan lingkungan, (11) pembangun- dasarnya berakar pada agama, Pancasila, an daerah Intensif, (12) patnership global. gaya (7) dan dan hidup mereka kemampuan (8) sejahtera, keinginan karena dan Sosial Budaya bangsa Indonesia. Sementara Mochtar Lubis dikutip konsisten yang dan baik, adil, (10) (5) Per- Sementara modal pendidikan karakter bangsa pada kebijaksanaan Depar- Aswandi (2010, 17) menyatakan sifat temen Pendidikan dan kebudayaan karakter manusia meliputi: (1) munafik meliputi: agama, jujur, toleransi, disiplin, 8 kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, peserta didik tentu telah terkontaminasi semangat negara, oleh hal-hal negatif. Agar peserta didik menghormati prestasi, komunikatif, cinta tidak gagal untuk hidup, perlu menjadi damai, gemar membaca, peduli ling- katalis dalam bentuk nilai-nilai, norma, kungan, sosial, rasa ingin tahu, dan dan moral yang datang ke agama, tanggung jawab. Dalam pelaksanaannya Pancasila, dan nilai-nilai sosial budaya harus faktor-faktor: bangsa. Dengan adanya katalis peserta positif, par- didik tersebut akan menjadi Civic Literacy integritas dan ditandai dengan recpect dan tanggung nasional, didukung kepemimpinan, ticipastion cinta oleh sinergi publik, profesionalisme, lingkungan yang jawab. kondusif, dan nasionalisme dan pembentukan karakter. Pendekatan dalam C. KESIMPULAN membangun pendidikan karakter bangsa Dampak sebenarnya dari globalisasi adalah metode nasionalisme kecerdasan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan emosional. Metode ini meliputi: pen- teknologi ke dalam faktor-faktor yang didikan, perlu dipertimbangkan memiliki dampak rekreasi, reflektif, futuristik, aplikatif, fungsional, penguatan. Dalam negatif mewujudkan pendidikan karakter bangsa hilangkan kebutuhan untuk menempat- saat ini, dapat melalui pendidikan formal kan dampak pendidikan karakter di posisi dalam bentuk: pendidikan karakter se- terdepan. Mengintegrasikan bagai Pancasila dalam subyek yang terpisah, pe- dan positif. Dalam meng- nilai-nilai pendidikan karakter ngelompokan pendidikan karakter dalam berbasis budaya dan komunitas sekolah mater dalam subjek, pendidikan ditetapkan sebagai diperlukan dan karakter subyek harus, yang pendidikan subjek atau mata pelajaran pengembangan kepribadian dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. karakter adalah proses pendidikan itu Berdasarkan hal diatas kita dapat me- sendiri (Doni Koesoema A, 2012: 7-9). nyimpulkan integrasi nilai-nilai Pancasila Mengintegrasikan nilai Pancasila dalam pendidikan karakter berbasis dalam karakter pendidikan dan sekolah budaya dan masyarakat sekolah harus masyarakat berbasis budaya dapat me- ditandai dengan: ngasumsikan fenomeno- 1. Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber logis. Dalam konteks ini pelajar sebagai nilai berbasis karakter nasional pen- wadah dengan segala potensinya, dan didikan lingkungan budaya sekolah, perlu diberikan sebagai isi materi. Dalam keluarga, lingkungan masyarakat se- kebebasan, baik peserta didik fromal tempat yang dikembangkan sesuai formal, dengan pendekatan informal, dan non memiliki kecenderungan untuk mengisi wadah budaya memperhatikan nasional dengan pengetahuan lokal dengan hal-hal negatif. Dalam proses ini 9 sehingga mudah dipahami, dihayati Indonesia merdeka, progresif, adil, dan dipraktekkan. dan makmur. 2. Pendidikan karakter harus di- 8. Melaksanakan pendidikan kembangkan melalui budaya berbasis nasional desain dan komunitas sekolah serta pendidikan kewarganegaraan adalah terintegrasi tanggung dengan kemampuan yang jawab tersirat karakter bersama, dalam bukan warga untuk domain kognitif, afektif, hanya tugas dari mata pelajaran atau psikomotor, dan sosial. mata kuliah PKn tetapi harus menjadi 3. Pendidikan tidak akan efektif dan efisien jika pendidikan dilaksanakan sempit untuk meninggalkan elemen pembudayaan dan tanggung jawab bersama dari semua subyek pendidikan nasional. 9. Pendekatan yang dikembangkan pemberdayaan adalah pendekatan multisdipliner dan dalam konteks pendidikan nasional. multidimensi yang holistik sehingga Dalam hal ini antara pendidikan dan dapat dikembangkan menjadi bangsa akulturasi dan pemberdayaan adalah yang mempunyai sikap mental yang kesatuan yang utuh dan pendidikan kuat. karakter ditentukan oleh tiga hal: mengetahui, perasaan moral yang D. DAFTAR PUSTAKA moral, dan perilaku moral. .............., (2010), Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 - 2025. Jakarta : Pemerintah RI ...............(2003) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional., Jakarta : Depdiknas ...............(2007) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 , Bandung : Fokus Media ……….,(2006) Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Ashhiddiqie, Jimly, (2010), Wawasan Kebangsaan dan Rule of Law : Kondisi dan Solusi Produktif Memperkuat Integrasi Bangsa (makalah). Jakarta : 1 Juni 2010 Basyar, Hamdan dan Tobing, Fredy BL., (2009), Kepemimpinan Nasional Demokrasi, dan Tantangan 4. Budaya lingkungan dan komunitas sekolah, keluarga adalah media yang paling efektif dalam pendidikan karakter pendidikan bangsa. 5. Program dan ekstra kurikuler harus integrasi dengan nilai Pancasila dalam karakter pendidikan dan komunitas sekolah berbasis budaya bangsa. 6. Menanamkan konsep dasar Pancasila menjadi pilar kebangsaan: Pancasila, UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan berBhinneka Tunggal setiap jenis, jalur, dan pendidikan baik dalam formal, informal dan non-formal. 7. Memposisikan kembali pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan, dan identitas nasional sebagai kontrak politik untuk bangsa 10 Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Budimansyah, Dasim dan Syam, Syaifullah (ed) (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, menyambut 70 tahun Prof. Drs. H.A. Kosasih Djahiri, Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS-UPI. Hamengku Buwono X, Sultan, (20070, Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama Huntington, Samuel P., (2002), Benturan antar Peradaban. Yogyakarta : Qalam Husaini, Adian, (2005), Wajah Peradaban Barat .Jakarta : Gema Insani Iksan, A. Bakir, (2009), Etika dan Logika Berpolitik Wacana Kritis atas Etika Politiik, Kekuasaan dan Demokrasi. Bandung :Pt. Remaja Rosdakarya Kartodirdjo, Sartono (1994) Kebudayaan pembangunan dalam perspektif sejarah, Yogyakarta : Gajah Mada University Press Koentjaraningrat (1982) Masalahmasalah pembangunan (Bunga rampai antropologi terapan), Jakarta : LP3ES Koesoema A, Doni, (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta : Kanisius Lickona, T. (1992). Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York : Bantam Books Megawangi, Ratna, (2004), Pendidikan Karakter : solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta : BP Migas Oommen, T.K., (2009), Citizenship, Nationality and ethnicityReconciling Competing Identities diterjemahkan oleh Munabari Fahlesa Kewarganegaraan, Kebangsaan, dan etnisitas mendamaikan Persaingan Identitas.Bantul : Kreasi Wacana. Ruyadi, Yadi, (2010), Model Pendidikan Budi Pekerti Berbasis Tradisi : Upaya Mengokohkan Karakter Bangsa Berjati Diri Indonesia. Bandung : UPI Sapriya, Ed. , (2012). Transformasi Empat Pilar Kebangasaan Dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan : Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn UPI Syam, Firdaus (2009), Membangun Peradaban Indonesia. Jakarta : Gema Insani Tilaar, H.A.R, (2007), Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Ubaedillah, A. et. al. (2009) Pendidikan kewarganegaraan (Civic education) demokrasi hak-hak asasi manusia dan masyarakat madani, Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prenada Media Group Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007) Civic education : konteks, landasan, bahan ajar dan kultur kelas, Bandung : Prodi PKn SPS UPI Verdiansyah, Chris (ed), (2007), Membongkar Budaya Visi Indonesia 2030 dan Tantangan Menuju Raksasa Dunia. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara 11