BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Setiap penelitian memiliki kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi pada variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori-teori yang digunakan adalah Komunikasi Massa, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Media Massa, Televisi, Motivasi, Pengembangan Diri, dan teori Jarum Hipodermik. 2.1.1 Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Komunikasi massa berasala dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communiaction. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan- pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran. Komunikasi Massa bisa didefenisikan dalam tiga ciri: 1. Komunikasi Massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Universitas Sumatera Utara 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks, yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Severin, Warner J & James W. Tankard, 2005: 4). Sedangkan menurut Joseph A. Devito (dalam Ardianto, 2004: 11) merumuskan komunikasi Massa yakni pertama, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi. Kedua, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi Massa barangkali akan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku. Komunikasi Massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial kearah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki Komunikasi Massa dan hasil yang dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah, oleh karena itu efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial (Ardianto, 2004: 48). Efek Media Massa sebagai benda fisik, meliputi: 1. Efek ekonomi: adanya pertumbuhan dalam bidang ekonomi dengan hadirnya media massa. 2. Efek sosial: berkaitan dengan perubahan struktur atau ineraksi sosial masyarakat pengguna media massa. 3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari: khalayak menyediakan waktu untuk menikmati media yang ingin dikonsumsinya. Universitas Sumatera Utara 4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman: untuk memenuhi kebutuhan psikologis dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman. 5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu: media dapat menimbulkan perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. (Ardianto, 2004: 39). Sedangkan efek pesan Media Massa, yaitu: 1. Efek Kognitif: berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya bingung menjadi jelas. 2. Efek Afektif: berkaitan dengan perasaan, akibat menyaksikan tayangan tertentu dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. 3. Efek Behavioral: berkaitan dengan niat, tekad, usaha yang cenderung melakukan suatu tindakan atau kegiatan, yang sebelumnya didahului oleh efek kognitif dan afektif. (Ardianto, 2004: 40) Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Ada beberapa motif memilih media, yaitu: 1. Coginition (Pengamatan) Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide. 2. Diversion (Diversi) Media digunakan sebagai sarana untuk relax dan memeuaskan kebutuhan secara emosional bahkan bisa membangkitkan semangat setelah begitu jenuh dari rutinitas hidup sehari-hari. 3. Social Utility (Kegunaan Sosial) Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga. Universitas Sumatera Utara 4. Withdraw (Menarik) Media juga digunakan sebagai alasan untuk melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain. 5. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan khalayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. (Dominick, 2002: 43) Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang dimaksud dengan lembaga dalam hal ini adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud institutionalized person adalah redaktur surat kabar (sebagai contoh). Melalui tajuk rencana menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara tanpa fasilitas lembaga. Pers adalah suatu lembaga sosial. Dalam UU RI no 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: “Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya.dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”. Bentuk institusi media massa dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan: “Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi”. McQuail, 1987 (dalam Nurudin, 2003) menyatakan bahwa komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper yaitu berperan untuk menambah, mengurangi, Universitas Sumatera Utara menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh audiennya. Harold D.Laswell (dalam Wiryanto, 2005) memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Unsur who (sumber atau komunikator). Sumber utamanya dalam komunikasi massa adalah lembaga. Organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi. Yang dimaksud lembaga atau organisasi adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio atau televisi, studio film, penerbit buku atau majalah. 2. Unsur says what (pesan). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audien yang sangat banyak. Pesan-pesan itu berupa berita, pendapat, lagu, iklan, dan sebagainya. 3. Unsur in which channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut semua peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, televisi, majalah, radio, internet, dan sebagainya. 4. Unsur to whom (penerima, khalayak, audien). Penerima pesan-pesan komunikasi massa biasanya disebut audien atau khalayak. Orang yang membaca surat kabar, menonton televisi, mendengarkan radio, browsing internet merupakan beberapa contoh dari audien. 5. Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audien sebagai akibat dari terpaan pesan media. Perubahan ini biasanya berlangsung secara berurutan. 2.1.2 Perkembangan Teknologi Komunikasi Penemuan teknologi dimulai sejak lebih dari satu abad yang lalu. Teknologi berkembang dari riset ilmiah yang dilakukan banyak ilmuwan. Dewasa ini, penemuan teknologi banyak dilakukan oleh tim riset ilmiah yang berasal dari beberapa organisasi bisnis, Universitas-Universitas, Organisasi Nirlaba, dan lainlain. Setiap teknologi yang baru biasanya menggantikan teknologi yang sudah tua. Universitas Sumatera Utara Penemuan di bidang teknologi dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi kita, misalnya dalam melakukan pertukaran informasi, transaksi, maupun transportasi. Perkembangan teknologi juga meningkatkan standar hidup manusia, meningkatkan mutu informasi, hiburan dan pendidikan. (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php) Teknologi adalah aplikasi praktis suatu pengetahuan, khususnya dalam satu bidang tertentu. Teknologi berkembang semakin cepat dari waktu ke waktu karena penemuan suatu teknologi baru dapat mempercepat penemuan teknologi berikutnya. Dalam sejarah peradaban manusia, terdapat banyak penemuan yang dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. ( http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/PidatoIlmiahpadaSidangTerbukaPMB.pdf ) Istilah teknologi komunikasi seringkali diucapkan dalam nafas yang sama dengan istilah teknologi informasi, karena pengertian yang terkandung pada masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain. Namun, istilah teknologi komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran, perangkat keras, dan perangkat lunak dari komunikasi modern, dimana teknologi informasi merupakan bagian dari padanya. Rogers, 1986 (dalam Lubis, 1997: 42), mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai “alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain”. Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, tapi sejak sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya berbagai perubahan dibidang komunikasi maupun dibidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lain, Universitas Sumatera Utara kini dapat diatasi dengan berkembangnya berbagai sarana komunikasi mutakhir. Dengan penggunaan satelit misalnya, hampir tidak ada lagi batas jarak dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju dimanapun dan kapan saja diperlukan. (Nasution, 1989: 6) Perubahan terbesar di bidang komunikasi sejak munculnya televisi adalah penemuan dan pertumbuhan internet. Internet merupakan bagian dari komunikasi digital. Komunikasi digital juga mencakup elemen yang tidak ada pada internet, seperti CD-ROM, multimedia, atau perangkat lunak computer VR/ Virtual Reality yaitu gambar tiga dimensi yang seperti nyata. (Severin dan Tankard, 2005: 443) Sementara itu Haag dkk, 2000 (dalam Bungin, 2006: 113) membagi teknologi komunikasi informasi menjadi 6 kelompok yaitu: a. Teknologi Masukan (input technology) b. Teknologi Keluaran (output technology) c. Teknologi Perangkat Lunak (software technology) d. Teknologi Penyimpanan (stroge technology) e. Teknologi Telekomunikasi (telecommunication technology) f. Mesin Pemroses (processing machine) atau lebih dikenal dengan istilah CPU. Bell, 1979 (dalam Nasution, 1989:11), menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi, yaitu: 1. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol computer dirumah masingmasing. 2. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol computer dirumah masingmasing. 3. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol computer dirumah masingmasing. Universitas Sumatera Utara 4. Sistem faksimil, yang memungkinkan pengiriman dokumen secara elektronik. 5. Jaringan komputer interaktif, yang memungkinkan pihak-pihak berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer. Menurut Ploman (dalam Nasution, 1989: 1), kemajuan teknologi komunikasi tersebut ditandai oleh tiga karakteristik berikut ini: 1. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih diantara berbagai metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada alat peralatan “berat”, yang professional, dan mahal, maka kini tersedia bermacam sarana yang lebih “ringan”, metode yang hanya memerlukan keterampilan minimal, serta murah. Dengan kata lain, ki ni kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan. 2. Kemungkinan mengkombinasikan teknologi, metode, dan sistemsistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah dimungkinkan dengan pengkombinasian tersebut. 3. Kecenderungan kearah desentralisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaian teknologi komunikasi. Berdasarkan karakteristik serta bentuk-bentuk wujud fisik teknologi komunikasi tersebut, dapat diperkirakan betapa luasnya potensi teknologi komunikasi sehingga penerapannya pun akan meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Ciri utama dari perkembangan teknologi komunikasi adalah terjadinya perkawinan antar beberapa jenis media dan teknolgi, yang kemudian menghasilkan bentuk-bentuk baru yang memiliki kemampuan berlipat ganda dan menciptakan aneka pelayanan komunikasi yang lengkap dan unik, yang bahkan tidak terbayangkan sebelumnya. (Nasution, 1989 : 6). Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Media Massa Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak serta memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio, televisi siaran dan film teatrikal yang ditayangkan digedung bioskop (Kuswandi, 1996: 15). Media massa dibagi menjadi dua yakni media cetak dan media elektronik. Media massa cetak yakni surat kabar, majalah dan lain-lain merupakan media komunikasi yang pertama kali muncul dan digunakan. Sebelum kemunculan media elekronik, media cetak menjadi sarana masyarakat untuk mendapatkan informasi. Namun, setelah teknologi berkembang pesat, media cetak mulai berkurang jumlah penggunaannya karena mereka beralih ke media elektronik yang dirasa cukup memberikan kemudahan. Media massa elektronik yaitu televisi sebagai bagian dari media komunikasi saat ini tidak bisa dihilangkan keberadaanya. Media ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia terutama dalam mengisi aktivitas kesehariannya. Bahkan dibandingkan dengan media cetak seperti surat kabar, majalah, maka media elektronik ini jauh lebih banyak penggunaannya. Beberapa alasan orang menggunakan media elektronik dalam hal ini televisi, karena media ini , memberikan informasi secara cepat, sifatnya yang audio-visual memudahkan orang untuk memahami informasi yang diberikan baik secara langsung disaat kejadian maupun mengerjakan aktivitas lainnya. Kemudahannya inilah, maka pengguna media elektronik semakin banyak. Media massa memiliki lima fungsi yakni, menyiarkan informasi yang dibutuhkan masyarakat, mendidik dengan menyajikan informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan, menghibur dengan menyajikan tayangan yang dapat menghibur khalayak, dan membujuk atau mempersuasi khalayak untuk melakukan suatu tindakan serta sebagai media advertising/iklan. (Kuswandi, 1996: 17). Universitas Sumatera Utara Sementara itu Robert K. Avery. 1980 (dalam Wahyudi: 45) berpendapat bahwa, individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa apakah itu berbentuk berita, pendidikan, hiburan ataupun iklan akan memberikan reaksi terhadap pesan-pesan itu, berupa: 1. Selective attention, masing-masing hanya kan memilih program atau berita yang menarik minatnya. 2. Selective perception, individu akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterima melalui media massa. 3. Selective Retention, individu hanya mengingat hal-hal yang ingin dia ingat. Dalam kaitannya dengan televisi, maka yang dimaksud dengan media massa disini ialah media massa periodik seperti surat kabar, majalah (media massa cetak), radio, televisi, dan film (media massa elektronika). Media massa sendiri mempunyai pengertian saluran/ media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Ini perlu diingat karena massa pada media massa non periodik manusia (rapat umum) dan massa pada tatap muka (face to face communication), dimana satu komunikator menghadapi massa komunikan misalnya pada rapat umum, maka massa disini berada disuatu tempat yang sama dan dapat memberikan reaksi secara langsung (two way trafic communication) sesuai dengan sifat komunikasi tatap muka (Wahyudi, 1986: 43). Laswell, 1948 (dalam Wahyudi, 1986: 43- 44) melihat tiga fungsi utama media massa, yaitu: a. Fungsi pengamatan lingkungan atau dalam bahasa yang sederhana pemberi informasi dan penyampaian berita. b. Menekankan pada seleksi, evaluasi dan interpretasi dari media massa. Peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang tidak perlu disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, redaktur, dan pengelola media massa. Universitas Sumatera Utara c. Sebagai sarana untuk memindahkan nilai dan warisan budaya dari generasi ke generasi. Ahli komunikasi lain menambahkan fungsi utama media massa adalah sebagai media hiburan. Sedangkan Wilbur Schramm menambahkan fungsi kelima dari media massa adalah sebagai media advertising /iklan. Dengan demikian kelima fungsi utama dari media massa adalah pemberi informasi, seleksi berita/ informasi, pendidikan, hiburan, dan iklan/ advertising. Ditinjau dari sasaran/ komunikan dari media massa maka setiap manusia menerima pesan dari media massa apakah itu surat kabar, majalah, radio, film, maupun televisi akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula. Robert K. Avery, 1980 (dalam Wahyudi, 1986: 45-46), memberikan karakteristik media massa dibandingkan dengan komunikasi tatap muka/face to face communication/ interpersonal communication yang digolongkan enam macam, yaitu: a. Komunikator tidak dapat berhubungan langsung dengan massa komunikan, karena saluran yang dipakai adalah media eletronik atau media cetak. Komunikasi tatap muka antara komunikator dan komunikan dapat berhubungan langsung. b. Sistem komunikasi massa sangat kompleks dibandingkan dengan komunikasi tatap muka. c. Komunikasi pada komunikasi tatap muka dapat berlangsung dua arah, atau komunikan dapat memberikan feedback secara langsung. d. Pesan singkat dari komunikator melalui media massa dapat diterima olehmassa komunikan, dengan demikian media massa sangat efektif biladigunakan untuk media iklan. e. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen, anonim, dan luwes tersebar luas, meskipun pada umumnya komunikan mempunyai persamaan perhatian, kepentingan dan orientasi. Universitas Sumatera Utara f. Media massa dapat mengirimkan pesan kepada komunikan yang berbeda tempat diseluruh dunia secara mendadak dan berurutan. McQuail, 1987 (dalam Wahyudi, 1986: 47-48), menyebutkan ciri-ciri khusus lembaga media massa adalah sebagai berikut: a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu. b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain, dari pengirim ke penerima, dari anggota audien ke anggota audien lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tata cara dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnyayang patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya. c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik, dan merupak intitusi terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang tampak bila mana media massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah). d. Partisipasi anggota audien dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Bahkan lebih bersifat sukarela daripada beberapa institusi lainnya, misalnya pendidikan, agama atau politik. Partisipasi anggota audien lebih mengacu pada mengisi waktu senggang dan satai, bukannya berkenaan dengan pekerjaan dan tugas. Hal tersebut dikaitkan juga dengan ketidakberdayaan formal institusi media: media tidak dapat mengandalkan otoritasnya sendiri dalam masyarakat, serta tidak mempunyaiorganisasi yang menghubungkan pemeran-serta “lapisan atas” (produsen pesan) dan pemeran-serta “lapisan bawah” (audien). Universitas Sumatera Utara e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan. f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandangapandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan lainnya. 2.1.4 Televisi Televisi sudah tidak terdengar asing dalam kehidupan masyarakat. Televisi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mampu melengkapi kehidupan masyarakat dalam memperoleh informasi. Namun walaupun dianggap penting, banyak masyarakat yang tidak mengetahui apakah sebenarnya arti televisi itu sendiri. Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur- unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 2004: 192). Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara. Dengan demikian kata televisi disini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi atau pancara, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik itu diubah menjadi gambar dan suara yang kita nikmati di televisi. Universitas Sumatera Utara Pada hakikatnya, media televisi terlahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar tahun 1883 sampai 1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang. Televisi sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1939 yaitu, ketika berlangsungnya “World Fair” di Kota New York hingga saat ini. Televisi memberikan banyak pengaruh pada kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan negara (Kuswandi, 1996:6). Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuaannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreatifitas perorangan. Tanpa kreatifitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986: 49-51). Dengan kehadiran televisi di dunia merupakan perkembangan teknologi khususnya teknologi elekronika sejak abad 19 dan berlanjut pada abad 20, dan nampaknya akan terus berlanjut pada abad-abad berikutnya, sehingga perkembangan televisi juga juga kan ditentukan oleh perkembangan teknologi elektronik itu sendiri. Kehadiran televisi ini juga mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia “televisi” secara tidak formal disebut TV. Televisi merupakan salah satu sumber informasi yang bersifat satu arah, linear communication. Televisi selain dapat digunakan sebagai media edukasi, informasi,juga dapat berperan sebagi media entertainment bagi para pemirsanya. Peran televisi sebagai media massa adalah hal yang melekat, dan yang merupakan media massa yang dapat dipublikasikan secara cepat. Sama juga seperti radio, pada awalnya mendapakan gelombang siaran, televisi juga juga membutuhkan antena karena Universitas Sumatera Utara harus melakukan proses encoding dari gelombang yang ditransmisikan oleh stasiun televisi. Awalnya untuk mencari siaran televisi juga dilakukan secara manual layaknya frekuensi radio (masih analog), kemudian mulai dikembangkan teknologi yang lebih digital maka tercipta remote dan untuk melakukan tuning siaran televisi cukup dengan menekan tombol dari remote pada masa ini hanya stasiun local dan nasional yang dapat dinikmati. Apalagi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun bukan lagi hal yang sulit untuk diterjang melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara dalam hal informasi. Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Afery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message-A Reader in Human Communication’ Random House, New York 1980, mengungkapkan tiga fungsi media yaitu: a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan. b. The corelation of the part of society in responding the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi. c. The transmition of the social heritage from one generation to he next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya sari suatu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Itulah media televisi dengan berbagai kelebihan serta kekurangan nya. Melihat posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat media televisi akan Universitas Sumatera Utara memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi (Kuswandi, 1996: 24-25). Karakteristik Televisi Ditinjau dari stimulasi alat indera, dalam radio siaran, surat kabar, dan majalah hanya ada satu indera yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indera pendengaran, Surat Kabar dan majalah dengan indera penglihatan. 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar katakata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambardan suara. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, ataupun suara tanpa gambar. Karena sifatnya audiovisual, maka acara siaran berita harus dilengkapi dengan gambar diam seperti foto, gambar peta (still picture), maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Apabila siaran berita televisi tidak dilengkapi dengan unsur visual, sama saja dengan berita siaran radio. 2. Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginannya pada pengarah acara tentang penggambaran atau visualisasidari acara tersebut. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas Universitas Sumatera Utara dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan lain sebagainya. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih komplek dan lebih banyak melibatkan orang untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk pengoperasiannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah, atau radio siaran. Beberapa kelebihan televisi diantaranya: (Wahyudi, 1986: 55) a. Televisi yang bersifat audiovisual, telah membuat siapa saja baik yang berpendidikan maupun yang buta huruf dapat menikmati acara yang disajikan. Gabungan dari media dengar dan gambar dalam penyampaian pesannya seolah-olah komunikator dan komunikan berinteraksi secara langsung sehingga pesan yang disampaikan oleh televisi lebih mudah untuk dimengerti karena terdengar jelas secara audio dan terlihat secara visual. b. Televisi merupakan media yang persuasif dan tangguh dalam mendemonstrasikan penggunaan suatu barang. c. Kombinasi suara, gerak, dan warna dapat memberikan creative advantages dibanding media lainnya, sehingga dapat mengkreasikan Brand Images lebih dramatis. d. Dapat menyaksikan kejadian di tempat jauh tanpa harus pergi ke tempat tersebut. Hal ini dapat dinikmati dalam siaran langsung pertandingan olahraga atau konser musik. e. Dapat menikmati beragam tayangan hiburan dengan gratis. Tak perlu pergi ke movie theater untuk menyaksikan film yang bermutu. f. Dapat menikmati beragam tayangan hiburan dengan gratis. Tak perlu pergi ke movie theater untuk menyaksikan film yang bermutu. Universitas Sumatera Utara g. Banyaknya channel dalam televisi membuat semua orang dapat menyaksikan program favorit masing-masing. Walaupun demikian, televisi juga memiliki kelemahan, antara lain: (Wahyudi, 1986: 56) a. Dibatasi oleh durasi program dan panjangnya visualisasi, media televisi memakan biaya yang besar. b. Tidak bisa didengarkan sambil lalu. Orang yang keranjingan televisi biasanya suka melupakan aktifitasnya. c. Sifatnya yang transitority mengakibatkan isi pesan tidak dapat dimemori oleh pemirsa seperti halnya media cetak misalnya Koran, majalah yang dapat dikliping. d. Sebagai media elektronik, pesan yang disampaikan bersifat selintas (tidak dapat disimpan). e. Televisi tidak dapt melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung seperti halnya media cetak. Hal ini disebabkan karena faktor penyebaran siaran televisi begitu luas kepada massa yang heterogen. Pengaruh televisi cenderung menyentuh aspek psikologis massa sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas. Menurut Prof. DR. R. Mar’at, (dalam Effendy, 2006: 122), acara televisi ada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan menonton, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton sehingga terhanyut atas sajian-sajian televisi. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam setiap tayangan televisi terhadap pemirsanya, yaitu: (Wahyudi, 1986: 57) 1. Dampak kognitif, berhubungan dengan pikiran atau pemahaman yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan oleh televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya. 2. Dampak afektif yang berkaitan dengan perasaan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan di televisi yang mempengaruhi Universitas Sumatera Utara pemirsa untuk menyerap pesan sehingga timbul perasaan tertentu, berupa perasaan suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung hingga sadar atau tidak sadar. 3. Dampak konatif yang berhubungan dengan perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang ditayangkan di televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.5 Motivasi Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam adalah motivasi yang munculnya dari inisiatif diri kita. (Siagian, 1995: 41). Mitchell 1982, dalam Winardi (2002: 28-29) menjelaskan, motivas memiliki sejumlah sifat yang mendasarinya, yaitu: a. Ia merupakan fenomena individual, artinya masing-masing individu bersifat unik, dan fakta tersebut harus diingat pada riset motivasi, b. Motivasi bersifat intensional, maksudnya apabila seseorang karyawan melaksankan suatu tindakan, maka hal tersebut disebabkan karena orang tersebut secara sadar, telah memilih tindakan tersebut, c. Motivasi memiliki macam-macam fase. Para ahli telah menganalisis berbagai macam aspek motivasi, dan termasuk di dalamnya bagaimana motivasi tersebut ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan, dan pengaruh apa menyebabkan timbulnya persistensinya, dan bagaimana motivasi dapat dihentikan. Berendoom dan Stainer (dalam Sedarmayanti, 2000:45), mendefinisikan motivasi sebagai kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan member kepuasan atau mengurangi Universitas Sumatera Utara ketidak seimbangan. Hasibuan (2003: 95) mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Wahjosumidjo (1984: 50) mengemukakan motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan sedang faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagi faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun faktor intrinsik motivasi timbul karena adanya rangsangan. Memperhatikan uraian di atas, Gibson (dalam Winardi, 2002: 4) menjelaskan bahwa apabila kita mempelajari berbagai macam pandangan dan pendapat mengenai motivasi, dapat ditarik sejumlah kesimpulan: a. Para teoritisi menyajikan penafsiran-penafsiran yang sedikit berbeda tentang motivasi dan mereka menitikberatkan faktor-faktor yang berbedabeda. b. Motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja. c. Motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan. d. Dalam hal mempertimbangkan motivasi, perlu memperhatikan faktorfaktor fsiologikal, psikologikal, dan lingkungan sebagai faktor-faktor penting. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut diskusi mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan. Steiner (dalam Hasibuan, 2003: 95) mengemukakan motif adalah “suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir”. Universitas Sumatera Utara Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu. (Winardi, 2002: 33) Hubungan antara motif, tujuan, dan aktivitas dapat ditunjukan pada gambar berikut ini: Gambar 2.1 Sebuah Situasi yang Memotivasi Motif Aktifitas yang diarahkan kepada Perilaku Tujuan Aktivitas Tujuan Sumber: Winardi, 2002: 41 Gambar 1 menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, di mana motifmotif seorang individu, diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif terkuat, menimbulkan perilaku, yang bersifat diarahkan kepada tujuan atau aktivitas tujuan. Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi dengan demikian aktivitas tujuan dinyatakan dalam gambar berupa garis putusputus. Berdasarkan uraian di atas, dalam konsep motif terkandung makna: a. motif merupakan daya pendorong dari dalam diri individu. b. motif merupakan daya pendorong dari dalam diri individu. c. motif diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motif dapat didefinisikan sebagai daya pendorong dari dalam diri individu Universitas Sumatera Utara sebagai penyebab terjadinya aktivitas, yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses motivasi: a. Tujuan Tujuan merupakan alasan utama mengapa seseorang memiliki motivasi. Motivasi itu muncul karena seseorang tersebut ingin mencapai tujuan dalam hidupnya. b. Mengetahui Kepentingan Untuk mendapatkan sebuah motivasi seseorang tersebut harus mengetahui serta menyadari kepentingan apa yang menjadi tujuan untuk mencapai sesuatu. c. Komunikasi Efektif Motivasi itu muncul apabila kita mempunyai komunikasi yang efektif dengan orang lain. Dengan komunikasi yang efektif akan membantu kita dalam mendapatkan motivasi dari orang lain. d. Integritas Tujuan Dalam memotivasi diri, selain kita perlu mengetahui tujuan yang akan kita capai, kita juga perlu mengintegrasikan tujuan kita tersebut agar kita mudah dalam mencapainya. e. Fasilitas Fasilitas yang baik dan lengkap menjadi faktor pendorong yang ampuh dalam memotivasi seseorang. Dengan fasilitas yang tersedia, maka seseorang itu akan semangat serta termotivasi. (Siagian: 1995: 46) Atas dasar sumber dan proses perkembangan, terjadi penggunaan berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan.untuk keperluan studi psikologi telah diadakan penertiban dengan diadakannya penggolongannya. Antara lain sebagai berikut ini. (Siagian, 1995) 1. Motif Primer Universitas Sumatera Utara Menunjuk kepada motif yang tidak dipelajari untuk itu sering juga digunakan istilah dorongan. Golongan motif ini pun dibedakan lagi ke dalam: (a) Dorongan fisiologis yang bersumber pada kebutuhan organis yang mencakup antara lain lapar, haus, pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga mencapai keadaan fisik yang seimbang. (b) Dorongan umum dan motif darurat, termasuk didalamnya dorongan takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman dan ingin tahu, dalam hubungannya dengan rangsangan dari luar, termasuk dalam golongan melarikan diri, menyerang, berusaha dan mengejar untuk menyelamatkan diri. 2. Motif Sekunder Menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari kedalam golongan sebagai berikut : (a) Takut yang dipelajari (learned fears) (b) Motif Sosial (ingin diterima, ingin dihargai, konformitas, afiliasi dll) (c) Motif-motif Obyektif (eksplorasi, manipulasi, dan minat) (d) Maksud (purpose) dan aspirasi (e) Motif berprestasi (Achievement Motive) Dari pengertian serta penggolongan, motifasi tersebut, motivasi jika dihubungkan dengan proses pengembangan diri seseorang berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang tersebut mengembangkan dirinya sehingga bisa lebih baik dari sebelumnya. 2.1.6 Pengembangan Diri Universitas Sumatera Utara Menurut Kartono (1995: 39), defenisi dari pengembangan diri adalah “Individu-individu yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan oleh diri mereka sendiri”. Dari definisi diatas jelas bahwa cara pendekatan tersebut merefleksikan prinsip-prinsip keikutsertaan dan kemandirian. Cara pendekatan pengembangan diri secara implisit memasukkan ciri penting otonomi belajar yang terkandung dalam penciptaan kemandirian, tanggung jawab, dan keberanian mengambil resiko. Bagi jiwa yang selalu ingin maju, pengembangan diri merupakan salah satu syarat utama yang tidak bisa dilewati. Dalam pengembangan diri sendiri sering kali kita dituntut untuk rela berkorban, menginvestasikan materi ataupun waktu sendiri. Bisa berupa mengikuti seminar-seminar dalam bidang yang ingin dikembangkan. Atau membeli buku-buku sebagai bahan referensi pengembangan diri. Hal-hal tersebut yang berhubungan dengan pengorbanan untuk mengembangkan diri, sering disebut self-infestment. Pengorbanan tersebut sebetulnya adalah wujud sebuah investasi, ada harapan meraup sebuah keuntungan yang lebih besar tentunya. Karena memang seperti itu wujud sesuatu yang namanya investasi. Namun banyak orang, terutama di negara-negara berkembang menuju miskin yang tidak menyadari semua itu. Padahal, individu yang sadar dan bisa melakukan self-investment ini sudah pasti akan berkembang, atau minimal bisa mengakselarasi perkembangan dirinya. Melakukan pengembangan diri adalah satu-satunya jalan untuk memberikan nilai beda dibanding orang-orang sekeliling. Tujuan Pengembangan Diri Tujuan kita mengembangkan diri, yaitu: (Kartono, 1995: 53) 1. Mendapatkan Rasa Aman Keamanan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Di dunia kerja, keamanan meliputi kondisi kerja, asuransi kesehatan, gaji pada waktu berhalangan kerja, dan dana pension. Akan tetapi, keamanan dan rasa aman yang kita cari dengan pengembangan diri bukanlah keamanan dari Universitas Sumatera Utara luar seperti itu, melainkan keamanan dari dalam, yaitu keamanan batin. Keamanan seperti itu kita dasarkan atas kemampuan untuk memberi sumbangan di dalam hidup, kecakapan dalam kerja, watak, dan kepribadian yang sudah berkembang secara lengkap dan utuh: lahir-batin, jasmani-rohani, material-spiritual. Kita merasa aman karena kita telah berhasil memodifikasi sikap dan perilaku kita menjadi lebih baik, menambah kemampuan dan kecakapan kita, serta meningkatkan prestasi kerja kita. 2. Kemantapan Hidup Kemantapan hidup adalah keadaan hidup dimana kita tidak mudah goyah dan digoyahkan, baik oleh faktor-faktor yang ada di dalam diri. Upaya Pengembangan Diri Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolak ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai. Konsep Sharpening Our Concept and Tools (SHOCT) yang dikembangkan oleh Lembaga Manajemen Terapan Trustco berikut ini dapat kita jadikan sebagai contoh daftar aktivitas pengembangan diri. 1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar. 2. Menjalin hubungan dengan orang lain. 3. Mengelola waktu secara efektif 4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru. 5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi. 6. Membuat jurnal pribadi dengan menggunakancatatan harian agar jadwal kita menjadi teratur. Proses Pengembangan Diri Proses pengembangan diri adalah sebuah cara untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa percaya diri, Universitas Sumatera Utara menjadi kuat dalam menghadapi percobaan dan menjalani hubungan yang baik dengan sesamanya. (http://www.jendelailmu.com/daftar-buku/pid-25697/proses pengembangan-diri.html) 1. Pancarkan Antusiasme Anda Menerapkan prinsip-prinsip bertindak ke dalam kehidupan nyata akan mempertinggi jiwa Anda dan mengangkat semangat Anda. Anda akan menjalani hari-hari yang penuh dan lebih baik. Hal ini terjadi karena Anda telah memanfaatkan saat-saat hening anda untuk berpikir, mengorganisasikan dan memprioritaskan hidup anda. Anda akan mencintai banyak hal dan hal-hal tersebut akan menjadi bagian dari harihari Anda. Anda akan selalu berada dibawah kendali. Setiap hari Anda akan melakukan hal-hal baik untuk diri Anda sendiri maupun orang lain. 2. Master Sukses Ada master di dalam diri Anda yang menjadi panutan. Master tersebut adalah Anda dalam kondisi yang terbaik. Teruslah berusaha. Anda tenang, tenggang rasa, sabar dan percaya diri. Anda jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan dapat diandalkan. Anda loyal dan menarik. Anda rendah hati dan menghormati orang lain. Anda tangguh, tekun, dan pekerja keras. Anda selalu ingin tahu dan mau diajar. Anda sehat, bersemangat, dan entusiastik. 3. Berani Mengambil Resiko Gagal Bersiap-siaplah. Saat ini adalah saat yang paling baik bagi Anda untuk memulai tindakan-tindakan positif. Anda selalu berlatih dan anda punya kepercayaan diri dalam mempersiapkan tindakan Anda. Jangan biarkan diri Anda dikalahkan oleh keraguan. Anda menyadari bahwa saatnya akan datang dimana Anda harus bertindak. Jika Anda ragu terlalu lama, keraguan tersebut akan selalu menyelimuti dan berubah menjadi ketakutan. Ya, Anda bisa tersandung. Ya, Anda bisa ditolak. Ya, Anda mungkin gagal. Inilah hidup. Para penakluk kehidupan setuju bahwa dalam berusaha mereka mungkin harus menyesuaikan dirinya, bahkan memulainya kembali berkali-kali. Perbedaan antara orang sukses dengan yang lainnya bukan pada apakah anda melakukan kesalahan atau bahkan Universitas Sumatera Utara gagal untuk sementara waktu, tetapi perbedaannya pada bagaimana respon Anda. Kebanyakan orang mencari jaminan sebelum mengambil tindakan. Namun, dalam usaha pencarian jaminan tersebut, mereka sering menerima peringatan yang dapat dengan mudah digunakan sebagai alasan untuk tidak bertindak. 4. Ciptakan Perubahan Status quo mungkin kondisi yang menyenangkan, namun karena harus terjadi perkembangan, maka harus ada perubahan. Karena Anda mencari perkembangan, maka Anda harus mencari perubahan. Jangan Anda lihat lingkungan Anda sebagaimana adanya, namun bagaimana seharusnya Anda mencari perubahan karena Anda perlu mencari jati diri yang lebih baik sehingga Anda dapat memainkan peran Anda dalam menciptakan dunia yang lebih baik. 5. Terimalah Perbedaan Lihatlah setiap orang sebagai individu dan bukan sebagai bagian sebuah kelompok. Seluruh manusia dari seluruh negara dan budaya pada dasarnya adalah sama tanpa memandang ras, warna, keyakinan atau jenis kelamin. Tolaklah kebijakan yang bersifat stereotip, memecah belah dan merendahkan diri serta mengelompokkan orang kedalam kategori- kategori. Jadilah orang pertama yang membangun jembatan toleransi dan kesepahama. Beberapa Metode Pengembangan Diri Selain metode-metode formal seperti misalnya kursus-kursus dan program-program pelatihan, ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dan diatur oleh individu itu sendiri. Metode yang paling umum digunakan adalah : (Dariyo, 2004: 5) • Observasi Seseorang dapat memulai belajar banyak hanya dari mengamati perilaku orang lain. Sebagai contoh adalah seorang siswa SMP yang mengamati Universitas Sumatera Utara kemampuan seseorang melalui tayangan di televisi. Pengamatan ini sangat membantu proses pengembangan diri siswa tersebut. • Refleksi Metode ini mengacu pada memikirkan dan menganalisis hasil observasi. Ini juga mencakup refleksi pada prilaku, kinerja dan alasan-alasan utama dari individu itu sendiri. Ini merupakan aspek penting pengembangan diri. • Bacaan Penuntun Membaca buku-buku teks, jurnal-jurnal, dan artikel-artikel merupakan cara yang mudah untuk meningkatkan pengetahuan. Meminta saran dari orang yang lebih berpengalaman akan sangat bermanfaat dalam proses pengembangan diri. • Mencari Umpan Balik Mencari umpan balik merupakan hal yang penting dalam proses belajar dan pengembangan diri, khususnya dalam pengembangan keterampilan walaupun metode ini sedikit lebih beresiko. Umpan balik juga dapat digunakan untuk memonitor kemajuan individu. Satu hal yang penting dalam metode ini adalah memilih target-target umpan balik dengan hati-hati. • Paket-paket Siap Pakai Saat ini sudah banyak dijual paket-paket belajar otodidak siap pakai yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengembangan diri. Kesadaran dan kemauan dari dalam diri sendiri sangat dibutuhkan dalam memakai metode ini. Oleh karena itu, pengembangan diri menuntut seseorang untuk lebih belajar sendiri, mencari secara mandiri tentang kualitas diri yang bisa diandalkan, terutama dalam dunia kerja dan memasuki kehidupan nyata. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui pengembangan bakat, perwujudan impian-impian, peningkatan rasa percaya diri, komunikasi yang baik dengan lingkungan, mencoba Universitas Sumatera Utara menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, peka terhadap diri sendiri dan peka terhadap orang lain. 2.1.7 Bakat Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu, seorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedangkan yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah dsb. Seperti halnya kecerdasan, maka pada bakat pun beberapa ahli memberikan rumusan yang tidak selalu sama tentang bakat. (Nana Syaodaih Skmadinata, 2005: 101) W.B. Michel (1960) merumuskan bakat sebagai “pattern of behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has had or no previous trainin”. Berarti bahwa bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai suatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu. Guilford (1959) memberikan defenisi yang sedikit berbeda, menurut dia: “aptitude pertains to abilities to perform. There are actually as many ability as there are actions to be performe, hence traits of this kind are very numerous”. Menurut Guilford bakat itu banyak sekali, sebanyak perbuatan atau kreatifitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guilford yaitu komponen Intelektual, perceptual, dan psikomotor. Komponen intelak tual terdiri atas beberapa aspek yaitu aspek pengenalan, ingatan, berpikir konvergen, berfikir divergen dan evaluasi. Komponen perceptual juga meliputi beberapa aspek yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indera, orientasi ruang dan waktu. Keluasan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 101-102) Bakat pernah didefenisikan hampir seluruhnya dari segi IQ atau kemampuan yang lebih unggul yang diperlihatkan seperti kinerja yang luar biasa Universitas Sumatera Utara dalam matematika atau catur, tetapi defenisi itu sekarang meliputi siswa yang mempunyai kemampuan yang unggul dalam berbagai kenis kegiatan, termasuk seni.(Robert E. Slavin, 2011: 125) Ada dua kelompok bakat yang dimiliki individu yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan. Bakat sekolah atau scholastic aptitude, merupakan bakat yang dimiliki seseorang yang mendukung penyelesaian tugas-tugas atau perkembangan sekolah atau pendidikan. Bakat ini terutama berkenaan dengan kapasitas dasra menguasai pelajaran atau perkuliahan. Bakat pekerjaan vocational aptitude merupakan bakat yang dimiliki seseorang berkenaan bidang pekerjaan atau jabatan tertentu, seperti bakat di bidang pertanian, ekonomi, hukum, dsb. Sesungguhnya sekolah merupakan persiapan kearah bekerja. Dengan demikian bakat sekolah juga tidak secara langsung merupakan bagian dari bakat pekerjaan. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 102) Alat untuk mengukur bakat disebut tes bakat (aptitude test). Tes baku atau tes standar pada umumnya hanya bisa dilaksanakan pada pengembangan tes bakat. Tes bakat umumnya disusun oleh para ahli pengukuran (Psichometrist). Ada beberapa tes bakat yang terkenal diantaranya adalah DAT, MAT, FCAT, MT. DAT atau Differential Aptitude test disusun oleh Benet, terdiri atas tujuh sub test yaitu bakat verbal atau verbal reasoning, kecepatan dan ketelitian atau clerical speed and accuary dan bakat menggunakan bahasa atau language usage. MAT atu Multiplle uptitude Test terdiri atas sepuluh sub tes, yaitu pengetahuan umum, perbendaharaan kata, berhitung, deret bilangan, pemahaman mekanis, memahami huruf, memahami kata, kecepatan-ketelitian dan tilikan ruang. Kombinasi tes kesatu sampai kelima menunjukkan kecerdasan seseorang. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 103-104) Konsep atau defenisi keterbakatan yang saat ini dianut di banyak Negara dan juga diadopsi di Indonesia dalam Proyek Pendidikan Anak Berbakat ialah defenisi USOE dan defenisi Renzulli. Manfaat dari defenisi USOE adalah mengakui adanya enam bidang keterbakatan (bakat intelektual umum, bakat akademis khusus, bakat kreati-produktif, bakat dalam salah satu bidang seni, seni Universitas Sumatera Utara bakat dalam bidang psikologi atau bakat memimpin, dan bidang psikomotor). Defenisi ini juga membedakan antara bakat sebagai potensi dan bakat yang sudah tampak dari prestasi, tetapi keduanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.(Utami Munandar, 199: 27-28). Anak berbakat Anak berbakat menurut defenisi dari U.S. Office of Education (1971), adalah anak-anak yang didefenisikan oleh orang-orang professional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, untuk mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat (Alex Shobur, 2011: 181-182). Sedangkan menurut Utami Munandar, anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang professional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuankemampuan yang unggul. Kemampuan-kemampuan tersebut, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor seperti dalam olah raga.(Utami Munandar, 1999: 23) Anak berbakat (Gifted) punya kecerdasan diatas rata-rata (biasanya punya IQ diatas 130) dan atau punya bakat unggul di beberapa bidang,seperti seni, music atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya didasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Kriteria ini diperluas dengan memasukkan faktor-faktor seperti kreativitas dan komitmen. (John W. Santrock, 1999:24) Beberapa implikasi dari defenisi anak berbakat ini bagi identifikasi dan pengembangan anak berbakat ialah pertama, bahwa harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang mungkin belim terwujud dan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul. Kedua, tuntutan bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi Universitas Sumatera Utara minat dan kemampuannya, hal ini sesuai dengan UU No.2 Pasal 24 Ayat (1). (Utami Munandar, 1999:24) Ellen Winner, seorang ahli di bidang kretivitas dan anak berbakat, mendeskripsikan tiga criteria yang menjadi ciri anak berbakat: 1. Dewasa lebih dini (Precocity) Anak berbakat adalah anak dewasasebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka. Dalam banyak kasus, anak bebakat dewasa lebih dini karena mereka dilahirkan dengan membawa kemampuan di domain tertentu, walaupunbakat-bakat sejak lahir ini tetap harus dipelihara dan di pupuk. 2. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri Anak berbakat belajar secara berbeda dengan anak lain yang tidak berbakat. Mereka tidak membutuhkan banyak dukungan atau scaffolding dari orang dewasa. Mereka juga kerap membuat penemuan dan memecahkan masalah sendiri dengan cara yang unik di bidang menjadi bakat mereka. Tapi kemampuan mereka di bidang lain boleh jadi normal atau bisa juga di atas normal. 3. Semangat untuk menguasai. Anak yang berbakat tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat fokus. Mereka tidak perlu didorong oleh orang tuanya. Mereka punya motivasi internal yang kuat. Para peneliti telah menemukan bahwa anak berbakat belajar lebih cepat, memproses informasi yang lebih baik, menggunakan penalaran dengan lebih baik, menggunakan strategi yang lebih baik, dan memantau pemahaman mereka dengan lebih baik ketimbang anak yang tidak berbakat. (John. W. Sntrock, 2010: 251-252) Universitas Sumatera Utara R. A. Martinson dalam bukunya “The Identification the gifted and talented” (1974) merincikan cirri-ciri anak berbakat: 1. Membaca pada usia yang relatif lebih muda. 2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak. 3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas. 4. Mempunyai minat yang luas, juga pada persoalan “dewasa” 5. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat. 6. Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri. 7. Memberi berbagai jawaban yang baik. 8. Biasa memberikan gagasan yang baik 9. Luwes dalam berfikir 10. Terbuka pada rangsangan-rangsangan dari luar lingkungan. 11. Memiliki pengamatan yang tajam. 12. Bisa berkosentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati. 13. Berpikir kritis, juga pada diri sendiri. 14. Senang mencoba hal-hal baru. 15. Mempunyai daya ingat yang kuat. 16. Mempunyai banyak hobi. 17. Berperilaku terarah pada tujuan. 18. Mempunyai daya abstraksi, konseptualitas, dan sintesis yang tinggi. Universitas Sumatera Utara 19. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah 20. Cepat menanggapi hubungan (sebab akibat). 21. Tidak cepat puas dengan prestasinya. 22. Sensitive dan menggunakan intuisi. 23. Mempunyai daya imajinasi yang kuat. 2.1.8 Teori jarum hipodermik Teori ini juga di kenal dengan istilah Hypodermic Needle Theory (Scramm, 1971), teori ” jarum suntik” atau teori “Stimulus-Respon” (De Fleur dan Ball-Rokeach, 1989: 163-165). Teori ini mengatakan bahwa rakyat benarbenar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan bahwa apabila pesan-pesan tersebut tepat sasaran, ia akan mendapatkan efek yang diinginkan. Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow), yaitu media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsi media massa secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audience. Media massa ini sepadan dengan teori StimulusResponse (S-R) yang mekanistis dan sering digunakan pada penelitian psikologi. Teori peluru atau jarum hipodermik mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori ini mengasumsikan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif). Menurut Elihu Katz dalam bukunya, “The Diffusion Of New Ideas and Practise” menunjukkan aspek-aspek yang menarik dari model hypodermic needle ini, yaitu : • Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksi secara mendalam ide-ide kedalam benak orang yang tidak berdaya Universitas Sumatera Utara • Mass audience dianggap seperti atom-atom yang terpisah satu sama lain, tidak saling berhubungan dan hanya berhubungan dengan media massa. Kalau individu-individu mass audiance berpendapat sam tentang suatu persoalan, hal ini bukan karena mereka berhubungan atau berkomunikasi satu dengan yang lain, melainkan karena mereka karena memperoleh pesan-pesan yang sama dari satu media (Schramm, 1963). Model hypodermic needle cenderung sangat melebihkan peranan komunikasi massa dengan media massany. Para ilmuwan sosial mulai berminat terhadap gejala-gejala tersebut berusaha memperoleh bukti-bukti yang valid melalui penelitian ilmiah. 2.2 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995: 40). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 57). Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Gambar 2.2 Model Toritis Variabel Bebas (X) Program Super Boy Indonesia di SCTV Variabel Terikat (Y) Konsep Pengembangan Bakat siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi Karakteristik Responden Universitas Sumatera Utara 2.3 Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1995: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program Tayangan “Super Boy Indonesia” di SCTV. 2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah suatu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004: 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Pengembangan bakat siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi. Tabel 2.1 Operasional Variabel No Variabel Teoritis Variabel Operasional Universitas Sumatera Utara 1. 1. Durasi acara 2. Tema Acara 3. Materi Acara Variabel bebas (X) Program Super Boy Indonesia Di SCTV 4. Waktu Penayangan 5. Kejelasan Materi Acara 6. Penampilan Pembawa Acara 7. Penampilan Peserta 8. Komentar Para Juri 9. Konsep Acara • Lebih suka untuk membaca 2. Variabel Terikat (Y) Indikator Pengembangan bakat • Membaca lebih banyak • Lebih pintar untuk berbicara Siswa SD Negeri 164518 • Mempunyai cita-cita kmemota Tebing Tinggi • Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi • Berusaha mengerjakan tugasnya sendiri • Lebih suka memberikan jawaban yang baik • Lebih suka memberikan pemikiran yang baik • Lebih mudah berfikir • Lebih peduli pada lingkungan • Memiliki pengamatan yang tinggi • Lebih berkosentrasi pada pekerjaan • Berfikir kritis • Lebih suka mencoba hal-hal baru • Daya ingat yang kuat Universitas Sumatera Utara • Mempunyai banyak hobi • Berperilaku lebih fokus • Lebih senang terhadap kegiatan sekolah • Cepat menanggapi hubungan antar sahabat • Tidak cepat puas dengan prestasinya • Selalu menggunakan insting • Daya imajinasi yang kuat 3. Karakteristrik Responden 1. Jenis kelamin 2. Kelas 2.4 Defenisi Operasional • Variabel Bebas (tayangan Super Boy Indonesia di SCTV), meliputi : 1. Durasi acara: untuk mengetahui lamanya waktu penayangan program Super Boy Indonesia di SCTV. 2. Tema acara: untuk mengetahui tema yang ada di dalam program Super Boy Indonesia di SCTV. 3. Materi acara: untuk mengetahui materi yang disiapkan dalam programSuper Boy Indonesia di SCTV. 4. Waktu penayangan: Informasi yang memuat tentang jadwal penayangan suatu acara. Waktu penayangan program tayangan Super Boy Indonesia di SCTV. 5. Kejelasan materi acara: Untuk mengetahui apakah materi acara yang disampaikan dalam program Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh para responden saat menontonnya. Universitas Sumatera Utara 6. Penampilan pembawa acara: untuk mengetahui bagaimana kemampuan si pembawa acara program Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV. Sehingga penampilan pembawa acara tersebut dapat membuat acara menjadi lebih menarik. 7. Penampilan peserta: untuk mengetahui bagaimana kemampuan atau bakat dari seluruh peserta yang ditampilkan dalam program Super Boy Indonesia di SCTV. 8. Komentar para juri: untuk mengetahui apa saja komentar yang dikeluarkan oleh para juri untuk penampilan seluruh peserta Super Boy Indonesia di SCTV 9. Konsep acara: untuk mengetahui apakah konsep atau bentuk dari program Super Boy Indonesia di SCTV. b. Variabel Terikat Y (Pengembangan bakat Siswa SD negeri 164518 Kota Tebing Tingg) meliputi: • Lebih suka untuk membaca • Membaca lebih banyak • Lebih pintar untuk berbicara • Mempunyai cita-cita • Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi • Berusaha mengerjakan tugasnya sendiri • Lebih suka memberikan jawaban yang baik • Lebih suka memberikan pemi-kiran yang baik • Lebih mudah berfikir • Lebih peduli pada lingkungan • Memiliki pengamatan yang tinggi • Lebih berkosentrasi pada pe-kerjaan • Berfikir kritis Universitas Sumatera Utara • Lebih suka mencoba hal-hal baru • Daya ingat yang kuat • Mempunyai banyak hobi • Berperilaku lebih fokus • Lebih senang terhadap kegiatan sekolah • Cepat menanggapi hubungan antar sahabat • Tidak cepat puas dengan prestasinya • Selalu menggunakan insting • Daya imajinasi yang kuat c. Karakteristik Responden, meliputi : • Jenis kelamin : Perempuan / laki-laki • Kelas : Kelas berapakah responden saat mengisi kuesioner. • 2.5 Umur : Dari usia 8-11tahun Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan atau pertanyaan peneliti yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Penelitian terhadap suatu objek hendaknya dilakukan dengan berpedoman pada suatu hipotesis sebagai pegangan atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya dalam kenyataan (empirical verification), percobaan (experimentation), atau praktek (implementation). Oleh karena itu, hipotesis harus dalam bentuk pertanyaan ilmiah atau proposisi, yaitu mengandung hubungan dua variabel atau lebih (Sudjana, 2000: 11). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho: Tidak terdapat hubungan antara program “Super Boy Indonesia” dengan pengembangan bakat siswa SD negeri 164518 Kota Tebing Tinggi. Ha: Terdapat hubungan antara program “Super Boy Indonesia” dengan motivasi pengembangan diri siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara