OKTOBER – NOVEMBER 2011 SUPLEMEN Investor Daily/DAVID GITA ROZA >4 Lo Kheng Hong, ‘Warren Buffett Indonesia’ >16 Michael Steven Perkuat Investor Domestik >17 Saatnya Melirik Saham Astra >24 Warren Buffett Kesabaran Adalah Aset OKTOBER - NOVEMBER 2011 2 PENGANTAR Semua Bisa Jadi Investor Editor In Chief: Primus Dorimulu Investor Daily/EKO S HILMAN President Director : Theo L Sambuaga Publisher: Peter F Gontha Chief Operating Officer: Sachin Gopalan Director of Digital Media: John Riady Redaktur Pelaksana: Hari Gunarto, Sri Rejeki Listyorini, Asisten Redaktur Pelaksana: Edy Purnomo, Abdul Aziz Redaktur: Alex Dungkal, Abdul Muslim, Edo Rusyanto, Ester Nuky URS, Euis Rita Hartati, Efendi, Fransiscus Rio Winto, Iwan Subarkah, Jauhari Mahardhika, M. Ali, Nurjoni, Nasori, Nurdian Akhmad, Rizagana, Totok Subagyo, Wiyono, Yasinto Sembiring, U.Heri Gagarin (Foto), Asisten Redaktur: Bani Saksono, Eko S Hilman (Foto), Ely Rahmawaty, Eva Fitriani, Heriyono, Harso Kurniawan, Imam Suhartadi, Mardiana Makmun, Julius Jera Rema, Ovi Oktaviani, Pamudji Slamet, Parluhutan Situmorang, Tri Murti, Tommy Pardede, Tri Listyarini, Thomas E. Harefa. Staf Redaksi: Aris Cahyadi, Damiana Simanjuntak, Dihar Dakir, Eko Adityo Nugroho, Elizabeth Gloria, Happy Amanda Amalia,Grace Dwitiya, Imam Muzakir, Indah Handayani, Kunradus Aliandu, Novy Lumanauw, Wahyu Sudoyo, Yurika Indah Prasetianti. Wartawan Foto: David Gita Roza, Tino Oktaviano, Riset Foto: Arief Hidayat. Surabaya: Imam Ghozali, Amrozi Amenan, Sekretariat Redaksi: Chandra Wijayanti (Kepala), Litbang: Eriansa Sogani (Kepala Litbang), Alam Surawijaya. Produksi: Gianto (Kepala), Slamet Riyadi (Wakil), Emral Firdiansyah, Heru Sunaryo, Herry Yuwono, Mochamad Shiddiq, Nurrachman, Irwan, Soemadi, Sukadi, Suherman. Korektor Bahasa: Arif S, David Sander Marbun, Irfan Saputra. Desain Grafis: Bimo Ario Tejo, Rochadi Kusmabrata, Ilustrator: Wisnu Prayitno, Karikatur: Agoeng Soetriartono. GLOBE MEDIA GROUP: General Affairs & Finance Director: Lukman Djaja, Circulation & Distribution Director: Ponti Pandean, Marketing and Communications Director: Sari Kusumaningrum. Group Editorial Board: James Riady, Theo L Sambuaga, Tanri Abeng, Markus Parmadi, Senior Advisor: Samuel Tahir. Iklan: M Nadjib Usman (General Manager), Inne Kuntjaraningrum (Manajer Iklan), Enny Wulandari, Sontry Stephanus, Kurniawan Aryanto, Reyhan Korompis, Herry Suhaery, Indra Surya Ibrahim, Noormaya Hapsari, Promosi: Enot Indanoto (Kepala Divisi), Sirkulasi: Ikhsan Zuyadi (General Manajer), Ayi Junaedi, Bowo Sulaksono, Andi Yuniarto, Sulastri (Surabaya), Layanan Pelanggan: Reniawati, Alamat Redaksi dan Iklan: Hotel Aryaduta Suite Sudirman Tower A lantai 1 dan 2, Jl Garnisun Dalam No 8 Karet Semanggi Jakarta 12930 Redaksi: Telp. (021) 5790 1350, Fax. (021) 5799 1834, Iklan: Telp. (021) 57991836 - 37, Fax. (021) 57950055, Email Iklan: [email protected], Alamat Sirkulasi: Jl. Padang No. 19-21, Manggarai, Jakarta 12970, Telp. (021) 828 0000, 829 1575 Fax. (021) 831 0972 Surabaya: Jl. Taman Apsari No. 15-17 Kompleks PWI Surabaya Telp. (031) 5479837 Fax. (031) 5479837, Tarif Iklan: Display BW Rp 30.000/mmk, FC Rp 40.000/ mmk, Prospektus, Lap. Keuangan, RUPS/RUPO dsb BW Rp 16.000/mmk, FC Rp 26.000/mmk, Harga belum termasuk ppn 10%. No Rekening: BCA Cab. Kuningan Jakarta AC. 217.30.90111, CIMB Niaga Cab. Gatot Subroto Jakarta AC. 226.0100364007 (Rek. Iklan), CIMB Niaga: 226.0100448005 (Rek. Sirkulasi) Percetakan: IMWP. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Oleh Hari Gunarto Betapapun sudah menjadi pengetahuan luas bahwa bermain saham bisa mendulang untung besar, toh hanya sedikit orang yang punya nyali untuk menekuninya. Data empiris tentang besarnya keuntungan berinvestasi di pasar modal belum cukup menggugah sebagian masyarakat kita yang masih terlalu lekat dengan dunia perbankan. ihat saja, tahun lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tercatat tumbuh 46,13%. Tahun sebelumnya lebih spektakuler lagi, mencapai 86,98%. Tahun 2008, ketika krisis finansial global memorakmorandakan bursa seluruh dunia, IHSG memang minus 50%. Namun, pada 2006 dan 2007, IHSG masing-masing mereguk gain 55,29% dan 52,08%. Pertumbuhan itu jelas jauh melampaui tingkat suku bunga deposito yang hanya satu digit. Dari 240 juta penduduk Indonesia, hanya sekitar 20 juta yang mampu menyisihkan dana untuk investasi. Dari 20 juta penduduk yang mampu berinvestasi tersebut, hanya sekitar 1 juta jiwa yang mengenal pasar modal. Dari jumlah itu pun, hanya 500 ribu orang yang membuka rekening di sekuritas, dan mungkin hanya 100 ribu yang aktif bertransaksi dalam perdagangan harian di BEI. Semua itu terjadi lantaran pemahaman masyarakat terhadap investasi di pasar modal masih minim, akibat sosialisasi yang kurang gencar dan simultan. Tak heran bila masih banyak orang yang hanya gemar membiakkan uangnya di bank, kendati bunga yang dinikmati ditelan inflasi. Bank memang bukan sarana investasi yang ideal. Perbankan hanya menjadi wadah penyimpan uang untuk jangka pendek. Telah banyak cerita sukses tentang para miliarder yang berhasil melipatgandakan kekayaannya berkat bermain di pasar modal. Lo Kheng Hong, yang dijuluki sebagai Warren Buffett-nya Indonesia, adalah contoh super-investor yang spektakuler dan tekun. Dia mengaku telah menangguk untung 1.500 kali lipat dari investasinya di saham sejak krisis 1998. “Hanya lewat investasi pada sahamlah seseorang bisa kaya,” tuturnya. Namun, menjadi investor tidak sekadar membeli saham. Lo Kheng menyarankan para calon investor untuk benar-benar mempelajari cara berinvestasi yang baik. Pahami dan pelajari fundamental perusahaan. Dan yang terpenting, berinvestasilah untuk jangka panjang. “Saya berinvestasi L saham sambil tidur. Artinya, saya tidak terlalu peduli volatilitas harga yang lebih banyak dipengaruhi sentimen pasar. Asalkan yakin pada kinerja perusahaan, kalau pun pasar saat ini turun dan harga saham merosot, diamkan saja. Jangan panik. Kalau kondisi sudah baik, saham-saham yang bagus akan naik jauh lebih cepat,” tuturnya. Kita membutuhkan ribuan bahkan jutaan Lo Kheng Hong yang lain di Indonesia. Namun demikian, diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai untuk bisa bermain di pasar modal dengan baik dan cerdas. Dalam konteks itulah Kresna Securities bersama Investor Daily dan majalah Investor menggelar program edukasi saham atau Investor Education Program (IEP) yang dikemas dalam bentuk kompetisi online trading, dengan tagline “Semua Bisa Jadi Investor”. Kegiatan ini diharapkan bisa diikuti 100 ribu peserta yang pendaftarannya dibuka sejak awal Oktober hingga dimulainya kompetisi pada 11 November 2011. Perhelatan besar ini melibatkan para emiten yang sahamnya akan diperdagangkan secara simulasi. Kompetisi online trading ini akan berakhir pada 31 Januari 2012. Ada 99 saham pilihan (KID 99) yang masuk dalam perdagangan simulasi kerja sama Kresna Securities dan Investor Daily ini. Setiap peserta nantinya diberikan modal awal virtual setara Rp 1 miliar. Pendaftaran dan informasi mengenai kegiatan ini, plus edukasi mengenai investasi bisa diunduh lewat portal www.semuabisajadiinvestor.com. Menurut Direktur Utama Kresna Securities Michael Steven, ada tiga manfaat dari pelaksanaan ajang edukasi ini. Pertama, membantu perekonomian Indonesia dengan mengenalkan kepada masyarakat tentang pasar modal. Kedua, mendorong masyarakat menyadari pentingnya investasi di pasar modal sebagai bagian kehidupan finansial yang lebih baik. Dan ketiga, meningkatkan jumlah investor domestik. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam-LK) ikut mendukung kegiatan ini, karena senafas dengan program-program mereka yang antara lain berfokus pada peningkatan basis pemodal lokal. Pemodal lokal memang menjadi elemen penting, karena mereka bisa menjadi benteng pertahanan indeks. Jika jumlah investor lokal sudah mencapai jutaan dengan tingkat pengetahuan yang bagus, niscaya mereka bisa meredam gejolak bursa yang acapkali dipermainkan oleh investor asing. Suplemen khusus “Semua Bisa Jadi Investor” ini merupakan pendukung program kompetisi online trading sekaligus guidance bagi investor maupun calon investor, yang berisi tentang tips menjadi investor yang smart, kisah sukses para investor kakap domestik maupun global, analisis fundamental emiten berkinerja bagus, dan banyak lainnya. Selamat membaca. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 SEMUA BISA JADI INVESTOR 3 Apa Kata Mereka? P rogram pendidikan investasi saham terbesar Indonesia melalui kompetisi online trading saham mendapat apresiasi dari para petinggi Self Regulatory Organization (SRO), Ketua Bapepam-LK, serta Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). Berikut penuturan mereka tentang program dengan tagline “Semua Bisa Jadi Investor” tersebut. DIREKTUR UTAMA KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA (KPEI) HOESEN KETUA UMUM ASOSIASI EMITEN INDONESIA (AEI) AIRLANGGA HARTARTO T erkait adanya investor education program, kami menanggapi secara positif program tersebut karena memang misi BEI adalah edukasi kepada masyarakat Indonesia. Jadi, inisiatif Investor Daily itu sekaligus membantu bursa dalam proses memperkenalkan pasar modal kepada masyarakat. Kami sebagai Self Regulatory Organization (SRO) mendukung penuh diadakannya program ini. Harapan kami selaku SRO adalah, pertama, semoga programnya sukses dan mendapat sambutan positif masyarakat. Kedua, program ini diikuti oleh media lain sehingga proses edukasi kepada masyarakat semakin ekstensif dan lebih intensif. Dengan demikian basis audiens dan pembaca pun makin tersebar. n KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN (BAPEPAM-LK) NURHAIDA M eski tujuan kompetisi sebagai sosialisasi untuk meningkatkan jumlah investor, kenyataannya, dari sekian banyak kompetisi online trading yang pernah dilakukan oleh Perusahaan Efek (PE), kompetisi hanya sebagai simulasi, sehingga sulit mengukur besarnya efek bagi bertambahnya investasi di pasar. Namun, tentu saja, ada dampak positif yang dihasilkan dari suatu kompetisi. Kompetisi akan memberikan spirit baru untuk berinvestasi dengan lebih menguntungkan. Selain itu, kompetisi bisa jadi salah satu upaya untuk membuat masyarakat lebih familiar dengan pasar modal. n Investor Daily/EKO S HILMAN DIREKTUR UTAMA KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (KSEI) ANANTA WIYOGO S ecara umum program ini bagus sekali, apalagi kalau bisa menambah jumlah investor secara signifikan. Sehingga kita menantikan kelanjutan dari program ini, apakah bisa menambah jumlah investor nantinya. Pokoknya kami selalu mendukung setiap kegiatan yang ingin memperbanyak basis investor ritel lokal. n Investor Daily/UTHAN DIREKTUR UTAMA BURSA EFEK INDONESIA (BEI) ITO WARSITO Investor Daily/EKO S HILMAN rogram pendidikan investasi saham melalui kompetisi online trading saham merupakan hal yang positif untuk pengembangan minat investasi. Namun hendaknya setiap kompetisi, terutama terkait online trading yang cenderung berpacu dengan waktu harus diberi penjelasan rinci terkait metode dan tekniknya. Kompetisi ini harus dibuat disclaimernya. Hendaknya, tidak hanya fokus untuk mencetak jawara investor saja, tapi juga dibuat edukasi bagi investor, terutama investor pemula akan risiko dan peluang dari suatu investasi dan transaksi. n ecara umum, inisiatifinisiatif siapapun yang mengedukasi investor dan akan menambah jumlah investor, tentu kami apresiasi dengan tinggi. Apalagi ini demi kebersamaan dan kejayaan pasar modal Indonesia. Kalau target peserta mencapai 100 ribu itu terjadi, akan luar biasa. Dan ini salah satu tugas kita, walaupun kita di back office, namun terkait kegiatan untuk menambah jumlah investor, selalu kita support. Semakin banyak investor domestik terbidik, semakin bagus. n Investor Daily/DAVID Investor Daily/EKO S HILMAN P S OKTOBER - NOVEMBER 2011 4 Investor Daily/EKO S HILMAN SUPER INVESTOR Lo Kheng Hong, ‘Warren Buffett Indonesia’ Karena kepiawaiannya mereguk keuntungan berlipat ganda dari pasar saham, ia dijuluki sebagai “Warren Buffett Indonesia.” Lo Kheng Hong, demikian nama pria berusia 52 tahun itu, tak hanya lihai memilih sahamsaham yang mampu menghasilkan gain besar. Ia juga mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik saat pasar bearish maupun bullish. n Lo Kheng Hong nvestor di pasar saham kebanyakan ikut-ikutan dan tidak mengerti saham apa yang dibeli. Kebanyakan orang panik karena mereka tidak tahu apa yang mereka beli. Semakin cepat panik seorang investor, semakin menunjukkan bahwa ia tidak tahu apa-apa,” kata Lo Kheng Hong kepada wartawan Investor Daily Nurfiyasari dan Abdul Aziz serta pewarta foto Eko S Hilman di Jakarta, baru-baru ini. Seperti Warren Buffett, sang maestro saham di Wall Street yang menjadi idolanya, ayah dua anak berpembawaan kalem dan rendah hati ini juga tergolong tipe investor jangka panjang yang hanya sesekali saja menjadi trader. Ia bahkan bukan tipe investor yang setiap saat memelototi layar komputer atau melengkapi diri dengan handphone canggih untuk melihat pergerakan harga saham. ”Kalau trading, dapatnya receh dan bisa bikin stres. Kalau pegang saham dalam jangka panjang, dapat uangnya besar,” ujar Lo Kheng Hong. Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabaran telah menjadikan Lo Kheng Hong sebagai pemain saham sejati. Berkat itu pula ia berhasil lolos dari krisis moneter 1997-1998, bahkan kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%. “Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat jatuh hingga uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham. Akhirnya uang saya meningkat 150.000% sampai saat ini,” tuturnya. Yang unik, aset kekayaan Lo Kheng Hong hampir seluruhnya dalam bentuk saham sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia sama sekali tidak tergoda untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain, seperti emas, properti, atau kendaraan. Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi ini sama sekali tak tertarik untuk mendirikan perusahaan, termasuk perusahaan sekuritas. “Saya hanya punya 15% dana cash untuk jaga-jaga supaya kalau terjadi krisis saya masih punya uang untuk membeli saham. Saya tidak bekerja, tidak punya perusahaan, tidak punya pelanggan seorang pun, tidak punya karyawan seorang pun, dan tak punya bos. Hanya punya seorang sopir dan dua pembantu,” papar Lo Kheng Hong yang sudah 22 tahun bermain saham dan asetnya disebutsebut bernilai triliunan rupiah. Apa saja tips Lo Kheng Hong hingga ia mampu mengeduk keuntungan besar dari pasar saham? Bagaimana harus bersikap saat pasar mengalami bullish, bearish, atau crash? Berikut petikan lengkap wawancara dengan pria yang mengaku berasal dari keluarga tak mampu dan kelak berniat menyumbangkan kekayaannya kepada fakir miskin tersebut. I “ Anda punya saham apa saja? Saya punya saham 30 emiten, antara lain di Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), dengan kepemilikan 8,29% lebih. Saham saya banyaknya bukan di LQ45. Kepemilikan saya di saham lain di bawah 5%. Saya tipe investor jangka panjang. Kalau trading, dapatnya receh, kalau jangka panjang dapat uangnya besar. Saya pegang saham ini sudah enam tahun. Saya beli tahun 2005 seharga Rp 250 dan harganya sempat menyentuh Rp 31.500. Belum saya jual, padahal gain-nya sudah 12.600%. Cara Anda memilih saham? Saya lihat manajemen. Apakah menerapkan good corporate governance (GCG) atau tidak. Saya cari dari kompetitornya, biasanya mereka tahu. Saya cari tahu agar tidak beli kucing dalam karung, karena ini menyangkut harta saya. Jangan membeli sesuatu yang tidak kita tahu. Lihat manajemen, apakah pengelolanya jujur atau tidak. Jangan sampai pengelolanya suka ambil uang perusahaan, sehingga saya sebagai sleeping partner dirugikan. Istilahnya, yang menjadi pertimbangan pertama adalah manajemen, kedua manajemen, ketiga manajemen, baru yang lain. Kemudian lihat sektor usahanya, bagus atau tidak. Ada sektor yang kurang menarik, misalnya sepatu, tekstil, dan garmen. Tapi ada juga yang menarik, seperti sawit dan pakan ayam. Orang banyak makan ayam karena ayam merupakan sumber protein termurah dan dampak negatifnya terhadap kesehatan lebih rendah. Perhatikan juga apakah emitennya mengalami pertumbuhan atau tidak. Berkat kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabarannya, Lo Kheng Hong lolos dari krisis. Bahkan, dia kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%. Kriteria pertumbuhan, konkretnya seperti apa? Ada empat tipe perusahaan. Pertama, yang rugi terus, yang kadang untung dan kadang merugi, kemudianyang untung besar terus, tapi stagnan. Ada juga yang growing secara berkala, misalnya dari Rp 2 triliun, Rp 5 triliun, dan seterusnya. Ini yang saya cari. Lihat kinerjanya lima tahun ke belakang. Biasanya kalau lima tahun ke belakang tumbuh, ke depannya mengalami hal sama. Kalau sudah lima tahun berturut-turut growing, tandanya itu super company. Setelah melihat fundamental emiten, apa lagi? Harga. Saya lihat dari price to earning ratio (PER)-nya. Jangan bilang saham A karena harganya Rp 250 dibilang murah, dan saham B yang harganya Rp 70.000 dibilang mahal. Maksudnya, saham yang harganya Rp 70.000 bisa lebih murah dibanding saham yang harganya Rp 250. Kita lihat kemampuan emitennya dalam membukukan keuntungan. Berapa PER yang ideal saat membeli suatu saham? Saya pikir, yang reasonable untuk dibeli yaitu yang PERnya di bawah lima kali, itu sangat menarik dan potensial. Tapi biasanya perusahaan yang sudah baik dan manajemennya bagus, PER-nya sudah di atas 10 kali. Kapan saat paling tepat masuk pasar? Yang paling bagus membeli saham adalah saat sedang krisis seperti di Yunani, Eropa, dan AS. Ada pepatah lama yang tidak perlu dilupakan, buy on weakness. Dan, harus be greedy when others are fearful dan sebaliknya, be fearful when others greedy. Bukankah sulit menerapkan filosofi tersebut? Saya banyak baca buku tentang Warren Buffett. Saya be- lajar dari orang yang sudah terbukti berhasil investasi di pasar saham. Dia sudah membuktikannya, bahkan menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Nggak mungkin kan kalau saya belajar dari Bernard Madoff? Ha, ha, ha, ha... Ternyata orang seperti Madoff, mantan bos bursa Nasdaq tapi tidak bisa mengelola uang nasabah. Ini menunjukkan bahwa dia hanya tahu semua peraturan di bursa saham, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara menjadi kaya di pasar saham. Berarti, kuncinya ada di mental? Mental bisa bagus saat kita tahu apa yang kita beli. Kebanyakan orang panik karena mereka tidak tahu apa yang mereka beli. Saya berikan ilustrasi. Waktu saya ke Harvard University, saya tanya biaya kuliahnya berapa? Ternyata bisa sampai US$ 40.000. Dengan belajar seharga US$ 40.000, kita bisa menjadi orang pintar. Tapi di pasar saham, kita sudah habiskan puluhan miliar rupiah belum tentu jadi pintar, malah bisa tambah bingung, seperti Madoff yang sudah menghabiskan uang masyarakat US$ 60 miliar. Intinya, pintar saja tidak cukup. Untuk menjadi investor yang kuat, kita harus mengetahui perusahaan satu per satu. Jadi, Anda tipe investor fundamental? Saya 100% fundamental karena lihat manajemennya atau pertumbuhan perusahaan. Kalau teknikal, hanya grafik, semuanya diabaikan. Saya yakin itu tidak benar. Tapi memang harus selektif. Dari 400-an saham yang ada di bursa domestik, cukup banyak yang fundamentalnya bagus. Terkadang, ada yang terjebak. Anda tidak memantau pergerakan harga saham setiap saat? Falsafah hidup saya adalah bagaimana menjadi kaya sambil tidur. Kenapa kita pusing? Karena beli saham yang tidak kita ketahui. Ada yang tidak bisa tidur karena PER sahamnya 100 kali atau 200 kali. Lalu, kenapa kita tidak bisa tidur kalau PER-nya hanya lima kali? Bukankah faktor nonfundamental sering menentukan? Saya lihat investor di pasar modal kebanyakan ikut-ikutan. Saat market mengalami booming, semua masuk. Saat market buang-buang saham, mereka ikut-ikutan. Mayoritas hanya ikut-ikutan dan tidak mengerti apa yang dibeli. Belajarlah dari orang yang sudah berhasil. Jangan percaya kalau ada yang bilang dapat untung besar saat IHSG turun. Hebat sekali. Warren Buffett saja mengalami kerugian saat pasar turun. Anda berinvestasi pada instrumen selain saham? Tidak, hanya saham. Hampir semua uang saya ada di pasar modal. Dana tunai saya hanya 15%, sisanya portofolio saham. Itu untuk antisipasi kalau pasar modal kita jatuh, sehingga saya masih bisa beli saham lagi. Saya membiayai hidup sehari-hari dari dividen. Selain itu, misalnya harga saham yang saya beli bulan lalu Rp 610, sekarang harganya Rp 2.375, kemudian saya jual. Awalnya saya berniat menahannya untuk jangka panjang. Tapi kalau untungnya sudah 300% dalam sebulan, saya lepas. Untuk emiten yang bagus sekali, tetap saya keep. Saat krisis moneter 1997-1998 dan krisis finansial 2008, Anda mengalami kerugian juga? Saya sempat mengalaminya juga. Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh, tapi tetap be greedy when others are fearful. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat jatuh hingga uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham, karena saya tahu pasar modal akan naik lagi. Dan, itu terbukti. Akhirnya uang saya meningkat 150.000% sampai saat ini. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 SMART SMART INVESTING INVESTING 5 Tren Investment Society Investor Daily/EKO S HILMAN Oleh Listyorini Ngobrol tentang saham, obligasi, reksa dana, emas, dan instrumen investasi lainnya kini sudah menjadi fenomena umum masyarakat Indonesia yang hidup di kota-kota besar. Mereka telah melewati era masyarakat menabung (saving society) dan kini memasuki era investasi (investment society) karena menginginkan asetnya memberi hasil lebih banyak. ak heran, beragam produk investasi, termasuk yang dikemas dengan proteksi (unitlink), disambut hangat oleh masyarakat. Beberapa kali penawaran obligasi ritel Indonesia (ORI) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe). Kita juga melihat ibu-ibu rumah tangga rela antre berjam-jam untuk membeli saham pada penawaran perdana (initial public offering/IPO) dari sejumlah korporasi. Beragam produk reksa dana, dari yang berbasis pendapatan tetap, saham, dan campuran, juga banyak peminatnya. Tren suku bunga tabungan yang rendah membuat sebagian masyarakat terpicu untuk memutarkan dananya ke instrumen investasi lain. Saat ini suku bunga tabungan rata-rata kurang dari 3%, sedangkan deposito yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 7,25%. Bandingkan dengan suku ritel yang umumnya memberikan kupon bunga 8,15%, ORI sekitar 8%. Hasil investasi bisa lebih besar apabila ditanamkan dalam bentuk saham atau reksa dana. Tahun lalu, IHSG naik sekitar 46%. Memang dalam berinvestasi selalu ada risiko. Investasi di pasar saham, misalnya, ada risiko harga turun, sehingga investor bisa rugi bila menjualnya di bawah harga pembelian. Tetapi, jika pandai memilih saham, investor rata-rata menghasilkan keuntungan (gain) cukup menjanjikan. Berbeda dengan tabungan dan deposito, risikonya nyaris 0%, tetapi hasilnya rendah. Hal yang menggembirakan, tren masyarakat investasi saat ini telah merambah ke para selebritas dan juga ibu-ibu rumah tangga. Ini merupakan cerminan bahwa melek investasi di Indonesia perkembangannya maju pesat. “Masyarakat makin paham arti penting berinvestasi. Itu membuat pasar modal makin bergairah,” kata Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Frederica Widyasari Dewi. Menurut dia, bukan zamannya lagi memandang pasar modal hanya untuk kalangan tertentu dengan aset miliaran atau triliunan. Sebab, dengan dana sekitar Rp 5 juta saja, masyarakat sudah bisa trading secara online yang ditawarkan oleh banyak sekuritas. T Fenomena Online Trading Potensi perkembangan investment society di Indonesia cukup besar seiring meningkatnya pendapatan per kapita. Berdasarkan data LPS per Juli 2011, jumlah simpanan di atas Rp 100 juta mencapai Rp 2.074,05 triliun atau 83,16% dari total jumlah simpanan sebesar Rp 2.494,71 triliun dengan jumlah rekening sekitar 2.395.119. Maraknya sekuritas menawarkan online trading juga membantu masyarakat dalam berinvestasi di pasar saham. Per Agustus 2011, jumlah subrekening yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai 347.702 atau naik 8,14% dibanding posisi Desember 2010. Pada awalnya, sistem perdagangan yang digunakan oleh BEI memang dilakukan secara manual. Namun, seiring berkembangnya teknologi, sistem perdagangan manual tersebut diganti dengan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System) yang secara otomatis mematch-kan antara harga jual dan beli saham. Dalam perkembangannya, pasar modal Indonesia memperkenalkan sistem remote trading. Sistem ini adalah sistem perdagangan jarak jauh yang dilakukan dari kantor Anggota Bursa, di mana setiap order langsung dikirim ke sistem perdagangan di BEI, tanpa perlu memasukkan order melalui lantai bursa. Penerapan remote trading ini sangat memengaruhi efisiensi dalam pasar modal. Sistem ini juga turut membangkitkan kembali pasar modal pascakrisis moneter 1998, yang tercermin pada peningkatan kapitalisasi pasar dan jumlah emiten yang tercatat (listing) di bursa setiap tahunnya. Sistem remote trading kemudian berkembang lagi ke sistem online trading. Dalam sistem online trading, peran broker tidak diperlukan karena investor dapat langsung melakukan perdagangan sendiri. Namun, investor tetap harus menjadi nasabah dari anggota bursa yang menyediakan fasilitas online trading. Keunggulan sistem ini salah satunya adalah prosesnya lebih cepat. Masyarakat yang berminat trading melalui online harus mendaftarkan diri menjadi nasabah perusahaan sekuritas yang menyediakan fasilitas online trading. Pada tahap itu, investor diwajibkan menyetor modal minium yang ditentukan oleh masing-masing perusahaan sekuritas untuk mendapatkan rekening. Setelah mendapat rekening, nasabah akan diberi software untuk transaksi saham secara online. Investor juga dapat menginstalasi software tersebut pada komputer atau smartphone seperti BlackBerry. Setelah terinstalasi dan terhubung dengan jaringan internet, investor dapat melakukan perdagangan saham secara langsung (real time) pada jam-jam perdagangan. Selain software, ada juga sekuritas yang menyediakan sistem perdagangan melalui website perusahaan sekuritas secara langsung. Saat ini, terdapat puluhan Anggota Bursa (perusahaan sekuritas) yang menyediakan layanan online stock trading dari sekitar 127 anggota bursa yang ada. Gaya Hidup Yang menarik, investasi di pasar saham kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat metropolitan. Berinvestasi di pasar saham menjadi identitas bahwa ia melek investasi dan paham tentang perkembangan ekonomi dan informasi. Para investor saham pun banyak yang membuat grup komunitas untuk saling bertukar informasi tentang perkembangan pasar terkini. Di Facebook dan Twitter banyak dijumpai grup komunitas ini. Adanya kelompok itu juga ikut memengaruhi sentimen pasar karena mereka membuat analisis dan prediksi sesuai dengan informasi yang mereka peroleh. Tak heran, dalam gurauan mereka acapkali menyebutkan, orang yang hanya mengandalkan tabungan sebagai simpanan masa depan adalah kelompok sangat konvensional dan “kampungan” dalam mengelola keuangan. Gaya hidup juga mempengaruhi orang dalam berinvestasi. Bagi orang yang tak mau ambil risiko, tentunya simpanan di bank sangat tepat. Sebab, di pasar saham berlaku hukum ekonomi. Pilihan paling berisiko diganjar keuntungan yang besar, sedangkan pilihan kurang berisiko keuntungannya tidak signifikan. Banyak tipikal investor saham. Ada yang mempunyai horizon panjang sehingga tidak perlu memelototi fluktuasi harga saham setiap hari, tetapi banyak juga yang trading untuk jangka pendek. Masing-masing mempunyai kelemahan dan keunggulan dan risiko sendiri-sendiri. Yang jelas, investasi saham membutuhkan keseriusan dan wajib paham terhadap saham yang akan dibeli, baik secara fundamental maupun teknikal. Sosialisasi yang dilakukan BEI tentang pemahaman pasar modal secara kontinu membuat makin banyak masyarakat tertarik berinvestasi di pasar saham, termasuk para selebritas yang umumnya mempunyai dana cukup banyak. Presenter Farhan merupakan salah satu artis yang berinvestasi di pasar saham. Gerakan artis ini diharapkan makin merangsang masyarakat untuk terjun di pasar modal, tentunya dengan pemahaman tentang keuntungan dan risiko yang akan dihadapi. Jika makin banyak masyarakat berinvestasi di pasar modal, tentunya akan mendorong perekonomian Indonesia semakin maju, karena sumber dana dari pasar modal bisa dipakai untuk ekspansi dunia usaha. Dampak lanjutannya, lapangan kerja tercipta dan kesejahteraan masyarakat meningkat. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 6 SMART INVESTING Disiplin, Kunci Sukses Investasi Investor Daily/EKO S HILMAN Sebelum memutuskan untuk berinvestasi di bursa saham, calon investor perlu mengenali karakter dan temperamen pribadinya. Dalam dunia investasi ini, faktor psikologis, cukup berperan di samping faktor fundamental, teknikal, dan historis. Faktor psikologi sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam investasi. Oleh Edy Purnomo D engan mengenali karakter pribadi, Anda bisa memosisikan diri sebagai trader atau investor jangka panjang. Keduanya me miliki potensi menghasilkan keuntungan yang besar. Yang pasti, tidak ada investasi yang terbebas dari risiko. Investor perlu pula memahami prinsip investasi, high risk-high return, low risk-low return. Prinsip investasi itu juga berlaku dalam investasi saham. Yang pasti, bursa saham telah melahirkan berbagai macam karakter investor. Motivasi orang berinvestasi di bursa saham pun bermacam-macam. Karakter dan motivasi itulah yang akhirnya memosisikan pemain saham sebagai investor sejati, trader, atau spekulan. “Temperamen lebih penting dalam kesuksesan berinvestasi daripada intelek,” kata Warren Buffet, salah seorang terkaya di dunia. Kata-kata Buffet itu tidak berlebihan. Selain aspek fundamental, pergerakan harga saham sering ditentukan oleh aspek psikologis. Keputusan membeli saham terkait erat dengan masa depan perusahaan. Bagi Warren Buffet, membeli saham berarti membeli masa depan bisnis perusahaan. Investor bisa memperkirakan masa depan perusahaan dengan meneliti fundamentalnya, mulai dari sejarah perusahaan, arus kas, beban utang, laba bersih, hingga rencana bisnisnya. Yang harus diingat, saham yang dibeli adalah saham dari perusahaan yang fundamentalnya bagus dan memiliki manajemen yang bagus pula. Tak kalah pentingnya adalah meneliti sepak terjang pemegang saham pengendalinya. Sebab, ada beberapa perusahaan yang fundamentalnya bagus, tapi sering rusak akibat ulah manajemen dan atau pemegang saham pengendali. Selain faktor psikologis dan fundamental, seorang investor, terutama trader, perlu pula belajar teknik analisis. Teknik analisis merupakan pengamatan terhadap fluktuasi harga saham yang membentuk tren. Investor bisa melihatnya secara individu saham dan membandingkannya dengan keseluruhan saham pada pasar modal. Volume transaksi sering menjadi acuan. Kepercayaan Diri dan Pemahaman Di dunia pasar modal, investor maupun trader sama-sama masuk ke sebuah pasar yang bergerak sangat cepat. Dalam era online trading, siapapun bisa menyaksikan pergerakan saham secara real time. Lompatan-lompatan harga saham itu bisa memengaruhi psikologi investor dan trader untuk memutuskan aksi jual dan beli dalam sekejap. Oleh karena itu, kepercayaan diri menjadi penting bagi investor. Namun, kepercayaan diri itu harus dibarengi dengan pengetahuan tentang saham yang dibeli, disiplin, dan penetapan target. Disiplin dan ketenangan menjadi syarat mutlak bagi trader maupun investor jangka panjang. Sebagai pemain pemula, investor maupun trader harus menyadari kekuatan dana yang dimiliki sebelum masuk ke pasar saham. Para investor yang sukses dalam investasi ini umumnya tidak menghabiskan uangnya dalam sekali transaksi. Mereka membeli saham secara bertahap. Dengan modal awal Rp 100 juta, investor bisa menggunakannya Rp 25 juta untuk transaksi pertama. Artinya, investor masih memiliki cadangan Rp 75 juta. Dengan demikian, ketika harga saham jatuh, investor masih memiliki cadangan dana untuk membeli saham tersebut pada harga lebih murah. Dengan jumlah uang yang sama, saham yang diakumulasi lebih banyak. Dengan investasi rutin, investor masih bisa menikmati keuntungan. Direktur Utama Kresna Securities Michael Steven mengajarkan strategi bamboo investing, yakni investasi rutin terus-menerus. Syaratnya, saham yang dibeli memiliki fundamental bagus. “Harga terdiskon hanya karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan, bukan karena kinerjanya tidak optimal. Ini hal mutlak yang harus diperhatikan. Kontrolnya ada di kita,” jelas dia. Untuk mengurangi kerugian saat pasar bearish, ada pilihan bagi investor untuk menerapkan metoda cut-loss. Namun, investor harus menentukan titik atau harga cut-loss saat membeli. Umumnya, titik cut-loss ditentukan 3% dari harga beli. Investor harus disiplin mengikuti titik cut-loss. Misalnya, Anda membeli saham pada harga Rp 3.000 dan menentukan titik cutloss Rp 2.850. Ketika harga saham turun ke Rp 2.900, janganlah Anda berubah pikiran untuk cut-loss di harga Rp 2.700. Kejadian di pasar merupakan gabungan dua sifat manusia, yakni ketamakan dan ketakutan. Warren Buffett menerapkan prinsip investasi ini dengan kalimat, takutlah ketika yang lain serakah, dan serakahlah ketika yang lain takut. Dengan kata lain, investor pintar selalu bersikap realistis, yakni menjual sahamnya kepada orang yang optimistis dan membeli dari kalangan pesimistis. Inilah yang membentuk psikologi pasar saat terjadi gejolak. Untuk meminimalkan risiko kesalahan, investor hendaknya tidak membeli satu saham berlebihan. Investor sukses biasanya mampu mengombinasikan kepercayaan diri dengan kesabaran, keberanian, dan kedisiplinan. Sebelum membeli saham, Warren Buffet meneliti secara menyeluruh. Dia tidak mengambil risiko berlebihan. Louann Lofton, penulis buku Buffet Invest Like a Girl, melukiskan gaya investasi Warren Buffett seperti seorang gadis. Karakter perempuan investor berbeda dengan lakilaki. Wanita menghabiskan lebih banyak waktu meneliti pilihan investasi dan cenderung mengambil risiko lebih kecil dibandingkan pria. Sebaliknya, lelaki cenderung mengejar tantangan dan risiko. Perempuan cenderung mencari informasi yang menantang asumsi-asumsi mereka, 8 Pelajaran dari Investor Sukses Darrin Donnelly, salah seorang penulis buku tentang sistem investasi Warren Buffett, menjelaskan, filosofi investasi Warren Buffett merupakan kebalikan dari perilaku trader saham pada umumnya. Buffett membeli saham perusahaan untuk jangka waktu puluhan tahun, bukan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Sebaliknya, para trader sering mengambil posisi jangka pendek dan bertindak cepat untuk meraih keuntungan. Meski demikian, para trader sebenarnya bisa menerapkan kombinasi beberapa jenis strategi investasi ala Buffet dan Darvas Trading System yang diperkenalkan Nicolas Darvas, seorang trader sukses di dunia. Para trader bisa belajar delapan prinsip dari kedua jagoan investasi itu. 1. Jadilah Diri Sendiri dengan Benar Warren Buffett hidup dalam kesederhanaan. Dia tidak menghabiskan uangnya untuk bermewah-mewah. Dia sering menghabiskan malamnya hanya untuk bermain bridge dan membaca. Dia menyukai kehidupan yang tenang dan mengembangkan bisnisnya sesuai kegemarannya. Motivasi terbesar bagi trader adalah kebebasan, tidak perlu terlalu berambisi memiliki banyak uang. Perilaku trader yang ingin hidup mewah seperti orang lain merupakan awal dari bencana. 2. Pisahkan Diri dari Hiruk-pikuk Bursa Saham Nicolas Darvas sukses sebagai trader karena berusaha menghindari hiruk-pikuk pemberitaan dan aneka pendapat yang berasal dari Wall Street. Darvas memilih untuk menghabiskan waktunya di Paris, sedangkan Buffett mendirikan toko di pusat Amerika Serikat. Intinya, investor atau trader lebih baik hidup tenang agar bisa membuat keputusan yang jauh lebih baik. 3. Temukan Gairah Hidup Anda Ketika ditanya tentang kunci sukses dalam hidup, Warren Buffett sering menyarankan mahasiswa untuk menemukan apa yang mereka sukai dan kemudian menemukan cara untuk menghasilkan uang. Buffet benar-benar mencintai apa yang dia lakukan. Trader sukses merasakan hal yang sama tentang jalan hidup yang mereka pilih. Mereka mencintai grafik dan menganalisisnya. Mereka membaca tentang industri-industri baru yang berkembang. Mereka mencintai kapitalisme dan kesempatan luar biasa yang ditawarkan oleh pasar saham untuk siapapun. Mereka menyukai permainan yang diperdagangkan. Untuk berhasil sebagai trader, Anda harus memiliki gairah yang benar. 4. Tunggu Peluang Sempurna Warren Buffet sering mengutip pemain bisbol legendaris Ted Williams. Untuk menjadi pemukul yang baik, Anda harus mendapatkan bola yang baik. Artinya, Anda tidak harus berayun-ayun di setiap lapangan. Sebaliknya, Anda harus bersabar dan menunggu peluang yang sempurna. Hal yang sama berlaku bagi para trader. Para trader menunggu kesempatan investasi yang tepat, disiplin, dan menghindari transaksi berlebihan. Trader yang sukses sabar menanti dengan tetap menganalisis secara teknikal dan fundamental sebelum melakukan eksekusi dan memasuki arena perdagangan. 5. Percaya pada Diri Sendiri dan Sistem Anda Buffett tidak pernah khawatir tentang investasinya dalam jangka panjang. Dia percaya pada diri sendiri dan kemampuannya. Dia percaya dengan pendekatan yang dipilih untuk investasi. Ketika Anda benar-benar percaya pada diri sendiri dan sistem Anda, Anda akan mampu menahan kemunduran sementara ketika Anda dalam keraguan. Anda akan berkomitmen terhadap rencana dan bertahan melewati kesulitan yang mungkin mengadang di sepanjang jalan. 6. Beradaptasi dengan Kondisi yang Berubah Warren Buffett telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Filosofi investasi Buffett telah berkembang selama beberapa dekade. Namun, Buffett telah memilih untuk menerima perubahan, bukan melawannya. Seorang trader harus beradaptasi dengan perubahan kondisi. Apa yang berhasil tahun lalu, atau bahkan berbulan-bulan lalu, mungkin tidak terjadi hari ini. Filosofi keseluruhan sistem trading Anda tidak boleh dirusak, namun dikembangkan sesuai perkembangan pasar. Sistem Investasi Darvas telah berkembang sejak 50 tahun lalu. 7. Baca, Baca, Baca, dan Baca Terus Untuk berhasil dalam usaha apapun, Anda tidak pernah bisa berhenti belajar. Para trader harus melakukan hal yang sama, termasuk membaca kembali buku-buku perdagangan klasik. Baca buku tentang perdagangan dan sistem investasi yang mungkin tidak ada hubungannya dengan strategi khusus Anda. Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan menemukan beberapa taktik baru untuk menambah pengetahuan Anda. Baca koran harian, menemukan perusahaan baru dan teknologi baru, membaca biografi orang-orang sukses, dan lain-lain. Pengetahuan adalah kekuatan dan itu bukan merupakan kebetulan. Kita akan menemukan kesuksesan saat kita menjadi orang yang gemar membaca. 8. Have Fun dan Jangan Terlalu Serius Biasakan diri dengan humor-humor segar dan cerdas. Hal ini akan membuat hidup Anda menyenangkan. Bahkan, Buffet pernah menertawakan diri sendiri ketika mengingat kecelakaan yang pernah dialaminya.Yang penting, dia berusaha untuk menyenangkan diri sendiri dan tidak menganggap dirinya terlalu serius. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 7 OKTOBER - NOVEMBER 2011 8 SMART INVESTING Investor Daily/EKO S HILMAN Berinvestasi Saham Butuh Strategi Oleh Jauhari Mahardhika I nvestasi pada saham ibarat berperang. Serdadu yang memiliki peralatan perang canggih belum tentu menang. Untuk memenangi pertempuran, serdadu perlu dibekali pemahaman medan dan strategi perang. Layaknya berperang, investor juga harus memiliki sejumlah strategi untuk mengoptimalkan keuntungan. Meski modal kecil, bukan berarti peluang meraup keuntungan juga kecil. Dalam buku ‘Jurus-Jurus Berinvestasi Saham’ disebutkan, sejumlah investor saham yang hanya bermodal Rp 10 juta berhasil meraup untung minimal dua kali lipat dalam setahun. Di sisi lain, ada investor bermodal Rp 100 juta justru merugi. Tingginya keuntungan juga tidak identik dengan pengalaman dalam bertransaksi saham. Ada investor pemula justru meraup keuntungan lebih tinggi dibandingkan investor yang memiliki jam terbang tinggi. Hal itu terjadi karena metode dan psikologis sangat mendukung untuk meraup keuntungan secara optimal. Setidaknya ada enam strategi yang perlu dilakukan sebelum berinvestasi di pasar modal. Pertama, menyusun portofolio berdasarkan jangka waktu. Berapa persen dana yang siap diinvestasikan dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Strategi kedua adalah memilih perusahaan sekuritas atau broker saham yang memiliki jejak rekam (track record) yang bagus. Ketiga, meminta panduan dari broker soal seluk beluk transaksi. Keempat, berinvestasi untuk jangka panjang. Namun, jika sudah paham seluk beluk transaksi, pemodal tak ada salahnya berinvestasi dalam jangka pendek. Adapun strategi kelima adalah menganalisis saham secara komprehensif dengan analisis fundamental dan teknikal. Dalam hal ini, investor bisa meminta bantuan analis. Hindari feeling atau ikutikutan alur pasar. Keenam adalah disiplin dan konsisten dalam merealisasikan tujuan investasi seperti time horizon dan keuntungan. Kedisiplinan juga bisa meminimalisasi keserakahan dalam bertransaksi. Sementara itu, dalam panduan Sekolah Pasar Modal yang diterbitkan BEI, KSEI, dan KPEI juga mengenal enam kiat berinvestasi secara bijak. Pertama, menentukan tujuan investasi. Sebelum berinvestasi, investor perlu menetapkan tujuannya seperti untuk membeli rumah, biaya anak sekolah, dan lain-lain. Kedua, menentukan jangka waktu. Ketiga mengenali profil risiko, kemudian keempat mempelajari produk investasi, kelima adalah mengukur kinerja investasi, dan keenam yaitu memantau perkembangan investasi secara berkala. Investor berhak mendapat laporan rutin dari brokernya mengenai hasil transaksi baik pembelian maupun penjualan saham. Investor juga berhak menuntut denda atas keterlambatan pembayaran uang oleh perusahaan sekuritas. Sementara itu, dalam bertransaksi di pasar, investor harus memiliki mental. Artinya, investor harus mengenali diri sendiri, apakah termasuk orang yang senang risiko atau konservatif. Pengenalan ini sangat penting dalam menentukan pola investasi saham. Mental investor harus matching dengan strategi investasi guna mengurangi potensi kerugian. Menurut Education & Training Manager PT Kresna Graha SekuInvestor Daily/DAVID GITA ROSA rindo Tbk Jimmy Dimas Wahyu, kunci utama dalam berinvestasi saham adalah mampu mengalahkan diri sendiri. Dalam hal ini, investor jangan serakah. Harus disiplin dan konsisten dengan target keuntungan yang ditetapkan sebelumnya. Kunci sukses lainnya adalah pemilihan saham-saham yang prospektif secara fundamental. Pemilihan itu berdasarkan sektor usaha maupun laporan keuangan. Saham yang bagus jika emitennya mampu meningkatkan penjualan dan laba. Sebab, kenaikan itu diiringi dengan peningkatan laba per saham maupun harga saham di pasar. Untuk mencari saham-saham murah dan bagus, investor dapat menganalisisnya dengan rasio harga dibanding laba per saham (price to earning ratio/PER) serta rasio harga dibanding harga buku (price to book value/PBV). “Pastikan menggunakan strategi buy low sell high ketika mengambil keputusan beli atau jual. Untuk itu, masih perlu banyak edukasi kepada para investor terutama lokal supaya hasil investasinya optimal,” kata Jimmy. OKTOBER - NOVEMBER 2011 9 OKTOBER - NOVEMBER 2011 10 SMART INVESTING SRO GENCAR SOSIALISASI DAN EDUKASI Membidik 2,3 Juta Pemodal Domestik Investor Daily/DAVID Oleh Parluhutan Situmorang Self Regulatory Organizations (SRO) bersama stake holder lainnya di sektor pasar modal gencar menyosialisasikan pasar modal ke seluruh masyarakat. Sosialisasi diharapkan mampu mengubah paradigma berinvestasi dari masyarakat penabung menjadi pemodal. Sayangnya, upaya itu tidak berbuah optimal untuk mendongkrak jumlah pemodal yang masih bertengger pada kisaran 400 ribu subrekening. J ika dibandingkan dengan negara-negara di Asia, jumlah pemodal domestik Indonesia merupakan yang terendah. Singapura diperkirakan memiliki investor sekitar 1,3 juta atau setara dengan 30% dari jumlah penduduk, Malaysia sudah mencapai 3 juta lebih atau sekitar 15% dari jumlah penduduknya. Jepang memiliki investor sekitar 20% dari jumlah penduduk Negeri Sakura tersebut. Bagaimana dengan jumlah investor pasar modal di Tanah Air? Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hanya tercatat 347 ribu subrekening efek. Dari jumlah tersebut, kemungkinan beberapa dikategorikan sebagai rekening kosong (dormant account). Sedangkan kepemilikan efek masih didominasi investor asing senilai Rp 1.271 triliun dan investor lokal berkisar Rp 963,74 triliun. Tentang minimnya jumlah pemodal lokal, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto dalam beberapa kesempatan mengatakan, upaya menggerakkan indeks BEI sangat tergantung terhadap kondisi perekonomian global. Ketika kondisi perekonomian global terguncang, pasar saham Indonesia otomatis terkena getahnya, seperti pengalaman tahun lalu. Indeks BEI tahun 2008 anjlok dari level tertinggi 2.830,26 ke level terendah 1.111,39. Padahal, hampir seluruh ekonom mempercayai dampak krisis keuangan global tidak berpengaruh signifikan terhadap perekonomian domestik. Mengurangi dominasi investor asing di pasar modal dengan memperketat aliran dana hedge fund asing juga bukanlah langkah yang bijak, karena hal ini justru memperlemah posisi Indonesia di kancah perekonomian global. Apalagi pemerintah berencana melibatkan Indonesia tergabung dalam pembentukan bursa bersama Asean, langkah pengurangan dominasi investor asing sesuatu hal yang tidak mungkin diterapkan. Peningkatan penetrasi pemodal lokal merupakan kunci utama pengembangan pasar modal ke depan. Meskipun potensi keuntungan yang diperoleh pemodal melalui investasi di pasar modal cukup tinggi, aliran dana ke pasar modal tetap saja rendah. Pemodal justru lebih tertarik menyimpan dananya di bank. Dana pihak ketiga perbankan hingga Juli 2011 meningkat 18,3% menjadi Rp 2.464 triliun dibandingkan Juli 2010. Minimnya pengetahuan serta sosialisasi tentang pasar modal membuat para pemodal kurang berminat berinvestasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja atau berpenghasilan mencapai 119,4 juta dari total penduduk saat ini mencapai 234 juta jiwa. Riset Standard Chartered Bank juga menyebutkan jumlah orang mapan atau berpenghasilan Rp 240-500 juta per tahun mencapai 4 juta orang. Angka penduduk kaya Indonesia menempati urutan ketiga negara di Asia (kecuali Jepang), setelah Tiongkok dan India. Jumlah penduduk mapan Tiongkok mencapai 23,3 juta orang dan India 5,2 juta orang. Sedangkan kontribusi pasar modal terhadap produk domestik bruto (PDB) baru berkisar 35% dari rata-rata dunia sebesar 40%. Angka ini tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata negara di dunia sekitar 40%. Bahkan, sejumlah negara mencatatkan kontribusi pasar modal terhadap PDB sudah bertengger di atas 50%. Tambah Pemodal Guna mendongkrak pemodal lokal, Ketua Assosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramlan mengharapkan BEI untuk mempergencar sosialisasi tentang pasar modal kepada masyarakat. Otoritas bursa juga diminta terlibat dalam edukasi investor. “Melalui edukasi dan sosialisasi diharapkan penambahan investor lokal. Jika porsi kepemilikan portofolio pasar modal nasional dikuasai pemodal domestik, pasar modal Indonesia akan lebih stabil, karena tidak tergantung dengan investor asing,” jelas dia. Pandangan senada diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto. Menurut dia, orientasi pasar modal bukan hanya kenaikan IHSG. Penambahan jumlah investor lokal salah satu isu penting dalam membesarkan pasar modal domestik. Salah satu cara untuk memperbanyak investor, menurut dia, otoritas pasar modal dan bursa harus agresif mendorong perusahaan untuk menggelar penawaran umum perdana (IPO) saham, memberikan stimulus untuk menarik minat perusahaan yang sudah masuk pasar menggelar rights issue ataupun obligasi. Adapun alokasi penawaran saham bagi pemodal ritel lokal sebaiknya ditingkatkan. “Jangan saat pasar sedang bulish, alokasi saham bagi pemodal lokal ritel lebih kecil dibandingkan pemodal asing maupun investor institusi,” tuturnya. Melihat tingginya peran pemodal lokal terhadap stabilitas pasar, SRO dan stake holder pasar modal telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menggaet pemodal lokal masuk pasar modal. Kepala Biro Pengelolaan Investasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Djoko Hendratto belum lama ini mengatakan, regulator pasar modal telah menyusun rencana induk untuk memperluas basis investor, pembenahan infrastruktur, serta peningkatan profesionalisme. Dalam Masterplan Pasar Modal 2010-2015 disebutkan lima tujuan pengembangan pasar modal Indonesia. Di antaranya, menciptakan pasar modal sebagai sumber pendanaan yang mudah diakses, efisien, dan kompetitif. Pasar modal akan menjadi sarana investasi yang kondusif dan atraktif serta pengelolaan risiko yang andal. Otoritas pasar modal juga berniat menciptakan pasar modal sebagai industri yang sta- bil, tahan uji, dan likuid. Pihaknya juga akan menciptakan kerangka regulasi yang menjamin terciptanya kepastian hukum, adil, dan transparan. Adapun tujuan kelima pengembangan pasar modal adalah menciptakan infrastruktur yang kredibel, andal, dan berstandar internasional. Direktur BEI Friderica Widyasari mengatakan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi dan edukasi guna menggaet 2,3 juta investor hingga 2012. Sosialisasi dan edukasi tidak hanya menyasar kalangan pemodal, tetapi para pelajar serta mahasiswa. “Kami telah meluncurkan sekolah pasar modal hingga 15 kota. Sekolah pasar modal bertujuan untuk melatih masyarakat terkait seluk-beluk pasar modal,” imbuhnya. BEI juga menggandeng perusahaan sekuritas dalam rangka sosialisasi ke daerahdaerah. Menurut dia, keterlibatan perusahaan sekuritas akan mempermudah masyarakat untuk mendaftar sebagai investor. Otoritas bursa juga telah membuka beberapa pojok bursa di sekolah dan kampus. Pihaknya juga secara berkala menggelar seminar tentang pasar modal di berbagai daerah. Selain sosialisasi dan edukasi kepada investor, menurut Kiki, BEI juga gencar mendatangi perusahaa-perusahaan potensial masuk bursa. Sosialisasi manfaat dan keuntungan ke sejumlah perusahaan dilakukan di berbagai kota. “Kami secara rutin mengunjung daerahdaerah yang memiliki banyak perusahaan potensial masuk bursa. Penambahan emiten baru tentu akan berkontribusi terhadap peningkatan jumlah investor,” ungkapnya. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 11 OKTOBER - NOVEMBER 2011 12 SMART INVESTING Mengenal Instrumen Investasi di Pasar Modal Investor Daily/Eko S Hilman Oleh Jauhari Mahardhika Bursa Batavia, cikal bakal Bursa Efek Indonesia, pernah menjadi bursa internasional. Bursa Batavia sempat memperdagangkan saham American Motors, Anaconda Copper, dan Bethlehem Steel yang saat itu merupakan saham unggulan di New York Stock Exchange (NYSE). N amun, akibat Perang Dunia II, kegiatan pasar modal di Indonesia terhenti pada 1940. Saat ditutup, Bursa Batavia, Surabaya, dan Semarang telah memperdagangkan 250 jenis saham. Setelah melalui proses panjang, Bursa Efek Jakarta akhirnya diaktifkan kembali pada 10 Agustus 1977. Hal tersebut ditandai dengan go public-nya PT Semen Cibinong Tbk (SMCB), saat ini PT Holcim Indonesia Tbk, sebagai emiten pertama. Setelah itu, jumlah emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus bertambah. Sampai saat ini, jumlah emiten di BEI mencapai 432. Selain saham-saham emiten, beberapa instrumen investasi lain yang tersedia di pasar modal adalah obligasi, unit penyertaan reksa dana, unit penyertaan efek beragun aset (EBA), dan reksa dana yang dapat diperdagangkan di bursa (exchange traded fund/ETF). Di samping itu, pasar modal domestik mengenal sejumlah produk derivatif seperti kontrak berjangka atas efek (futures contract), waran, rights, dan options. Dalam panduan Sekolah Pasar Modal yang diterbitkan oleh BEI, KSEI, dan KPEI, disebutkan, saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Saham memiliki beberapa karakteristik antara lain hak memperoleh dividen, hak suara dalam RUPS, memiliki hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), potensi ke- untungan (capital gain) atau kerugian (capital loss). Sementara itu, obligasi merupakan surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah. Karakteristik obligasi antara lain berjangka menengah atau panjang, ser ta adanya pembayaran bunga secara periodik. Selain obligasi konvensional tersebut, pasar modal juga mengenal obligasi syariah atau sukuk. Instrumen investasi lain yang tak kalah populer adalah reksa dana. Dari segi definisi, unit penyertaan reksa dana adalah bukti penyertaan dan kepemilikan pemodal atas sebagian dari portofolio efek yang dikelola manajer investasi (MI). Dalam berinvestasi di reksa dana, pemodal bisa membeli dan menjual unit penyertaan reksa dana setiap hari. Nilai portofolio reksa dana mengacu pada nilai aktiva bersih (NAB). Biasanya, harga awal unit penyertaan ditetapkan sebesar Rp 1.000. Harga selanjutnya sesuai dengan NAB per unit. Harga tersebut naik turun seiring dengan pergerakan harga efek dalam portofolio. Produk Derivatif Sementara itu, pasar modal domestik juga memperdagangkan produk derivatif (turunan) sebagai instrumen investasi. Misalnya, investasi pada waran. Instrumen itu memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan yang menerbitkannya dengan harga dan jangka waktu tertentu. Waran sering disebut sebagai pemanis (sweetener) dalam penawaran umum saham. Produk derivatif lainnya adalah futures contracts atau kontrak yang mewajibkan pemegangnya untuk membeli atau menjual efek pada harga, waktu, dan jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Kontrak tersebut juga merupakan sarana lindung nilai (hedging), arbitrage, dan spekulasi. BEI berencana meluncurkan kembali transaksi derivatif pada semester I-2012. Peluncuran ini merupakan improvisasi dari transaksi derivatif yang sudah ada sebelumnya. Sejalan dengan semakin meningkatnya minat investasi di pasar modal, BEI berupaya agar volume dan nilai transaksi derivatif di bursa semakin besar. Pasalnya, investor asing sangat berminat terhadap transaksi derivatif. Sementara itu, sistem perdagangan bursa bisa menggabungkan transaksi saham, obligasi, dan derivatif. Sebelumnya, pengembangan produk derivatif hanya berdasarkan permintaan pasar. “Untuk persiapan peluncuran transaksi derivatif, tim kami sedang mempelajari sistem derivatif ke Australia sekaligus untuk mengetes sistem derivatif yang mereka gunakan,” kata Direktur Pengembangan BEI Friderica Widyasari Dewi, belum lama ini. Friderica mengharapkan akhir tahun ini sistem tersebut bisa selesai. BEI akan mengembangkan produk derivatif baru yang memuat kontrak opsi saham (KOS) dan futures dengan portofolio indeks LQ45. BEI telah menunjuk NASDAQ-OMX sebagai penyedia jasa sistem perdagangan derivatif (stock option dan LQ45 Index Futures) dengan menggunakan X-stream platform. Melalui X-stream platform diharapkan sistem perdagangan JATS-Next G dapat digunakan untuk perdagangan multiproduk. Dengan begitu, perdagangan produk saham dan derivatif bisa dalam satu platform. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 SMART INVESTING 13 Tak Perlu Ekstrem Hadapi Gejolak Pasar Oleh Elizabeth Gloria Berahmana Umumnya, koreksi wajar harga saham sekitar 57%. Jika melampaui batas toleransi tersebut, investor disarankan diam sambil menunggu (wait and see) waktu yang tepat untuk beli saham. Dengan begitu, potensi kerugian bisa dikurangi atau bahkan untung bila harga saham kembali naik (rebound). adi, ketika indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 8,88% seperti beberapa waktu lalu, investor lebih baik wait and see,” kata Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini. Haryajid menyarankan kepada investor tetap berpegang pada aspek fundamental. Investor tak perlu melakukan aksi ekstrem dalam menghadapi pasar yang sedang bergejolak. Wait and see merupakan pilihan ideal untuk bisa menentukan langkah selanjutnya. “Koreksi tajam justru membuka peluang untuk membeli saham dengan harga rendah (buy on weakness), meski batas bawah sebenarnya sulit diukur,” tutur Haryajid. Untuk mendukung strategi tersebut, menurut dia, investor harus memiliki dana segar yang cukup. Pembelian saham juga harus selektif dan bertahap. “Masuknya jangan terlalu banyak, sekitar 20-30% dari total dana,” ujar Haryajid. Selain itu, investor perlu mencermati fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kondisi pasar global. Hal ini penting untuk mengetahui saham-saham yang rawan terkoreksi seperti saat ini. “Masalah rupiah dan pasar global terutama ketidakpastian krisis utang di Eropa menjadi sentimen negatif bagi saham-saham perbankan dan saham-saham emiten yang berorientasi ekspor,” kata Haryajid. Meski demikian, investor, khususnya dalam negeri, tidak dianjurkan ikut-ikutan jual saham secara masif seperti investor asing. Selama fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, investor lokal harus percaya diri. Kepercayaan diri tersebut justru menjadi benteng terakhir yang dapat menghalau crash market. “Ini kan ekonomi kita, kenapa kita tidak percaya diri dengan ekonomi kita, tak perlu ikut-ikutan asing,” kata dia. Saat ini, investor asing masih menguasai dua per tiga portofolio di bursa saham. Jika asing jual saham, sangat wajar IHSG terkoreksi. Namun, kondisi tersebut bisa diredam, jika investor lokal mampu memanfaatkan peluang untuk beli saham di harga rendah. Untuk itu, Haryajid menekankan kembali mengenai pentingnya peningkatan basis investor lokal, terutama ritel. Peningkatan jumlah investor bisa dilakukan dengan sosialisasi dan edukasi secara atraktif. Dengan demikian, banyak masyarakat yang melek investasi di pasar modal. Namun, dia mengakui, investor ritel umumnya menyukai trading (transaksi harian). Jika ingin sukses, investor tetap harus fokus pada fundamental. Sentimen lokal dan regional berupa data-data ekonomi atau kebijakan ekonomi juga perlu mendapat perhatian besar. Sementara itu, mengenai rumor pasar, investor tidak ada salahnya ikut mencermati selama informasinya mendekati kebenaran. “Rumor memang dibutuhkan untuk fluktuasi harga saham. Tapi, harus ada balancing dengan analisis fundamental dan teknikal,” ujar Haryajid. Hal serupa juga dikatakan oleh Education & Training Manager PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Jimmy Dimas Wahyu. Menurut dia, kondisi pasar yang sedang anjlok ibarat “mal sedang diskon barang”. “Jika mal kasih diskon, masyarakat beramai-ramai beli barang yang sifatnya justru konsumtif. Kalau saham merupakan produk investasi, produktif, jadi juga harus dibeli saat pasar down,” kata Jimmy. “J Meski demikian, kata dia, pembelian harus dilakukan secara bertahap untuk mengantisipasi penurunan lebih dalam. “Jangan masuk 100% dari dana yang ada. Mungkin 5%, kalau turun lagi bisa 10% dan seterusnya,” tutur dia. Aksi average down tersebut untuk mendapatkan harga yang optimal. Dalam membeli saham juga perlu dipertimbangkan analisis fundamental dan teknikal. Keberhasilan berinvestasi juga tak terlepas dari perilaku investor sendiri. Dalam kondisi pasar yang bergejolak, investor tetap jangan panik. Investor sebaiknya memanfaatkan peluang yang ada untuk beli saham murah. “Kalau tinggi katanya ketinggian, kalau murah khawatir ada apa-apa. Jangan serbasalah begitu,” ujar Jimmy. Dalam berinvestasi di pasar modal, investor juga disarankan tidak serakah. Mengenai hal itu, investor bisa mengikuti tips Warren Buffet, yaitu be afraid when people brave and be brave when people afraid. Ketika ekspektasi orang terhadap bursa saham sangat tinggi, maka kita perlu takut. Tapi, ketika pasar sedang jatuh, beranikan diri untuk berinvestasi. Sebagai ilustrasi, IHSG sempat mencapai level tertinggi 4.196. Level tersebut cukup tinggi karena awal 2011 bertengger di level 3.700. Dengan kondisi indeks yang naik cukup tinggi itu, investor seharusnya sudah bisa mengurangi portofolionya dan menyimpan dana segar. Dana tersebut berguna untuk membeli kembali saham saat pasar jatuh. (c04) OKTOBER - NOVEMBER 2011 14 REGULASI LINDUNGI PEMODAL DARI FRAUD Investor Perlu Pahami Peraturan Pasar Modal Investor Daily/DAVID GITA ROZA Pasar modal pada hakikatnya tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini sudah dikenal kalangan umum. Pasar menggambarkan adanya aktivitas tawar menawar harga antara pedagang dan pembeli. Kondisi hampir serupa juga terjadi di pasar modal. Pasar modal bisa disebut sebagai tempat pertemuan pihak yang membutuhkan dana dengan pemilik dana. Oleh Parluhutan Situmorang P asar modal sebagai tempat berinvestasi memang menggiurkan dari sisi penambahan profit. Namun, investasi pasar modal mengandung risiko tertentu. Investor harus menghitung risiko (calculated risk), bukan sekadar follower (ikutan). Apalagi, pasar modal tak ubahnya sebagai tempat mengapitalisasi keuntungan sebagian orang saja sehingga diperlukan kesiapan regulator mengeluarkan berbagai peraturan. Peraturan pasar modal harus mampu mengimbangi karakteristik pelakunya yang aktif, kreatif, dan dinamis, namun sedikit rakus (greedy), serta senang risiko (risk taker). Dengan aturan itu diharapkan pasar modal tetap positif dan berjalan dalam koridor hukum yang berlaku. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga telah menerbitkan sejumlah peraturan untuk menjamin pasar berjalan secara teratur dan efisien. Di antaranya, pelarangan short selling, batas atas dan bawah, serta suspensi bursa, dalam mengantisipasi pengaruh krisis, patut diapresiasi. Keberadaan pasar modal berjalan berdasarkan mekanisme Undang-Undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995. Regulasi ini menyebutkan, pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sebelum pemodal berinvetasi, mereka sebaiknya memahami sejumlah peraturan terkait pasar modal. Peraturan bertujuan untuk melindungi investor. Kegiatan pasar modal dilindungi oleh Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Selain itu, terdapat peraturan yang diterbitkan Bapepam-LK dan peraturan bursa. Associate Professor di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan Yozua Makes mengatakan, guna mengimbangi karakteristik pelaku pasar modal yang aktif, kreatif, dinamis, dan agak greedy dan risk taker dibutuhkan peraturan pasar modal yang kuat. Peraturan bukan merestriksi, melainkan penyeimbang untuk menciptakan perdagangan tetap berjalan. Peraturan pasar modal di Indonesia sudah bagus, karena telah setara dengan peraturan di berbagai negara di dunia. Hanya saja dalam kondisi krisis, menurut dia, implementasi sejumlah pilar pasar modal sangat dibutuhkan. Di antaranya, otoritas ter- tata rapi, regulasi yang sudah siap, enforcement melalui pembinaaan, pengawasan, dan pelaksanaan. Peraturan Perlindungan Investor 1. Pasal 37 Undang-Undang Nomor 8/1995 Tentang Pasar Modal menyebutkan adanya pemisahan harta kekayaan nasabah dengan perusahaan efek. Perusahaan efek yang menerima efek dari nasabahnya wajib menyimpan efek tersebut dalam rekening terpisah dari rekening perusahaan efek. 2. Peraturan Bapepam-LK Nomor III.B.7 Tentang Dana Jaminan. Peraturan ini menyebutkan, bentuk riil perlindungan pemodal dalam pasar modal. Di antaranya, dana jaminan adalah kumpulan dana dan atau efek yang diadministrasikan dan dikelola oleh lembaga kliring dan penjaminan. Efek ini bisa digunakan untuk membiayai penjaminan penyelesaian transaksi bursa oleh lembaga kliring. 3. Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan oleh Perusahaan Efek. Peraturan ini mengharuskan pembukuan secara benar seluruh dana dan efek nasabah. 4. Peraturan Bapepam-LK Nomor VI.A.3 tentang Rekening Efek pada Kustodian. Peraturan ini meliputi kepastian perlindungan terhadap harta nasabah. Perlindungan dengan cara mengasuransikan efek nasabahnya untuk menghindari kerugian akibat pailit perusahaan efek. 5. Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek. Peraturan ini mengatur tata cara transaksi marjin dan short selling. Peraturan ini menyebutkan, perusahaan efek yang memberikan fasilitas pembiayaan transaksi margin atau short selling harus memiliki nilai MKBD minimal Rp 5 miliar. Sedangkan investor yang bisa memiliki fasilitas pembiayaan transaksi margin atau short selling wajib mempunyai kekayaan bersih lebih dari Rp 1 miliar dan pendapatan tahunan lebih dari Rp 200 juta. 6. Peraturan V.D.6 juga menyebutkan berbagai kriteria efek untuk transaksi margin dan short selling. Efek yang bisa ditransaksikan harus memiliki nilai rata-rata transaksi harian minimal Rp 1 miliar dan dimiliki lebih dari 4.000 pihak dalam kurung waktu enam bulan. 7. Peraturan No.XI.C.1 tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Da- lam. Peraturan ini ber tujuan untuk menghindari orang dalam perusahaan memanfaatkan informasi tentang perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atas transaksi sahamnya. Peraturan ini secara tegas memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang memanfaatkan informasi orang dalam untuk meraih keuntungan. 8. Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang mekanisme batasan auto rejection. Penolakan secara otomatis oleh JATS terhadap penawaran jual dan atau beli efek yang dimasukkan ke JATS akibat di- lampauinya batasan harga yang ditetapkan oleh Bursa. Mekanisme auto rejection secara otomatis merupakan salah bentuk perlindungan terhadap investor yang diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini kisaran fluktuasi harga saham yang terkena auto rejection mulai dari 20-30%. Batasan auto rejection untuk saham seharga mulai dari Rp 50-200 per unit mencapai 35%. Batas auto rejection saham mulai dari Rp 200 hingga Rp 5.000 per unit mencapai 25 %. Sedangkan auto rejection saham di atas Rp 5.000 maksimal 20%. OKTOBER - NOVEMBER 2011 15 SUPER INVESTOR Billy, Pencetak Gain 4.000% Oleh Jauhari Mahardhika Billy Budiman, mahasiswa berusia 19 tahun, mampu mencetak untung (gain) sekitar 4.000% di bursa saham. Saat ini, Billy kuliah di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) jurusan manajemen. Billy juga bekerja di PT Batavia Prosperindo Sekuritas. M Hadapi Bearish Bagaimana berinvestasi saat pasar bearish (tren turun)? Billy selalu memegang teguh filosofi It’s better to lose momentum than lose a money (lebih baik hilang kesempatan daripada uang). Saat tren pasar turun seperti saat ini dan tidak yakin rebound, maka lebih baik pemodal menunggu sampai indeks saham kira-kira mendekati level bawah. Artinya, tidak perlu menyesal bila indeks kemudian naik, semen- tara kita belum ikut beli. Perhitungan itu harus dilandasi beberapa indikator analisis teknikal. Jika beberapa indikator tersebut benar-benar memberi sinyal balik arah (reversal), pemodal baru masuk pasar dengan percaya diri. “Tidak penting Anda salah atau benar di pasar. Yang paling penting adalah bagaimana Anda mencetak untung dan mengurangi risiko kerugian secara benar,” ujar Billy. Dia mengaku sempat mendapat ujian berat pada 2008, saat krisis finansial melanda bursa saham di dunia, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, dia berhasil menciptakan formula baru dalam analisis teknikal bernama weighted technical analysis (WTA). Billy pun selamat dari kejatuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Oktober 2008. Ketika itu, dia memprediksi bahwa IHSG bakal strong bearish bila dihitung melalui metode WTA. Analisis teknikal tersebut tidak hanya memperhitungkan faktor moving average convergence divergence (MACD), relative strength index (RSI), William %R, dan stochastik oscilator, WTA juga memasukkan indikator kunci lainnya. Dengan begitu, WTA berbeda dengan analisis teknikal lainnya dan WTA memiliki akurasi maksimal 70%. “Ketika itu, pada Juni 2008, saat indeks 2.500, semua analis memprediksi indeks bakal 3.200. Tapi, saya melihat hampir semua indikator terutama MACD menunjukkan strong bearish dan tinggal menunggu berita negatif. Lalu, saya putuskan untuk keluar dari market,” jelas Billy penuh semangat. Keputusan Billy yang sempat ditentang, ternyata terbukti. Bangkrutnya Lehman Brothers memicu jatuhnya indeks saham yang mengakibatkan sebagian besar investor rugi besar. IHSG anjlok hingga ke level 1.000-an. Namun, ketika muncul kabar bahwa indeks bisa jatuh ke level 850, Billy tidak percaya, karena indeks bakal rebound lagi. “Saya masuk pasar lagi ketika indeks di level 1.100-an. Meski esoknya turun ke 1.089, tapi saya yakin, saya masuk di saat tepat. Dan, sejarah membuktikan, level 1.100-an merupakan titik yang sudah dekat dengan level bottom,” ungkapnya. Billy sangat antimargin, karena tidak rela keuntungannya tergerus akibat kalah margin. Dia juga banyak mengoleksi saham-saham blue chip. Dia pun cukup pandai mengelola kerugian dan potensi keuntungannya di saham. Pada saham-saham blue chip, dia membatasi cut loss sekitar 5% dari harga beli. “Kalau sudah turun 5%, sebagian dana harus keluar. Kalau sudah 8%, semuanya. Soalnya kalau sudah 10%, orang maunya di hold dan kemungkinan bisa turun terus itu pasti ada,” tuturnya. Namun, kalau untuk saham lapis kedua dan ketiga, Billy akan menjualnya bila harganya turun sebesar 3% dari perkiraan harga tertinggi. “Jangan serakah juga. Kita tidak bisa beli di harga yang benar-benar di bawah atau jual di harga atas. Bandar saja juga tidak bisa,” kata dia sambil tersenyum. n Billy Budiman YASIN eski masih muda, penggemar sepakbola itu menduduki jabatan penting sebagai head of technical analyst & private fund ma-nager. Belum lama ini, Billy berhasil memecahkan rekor dunia. Dia lulus tes Chartered Market Technician (CMT) 1 yang digelar oleh MTA (Market Technician Association). CMT adalah salah satu lisensi untuk menjadi analis teknikal di dunia, khususnya Wall Street. Billy juga menyabet gelar Asian Youngest Professional Stock Analyst pada 2010. Sedangkan pada 2009, dia menyandang gelar Indonesian Economy Icon. Pria yang bercita-cita menjadi manajer investasi global itu mengaku punya tiga kunci sukses selama berinvestasi di bursa saham. Dia selalu fokus pada manajemen dana (money management), pemilihan saham (stock screening), dan strategi keluar masuk (entry exit strategy). “Money management berguna untuk melindungi portofolio dari kerugian, sedangkan entry exit strategy jelas sebagai panduan dalam trading,” ujar Billy kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini. Billy menyarankan kepada para pemodal, terutama pemula, untuk membeli sahamsaham blue chip. Sebab, emiten yang memiliki saham-saham blue chip terbukti konsisten mencetak kenaikan laba bersih sebesar 25% setiap tahun. Setelah itu, menurut dia, para pemodal bisa menggunakan analisis teknikal untuk menentukan waktu yang tepat dalam membeli atau menjual saham. “Itu kenapa pemodal perlu memahami beberapa indikator analisis teknikal yang sederhana, seperti moving average, MACD, RSI, dan stochastic,” tutur Billy. Dia mengaku terinspirasi dengan gaya Darvas dalam analisis teknikal. Teori Darvas sangat unik, karena bisa mencetak untung justru ketika harga saham sedang naik tinggi. Selain Darvas, Billy menyukai teori-teori investasi Warren Buffet. “Saya mulai berinvestasi saham sejak 2002. Sampai saat ini sudah gain sekitar 4.000%, karena terbantu juga dengan kondisi pasar yang bullish pada 2009-2010,” kata Billy. Belajar Sejak Belia Billy lahir di Lampung pada 8 Juni 1992. Ayah Billy, Budiman Candra (43), pernah bekerja di PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Awalnya, pada 2002, saat Billy masih duduk di kelas V SD di Serpong, ayahnya mendapat jatah ratusan lot saham INDF dari program employee stock option plan (ESOP). Namun, karena kesibukan ayahnya, Billy diminta untuk mengamati pergerakan INDF di layar TV. Dia pun mengaku merasa bingung dengan naik turunnya harga INDF, yang ketika itu masih berada di level Rp 800. Lalu, kebingungan Billy menimbulkan sejumlah pertanyaan. Lama-kelamaan, dia mulai paham. Saat usianya baru 10 tahun, Billy mulai tertarik dengan saham. Kebetulan, pamannya kerja di suatu perusahaan sekuritas. Setelah belajar selama dua bulan, dia akhirnya ingin mencoba masuk pasar, meski niat itu terasa aneh bagi anak seusianya. Modal awal diperoleh dari ayahnya. Ketika itu, dia hanya mengandalkan feeling. Akibatnya, meski pasar sedang bullish, Billy malah rugi 93% dalam kurun waktu dua tahun, sejak 2002-2004. “Saat itu, saya sadar bahwa investasi saham tidak bisa mengandalkan feeling. Karena itu, saya belajar analisis fundamental dan teknikal. Analisis tersebut sangat penting bagi investor pemula,” ujar Billy. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 16 TOKOH MICHAEL STEVEN, DIREKTUR UTAMA PT KRESNA GRAHA SEKURINDO TBK Perkuat Investor Domestik Jumlah investor lokal di pasar modal domestik masih terbilang minim. Dengan populasi hampir 240 juta jiwa, jumlah investor lokal baru sekitar 350 ribu atau masih di bawah 1%. Bandingkan dengan jumlah investor lokal di pasar modal negara-negara tetangga yang mencapai 15-30% dari populasi. M inimnya jumlah investor lokal di pasar modal domestik bisa dimaklumi. Hingga kini, sebagian masyarakat di Tanah Air masih awam tentang seluk-beluk pasar modal. Mereka pun umumnya belum paham bahwa pasar modal merupakan sarana investasi yang sangat potensial mendatangkan keuntungan. Untuk meningkatkan jumlah investor di pasar modal domestik tentu saja diperlukan kerja keras dan strategi jitu dari segenap pemangku kepentingan (stakeholders), terutama otoritas bursa, otoritas pasar modal, perusahaan sekuritas, dan manajer investasi (MI). “Masyarakat harus terus diberi pemahaman dan edukasi. Sosialisasi harus terus-menerus digalakkan,” ujar Direktur Utama PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Michael Steven kepada wartawan Investor Daily Elizabeth Gloria Berahmana dan Harso Kurniawan di Jakarta, baru-baru ini. Mengapa edukasi perlu digalakkan? Bagaimana meyakinkan masyarakat agar mereka tertarik berinvestasi di pasar modal? Mengapa investor domestik harus diperkuat? Berikut petikan langkap wawancara tersebut. Seberapa besar Anda melihat perlunya edukasi pasar modal bagi masyarakat? Sangat besar dan sangat perlu. Masyarakat perlu diberi edukasi secara terusmenerus agar mereka paham pasar modal secara detail dan menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Fokusnya ke mana? Masyarakat perlu tahu, misalnya pasar modal merupakan sarana investasi untuk kehidupan finansial yang lebih baik atau bahwa perbankan saat ini bukan merupakan tempat yang tepat untuk berinvestasi. Itu jika kita membandingkan tingkat suku bunga bank dengan tingkat inflasi di Indonesia. Masyarakat kita kan masih banking minded. Pola pikir masyarakat perlu diubah dari banking minded menjadi investment minded. Perlu pula diberikan pemahaman bahwa dengan berinvestasi di pasar modal, masyarakat telah secara langsung turut serta dalam pembangunan ekonomi nasional. Jadi, selain mendapatkan keuntungan, mereka juga ikut membangun perekonomian bangsa. Apalagi pasar modal kita terus berkembang menuju arah yang lebih baik seiring membaiknya perekonomian nasional. Michael Steven Apakah kompetisi online trading ‘Semua Bisa Jadi Investor’ juga tujuannya ke sana? Betul. Itu yang paling penting. Ini bukan sekadar kompetisi online trading. Ini salah satu upaya mengedukasi dan menyosialisasikan pasar modal kepada masyarakat luas. Yang Anda harapkan dari program ini? Yang utama tentu mengenalkan kepada masyarakat tentang pasar modal. Dari situ, masyarakat akan sadar tentang pentingnya berinvestasi di pasar modal, salah satunya untuk meningkatkan dan memperbaiki kelangsungan finansial mereka. Sasaran lainnya adalah meningkatkan jumlah investor lokal di pasar modal domestik yang saat ini masih sangat sedikit. Mengapa jumlah investor lokal harus terus ditingkatkan? Jumlah investor lokal turut menentukan kekuatan sebuah pasar modal. Semakin banyak jumlah investor lokalnya, akan semakin tahan pasar modal menghadapi guncangan, terutama yang dipicu faktor eksternal. Apa bedanya investor lokal dengan investor asing? Investor asing selalu berupaya masuk pada harga terendah. Mereka keluar ketika sudah untung besar. Sebaliknya, investor lokal justru sulit memosisikan dirinya untuk masuk pada harga terendah. Begitu pula saat keluar, investor lokal sulit memposisikan diri untuk keluar pada harga tertinggi. Investor lokal sering ketinggalan. Mereka baru masuk atau keluar setelah investor asing. Karena terlambat, untung yang diperolehnya menjadi kecil, bahkan sering rugi. Hal ini terlihat pada grafik yang menunjukkan kapan investor asing masuk. Titik awal investasi asing lebih bawah dari investor lokal. Ketika grafik saham naik, asing melakukan sell, delta yang terbentuk adalah segitiga siku-siku, selalu lebih kecil dari pergerakan gain investor lokal. Soalnya, begitu asing jual, lokal tidak percaya diri dan ikut jual. Mereka takut harga makin turun, dalihnya cut loss. Padahal, kalau lokal meng- ikuti aksi jual asing, terjadi aksi jual massif, sehingga harga terjerembab cukup dalam. Ini yang membuat indeks jatuh bebas. Kita mau beli barang murah atau mahal? Kalau murah, kenapa takut melakukan aksi beli saat pasar terkoreksi? Kalau asing menarik dananya, investor lokal harus bagaimana? Ya kita tampung sahamnya. Kalau kamu masih punya uang, ya beli lagi. Tapi kalau nggak punya uang, tidak usah ikut-ikutan jual. Jangan panik, stay calm saja. Asing kabur, kita ikut panik. Padahal, asing kabur karena mereka memerlukan uangnya. Mereka tak punya uang lagi di rumahnya. Kalau kita menarik uang juga, kita lari tunggang langgang. Maksud saya begini. Kalaupun ada kebakaran, ayo kita turun baik-baik. Jangan desak-desakan, jangan dorong-dorongan. Supaya jangan ada yang mati, atau ayo kita matikan apinya, atau telepon pemadam kebakaran. Jadi, jangan panik. Sama halnya dengan koreksi indeks, ini problem sovereign debt. Tolong kita lihat, Indonesia ada hubungannya nggak? Kalau tadi misalnya kita investasi di saham Astra, ya kamu telepon Astra-nya, ada masalah nggak di manajemennya. Jangan panik. Sekarang saat tepat untuk membeli? Yang penting, jangan panik. Sekarang adalah waktunya kita untuk bersiap-siap melakukan selective buying. Beli yang bagus-bagus, secara selektif. Kalau mau jual, seharusnya jual di atas. Kalau sekarang jual, ya ketinggalan. Kita harus bertanya pada diri sendiri, apa hubungannya krisis di Eropa dan AS dengan Indonesia? Bank-bank di Eropa banyak punya sovereign debt dari pemerintah Eropa, sedangkan bank-bank kita tidak ada yang punya. Bagaimana kita tahu pasar sudah bottom line? Kalau ada 100 orang lari turun ke bawah, pasti orang mengikuti. Kalau Anda bunyikan alarm, terus lari ke lantai bawah, pasti semua orang ikut turun. Sepanjang jalan sampai bawah, mereka bertanya ada apa? Orang hanya bilang nggak tahu. Memang mungkin ada kebakaran kecil. Nah, gedung yang aman pun, ketika ada orang berlari dan membunyikan alarm, tetap saja menimbulkan kepanikan. Yang benar, harus berpikir sebagai investor (jangka panjang) atau trader? Boleh-boleh saja jadi trader. Tapi, kita harus ikut strategi Warren Buffett. Harus ada sebagian yang kita tujukan untuk dana jangka panjang, sebagian buat trader. Supaya bisa bervariasi dan ada penyeimbang. Saham yang layak dikoleksi saat ini? Saham-saham LQ45. Saham-saham ini sudah teruji kinerjanya. Selain itu, ada saham-saham yang terus memberikan dividen. Emiten LQ45 suka bagi bonus dividen lagi. Mungkinkah krisis 2008 terulang? Ekonomi Eropa lebih besar daripada AS. Artinya, total produk domestik bruto (PDB) Eropa kurang lebih hampir sama. Saya melihat krisis Eropa tidak akan lebih besar dibandingkan AS. Kalau ditanya bisa muncul lagi? Ya bisa-bisa aja, karena ada teori probabilitas. Tapi menurut saya, koreksi yang terjadi tidak mungkin lebih besar lagi. Mungkin besar, mungkin juga nggak terlalu besar. Tapi sesudah ada kejadian dengan AS, orang menjadi belajar. Harusnya lebih pintar dan lebih mengerti bagaimana cara memosisikan diri. Mengapa Anda menekankan hal itu? Saya ini orang pasar modal, tentu cinta pasar modal. Kita tentu tidak mau pasar modal dibenci oleh orang-orang yang rugi hanya karena kepanikan. Mereka jadi korban karena ikut-ikutan. Sebaliknya, spekulan luar negeri yang beruntung, sedangkan investor lokal sakit hati. Kita harus memberikan pemahaman ini. Saya rekomendasikan kepada semua orang untuk menabung. Walaupun kecil, cobalah berinvestasi. Apa bedanya? Pada 2008, reksa dana Kresna berbasis LQ45 (Reksa Dana Kresna Indeks 45) nilainya sekitar 1.000. Sebelum gejolak kemarin, nilainya naik menjadi 3.000. Artinya, harganya naik tiga kali lipat dalam waktu tiga tahun. Sekarang memang turun ke kisaran 2.500. Bisnis apa yang bisa menjadikan uang Rp 1 juta menjadi Rp 3 juta atau Rp 2,5 juta? Ini nggak gampang. Ini yang ingin saya jelaskan bahwa Anda bisa menjadikan 1.000 menjadi 3.000 dalam tiga tahun. Ini jelas-jelas positif, ada kenaikan 5%, 7%, dan 15%. Kalau yang biasa, uang kita Rp 1 juta hanya menjadi Rp 1,150 juta dalam tiga tahun. Bagaimana Anda meyakinkan hal ini kepada para investor? Yang saya ajarkan adalah strategi bamboo investing. Produk reksa dana kami menggunakan pola ini. Strategi ini terbukti berhasil, bahkan ketika pasar saham mengalami volatilitas tinggi. Bisa dijelaskan lebih detail? Bamboo investing adalah strategi berinvestasi secara rutin, berkala, dan berjenjang pada reksa dana. Portofolio yang dibeli adalah saham berfundamental kuat. Dalam strategi bamboo investing, penurunan saham itu toleransinya hanya karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan, harganya terdiskon, bukan karena kinerja emitennya tidak optimal. Contohnya nilai reksa dana Kresna berbasis LQ-45 (Reksa Dana Kresna Indeks 45) sejak krisis 2008 hingga menjelang bearish di pasar saham akhir-akhir ini meningkat tiga kali lipat. Bisnis apa yang bisa menjadikan uang Rp 1 juta menjadi Rp 3 juta? Ini nggak gampang. Risiko berinvestasi menggunakan strategi bamboo investing sangat minim. Sebab, layaknya menabung, nasabah terus membeli reksa dana secara periodik dengan menggunakan pola rata-rata. Jadi, bamboo investing itu berinvestasi secara berkala, bertahap, priodik, dalam reksa dana saham pilihan. Saat harga saham naik atau turun, nasabah sudah memastikan secara priodik akan membeli reksa dana tersebut. Lewat strategi bamboo investing, investor memperoleh return yang maksimal. Jika grafik berinvestasinya rutin sejalan dengan kenaikan pasar, investor akan meraih untung. Kalaupun grafik saham turun, dengan berinvestasi secara rutin, investor masih bisa menikmati keuntungan. Bahkan, investor bisa memetik keuntungan lebih maksimal saat harga saham naik jika akumulasi pembeliannya lebih banyak ketika pasar turun. Itu karena mereka bisa membeli saham pada harga murah. Kalau biasanya per bulan membeli saham dengan anggaran Rp 1 juta, kemudian terjadi kasus seperti 2008, kami coba ambil anggaran dua bulan ke depan dengan nominal yang sama, berarti Rp 3 juta. Ketika harga turun, dengan Rp 3 juta, saham yang didapatkan lebih banyak. OKTOBER - NOVEMBER 2011 ANALISIS FUNDAMENTAL 17 Saatnya Melirik Saham Astra Investor Daily/TINO OKTAVIANO Oleh Harso Kurniawan Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok tajam dalam beberapa hari terakhir, seiring aksi jual masif pemodal asing yang diikuti pemodal lokal. Hal ini sebagai imbas dari berlarut-larutnya penyelesaian krisis utang negara-negara Eropa. N amun, selalu ada peluang di tengah krisis. Untuk itu, investor disarankan mencermati saham-saham berfundamental kokoh dan berorientasi ke pasar domestik, seperti PT Astra International Tbk (ASII). “Risiko terbesar saham Astra saat ini memang hanya kondisi pasar yang kurang kondusif. Pelemahan harga yang signifikan merupakan waktu yang tepat untuk membeli ASII,” ujar analis CLSA Sarina Lesmina dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini. Saham ASII telah terdiskon 18% dari posisi tertingginya dalam setahun terakhir di level Rp 75.950. Astra adalah emiten dengan pendapatan dan laba bersih tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Astra juga menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar tertinggi. Astra juga superior di bisnis yang dimasuki, terutama di otomotif dan alat berat. Pada semester I-2011, Astra membukukan laba bersih Rp 8,6 triliun, naik 33,4% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 6,4 triliun. Adapun pendapatan meningkat 24% menjadi Rp 76,26 triliun dari Rp 61,51 triliun. Dalam pandangan Sarina, kinerja keuangan Astra akan tetap berkibar dalam lima tahun mendatang. Ada dua motor penggerak kinerja Astra, yakni bisnis otomotif dan pertambangan. CAGR dua bisnis ini diprediksi mencapai 15-20% dalam lima tahun ke depan. Astra masuk bisnis otomotif lewat beberapa anak usahanya. Perusahaan ini merupakan agen pemegang merek (APM) Toyota, Daihatsu, Isuzu, Peugeot, dan Nissan Diesel. Perseroan memimpin pasar mobil domestik dengan pangsa pasar 55%. Astra juga merangsek ke bisnis motor lewat PT Astra Honda Motor (AHM), APM sekaligus produsen motor Honda. Honda adalah pemimpin pasar motor dengan pangsa pasar 51%. Sedangkan di bisnis pertambangan, Astra masuk lewat PT United Tractors Tbk (UT). Emiten berkode saham UNTR itu merupakan agen penjual alat berat merek Komatsu. UT juga menggarap bisnis kontraktor pertambangan batubara dan memiliki tambang batubara. Sarina menilai, penjualan mobil sudah pulih dari efek tsunami Jepang. Oleh karena itu, dia menaikkan proyeksi penjualan tahun ini sebesar 8%. Astra dinilai bisa memanfaatkan momentum ini, karena memiliki model MPV yang populer dan jaringan distribusi luas. Selama 2011-2013, dia menaksir penjualan mobil bisa mencapai 11% per tahun. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa menjadi risiko bisnis mobil. Di bisnis sepeda motor, Honda begitu mendominasi. Bahkan, pangsa pasar meningkat dari 46% menjadi 51% pada tahun ini. Sarina memprediksi pasar motor bisa naik 8-11% selama 2011-2012. Sedangkan penjualan Honda ditaksir naik 15% per tahun, didorong melimpahnya akses likuiditas, kenaikan pendapatan masyarakat, dan luasnya jaringan pemasaran Honda. Di bisnis pertambangan, UT, kata Sarina, akan diuntungkan dengan lonjakan harga batubara. Penjualan Komatsu bisa meningkat, demikian dengan order kontraktor tambang. “Kami prediksi laba UT bisa tumbuh 20% per tahun dalam lima tahun ke depan. Ini bisa bertambah, seiring adanya rencana ekspansi,” tukas dia. Genjot Non-otomotif Sementara itu, Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto menyatakan, Astra terus berupaya memperbesar kontribusi bisnis non-otomotif. Namun, bukan berarti Astra akan meninggalkan bisnis yang sudah melambungkan namanya itu. “Potensi pasar otomotif masih cukup besar. Dengan penduduk 240 juta orang, seharusnya pasar mobil kita mencapai 3 juta unit. Namun, tahun ini penjualan mobil baru mencapai 850 ribu unit,” papar dia. Dari tahun ke tahun, dia menyatakan, kontribusi bisnis otomotif terus menurun. Jika pada 2011, porsi otomotif terhadap pendapatan mencapai 85%, saat ini porsinya hanya 15%. “Kami akan mengopi metode bisnis otomotif untuk mengembangkan bisnis lain,” kata dia. Belum lama ini, Astra melalui anak usahanya, PT Astratel Nusantara (Astratel), mengakuisisi 95% saham PT Marga Hanurata Intrinsic (MHI) dari PT Natpac Graha Arthamas (Natpac). Nilai transaksinya mencapai Rp 750 miliar. MHI adalah pemegang konsesi ruas tol Kertosono-Mojokerto di Jawa Timur sepanjang 40,5 kilometer (km). MHI telah meneken perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Analis Deutsche Bank Rachman Koeswanto menilai, seluruh unit bisnis Astra akan tetap bertumbuh pada kuartal III-2011. Selain itu, divisi jasa keuangan, alat berat dan otomotif bakal membukukan peningkatan kinerja, seiring lancarnya pasokan komponen dari Jepang. Pada kuartal II-2011, produksi mobil sempat terganggu karena suplai beberapa komponen dari Jepang terhenti. Sebab, pabrik-pabrik komponen hancur diterjang tsunami. Selama ini, Astra masih mengimpor beberapa komponen dari Jepang, terutama yang berteknologi tinggi dalam memproduksi mobil. “Kinerja bisnis pertambangan juga akan meningkat, karena curah hujan mulai normal,” tegas dia. Sarina merekomendasikan buy ASII dengan target harga Rp 75 ribu. Sedangkan analis Riset Credit Suisse Teddy Oetomo dan Dian Haryokusumo mempertahankan rating netral saham ASII dengan target harga Rp 79.200. Saham ASII pada perdagangan Rabu (28/9) naik Rp 1.650 (2,7%) ke level Rp 62.200. TIPS ASII Sarina Lesmina (CLSA) Rekomendasi : buy Target harga : Rp 75.000 Teddy Oetomo (Credit Suisse) Rekomendasi : netral Target harga : Rp 79.200 OKTOBER - NOVEMBER 2011 18 ANALISIS FUNDAMENTAL Produksi dan Harga Jual Topang Adaro Oleh Harso Kurniawan Kinerja operasional dan keuangan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) selama semester I-2011 mampu melebihi ekspektasi beberapa perusahaan sekuritas. Hal itu ditopang kesuksesan perseroan memacu produksi dan peningkatan harga jual. defrizal P er Juni 2011, pendapatan Adaro meningkat 36% menjadi US$ 1,7 miliar. Adapun laba laba bersih melejit 104% menjadi US$ 268 juta. Memasuki paruh kedua 2011, Adaro mendapat tantangan dari tingginya biaya produksi, menyusul melambungnya harga minyak. Meski begitu, perseroan diprediksi mampu mengatasi ini, sehingga target-target keuangan dan operasional 2011 berpotensi tercapai. Membaiknya kinerja keuangan tentunya membuat ruang penguatan saham ADRO terbuka. Seberapa besarkah penguatannya? Fonny Surya, analis Credit Suisse (CS), menyatakan, laba bersih Adaro semester I di atas proyeksinya, namun sejalan dengan ekspektasi pasar. Jumlahnya mencapai 56% dari proyeksinya dan 49% dari konsensus analis. “Hasil yang baik didorong meningkatnya penjualan sebesar 20% pada kuartal II dibandingkan kuartal sebelumnya,” tukas dia dalam risetnya yang dipublikasikan belum lama ini. Selain itu, dia menyatakan, harga jual ratarata (average selling price/ASP) naik 6,3% menjadi US$ 71,8/ton, dibanding kuartal I US$ 63,8/ton. Kenaikan ASP mampu mengompensasi kenaikan biaya produksi sebesar 6,3%. Namun, Fonny menilai, laba bersih Adaro pada paruh kedua kemungkinan bisa tertekan jika harga minyak mencapai US$ 108/bboe. Untuk mengantisipasi ini, Adaro meneken kontrak swap pada 7 Juni 2011 ketika harga minyak brent mencapai US$ 115/bboe. Adaro adalah perusahaan batubara terbesar nomor dua di Indonesia setelah PT Bumi Resources Tbk (Bumi), perusahaan yang dikendalikan Keluarga Bakrie dan Rotshchild. Namun, kapitalisasi pasar Adaro merupakan yang terbesar di saham sektor batubara. Analis CLSA Jatden Vantarakis menyatakan, produksi Adaro pada semester I cukup solid. Perseroan ditaksir mampu mencapai target produksi tahun ini sebesar 48 juta ton. Per Juni 2011, dia menyatakan, produksi mencapai 22,8 juta ton, 48% dari proyeksi CLSA tahun ini. Jumlah ini sudah sesuai dengan proyeksinya dan konsensus analis. “Kami mempertahankan proyeksi produksi Adaro dalam beberapa tahun ke depan. Pada 2013, produksi diprediksi mencapai 59 juta ton, merefleksikan pertumbuhan 13% per tahun dalam tiga tahun ke depan,” ujar Jayden dalam risetnya yang dipublikasikan belum lama ini. Analis CIMB Erindra Krisnawan menyatakan, laba inti kuartal II-2011 mencapai 47% dari proyeksinya dan 49% konsensus defrizal analis. Tingginya pendapatan pada semester I ditopang naiknya pendapatan nonbatubara. Dia menyatakan, volume penjualan berada di atas proyeksi konsensus analis, yakni 24 juta ton. Jumlah itu naik 10% dibandingkan periode sama tahun lalu. Biaya produksi terus meningkat, seiring naiknya biaya bahan bakar. Dia mencatat, biaya produksi mencapai US$ 33/ton, sementara proyeksi sepanjang tahun ini US$ 35/ton. “Kami mempertahankan proyeksi biaya produksi, karena harga bahan bakar masih tinggi,” tukas dia. Akuisisi dan Pembangkit Listrik Sementara itu, Adaro gencar mengakuisisi perusahaan tambang untuk menambah cadangan batubara. Selain itu, Adaro juga aktif menggarap proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Melalui anak usahanya, PT Alam Tri Abadi, Adaro mengakuisisi 75% saham PT Mustika Indah Permai (MIP) senilai US$ 222,5 juta. Adaro mengambil alih mayoritas saham perusahaan pertambangan batubara itu dari Elite Rich Investment Ltd. Perjanjian jual beli saham telah diteken pada 19 Agustus 2011. MIP merupakan perusahaan yang sedang mengembangkan proyek batubara green field di Sumatera Selatan. MIP mengantungi izin usaha pertambangan (IUP) selama 20 tahun sejak April 2010. Luas area pertambangan MIP sekitar 2.000 hektare (ha). “Investasi kami di MIP merupakan bagian dari upaya perseroan untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan,” kata Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir. Garibaldi menjelaskan, MIP merupakan satu dari beberapa peluang akuisisi yang dijajaki oleh perseroan. Hal itu sejalan dengan target perseroan untuk meningkatkan produksi batubara hingga 80 juta ton dalam jangka menengah. Di luar itu, Adaro bersama J-Power dan Itochu Corporation akan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) di Pemalang, Jawa Tengah. Total investasi proyek ini mencapai US$ 3-3,5 miliar. Perseroan menyiapkan dana sekitar US$ 230 juta untuk penyertaan di perusahaan patungan. Adaro menguasai 34% saham di perusahaan, J-Power (34%) dan Itochu Corporation (32%). Konsorsium Adaro, J-Power, dan Itochu wajib menyetor dana sebesar US$ 600-700 juta untuk ekuitas proyek. Dana tersebut sekitar 20% dari total investasi US$ 3-3,5 miliar. Adapun sisa dana sebesar US$ 2,8 miliar akan dibiayai Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Pinjaman itu sekitar 80% dari total investasi proyek PLTU Pemalang. CIMB mempertahankan rating netral saham ADRO dengan target harga Rp 2.800. Sementara CLSA memberikan rating ouperform ADRO dengan target harga Rp 2.800. Adapun CS memasang rating underperform ADRO dengan target harga Rp 2.050. Pada perdagangan Rabu (28/9), ADRO naik Rp 60 (3,6%) ke level Rp 1.690. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 ANALISIS FUNDAMENTAL 19 Kredit Mikro Jadi Kunci Sukses BRI Oleh Harso Kurniawan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memang tidak mencetak pertumbuhan kredit tinggi sepanjang semester pertama 2011. Namun, tetap saja laba emiten berkode saham BBRI ini menjadi yang tertinggi di Tanah Air. H al ini dipicu tingginya kualitas kredit yang disalurkan perseroan. Kredit BRI rata-rata menyasar ke segmen yang menawarkan imbal hasil (yield) tinggi, terutama mikro. Untuk itu, BRI akan fokus menggarap segmen kredit ini seraya mengurangi kredit korporasi. Sejalan dengan itu, kinerja BRI sampai tutup tahun 2011 ditaksir tetap cemerlang. Tentu saja ini berdampak positif terhadap harga sahamnya. Pada semester I-2011, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BRI meningkat 23% menjadi Rp 16,6 triliun. Alhasil, laba bersih terkerek 57% menjadi Rp 6,8 triliun. Analis Mandiri Sekuritas Made Suardhini menyatakan, laba bersih BRI pada semester pertama melebihi prediksinya. Ini karena tingginya laba pra-provisi sebagai imbas dari berlakunya PSAK 50/55. Dia mencatat, pertumbuhan kredit pada kuartal II mencapai 6,5% dibandingkan kuartal sebelumnya (qoq). Namun, secara year on year, kredit hanya tumbuh 17,5%, di bawah industri sebesar 24%. Pertumbuhan itu merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir. “Kami menyambut baik langkah perseroan menurunkan laju pertumbuhan kredit. Sebab, rasio kecukupan modal (CAR) rendah, sementara rasio kredit terhadap pinjaman (LDR) rendah,” tukas dia dalam riset yang dipublikan belum lama ini. CAR BRI pada kuartal II mencapai 14,8%. Di saat yang sama LDR mencapai 90,1%. Pada titik ini, Made menilai, penguatan likuditas lebih penting dibandingkan jorjoran memacu kredit. Sampai akhir tahun, dia menaksir pertumbuhan kredit BRI mencapai 19% dan 20% pada 2012. BRI, tukas Made, memutuskan menggenjot kredit mikro untuk mengompensasi rendahnya pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Per Juni 2011, kredit mikro melonjak 31,5%. Hal ini bukan hanya didorong dari cabang-cabang yang telah ada, melainkan juga melalui BRI teras. “BRI sangat agresif membombardir pasar-pasar tradisional melalui BRI Teras. Sampai juni, jumlahnya sudah mencapai 929 unit,” ujar dia. Sejak diluncurkan pada 2009, per tumbuhan kredit BRI Teras cukup impresif, yakni mencapai Rp 1,8 triliun sampai Juni 2011. Tingginya pertumbuhan kredit mikro membuat porsinya terhadap total kredit naik dari 27,1% menjadi 31,5%. Risiko NPL Di sisi lain, Made menilai, peningkatan NPL merupakan gejala musiman. Pada akhir Juni 2011, rasio kredit bermasalah (NPL) naik menjadi 3,6% dibandingkan Maret 2011 sebesar 3,1%. NPL, kata dia, ditaksir bakal meningkat pada kuartal III, sebelum menurun pada akhir tahun. Dia mengakui, NPL kredit komersial kecil masih tinggi, yakni 7,9% sampai akhir Juni. Namun, secara nilai, NPL turun dari Rp 6,4 triliun menjadi Rp 6 triliun. Manajemen, kata dia, melakukan berbagai cara untuk menurunkan NPL. Contohnya, mempercepat penagihan dan merestrukturisasi. “Sampai akhir tahun ini, NPL diprediksi turun menjadi 3% dan 2,6% pada 2012,” tandas dia. Analis Ciptadana Securities Syaiful Adrian menyatakan, rendahnya pertumbuhan kredit dikompensasi dengan margin bunga bersih (NIM). Selama semester pertama, NIM mencapai 9,9%, naik dari sebelumnya 9,4%. Ke depannya, dia memprediksi NIM akan stabil di kisaran 9-10%. Hal ini sejalan dengan niat manajemen yang akan mengurangi kredit korporasi yang memiliki yield rendah. BRI akan fokus memperkuat penetrasi di segmen mikro. Senada dengan Made, dia menilai rasio modal menjadi tantangan utama BRI. Namun, manajemen BRI sejauh ini masih yakin CAR masih cukup untuk mendukung ekspansi kredit. “Kami memprediksi BRI akan menerbitkan obligasi subordinasi dalam waktu dekat tahun ini seperti yang sudah direncanakan manajemen,” kata dia. Sebelumnya, Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni memprediksi laba bersih tahun ini bisa mencapai Rp 14 triliun. Hingga Juni 2011, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 265,82 triliun. Dari jumlah itu, kredit segmen kredit mikro mencapai Rp 83,9 triliun. Sementara itu, kredit usaha rakyat (KUR) mencapai Rp 31,39 triliun yang disalurkan ke 4,58 juta debitor. Sedangkan secara year to date, BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp 13,20 triliun kepada 1,82 juta debitor. Baiquni menambahkan, saat ini total dana pihak ketiga ( DPK) BRI mencapai Rp 294,64 triliun atau meningkat 15,06% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 256,05 triliun. BRI menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 20-22%. “Kalau sesuai dengan target, belum ada kebutuhan menambah modal, karena masih bisa ditopang oleh laba. Namun kalau kredit bertumbuh di atas industri, yaitu 24%, CAR memang bisa cukup terpengaruh,” jelas Baiquni. Made Suardhini merekomendasikan buy BBRI dengan target harga Rp 8.100. Sementara Syaiful Adrian menaikkan target harga Rp 8.600 dengan rekomendasi buy. OKTOBER - NOVEMBER 2011 20 ANALISIS FUNDAMENTAL Kemilau Bisnis Lippo Karawaci EKO S HILMAN Oleh Harso Kurniawan Prospek industri properti nasional masih menjanjikan dalam beberapa tahun ke depan. Kalangan pengembang pun berlomba-lomba menambah cadangan lahan (land bank) guna memuluskan rencana ekspansi. P T Lippo Karawaci Tbk (LPKR) bisa dibilang memiliki modal kuat untuk memanfaatkan pertumbuhan sektor proper ti nasional. Perseroan memiliki cadangan lahan luas yang sanggup menopang kinerja dalam 15 tahun ke depan. Tak hanya itu, perseroan juga memiliki unit bisnis kesehatan yang memiliki outlook cerah. Bisnis manajemen aset yang dikelola perseroan melalui Grup REIT juga diyakini menawarkan gain potensial. Dalam lima tahun ke depan nilai aset yang dikelola ditargetkan mencapai US$ 3-5 miliar. Agresivitas Lippo Karawaci memompa kinerja operasional dan keuangan tentunya bisa berdampak positif terhadap kinerja sahamnya. Maka tak heran jika sejumlah perusahaan sekuritas memberikan rating positif untuk LPKR. Analis OSK Nusadana Securities Lydia Suwandi menilai, pertumbuhan majemuk tahunan (compound average growth rate/ CAGR) pendapatan perseroan bisa mencapai 18% selama 2010-2012. “Target itu pun sangat konservatif dengan memperhitungkan diskon 30% dari net asset value (NAV) Rp 1.435 per saham,” kata dia dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini. Dia menilai, Lippo Karawaci semakin agresif dalam mendongkrak kinerja dan aset di tengah atraktifnya pertumbuhan properti dalam negeri. Agresivitas perseroan terlihat dari beragamnya portolio properti, mulai dari residensial, mal, kesehatan, hingga perhotelan. “Dengan tingginya pendapatan berkelanjutan (recurring income) dan strategi yang solid, prospek grup ini cukup cerah,” kata dia. Dia mencatat, lebih dari 50% pendapatan Lippo Karawaci dalam lima tahun terakhir berasal dari recurring income seperti mal, fasilitas kesehatan, perhotelan dan properti, serta manajemen gedung. Sebesar 79% dari NAV LPKR masih berasal dari pengembangan properti. Lippo Karawaci juga terus memperkuat divisi bisnis yang dimiliki. Di divisi bisnis residensial, cadangan lahan mencapai 1.542 hektare (ha) di sejumlah lokasi utama di Ja- karta, Jawa Barat, dan Makassar. Perseroan memiliki hak pengembangan 7.326 ha dengan total lahan diakuisisi mencapai 4.797 ha. Dengan asumsi penjualan sekitar 100 ha per tahun, cadangan lahan ini seharusnya cukup untuk pengembangan selama 10-15 tahun. Dengan demikian, perseroan akan menghasilkan pendapatan tahunan sekitar Rp 1,3 triliun selama tiga tahun ke depan. Lippo Karawaci saat ini sedang menggarap dua pengembangan bangunan bertingkat terintegrasi skala besar di Kemang Village dan St Moritz di atas lahan total 20,2 ha. Secara keseluruhan, perseroan telah meluncurkan sebanyak 11 menara dan mengumpulkan penjualan marketing senilai Rp 3,6 triliun hingga Juni 2011. Prospek Kawasan Industri Di luar itu, kinerja Lippo Karawaci juga ditopang penjualan kawasan industri. Permintaan untuk lahan kawasan industri di Indonesia ter us menguat sejak 2010. Penjualan lahan industri menyumbang sekitar 43% dari prapenjualan (pre-sales) pada enam bulan pertama 2011 senilai Rp 1,6 triliun. Lippo Karawaci memasuki sektor ini melalui anak usahanya PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Dalam pandangan dia, harga lahan industri Lippo Cikarang terus melesat dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, harga lahan industri mencapai US$ 60/m 2 , lebih tinggi 30% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 44,5/ m2. Namun, harga itu masih diskon 15% dibandingkan kawasan industri terdekat, MM 2100. “Kami yakin, nilai properti perusahaan pasti tumbuh setelah akses tol langsung ke kawasan ini terwujud. Perusahaan memiliki 51,6% saham di LPCK, dan sekitar 8% estimasi NAV Lippo Karawaci berasal dari pengembangan proyek di Cikarang,” papar Lydia. Di sisi lain, ekspansi Lippo Karawaci mengandalkan pendanaan sendiri. Perseroan telah memiliki proyek senilai US$ 1 miliar dalam pengembangan, termasuk 20 rumah sakit dan 15 mal baru. Proyek-proyek ini diharapkan memberikan imbal hasil 20%. Strategi lainnya, saat proyek tersebut stabil, perseroan akan membangun ulang (recycle) properti melalui real estate investment trust (REIT). Saat ini, tipe properti yang bisa dibangun ulang adalah rumah sakit (melalui FIRST REIT) dan mal (melalui Lippo Maple Tree REIT Trust). Jika semua berjalan sesuai rencana, membangun ulang sebuah rumah sakit atau mal melalui REITs akan menghasilkan pendanaan yang cukup untuk membangun dua rumah sakit dan dua mal lainnya. Analis Bahana Securities Natalia Sutanto menyatakan, pendapatan dari bisnis rumah sakit tahun ini diprediksi naik 32% pada 2011 menjadi Rp 1,4 triliun. Hal itu dipicu dibukanya MRCCC di Jakarta dan Siloam Balikpapan. Pada 2012, perseroan akan membuka dua rumah sakit baru di Tangerang dan Makassar. Sejalan dengan itu, pendapatan bisnis ini ditaksir tumbuh 34% menjadi Rp 1,8 triliun. “Lippo adalah pemain terbesar di bisnis rumah sakit nasional. Kami menaikkan proyeksi pendapatan 2012 menjadi Rp 4,6 triliun karena membesarnya sumbangan dari bisnis rumah sakit,” kata dia. Di luar itu, dia menegaskan, bisnis penjualan lahan industri juga terus meningkat. Tahun ini penjualan lahan industri dan perumahan perseroan diprediksi bisa mencapai Rp 600 miliar. Naikkan Target OSK Nusadana memberikan rekomendasi buy saham LPKR dengan target harga Rp 1.000 hingga akhir 2011. Ini berdasarkan diskon NAV saham sebesar Rp 1.435 per saham. Target harga tersebut menawarkan potensi gain 37% dari level saat ini. Sedangkan Bahana menaikkan rating LPKR dari hold menjadi buy dengan target harga Rp 800. OKTOBER - NOVEMBER 2011 20 Kemilau Bisnis Lippo Karawaci EKO S HILMAN Oleh Harso Kurniawan Prospek industri properti nasional masih menjanjikan dalam beberapa tahun ke depan. Kalangan pengembang pun berlomba-lomba menambah cadangan lahan (land bank) guna memuluskan rencana ekspansi. P T Lippo Karawaci Tbk (LPKR) bisa dibilang memiliki modal kuat untuk memanfaatkan pertumbuhan sektor proper ti nasional. Perseroan memiliki cadangan lahan luas yang sanggup menopang kinerja dalam 15 tahun ke depan. Tak hanya itu, perseroan juga memiliki unit bisnis kesehatan yang memiliki outlook cerah. Bisnis manajemen aset yang dikelola perseroan melalui Grup REIT juga diyakini menawarkan gain potensial. Dalam lima tahun ke depan nilai aset yang dikelola ditargetkan mencapai US$ 3-5 miliar. Agresivitas Lippo Karawaci memompa kinerja operasional dan keuangan tentunya bisa berdampak positif terhadap kinerja sahamnya. Maka tak heran jika sejumlah perusahaan sekuritas memberikan rating positif untuk LPKR. Analis OSK Nusadana Securities Lydia Suwandi menilai, pertumbuhan majemuk tahunan (compound average growth rate/ CAGR) pendapatan perseroan bisa mencapai 18% selama 2010-2012. “Target itu pun sangat konservatif dengan memperhitungkan diskon 30% dari net asset value (NAV) Rp 1.435 per saham,” kata dia dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini. Dia menilai, Lippo Karawaci semakin agresif dalam mendongkrak kinerja dan aset di tengah atraktifnya pertumbuhan properti dalam negeri. Agresivitas perseroan terlihat dari beragamnya portolio properti, mulai dari residensial, mal, kesehatan, hingga perhotelan. “Dengan tingginya pendapatan berkelanjutan (recurring income) dan strategi yang solid, prospek grup ini cukup cerah,” kata dia. Dia mencatat, lebih dari 50% pendapatan Lippo Karawaci dalam lima tahun terakhir berasal dari recurring income seperti mal, fasilitas kesehatan, perhotelan dan properti, serta manajemen gedung. Sebesar 79% dari NAV LPKR masih berasal dari pengembangan properti. Lippo Karawaci juga terus memperkuat divisi bisnis yang dimiliki. Di divisi bisnis residensial, cadangan lahan mencapai 1.542 hektare (ha) di sejumlah lokasi utama di Ja- karta, Jawa Barat, dan Makassar. Perseroan memiliki hak pengembangan 7.326 ha dengan total lahan diakuisisi mencapai 4.797 ha. Dengan asumsi penjualan sekitar 100 ha per tahun, cadangan lahan ini seharusnya cukup untuk pengembangan selama 10-15 tahun. Dengan demikian, perseroan akan menghasilkan pendapatan tahunan sekitar Rp 1,3 triliun selama tiga tahun ke depan. Lippo Karawaci saat ini sedang menggarap dua pengembangan bangunan bertingkat terintegrasi skala besar di Kemang Village dan St Moritz di atas lahan total 20,2 ha. Secara keseluruhan, perseroan telah meluncurkan sebanyak 11 menara dan mengumpulkan penjualan marketing senilai Rp 3,6 triliun hingga Juni 2011. Prospek Kawasan Industri Di luar itu, kinerja Lippo Karawaci juga ditopang penjualan kawasan industri. Permintaan untuk lahan kawasan industri di Indonesia ter us menguat sejak 2010. Penjualan lahan industri menyumbang sekitar 43% dari prapenjualan (pre-sales) pada enam bulan pertama 2011 senilai Rp 1,6 triliun. Lippo Karawaci memasuki sektor ini melalui anak usahanya PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Dalam pandangan dia, harga lahan industri Lippo Cikarang terus melesat dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, harga lahan industri mencapai US$ 60/m 2 , lebih tinggi 30% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 44,5/ m2. Namun, harga itu masih diskon 15% dibandingkan kawasan industri terdekat, MM 2100. “Kami yakin, nilai properti perusahaan pasti tumbuh setelah akses tol langsung ke kawasan ini terwujud. Perusahaan memiliki 51,6% saham di LPCK, dan sekitar 8% estimasi NAV Lippo Karawaci berasal dari pengembangan proyek di Cikarang,” papar Lydia. Di sisi lain, ekspansi Lippo Karawaci mengandalkan pendanaan sendiri. Perseroan telah memiliki proyek senilai US$ 1 miliar dalam pengembangan, termasuk 20 rumah sakit dan 15 mal baru. Proyek-proyek ini diharapkan memberikan imbal hasil 20%. Strategi lainnya, saat proyek tersebut stabil, perseroan akan membangun ulang (recycle) properti melalui real estate investment trust (REIT). Saat ini, tipe properti yang bisa dibangun ulang adalah rumah sakit (melalui FIRST REIT) dan mal (melalui Lippo Maple Tree REIT Trust). Jika semua berjalan sesuai rencana, membangun ulang sebuah rumah sakit atau mal melalui REITs akan menghasilkan pendanaan yang cukup untuk membangun dua rumah sakit dan dua mal lainnya. Analis Bahana Securities Natalia Sutanto menyatakan, pendapatan dari bisnis rumah sakit tahun ini diprediksi naik 32% pada 2011 menjadi Rp 1,4 triliun. Hal itu dipicu dibukanya MRCCC di Jakarta dan Siloam Balikpapan. Pada 2012, perseroan akan membuka dua rumah sakit baru di Tangerang dan Makassar. Sejalan dengan itu, pendapatan bisnis ini ditaksir tumbuh 34% menjadi Rp 1,8 triliun. “Lippo adalah pemain terbesar di bisnis rumah sakit nasional. Kami menaikkan proyeksi pendapatan 2012 menjadi Rp 4,6 triliun karena membesarnya sumbangan dari bisnis rumah sakit,” kata dia. Di luar itu, dia menegaskan, bisnis penjualan lahan industri juga terus meningkat. Tahun ini penjualan lahan industri dan perumahan perseroan diprediksi bisa mencapai Rp 600 miliar. Naikkan Target OSK Nusadana memberikan rekomendasi buy saham LPKR dengan target harga Rp 1.000 hingga akhir 2011. Ini berdasarkan diskon NAV saham sebesar Rp 1.435 per saham. Target harga tersebut menawarkan potensi gain 37% dari level saat ini. Sedangkan Bahana menaikkan rating LPKR dari hold menjadi buy dengan target harga Rp 800. OKTOBER - NOVEMBER 2011 ANALISIS FUNDAMENTAL 21 PT BANK NEGARA INDONESIA TBK Berburu Bunga di Paruh Kedua Oleh Harso Kurniawan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) membukukan kinerja fantastis pada semester pertama 2011. Ini terlihat dari meningkatnya laba bersih hingga 41% menjadi Rp 2,7 triliun. P enurunan pencadangan menjadi faktor utama pemicu kenaikan laba emiten berkode saham BBNI itu. Sebab, pendapatan bunga bersih (NII) hanya naik 3,3% menjadi Rp 6 triliun. Pada periode itu, beban pembentukan pencadangan aktiva produktif (PPAP) turun 25% menjadi Rp1,61 triliun. Alhasil, dana pencadangan sebesar Rp 520 miliar mendongkrak separuh kenaikan laba BNI. Memasuki paruh kedua, BNI berniat menggenjot pendapatan bunga untuk memompa laba bersih. Jika rencana ini bisa direalisasikan, tentunya bakal berdampak positif terhadap harga sahamnya. Analis Kim Eng Securities Rahmi Marina menyatakan, kinerja BNI sampai Juni 2011 sudah sejalan dengan proyeksinya. Pertumbuhan kredit mencapai 21% menjadi Rp 152,9 triliun, melampaui target yang dipasang manajemen sebesar 17-20%. “Walau begitu, manajemen memilih bersikap konservatif dengan tidak mengubah target pertumbuhan kredit,” ujar Rahmi dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini. Dia mencatat, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hanya meningkat 3% menjadi Rp 200,1 triliun. Ini membuat rasio kredit terhadap simpanan (LDR) naik menjadi 76,4%, mendekati batas minimum yang diterapkan Bank Indonesia. Ke depannya, BNI akan fokus membiayai proyek ekspansi swasta yang berbiaya rendah. Melihat kinerja semester pertama, Rahmi menyatakan, Kim Eng kemungkinan bakal mengerek target pertumbuhan kredit dari saat ini 18%. BNI kemungkinan juga bisa menagih sisa kredit sebesar 56% dari total Rp 2 triliun pada paruh kedua. Pacu Kredit Sementara itu, Direktur Utama BNI Gatot M Soewondo menyatakan, pendapatan bunga bakal lebih digenjot pada triwulan III-IV dan mesin-mesin revenue bakal berjalan lebih cepat. “Perseroan berharap sustainable profit growth yang didapatkan, bukan sekadar perubahan biaya-biaya dan PPAP,” jelas Gatot. Sepanjang tahun ini, menurut Gatot, BNI tetap menargetkan pertumbuhan kredit 17-20%. Tahun ini, perseroan masih fokus pada transformasi internal, sehingga pertumbuhan kredit di bawah industri. “Tahun depan, kami mulai tinggal landas,” kilah dia. Peningkatan kredit cukup dimungkinkan, karena rasio kredit bermasalah (non performing loan/ NPL) gross turun dari 4,3% menjadi 4,0%, sedangkan NPL net turun dari 0,9% menjadi 0,7%. Dia menyatakan, beban operasional turun dari Rp 4,48 triliun menjadi Rp 4,39 triliun. Return on asset (ROA) naik dari 2,3% menjadi 3,0%. Sementara itu, return on equity (ROE) dari 24,3% menjadi 19% karena adanya penambaham modal Rp 10,4 triliun dari hasil rights issue Desember 2010. Gatot menambahkan, pihaknya juga mencatat adanya peningkatan efisiensi yang tercermin pada penurunan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 78,1% menjadi 70,1% dan cost to income ratio (CIR) menurun dari 48,2% menjadi 45,0%. Sebaliknya, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) meningkat dari 5,8% menjadi 5,9%. Peningkatan NIM juga ditunjang oleh kredit baru yang mulai kencang pada triwulan II-2011. Dari penyaluran kredit Rp 152,90 triliun, kredit ke segmen korporasi tumbuh 25% dari Rp 45,25 triliun menjadi Rp 56,84 triliun, sementara kredit usaha kecil naik 17,3% menjadi Rp 31,65 triliun. Adapun kredit konsumsi meningkat 34% menjadi Rp 27,33 triliun, dan pembiayaan di bisnis internasional tumbuh 27% menjadi Rp 6,08 triliun. Analis CIMB Securities Mulya Chandra menyatakan, secara keseluruhan, kinerja emiten bank domestik cukup baik pada semester pertama. Kinerja operasional sudah sesuai target, terlihat dari pertumbuhan kredit 23% dan NIM stabil. Dia mencatat, rata-rata pertumbuhan laba 10 bank yang dia riset mencapai 37%. Namun, biaya provisi naik 22%. Tapi, ada sebagian bank yang menikmati penurunan provisi, seperti BRI dan BNI. “Khusus untuk BNI, bank ini cukup terbantu dengan penurunan biaya provisi dan perbaikan NPL,” kata dia. Sebanyak tiga bank pemerintah, BNI, BRI, dan Mandiri, memiliki biaya yang rendah. Namun, pada paruh kedua biaya diprediksi kembali normal. Bank-bank di Indonesia, kata dia, juga diuntungkan dengan rendahnya inflasi. Hal ini akan menjadi katalis penguatan kinerja operasional dan keuangan. Beberapa Tantangan Di sisi lain, analis Deutsche Bank Raymond Kosasih dan Arinta Harsono menyatakan, ada beberapa tantangan yang bakal dihadapi BRI. Pertama, rasio biaya terhadap laba. Setiap 1% kenaikan biaya akan memangkas laba sebesar 5%. Kedua, rendahnya pertumbuhan kredit. Dalam pandangan dia, pertumbuhan kredit merupakan motor utama profitabilitas BNI. Jika target per tumbuhan kredit tidak bisa dicapai, tentunya akan berdampak pada laba bersih. “Terakhir, laba bank sangat sensitif terhadap NIM, karena mayoritas pendapatan didorong oleh NII. NIM bisa turun jika imbal hasil rendah dan biaya dana (cost of fund) naik. Rahmi Marina menyematkan rating hold BBNI dengan target harga Rp 4.100. Sedangkan Mulya Chandra memasang rating netral BBNI dengan target harga Rp 4.650. Adapun Raymond Kosasih dan Arinta Harsono memberikan rating buy BBNI dengan target harga Rp 5.850 berdasarkan valuasi asumsi PER 2011-2012 13,6 kali dan 11,3 kali. Pada perdagangan Rabu (28/ 9), BBNI naik Rp 100 (2,8%) menjadi Rp 3.650. tabel OKTOBER - NOVEMBER 2011 22 ANALISIS FUNDAMENTAL Indofood Lolos dari Kondisi Sulit Oleh Harso Kurniawan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sukses membukukan peningkatan laba bersih pada semester pertama 2011 di tengah lonjakan harga bahan baku. Pendapatan konsolidasi meningkat 20,5% menjadi Rp 21,84 triliun, sedangkan laba bersih naik 12% menjadi Rp 1,58 triliun. tino K ondisi ini diyakini bisa dipertahankan perseroan sampai akhir tahun, seiring efisiensi yang digalang perseroan. Atas dasar itu, sejumlah analis menilai saham INDF masih menarik untuk dikoleksi. Berapakah gain yang bisa didulang dari INDF? Analis Etrading Securities Andrew Argado menyatakan, empat divisi bisnis, yakni produk konsumen bermerek (CBP), Bogasari, agribisnis, dan distribusi, yang menyumbangkan 42%, 26%, 24%, dan 7% terhadap total penjualan. Alhasil, laba kotor naik 7,5% menjadi Rp 6,3 triliun. “Namun, lonjakan harga bahan baku menggerus margin kotor dari 32,5% menjadi 28,9%,” kata Andrew dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini. Harga gandum, bahan baku utama mi, sempat menyentuh US$ 410 per ton. Namun, harga turun menjadi sekitar US$ 310/ton pada Juni 2011. Meski menurun, harga lebih premium dibandingkan Juni 2010 sebesar US$ 180/ton. Peningkatan laba bersih, kata Andrew, disebabkan meningkatnya kinerja operasional dan lebih rendahnya beban keuangan, setelah divestasi dua anak usaha, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Dia mencatat, penjualan Bogasari naik 18,5%, seiring meningkatnya permintaan dan peningkatan harga jual. Di divisi agribisnis, penjualan melonjak 43% menjadi Rp 6 triliun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya penjualan produk kelapa sawit dan perbaikan harga jual. Melalui Salim Ivomas, perseroan memiliki perkebunan seluas 242 ribu ha, terdiri atas 205 ribu ha kebun sawit dan 37 ribu ha tanaman lainnya. Sedangkan luas lahan karet mencapai 22 ribu ha. Adapun luas kebun tebu mencapai 5 ribu ha dengan produksi 430 ribu ton pada 2010. Selain itu, peningkatan penjualan divisi CBP membuat pendapatan divisi distribusi naik 13%. Adapun pendapatan divisi CBP naik 7% menjadi Rp 9,2 triliun. Sementara itu, Andrew menilai, pelemahan rupiah bisa berdampak negatif terhadap perseroan. Sebab, perseroan harus mengencangkan ikat pinggang guna mencegah pembengkakan biaya produksi. “Untuk itu, divisi CBP bisa mempertimbangkan untuk menyesuaikan harga jual jika harga gandum naik di atas ekspektasi,” papar dia. Analis Mandiri Sekuritas Octavius Oky Prakarsa menilai, margin EBIT Bogasari cukup tinggi pada semester pertama. Hal ini dipicu adanya stok gandum yang mencukupi. Saat harga terkoreksi tajam pada 2009, Indofood memborong gandum untuk keperluan produksi. “Dengan demikian, margin bisa normal. Tren ini diprediksi terus berlanjut sampai akhir tahun, karena harga gandum cenderung melemah pada paruh kedua,” kata dia. Dia menaksir volume penjualan bisa meningkat. Hal ini tentunya bisa mengompensasi stabilnya harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sebagai imbas dari makin ketatnya persaingan di pasar. Kontribusi Bisnis Gula Sementara itu, Octavius menilai, bisnis gula bakal meningkat tiga kali lipat pada 2012. Hal ini akan membuat margin Indofood stabil. Dia menaksir, produksi gula akan mencapai 120 ribu ton pada 2012. Bisnis ini digarap Salim Ivomas. “Berdasarkan diskusi kami dengan manajemen Salim Ivomas, perseroan menargetkan produksi gula bisa mencapai 500 ribu ton setahun. Jumlah itu bisa dicapai perseroan, mengingat posisi utang kotor hanya 0,2 kali per Juni 2011,” papar dia. Dalam pandangan dia, bisnis gula akan menjadi mesin pertumbuhan Indofood dalam beberapa tahun ke depan. Bisnis ini juga menjanjikan margin kotor menggiurkan, yakni 40-70%. Adapun risiko bisnis ini adalah erosi margin kebijakan pemerintah terkait harga patokan bawah gula. Pada 2010, Indofood masuk bisnis gula melalui anak usahanya, Indofood Agri Resources Ltd (Indoagri). Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Singapura. Indoagri adalah induk usaha Salim Ivomas. Perseroan membangun pabrik gula di Pati, Jawa Tengah berkapasitas 3 ribu ton cane per day (TCD), sedangkan pabrik gula di Sumsel akan berkapasitas 8 ribu TCD. Analis JP Morgan Stevanus Juanda memprediksi pendapatan yang diraup dari gula tahun ini ditaksir mencapai Rp 416 miliar, sedangkan laba bersih sekitar Rp 190 miliar. Analis Credit Suisse Teddy Oetomo dan Agus Sandianto menyatakan, porsi bisnis gula terhadap total pendapatan Salim Ivomas saat ini memang baru mencapai 7%. Tapi, mereka yakin prospek bisnis ini cukup bagus ke depannya. Teddy memprediksi pendapatan Salim Ivomas tahun ini bisa naik 18% menjadi Rp 11,1 triliun. Sementara, laba bersih diestimasi melejit 96% menjadi Rp 11,1 triliun. Etrading memprediksi pendapatan Indofood tahun ini meningkat 10% menjadi Rp 42 triliun. Laba bersih dipatok Rp 3,4 triliun, meningkat 17% menjadi Rp 3,4 triliun. Sementara, Mandiri Sekuritas memprediksi EBITDA 2011 mencapai Rp 8 triliun, dibandingkan tahun lalu Rp 7,6 triliun. Laba bersih diprediksi mencapai Rp 3,2 triliun. Andrew Argado memasang rating hold INDF dengan target harga Rp 5.500. Sedangkan Octavius Oky memasang rating buy INDF dengan target harga Rp 6.900. Saham INDF pada perdagangan Rabu (28/9) naik Rp 25 (0,5%) menjadi Rp 4.725. n OKTOBER - NOVEMBER 2011 DATA FINANSIAL Year To Date sampai dengan 28 September 2011 Q3 2011 (Juli- 28 September) TOP VOLUME No Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 DEWA ........... ENRG ............ ELTY .............. STAR-W ......... BORN ............ BNBR ............ ADRO ............ KIJA .............. BUMI ............ PGAS ............ BBRI .............. LPKR ............. BBKP ............. BMRI ............. PNIN ............. UNSP ............ LPCK ............. TRAM ............ BKSL ............. ASRI .............. Emiten TOP NILAI No Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ASII ............... BMRI ............. BBRI .............. BUMI ............ PGAS ............ TLKM ............ ADRO ............ BBNI ............. BBCA ............ UNTR ............ INDF ............. ITMG ............. ENRG ............ CPIN ............. SMGR ........... HRUM ........... INTP .............. GGRM ........... BORN ............ LPKR ............. Emiten PGAS ............ BBRI .............. BUMI ............ ASII ............... BMRI ............. ENRG ............ CPIN ............. ADRO ............ TMPI ............. MNCN ........... BORN ............ INDF ............. KIJA .............. LPCK ............. ELTY .............. KRAS ............. BHIT .............. UNTR ............ BBCA ............ DEWA ........... Volume (Lot) Astra International Tbk. ................................... 11,967 Bank Mandiri (Persero) Tbk. ........................... 121,648 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ............ 180,120 Bumi Resources Tbk ....................................... 235,527 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. ........... 200,985 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. .......... 32,695 Adaro Energy Tbk ........................................... 297,153 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. .............. 56,288 Bank Central Asia Tbk. ..................................... 24,182 United Tractors Tbk. ......................................... 12,174 Indofood Sukses Makmur Tbk .......................... 75,844 Indo Tambangraya Megah Tbk. .......................... 4,710 Energi Mega Persada Tbk. .............................. 839,350 Charoen Pokphand Indonesia Tbk .................... 81,141 Semen Gresik (Persero) Tbk. ............................. 12,073 Harum Energy Tbk ............................................ 23,705 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. .................... 10,163 Gudang Garam Tbk. ........................................... 1,481 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk ............ 344,793 Lippo Karawaci Tbk. ....................................... 136,515 TOP FREKUENSI No Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Volume (Lot) Darma Henwa Tbk .......................................... 983,380 Energi Mega Persada Tbk. .............................. 839,350 Bakrieland Development Tbk ......................... 528,179 Waran Seri I Star Petrochem Tbk. .................. 389,715 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk ............ 344,793 Bakrie & Brothers Tbk .................................... 332,132 Adaro Energy Tbk ........................................... 297,153 Kawasan Industri Jababeka Tbk ..................... 261,612 Bumi Resources Tbk ....................................... 235,527 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. ........... 200,985 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ............ 180,120 Lippo Karawaci Tbk. ....................................... 136,515 Bank Bukopin Tbk. ......................................... 121,973 Bank Mandiri (Persero) Tbk. ........................... 121,648 Panin Insurance Tbk. ...................................... 121,493 Bakrie Sumatra Plantations Tbk. .................... 114,974 Lippo Cikarang Tbk ........................................ 108,692 Trada Maritime Tbk. ......................................... 98,087 Sentul City Tbk. ................................................ 93,952 Alam Sutera Realty Tbk. ................................... 92,829 Emiten Volume (Lot) Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. ........... 200,985 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ............ 180,120 Bumi Resources Tbk ....................................... 235,527 Astra International Tbk. ................................... 11,967 Bank Mandiri (Persero) Tbk. ........................... 121,648 Energi Mega Persada Tbk. .............................. 839,350 Charoen Pokphand Indonesia Tbk .................... 81,141 Adaro Energy Tbk ........................................... 297,153 AGIS Tbk .......................................................... 77,318 Media Nusantara Citra Tbk .............................. 15,665 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk ............ 344,793 Indofood Sukses Makmur Tbk .......................... 75,844 Kawasan Industri Jababeka Tbk ..................... 261,612 Lippo Cikarang Tbk ........................................ 108,692 Bakrieland Development Tbk ......................... 528,179 Krakatau Steel (Persero) Tbk ............................ 28,275 Bhakti Investama Tbk ....................................... 92,664 United Tractors Tbk. ......................................... 12,174 Bank Central Asia Tbk. ..................................... 24,182 Darma Henwa Tbk .......................................... 983,380 Nilai (Rp) Frekuensi ........ 1,593,452,478,000 ...... 89,859 ........ 4,820,536,207,500 .... 135,439 ........ 2,484,330,193,000 .... 102,244 ............... 4,029,900,000 ........ 2,964 ........ 3,622,266,000,000 .... 105,751 ........ 1,394,705,285,000 ...... 82,007 ........ 8,305,616,210,000 .... 125,828 ........ 2,170,263,629,500 .... 103,896 ...... 15,075,339,455,000 .... 163,937 ...... 11,884,515,525,000 .... 186,710 ...... 17,858,075,375,000 .... 183,903 ........ 3,525,496,410,000 ...... 77,410 ........ 1,295,754,677,500 ...... 52,342 ...... 17,943,532,075,000 .... 160,686 ........... 204,125,185,000 ...... 54,277 ........ 1,799,864,265,000 ...... 53,326 ........ 2,513,666,592,500 .... 102,958 ........ 2,851,850,055,000 ...... 13,423 ........ 2,098,268,714,000 ...... 76,982 ........ 2,415,434,172,500 ...... 69,006 Nilai (Rp) Frekuensi ...... 19,720,331,675,000 .... 162,016 ...... 17,943,532,075,000 .... 160,686 ...... 17,858,075,375,000 .... 183,903 ...... 15,075,339,455,000 .... 163,937 ...... 11,884,515,525,000 .... 186,710 ........ 9,165,155,625,000 ...... 82,319 ........ 8,305,616,210,000 .... 125,828 ........ 7,505,557,962,500 ...... 79,736 ........ 7,210,358,875,000 ...... 90,842 ........ 7,061,373,925,000 ...... 91,245 ........ 6,263,563,975,000 .... 103,928 ........ 5,661,960,375,000 ...... 66,045 ........ 4,820,536,207,500 .... 135,439 ........ 4,535,303,372,500 .... 134,242 ........ 4,375,882,900,000 ...... 58,193 ........ 4,136,888,075,000 ...... 59,121 ........ 4,046,774,150,000 ...... 63,556 ........ 3,934,177,275,000 ...... 51,376 ........ 3,622,266,000,000 .... 105,751 ........ 3,525,496,410,000 ...... 77,410 Nilai (Rp) Frekuensi ...... 11,884,515,525,000 .... 186,710 ...... 17,858,075,375,000 .... 183,903 ...... 15,075,339,455,000 .... 163,937 ...... 19,720,331,675,000 .... 162,016 ...... 17,943,532,075,000 .... 160,686 ........ 4,820,536,207,500 .... 135,439 ........ 4,535,303,372,500 .... 134,242 ........ 8,305,616,210,000 .... 125,828 ........... 618,170,204,500 .... 108,621 ........ 1,115,316,635,000 .... 105,897 ........ 3,622,266,000,000 .... 105,751 ........ 6,263,563,975,000 .... 103,928 ........ 2,170,263,629,500 .... 103,896 ........ 2,513,666,592,500 .... 102,958 ........ 2,484,330,193,000 .... 102,244 ........ 1,310,882,790,000 .... 100,774 ........ 1,004,382,422,500 ...... 98,261 ........ 7,061,373,925,000 ...... 91,245 ........ 7,210,358,875,000 ...... 90,842 ........ 1,593,452,478,000 ...... 89,859 sumber: stockwatch 23 OKTOBER - NOVEMBER 2011 24 SUPER INVESTOR GLOBAL WARREN BUFFETT: Kesabaran Adalah Aset Oleh Iwan Subarkah Warren Edward Buffett, pria kelahiran 30 Agustus 1930 ini tenar ke seluruh dunia, khususnya para pelaku di pasar finansial, sebagai investor legendaris. Banyak ucapannya yang menjadi mantra dalam berinvestasi. BLOOMBERG investor mana pun di seluruh dunia. Setiap tahun, ribuan pemenang undian dan penggemar terbang ke Omaha untuk mengikuti RUPS Berkshire. Acara rutin itu menjadi semacam festival untuk mendengarkan langsung petuah Buffett. Kalau dalam seabad ini AS harus dipersonifikasikan, barangkali ia adalah Warren Buffett. Ia mungkin tidak seglamor John F Kennedy atau Marilyn Monroe, tapi bagi jutaan investor ia adalah perwujudan dari Mimpi Amerika. Ia pernah disebut layaknya bisbol dan apple pie bagi Amerika. Ia membuat berinvestasi tampak sederhana. Ia mengidentifikasi perusahaan yang sahamnya undervalued, membeli sahamnya dan dipegang selamanya. “Untuk sukses berinvestasi anda tidak perlu memahami beta, efisiensi pasar, teori portofolio modern, opsi harga atau apalah itu pasar berkembang. Bahkan mungkin lebih baik untuk tidak tahu sama sekali semuanya itu. Tujuan anda sebagai investor hanya untuk membeli, pada harga yang rasional, dan sedikit pengetahuan akan bisnis yang mudah dipahami, yang labanya bisa dibayangkan bakal naik lima kali, 10 kali, dan 20 kali lipat dari sekarang,” tutur Buffett. P idatonya dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Berkshire Hathaway selalu dinanti. Orang bahkan harus membayar untuk bisa ikut menghadirinya. Acara makan siang amal tahunan “Power Lunch” bersama dia, diundikan. Tahun ini, pemenangnya rela membayar US$ 2,63 juta untuk makan steak bersama Buffett di Smith and Wollensky di Manhattan, New York, AS. Padahal harga sepiring steak di restoran itu ‘cuma’ US$ 36,50. Buffett barangkali adalah orang yang menakdirkan diri untuk menjadi seorang investor. Saat lulus dari SMA Woodrow Wilson pada 1947, di bawah potret diri pada buku tahunan SMA itu, ia mendeskripsikan diri: suka matematika; broker saham masa depan. “Saya senantiasa tahu akan menjadi kaya. Tidak pernah semenit pun saya ragu akan hal itu,” kata dia suatu ketika. Namun minat, bakat, dan keterampilannya sudah terasah sejak bocah. Bapaknya, Howard, kebetulan seorang broker saham yang kemudian mengabdi di Kongres AS. Putra satu-satunya dari tiga bersaudara ini membuat takjub teman-teman masa kecilnya lantaran sanggup menghitung angka di luar kepala. Kepandaian ini masih membuat kagum para kolega bisnisnya hingga saat ini. Saat baru berusia enam tahun, Buffett membeli enam pak Coca-Cola dari toko grosir kakeknya seharga 25 sen dolar AS. Satu botolnya ia jual satu nikel (lima sen) sehingga ia menangguk untung lima sen per botol. Ketika anak-anak sebayanya bermain engklek, Warren menghasilkan uang. Lima tahun kemudian, Buffett sudah melangkah ke dunia keuangan tingkat tinggi. Ia membeli tiga lembar saham Cities Service seharga US$ 38 per saham. Saham itu untuk dia dan kakaknya, Doris. Tak berapa lama, harga saham itu jatuh menjadi US$ 27 per saham. Buffett remaja pun kaget tapi tidak resah. Ia pegang saham itu sampai kemudian rebound ke harga US$ 40. Mungkin karena kegirangan, saham itu ia jual. Buffett pun menyadari kesalahan ini dan menyesal. Sebab, harga saham Cities Service kemudian menjulang sampai US$ 200. Pengalaman itu telah memberinya satu pelajaran dasar dalam berinvestasi: kesabaran adalah aset. Pada masa SMA, Buffett juga berinvestasi di bisnis milik ayahnya dan membeli lahan pertanian yang dikelola oleh petani penggarap. Begitu menyelesaikan kuliah, Buffett sudah memiliki tabungan lebih dari US$ 90 ribu berdasarkan kurs 2009. Per 21 September 2011, kekayaannya mencapai US$ 39 miliar Buffett memiliki filosofi untuk selalu membeli saham pada harga lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Strategi ini disebut value investing. Di samping kepiawaiannya, Buffett memi- n Warren Buffett (tengah) GAYA BERINVESTASI Gaya berinvestasi Warren Buffett adalah gabungan dari disiplin, kesabaran, dan nilai yang konsisten di atas pasar selama berdekade-dekade. Buffett menetapkan kriteria perusahaan yang bagus sebagai berikut: Tingkat pengembalian modalnya bagus dan tanpa banyak utang. Bisnisnya mudah dipahami. Melihat laba dalam cash flow. Bisnisnya kuat, sehingga bebas untuk menetapkan harga. Tidak memilih yang jenius untuk menjalankan roda usaha. Laba usahanya dapat diprediksi. Orientasi manajemennya kepada pemilik usaha. liki temperamen yang cenderung lebih feminin. LouAnn Lofton menjelaskan ini dalam bukunya, Warren Buffett Invest Like A Girl. Buffett sendiri pernah berkata bahwa temperamen lebih penting untuk sukses berinvestasi dibandingkan intelektualitas. Strategi Investasi Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan jika pasar saham anjlok dan nilai portofolio kita susut 10% hanya dalam sepekan? Bagaimana pula jika satu saham begitu menjanjikan saat membelinya bulan lalu? Perusahaannya menjual barang kebutuhan semua orang. Kondisi keuangannya sangat bagus dan memiliki rekam jejak pertumbuhan yang konsisten. Namun tiba-tiba ekspektasi raihan laba gagal terpenuhi dan harga sahamnya anjlok 15% dalam sehari. Apa yang akan dilakukan investor? Apakah menjualnya dan mengutuk diri sendiri karena membelinya bulan lalu? Apakah akan duduk rapat-rapat dan tidak melakukan apa pun sampai kerugian terganti lalu sahamnya dijual? Apakah tetap tersenyum, membeli lebih banyak, dan yakin bahwa orang lain salah? Ataukah akan mempelajari dan memastikan lagi penilaian terhadap perusahaan itu, baru tersenyum dan membeli lebih banyak? Kalau jawaban terakhir yang diambil, kita sudah berada dalam jejak langkah berinvestasi ala Buffett. Kalau boleh berlebihan, kita memiliki masa depan cerah di Berkshire. Sebab secara kebetulan, Buffett tengah mencari suksesor. Strategi investasi Buffett tidak hanya membantunya jadi orang terkaya kedua di AS dan ketiga sejagat. Ia juga menjadi figur paling dicermati, dan juga diimitasi, oleh para investor di Wall Street. Pergerakan saham Berkshire menjadi panduan, para mutual fund meniru strateginya, dan para investor mencontek cara Buffett memilih saham. Tetap saja Buffett menghasilkan uang lebih banyak dibandingkan Jangka Panjang Strategi itu yang membuat dia berhasil mengubah investasi US$ 100 ribu pada 40 tahun lalu menjadi perusahaan dengan pendapatan US$ 136,18 miliar, laba bersih US$ 12,97 miliar, dan total aset US$ 327,23 miliar pada 2010. “Harga adalah apa yang kita bayar, tapi nilai adalah apa yang kita dapat. Jauh lebih baik membeli perusahaan luar biasa pada harga biasa-biasa saja ketimbang perusahaan biasa-biasa saja pada harga luar biasa,” kata dia. Tapi tetap saja kesuksesan Buffett itu unik. Sebab, value investing itu sangat sulit. Titik awal untuk mengidentifikasi perusahaan seperti itu nyaris mustahil bagi kebanyakan investor. Sebab, secara psikologis sungguh menyakitkan untuk membeli saham yang tidak dilirik orang lain. Bahkan lebih sulit lagi membeli untuk memertahankannya. “Saya tidak pernah berusaha menghasilkan uang dari pasar saham. Saya membeli dengan asumsi pasar besok akan tutup dan tidak buka lagi sampai lima tahun ke depan,” ujar dia. “Beli lah hanya saham yang anda betul-betul senang memegangnya jika pasar tutup sampai 10 tahun. Periode kepemilikan favorit kami adalah selamanya,” tambah Buffett. Ia memberi saran bahwa saat terbaik untuk membeli saham adalah pada hari (day) manakala tidak ada mengapa (y) di dalamnya. “Investor hari ini tidak mendapatkan untung dari pertumbuhan kemarin. Aturan pertama adalah jangan penah merugi. Aturan kedua adalah jangan pernah lupa dengan aturan pertama,” tandas Buffett. (berbagai sumber)