MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi sebagai Interaksi Simbolik Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi PR Tatap Muka 02 & 03 Abstract Kode MK Disusun Oleh Kode MK SM Niken Restaty, M.Si Kompetensi Pembahasan pada modul ini meliputi Dari materi kuliah tersebut di atas, komunikasi simbolik. sebagai interaksi diharapkan memahami mahasiswa bahwa dapat komunikasi sebagai interaksi simbolik. Pembahasan A. Interaksi Sosial Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Narwoko dan suyanto ( Burhan Bungin: 2006; 20) mengatakan bahwa , kajian tentang interaksi social disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak social dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah apabila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau pada perilaku orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima. Bentuk-bentuk dynamic yang dimaksud oleh Auguste Comte sama dengan yang dimaksud dengan struktur dinamis dalam masyarakat. Struktur dinamis ini dilihat memiliki kemiripan dengan proses sosial. Proses sosial yang dimaksud adalah dimana individu, kelompok dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Proses ini kemudaian mengalami dinamika sosial lain yang disebut dengan perubahan sosial yang terus menerus dan secara simultan bergerak dalam sistem-sistem sosial yang lebih besar. Proses-proses sosial ini akan mengalami pasang surut seirama dengan peruahan-peruahan sosial secara global. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia Setiap manusia pasti memerlukan interaksi, karena manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak akan menjadi makhluk sosial kalau tidak berinteraksi. Sebelum kita lebih jauh tentang interaksi kita perlu tahu dulu apa yang dimaksud dengan interaksi. 2016 2 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Interaksi sosial adalah: hubungan yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Interaksi adalah kunci kehidupan sosial. Manusia tidak akan bisa menjadi makhluk sosial apabila tidak berinteraksi. Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah: 1. Kontak sosial Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh, yang berarti sama-sama menyentuh. Kontak tidak selalu hubungan badaniyah tetapi bisa melalui beberapa media, kontak tidaklah selalu tergantung dari tindakan akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Seseorang dapat saja bersalaman dengan patung atau main mata dengan orang buta sampai berjam-jam lamanya tanpa menghasilkan kontak. Kontak sosial ini bisa bersifat primer dan sekunder. Kontak sosial primer, yaitu kontak sosial yang terjadi secara langsung antara sesaeorang dengan orang atau kelompok masyarakat lainnya secara tatap muka. Sedangkan kontak sosial sekunde, yaitu terjadi melalui perantara yang sifatnya manusiawi maupun dengan teknologi. Tetepi pengertian atau pembedaan ini semakin sulit dibedakan sekarang ini karena kontak yang melalui mediapun bisa terjadi dengan tatap muka, misalnya menggunakan teknologi teleconferensce atau melalui internet. Kontak sosial dapat berlangsung dalam lima bentuk, yaitu: a. Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang perorang. Proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang mempelajari norma-norma yang terjadi dimasyarakatnya. Berger dan Luckman (Bungin, 2001;14) mengatakan proses ini terjadi melalui proses objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok masayarakat atau sebaliknya c. Antara kelompok masyarakat dengan keompok masyarakat lainnya dalam sebuah komunitas. d. Antara orang perorang dengan masyarakat global di dunia international. 2016 3 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id e. Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, dimana kontak sosial terjadi secara simultan diantara mereka. Kehidupan seseorang saat ini telah masuk pada dunia yang serba pilihan, seseorang dapat memilih ia hidup dalam kelompok atau hidup dalam sebuah masyarakat, bahkan ia boleh hidup dalam dunia yang serba global. Seseorang juga dapat memilih hidup hidup dalam masyarakat lokal atau memilih hidup dalam masyarakat global, bahkan boleh hidup didlam kedua kelompok kehidupan itu yaitu lokal (global-lokal), maka kontak-kontak sosial menjadi sangat majemuk dan rumit. Kerumitan ini pula dipacu dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga dimanapun ia berada saja ia inginkan. Kontak sosial bukan saja menjadi kebutuhan, namun juga menjadi pilihan dengan siapa ia melakukannya. 2. Komunikasi Arti yang terpenting dari komunikasi adalah seseorang memberikan tanggapan/penafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniyah atau sikap) perasaan apa yang muncul dan reaksi apa yang diberikan. Misalnya apa yang terjadi apabila seorang gadis diberikan bunga atau coklat oleh seseorang pemuda, apa yang terjadi kalau seseorang diberikan senyuman, cibiran, lirikan mata dll. Dalam komunikasi ada tiga unsure penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunkan untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau menerima informasi. Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknai informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subjektif dan konsktual. Subjektif, artinya masing-masing pihak (komunikator dan komunikan) memiliki kapasitas untuk memaknai informasi yang disebarkan ayau diterimanya berdasarkan apa yang ia rasakan, ia yakini dan ia mengerti serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan kedua balah pihak. Sedangkan sifat konstektual adalah bahwa pemaknaan itu 2016 4 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana kedua belah pihak itu ada. Dengan demikian, konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam mamaknai informasi yang disebarkan dan diterima itu. Oleh karena itu, maka proses komunikasi memiliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaanya, karena dilakukan oleh subjek-objek yang beragam dan konteks sosial yang majemuk pula. Selanjutnya kontak dan komunikasi dalam interaksi sosial tidak bisa dipisahkan keduanya harus saling mengisi misalnya apabila dua orang dari negara yang berlainan bertemu tidak saling mengerti bahasa , tapi berjabat tangan mungkin kontak terjadi tapi tidak ada komunikasi sehingga interaksi sosial tidak bisa terwujud, karena kontak tanpa komunikasi tidak punya arti apa-apa.Dengan demikian tanpa adanya kontak dan komunikasi maka berarti interaksi tidak pernah ada. Pentingnya interaksi ini juga menjadikan manusia yang awalnya adalah makhluk organik/biologis menjadi makhluk sosial setelah berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Bayi yang awalnya hanya makhluk biologis berinteraksi dengan keluarganya akan mengerti siapa dirinya, siapa orang yang dihadapinya, apa saja peran orang tuanya dan apa pula peran dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain. Setelah itu maka manusia tidak bisa melepaskan diri dari yang namanya interaksi. Jadi jelas bahwa komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia di dalam masyarakat. Ini berarti juga bahwa komunikasi adalah syarat untuk terjadinya interaksi. B. Proses Interakasi Sosial Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2002:71-104), menjelaskan ada dua golongan proses sosial sebagai akibat dari interaksi sosial, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif. 1. Proses Asosiatif Dimaksud dengan dengan proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang perorangan atau kelompok satu dengan dengan lainnnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama. 2016 5 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Kerjasama Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama, kesadaran akan kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan faktafakta yang penting dalam kerjasama yang berguna. Kerja sama akan semakin kuat apabila mendapat ancaman dari luar, muncul kekecewaan akan tidak dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kerjasama tidak selalu menghasilkan hal yang positif tapi juga mungkin negatif misalnya kurang inisiatif dan daya kreasi dari anggota yang melakukan kerjasama tersebut karena ketergantungan dengan kelompoknya. Ada beberapa bentuk akomodasi: 1. Gotong royong dan kerja bakti 2. Bargaining merupakan bentuk perjanjian pertukaran kepentingan, kekuasaan, barangbarang maupun jasa antara dua organisasi atau lebih yang terjadi di bidang politik, budaya, ekonomi, hukum maupun militer. 3. Co-option merupakan proses kerjasama yang terjadi diantara individu dan kelompok yang terlibat dalam sebuah organisasi atau negara dimana terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menciptakan stabilitas. 4. Coalition, yaitu, dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama kemudia melakukan kerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut. Coaltion umumnya tidak menyebabkan ketidakstabilan struktur masing-masing organisasi, karena biasanya terjadi di unit program dan dukungan politis. 5. Joint-venture, yaitu, kerjasama dua atau lebih organisasi perusahaan di bidang bisnis untuk pengerjaan proyekproyek tertentu. b. Akomodasi Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk pada suatu keadaan, berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai yang 2016 6 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, maka akomodasi menunjuk pada usaha untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, tujuan akomodasi bermacam-macam tergantung dari situasi yang dihadapinya misalnya bisa saja untuk mengusahakan peleburan kelompokkelomppok sosial yang terpisah, meredakan pertentangan, mencegah meledaknya pertentangan, dan memungkinkan terjadinya kerjasama. Tidak selamanya bahwa akomodasi sebagai suatu proses akan berhasil sepenuhnya. Disamping terjadinya stabilitas dalam beberapa hal, mungkin masih tertinggal benih-benih pertentangan dalam bidang lainnya (latent), yang sebenarnya tidak diperhitungkan oleh usaha akomodasi yang terdahulu. Bentuk-bentuk akomodasi Akomodasi sebagai suatu proses, dapat memiliki beberapa bentuk, yaitu: 1. Coercion, yaitu suatu akomodasi yang dilaksanakan karena terpaksa, misalnya perbudakan 2. Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang berselisih berusaha untuk mengerti dan merasakan pihak lain dengan cara mengurangi tuntutannya. 3. Arbitration, adalah suatu cara untuk mencapai compromise dengan cara mencari pihak ketiga untuk menyelesaikan perselisihan, bisa atasan atau pihak yang berwenang. 4. Mediation, menyelesaikan perselisihan dengan dicari pihak ketiga untuk memberikan nasehat atau saran bukan untuk menyelesaikan. 5. Conciliation, adalah suatu bentuk usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapai suatu persetujuan bersama. 6. Toleration, merupakan bentuk akaomodasi yang terjadi tanpa sadar dan tanpa direncanakan, muncul karena watak perorangan atau kelompok, untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan. 7. Stalemete, Pihak-pihak yang berselisih karena memiliki kekuatan yang seimbang akhirnya berhenti pada satu titik tertentu. 8. Adjudication, penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan 2016 7 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proses sosial tidak berhenti sampai disitu, karena akomodasi berlanjut dengan proses berikutnya yaitu asimilasi. Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok dengan kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Proses asimilasi timbul bila ada : Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Proses asimilasi ini menjadi penting dalam kehidupan masyarakat yang individunya berbeda secara cultural, sebab asimilasi yang baik akan melahirkan budaya-budaya yang dapat diterima oleh semua anggota dalam kelompok masyarakat. 2. Proses Disosiatif Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh individuindividu dan kelompok dalam proses sosial daiantra mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah persaigan, kompetesi, dan konflik. a. Persaingan Suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencaari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dari publik dengan cara usaha menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman. b. Contravention Contravention adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi suatu kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. 2016 8 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Selanjutnya interaksi social itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu interaksi nonsimbolis dan interaksi simbolis. Interaksi non simbolis berarti bahwa manusia merespon secara langsung terhadap tindakan atau isyarat orang lain, sedangkan interaksi simbolis bahwa manusia menginterpretasikan masing-masing tindakan dan isyarat orang lain berdasarkan arti yang dihasilkan dari interpretasi yang ia lakukan. Dalam materi ini kita akan mempelajari interaksi simbolik. c. Pertentangan Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lain dengan ancaman atau kekerasan. Banyak hal yang menyebabkan pertentangan ini misalnya pertentangan karena masalah pribadi, perbedaan kebudayaan, kepentingan dan perubahan sosial. C. Interaksi Simbolik Dalam kehidupan kita sehari-hari kita memang tidak lepas dari yang namanya simbolsimbol, bahkan hampir tidak mungkin hidup tanpa simbol. Sepanjang hidupnya manusia selalu menggunakan simbol dan tanda. Dalam keadaan diam ataupun bengong, itupun juga simbol dan tanda. Simbol merupakan bagian yang integral dalam hidup manusia, tidak bisa dibayangkan bagaimana manusia hidup tanpa simbol. Simbol berasal dari kata Bahasa Latin symbolicum (semula dari bahasa Yunani Sumbolon) yang artinya tanda untuk mengartikan sesuatu. Sebuah simbol adalah sesuatu yang terdiri atas sesuatu yang lain. Suatu konsep makna bisa ditunjukkan dengan simbol (cincin merupakan simbol perkawinan; seragam militer merupakan simbol kesatuan; bendera merupakan simbol bangsa). Seseorang juga merupakan simbol, presiden menunjukkan republik, raja atau ratu menunjukkan kerajaan. Kadang-kadang kitapun ingin menggambarkan suatu dunia empirik tetapi tidak ada kata yang cocok untuk itu? Apa yang anda gunakan untuk menjelaskan konsep itu? Simbol adalah jawabannya. Arti tanda dalam perkembangannya dibedakan dengan simbol. Jika tanda memiliki satu arti (sama bagi orang ) maka simbol memiliki banyak arti (tergantung pada siapa yang menafsirkannya). 2016 9 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Zastrow mengartikan bahwa simbol-simbol merupakan prinsip utama yang melaluinya kita memperoleh harapan kita pada sesama. Sebuah simbol dari setiap objek, kata maupun kejadian terdiri dari suatu arti yang dapat dipertukarkan bersama. Disini kita bisa artikan bahwa pengertian simbol merupakan konsensus sosial, persetujuan kelompok untuk menerangkan sesuatu yang diwakili oleh simbol itu. Kita menggunakan simbol karena ingin menggambarkan sesuatu tidak secara fisik namun dalam bentuk nonfisik, simbol-simbol tersebut telah disepakati dalam perjanjian bersama yang membentuk suatu masyarakat. Ada dua macam pembedaan simbol : 1. Perbedaan formal a. Simbolisme presentasional yaitu cara penangkapannya tidak memerlukan intelektualitas, dengan spontan melahirkan apa yang dikandungnya (lukisan, tarian, pahatan) b. Simbolisme distruktif yaitu, cara penangkapan melalui intelek dengan spontan tapi berurutan misalnya bahasa. 2. Menurut ways of using symbols. Simbol yang kedua ini berdasarkan kegunaan dari symbol itu sendiri. Sekalipun terdapat berbagai macam simbol sebagai media komunikasi tetapi bahasalah yang merupakan simbol yang paling memadai dalam proses komunikasi. Bahasa memang merupakan instrumen yang besar yang dipergunakan bersama dalam kehidupan masyarakat, karena bahasa merupakan representasi dari pernyataan pikiran, perasaan, untuk mewujudkan perbuatan guna menunjukan simbol-simbol yang disepakati bersama di dalam masyarakat yang bersangkutan. Membicarakan lambang (simbol), ada baiknya saya kemukakan pendekatan yang membicarakan manusia dan proses penciptaan simbol, yaitu Teori Interaksi Simbolik. Dalam buku Julia T Wood, dikemukakan mengenai Teori Interaksi Simbolik yang dicetuskan oleh George Herbert Mead. Mead mengatakan bahwa lahirnya simbol sebagai dasar antara kehidupan personal dan kehidupan sosial. Teori ini disebut symbolic interactionism. Teori Mead ini menjelaskan bagaimana manusia menciptakan arti pada objek, situasi, pengalaman, mereka, dan kita. 2016 10 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id George Herbert Mead Terdapat beberapa konsep kunci dalam memahami teori Mead : 1. Mind Mead percaya bahwa setiap manusia hidup memiliki pikiran. Mead menjelaskan pikiran adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan arti dalam kehidupan sosial. Saat anak-anak berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang lain, maka mereka menggunakan bahasa dan secara tidak langsung mereka belajar tentang pemahaman sosial terhadap sebuah istilah atau kata. 2. Self Sebagaimana halnya pikiran, diri kita (self) akan berkembang dengan adanya interaksi. Mead mengatakan bahwa diri kita adalah sebuah kemampuan untuk merefleksikan/mengekspresikan diri sesuai dengan perspektif orang lain tentang diri kita. Penilaian orang lain kepada kita akan menunjukan diri kita tentang siapa kita. saat orang mengatakan “kamu bodoh” “kamu menawan” “kamu berlian di mata ku” itu akan mengidentifikasi diri kita tentang bagaimana bentuk kita di kehidupan sosial. Teori Mead ini dikenal dengan “The looking glass self” theory. Pada teori ini menjelaskan bagaimana kita bercermin melihat diri kita sendiri melalui mata orang lain. 3. I and Me Mead mengatakan dalam diri kita terdapat dua subjek. Subjek yang beraksi adalah I. I menunjukan subjek diri kita yang kreatif, spontan, impulsive. Dimana I adalah subjek yang genius tapi individualis. Sementara subjek satunya adalah ME. ME menunjukan subjek yang berevaluasi, analitis, menyadari adanya aturan, kenyamanan bersama dan ekspektasi. I mengutamakan apa yang kita kehendaki dari diri kita sendiri, sementara Me menghendaki apa yang orang lain ingin lihat dari kita. 4. Role Taking 2016 11 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada teori Symbolic Interactionism mengatakan bahwa pemahaman kita tentang suatu hal merefleksikan perspektif dari Particular Others dan Generalize Others. Particular Others : adalah individu-individu yang dekat dengan kita dan keberadaannya sangat signifikan dengan keberadaan kita (mis: anggota keluarga, teman, suami/istri, partner kerja). Generalize others: adalah pandangan dari kelompok sosial, komunitas, masyarakat luas sebagai kesatuan dimana kita sebagai salah satu anggota di dalamnya. Hal ini termasuk hukum, aturan, tata tertib, norma perilaku yang dibagi antar anggota masyarakat dan dianut dalam kehidupan sosial. Lalu proses dimana kita menginternalisasikan (memasukan) pandangan orang lain kedalam diri kita dan melihat pengalaman dari perspektif orang lain tentang bagaimana yang ideal sebagai manusia inilah yang disebut role taking. Selain itu ada pula interaksi simbolik yang dikemukakan oleh Arnold Rise dalam Ritzer (1992) melalui satu seri asumsi dan proposisi umum sebagai berikut : Asumsi I, manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol-simbol, manusia memberikan tanggapan terhadap simbol-simbol itu seperti juga ia memberikan tanggapan terhadap rasa panas dan dingin. Asumsi 2, melalui simbol-simbol manusia bekemampuan menstimulir orang lain dengan cara-cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari orang lain. Asumsi 3, dapat dipelajari cara-cara tindakan lain. Asumsi 4, simbol, makna serta nilai-nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanya terfikirkan oleh mereka dalam bagian-bagian yang terpisah, tetapi selalu dalam bentuk kelompok yang kadang-kadang luas dan kompleks. Artinya terdapat satuan-satuan kelompok yang memiliki simbol-simbol yang sama atau kalau dipandang dari segi simbol akan ada simbol kelompok. Zastrow memperjelas pandangan interaksionalisme simbolis dan menekankan bahwa individu dalam proses kehidupannya setiap hari berinteraksi diantara mereka dalam suatu struktur sistem yang luas. Sistem itu misalnya pendidikan, ekonomi, agama. Sebagai teori maka interaksionalisme simbolis memandang bahwa perilaku merupakan hasil dari setiap individu dalam hubungan sosial dengan orang lain. Ia mengatakan bahwa kebutuhan manusia 2016 12 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat diintepretasikan atau didefinisikan melalui penggunaan simbol yang mewakili kata-kata dalam sistem bahasa yang dipelajari manusia. Berdasarkan arti kata diatas maka maka dapat diartikan bahwa komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Pada dasarnya teori interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakekat manusia yang adalah makhluk relasional. Setiap individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya. Tidaklah mengherankan bila kemudian teori interaksi simbolik segera mengedepan bila dibandingkan dengan teori-teori sosial lainnya. Alasannya ialah diri manusia muncul dalam dan melalui interaksi dengan yang di luar dirinya. Interaksi itu sendiri membutuhkan simbolsimbol tertentu. Simbol itu biasanya disepakati bersama dalam skala kecil pun skala besar. Simbol-misalnya bahasa, tulisan dan simbol lainnya yang dipakai-bersifat dinamis dan unik. Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial. Penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan. Sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya. Jadi bisa disimpulkan bahwa Interaksi simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran. Simbolik berasal dari kata ’simbol’ yakni tanda yang muncul dari hasil kesepakatan bersama. Bagaimana suatu hal menjadi perspektif bersama, bagaimana suatu tindakan memberi makna-makna khusus yang hanya dipahami oleh orang-orang yang melakukannya, bagaimana tindakan dan perspektif tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi subyek, semua dikaji oleh para interaksionis simbolik. Jadi interaksi simbolik bisa diartikan sebagai proses pemaknaan dan pendefinisian subyek melalui metode observasi partisipan. Hal yang tidak kalah penting dalam interaksi simbolik adalah pengonsepsian diri subyek. Bagaimana subyek melihat, memaknai dan mendefinisikan dirinya berdasarkan definisi dan makna yang diberikan orang lain. 2016 13 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh interaksi simbolik dalam sebuah penelitian komunikasi: dalam penelitian mengenai Iklan dan Prostitusi. Subyek menggunakan ’iklan panti pijat’ sebagai media (simbol) penawaran jasa prostitutifnya. Subyek yang lain memanfaatkan ’tampil di cover majalah pria’ sebagai media lain penawaran atau komunikasi pemasaran jasa prostitutifnya. Subyek yang lain lagi ’menjual diri’ dengan tampil di situs jejaring sosial Friendster dengan foto-foto yang ’mengundang’ sebagai media komunikasi pemasaran atau iklan jasa prostitutifnya. Bagaimana subyek membentuk simbol-simbol pengiklanan diri tersebut, bagaimana pelanggan dapat menangkap makna simbol-simbol tersebut sehingga terjadi interaksi dan transaksi ’gelap’ dengan menggunakan simbol-simbol eksklusif lain, bagaimana subyek memandang dan mendefinisikan diri mereka berdasarkan pandangan orang lain, apakah mereka lebih senang disebut pelacur, pelacur kelas atas, escort, pemijat plus, model plus, atau sekadar ’teman jalan’? Adakah istilah-istilah dan bahasa-bahasa isyarat tertentu yang mereka gunakan? Bagaimana dengan keluarga dan teman-teman mereka di luar lingkungan prostitutif mereka? Apakah mereka menyembunyikan profesi mereka atau terbuka? Berapa banyak pelanggan dan penghasilan mereka dari hasil beriklan? Adakah pengaruh iklan terhadap kenaikan penghasilan mereka? Digunakan untuk apa saja penghasilan mereka? Lebih banyak untuk membantu perekonomian diri dan keluarga, atau lebih banyak untuk bersenang-senang? Jadi interaksi simbolik bertumpu pada penafsiran atas pemaknaan subyektif (simbolik) yang muncul dari hasil interaksi. menafsirkan makna-makna simbolik yang muncul dari hasil interaksi subyek dengan lingkungannya dengan cara memasuki dunianya dan menelusuri proses pemaknaan tersebut. Dari sekian banyak pakar yang memberikan dasar dan yang mengembangkan interaksi simbolik, ada beberapa pemikiran pakar interaksi simbolik ini yaitu: 1. Herbert Blumer (Blumer adalah muridnya Mead) a. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimilikinya. Misalnya tindakan orang Hindu terhadap sapi berbeda dengan orang muslim di Paskistan. b. Makna tersebut tersebut muncul atau berasal dari interaksi seseorang dengan sesamanya. Misalnya makna merah atau putih diberikan oleh masyarakat muncul karena proses interaksi. 2016 14 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atau c. Makna diberlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Misalnya orang menyapa selamat pagi, maka tindakan tergantung pada penafsiran kita terhadap orang tersebut. Dari pendapat Blumer diatas bias kita simpulkan bahwa makna tidaklah melekat pada benda atau fenomena tetapi terletak pada persepsi masing-masing terhadap benda atau fenomena tersebut. 2. Jerome Manis dan Bernard Melzer mengemukakan ada enam proposisi mendasari pemikiran interaksi simbolik taitu: 1. Tingkah laku dan interaksi antar manusia dilakukan melalui perantara lambanglambang yang mengandung arti 2. Manusi manjadi manusiawi setelah berinteraksi dengan orang lain 3. Manusia adalah himpunan dari orang-orang yang berinteraksi 4. Manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri 5. Manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan tindakan-tindakannya. 6. Untuk memahami tingkah lakunya manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah laku atau perbuatan yang tersembunyi. Dengan demikian teori interaksionisme simbolik memandang bahwa “arti” muncul dari proses social yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda untuk seseorang dari cara-cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut. Sehingga interaksi simbolik mamandang “arti” sebagai produk social; sebagai kreasi-kreasi yang terbentuk melalui aktifitas yang terdefinisi dari individu pada saat mereka berinteraksi. Kesimpulan: Kesimpulan utama yang perlu diambil dri uraian substansi Teori Interaksi Simbolik ini adalah sebagai berikut : 2016 15 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar indiviual dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar dan proses interpretasi terhadap suatu stimulus. 2. Dari empat asumsi tersebut diatas jelaslah lambang komunikasi menduduki posisi sentral dan menentukan dalam suatu proses komunikasi, karena hakekat komunikasi adalah pengoperan simbol-simbol. 3. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses komunikasi itu sendiri adalah sebagai proses interaksi dimana dalam hal ini adalah interaksi simbolik, yaitu proses pengoperan simbol-simbol baik simbol yang berupa kata-kata yang disebut dengan proses komuniksi verbal. Maupun proses pengoperan simbol-simbol yang berupa gerakan, sikap ataupun menggunakan alat-alat yang mana semuanya itu bisa dimaknai oleh baik komunkan maupun komunikator. Sehingga dalam hal ini proses komunikasi itu sendiri adalah proses pengoperan simbol-simbol yang maknanya sudah disepakati oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian komunikasi bisa dikatakan sebagai proses interaksi, yaitu interaksi simbolik. INTI TEORI INTERAKSI SIMBOLIK Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksionisme simbolik juga telah mengilhami perspektif-perspektif lain, seperti “teori penjulukan” (labeling theory) dalam studi tentang penyimpangan perilaku (deviance), perspektif dramaturgis dari Erving Goffman, dan etnometodologi dari Harold Garfinkel. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya, atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. Tidak mengherankan bila frase-frase “definisi situasi”, “realitas terletak pada mata yang melihat”, dan “bila manusia mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya” sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut 2016 16 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbolsimbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan, sebagaimana dianut oleh teori behavioristik atau teori struktural. Alih-alih, perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada. PREMIS-PREMIS INTERAKSIONISME SIMBOLIK 1. Individu merespons suatu situasi simbolik. Individu dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri. 2. Makna adalah produk interaksi sosial. Oleh karena itu, makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. 3. Makna yang diiterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya. PRINSIP-PRINSIP TEORI INTERAKSI SIMBOLIK 2. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir. 3. Kemampuan berfikir itu dibentuk oleh interaksi sosial. 4. Dalam interaksi sosial, orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir. 5. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia. 6. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. 7. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapantahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya. 2016 17 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 8. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini membentuk kelompok dan masyarakat. Penilaian Kritis Interaksi Simbolik Seperti halnya kebanyakan teori, interaksionisme simbolik memiliki pro dan kontra. Teori ini cenderung berfokus pada tiga kekurangan: 1. Teori ini memiliki inkonsistensi konseptual Sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa Mead tidak konsisten dalam mendeskripsikan tentang konsep-konsep kunci seperti diri, pikiran dan yang lainnya. Tanggapan interaksionis simbolik atas kritik ini ada dua. Pertama, mereka menunjukkan bahwa Mead sendiri tidak pernah secara resmi menulis teorinya. Kedua, konsep Mead pada dasarnya kompleks dan tepat digunakan pada nuansa yang berbeda dalam berbagai konteks. Mead setia dengan sifat rumit dan beragam kehidupan sosial. 2. Teori ini terlalu samar dan luas. Bahwa interaksionisme simbolik terlalu samar dan terlalu luas atau umum manfaatnya. Kritiknya adalah bahwa gagasan Mead sangat abstrak dan tidak memberikan banyak wawasan proses tertentu yang mana individu membangun makna dan melakukan perilaku komunikasi. Menanggapi hal ini, interaksionis simbolik berpendapat bahwa tujuan Mead adalah untuk memahami bagaimana "masyarakat masuk ke individu" sehingga mereka membangun makna dengan mengacu pada orang-orang yang biasa masuk dalam budaya secara keseluruhan. Mead berhasil dalam menyediakan tempat tentang peran simbol dalam mensosialisasikan individu dan memungkinkan makna untuk digunakan bersama oleh anggota masyarakat. 3. Teori mengabaikan harga diri Interaksionisme simbolik mengabaikan harga diri. Interaksionisme simbolik menggambarkan bagaimana kita datang untuk melihat diri kita sendiri tetapi memiliki sedikit untuk mengatakan tentang bagaimana berbagai pengalaman dan label lain untuk dapat meningkatkan atau mengurangi harga diri. Interaksionis simbolik setuju bahwa harga diri tidak fokus, tetapi mereka tidak setuju bahwa ini adalah kelemahan dari teorinya .Sebaliknya, mereka menunjukkan bahwa tujuan mead ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana masyarakat masuk ke individu. Dia tidak berusaha untuk memberikan teori kritis. Dengan demikian, ia tidak menawarkan analisis kritis dari proses yang mempengaruhi harga diri, dan ia tidak mengkritik cara 2016 18 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id di mana perspektif lain bisa menindas individu dan kelompok di luar arus utama budaya. Seperti semua teori, Mead terbatas perhatiannya hanya beberapa dimensi komunikasi dan kehidupan sosial. Daftar Pustaka Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Kencana perdana media group, 2006 Nasution, Zulkarinein, Sosiologi komunikasi massa, Jakarta, Universitas terbuka, 1999. Yosafat A'us, S.Ag. Manusia; Perspektif Interaksi Simbolik. www. Goole.com 2016 19 Sosiologi Komunikasi SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id