Modul Sosiologi Komunikasi [TM2,3]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
SOSIOLOGI
KOMUNIKASI
Komunikasi sebagai Interaksi
Simbolik
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
PR
Tatap Muka
02
&
03
Abstract
Kode MK
Disusun Oleh
Kode MK
SM Niken Restaty, M.Si
Kompetensi
Pembahasan pada modul ini meliputi Dari materi kuliah tersebut di atas,
komunikasi
simbolik.
sebagai
interaksi diharapkan
memahami
mahasiswa
bahwa
dapat
komunikasi
sebagai interaksi simbolik.
Pembahasan
A. Interaksi Sosial
Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian
sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian
tersebut. Narwoko dan suyanto ( Burhan Bungin: 2006; 20) mengatakan bahwa , kajian
tentang interaksi social disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam,
seperti adanya kontak social dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata
tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut.
Sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah apabila seseorang memberikan tafsiran
pada sesuatu atau pada perilaku orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi
sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena
makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi sangat subjektif dan
ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.
Bentuk-bentuk dynamic yang dimaksud oleh Auguste Comte sama dengan yang
dimaksud dengan struktur dinamis dalam masyarakat. Struktur dinamis ini dilihat memiliki
kemiripan dengan proses sosial. Proses sosial yang dimaksud adalah dimana individu,
kelompok dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga melahirkan
sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Proses ini kemudaian
mengalami dinamika sosial lain yang disebut dengan perubahan sosial yang terus menerus
dan secara simultan bergerak dalam sistem-sistem sosial yang lebih besar. Proses-proses
sosial ini akan mengalami pasang surut seirama dengan peruahan-peruahan sosial secara
global.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya
adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia
Setiap manusia pasti
memerlukan interaksi, karena manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak akan menjadi
makhluk sosial kalau tidak berinteraksi. Sebelum kita lebih jauh tentang interaksi kita perlu
tahu dulu apa yang dimaksud dengan interaksi.
2016
2
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Interaksi sosial adalah:

hubungan yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
dan kelompok dengan kelompok.
Interaksi adalah kunci kehidupan sosial. Manusia tidak akan bisa menjadi makhluk sosial
apabila tidak berinteraksi. Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah:
1. Kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan
tango yang artinya menyentuh, yang berarti sama-sama menyentuh. Kontak tidak selalu
hubungan badaniyah tetapi bisa melalui beberapa media, kontak tidaklah selalu tergantung
dari tindakan akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Seseorang dapat saja
bersalaman dengan patung atau main mata dengan orang buta sampai berjam-jam lamanya
tanpa menghasilkan kontak. Kontak sosial ini bisa bersifat primer dan sekunder. Kontak
sosial primer, yaitu kontak sosial yang terjadi secara langsung antara sesaeorang dengan
orang atau kelompok masyarakat lainnya secara tatap muka. Sedangkan kontak sosial
sekunde, yaitu terjadi melalui perantara yang sifatnya manusiawi maupun dengan teknologi.
Tetepi pengertian atau pembedaan ini semakin sulit dibedakan sekarang ini karena kontak
yang melalui mediapun bisa terjadi dengan tatap muka, misalnya menggunakan teknologi
teleconferensce atau melalui internet. Kontak sosial dapat berlangsung dalam lima bentuk,
yaitu:
a. Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang perorang.
Proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang mempelajari norma-norma yang
terjadi dimasyarakatnya. Berger dan Luckman (Bungin, 2001;14) mengatakan proses
ini terjadi melalui proses objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.
b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok masayarakat atau sebaliknya
c. Antara kelompok masyarakat dengan keompok masyarakat lainnya dalam sebuah
komunitas.
d. Antara orang perorang dengan masyarakat global di dunia international.
2016
3
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, dimana kontak
sosial terjadi secara simultan diantara mereka.
Kehidupan seseorang saat ini telah masuk pada dunia yang serba pilihan, seseorang dapat
memilih ia hidup dalam kelompok atau hidup dalam sebuah masyarakat, bahkan ia boleh
hidup dalam dunia yang serba global. Seseorang juga dapat memilih hidup hidup dalam
masyarakat lokal atau memilih hidup dalam masyarakat global, bahkan boleh hidup didlam
kedua kelompok kehidupan itu yaitu lokal (global-lokal), maka kontak-kontak sosial menjadi
sangat majemuk dan rumit. Kerumitan ini pula dipacu dengan perkembangan teknologi
informasi, sehingga dimanapun ia berada saja ia inginkan. Kontak sosial bukan saja menjadi
kebutuhan, namun juga menjadi pilihan dengan siapa ia melakukannya.
2. Komunikasi
Arti
yang
terpenting
dari
komunikasi
adalah
seseorang
memberikan
tanggapan/penafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik
badaniyah atau sikap) perasaan apa yang muncul dan reaksi apa yang diberikan. Misalnya apa
yang terjadi apabila seorang gadis diberikan bunga atau coklat oleh seseorang pemuda, apa
yang terjadi kalau seseorang diberikan senyuman, cibiran, lirikan mata dll.
Dalam komunikasi ada tiga unsure penting yang selalu hadir dalam setiap
komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi
(audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi
(pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang
digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita berupa media interpersonal yang
digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunkan untuk khalayak umum.
Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran
informasi atau menerima informasi.
Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknai
informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaaan yang dibuat oleh
audience terhadap informasi yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat
subjektif dan konsktual. Subjektif, artinya masing-masing pihak (komunikator dan
komunikan) memiliki kapasitas untuk memaknai informasi yang disebarkan ayau diterimanya
berdasarkan apa yang ia rasakan, ia yakini dan ia mengerti serta berdasarkan pada tingkat
pengetahuan kedua balah pihak. Sedangkan sifat konstektual adalah bahwa pemaknaan itu
2016
4
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana kedua belah pihak itu ada. Dengan
demikian, konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam mamaknai informasi yang
disebarkan dan diterima itu. Oleh karena itu, maka proses komunikasi memiliki dimensi yang
sangat luas dalam pemaknaanya, karena dilakukan oleh subjek-objek yang beragam dan
konteks sosial yang majemuk pula.
Selanjutnya kontak dan komunikasi dalam interaksi sosial tidak bisa dipisahkan
keduanya harus saling mengisi misalnya apabila dua orang dari negara yang berlainan
bertemu tidak saling mengerti bahasa , tapi berjabat tangan mungkin kontak terjadi tapi tidak
ada komunikasi sehingga interaksi sosial tidak bisa terwujud, karena kontak tanpa
komunikasi tidak punya arti apa-apa.Dengan demikian tanpa adanya kontak dan komunikasi
maka berarti interaksi tidak pernah ada.
Pentingnya interaksi ini juga menjadikan manusia yang awalnya adalah makhluk
organik/biologis menjadi makhluk sosial setelah berinteraksi dan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Bayi yang awalnya hanya makhluk biologis berinteraksi dengan keluarganya
akan mengerti siapa dirinya, siapa orang yang dihadapinya, apa saja peran orang tuanya dan
apa pula peran dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain. Setelah itu maka manusia tidak
bisa melepaskan diri dari yang namanya interaksi.
Jadi jelas bahwa komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya
hubungan antar manusia di dalam masyarakat. Ini berarti juga bahwa komunikasi adalah
syarat untuk terjadinya interaksi.
B. Proses Interakasi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2002:71-104), menjelaskan ada dua
golongan proses sosial sebagai akibat dari interaksi sosial, yaitu proses sosial asosiatif dan
proses sosial disosiatif.
1. Proses Asosiatif
Dimaksud dengan dengan proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling
pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang perorangan atau kelompok satu dengan
dengan lainnnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama.
2016
5
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Kerjasama
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama,
kesadaran akan kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan faktafakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
Kerja sama akan semakin kuat apabila mendapat ancaman dari luar, muncul
kekecewaan akan tidak dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kerjasama tidak selalu
menghasilkan hal yang positif tapi juga mungkin negatif misalnya kurang inisiatif dan daya
kreasi dari anggota yang melakukan kerjasama tersebut karena ketergantungan dengan
kelompoknya.
Ada beberapa bentuk akomodasi:
1. Gotong royong dan kerja bakti
2. Bargaining merupakan bentuk perjanjian pertukaran kepentingan, kekuasaan, barangbarang maupun jasa antara dua organisasi atau lebih yang terjadi di bidang politik,
budaya, ekonomi, hukum maupun militer.
3. Co-option merupakan proses kerjasama yang terjadi diantara individu dan kelompok
yang terlibat dalam sebuah organisasi atau negara dimana terjadi proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi untuk menciptakan stabilitas.
4. Coalition, yaitu, dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama
kemudia melakukan kerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Coaltion umumnya tidak menyebabkan ketidakstabilan struktur masing-masing
organisasi, karena biasanya terjadi di unit program dan dukungan politis.
5. Joint-venture, yaitu, kerjasama dua atau lebih organisasi perusahaan di bidang bisnis
untuk pengerjaan proyekproyek tertentu.
b. Akomodasi
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk pada suatu keadaan,
berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan
kelompok-kelompok manusia sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai yang
2016
6
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, maka akomodasi menunjuk pada usaha
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan, tujuan akomodasi bermacam-macam tergantung dari
situasi yang dihadapinya misalnya bisa saja untuk mengusahakan peleburan kelompokkelomppok sosial yang terpisah, meredakan pertentangan, mencegah meledaknya
pertentangan, dan memungkinkan terjadinya kerjasama.
Tidak selamanya bahwa akomodasi sebagai suatu proses akan berhasil sepenuhnya.
Disamping terjadinya stabilitas dalam beberapa hal, mungkin masih tertinggal benih-benih
pertentangan dalam bidang lainnya (latent), yang sebenarnya tidak diperhitungkan oleh usaha
akomodasi yang terdahulu.
Bentuk-bentuk akomodasi
Akomodasi sebagai suatu proses, dapat memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Coercion,
yaitu suatu akomodasi yang dilaksanakan karena terpaksa, misalnya
perbudakan
2. Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang berselisih
berusaha untuk mengerti dan merasakan pihak lain dengan cara mengurangi
tuntutannya.
3. Arbitration, adalah suatu cara untuk mencapai compromise dengan cara mencari
pihak ketiga untuk menyelesaikan perselisihan, bisa atasan atau pihak yang
berwenang.
4. Mediation, menyelesaikan perselisihan dengan dicari pihak ketiga untuk memberikan
nasehat atau saran bukan untuk menyelesaikan.
5. Conciliation, adalah suatu bentuk usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang
berselisih bagi tercapai suatu persetujuan bersama.
6. Toleration,
merupakan bentuk akaomodasi yang terjadi tanpa sadar dan tanpa
direncanakan, muncul karena watak perorangan atau kelompok, untuk sedapat
mungkin menghindarkan diri dari perselisihan.
7. Stalemete, Pihak-pihak yang berselisih karena memiliki kekuatan yang seimbang
akhirnya berhenti pada satu titik tertentu.
8. Adjudication, penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
2016
7
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses sosial tidak berhenti sampai disitu, karena akomodasi berlanjut dengan proses
berikutnya yaitu asimilasi. Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan
yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang
perorangan atau kelompok dengan kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan
dan tujuan bersama.
Proses asimilasi timbul bila ada :

Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya

Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga

Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing
berubah dan saling menyesuaikan diri.
Proses asimilasi ini menjadi penting dalam kehidupan masyarakat yang individunya berbeda
secara cultural, sebab asimilasi yang baik akan melahirkan budaya-budaya yang dapat
diterima oleh semua anggota dalam kelompok masyarakat.
2. Proses Disosiatif
Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh individuindividu dan kelompok dalam proses sosial daiantra mereka pada suatu masyarakat. Oposisi
diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan
nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah persaigan, kompetesi, dan konflik.
a. Persaingan
Suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing, mencaari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian dari publik dengan cara usaha menarik perhatian publik atau
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.
b. Contravention
Contravention adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau
terhadap unsur-unsur tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi suatu
kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
2016
8
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya interaksi social itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu interaksi nonsimbolis dan interaksi simbolis. Interaksi non simbolis berarti bahwa manusia merespon
secara langsung terhadap tindakan atau isyarat orang lain, sedangkan interaksi simbolis
bahwa manusia menginterpretasikan masing-masing tindakan dan isyarat orang lain
berdasarkan arti yang dihasilkan dari interpretasi yang ia lakukan. Dalam materi ini kita akan
mempelajari interaksi simbolik.
c. Pertentangan
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lain dengan
ancaman atau kekerasan.
Banyak hal yang menyebabkan pertentangan ini misalnya pertentangan karena masalah
pribadi, perbedaan kebudayaan, kepentingan dan perubahan sosial.
C. Interaksi Simbolik
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita memang tidak lepas dari yang namanya simbolsimbol, bahkan hampir tidak mungkin hidup tanpa simbol. Sepanjang hidupnya manusia
selalu menggunakan simbol dan tanda. Dalam keadaan diam ataupun bengong, itupun juga
simbol dan tanda. Simbol merupakan bagian yang integral dalam hidup manusia, tidak bisa
dibayangkan bagaimana manusia hidup tanpa simbol.
Simbol berasal dari kata Bahasa Latin symbolicum (semula dari bahasa Yunani
Sumbolon) yang artinya tanda untuk mengartikan sesuatu. Sebuah simbol adalah sesuatu yang
terdiri atas sesuatu yang lain. Suatu konsep makna bisa ditunjukkan dengan simbol (cincin
merupakan simbol perkawinan; seragam militer merupakan simbol kesatuan; bendera
merupakan simbol bangsa). Seseorang juga merupakan simbol, presiden menunjukkan
republik, raja atau ratu menunjukkan kerajaan.
Kadang-kadang kitapun ingin menggambarkan suatu dunia empirik tetapi tidak ada
kata yang cocok untuk itu? Apa yang anda gunakan untuk menjelaskan konsep itu? Simbol
adalah jawabannya. Arti tanda dalam perkembangannya dibedakan dengan simbol. Jika tanda
memiliki satu arti (sama bagi orang ) maka simbol memiliki banyak arti (tergantung pada
siapa yang menafsirkannya).
2016
9
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Zastrow mengartikan bahwa simbol-simbol merupakan prinsip utama yang melaluinya
kita memperoleh harapan kita pada sesama. Sebuah simbol dari setiap objek, kata maupun
kejadian terdiri dari suatu arti yang dapat dipertukarkan bersama.
Disini kita bisa artikan bahwa pengertian simbol merupakan konsensus sosial,
persetujuan kelompok untuk menerangkan sesuatu yang diwakili oleh simbol itu. Kita
menggunakan simbol karena ingin menggambarkan sesuatu tidak secara fisik namun dalam
bentuk nonfisik, simbol-simbol tersebut telah disepakati dalam perjanjian bersama yang
membentuk suatu masyarakat.
Ada dua macam pembedaan simbol :
1. Perbedaan formal
a. Simbolisme
presentasional
yaitu
cara
penangkapannya
tidak
memerlukan
intelektualitas, dengan spontan melahirkan apa yang dikandungnya (lukisan, tarian,
pahatan)
b. Simbolisme distruktif yaitu, cara penangkapan melalui intelek dengan spontan tapi
berurutan misalnya bahasa.
2. Menurut ways of using symbols. Simbol yang kedua ini berdasarkan kegunaan dari
symbol itu sendiri.
Sekalipun terdapat berbagai macam simbol sebagai media komunikasi tetapi bahasalah yang
merupakan simbol yang paling memadai dalam proses komunikasi. Bahasa memang
merupakan instrumen yang besar yang dipergunakan bersama dalam kehidupan masyarakat,
karena bahasa merupakan representasi dari pernyataan pikiran, perasaan, untuk mewujudkan
perbuatan guna menunjukan simbol-simbol yang disepakati bersama di dalam masyarakat
yang bersangkutan.
Membicarakan lambang (simbol), ada baiknya saya kemukakan pendekatan yang
membicarakan manusia dan proses penciptaan simbol, yaitu Teori Interaksi Simbolik.
Dalam buku Julia T Wood, dikemukakan mengenai Teori Interaksi Simbolik yang dicetuskan
oleh George Herbert Mead. Mead mengatakan bahwa lahirnya simbol sebagai dasar antara
kehidupan personal dan kehidupan sosial. Teori ini disebut symbolic interactionism. Teori
Mead ini menjelaskan bagaimana manusia menciptakan arti pada objek, situasi, pengalaman,
mereka, dan kita.
2016
10
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
George Herbert Mead
Terdapat beberapa konsep kunci dalam memahami teori Mead :
1. Mind
Mead percaya bahwa setiap manusia hidup memiliki pikiran. Mead menjelaskan pikiran
adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan arti dalam
kehidupan sosial. Saat anak-anak berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang lain, maka
mereka menggunakan bahasa dan secara tidak langsung mereka belajar tentang pemahaman
sosial terhadap sebuah istilah atau kata.
2. Self
Sebagaimana halnya pikiran, diri kita (self) akan berkembang dengan adanya interaksi. Mead
mengatakan
bahwa
diri
kita
adalah
sebuah
kemampuan
untuk
merefleksikan/mengekspresikan diri sesuai dengan perspektif orang lain tentang diri kita.
Penilaian orang lain kepada kita akan menunjukan diri kita tentang siapa kita. saat orang
mengatakan “kamu bodoh” “kamu menawan” “kamu berlian di mata ku” itu akan
mengidentifikasi diri kita tentang bagaimana bentuk kita di kehidupan sosial. Teori Mead ini
dikenal dengan “The looking glass self” theory. Pada teori ini menjelaskan bagaimana kita
bercermin melihat diri kita sendiri melalui mata orang lain.
3. I and Me
Mead mengatakan dalam diri kita terdapat dua subjek. Subjek yang beraksi adalah I. I
menunjukan subjek diri kita yang kreatif, spontan, impulsive. Dimana I adalah subjek yang
genius tapi individualis. Sementara subjek satunya adalah ME. ME menunjukan subjek yang
berevaluasi, analitis,
menyadari adanya aturan, kenyamanan bersama dan ekspektasi. I
mengutamakan apa yang kita kehendaki dari diri kita sendiri, sementara Me menghendaki
apa yang orang lain ingin lihat dari kita.
4. Role Taking
2016
11
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada teori Symbolic Interactionism mengatakan bahwa pemahaman kita tentang suatu hal
merefleksikan perspektif dari Particular Others dan Generalize Others. Particular Others :
adalah individu-individu yang dekat dengan kita dan keberadaannya sangat signifikan dengan
keberadaan kita (mis: anggota keluarga, teman, suami/istri, partner kerja). Generalize others:
adalah pandangan dari kelompok sosial, komunitas, masyarakat luas sebagai kesatuan dimana
kita sebagai salah satu anggota di dalamnya. Hal ini termasuk hukum, aturan, tata tertib,
norma perilaku yang dibagi antar anggota masyarakat dan dianut dalam kehidupan sosial.
Lalu proses dimana kita menginternalisasikan (memasukan) pandangan orang lain kedalam
diri kita dan melihat pengalaman dari perspektif orang lain tentang bagaimana yang ideal
sebagai manusia inilah yang disebut role taking.
Selain itu ada pula interaksi simbolik yang dikemukakan oleh Arnold Rise dalam
Ritzer (1992) melalui satu seri asumsi dan proposisi umum sebagai berikut :
Asumsi I, manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol-simbol, manusia
memberikan tanggapan terhadap simbol-simbol itu seperti juga ia memberikan tanggapan
terhadap rasa panas dan dingin.
Asumsi 2, melalui simbol-simbol manusia bekemampuan menstimulir orang lain
dengan cara-cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari orang lain.
Asumsi 3, dapat dipelajari cara-cara tindakan lain.
Asumsi 4, simbol, makna serta nilai-nilai yang berhubungan dengan mereka tidak
hanya terfikirkan oleh mereka dalam bagian-bagian yang terpisah, tetapi selalu dalam bentuk
kelompok yang kadang-kadang luas dan kompleks. Artinya terdapat satuan-satuan kelompok
yang memiliki simbol-simbol yang sama atau kalau dipandang dari segi simbol akan ada
simbol kelompok.
Zastrow memperjelas pandangan interaksionalisme simbolis dan menekankan bahwa
individu dalam proses kehidupannya setiap hari berinteraksi diantara mereka dalam suatu
struktur sistem yang luas. Sistem itu misalnya pendidikan, ekonomi, agama. Sebagai teori
maka interaksionalisme simbolis memandang bahwa perilaku merupakan hasil dari setiap
individu dalam hubungan sosial dengan orang lain. Ia mengatakan bahwa kebutuhan manusia
2016
12
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dapat diintepretasikan atau didefinisikan melalui penggunaan simbol yang mewakili kata-kata
dalam sistem bahasa yang dipelajari manusia.
Berdasarkan arti kata diatas maka maka dapat diartikan bahwa komunikasi adalah
proses interaksi sosial yang digunakan untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka
mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui
simbol-simbol.
Pada dasarnya teori interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakekat manusia
yang adalah makhluk relasional. Setiap individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya.
Tidaklah mengherankan bila kemudian teori interaksi simbolik segera mengedepan bila
dibandingkan dengan teori-teori sosial lainnya. Alasannya ialah diri manusia muncul dalam
dan melalui interaksi dengan yang di luar dirinya. Interaksi itu sendiri membutuhkan simbolsimbol tertentu. Simbol itu biasanya disepakati bersama dalam skala kecil pun skala besar.
Simbol-misalnya bahasa, tulisan dan simbol lainnya yang dipakai-bersifat dinamis dan unik.
Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus
lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul
dalam interaksi sosial. Penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah
perkembangan manusia dan lingkungan. Sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat
menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Interaksi simbolik adalah interaksi yang memunculkan
makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran. Simbolik berasal dari kata
’simbol’ yakni tanda yang muncul dari hasil kesepakatan bersama. Bagaimana suatu hal
menjadi perspektif bersama, bagaimana suatu tindakan memberi makna-makna khusus yang
hanya dipahami oleh orang-orang yang melakukannya, bagaimana tindakan dan perspektif
tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi subyek, semua dikaji oleh para interaksionis
simbolik. Jadi interaksi simbolik bisa diartikan sebagai proses pemaknaan dan pendefinisian
subyek melalui metode observasi partisipan.
Hal yang tidak kalah penting dalam interaksi simbolik adalah pengonsepsian diri subyek.
Bagaimana subyek melihat, memaknai dan mendefinisikan dirinya berdasarkan definisi dan
makna yang diberikan orang lain.
2016
13
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh interaksi simbolik dalam sebuah penelitian komunikasi: dalam penelitian
mengenai Iklan dan Prostitusi. Subyek menggunakan ’iklan panti pijat’ sebagai media
(simbol) penawaran jasa prostitutifnya. Subyek yang lain memanfaatkan ’tampil di cover
majalah pria’ sebagai media lain penawaran atau komunikasi pemasaran jasa prostitutifnya.
Subyek yang lain lagi ’menjual diri’ dengan tampil di situs jejaring sosial Friendster dengan
foto-foto yang ’mengundang’ sebagai media komunikasi pemasaran atau iklan jasa
prostitutifnya. Bagaimana subyek membentuk simbol-simbol pengiklanan diri tersebut,
bagaimana pelanggan dapat menangkap makna simbol-simbol tersebut sehingga terjadi
interaksi dan transaksi ’gelap’ dengan menggunakan simbol-simbol eksklusif lain, bagaimana
subyek memandang dan mendefinisikan diri mereka berdasarkan pandangan orang lain,
apakah mereka lebih senang disebut pelacur, pelacur kelas atas, escort, pemijat plus, model
plus, atau sekadar ’teman jalan’? Adakah istilah-istilah dan bahasa-bahasa isyarat tertentu
yang mereka gunakan? Bagaimana dengan keluarga dan teman-teman mereka di luar
lingkungan prostitutif mereka? Apakah mereka menyembunyikan profesi mereka atau
terbuka? Berapa banyak pelanggan dan penghasilan mereka dari hasil beriklan? Adakah
pengaruh iklan terhadap kenaikan penghasilan mereka? Digunakan untuk apa saja
penghasilan mereka? Lebih banyak untuk membantu perekonomian diri dan keluarga, atau
lebih banyak untuk bersenang-senang?
Jadi interaksi simbolik bertumpu pada penafsiran atas pemaknaan subyektif
(simbolik) yang muncul dari hasil interaksi. menafsirkan makna-makna simbolik yang
muncul dari hasil interaksi subyek dengan lingkungannya dengan cara memasuki dunianya
dan menelusuri proses pemaknaan tersebut.
Dari sekian banyak pakar yang memberikan dasar dan yang mengembangkan
interaksi simbolik, ada beberapa pemikiran pakar interaksi simbolik ini yaitu:
1. Herbert Blumer (Blumer adalah muridnya Mead)
a. Manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dimilikinya. Misalnya
tindakan orang Hindu terhadap sapi berbeda dengan orang muslim di Paskistan.
b. Makna tersebut tersebut muncul atau berasal dari interaksi seseorang dengan
sesamanya. Misalnya makna merah atau putih diberikan oleh masyarakat
muncul karena proses interaksi.
2016
14
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atau
c. Makna diberlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan
orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Misalnya orang menyapa
selamat pagi, maka tindakan tergantung pada penafsiran kita terhadap orang tersebut.
Dari pendapat Blumer diatas bias kita simpulkan bahwa makna tidaklah melekat pada benda
atau fenomena tetapi terletak pada persepsi masing-masing terhadap benda atau fenomena
tersebut.
2. Jerome Manis dan Bernard Melzer mengemukakan ada enam proposisi mendasari
pemikiran interaksi simbolik taitu:
1. Tingkah laku dan interaksi antar manusia dilakukan melalui perantara lambanglambang yang mengandung arti
2. Manusi manjadi manusiawi setelah berinteraksi dengan orang lain
3. Manusia adalah himpunan dari orang-orang yang berinteraksi
4. Manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri
5. Manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan tindakan-tindakannya.
6. Untuk memahami tingkah lakunya manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah
laku atau perbuatan yang tersembunyi.
Dengan demikian teori interaksionisme simbolik memandang bahwa “arti” muncul dari
proses social yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda untuk seseorang dari cara-cara
dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut. Sehingga interaksi simbolik mamandang
“arti” sebagai produk social; sebagai kreasi-kreasi yang terbentuk melalui aktifitas yang
terdefinisi dari individu pada saat mereka berinteraksi.
Kesimpulan:
Kesimpulan utama yang perlu diambil dri uraian substansi Teori Interaksi Simbolik
ini adalah sebagai berikut :
2016
15
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar
indiviual dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami
maknanya melalui proses belajar dan proses interpretasi terhadap suatu stimulus.
2. Dari empat asumsi tersebut diatas jelaslah lambang komunikasi menduduki posisi
sentral dan menentukan dalam suatu proses komunikasi, karena hakekat komunikasi
adalah pengoperan simbol-simbol.
3. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses komunikasi itu sendiri adalah sebagai
proses interaksi dimana dalam hal ini adalah interaksi simbolik, yaitu proses
pengoperan simbol-simbol baik simbol yang berupa kata-kata yang disebut dengan
proses komuniksi verbal. Maupun proses pengoperan simbol-simbol yang berupa
gerakan, sikap ataupun menggunakan alat-alat yang mana semuanya itu bisa dimaknai
oleh baik komunkan maupun komunikator. Sehingga dalam hal ini proses komunikasi
itu sendiri adalah proses pengoperan simbol-simbol yang maknanya sudah disepakati
oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian komunikasi bisa dikatakan sebagai
proses interaksi, yaitu interaksi simbolik.
INTI TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni
komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksionisme simbolik juga telah
mengilhami perspektif-perspektif lain, seperti “teori penjulukan” (labeling theory) dalam
studi tentang penyimpangan perilaku (deviance), perspektif dramaturgis dari Erving
Goffman, dan etnometodologi dari Harold Garfinkel. Perspektif interaksi simbolik berusaha
memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa
perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan
mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi
mitra mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri
mereka sendirilah menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan
sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya, atau tuntutan peran. Manusia
bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling
mereka. Tidak mengherankan bila frase-frase “definisi situasi”, “realitas terletak pada mata
yang melihat”, dan “bila manusia mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil
dalam konsekuensinya” sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik.
Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam
kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut
2016
16
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan
menggunakan simbol-simbol”. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbolsimbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan
sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap
perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksi simbolik
berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas
dunia disekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan,
sebagaimana dianut oleh teori behavioristik atau teori struktural. Alih-alih, perilaku dipilih
sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada.
PREMIS-PREMIS INTERAKSIONISME SIMBOLIK
1.
Individu merespons suatu situasi simbolik.
Individu dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri.
2. Makna adalah produk interaksi sosial. Oleh karena itu, makna tidak melekat pada objek,
melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.
3. Makna yang diiterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan
perubahan
situasi
yang
ditemukan
dalam
interaksi
sosial. Perubahan
interpretasi
dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan
dirinya.
PRINSIP-PRINSIP TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
2.
Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir.
3.
Kemampuan berfikir itu dibentuk oleh interaksi sosial.
4.
Dalam interaksi sosial, orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka
menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir.
5.
Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas
manusia.
6.
Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan
dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi.
7.
Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena kemampuan mereka
berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapantahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih
salah satunya.
2016
17
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8.
Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini membentuk kelompok dan
masyarakat.
Penilaian Kritis Interaksi Simbolik
Seperti halnya kebanyakan teori, interaksionisme simbolik memiliki pro dan kontra. Teori ini
cenderung berfokus pada tiga kekurangan:
1. Teori ini memiliki inkonsistensi konseptual
Sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa Mead tidak konsisten dalam mendeskripsikan
tentang konsep-konsep kunci seperti diri, pikiran dan yang lainnya. Tanggapan
interaksionis simbolik atas kritik ini ada dua. Pertama, mereka menunjukkan bahwa
Mead sendiri tidak pernah secara resmi menulis teorinya. Kedua, konsep Mead pada
dasarnya kompleks dan tepat digunakan pada nuansa yang berbeda dalam berbagai
konteks. Mead setia dengan sifat rumit dan beragam kehidupan sosial.
2. Teori ini terlalu samar dan luas.
Bahwa interaksionisme simbolik terlalu samar dan terlalu luas atau umum
manfaatnya. Kritiknya adalah bahwa gagasan Mead sangat abstrak dan tidak
memberikan banyak wawasan proses tertentu yang mana individu membangun makna
dan melakukan perilaku komunikasi. Menanggapi hal ini, interaksionis simbolik
berpendapat bahwa tujuan Mead adalah untuk memahami bagaimana "masyarakat
masuk ke individu" sehingga mereka membangun makna dengan mengacu pada
orang-orang yang biasa masuk dalam budaya secara keseluruhan. Mead berhasil
dalam menyediakan tempat tentang peran simbol dalam mensosialisasikan individu
dan memungkinkan makna untuk digunakan bersama oleh anggota masyarakat.
3. Teori mengabaikan harga diri
Interaksionisme simbolik mengabaikan harga diri. Interaksionisme simbolik
menggambarkan bagaimana kita datang untuk melihat diri kita sendiri tetapi memiliki
sedikit untuk mengatakan tentang bagaimana berbagai pengalaman dan label lain
untuk dapat meningkatkan atau mengurangi harga diri. Interaksionis simbolik setuju
bahwa harga diri tidak fokus, tetapi mereka tidak setuju bahwa ini adalah kelemahan
dari teorinya .Sebaliknya, mereka menunjukkan bahwa tujuan mead ini adalah untuk
menggambarkan dan menjelaskan bagaimana masyarakat masuk ke individu. Dia
tidak berusaha untuk memberikan teori kritis. Dengan demikian, ia tidak menawarkan
analisis kritis dari proses yang mempengaruhi harga diri, dan ia tidak mengkritik cara
2016
18
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
di mana perspektif lain bisa menindas individu dan kelompok di luar arus utama
budaya. Seperti semua teori, Mead terbatas perhatiannya hanya beberapa dimensi
komunikasi dan kehidupan sosial.
Daftar Pustaka
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Kencana perdana media group, 2006
Nasution, Zulkarinein, Sosiologi komunikasi massa, Jakarta, Universitas terbuka, 1999.
Yosafat A'us, S.Ag. Manusia; Perspektif Interaksi Simbolik. www. Goole.com
2016
19
Sosiologi Komunikasi
SM Niken Restaty, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download