BAB III PERAN NORMA ASEAN DALAM MEREDAM KONFLIK THAILAND-KAMBOJA Dalam BAB III ini akan membahas tentang norma-norma yang ada di ASEAN dan bagaimana ASEAN menempatkan norma tersebut dalam konflik yang ada di negara Thailand dan Kamboja. Di dalam BAB III ini akan di bagi beberapa sub bab yang akan mengarahkan kepada norma yang ada di ASEAN. Sub BAB ini akan akan membahas sedikit tentang pengertian norma dan bagaimana norma di ASEAN, Norma dalam perilaku negara, ASEAN Way, Norma ASEAN dalam konflik di sengketa Thailand-Kamboja. Pembahasan kali ini akan mengkaitkan dengan Mazhab Inggris dan bagaimana penerapan norma di dalam sengketa antara Thailand dan Kamboja. Menurut Mazhab Inggris norma adalah sebagai perekat society. Melalui pendekatan Mahzab Inggris ini menjelaskan bagaimana masyarakat internasional itu. Di dalam teori Mazhab Inggris, di jelaskan bagaimana masyarakat internasional itu memperlakukan masyarakat yang lainnya. Dalam Mazhab Inggris juga di jelaskan suatu masyarakat internasional membentuk suatu norma bersama dan di dalam ASEAN mempunyai norma bersama dan tertuang dalam TAC tahun 1976. 1 A. Pengertian Norma dan Norma di ASEAN Dalam sub bab ini akan di bahas tentang pengertian norma dan bagaimana norma yang ada di ASEAN. Bagaimana norma yang sudah berdiri sejak lama tetapi negara anggota ASEAN tetap menyelesaikan konflik dengan cara kekerasan. Pembahasan kali ini akan di jelaskan dengan berdirinya norma dan apa yang dilakukan jika norma sudah mengokat suatu negara ataupun organisasi. 1. Pembentukan Norma Dalam kehidupan bersama agar dapat berjalan secara teratur, manusia memerlukan aturan-aturan tertentu dan aturan-aturan yang pantas untuk di patuhi, karena tidak semua orang bisa berbuat menurut kehendak hatinya dan keinginannya. Jika keinginan seseorang dipaksakan terhadap orang lain, akan terjadi benturan dengan keinginan pihak lain.1 Agar kehidupan manusia akan tercapai kenyamanan dan berjalan sesuai aturan maka, manusia memerlukan kesepakatan apa yang boleh di lakukan dan apa yang tidak boleh di lakukan untuk keberlangsungan hidup di suatu negara agar mencapai keteraturan. Kesepakatan yang akan di buat itulah akan membentuk suatu norma. Norma berasal dari bahasa Belanda yang berarti norm yang bisa di artikan sebagai kaidah, pedoman atau aturan. Norma adalah sebagai standar perilaku yang terapkan sebagai hak dan kewajiban. Bisa di katakan bahwa norma sebagai petunjuk untuk kehidupan manusia apa yang boleh dilakukan maupun tidak di lakukan. Norma juga mengatur bagaimana manusia bertingkah laku di lingkungan 1 ‘Apa itu Norma’ http://www.ilmusiana.com/2015/04/pengertian-norma-apa-itu-norma.html di akses pada tanggal 10 Desember 2016 2 masyarakatnya, sebagai contoh norma hukum. Norma adalah bentuk nyata dari nilai-nilai sosial di dalam masyarakat yang berbudaya, memiliki aturan-aturan, dan kaidah-kaidah, baik yang tertulis maupun tidak. Norma-norma ini mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Norma lahir karena adanya society of state. Dalam norma terkandung beberapa peraturan yang harus di tegakan dan harus di patuhi. Di dalam norma terkandung aturan-aturan dan pentunjuk kehidupan mengenai benar dan salah, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, yang harus ditaati oleh warga masyarakat. 2 Para pakar masyarakat internasional berpendapat bahwa politik dunia bukan sekedar sistem internasional.3Masyarakat Anarki dengan aturan, norma dan institusi tertentu di gunakan warga negara dalam menjalankan kebijakan luar negeri. Ada beberapa fungsi norma yaitu:4 1. Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang berlaku 2. Menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. 3. Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat 4. Menjadi dasar untuk memberikan sanksi kepada warga masyarakat yang melanggar norma 2 Ibid Serensen, Georg dan Robert Jackson, 2013 : Introduction to International relations: Theories And Approaches, Fifth Edition : Oxford University Press 4 ‘Pengertian norma dan fungsi norma’ http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-normafungsi-norma-definisi.html diakses pada tanggal 10 Desember 2016 3 3 Dalam norma di ASEAN kita dapat menjelaskan bagaimana cara ASEAN itu melakukan norma tersebut, dan bagaimana cara norma itu berhubungan satu sama lain. Dalam hal ini dapat di katakan bahwa norma sangat penting karena norma ASEAN tertuang dalam prinsip-prinsip Mahzab Inggris dan beberapa indikasi yang ada, yaitu : 1. Saling menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas semua wilayah bangsa 2. Setiap negara berhak memelihara kedaulatannya dari campur tangan, subversi, kekerasan dari pihak luar. 3. Tidak mencampuri urusan negara lain, maksutnya jika kita mencampuri urusan negara lain akan terjadi ketergantungan. 4. Menyelesaikan perbedaan pendapat dan pertikaian dengan jalan damai. 5. Menolak ancaman dengan menggunakan kekerasan. 2. Di tegakannya Norma di ASEAN Dalam sub bab ini akan di jelaskan secara rinci bagaimana di tegakannya norma dalam ASEAN dan bagaimana norma berjalan di ASEAN. Dan akan di jelaskan beberapa norma yang ada di ASEAN dalam bagan yang telah di paparkan. Dan juga di jelaskan bagaimana keterlibatan ASEAN dalam sengketa tersebut. Norma tentu memiliki peranan penting dalam konstruksi masyarakat di Asia Tenggara. Beberapa norma menjadi basis kelompok-kelompok tertentu yang muncul sebelum ASEAN didirikan dan beberapa dikonstruksikan seiring dengan perkembangannya di ASEAN karena terjalinnya hubungan antara elit-elit politis. ASEAN di sini juga mempunyai norma yang tidak boleh dilanggar oleh anggota- 4 anggotanya maka dari itu harus di patuhi walaupun ada sengketa ataupun baku hantam sekalipun, maka dengan adanya norma, masyarakat internasional dapat mengerti dan dapat mengurangi cara pandang dan perilaku manusia. Dalam hal ini ASEAN tidak menjadi penyeimbang tetapi ASEAN menjadi penengah dan dapat menyelesaikan konflik di dalam anggotanya. ASEAN mempunyai beberapa norma yang harus dijalankan oleh setiap anggotanya, dan beberapa norma di ASEAN tersebut akan di jelaskan pada bagan Gambar 3.1. BaganNorma ASEAN ASEAN Way Meningkatkan interaksi Consensus ASEAN NORMS Keterlibatan fleksibel Menghindari konflik Musyawarah mufakat (Diakses dari beberapa sumber) 5 ASEAN WAY : ASEAN Way berpengaruh dalam norma ASEAN karena dapat mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk mencari cara untuk bekerja sama secara maksimal dengan cara dialog serta konsultasi. ASEAN Way adalah sebuah prinsip dimana untuk melakukan kerjasama secara damai, harmoni, saling menghormati kedaulatan wilayah masing-masing negara, dan tidak mencampuri urusan domestik negara anggota lainnya. Consensus : Consensus dapat di katakan sebagai mencari sebuah penggabungan dari pandangan yang paling diterima dari masing-masing dan setiap anggota dalam pengaturan sosio-psikologis, dimana semua pihak memiliki kekuatan satu sama lain.5 Sebuah aspek terkait pembangunan konsensus adalah pentingnya tingkat kenyamanan sebagai prasyarat penting bagi keberhasilan dalam konsultasi multilateral dan negosiasi. Tetapi konsesnsus tidak memerlukan kesepakatan 100% dari semua pihak yang terkait. Menghindari konflik : dalam norma di ASEAN menghindari konflik adalah cara yang aman, walaupun dalam suatu negara pasti terjadi konflik. Dalam menghindari konflik juga harus ada norma yang mengatur. Dan aturan tersebut harus di tegakan di dalam keanggotaan ASEAN. Musyawarah mufakat : musyawarah mufakat juga penting dalam norma karena jika ingin di tegakannya aturan atau norma harus ada kesepakatan 5 J. N. Mak (1995) ‘The ASEAN process (“way”) of multilateral cooperation and cooperative security: the road to a regional arms register?’ 6 bersama agar kesepakatan bersama tersebut bisa di lakukan dan di terapkan di negara-negara anggota ASEAN. Keterlibatan fleksibel : dalam masalah keterlibatan, ASEAN memiliki peran yang fleksibel. ASEAN jika menanggulagi masalah internal di keanggotaannya maka ASEAN tidak memihak, ASEAN hanya menjadi penengah atau perantara di dalam konflik tersebut. Meningkatkan interaksi : tugas ASEAN juga meningkatkan interaksi di dalam keanggotaannya, karena jika tidak ada interaksi maka anggota ASEAN juga akan pecah dan akan saling berkonflik satu sama lain. Maka ASEAN harus sigap agar antar anggotanya saling membantu dalam permasalahan regional. Menurut Michael Leifer terkait studi regional ASEAN di katakan bahwa status ASEAN sebagai suatu komunitas diplomatik tidak hanya terletak pada kondisi strukturalnya, namun juga pada peranan „prerogatif‟ (hak istimewa yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tertentu yang bersifat mandiri dan mutlak dalam artian tidak dapat di ganggu gugat oleh lembaga negara yang lain) dalam hubungan negara-negara secara regional salah satunya adalah norma. Beberapa norma diciptakan setelah ASEAN terbentuk.6 Di dalam ASEAN, penyelesaikan isu-isu kemananan menggunakan prinsip non-intervensi, penyelesaian permasalahan dengan cara damai, serta menghindari pembentukan pakta militer. 7 6 Acharya, Amitav (2005) “Do norms and identoty metter? Community and power in Southeast Asia’s regional order.” The Pacific Review 18, no.1: p.95-118. 7 Ibid 7 Penyelesaian isu keamanan ini di kaitkan oleh Michael Leifer, bahwa pada pertemuan di Bali pada Februari 1976 menghasilkan Treaty of Amity and Cooperation for South East Asia (TAC untuk Asia Tenggara) yang memodifikasi norma untuk menerapkan „order‟ dalam lingkup regional. Treaty of Amity and Cooperation yang dilihat oleh Michael Leifer sebagai suatu pendekatan damai untuk masalah keamanan regional namun gagal dalam memerankan kegunaan serangan dalam penyelesaian konflik sehingga kerjasama dalam bentuk pertahanan menjadi hal yang dilarang dalam agenda ASEAN. 8 Dalam TAC mempunyai berbagai prinsip-prinsip yaitu :9 1. Saling menghormati antar sesama , kedaulatan, persamaan, integritas teritorial dan identitas nasional dari setiap negara. 2. Hak setiap negara untuk memimpin kebebasan eksistensi nasional dari intervensi luar, subversi dan paksaan. 3. Non-intervensi dalam hubungan internal satu sama lain. 4. Penyelesaian dari perbedaan atau perselsihan dengan cara damai. 5. Penolakan terhadap ancaman atau penggunaan pemaksaan. 6. Kerjasama yang efektif antar anggota. Dalam norma ASEAN, ada pembentukan identitas bersama sebagai masyarakat budaya dan politik. Di dalam buku Amitav Acharya tentang “Security 8 Ibid Anthony, Mely Caballero (2004) “REGIONAL SECURITY IN SOUTHEAST ASIA, Beyond the ASEAN Way” ASEAN’S MECHANISMS OF CONFLICT MANAGEMENT Revisiting the ASEAN way, chapter 2 hlm. 60 9 8 Communities” terdapat 4 faktor yang berpengaruh besar dalam pembentukan norma ASEAN, yaitu:10 1. Praktik Multilateralisme Praktik ini di gunakan karena ASEAN lebih banyak memilih untuk menggunakan prinsip bilateral. Dalam menghadapi masalah perbatasan, Joint Border Commitment antara dua negara yang bersangkutan. Joint Border Commitment adalah cara antara Kamboja dan Thailand untuk menuntaskan hasil yang sudah dicapai oleh kedua delegasi dalam masalah konflik kedua belah pihak.11 Multilateralism tidak menyediakan mekanisme formal dalam penyelesaian masalah, namun menjadi media untuk para elit untuk bersosialisasi. 2. Non-Intervensi Menyelesaikan permasalahan secara damai, dan setiap negara harus menghargai kemerdekaannya satu sama lainnya. 3. ASEAN Way ASEAN Way memiliki dua aspek utama yaitu menghindari mekanisme formal sebagai upaya resolusi konflik dan mengedepankan konsensus. 4. Prinsip Otonomi Regional 10 Acharya, Amitav(1997) “Ideas, Identity, and Instituion-Building: from ‘ASEAN Way’ to the ‘AsiaPacific Way.” The Pacific Review 10, no.3: hlm. 319-346. 11 ‘Pertemuan Joint Border Commitment’ http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/135april-2011/1078-menlu-ri--pertemuan-joint-border-committe-jbc-.html di akses pada tanggal 23 Desember 2016 9 Prinsip Otonomi Regional mengedepankan pentingnya suatu negara mendapatkan hak untuk mengatur urusannya sendiri. Di antara 4 prinsip tersebut maka, ASEAN dalam sebuah masyarakat internasional membentuk sebuah identitas bersama dan ASEAN mengedepankan perdamaian dan lebih menekankan pada isu budaya dan memberikan suatu hubungan regional untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera. Norma ASEAN berperan untuk dapat membentuk situasi yang kondusif untuk tunduk terhadap apa yang sudah di tetapkan. Norma juga menjadi perekat antar negara agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya. Dengan adanya norma, maka akan meminimalisir konflik yang ada karena semua akan tunduk dan patuh kepada norma yang di jalankan. Bukan karena dengan adanya norma tidak akan ada sama sekali perang ataupun konflik, tetapi bisa mengurangi adanya kekerasan di negara yang bersengketa. B. Norma dalam Perilaku ASEAN Dalam bab ini akan memaparkan bagaimana norma dalam perilaku ASEAN dan ASEAN juga di ikat oleh suatu norma yang ada. ASEAN tidak berjalan sendiri melainkan dengan norma yang sudah di tegakan dan bagaimana perilaku ASEAN terhadap sengketa yang ada. 10 1. Norma Sebagai Pengontrol Negara Di dalam ASEAN harus ada beberapa norma yang di tegakan agar dalam anggota ASEAN tidak ada lagi yang saling berkonflik karena dalam anggota di ASEAN menjadi satu kesatuan. Perilaku ASEAN di panggung dunia untuk melakukan interaksi kepada negara-negara lain. Norma ASEAN adalah standar perilaku suatu organisasi regional. Dalam suatu organisasi harus membentuk suatu norma perilaku yang akan membentuk semua anggota-anggotnya menjadi tunduk dan patuh, dengan itu perilaku suatu anggota itu terjaga dan dapat menjaga nama baik suatu organisasi tersebut. Dengan adanya norma, maka ASEAN juga dapat mengenalkan bagaimana ASEAN itu berjalan dan bagaimana ASEAN menghadapi sengketa yang telah terjadi di antara negara anggotanya. Dalam perilaku ASEAN di gunakannya norma social dalam konteks internasional, karena dengan norma social tidak di terapkan hanya dengan anggota-anggota ASEAN saja tetapi juga dengan negaranegara lain dan dapat mengetahui bagaimana ASEAN itu menjalankan suatu norma. 2. Norma Sebagai Guiding Principles ASEAN mempunyai norma-norma yang di anut oleh 2 negara yang sedang berkonflik yaitu Thailand-Kamboja untuk mengontrol masing-masing negara untuk tunduk dan patuh apa yang telah di tetapkannya. Norma itu menjadi „guiding principle’, yaitu sebagai pedoman prinsip yang ada di ASEAN. Dalam ASEAN yaitu sebuah organisasi regional mempunyai prinsip dalam keanggotaan ASEAN semua harus rukun dan menjaga perdamaian tetapi, negara Thailand dan 11 Kamboja masih berseteru untuk memperebutkan wilayah dan tidak mematuhi norma yang ada di ASEAN. Guiding principle juga mempengaruhi bagaimana suatu norma itu berjalan. Perilaku ASEAN mempengaruhi apa yang ada dalam anggota ASEAN karena awal dari keanggotaan ASEAN dapat di lihat dari bagaimana norma di dalam organisasi regional tersebut. Guiding principles dapat di katakan „yang memilih‟ norma untuk mempengaruhi perilaku, karena dengan guiding principles juga dapat membuat suatu nilai-nilai yang dapat di patuhi oleh seluruh anggota ASEAN. Guiding principles membatasi konflik menggunakan kekerasan walaupun konflik memang tidak bisa di hindarkan, tetapi kekerasan bisa di hindari walaupun masih ada konflik di antara kedua negara. Sebenarnya, ASEAN yang harus mengerti bagaimana cara memperlakukan norma yang telah di buat saat organisasi ini berdiri, tetapi cara ASEAN yang ingin menunjukan perilaku untuk negara anggota ASEAN masih lemah dan harus di lakukan dengan pendekatan yang sangat halus. Ada beberapa perbedaan antara masyarakat dunia dan masyarakat internasional. masyarakat dunia sebagai interaksi antar individu, organisasi internasional dan populasi internasional sebagai fokus dari sebuah sistem dan identitas global. Hal ini berbeda dengan masyarakat internasional yang cenderung menekankan pada pola-pola interaksi antar negara seba- sebagai unit pembentuk sistem.12 12 Buzan, Barry, 1993, “From International System to International Society: Structural Realism and Regime Theory meet the English School”, International Organization 12 C. ASEAN Way Dalam sub bab kali ini akan di jelaskan bagaimana ASEAN Way muncul dan bagaimana ASEAN Way dapat menjadi penengah antara kedua negara yang saling bersengketa. Dan bagaimana ASEAN Way muncul dapat menghindari mekanisme formal. 1. Awal Mula ASEAN Way Muncul ASEAN Way muncul karena adanya ambiguitas yang ada karena terdapat banyak krisis atau banyak konflik yang menerka ASEAN. Hal ini menggambarkan bahwa ASEAN akan menjadi sebuah cerita sukses ataukah akan memperdalam kegagalan yang sudah di tunjukan pada krisis finansial pada tahun 1997. ASEAN Way adalah suatu perjanjian yang ada dalam norma yang harus di tegakan. ASEAN way adalah suatu aturan yang ada dalam ASEAN yang di patuhi oleh negara anggotanya. ASEAN Way mempunyai modalitas yang dapat memberikan perubahan pada organisasi ASEAN, modalitas yang di hadapi terhadap dinamika-dinamika baru dan tantangan-tantangan sebagai konsekuensi dari perubahan-perubahan yang ada. Modalitas yang dimaksudkan dalam masalah ini adalah norma-norma, prinsip-prinsip, dan penerapan-penerapan yang mendifinisikan pendekatan ASEAN dengan hubungan antarnegara. Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma ini di rangkum dalam bentuk ASEAN Way. ASEAN Way telah dideskripsikan oleh banyak cendekiawan yang mempelajari tentang organisasi, sebagai ciri karakteristik dalam cara ASEAN menangani konflik dan menjaga perdamaian dan keamanan di Asia Tenggara tetapi, 13 perlawanan yang pasang surut terhadap perubahan yang ada telah mengambil tempat di kawasan. 2. Cara ASEAN Way Menyelesaikan Konflik ASEAN dalam sebuah bentuk kerjasama regional, akan terdapat banyak titik yang akan menjadi pemicu permasalahan jika dari awal tidak di buat kententuan yang akan memuat tentang aturan-aturan di dalamnya. Dalam pelaksanaannya ASEAN memiliki norma-norma tersendiri yang mana dikenal sebagai ASEAN Way dimana berkenaan dengan norma non intervensi, non penggunaan angkatan bersenjata, mengejar otonomi regional, serta menghindari collective defense (pertahanan kolektif).13 Dalam ASEAN Way juga memuat bagaimana cara mengatur setiap anggota negara, baik tindakan nya maupun perilakunya. ASEAN Way membuat negara-negara anggota ASEAN secara sadar atau tidak sadar telah tersosialisasi, sehingga negara anggota-anggota ASEAN akan mengubah kepentingan, identitas dan perilaku sesame negara mereka. ASEAN Way juga telah menciptakan satu produk ASEAN dalam menangani isu keamanan, yaitu Zone of Peace Freedom and Nationalis (ZOPFAN). Dimana ZOPFAN bertujuan untuk menjaga stabilitas keamanan. Freedom dalam ZOPFAN juga dimaksudkan sebagai kebebasan yang berhak diperoleh oleh setiap anggota untuk tidak diintervensi mengenai permasalahan domestik mereka. Intervensi disini bisa diartikan dalam hal kemerdekaan atau independensi serta 13 Khoo, Nicholas. 2004. Deconstructing the ASEAN Security Community : a Review Essay. Oxford University Press and Japan Association of International Relation. International Relations of the Asia-Pasific 14 integritas negara itu sendiri.14 Adapun prinsip-prinsip non-intervensi karena adanya masa kelam pada saat masa penjajahan dahulu. ZOPFAN sendiri mengakui setiap hak-hak atas negaranya untuk memimpin eksistensinya untuk bebas dari intervensi luar terhadap isu domestic. Dengan adanya ASEAN Way, sebenarnya banyak kritikan yang masuk dari berbagai pihak dengan mengkritik bagaimana ASEAN Way berjalan dan keefektifan ASEAN Way dalam menyelesaikan konflik. Dari beberapa pihak, banyak yang pesimis dengan apanya keberhasilan ASEAN Way, karena menurutnya ASEAN Way hanya sebuah norma atau prinsip saja. ASEAN Way juga mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk mencari cara untuk bekerja sama secara maksimal dengan cara dialog serta konsultasi. 15 Dalam implementasinya, ASEAN memiliki cara berbeda dari organisasi-organisasi lainnya untuk menyelesaikan masalah dan itu juga di sebut dengan ASEAN Way. Dalam norma ASEAN, ASEAN Way yang dapat menjadikan ASEAN mengetahui jalannya sebagai penengah antara dua negara anggota ASEAN yaitu Thailand dan Kamboja yang sedang bersengketa. Setelah adanya penengah antara kedua negara yang bersengketa, maka akan di adakannya musyawarah mufakat agar pertikaian tidak berkelanjutan. Seiring berjalannya waktu, ada penerapan prinsip non-intervensi ini dianggap terlalu kaku sehingga kerap dikritik oleh dunia internasional. Pada akhirnya muncul gagasan untuk melakukan pelembutan terhadap prinsip tersebut, 14 Ramcharan, Robin. 2000. ASEAN and Non-interference : A Principle Maintained. Contemporary Southeast Asia, Volume 22 Number 1, April 2000 15 ASEAN Way http://www.kompasiana.com/prasito/asean-way_55006bc2a33311526351186c di akses pada tanggal 24 Desember 2016 15 yakni dengan konsep alternatif seperti constructive intervention dan flexible engagement. 3. Konsep Construktive Intervention Konsep constructive intervention adalah keterlibatan konskruktif antara negara satu dengan negara yang lainnya. Intervensi yang konstruktif juga memiliki kesamaan dengan ide-ide seperti intervensi kemanusiaan, perdamaian, dan keterlibatan konstruktif yang memiliki silsilah yang lebih mapan dalam politik internasional.16 4. Konsep Flexible Engagement Konsep flexible engagement adalah perbincangan yang di lakukan oleh negara-negara anggota ASEAN untuk membicarakan tentang masalah negara yang bersangkutan untuk memperoleh perdamaian tetapi tidak untuk mengintervensi negara satu sama lain. Sudah di jelaskan pada norma ASEAN bahwa ASEAN hanya menjadi penengah atau perantara di dalam konflik. Dari pandangan Mentri Luar Negri dari Thailand Surin Pitsuwan, bahwa ASEAN telah mendominasi kebijakan “non-intervensi” sejak 30 tahun terakhir ini. Surin Pitsuwan berpendapat bahwa : “The economic crisis in the region has led to a loss of ASEAN's 'best bargaining power' in its dealings with other regions, Economic woes have also led to acceptance among ASEAN countries for the need to be more transparent and for regional surveillance and supervision of national economic policies, ASEAN could start by frank discussions 16 Constructive Intervention, Publisher: ISEAS–Yusof Ishak Institute https://www.cambridge.org/core/books/the-asia-pacific-security-lexicon-upated-2ndedition/constructive-intervention/674EFEF6E43155C4591A55A2AAEB6C4E diakses pada 24 Desember 2016 16 on transnational issues such as drugs, environment, migrants that affect all countries.”17 Dalam pernyataan di atas bahwa, Mentri dari Thailand masih menganggap prinsip inti dari ASEAN ini penting karena prinsip „non-intervensi‟ adalah urusan dari dalam negri. Pendekatan yang lebih fleksibel untuk isu-isu politik dan sosial di dalam ASEAN juga akan menyebabkan dukungan yang lebih besar dari negara lain yang akan membantu untuk menebus hilangnya 'pengaruh' sebagai akibat dari krisis ekonomi. Konsep flexible engangement adalah konsep yang paling halus dilakukan oleh ASEAN melalui norma, maksutnya adalah mereka dapat merangkul dan mengkondisikan kedua negara yang bersengketa untuk tidak makin memanas dan cara penyelesaiannya memang secara halus dan tidak mengkritik. Cara ini di lakukan benar-benar melakukan negosiasi agar negara satu sama lain tidak saling kecewa dengan keputusan yang ada. Penyempurnaan dilakukan bermula dari proposal Thailand mengenai Flexible Engagement di tahun 1998 merupakan bentuk pembicaraan yang dilakukan oleh negara anggota ASEAN untuk membicarakan tentang masalah domestik serta kebijakan didalam negeri, tanpa ada maksud untuk mengintervensi negara satu sama lain.18 ASEAN Way dapat di sebut juga dengan norma sosial budaya yang berlaku yang mengedepankan prinsip konsultasi dan konsensus. Sebenarnya, penerapan prinsip non-intervensi dalam ASEAN Way dirasa 17 Thailand calls for 'flexible engagement' in ASEAN, BANGKOK, June 26 Kyodo https://www.thefreelibrary.com/Thailand+calls+for+'flexible+engagement'+in+ASEANa050189293 diakses pada 24 Desember 2016 18 ‘Asean needs "flexible engagement" ‘http://www2.irrawaddy.com/article.php?art_id=1166 diakses pada tanggal 10 Desember 2016 17 Thailand sudah tidak relevan lagi tetapi, keberlangsungan ASEAN Way masih dipermasalahkan hingga sekarang mengingat keefektifitasannya yang sudah berulang kali dipertanyakan oleh anggota ASEAN maupun internasional, sehingga negara-negara anggota ASEAN harus mampu meratifikasi ASEAN Way sesuai dengan tuntutan zaman yang sudah berjalan. Dengan tujuan di dirikannya ASEAN Way maka, akan menjadi fondasi dan landasan bagi keberlangsungan ASEAN dan para negara anggotanya. Dalam diri ASEAN, bagaimana ASEAN berjalan jika tidak di dasari dengan ASEAN Way yang menopangnya. Jika kelak adanya kebijakan dengan di hapuskannya ASEAN Way karena cara kerjanya kurang efektif, maka akan terjadi sengketa yang lebih besar karena dalam ASEAN Way tercantum adanya non-intervensi, jika ASEAN Way di hapuskan maka akan terjadi konflik antar anggota ASEAN. D. Norma ASEAN dalam Sengketa Thailand-Kamboja Dalam sub babini akan di jelaskan bagaimana norma ASEAN berjalan dan bagimana norma ASEAN mengatasi konflik yang ada di kedua negara anggota ASEAN yaitu Thailand dan Kamboja. Norma juga sangat mempengaruhi bagaimana ASEAN menghadapi konflik yang ada. 1. Norma Sebagai Pengatur Kedua Negara Norma ASEAN di sini juga mempengaruhi dalam konflik sengketa Thailand dan Kamboja. Dengan norma juga membuat situasi yang tadinya menjadi rumit dan susah untuk di selesaikan akan berubah menjadi kondusif dan tunduk. Dalam ASEAN, ada beberapa mekanisme management konflik. Seperti 18 bentuk mekanisme pembangunan norma, jaminan, pembangunan komunitas pencegahan, non-intervensi, pengasingan atau pemisahan, intervensi, internationalization dan dalam mekanisme tersebut ada beberapa point yang signifikan, di antaranya adalah:19 1. Mengklasifikasi berbagai macam tipe mekanisme. 2. Mempertimbangkan dengan mengabaikan mekanisme, mana yang formal atau informal, apa yang signifikan dari mekanisme tersebut sehingga nantinya akan di ketahui mekanisme mana yang bisa di gunakan untuk krisis dalam beberapa waktu. 3. Kelayakan dari mekanisme dan prakteknya dan relevansinya dalam menangani konflik baik di dalam daerah dan level regional. Kedua negara anggota ASEAN, Thailand dan Kamboja masih lemah dalam mengikuti norma ASEAN, karena norma yang sudah jelas di tetapkan untuk di patuhi oleh anggota ASEAN masih belum bisa tertanam. Buktinya saja masih ada negara anggota ASEAN yang masih mempunyai masalah antar wilayah. Norma di ASEAN membantu konflik di antara kedua negara tidak semakin membesar. Bukan berarti norma untuk menghindarkan konflik, konflik itu pasti ada di antara negara-negara apalagi antara negara yang memang pada dasarnya ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara berkonflik dan angkat senjata satu sama lain. Dengan adanya norma, membuat kedua negara yang berkonflik tidak menggunakan kekerasan satu sama lain. Jika dengan norma maka permasalahan dapat di selesaikan secara diplomasi atau saling berunding satu 19 Ibid. 19 sama lain untuk mencapai perdamaian. Dalam norma ASEAN tertera bahwa norma ASEAN menolak akan adanya kekerasan, karena norma ASEAN telah menerapkan dalam ASEAN Way agar jika ada kedua negara yang sedang berkonflik maka di selesaikan dengan cara berdamai dan dengan cara diplomasi agar tidak akan jatuh korban jika tetap diadakannya genjatan senjata. 2. Penerapan Norma Dalam Sengketa Norma ASEAN dalam kasus sengketa ini adalah sebagai aturan-aturan yang mengarahkan pada prinsip-prinsip yang membimbing perilaku masyarakat yang bersengketa untuk selalu patuh terhadap kesepakatan yang telah di buat, yang telah tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang telah di buat oleh ASEAN adalah aturan atau nilai-nilai sudah di pertimbangkan untuk membuat organisasi ini menjadi salah satu organisasi yang maju di kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya nilai-nilai di ASEAN akan membuat sengketa yang ada di antara kedua negara menjadi semakin mengecil atau bisa saja menjadi hilang dan sengketa hanya di selesaikan dengan cara bilateral. Konflik memang tidak bisa di hindarkan antara kedua negara karena di setiap negara yang memperebutkan sesuatu pasti akan berkonflik atau setidaknya tidak menggunakan kekerasan yang berlebih karena dengan adanya norma yang mengatur. Norma dalam konflik tersebut membuat masalah semakin mengerucut penyelesaiannya, karena norma juga dapat menjadi aturan yang sangat penting. Dalam konflik, norma dapat membuat kedua negara patuh atas norma yang sudah di tetapkan dan harus di jalankan. Dalam sengketa, norma yang telah di buat harus benar-benar dijalankan, karena norma yang ada di ASEAN telah disepakati oleh 20 para pembuat kebijakan. Jika norma yang telah di sepakati sudah tertuang dalam aturan, maka negara angora ASEAN harus tunduk dan patuh. Dengan di tegakannya norma maka meminimalisir intervensi yang ada dalam konflik di kedua negara anggota. Sebenarnya, kedua negara yang sedang bersengketa melihat norma yang berjalan di dalam organisasi regionalnya, karena suatu norma sudah di sepakati dan jika tidak ada kesepakatan sebelumnya maka norma tidak berlaku. 21