hubungan persepsi budaya organisasi tentang

advertisement
1
HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI TENTANG
SISTEM LAYANAN AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI
PADA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI DI KEDIRI
Christy Ratnaningtyas ([email protected])
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
Abstrak
Sistem pelayanan akademik merupakan salah satu budaya organisasi yang terdapat dalam
universitas. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai
yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya.
Persepsi terhadap budaya organisasi sistem layanan akademik kemungkinan dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi mahasiswa. Persepsi adalah pandangan atau pengertian
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Motivasi berprestasi adalah
keinginan seseorang untuk selalu meningkatkan prestasinya dengan bekerja keras untuk
mencapai mutu kerja sebaik-baiknya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive. Subjek penelitian dalam penelitian ini
mahasiswa berjumlah 60 orang dengan karakteristik: mahasiswa Universitas Nusantara PGRI
Kediri, angkatan 2009 - 2012, tidak cuti kuliah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
skala persepsi budaya organisasi tentang sistem layanan akademik dan skala motivasi
berprestasi. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif
antara persepsi budaya organisasi tentang sistem sistem layanan akademik dan motivasi
berprestasi mahasiswa pada perguruan tinggi di Kediri, sebesar 0,326 dengan taraf
signifikansi 0,011.
Kata Kunci : persepsi budaya organisasi, motivasi berprestasi, mahasiswa perguruan tinggi di
Kediri
Abstract
System of academic services is one of the organizational culture contained in the university.
Organizational culture is spread belief system and values that develops within an
organization and directing the behavior of its members. Perceptions of organizational culture
of academic service systems may affect student achievement motivation. Perception is the
view or understanding of how one views or interprets something. Achievement motivation is
one's desire to always improve his performance with hardworking to achieve the best
possible quality. The study was descriptive correlational. Sampling using purposive.
Research subjects in this study of 60 people with student characteristics: Nusantara PGRI
University Kediri’s student, class of 2009 to 2012, did not leave college. The research
instrument used is the scale of organizational culture perceptions about system academic
services and achievement motivation scale. Analysis using Product Moment correlation
technique to determine the correlation between two variables. Results showed there is a
positive correlation between perceptions of organizational culture on the service system
system of academic and achievement motivation of students at universities in Kediri,
amounting to 0.326 with a significance level of 0.011.
Keywords: perceptions of organizational culture, achievement motivation, college students in
Kediri
2
Sistem pelayanan akademik merupakan sistem yang merupakan jaminan mutu dalam
sebuah lembaga pendidikan. Maka dari itu, sistem pelayanan akademik yang mampu
memberikan sumbangan yang terbaik bagi universitas, diperlukan usaha dan komitmen
secara berkelanjutan dari seluruh komponen dosen dan pegawai administrasi yang
membidangi akademik secara bersama-sama untuk melaksanakan layanan akademik bagi
mahasiswa secara optimal. Berbicara masalah layanan akademik maka tentu saja tidak
terlepas dari berbicara tentang layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan terhadap
konsumennya, karena layanan akademik menyangkut pelayanan publik dalam bidang yang
bersifat khusus. Luthans (dalam Ahira, 2012), pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem,
prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain.
Sistem pelayanan akademik merupakan salah satu budaya organisasi yang terdapat
dalam universitas. Sehubungan dengan itu Schein (dalam Luthans, 2006) menyatakan bahwa
budaya organisasi adalah: Pola asumsi dasar diciptakan atau dikembangkan oleh kelompok
tertentu saat mereka menyesuaikan diri dengan masalah-masalah eksternal dan integrasi
internal yang telah bekerja cukup baik serta dianggap berharga, dan karena itu diajarkan pada
anggota baru sebagai cara yang benar untuk menyadari, berpikir dan merasakan hubungan
dengan masalah tersebut. Robbin (2007) menyatakan bahwa budaya itu adalah sistem makna
dan keyakinan bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan, sebagian
besar cara mereka bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar. Robbins (dalam
Asfiah, 2010) budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggotaanggota organisasi itu. Maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berfungsi sebagai
perekat, pemersatu, identitas, citra, brand, motivator, pengembangan yang berbeda dengan
organisasi lain yang dapat dipelajari dan diwariskan kepada generasi berikutnya, dan dapat
3
dijadikan acuan prilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan
atau target yang ditetapkan.
Budaya Organisasi tentang sistem layanan akademik yang tidak prosedural dan
sistematis memunculkan berbagai persepsi dari mahasiswa terhadap budaya organisasi yang
ada dalam sistem layanan akademik pada Perguruan Tinggi di Kediri. Menurut Robbins &
Judge (2012), persepsi merupakan proses individu dalam mengatur dan mengartikan kesankesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungannya. Jadi, persepsi terhadap
budaya organisasi adalah proses pengartian individu berdasarkan apa yang diterima oleh
indera mereka terhadap suatu budaya organisasi. Persepsi terhadap budaya organisasi sistem
layanan akademik ini kemungkinan dapat mempengaruhi motivasi berprestasi mahasiswa.
Menurut McClelland (dalam Taslima,dkk., 2012), motivasi berprestasi sebagai
keiinginan sebagai keiinginan untuk sukses dalam berkompetisi, yang berkeinginan untuk
mengungguli orang lain dengan mencapai suatu prestasi atau suatu standar tertentu yang
dianggap berhasil.
LANDASAN TEORI
Persepsi Budaya Organisasi
Persepsi
Menurut Robbins & Judge (2012) persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan
mereka. Leavitt (dalam Sobur 2003), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan atau
pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
4
Budaya
Menurut Schein (dalam Riyadinuna, 2006) budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang
diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran
untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana
dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai
cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait degan masalah-masalah
tersebut.
Organisasi
Menurut Tossi, dkk (dalam Munandar, 2001) organisasi terdiri dari kelompok orang-orang
atau dapat dikatakan juga terdiri ari kelompok-kelompok tenaga kerja yang bekerja untuk
mencapai tujuan organisasinya. Untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dikembangkan dan
dipertahankan pola-pola perilaku tertentu yang cukup stabil dan dapat diperkirakan
sebelumnya.
Budaya Organisasi
Robbins (1998) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi
yang lain. Robbins juga menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh
warganya sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi yang lain. Karekteristik budaya
organisasi menurut Robbins (dalam Asfiah, 2010) adalah sebagai berikut:
● Inovasi dan keberanian mengambil resiko, adalah sejauh mana organisasi dapat
mendorong para anggotanya untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Selain
itu bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan resiko oleh anggotanya dan
membangkitkan ide anggota.
5
● Perhatian terhadap detail, adalah sejauh mana organisasi mengharapkan karyawan
memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian.
● Berorientasi pada hasil, adalah sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil
dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil
tersebut.
● Berorientasi pada manusia, adalah sejauh mana keputusan manajemen diperhitungkan efek
hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi.
● Berorientasi pada tim, adalah sejauh mana kegiatan kerja diorientasikan sekitar tim-tim
tidak hanya pada individu-individu untuk mendukung kerjasama.
●
Agresifitas, adalah sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif
untuk menjalankan budaya organisasi dengan sebaik-baiknya.
● Stabilitas, adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan status quo sebagai kontras
dari pertumbuhan .
Persepsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu obyek persepsi, apakah budaya organisasi
dinilai positif atau tidak, tergantung individu dalam menyeleksi, mengorganisasi, dan
menafsirkan informasi yang diterimanya. Jadi persepsi budaya organisasi adalah penafsiran
terhadap seperangkat pemahaman, nilai-nilai, ide-ide, dan kepercayaan yang dianut bersama
oleh para anggota organisasi, seperti terwujud dalam alat-alat simbolis.
Motivasi Berprestasi
Motivasi
Motivasi menurut Gerungan (dalam Maetiningsih, 2008) adalah semua penggerak alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu di
6
mana motif-motif tersebut memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku. McClelland
(dalam Atmaja, 2009) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial,
kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. Menurut McClelland (Taslima,dkk.,
2012) motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk sukses dalam berkompetisi, yang
berkeinginan untuk mengungguli orang lain dengan mencapai suatu prestasi atau suatu
standar tertentu yang dianggap berhasil.
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray yang diistilahkan dengan
need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (dalam Nurseto, 2010) dengan
sebutan “nAch”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan keinginan untuk
berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial,
melainkan demi kepuasan pribadinya. Menurut McClelland (dalam Muskita, 2011) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi:
● Faktor individual, maksud dari faktor individual adalah faktor intelegensi dan faktor
penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Apabila individu mempunyai taraf intelegensi
di atas rata-rata, maka kemungkinan motivasi berprestasinya tinggi. Sedangkan jika taraf
intelegensi rendah, maka kemungkinan motivasi berprestasinya rendah pula.
● Faktor lingkungan:
1) Lingkungan keluarga, hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga dapat
menimbulkan gangguan-gangguan emosional pada anggota keluarga, termasuk anak.
Gangguan emosional dapat berupa ketegangan atau konflik yang dirasakan oleh
individu. Akibatnya, seorang yang mempunyai intelegensi tinggi namun bila ia
mengalami gangguan emosional maka motivasi prestasinya akan cenderung rendah.
7
2) Lingkungan sosial, lingkungan sosial tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari
yang banyak memberikan rangsangan akan membantu meningkatkan rasa ingin tahu
individu sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasinya.
3) Lingkungan akademik, lingkungan akademik menyangkut sejauh mana institusi
pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di
sekolahnya.
Berikut dijelaskan beberapa karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi menurut McClelland (dalam Diaz, 2007):
● Tanggung jawab
Orang yang memiliki motivasi yang tinggi merasa dirinya bertanggung jawab atas tugas
yang dikerjakan. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan dan tidak akan meninggalkan
tugas tersebut walau semakin sulit sebelum mereka menyelesaikan.
● Mempertimbangkan resiko pemilihan tugas
Orang yang memiliki motivasi tinggi tidak suka melakukan pekerjaan yang mudah dan
tidak ada tantangan. Dikarenakan tidak ada kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan
berprestasi. Sehingga orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah orang yang
realistis dalam memilih tugas, pekerjaan, dan lapangan kerja, mereka lebih suka
mencocokkan dengan kemampuan mereka dan apa yang dituntut dari tugas atau pekerjaan
itu.
● Memperhatikan umpan balik
Orang dengan motivasi tinggi menyukai tugas-tugas di mana prestasi mereka dapat
dibandingkan dengan prestasi orang lain, mereka menyukai umpan balik. Umpan balik
dibutuhkan agar dapat meningkatkan efektifitas dari apa yang dilakukan untuk dapat
mencapai yang diinginkan.
● Kreatif dan inovatif
8
Orang dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif dengan mencari cara
baru untuk menyelesaikan tugas seefisien dan seefektif mungkin.
● Keinginan menjadi yang terbaik
Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi senantiasa menunjukkan hasil kerja
yang sebaik-baiknya dengan tujuan agar meraih predikat terbaik serta tingkah laku mereka
lebih berorientasi ke depan.
● Ketekunan
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan setiap
tugas dalam waktu yang cepat dan tidak suka membuang waktu.
Hubungan Persepsi Budaya Organisasi Tentang Sistem Layanan Akademik dan Motivasi
Berprestasi
Menurut Robbins (dalam Haryawan, 2008) budaya organisasi yang kuat dan kohesif akan
memotivasi secara internal para anggota satu organisasi untuk bekerja lebih produktif,
disiplin, rasa suka dan perilakunya. Adanya hubungan yang signifikan antara budaya
organisasi dan motivasi berprestasi, namun adanya variabel lain yang saling berkaitan dengan
budaya organisasi dan motivasi berprestasi, yaitu kepuasan bekerja.
Faktor penentu kualitas pendidikan tidak hanya dari segi fisik, seperti keberadaan guru
atau dosen yang berkualitas, kelengkapan peralatan laboratorium dan buku perpustakaan,
tetapi juga dalam wujud non fisik (intangible), yakni budaya sekolah atau budaya dalam
universitas. Disampaikan oleh Stephen Stolp (dalam Sayidah, 2012) dari beberapa hasil studi
menunjukkan bahwa budaya organisasi sekolah atau kampus yang sehat ternyata berkorelasi
kuat dengan meningkatnya motivasi dan prestasi para siswa atau mahasiswa
9
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
PESEPSI BUDAYA
ORGANISASI
MOTIVASI
BERPRESTASI
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Nusantara PGRI Kediri, dengan
karakteristik mahasiswa tidak cuti kuliah (aktif) dan mahasiswa angkatan 2009-2011.
Pemilihan sampel ditentukan sesuai kriteria sehingga disebut dengan Purposive Sampling.
Sehingga hasil penelitian hanya berlaku di lokasi penelitian.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunalkan skala berbentuk model Likert yang mengukur persepsi budaya
organisasi tentang sistem layanan akademik dan motivasi berprestasi. Pada tiap skala dan
masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban yang terdiri dari pernyataan:
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Prosedur
Prosedur dalam penelitian ini antara skala persepsi keadilan kompensasi dengan
kepuasan kerja, yaitu:
1) Menyiapkan instrumen skala persepsi budaya organisasi tentang sistem layanan akademik
dan skala motivasi berprestasi.
2) Mengkonsultasikan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
10
3) Membuat surat permohonan ijin penelitian di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas
Negeri Malang.
4) Menentukan subjek uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Subjek yang
digunakan mempunyai karakteristik hampir sama dengan subjek penelitian.
5) Menyebarkan instrumen pada subjek uji coba.
6) Menghitung validitas dan reliabilitas pada instrumen yang telah diuji cobakan.
7) Menyusun kembali instrumen penelitian.
8) Menyebarkan kedua instrumen yang telah valid pada subjek penelitian.
9) Menghitung hasil dari pengisian instrumen penelitian oleh subjek penelitian.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis analisis yaitu
analisis deskriptif menggunakan nilai absolut dan korelasi menggunakan product moment.
HASIL
● Hasil deskriptif persepsi budaya organisasi tentang sistem layanan akademik dari 60
subyek penelitian yang masuk kategori sangat tinggi sebanyak sebanyak 17 orang
(28,33%), kategori tinggi sebanyak 41 orang (68,33%), kategori rendah sebanyak 2 orang
(3,33%) dan sangat sangat rendah 0 (0%). Berdasarkan hasil mean dan skor absolut, maka
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persepsi budaya organisasi tentang sistem
layanan akademik berada dalam kategori tinggi.
● Hasil deskriptif motivasi berprestasi dari 60 subyek penelitian yang masuk kategori sangat
tinggi sebanyak 11 orang (18,33%), kategori tinggi sebanyak 49 orang (81,67%), kategori
rendah dan kategori sangat rendah sebanyak 0 orang (0%). Berdasarkan hasil mean dan
11
skor absolut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar motivasi berprestasi berada dalam
kategori tinggi.
● Hasil korelasi antara persepsi budaya organisasi tentang sistem layanan akademik dan
motivasi berprestasi sebesar 0,326 dengan taraf signifikansi 0,011, maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi budaya organisasi
tentang sistem layanan akademik dan motivasi berprestasi.
DISKUSI
Menurut Purwanto (dalam Purba, 2009) faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari luar (eksternal) dan faktor dari dalam (internal).
Faktor dari luar terdiri dari lingkungan dan pelayanan. Faktor lingkungan salah satunya
adalah lingkungan akademik. Pelayanan yang dimaksudkan dalam dunia pendidikan adalah
pelayanan yang diberikan untuk peserta didik, salah satunya berupa pelayanan akademik
yang ditujukan untuk mahasiswa. Keberhasilan belajar tentunya didasari oleh motivasi
berprestasi pada individu.
Motivasi berprestasi merupakan faktor primer seseorang agar berhasil mencapai
sesuatu. Hal ini didasarkan atas kesadaran pribadi yang akan menggerakan seseorang untuk
melakukan tindakan. Mahasiswa dapat meraih prestasi tinggi jika ia mempunyai kesadaran
tinggi yang dapat mendorong dirinya sendiri untuk meraih apa yang ia telah rencanakan.
Kesadaran mencapai sesuatu dapat dicapai jika mahasiswa mampu memahami makna atau
esensi keberadaannya di kampus dan kehidupan ini. Persepsi ini dapat dicapai mahasiswa
dengan menyerap dan mengolah informasi dari lingkungannya, salah satunya budaya
organisasi di universitas tempatnya belajar. Persepsi tinggi terhadap kampus dapat
menumbuhkan semangat berkontribusi dan berprestasi.
12
. Lingkungan akademik yang merupakan salah satu faktor motivasi berprestasi
individu, berdasarkan penelitian ini, mahasiswa perguruan tinggi di Kediri mampu menyerap
dan mengolah informasi dari lingkungan akademiknya dengan baik, maka motivasi
berprestasi mahasiswa di perguruan tinggi di Kediri pun juga baik.
SARAN
Sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dijelaskan dan digambarkan oleh penulis,
maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, diharapkan mampu mendukung usaha universitas dalam memajukan
sistem layanan akademik.
2. Bagi Universitas tempat penelitian, diharapkan mampu meningkatkan lagi sistem layanan
akademik bagi mahasiswa, dengan cara meningkatkan motivasi dan komitmen kerja para
pegawai untuk memberikan dan menciptakan sistem layanan akademik yang optimal.
Sehingga dapat meningkatkan pula motivasi berprestasi mahasiswanya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melengkapi teori mengenai persepsi budaya
organisasi tentang sistem layanan akademik dan motivasi berprestasi dengan lebih
mendalam. Selain itu diharapkan pula peneliti selanjutnya untuk mengambil sunyek lebih
banyak lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Ahira, Anne.2012.Pengertian Pelayanan. (Online), (http://www.anneahira.com/pengertianpelayanan.htm), diakses pada tanggal 25 Januari 2013.
Asfiah, Nurul.2010.Pengertian Budaya Organisasi. (Online),
http://nurulasfiah.staff.umm.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/generate.php?post=144),
diakses pada tanggal 28 Januari 2013.
Atmadja, M.A & Nurjaya Suriya.2009. Analisis Faktor-Faktor Motivasi Yang Mempengaruhi
Produktivitas Kerja Pada PT. Timur Jaya Prestasi. (Online),
(http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/industrialtechnology/2009/Artikel_30401854.pdf), diakses pada tanggal 28 Januari 2013.
13
Diaz, Ramon.2007.Hubungan Antara Burnout dengan Motivasi Berprestasi Akademis pada
Mahasiswa yang Bekerja.(Online),
(http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/8864/hubungan-antara-burnoutdenganmotivasi-berprestasi-akademispada-mahasiswa-yang-bekerja.html/), diakses
25 Februari 2013
Haryawan, Wawan.2008.Budaya Organisasi dan Implementasinya. (Online),
(http://wawanharyawan.files.wordpress.com/2008/07/budaya-organisasi-danimplementasinya.pdf), diakses pada tanggal 2 Januari 2013.
Luthans Fred.2006.Perilaku Organisasi.Yogyakarta: Percetakan Andi.
Maetiningsih, Desiani.2008.Hubungan antara Secure Attachment dengan Motivasi
Berprestasi pada Remaja. (Online),
(http://gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008), diakses pada
tanggal 28 Januari 2013.
Munandar, Ashar S.2001.Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Muskita, Sherly Meilany.2011.Pentingnya Motivasi Berprestasi.
http://fkip.widyamandala.ac.id/artikel/opini/pentingnya-motivasi-berprestasi.html
diakses pada tanggal 24 Januari 2013.
Nurseto, Tejo.2010.Pembelajaran Motivasi Berprestasi dalam Mata Kuliah Kewirausahaan
dengan Game Tournament. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan No.1:82-93.
Purba, Maharani BR.2009.Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi X. (Online),
(http://resposotory.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13683/H09mbp.pdf),
diakses pada tanggal 15 Februari 2013.
Riyadinuna.2006. Korelasi antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Komitmen
Organisasi pada Karyawan PT Nestle Kejayan Factory Pasuruan. Skripsi.Universitas
Islam Negeri Malang.
Robbins, Stephen P.1998.Organizational Behaviour, buku 2, Alih bahasa : Hadyana
Pujaatmaka. Jakarta: Prenhallindo.
Robbins,Stephen P & Judge, Timothy A.2012.Perilaku Organisasi.Jakarta: Salemba Empat.
Sayidah.2012.Budaya Kerja Organisasi. (Online),
(http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/08/04), diakses pada tanggal 15 Februari
2013.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
14
Taslima, Yulifa.2008.Hubungan Orientasi Belajar dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa
Psikologi Gunadarma. (Online), (http://www.gunadarma.ac.id/
library/articles/graduate/psychology/2008/artikel_10503213.pdf), diakses pada
tanggal 24 Januari 2013.
Download