pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan tenaga kerja di

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP KELELAHAN
TENAGA KERJA DI INDUSTRI GAMELAN SUPOYO DESA
WIRUN KECAMATAN MOJOLABAN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Dinar Ramadian Agus
R.0207069
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit
to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan Tenaga
Kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo
Dinar Ramadian Agus, R0207069, Tahun 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi
Program Diploma IV Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari : Selasa Tanggal : 21 Juni Tahun: 2011
Pembimbing Utama
Sumardiyono, SKM, M.Kes.
NIP.19650706 1988303 1 002
...........................................
Pembimbing Pendamping
Lusi Ismayenti, S.T, M.Kes
NIP. 19720322 200812 2 001
...........................................
Penguji
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
NIP.19830621 200912 2 003
...........................................
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Ketua Program
D.IV Kesehatan Kerja FK UNS
Vitri Widyaningsih, dr
NIP. 19820423 200801 2 011
Ipop Sjarifah, Dra., M.Si
NIP. 19560328 198503 2 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.
Surakarta, 20 Juni 2011
Dinar Ramadian Agus
NIM. R 0207069
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Dinar Ramadian Agus, 2011. ”Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan
Tenaga Kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo”. Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh tekanan
panas terhadap kelelahan tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 30 orang tenaga kerja lakilaki yang bekerja di Industri Gamelan Supoyo. Sample diambil secara purposive
sampling. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan melakukan wawancara dan
pengukuran. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik
Chi Square Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.
Hasil : Dari perhitungan tekanan panas dan kelelahan diperoleh hasil, dimana di
bagian penempaan yang terpapar panas > NAB terdapat 15 tenaga kerja dimana
13 orang mengalami kelelahan dan 2 orang tidak mengalami kelelahan.
Sedangkan di bagian finishing yang terpapar panas ≤ NAB terdapat 15 tenaga
kerja dimana 10 tenaga kerja tidak mengalami kelelahan dan 5 tenaga kerja
mengalami kelelahan. Dari uji statistik dengan Chi Square Test menggunakan
program komputer SPSS versi 16.0 diperoleh hasil (χ²) hitung adalah 8.191 atau p
= 0,004. Hasil uji statistik Chi Square tersebut menunjukkan bahwa (χ²) hitung ≥
χ² atau p ≤ 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan.
Simpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh
Tekanan Panas terhadap Kelelahan Tenaga Kerja di Industri Gamelan Supoyo
Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.
Kata Kunci : Tekanan Panas, Kelelahan.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Dinar Ramadian Agus, 2011. "The Effect of Heat Pressure on Labor Fatigue in
Supoyo’s Gamelan Industrial Wirun Village Sub-district Mojolaban Sukoharjo".
Study Program Diploma IV of Occupational Health Medical Faculty, State
University of Surakarta Eleven March.
Objective: This study aims to determine the influence of heat pressure on the
labor’s fatigue in the Supoyo’s Gamelan Industrial Wirun Village Sub-district
Mojolaban Sukoharjo.
Methods: This observational study uses observasioal analytic with cross sectional
approach. Subjects of this research consist of 30 male workers have been
employed to work in Supoyo’s Gamelan Industrial. Sample taken by purposive
sampling. Interviews and measurements has used to collect the data. Processing
techniques and data analysis performed by the statistical test Chi Square Test
using the computer’s program SPSS version 16.0.
Results: From the calculation of heat stress and fatigue results was obtain, which
is in place where exposed heat > NAB there are 15 workers consist of 13 workers
did not feel tired and 2 workers feel tired. Meanwhile in place where exposed heat
≤ NAB there are 15 consist of 10 workers did not feel tired and 5 workers
experience fatigue. From a statistical test with Chi Square Test using SPSS
version 16.0 computer program obtained the results (χ ²) count is 8.191 or p =
0.004. Chi Square statistical test results showed that (χ ²) count ≥ χ ² or otherwise
p ≤ 0.01 are highly significant.
Conclusion: The results of this study can be concluded that there are Heat
Pressure Effect on Labor Fatigue in Supoyo’s Gamelan Industrial Wirun Village
Sub-district Mojolaban Sukoharjo.
Keywords: Heat Pressure, Fatigue.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala berkat, bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan
Tenaga Kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo.” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana
di Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan
dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Lusi Ismayenti, ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Arsita Eka P, dr. M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
6. Ibu Vitri Widyaningsih, dr selaku Tim Skripsi yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
7. Bapak Supoyo selaku pemilik Industri Gamelan Supoyo yang telah
memberikan izinnya kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Tenaga kerja Industri Gamelan Supoyo yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk menjadi responden dan membantu pelulis dalam
melaksanakan penelitian.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Staf dan karyawan Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama
melakukan kuliah dan penyusunan skripsi.
11. Bapak, ibu, mamak nie, bapak nie, adik, dan semua keluarga yang penulis
sayangi. Terima kasih atas doa, dorongan dan semua kasih sayang yang
selama ini kalian berikan. Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak
ada perbuatan yang sanggup penulis berikan untuk membalas segala cinta,
kasih dan pengorbanan yang diberikan.
12. Lisa Rose Widiana selaku sahabat, kakak, dan seseorang yang selalu ada di
belakang penulis. Selalu menemani dan banyak membantu penulis dalam
commit to user
pembuatan skripsi ini.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Maya Wulandari yang selalu memotivasi penulis, memberikan semangat,
senyum serta doa agar penulis selalu berusaha menyelesaikan skripsi ini.
Tukang cat selalu ingat.
14. Theo Wicaksono A.md, Mursid Wahyu S, Siti Rahmawati, Nisa Nur
Khakima, Hartatik dan semua teman-teman angkatan 2007 Program Diploma
IV Kesehatan Kerja yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
15. Teman – teman SF PT. Telkom yang banyak memberikan pengalaman
berharga bagi penulis.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2011
Penulis,
Dinar Ramadian Agus
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................
iii
ABSTRAK ..............................................................................................
iv
ABSTRACT ...........................................................................................
v
PRAKATA..............................................................................................
vi
DAFTAR ISI...........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................
5
C. Tujuan ................................................................................
5
D. Manfaat ..............................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................
7
1. Tekanan Panas ..............................................................
7
2. Kelelahan Kerja ............................................................
20
3. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan..............
29
B. Kerangka Pemikiran commit
...........................................................
to user
31
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis .............................................................................
32
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................
33
B. Lokasi dan waktu penelitian ...............................................
33
C. Populasi Penelitian..............................................................
33
D. Teknik Sampling.................................................................
34
E. Subjek Penelitian ................................................................
34
F. Desain Penelitian ................................................................
35
G. Identifikasi Variabel Penelitian ..........................................
35
H. Definisi Operasional Variabel penelitian............................
36
I. Alat dan Bahan Penelitian...................................................
38
J. Cara Kerja Penelitian ..........................................................
40
K. Teknik Analisis Data ..........................................................
42
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................
43
B. Karakteristik Subjek Penelitian ..........................................
44
1. Umur Responden ..........................................................
44
2. Jenis Kelamin ...............................................................
44
C. Hasil Pengukuran Tekanan Panas.......................................
45
D. Hasil Pengukuran Kelelahan...............................................
46
E. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan ....................
47
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian ............................................
48
1. Umur................................................................................
48
2. Masa Kerja ......................................................................
49
3. Jenis Kelamin ..................................................................
49
B. Analisis Univariat .................................................................
50
1. Tekanan Panas .................................................................
50
2. Kelelahan Kerja ...............................................................
51
C. Analisis Bivariat ...................................................................
52
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................
55
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................
57
B. Saran.....................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN
commit to user
x
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) ......................................................................................
17
Tabel 2. Efek panas bagi tubuh manusia.................................................
18
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Responden.....................................
44
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden............................
44
Tabel 5. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Bagian Finishing (≤ NAB)
45
Tabel 6. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Bagian Penempaan
(> NAB) ....................................................................................
45
Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi Kelelahan dengan Reaction
Timer pada bagian Finishing ....................................................
46
Tabel 8. Daftar Distribusi Frekuensi Kelelahan dengan Reaction
Timer pada bagian Penempaan .................................................
46
Tabel 9. Kontingensi Tekanan Panas terhadap Kelelahan .......................
47
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran.............................................................
31
Gambar 2. Desain Penelitian..................................................................
35
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Tekanan Panas Finishing (≤ NAB)
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Bagian Penempaan (> NAB)
Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Finishing
Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Penempaan
Lampiran 6. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian
commit to user
xiii
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembangunan
ketenagakerjaan
dilaksanakan
dalam
rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 guna mewujudkan manusia dan masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun
spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan,
pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan
produktif.
Kebijakan
yang
mendorong
tercapainya
pembangunan
ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Budiono, 2003)
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral bangsa.
Perlindungan tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja (Suma’mur, 2009).
Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar
tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain
yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja
manusia tersebut (Wignjosoebroto, 2008), sedangkan cuaca kerja menurut
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Suma’mur (2009) adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu
dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas.
Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan
dengan temperatur tempat kerja, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
No. SE. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan
Nilai Ambang Batas untuk Temperatur Tempat Kerja, Ditetapkan : Nilai
Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang masih
dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terusmenerus tidak melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh)
jam seminggu. NAB terendah untuk ruang kerja adalah 25 °C dan NAB
tertinggi adalah 32,2 °C, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu
kerja (Depnakertrans, 1999).
Menurut WHO, kriteria jenis pekerjaan dibagi 3 meliputi beban
kerja ringan (laki-laki : kerja kantor, dokter, guru, perawat, pengangguran
sedangkan wanita : kerja kantor, dokter, guru, perawat), kerja sedang (lakilaki : industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, nelayan sedangkan
wanita : industri ringan, mahasiswi, kerja took, kerja rumah tangga) dan
kerja berat (laki-laki : petani, kuli, tukang kayu, tukang besi, kerja tambang
sedangkan wanita : petani, penari, atlet).
Suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat
menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan
produksi keringat meningkat (Depkes RI, 2009)
Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya
efisiensi, performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik
tubuh
untuk
terus
melanjutkan
kegiatan
yang
harus
dilakukan
(Wignjosoebroto, 2003).
Salah satu jenis pekerjaan yang beresiko terpapar panas yang tinggi
adalah pandai besi. Pandai besi adalah tukang tempa logam (Depdikbud,
2001). Pandai Besi merupakan salah satu pekerjaan fisik yang kegiatan
utamanya adalah membuat alat-alat rumah tangga seperti pisau, sabit,
cangkul dan alat-alat lain yang terbuat dari besi. Selama proses pembuatan
alat-alat tersebut, umumnya pandai besi terpapar tekanan panas. Aktivitas
pekerjaannya meliputi : memotong lembaran besi, memanaskan logam,
menempa atau memukulkan palu di atas logam panas, membentuk logam,
menggerinda atau mengasah dan yang terakhir yaitu membuat tangkai pisau
(Putra, 2004).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil contoh kegiatan pandai
besiyang dilakukan adalah pengrajin gamelan di Industri Gamelan Supoyo.
Pada pekerjaan pengrajin gamelan, panas yang dihasilkan disebabkan oleh
tahap penempaan logam. Logam yang digunakan pada penempaan untuk
selanjutnya dibentuk menjadi gamelan berasal dari bahan baku tembaga dan
timah dengan perbandingan 3:1 yang dipanaskan dalam cetakan. Lalu bahan
tersebut tercampur menjadi satu hingga membentuk sebuah lempengan yang
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemudian lempengan tersebut memasuki proses pengapian atau penempaan
gong, dalam proses pengapian, bahan tersebut ditempa berkali-kali sambil
sesekali dipanaskan kembali sampai mendapat bentuk yang diinginkan.
Setelah ditempa kemudian dilakukan pengecekan nada untuk mendapatkan
nada yang pas.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Bagian
Penempaan Gamelan Industri Pembuatan Gamelan Supoyo Desa Wirun
Kecamatan Mojolaban, peneliti menjumpai banyak pekerja yang bekerja di
lingkungan kerja dengan tekanan panas yang melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yang sudah ditentukan. Setelah peneliti mengadakan wawancara
dengan beberapa pekerja, peneliti dapat mengambil kesimpulan berdasar
keluhan para pekerja bahwa kelelahan yang dihasilkan sedikit banyak
dipengaruhi oleh panas dari lingkungan yang ada.
Kemudian untuk pengukuran iklim kerja pada bagian penempaan
gong dengan menggunakan Area Heat Stress Monitor, peneliti memperoleh
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sebesar 29,8oC. Jika dibandingkan
dengan standar iklim kerja di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 dengan
pengaturan waktu kerja 75 % kerja dan 25 % istirahat untuk 8 jam kerja
dengan beban kerja berat yang didasarkan atas pengukuran kelelahan selama
bekerja, maka iklim kerja tersebut telah melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yaitu sebesar 25,9oC.
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil survei di atas maka diperoleh hasil tingkat
kelelahan para pekerja yang bekerja pada ISBB yang melebihi NAB
ternyata tinggi dan berpotensi menyebabkan kelelahan kerja. Untuk itu
penulis mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Tekanan Panas terhadap
Kelelahan Tenaga Kerja di Industri Gamelan Supoyo.
B.
Perumusan Masalah
Adakah pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan tenaga kerja di
Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo?
C.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh tekanan panas terhadap
kelelahan tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan
Mojolaban Sukoharjo
D.
Manfaat Penelitian
1. Teoritis :
Diharapkan
sebagai
pengkajian
teori
bahwa
tekanan
panas
mempengaruhi kelelahan kerja pada tenaga kerja yang terpapar panas.
2. Aplikatif :
a. Diharapkan Industri Gamelan Supoyo dapat turut serta membantu
mengurangi dampak kelelahan pada tenaga kerja yang dihasilkan oleh
tekanan panas yang ada.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Diharapkan industri lebih memperhatikan kesehatan tenaga kerja yang
terpapar panas terlalu lama.
c. Diharapkan
hasil
penelitian
dapat
dijadikan
acuan
untuk
meminimalisir kelelahan kerja yang diakibatkan oleh tekanan panas
yang ada.
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Tekanan Panas
a) Definisi Tekanan Panas
Tekanan panas merupakan perpaduan dari suhu dan
kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan
panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Siswanto, 2001),
sedangkan menurut Suma’mur (2009) tekanan panas adalah
kombinasi antara suhu udara kelembapan udara, kecepatan gerakan
dan suhu radiasi, kombinasi keempat faktor itu dihubungkan
dengan produksi panas oleh tubuh. Suhu tubuh manusia
dipertahankan hampir menetap akibat keseimbangan antara panas
yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan
pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Tekanan panas (Heat Stress) merupakan suatu mikro
meteorologi dari lingkungan kerja (Santoso, 1985).
b) Mekanisme Tekanan Panas
Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan
perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh
manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
commit to user
7
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan
kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja (Nurmianto,
2003).
Suhu tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit
seperti di atas yaitu pukulan panas, kejang panas, kegagalan dalam
penyelesaian terhadap panas, dehidrasi, kelelahan tropis dan
miliari. Dalam pengalaman, penyakit-penyakit tersebut jarang
ditemukan pada tenaga kerja Indonesia. Sampai saat ini tidak ada
kasus kejang panas melainkan diare kronis pada tenaga yang
berada dalam cuaca panas yang tinggi, namun begitu, terdapat
kesan bahwa suhu di tempat kerja bertalian dengan kenaikan
angka-angka sakit seperti masuk angin, influensa, dan sebagainya
(Suma’mur, 2009).
Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh
darah kulit, yang menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba atau rasakan tidak hanya
didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas
lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula
pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah
suhu lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata
lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat
dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai
kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja
maupun kesehatan kerja (Depkes RI, 2003).
c) Sumber Panas Lingkungan Kerja
Di dalam industri lingkungan kerja fisik khususnya panas
lingkungan
memegang
peranan
penting,
oleh
karena
itu
lingkungan kerja harus diciptakan lebih nyaman supaya didapatkan
efisiensi kerja dan peningkatan produktivitas.
Menurut Suma’mur (2009) Pada dasarnya ada 3 sumber
panas yang penting yaitu :
1) Iklim kerja : keadaan suhu panas udara di tempat kerja yang
ditentukan oleh faktor-faktor keadan antara lain, suhu udara,
kelembapan udara, kecepatan gerak udara, suhu radiasi.
2) Proses produksi dan mesin akan mengeluarkan panas secara
nyata sehingga lingkungan kerja menjadi lebih panas.
3) Kerja otot tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya
memerlukan energi yang diperoleh dari bahan nutrisi yaitu
karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen yang diperlukan
dalam proses oksidasi untuk menghasilkna energi yang
merupakan panas yang disebut metabolisme.
d) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas
Nilai ambang batas untuk iklim kerja 250C – 32,20C,
tergantung dari beban kerja dan pengaturan waktu kerja
(Depnakertrans, 1999), dan kelembapan 65% - 95%. Tubuh tenaga
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja dalam lingkungan kerja yang panas mempunyai daya tahan
yang dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut:
1) Aklimatisasi
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya yang
ditandai dengan penurunan frekuensi detak nadi dan suhu
mulut atau suhu badan sebagai akibat pembentukan keringat.
Aklimatisasi ini ditunjukan pada suatu pekerjaan dan suhu
tertentu sehingga bersifat khusus. Biasanya aklimatisasi
terhadap panas akan tercapai sesudah 2 minggu, sedangkan
meningkatnya pembentukan keringat tergantung pada kenaikan
suhu badan (Tarwaka, 2004). Seseorang yang beraklimatisasi
terhadap suhu dan kelembapan tertentu pada beban kerja
tertentu bila diberi beban tambahan yang lebih besar dapat
membahayakan. Kemampuan beraklimatisasi dipengaruhi oleh
faktor usia, seks, kesehatan, dan kebugaran (Depkes, 2009).
2) Umur
Daya tahan badan terhadap panas akan menurun
pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lamban
keluar
keringatnya
dibandingkan
(Tarwaka, 2004).
commit to user
dengan
orang
muda
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara
laki-laki dan perempuan untuk berkeringat secara
cukup,
dalam ikilim panas tidak dapat beraklimatisasi secara baik
seperti laki-laki. Seorang wanita lebih tahan terhadap suhu
dingin dari pada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena
tubuh wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang
lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki
(Tarwaka, 2004).
4) Kesegaran Jasmani
Bagi karyawan yang sudah beraklimatisasi akan
lebih mudah bekerja dalam lingkungan panas, bila keadaan
jasmaninya segar (Tarwaka, 2004).
5) Ukuran Tubuh
Lemak dalam tubuh merupakan isolasi panas yang
baik bagi tubuh karena hanya menghantarkan 1/3 penghantar
yang lain. Oleh karena itu orang gemuk kurang baik bekerja
pada lingkungan kerja yang panas (Tarwaka, 2004).
6) Suku Bangsa
Perbedaan aklimatisasi yang ada di antara kelompok
suku kecil, mungkin di sini erat sekali hubungannya dengan
perbedaan ukuran tubuh (Tarwaka, 2004).
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Kebiasaan
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa orang yang
telah terbiasa atau terlatih di dalam suhu panas akan lebih
mudah menyesuaikan diri terhadap cuaca panas dibanding
dengan orang yang belum terlatih sama sekali (Tarwaka,
2004).
e) Pertukaran Panas Tubuh Dengan Lingkungan Sekitar
Suhu
tubuh
manusia
dipertahankan
menetap
atau
mendekati normal oleh suatu sistem pengaturan suhu. Suhu
menetap ini adalah akibat kesetimbangan di antara panas yang
dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan
pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan sekitar. Produksi
panas di dalam tubuh tergantung dari bahan kimiawi, kegiatan fisik
tubuh, makanan dan gangguan pada sistem pengatur panas tubuh
manusia dalam keadaan normal mempunyai suhu yang berbedabeda untuk pada bagian atau organ misalnya pada mulut 370C, dada
(kulit) : 34,4-350C, garis pinggang (kulit) : 35-360C, rectum (bulu) :
37,50C, betis, kaki (kulit) : 26,5-28,30C. Suhu yang optimal dari
tubuh untuk mempertahankan fungsinya adalah 36,5-39,50C dan
suhu ruangan yang ideal adalah sekitar 250C untuk orang yang
berpakaian dan hanya duduk-duduk dan berdiri saja (Ganong,
2002).
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ada beberapa cara pertukaran panas tubuh dengan
lingkungan sekitarnya maupun panas dari lingkungan terhadap
tubuh antara lain :
1) Pertukaran panas secara konduksi
Pertukaran panas di antara tubuh dan benda-benda
sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak langsung.
Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila
benda–benda sekitar lebih dingin
suhunya dan dapat
menambah panas kepada tubuh. Manakala benda-benda sekitar
lebih panas dari badan manusia (Ganong, 2002). Pertukaran
panas secara konduksi tergantung pada konduktifitas obyek
dan material yang barsentuhan dengan kulit (Muslimah, 2003).
2) Pertukaran panas secara konveksi
Pertukaran panas dengan badan lingkungan melalui
kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas
yang kurang baik, tetapi dengan kontak dengan tubuh dapat
terjadi pertukaran panas dengan tubuh. Konveksi dapat
mengurangi atau menambah panas terhadap tubuh manusia.
Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan
gelombang panas (Ganong, 2002). Pertukaran panas melalui
proses konveksi sepenuhnya pada perbedaan temperatur antara
kulit dan udara di sekeliling dan juga pada aliran gerak udara
pada kondisi yang normal , proses ini terhitung sampai 25-30%
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari total proses perpindahan panas dalam tubuh manusia
(Muslimah, 2003).
3) Pertukaran panas secara radiasi
Panas radiasi adalah tenaga elektromagnetik yang
panjang gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari.
Gelombang-gelombang demikian dapat melalui udara tanpa di
absorbsi energinya, tetapi menimbulkan panas benda yang
dikena. Sumber-sumber dari panas radiasi adalah permukaanpermukaan yang panas dan sinar matahari (Ganong, 2002).
4) Pertukaran panas secara evaporasi (penguapan)
Pertukaran panas secara evaporasi dapat terjadi
melalui kulit dengan pelepasan uap air, terjadi apabila tekanan
uap air pada kulit lebih tinggi dari pada tekanan uap air di
lingkungan sekitar (Ganong, 2002).
Ketidaknyamanan
akan
mengakibatkan
perubahan
fungsional pada organ yang sesuai pada tubuh manusia, kondisi
panas sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan
kantuk, sehingga dapat menguragi kestabilan dan meningkatkan
jumlah angka kesalahan kerja (Nurmianto, 2003).
Suhu nikmat sekitar 240C-260C bagi orang Indonesia.
Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan kurangnya koordinasi.
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan
iklim tropis dengan suhu 85-95% (Suma’mur, 2009). Aklimatisasi
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada
seseorang selama satu minggu pertama berada di tempat panas.
Setelah minggu pertama berada di tempat panas, setelah itu ia
mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas. (Tarwaka, 2004)
Untuk mengetahui keadaan lingkungan kerja dalam
hubungan dengan pengaruh tekanan panas perlu dilakukan
pengukuran
dengan
mempengaruhi
yang
menyatakan
mempengaruhi
berbagai
pertukaran
faktor
yang
panas
dan
lingkungannya kedalam satu indeks tunggal (Suma’mur, 2009).
f)
Parameter Tekanan Panas
Untuk mengetahui keadaan lingkungan kerja dalam
humbungan dengan pengaruh tekanan panas perlu dilakukan
pengukuran
dengan
menyatakan
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi pertukaran panas dengan lingkungannya ke dalam
satu indek tunggal. Terdapat beberapa cara untuk menetapkan
besarnya tekanan panas sebagai berikut :
1) Suhu Efektif
Yaitu indek sensorik dari tingkat panas yang dialami
oleh seseorang tanpa baju dan bekerja ringan, dalam berbagai
kombinasi suhu, kelembapan dan kecepatan aliran udara. Suhu
efektif ini dapat ditentukan dengan menggunakan skala suhu
efektif. Kelemahan menggunakan skala suhu efekif, kelemahan
penggunaan suhu efektif adalah tidak menghitungkan panas
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
radiasi, panas metabolisme tubuh untuk menyempurnakan
pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi,
dibuat untuk skala efektif dikoresi. Namun tetap ada
kekurangannya
yaitu
tidak
diperhitungkan
panas
hasil
metabolisme.
2) Indeks suhu basah dan bola (Wet Buid Globel Temperatur
Index)
Rumus untuk ISBB sebagai berikut :
(1) I. S. B. B = 0,7 x suhu basah x 0,2 suhu radiasi + 0,1 suhu
kering (untuk bekerja dengan sinar matahari)
(2) I. S. B. B = 0,7 x suhu basah x 0,3 x suhu radiasi (untuk
pekerja tanpa penyinaran sinar matahari)
Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB
adalah Area Heat
Stress
Monitor.
Dimana alat
tersebut
dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah,
suhu kering, suhu radiasi dan ISBB atau WBGT in dan WBGT out
yang hasilnya tinggal membaca pada alat dengan menekan tombol
operasional dalam satuan °C atau °F. Pada waktu pengukuran alat
ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan
pekerjaannya (Tarwaka, 2004).
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep
51/MEN/1999, Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang
diperkenankan adalah pada tabel berikut:
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB)
Variasi
ISBB ºC
Kerja Ringan Kerja Sedang Kerja Berat
Kerja terus menerus
30,0
26,7
25,0
Kerja 75% istirahat 25%
30,6
28,0
25,9
Kerja 50% istirahat 50%
31,4
29,4
27,9
Kerja 25% istirahat 75%
32,2
31,1
30,0
Sumber: Kepmenaker No. KEP-51/MEN/1999
3) Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (predicted-4hour sweetrate) yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam,
sebagai akibat kombinasi suhu, kelembapan dan kecepatan
gerak udara serta panas radiasi. Dapat pula dikoreksi dengan
pakaian dan tinggkat kegiatan pekerja.
4) Indeks Belding Hatch
Dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang
standart yaitu muda tinggi 170 cm, berat badan 154 pound,
dalam keadaan sehat, serta beraklimatisasi terhadap panas
(Suma’mur, 2009).
g) Gangguan Kesehatan karena Pengaruh Tekanan Panas
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui umpan balik
yang rumit. Karena hipatolamus berhubungan dengan talamus
maka akan menerima seluruh rangsangan, karena itu talamus dapat
aktifitas otot kelenjar keringat, peredaran darh dan ventilasi paruparu. Hipotalamus anterior merupakn pusat pengatur suhu tubuh
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang bekerja bila terdapat kenaikan suhu tubuh sehingga akan
terjadi pelebaran pembuluh darah di kulit dan keringat akan banyak
keluar (Ganong, 2002).
Bagi tubuh, panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan memberikan efek negatif. Menurut I Nyoman Pradnyana
Sucipta Putra (2004), efek-efek panas bagi tubuh manusia akan
berdampak pada tingkat kemampuan fisik dan mental.
Tabel 2. Efek panas bagi tubuh manusia
No.
1.
Tingkat temperatur (ºC)
Efek terhadap tubuh
± 49 °C
Temperatur yang dapat ditahan
sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas
tingkat kemampuan fisik dan
mental.
2.
± 30 °C
Aktivitas
mental
dan
daya
tangkap mulai menurun dan
cenderung
untuk
membuat
3.
± 24 °C
kesalahan dalam pekerjaan
4.
± 10 °C
Kondisi optimum
Kekakuan fisik yang ekstrim
mulai muncul.
Sumber: I Nyoman Pradnyana Sucipta Putra (2004)
Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan
kerja panas yang berlebihan sebagai berikut:
1) Heat Stroke
Jarang sekali terjadi dalam industri, namun bila
terjadi sangatlah hebat. Biasanya terjadi pada seorang laki-laki
commit to user
yang bekerja berat dalam keadaan emosi serta situasi yang
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat panas dan belum beraklimatisasi sehingga produksi
panas dalam tubuh tinggi
2) Heat Cramps
Di dalam lingkungan yang bersuhu tinggi, sebagai
akibat bertambahnya keringat yang keluar menyebabkan
hilangnya garam natrium dari tubuh, dan sebagai akibat
banyak minum air, tetapi tidak diberi garam natrium yang
hilang bersama keringat.
3) Heat Exhaustian
Terjadi oleh karena cuaca kerja yang sangat panas,
terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap
udara panas.
4) Heat Syncope
Merupakan bentuk cindera panas yang palinga
ringan, dapat terjadai karena terkena panas matahati secara
langsung.
5) Dehidrasi
Suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang
di sebabkan oleh pergantian cairan yang tidak cukup maupun
karena gangguan kesehatan (Tarwaka, 2004).
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Kelelahan Kerja
a.
Definisi Kelelahan Kerja
Masalah kelelahan oleh banyak orang masih di anggap
sebagai soal biasa, padahal pengaruhnya tidak hanya membatasi
kemampuan seseorang untuk melanjutkan aktifitas kerja akan tetapi
juag masalah ketelitian kerja yang sudah tentu akan menyangkut
banyak hal, antara lain keselamatan kesehatan dan kerja serta
efisiensi dan produktifitas.
Kelelahan adalah suatu mekanisme
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut
sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi
dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Mustafa,
2002).
Kelelahan
kerja
adalah
keadaan
karyawan
yang
mengakibatkan terjadinya penurunan vitalitas dan produktifitas
kerja akibat faktor pekerjaan. Kelelahaan ada dua macam yaitu
kelelahan fisiologi yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor
fisik seperti suhu, bahan kimia, golongan hewan, konstruksi
psikologik yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologi
(Riyadina, 1996).
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Mekanisme Kelelahan Kerja
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang
sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan
subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja. Kelelahan mudah
ditiadakan dengan istirahat, tetapi jika dipaksakan terus kelelahan
akan bertanbah dan sangat menganggu. Kelelahan sama halnya
dengan lapar dan haus adalah mekanisme pendukung kehidupan.
Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti
kerja sewaktu-waktu sebentar sampai dengan tidur malam hari
(Sumardiyono, 2008).
Macam-macam kelelahan menurut ahli fisiologik yaitu
kelelahan otot yang ditunjukan oleh adanya kelelahan dengan
gejala kesakitan yang akut, yang sebabkan oleh karena ketegagan
otot yang barlebihan serta kelelahan umum yaitu kelelahan dengan
adanya penurunan kesiagaan dalam penggunaan energi (Grandjean,
1993).
Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu :
1) Kelelahan Otot
Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau
perasaan nyeri yang terdapat pada otot yang disebabkan oleh
akumulasi asam laktat dalam otot dan aliran darah yang
mengurangi kapasitas kerja otot.
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kelelahan Umum
Kelelahan umum adalah suatu perasaan kelelahan
yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan
kelambatan pada setiap aktivitasnya. Kelelahan umum ditandai
dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja.
Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum,
Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan ke dalam 7
bagian yaitu:
1) Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata.
2) Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban
fisik yang berlebihan.
3) Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
pekerjaan mental atau intelektual.
4) Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor,
seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
5) Pekerjaan yang bersifat monoton.
6) Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka
panjang
7) Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan
memulai periode tidur yang baru.
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kelelahan Kerja
Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat
bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan
dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan
(cancel out stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur
malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga
dapat memberikan penyegaran (Grandjean dalam Tarwaka, 2004).
Faktor-faktor penyebab kelelahan adalah :
1) Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
2) Lingkungan kerja : ikim kerja, penerangan, kebisingan, getaran
dan lain-lain.
3) Problem fisik : tanggung jawab, kekuatiran, konflik
4) Kenyerian dan kondisi kesehatan
5) Circadian rhythm
6) Nutrisi
Kelelahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
sebagai berikut (Suma’mur, 2009) :
1) Usia
Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses
degenerasi dari organ, sehingga dalam hal ini kemampuan
organ akan menurun. Dengan menurunnya kemampuan organ,
maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin
mudah mengalami kelelahan.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Jenis Kelamin
Pada tenaga kerja wanita terjadi siklus setiap bulan di
dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi
turunnya kondisi fisik maupun psikisnya, dan hal itu
menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada
tingkat kelelahan tenaga kerja laki-laki.
3) Penyakit
Penyakit akan menyebabkan Hipo/hipertensi suatu
organ, akibatnya akan merangsang mukosa suatu jaringan
sehingga
merangsang
syaraf-syaraf
tertentu.
Dengan
perangsangan yang terjadi akan menyebabkan pusat syaraf
otak akan terganggu atau terpengaruh yang dapat menurunkan
kondisi fisik seseorang.
4) Keadaan Psikis Tenaga Kerja
Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang
ditafsirkan bagian yang salah, sehingga merupakan suatu
aktivitas secara primer suatu organ, akibatnya timbul
ketegangan-ketegangan yang dapat meningkatkan tingkat
kelelahan seseorang.
5) Beban Kerja
Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan
mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat
mempercepat pula kelelahan seseorang. Beban kerja meliputi :
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iklim kerja, penerangan, kebisingan, debu dan lain-lain.
Menurut Siswanto (2001) faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan :
1) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan
rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang
tidak serasi dengan pekerjaan.
2) Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir
yang berlebihan, serta konflik yang kronis/menahun.
3) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja
serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan
pekerja.
4) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
5) Monoton (pekerjaan/lingkungan kerja yang membosankan).
d.
Gejala-gejala kelelahan kelelahan kerja
1) Gejala-gejala
yang
berakibat
pada
pekerjaan
dan
lingkungannya. Seperti penurunan perhatian dan kesiagaan,
cara berfikir lambat, kegiatan fisik
2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas ialah
sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung,
kehilangan nafsu makan,dan tidak dapat tidur (Riyadina,
1996).
Kelelahan yang berlarut-larut akan menimbulkan suatu
keadaan yang disebut kelelahan kronik, kelelahan ini terjadi tidak
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hanya pada sore hari setelah bekerja tetapi bahkan juga terasa
sebelum mulai bekerja dan kadang-kadang juga di sertai malas.
Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan
kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga
50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1
menit, sedangkan pada pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat
berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis
sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika
pembebanan berlangsung sepanjang hari (Ashitra, 2005).
e.
Pengukuran Kelelahan Kerja
Tidak satupun ukuran yang mutlak dalam pengukuran
kelelahan. Menurut eksperimen yang pernah dilakukan, sejauh ini
pengukuran
kelelahan
hanya
mampu
mengukur
beberapa
manifestasi atau “indicator” kelelahan saja (Budiono, 2000).
Berikut merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur
kelelahan kerja:
1) Reactiontimer
Merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan
berdasarkan kecepatan waktu reaksi seseorang terhadap
rangsang cahaya (sensor cahaya) dan rangsang suara (sensor
suara).
Pada keadaan yang sehat tenaga kerja akan lebih cepat
merespon rangsang yang diberi dan seseorang yang telah
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami kelelahan akan lebih lama merespon rangsang yang
diberi (Koesyanto dan Tunggul, 2005).
Menurut
Setyawati
dalam
Tarwaka
(2004)
melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli
terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.
Menurut Herry Koesyanto dan Eram Tunggul P.
(2005)
tingkat
kelelahan
kerja
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer
yaitu :
(a) Normal (N) dengan waktu reaksi 150.0-240.0 milidetik.
(b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) dengan waktu reaksi >
240.0 - < 410.0 milidetik.
(c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) dengan waktu reaksi 410.0
- < 580.0 milidetik.
(d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) dengan waktu reaksi >
580.0 milidetik.
Menurut
Grandjean
(1988)
proses
penerimaan
rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang datang dari luar
tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara
aktif menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem
aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor dan amplifier
sinyal-sinyal
tersebut.
Pada
keadaan
lelah
secara
neurofisiologis, korteks cerebri mengalami penurunan aktivasi,
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi perubahan pengarahan sehingga tubuh tidak secara
cepat menjawab sinyal-sinyal dari luar .
2) Kuesioner
Menurut Muflichatun (2006), perasaan kelelahan
secara subyektif dapat diketahui dengan menggunakan IFRC
(Subjective Self Rating Test – Industrial Fatigue Research
Comitee) dari Jepang, yang merupakan salah satu pengukuran
dengan menggunakan kuesioner, yang dapat mengidentifikasi
tingkat kelelahan subyektif.
f.
Penanggulangan Kelelahan Kerja
1) Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan
memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi,
maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan,
getaran, serta ketidaknyamanan.
2) Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat makan
3) Kesehatan umum dijaga dan dimonitor
4) Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis
pekerjaan dan beban kerja
5) Beban kerja berat tidak berlangsung lama
6) Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat
kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh
diusahakan transportasi dari perusahaan.
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka
stabilitas kerja dan kehidupannya
8) Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat
dilaksanakan dengan baik.
9) Cuti dan liburan diselenggarakan dengan sebaik-baiknya
10) Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti
tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga
kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga kerja baru
pindahan.
11) Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat
berbahaya.
12) Pengaturan waktu kerja yang diselingi dengan beberapa kali
istirahat, yaitu untuk kegiatan yang dikualifikasikan ringan
atau moderat akan memerlukan waktu istirahat kurang lebih
10-19 menit yang dijadwalkan pada pagi atau siang hari, diluar
jadwal makan siang pada periode waktu kerjanya.
3.
Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Kelelahan
Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan
meningkat. Hal ini akan menyebabkan hipotalamus atau bagian otak
yang peka terhadap suhu, merangsang kelenjar keringat sehingga tubuh
akan mengeluarkan keringat. Dalam keringat terkandung bermacammacam garam terutama garam natrium clorida, keluarnya garam
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
natrium clorida bersama keringat akan mengurangi kadarnya dalam
tubuh, sehingga menghambat transportasi glukosa sebagai sumber
energi. Hal ini akan menyebabkan penurunan kontraksi otot sehingga
tubuh mengalami kelelahan (Guyton,1991). Sedangkan menurut
(Tarwaka, 2004), faktor penyebab kelelahan antar lain lama kerja,
lingkungan kerja (iklim kerja, penerangan, kebisingan, dan lain-lain),
problem fisik, kondisi kesehatan, nutrisi.
Penyebab utama kelelahan kerja adalah faktor pekerjaan. Pada
pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat
kontraksi otot tubuh. Oleh karena itu aliran darah akan menurun, maka
asam
laktat
akan
terakumulasi
(Suma’mur, 2009).
commit to user
dan
mengakibatkan
kelelahan
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Kerangka Pemikiran
Tekanan Panas
Suhu Tubuh Naik
Keluar Keringat
Penurunan Kontraksi
Otot
Kelelahan kerja
Faktor Internal:
Faktor Eksternal:
- Umur
- Pengorganisasian kerja (variasi
- Jenis kelamin
kerja, intensitas pembebanan
- Kondisi psikologis
kerja, lama kerja)
- Status gizi
- Lingkungan Kerja (penerangan,
- Kesegaran jasmani
getaran, kebisingan,
ketidaknyamanan)
- Masa kerja
- Monoton
- Beban kerja
Gambar 1. Kerangka pemikiran
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Hipotesis
Ada pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan tenaga kerja di
Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik
yaitu penelitian untuk mencari hubungan antar variabel faktor resiko dan
efek yang analisanya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar
variabel itu (Arief, 2004).
Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi
pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Notoatmojo, 2010).
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo, pada bulan Januari 2011 sampai Juni
2011.
C.
Populasi Penelitian
Anggota populasi adalah seluruh tenaga kerja yang terdapat di
Industri Gamelan Supoyo Sukoharjo yang berjumlah yang berjumlah 36
orang.
commit to user
33
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari
anggota populasi tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo menggunakan
purposive sampling, berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah
yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau
sifat-sifat populasi. (Hadi, 2004).
E.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah pekerja di Industri Gamelan Supoyo
Sukoharjo. Subjek diambil dengan menggunaan teknik Purposive Sampling,
dengan pertimbangan sesuai kriteria:
1.
Jenis kelamin
: pria
2.
Usia
3.
Masa kerja > 5 tahun
4.
Lama kerja tidak lebih dari 8 jam sehari
5.
Tenaga kerja dalam keadaan baik
: 20 – 50 tahun
Maka ditentukan jumlah sampel berdasar rumus rule of thumb
(Murti, 2010) adalah 30 tenaga kerja.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F.
DesainPenelitian
Populasi (N=36)
Purposive sampling
Subyek (n=30)
Terpapar tekanan panas ≤ NAB
Mengalami
kelelahan
Terpapar tekanan panas > NAB
Tidak
mengalami
kelelahan
Mengalami
kelelahan
Tidak
mengalami
kelelahan
Chi Square
Gambar 2. Desain Penelitian
G.
Identifikasi Variabel Penelitian
1.
Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tekanan panas.
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kelelahan tenaga kerja.
3.
Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :
a)
Variabel pengganggu terkendali : umur, jenis kelamin, Masa Kerja.
b)
Variabel pengganggu tidak terkendali : pengorganisasian kerja
(variasi kerja, intensitas pembebanan kerja, lama kerja), lingkungan
kerja
(penerangan,
kebisingan,
getaran,
ketidaknyamanan),
kesegaran jasmani, monoton, beban kerja, kondisi psikologis, status
gizi.
H.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
1.
Tekanan Panas
Dalam penelitian ini yang diukur adalah kondisi yang diperkirakan
mempunyai tingkat tekanan panas yang tinggi dan terdapat tenaga kerja
yang terpapar panas.
Alat ukur
: Area Heat Stress Monitor
Satuan
: oC
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil pengukuran
: Di bagian finishing ≤ NAB dan di bagian
penempaan > NAB sesuai standar Kep51/MEN/1999 dengan kriteria 75% kerja
25% istirahat dengan beban kerja berat
yaitu 25,90C.
Skala Pengukuran
2.
: Nominal
Kelelahan Kerja
Tingkat kelelahan di ukur dengan menggunakan alat Lakassidaya.
Kelelahan kerja adalah keadaan karyawan yang terjadi akibat
penurunan kontraksi otot yang disebabkan paparan panas berlebih.
Alat ukur
: Reaction Timer/Lakassidaya
Satuan
: Milidetik
Hasil
: Tidak Lelah (hasil dalam pengukuran interval
skor normal ≤ 240 milidetik dan ringan > 240410 milidetik termasuk dalam kategori tidak
lelah)
Lelah (hasil dalam pengukuran interval skor
sedang > 410-580 milidetik dan berat > 580
milidetik termasuk dalam kategori lelah)
Skala Pengukuran
: Nominal
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang
digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1.
Area Heat Stress Monitor : digunakan untuk mengukur tekanan panas.
Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi.
Adapun cara pengoperasiannya adalah:
a.
Tekan tombol power
b.
Beri air pada alat sensor, lalu tekan On, dan biarkan sekitar 10
menit.
c.
Tekan tombol oC / oF untuk menentukan suhu yang digunakan
d.
Tekan tombol Globe untuk menentukan suhu bola
e.
Tekan tombol Dry Bulb untuk mendapat suhu bola kering
f.
Tekan tombol Wet Bulb untuk mendapat suhu bola basah
g.
Tekan tombol Wet Bulb Globe Termometer (WBGT) untuk
mendapat Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)
h.
Catat hasil yang dibaca pada Display
i.
Tekan tombol Power untuk mematikan
j.
Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk
waktu adaptasi
2.
Lakassidaya
: Alat yang berfungsi untuk mengukur tingkat
kelelahan tenaga kerja.
Adapun cara kerjanya adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
39
digilib.uns.ac.id
Periksa baterai dengan memasang adaptor pada stop kontak, lalu
alat di “ON” kan.
b.
Pastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum tekan
tombol reset.
c.
Untuk menilai dengan sensor cahaya, maka tekan tombol untuk
sensor cahaya.
d.
Operator siap untuk menekan saklar sensor cahaya demikian pula
dengan probandus siap melihat lampu pada alat sensor.
e.
Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya
menekan saklar “OFF”, untuk sensor cahaya apabila melihat sensor
cahaya lampu.
f.
Catat hasil pengukuran pada display untuk sensor cahaya.
g.
Tekan tombol reset untuk siap pengukuran selanjutnya.
Dan cara pengukurannya adalah:
a.
Operator siap untuk menekan tombol sensor suara atau tombol
sensor cahaya.
b.
Probandus diusahakan jangan sampai melihat operator menekan
tombol sensor.
c.
Pengukuran waktu probandus dilihat di display alat sesaat setelah
probbandus menekan tombol penghenti.
d.
Masing-masing probandus diukur sebanyak 20 kali. Dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) 1 - 5 sebagai adaptasi alat.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) 6 - 15 sebagai perhitungan.
3) 16 - 20 dianggap tingkat kejenuhan mulai muncul.
e. Operator mencatat hasil pengukuran.
f. Pengukuran tingkat kelelahan tenaga kerja menggunakan hasil
pengukuran nomer 6 sampai 15.
J.
Cara kerja Penelitian
1.
Tahap awal:
a) Melakukan survei awal di Industri Gamelan Supoyo Sukoharjo
dengan melakukan pengukuran tekanan panas di ruang penempaan
menggunakan Area Heat Stress Monitor.
b) Melakukan wawancara terhadap tenaga kerja tentang gangguangangguan dalam pekerjaan mereka.
c) Menetapkan jumlah sampel yang akan diukur sesuai kriteria yang
diinginkan.
d) Setelah diperoleh sampel, dilakukan pengukuran kelelahan kerja
pada
sampel
menggunakan
lakassidaya
yang
telah
diuji
validitasnya.
2.
Tahap pelaksanaan:
a)
Melakukan pengukuran tekanan panas dengan Area Heat Stress
Monitor di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan
Mojolaban Sukoharjo.
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b)
Melakukan pengukuran kelelahan kerja pada tenaga kerja yang
terpapar panas dengan Reaction timer.
3.
Tahap akhir:
a) Melakukan pengolahan dan analisis data penelitian yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, data akan diolah melalui tahapantahapan sebagai berikut:
1) Editing
Pada tahapan ini data yang telah terkumpul akan dikoreksi
kembali untuk mengetahui kesalahan yang ada.
2) Coding
Merupakan tahapan untuk menghasilkan data menurut variabel
penelitian yang ada. Coding digunakan untuk mempermudah
dalam proses tabulasi dan analisa data selanjutnya.
3) Entry
Memasukkan data penelitian ke dalam program komputer untuk
dilakukan pengolahan data.
4) Tabulating
Data yang sudah melalui tahapan coding selanjutnya akan
dilompokkan sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukkan kedalam tabel yang sudah disiapkan dan disajikan
dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel statistik deskriptif.
b) Analisa Data
Analisis data yang di gunakan adalah Chi Square.
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Penyusunan laporan.
K.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisa data berupa chi square dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
1.
Uji Univariat
Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendeskripsikan tentang
hasil pengukuran tekanan panas dan hasil pengukuran kelelahan kerja
yang disajikan dalam bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi
analisis persentase.
2.
Uji bivariat
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan
variabel terikat dapat dilakukan dengan uji statistik chi square test
dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0, dengan
interpretasi hasil sebagai berikut:
a) Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
b) Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan
signifikan.
c) Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
(Handoko, 2008).
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan
Industri Gamelan Supoyo merupakan sektor industri yang bergerak
di bidang kerajinan gamelan. Berdiri pada tahun 1984, industri yang
memproduksi semua jenis kerajinan gamelan mulai dari bonang, kempul,
kenong dan gong mulai dengan mempekerjakan 15 orang pekerja. Pada
tahun 1990, Industri Gamelan Supoyo mengalami perkembangan dan dapat
mempekerjakan 30 orang pekerja serta pemasaran produk gamelan mulai
merancah ke mancanegara seperti Malaysia, Australia, Belanda, Jerman
Barat, dan Amerika setelah sebelumnya hanya mencakup pasar lokal.
Di Industri Gamelan Supoyo saat ini terdapat 36 orang pekerja
yang semuanya adalah pria. Para tenaga kerja bekerja selama 6 hari yaitu
hari senin sampai sabtu. Dengan lama bekerja dari pagi pukul 07.30 sampai
16.00. Waktu istirahat 30 menit dimulai pukul 11.30 sampai 12.00. Jenisjenis pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja berbeda-beda, mulai dari
melebur timah dan tembaga, penempa bahan campuran tersebut hingga
terdapat bentuk yang diinginkan, mencetak campuran logam tersebut hingga
di proses finishing.
commit to user
43
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur responden
Umur minimal responden adalah 20 tahun dan umur maksimal
responden adalah 50 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur pada
tenaga kerja bagian linting Industri Gamelan Supoyo digambarkan pada
tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Responden
Umur (tahun)
Frekuensi
20 – 35
10
35 – 50
20
Total
30
Sumber: Hasil pendataan Mei 2011
Presentase
33,3%
66,7%
100%
Berdasarkan tabel diketahui bahwa umur tenaga kerja paling
banyak pada umur 35 sampai 50 dengan frekuensi 20 orang tenaga kerja
(66,7%), sedangkan frekuensi umur tenaga kerja pada umur 20 sampai 35
tahun lebih sedikit dengan frekuensi 10 orang (33,3%).
2. Jenis Kelamin
Tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo semuanya berjenis
kelamin pria, sehingga 30 sampel semuanya berjenis kelamin pria.
3. Masa Kerja
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden
Masa Kerja (tahun)
Frekuensi
5 – 14
17
15 – 27
13
Total
30
Sumber: Hasil pendataan Mei 2011
commit to user
Presentase (%)
56,7
43,3
100
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa masa kerja responden
paling banyak pada masa kerja antara 5 – 14 tahun dengan jumlah 17
orang (56,7 %).
C. Hasil Pengukuran Tekanan Panas
Hasil penilaian tekanan panas pada lingkungan kerja di Industri
Gamelan Supoyo berdasarkan pengukuran dengan menggunakan Area Heat
Stress Monitor dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Bagian Finishing (≤ NAB)
Waktu Pengukuran
WBGT in Titik I (oC)
WBGT in Titik II (oC)
09.00
25,5
25,7
10.00
25,6
25,9
11.00
26,5
26
Rata-rata
25,86
25,86
Rata-rata Titik I dan II
25,86
Sumber : Hasil pengukuran Mei 2011
Berdasarkan tabel hasil pengukuran tekanan panas di bagian
finishing didapatkan hasil suhu tekanan panas tertinggi adalah 26,5 oC,
terendah 25,5 oC, dan hasil rata-rata titik I dan titik II 25,86 oC.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Bagian Penempaan (> NAB)
Waktu Pengukuran
WBGT in Titik I (oC)
WBGT in Titik II (oC)
09.00
30,8
30,5
10.00
29,2
29,2
11.00
29,2
30,1
Rata-rata
29,7
29,9
Rata-rata Titik I dan II
29,8
Sumber : Hasil pengukuran Mei 2011
Berdasarkan tabel hasil pengukuran tekanan panas di bagian
penempaan didapatkan hasil suhu tekanan panas tertinggi adalah 30,8 oC,
commit to user
terendah 29,2 oC, dan hasil rata-rata titik I dan titik II 29,8 oC.
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hasil Pengukuran Kelelahan
Hasil pengukuran kelelahan pada tenaga kerja di Industri Gamelan
Supoyo berdasarkan pengukuran dengan menggunakan Reaction Timer dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi Kelelahan dengan Reaction Timer pada
bagian Finishing
Interval Skor
Tidak Lelah
Lelah
Kategori
Kelelahan
0 – 410
> 410
Frekuensi
Presentase (%)
10
5
15
66,6
33,3
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengukuran Mei 2011
Catatan: Hasil pengukuran kelelahan dapat dilihat di lampiran
Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa dari sampel penelitian
yang berjumlah 15 orang responden, sebanyak 10 orang (66,6 %) tidak
mengalami kelelahan, sedangkan 5 (33,3%) orang mengalami kelelahan.
Tabel 8. Daftar Distribusi Frekuensi Kelelahan dengan Reaction Timer pada
bagian Penempaan
Interval Skor
Tidak Lelah
Lelah
Kategori
Kelelahan
0 – 410
> 410
Frekuensi
Presentase (%)
2
13
15
6,7
93,3
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengkuran Mei 2011
Catatan: Hasil pengukuran kelelahan dapat dilihat di lampiran
Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa dari sampel penelitian
yang berjumlah 15 orang responden, sebanyak 2 orang (6,7 %) tidak
mengalami kelelahan, sedangkan 13 (93,3%) orang mengalami kelelahan.
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh hasil perhitungan
silang tekanan panas terhadap kelelahan tenaga kerja di Industri Gamelan
Supoyo yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 9. Kontingensi Tekanan Panas terhadap Kelelahan
Paparan
Tidak Lelah
Panas < NAB
10
Panas > NAB
2
Total
12
Sumber : Hasil Pendataan Mei 2011
Lelah
5
13
18
Total
15
15
30
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 30 tenaga kerja di
industri Gamelan Supoyo, dimana 15 tenaga kerja yang berada pada tempat
kerja yang tidak panas ada 5 tenaga kerja yang mengalami kelelahan dan 10
tenaga kerja tidak mengalami kelelahan, sedangkan 15 tenaga kerja yang
berada di tempat kerja yang panas terdapat 13 orang yang mengalami
kelelahan dan 2 orang yang tidak mengalami kelelahan.
Berdasarkan uji statistik chi square dengan program SPSS 16,0 di
dapatkan hasil uji statistik Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan
Tenaga Kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan
Mojolaban Sukoharjo dengan harga chi square (X2) hitung 8.191 dan nilai p =
0,004. Hal ini berarti bahwa nilai p ≤ 0,01 maka nilai p sangat signifikan.
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Subjek Penelitian
1.
Umur
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata umur responden
berada pada usia produktif dengan umur termuda 23 tahun dan umur
tertua
adalah
50
tahun.
Umur
dapat
mempengaruhi
daya
respon/adaptasi terhadap panas karena daya tahan seseorang terhadap
panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua
akan lebih lambat keluar keringatnya dibandingkan dengan orang yang
lebih muda (Tarwaka, 2004).
Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik
sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun.
Pada umur 50 - 60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%,
kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya
kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur 60 tahun tinggal
mencapai 50% dari umur oarang yang berumur 25 tahun. Sehingga
umur juga mempengaruhi tingkat kelelahan seseorang (Tarwaka, 2004).
Namun dalam hal ini peneliti mengambil responden yang
masih dalam usia produktif,
hal ini menunjukkan bahwa variabel
pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi kelelahan
commit to user
48
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja dapat dikendalikan. Jadi, kelelahan yang timbul bukan
dikarenakan oleh faktor usia seseorang.
2.
Masa Kerja
Tenaga kerja pada penelitian ini memiliki masa kerja termuda
5 tahun dan terlama 27 tahun. Masa kerja dapat mempengaruhi tubuh
dalam menerima panas lingkungan kerja karena semakin lama pekerja
terpapar tekakanan panas di lingkungan tempat kerja maka tubuh sudah
beradaptasi terhadap panas (aklimatisasi). Masa kerja juga dapat
mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga
kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya,
sehingga telah terbiasa dengan pekerjaannya (Suma’mur, 2009)
Dalam hal ini peneliti mengambil responden yang telah bekerja
lebih dari 5 tahun, hal ini menunjukkan bahwa variabel pengganggu
dari faktor internal yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja dapat
dikendalikan. Jadi, kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh
faktor masa kerja.
3.
Jenis Kelamin
Dari penelitan ini semua tenaga kerja yang menjadi subjek
adalah laki – laki. Menurut Soeprapto dalam Muflichatun (2006),
ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih
sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun
dapat dikerjakan wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak
membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga.
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa data menunjukan bahwa pekerja wanita lebih diperlukan ada
suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian daripada
tenaga kerja laki-laki.
Berdasarkan referensi tersebut berarti jenis kelamin yaitu lakilaki sangat mendukung untuk pekerjaan berat seperti yang ada industry
gamelan supoyo.
B.
Analisa Univariat
1.
Tekanan Panas
Tingkat tekanan panas dalam hal ini menggunakan parameter
ISBB atau WBGT diperoleh bahwa di bagian penempaan yang terpapar
panas > NAB memiliki nilai ISBB rata-rata 29,8 0C, sedangkan di
bagian finishing yang terpapar panas ≤ NAB memiliki nilai ISBB ratarata 25,86 0C. Dari hasil pengukuran tekanan panas pada lingkungan
kerja Industri Gamelan Supoyo, diketahui bahwa kedua bagian tersebut
termasuk dalam beban kerja berat dan dalam 8 jam kerja dengan waktu
istirahat ± 30 menit, sehingga kedua bagian tersebut dapat disimpulkan
memiliki waktu kerja 75% dan istirahat 25% dengan beban kerja berat.
Menurut
51/MEN/1999,
Keputusan
Indeks
Suhu
Menteri
Basah
Tenaga
dan
Kerja
Bola
No.
(ISBB)
Kep
yang
diperkenankan untuk kerja 75% - istirahat 25% dengan beban kerja
sedang adalah 25,9 0C (Depnakertrans, 2007).
Hal ini berarti di bagian penempaan terpapar panas lebih dari
commit to user
Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan yaitu sebesar 29,8 0C,
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikarenakan di bagian penempaan terdapat tungku yang terus menyala
untuk memanaskan logam sehingga dapat ditempa, sedangkan di bagian
finishing terpapar panas kurang dari Nilai Ambang Batas yang
diperkenankan yaitu sebesar 25,86 0C, dikarenakan pekerja di bagian
finishing hanya melakukan pengampelasan dan penggerindaan gamelan
yang sudah ditempa dan bekerja di tempat yang teduh sehingga tidak
terpapar sumber panas secara langsung.
2.
Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek penelitian
terhadap munculnya kelelahan sebelum kerja tidak ditemukan jawaban
adanya kelelahan. Dengan demikian kondisi fisik yang dapat
mempengaruhi munculnya kelelahan awal atau akumulasi timbunan
kelelahan pada hari-hari sebelumnya dapat diabaikan. Dari hasil
pengukuran kelelahan setelah kerja di bagian finishing terdapat 10
tenaga kerja yang dapat dikategorikan tidak lelah (memiliki waktu
reaksi 0-410 milidetik) dan 5 orang sisanya dikategorikan lelah,
sedangkan di bagian penempaan terdapat 13 dapat dikategorikan lelah
(dengan waktu reaksi hasil pengukuran > 410) dan 2 orang dapat
dikategorikan tidak mengalami kelelahan. Berdasarkan jumlah tenaga
kerja yang mengalami kelelahan di dua bagian tersebut, maka tenaga
kerja di bagian penempaan (>NAB) lebih mengalami kelelahan dari
pada tenaga kerja di bagian finishing (≤ NAB).
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil pengukuran tingkat kelelahan membuktikan bahwa
kelelahan di bagian penempaan lebih besar dari pada kelelahan yang
terjadi di bagian finishing. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satunya
pengaruh iklim kerja yaitu tekanan panas yang ada di area penempaan >
NAB (melebihi NAB) dari pada area finishing < NAB (kurang dari
NAB).
C.
Analisa Bivariat
Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel yang telah dipilih,
dilakukan perhitungan silang atau tabulasi silang antara tekanan panas dan
kelelahan untuk mengetahui adanya pengaruh antara tekanan panas dengan
kelelahan tenaga kerja. Dari hasil tabulasi silang tersebut dapat diketahui
bahwa sampel ada 30 orang yang mana setelah diteliti dibagi menjadi 15
tenaga kerja yang bekerja di area yang bertekanan panas di bawah dari
NAB dan 15 tenaga kerja yang bekerja di area yang bertekanan panas lebih
dari NAB. Dimana dari 15 sampel yang bekerja di area bertekanan panas
dibawah NAB terdapat 10 sampel yang tidak lelah dan 5 sampel yang lelah,
sedangkan 15 sampel yang bekerja di area bertekanan panas lebih dari
NAB terdapat 13 sampel yang mengalami kelelahan dan 2 sampel yang
tidak lelah. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
tekanan panas terhadap kelelahan tenaga kerja, dimana tenaga kerja yang
bekerja di area yang bertekanan panas melebihi NAB ada 13 orang
mengalami kelelahan dan tenaga kerja yang bekerja di area yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53
digilib.uns.ac.id
bertekanan panas di bawah NAB hanya terdapat 5 orang yang mengalami
kelelahan.
Namun dari hasil tabulasi tersebut juga dapat dilihat bahwa ada 5
sampel yang bekerja di area yang bertekanan panas di bawah NAB yang
mengalami kelelahan, dan dari hasil tabulasi silang tersebut juga dapat
disimpulkan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada area yang bertekanan
panas di bawah NAB tidak selalu tidak mengalami kelelahan.
Perbedaan hasil perhitungan pengaruh tekanan panas terhadap
kelelahan tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo kemungkinan
disebabkan oleh faktor – faktor yang terkendali dan tidak terkendali seperti
disebabkan oleh faktor lingkungan (penerangan, kebisingan) pada area
kerja yang berbeda-beda, beban kerja, kerja yang monoton, kondisi psikis
dan nutrisi tiap tenaga kerja yang berbeda-beda.
Kelelahan yang terjadi pada tenaga kerja tidak hanya dipengaruhi
oleh tekanan panas, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental Lingkungan kerja (ikim kerja,
penerangan, kebisingan, getaran dan lain-lain), Problem fisik (tanggung
jawab, kekuatiran, konflik), Kenyerian dan kondisi kesehatan, Circadian
rhythm, Nutrisi (Grandjean dalam Tarwaka, 2004).
Di Industri Gamelan Supoyo ini seluruh tempat kerjanya tidak
terdapat kipas angin atau alat pendingin ruangan. Di bagian penempaan,
pekerja bekerja melebur bahan logam di tungku yang apinya diberi blower
disertai atap yang kurang tinggi sehingga suhu yang ditimbulkan cukup
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi. Selain itu, tempat pekerja untuk menempa logam juga masih satu
ruangan dengan tempat peleburan. Berbeda dengan area penempaan, area
finishing bertempat di luar ruangan peleburan dan tidak terkena cahaya
matahari secara langsung sehingga suhu yang ada relatif sejuk. Oleh karena
itu tekanan panas di bagian penempaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
bagian finishing. Hal ini berarti di bagian penempaan tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.
Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak melakukan upayaupaya dalam pengendalian tekanan panas di bagian penempaan di Industri
Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo, jadi
peneliti hanya melakukan pengukuran kelelahan di bagian pencetakan area
penempaan dan finishing.
Namun menurut Djafri (2007), untuk mengendalikan lingkungan
kerja panas dapat dilakukan beberapa hal yaitu dengan mengurangi faktor
beban kerja, mengurangi beban panas radian, adanya ventilasi buatan,
pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dan mengatur waktu kerjaistirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB.
Dari hasil analisa statistik pengaruh tekanan panas terhadap
kelelahan pada tenaga kerja Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo didapatkan nilai hasil uji (X2) hitung
hitung 8.191 dan nilai p = 0,004. Hal ini berarti bahwa nilai p ≤ 0,01 maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55
digilib.uns.ac.id
nilai p sangat signifikan sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh tekanan
panas terhadap kelelahan tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo.
Dalam penelitian ini juga dapat diperkuat dengan adanya
penelitian yang dilakukan oleh Rochmad Nuryadin (2001) yang
mengatakan bahwa tekanan panas yang tinggi (bagian Pelintingan) lebih
melelahkan dari pada tekanan panas yang lebih rendah (bagian
Penganyakan) di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Coy Surakarta, metode
yang digunakan yaitu dengan uji Chi Square.
D.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan Tenaga
Kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo ini tidak lepas dari adanya keterbatasan peneliti. Keterbatasanketerbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan cross
sectional dimana data yang diambil pada waktu yang sesaat dan
bersamaan sehingga hanya menggambarkan keadaan pada waktu
dilaksanakannya penelitian saja.
2. Didalam Penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan panas
dan kelelahan tenaga kerja tidak semuanya dikendalikan, sehingga
mempengaruhi hasil penelitian.
3. Kurangnya ketelitian peneliti dalam pembacaan hasil pengukuran oleh
alat reaction timer ataupun area heat stress monitor.
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Keadaan cuaca yang tidak menentu sehingga mempengaruhi hasil
pengukuran tekanan panas di bagian finishing.
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1.
Hasil analisis dengan uji statistik chi square di dapatkan besar nilai p =
0,004. Dimana nilai p ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat
signifikan. Hal ini menunjukan adanya pengaruh tekanan panas
terhadap kelelahan tenaga kerja di Industri Gamelan Supoyo Desa
Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.
2.
Hasil pengukuran tekanan panas di lingkungan kerja Industri Gamelan
Supoyo menunjukan bahwa dari 30 orang tenaga kerja, terdapat 15
orang yang bekerja di bagian penempaan bertekanan panas > NAB
dengan suhu rata – rata 29,8 oC dan 15 orang yang bekerja di bagian
finishing bertekanan panas ≤ NAB dengan suhu rata – rata 25,86 oC.
3.
Hasil pengukuran kelelahan tenaga kerja yang bekerja di Industri
Gamelan Supoyo menunjukan bahwa dari 30 orang tenaga kerja, 15
orang tenaga kerja yang bekerja di bagian penempaan bertekanan panas
melebihi NAB terdapat 13 orang mengalami kelelahan dan 2 orang
tidak mengalami kelelahan dengan waktu reaksi rata tenaga kerja
setelah dilakukan pengukuran kelelahan dapat dikategorikan mengalami
kelelahan sedangkan 15 orang tenaga kerja lainnya yang bekerja di
bagian finishing yang terdiri dari 5 orang yang mengalami kelelahan
commit to user
57
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan 10 orang lainnya yang tidak lelah setelah dilakukan pengukuran
kelelahan (untuk hasil pengukuran dapat dilihat di lampiran)
B.
Saran
1.
Bagi pemilik usaha sebaiknya memperhatikan kesehatan tenaga kerja
dalam bekerja.
2.
Sebaiknya dilakukan upaya pengendalian terhadap tingginya suhu
lingkungan kerja yang ada di ruangan bagian penempaan. Misal
pemberian ventilasi yang cukup agar sirkulasi udara lancar.
3.
Sebaiknya diberikan penambahan jam istirahat terhadap tenaga kerja.
4.
Sebaiknya
hasil
pengukuran
kelelahan
dan
tekanan
panas
disosialisasikan kepada seluruh tenaga kerja serta memberikan
sosialisasi atau pengetahuan tentang dampak yang akan terjadi serta
cara mengatasinya.
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Klaten:
CSGF (The Community of Self Help Group Forum).
Budiono, S. 2000. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang: BPUNDIP. Anies,
Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan
Kerja,. Jakarta: Depkes RI Pusat Kesehatan Kerja.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka.
Depertemen Kesehatan RI. 2009. Upaya Keselamatam Kerja Sektor Informal Di
Indonesia. Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, DepKes RI, Jakarta.
Depnaker RI. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer :
KEP.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas faktor Fisika di Tempat
Kerja.
Djafri,
2007. Environmental Pollution and Human Health
psikm.unand.ac.id/deff/ehandout/eh/EH_05.pdf. 29 April 2010
Effect.
Ganong, W.F. 2002. Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGD. Jakarta.
Grandjean, E. 1993. Fitting the task to the man 4th ERD.Taylor And Francis
Inc.London.
Guyton, AC. 1991. Fisiologi Kedokteran. Buku kedokteran EGC.Jakarta.
Hadi, S. 2004. Statistik 2. Yogyakarta. Andi Offset, Yogyakarta: Fajar Dunia
Hastono. 2001. Analisis Data. Jakarta:FKM UI.
Megasari, A. 2005. Penerapan Indek Suhu Bola Basah (ISBB) Sebagai Upaya
Pencegahan Terjadinya Heat Strain Akibat Paparan Panas. ITSN.
Surabaya.
Muflichatun. 2006. Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan
Produktivitas Kerja pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji
Donoyudan Batang. Skripsi. Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
UNNES.
Mustafa, P. 2002. The Fundamental Ergonomics. Prentice Hall Englewood Cliffs,
commit to user
New Jersey.
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : CV Rineka
Cipta.
Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Guna Widya,
Surabaya.
Priatna, B. L. 1990. Pengaruh Cuaca Kerja Terhadap Berat Badan. Majalah
Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Vol XXIII (3): 39-49 Dalam
Tarwaka, dkk 2004.
Priyanto, D, 2008. Mandiri Belajar SPSS, Mediakom, Yogyakarta.
Putra, I.N.P.S. 2004. Seminar Nasional Ergonomi 2,Jogjakarta:Universitas Gajah
Mada.
Riyadina, W. 1996. Beberapa Hal Tentang Kelelahan Kerja. Majalah Hiperkes
dan Keselamatan Kerja, Volume XXX1X No.1. Jakarta. : Hiperkes Pusat.
Rochmad Nuryadin, 2001. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan Tenaga
Kerja pada bagian Pelintingan dan Penganyakan di PT. Djitoe
Indonesian Tobacco Coy Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret. Surakarta
Santoso. 1985. Higiene Perusahaan Panas, Solo:Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Siswanto. 2001. Tekanan Panas, Surabaya:Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Jawa Timur.
Suma’mur P.K. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta. CV.
Haji Mas agung.
Sumardiyono. 2008. Materi Kuliah Ergonomi Semester 6. Surakarta. Fakultas
Kedokteran. UNS.
Sulistiyaningsih. 2003. Hubungan Tekanan Panas dan Karakteristik Tenaga
Kerja dengan Perubahan Tekanaan Darah di PT GE LIGHTING
INDONESIA. Skripsi. Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNDIP.
Sutaryono. 2002. Hubungan Antara Tekanan Panas, Kebisingan Penerangan
Dengan Kelelahan Tenaga Kerja Di Bagian Tapel PT. Aneka Adhi Logam
Karya Ceper Klaten. Skripsi. Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
UNDIP.
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tarwaka. Dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Produktifitas. Uniba Press, Surakarta.
Tarwaka. 2008. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Manajemen
Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Harapan Offset, Surakarta.
Dan
Wignosoebroto, S. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknis Analisis Untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Wijaya
commit to user
Download