BAB I. PENDAHULUAN Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengetahui Dendrologi sebagai ilmu dasar kehutanan 2. Mengenal jenis-jenis pohon sebagai potensi kekayaan alam Indonesia 3. Mampu membedakan kelompok tumbuhan Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan cakupan ilmu yang dipelajari pada mata kuliah Dendrologi. 2. Mahasiswa mampu mengenal pohon komersial sebagai suatu potensi alam Indonesia. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan, membedakan pohon dengan tumbuhan lainnya serta pengelompokan tumbuhan. Materi Pembelajaran : Dendrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan tumbuhan terutama tumbuhan berkayu dalam kelompok-kelompoknya untuk memudahkan pengenalan serta ilmu untuk mengklasifikasikan tumbuhan (Rudjiman, 1991). Dendrologi juga mempelajari cara menentukan nama ilmiah tumbuhan/pohon dan membuat herbarium. 1 Indonesia memiliki 122..227.000ha hutan yang berupa hutan tropis dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yang merupakan bagian dari Daerah Flora Malaysiana yang terkenal kaya akan jenis makhluk hidup baik flora maupun faunanya. Jenis pohon komersial di Indonesia sangat beragam diduga sekitar 4.000 jenis. Dari jumlah itu baru sedikit yang dikenal sifat-sifatnya dan telah dipasarkan. Dari jenis yang dipasarkanpun masih sangat sedikit pengetahuan untuk mengenal ciri khas kayu perdagangan yang ada, lebih banyak mengenal hanya sebatas struktur kayunya saja, tidak dalam bentuk habitus, ciri dasar kayu perdagangan tersebut. Dengan bertambahnya penduduk membawa beberapa dampak terhadap keutuhan ekosistem hutan, antara lain kebutuhan hidup meningkat baik kebutuhan kayu bangunan kawasan budidaya pertanian, pertambangan maupun kawasan untuk pemukiman termasuk penggunaan lahan untuk pembuatan fasilitas umum. Hal ini sangat mempengaruhi eksistensi hutan dan tentunya akan mempengaruhi kepunahan jenis-jenis tertentu. Kemajuan teknologi akan menambah tekanan pada keragaman jenis yang ada, misalnya jenis kayu tertentu yang pada waktu lampau atidak ada gunanya, seperti kalapapa/laban (Vitex pubescens) merupakan kayu keras dari keluarga Verbenaceae yang merupakan pioneer di sekitar bukit Tangkiling yang sekarang banyak dibutuhkan untuk kayu bangunan, sehingga keberadaan di hutan terancam punah, sedangkan upaya untuk pembudidayaannya belum dilakukan. Pada akhirnya akan ada usaha untuk peningkatan kualitas kayu tersebut, sehingga kita wajib tahu sifat dan keluarga kayu tersebut untuk usaha pemuliaan pohonnya, seperti contoh kalapapa/laban tersebut merupakan keluarga verbenaceae yang berkerabat dekat dengan jenis jati, sungkai dan melina sehingga bisa disilangkan untuk mendapatkan jenis unggulan dengan kelebihan tertentu seperti halnya dalam membuat varietas jati unggul di Jawa. Mengingat hal-hal tersebut menjadi kewajiban kita untuk mengenal, tidak hanya jenis komersial saja, namun semua jenis yang ada (dimana suatu saat akan ada manfaatnya) di sekitar kita khususnya hutan rawa gambut dan hutan tropis khas Kalimantan agar tetap lestari demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengenalan jenis Pohon membahas tentang banir , bentuk perakaran, sifat batang dan kulit, sifat-sifat daun, bunga, buah dan biji serta tajuk dan dahan / percabangan serta kunci identifikasi. Indonesia memiliki 122..227.000ha hutan yang berupa hutan tropis dengan 2 keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yang merupakan bagian dari Daerah Flora Malaysiana yang terkenal kaya akan jenis makhluk hidup baik flora maupun faunanya. Jenis pohon komersial di Indonesia sangat beragam diduga sekitar 4.000 jenis. Dari jenis yang dipasarkan juga masih sangat sedikit pengetahuan untuk mengenal ciri khas kayu perdagangan yang ada, lebih banyak mengenal hanya sebatas struktur kayunya saja, tidak dalam bentuk habitus, ciri dasar kayu perdagangan tersebut. Upaya-upaya untuk mempermudah pekerjaaan mengenal jenis pohon diantaranya adalah pengenalan keanekaragaman sifat-sifat organ-organ pohon. Organ-organ yang penting untuk dikenal dengan mudah ditemukan dilapangan : a. Banir /akar Tajuk b. Batang dan kulit c. Daun dan organ-organ lainnnya d. Bunga, buah dan biji dan dahan / percabanganIndonesia dijuluki dengan negara dengan mega biodiversitas yang memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang tidak dimiliki negara lain. Lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga dataran tinggi, dari daerah tropik hingga daerah sejuk. Jenis-jenis pohon di Indonesia sangat banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuhtumbuhan Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya maupun sifatnya. Sedangkan kurang lebih 400 jenis diantaranya mempunyai nilai perdagangan dibidang hasil kayunya. Selain hasil kayu ini tentu masih ada hasil lainnya seperti hasil kulit, getah, buah dan lain-lain yang kesemuanya masih memerlukan penggarapan para pakarnya. Pepohonan yang terdapat di hutan tropika Indonesia memiliki sifat-sifat morfologi yang sangat beraneka-ragam. Secara umum pepohonan memiliki bagian-bagian yang dapat digunakan untuk mengenalnya. Bagian-bagian tersebut adalah batang, tajuk, dahan dan ranting, kuncup, bunga dan buah. 3 Secara umum batang pepohonan di dalam hutan mempunyai sifat yang beranekaragam yang dapat dikelompokkan berdasarkan sifat morfologi bagian luar dan bagian dalamnya. Sifat morfologi bagian luar yang dimaksud adalah diameter pohon yang diambil 50cm ke atas dari sifat-sifat yang mudah dilihat atau diraba tanpa menggunakan parang atau alat lainnya, sedangkan sifat morfologi bagian dalam adalah sifat-sifat yang dapat dilihat setelah batang ditakik dengan parang. Untuk identifikasi tumbuhan secara baik dan benar harus dikombinasikan dengan pengenalan morfologi seranting daun. Dalam kegiatan penanamaan ilmiah suatu jenis tumbuhan diperlukan data dan bukti ilmiah yang dapat ditelusuri kembali oleh para ahli tumbuhan, baik yang sezaman maupun dari generasi berikutnya. Bukti ilmiah yang umum dijadikan bahan penulusuran, selain berupa barang cetakan yaitu buku-buku monografi tumbuhan juga berupa koleksi material herbarium. Koleksi material herbarium tersebut terdiri atas contoh daun, kuncup dan bunga atau buah jika ada, yang melekat pada ranting yang telah diproses sedemikian rupa sehingga dapat disimpan lama. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pengenalan morfologi seranting daun , kulit luar, dan kulit dalam sangat penting dalam menentukan nama ilmiah suatu jenis tumbuhan. Bahwa kegiatan menentukan nama ilmiah suatu jenis tumbuhan disebut kegiatan identifikasi atau determinasi. Jika kita memiliki seranting daun dari pohon yang akan ditentukan nama ilmiahnya maka determinasi dilakukan berdasarkan koleksi material herbarium yang telah diberi nama ilmiah oleh ahli taxonomi tumbuhan. Pengenalan jenis Pohon membahas tentang banir , bentuk perakaran, sifat batang dan kulit, sifat-sifat daun, bunga, buah dan biji serta tajuk dan dahan / percabangan serta kunci identifikasi. Tujuan Pembelajaran : 1. Mengidentifikasi banir dan perakaran pohon dengan benar. 2. Mengidentifikasi sifat-sifat batang dan kulit pohon dengan benar. 3. Menjelaskan sifat-sifat daun dengan benar 4. Mengidentifikasi morfologi bunga, buah dan biji. 5. Mengidentifikasi morfologi tajuk dan dahan/percabangan dengan benar. 6. Membuat dan cara menggunakan kunci determinasi 4 Indonesia terkenal sangat kaya akan jenis tumbuhan dan diperkirakan 25.000 jenis tumbuhan berbunga atau berbiji menghuni alam yang tersebar di seluruh Nusantara Upaya-upaya untuk mempermudah pekerjaaan mengenal jenis pohon diantaranya adalah pengenalan keanekaragaman sifat-sifat organ-organ pohon. Organ-organ yang penting untuk dikenal dengan mudah ditemukan dilapangan : Banir /akar Batang dan kulit Daun dan organ-organ lainnnya Bunga, buah dan biji Tajuk dan dahan / percabangan Pertanyaan : 1. Jelaskan cakupan ilmu yang dipelajari pada mata kuliah Dendrologi yang saudara ketahui! 2. Apakah yang dimaksud dengan identifikasi tumbuhan? 3. Bagaimana cara mengetahui nama jenis pohon asing di lapangan? 4. Jelaskan beda antara pohon dengan tumbuhan lainnya ! 5. Apa sajakah yang biasa dijadikan penanda/pengelompok jenis tumbuhan ? 6. Apakah yang dimaksud dengan tajuk ? Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. 5 BAB II. KLASIFIKASI TUMBUHAN BERKAYU Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengetahui pengertian tumbuhan berkayu 2. Mengetahui jenis-jenis komersial dan tatacara nomenklatur tumbuhan. 3. Memahami pengelompokan tumbuhan dari kelompok Dikotil dan monokotil. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menyebutkan definisi tumbuhan berkayu 2. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri umum spesies dalam satu famili, mengklasifikasikan dan mampu menghafal nama ilmiah pohon komersial untuk kehutanan sesuai pengelompokannya. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri jenis-jenis tumbuhan kayu dari kelompok Dikotil dan monokotil. Materi Pembelajaran Tumbuhan berkayu adalah kelompok tumbuhan yang tumbuh tahunan dan mempunyai lingkar tahun (meristem lateral) baik monokotil maupun dikotil (William M., and Ellwood S., 1958). Keanekaragaman hayati adalah variasi bentuk, penampilan, jumlah dan ciri lain pada tingkat gen, species serta ekosistem. Tahap-tahap klasifikasi makhluk hidup yaitu : Identifikasi Pengelompokan berdasarkan ciri-cirinya Pemberian nama takson. Keanekaragaman hayati adalah variasi bentuk, penampilan, jumlah dan ciri lain pada tingkat gen, species serta ekosistem. Penyebab keanekaragaman hayati adalah faktor genetika dan lingkungan. Keanekaragaman hayati dipelajari melalui pengelompokan makhluk hidup berdasarkan kesamaan bentuk (sifat morfologinya), manfaat, habitat (perawakan), dan filogenetik (hubungan kekerabatan)nya. 6 Klasifikasi makhluk hidup bertujuan untuk : 1. Memudahkan pengenalan 2. Menyusun hubungan kekerabatan 3. Memudahkan dalam mempelajarinya Tahap-tahap klasifikasi makhluk hidup yaitu : 1. Identifikasi 2. Pengelompokan berdasarkan ciri-cirinya 3. Pemberian nama takson. Divisi Spermatophyta / Tumbuhan Berbiji mempunyai ciri : 1. Memiliki organ biji, sebagai alat reproduksi aseksual 2. Memiliki bunga atau strobilus sebagai penghasil biji Urutan Takson Makhluk Hidup Animali Kingdom Plantae a Phylum/Divisio Classis/kelas Ordo/bangs a Familia/suku Genus/marg a Species Gambar 1. Tumbuhan Biji (Spermatophyta) pada Kelas Gymnospermae dan Angiospermae 7 Ini adalah gambar ovum dari pinus (a gymnosperm), Megasporangium yang besar dilindungi oleh lapisan pelindung yang disebut integumen. (Pada Angiospermae integumen ada 2 lapis). Proses pembentukan biji melalui tahap sebagai berikut : 1. Pembentukan biji dimulai dengan terjadinya penyerbukan (polinasi). 2. Serbuk sari kemudian berkecambah membentuk tabung sari yang tumbuh menuju bakal biji. 3. Selama tumbuh, inti serbuk sari membelah menjadi 2 yaitu 1 inti generatif dan 1 inti vegetatif. 4. Inti generatif lalu membelah lagi menjadi 2 inti generatif (Sel Sperma) 5. Inti vegetatif berfungsi mengantarkan inti generatif menuju bakal biji. 6. Setelah sampai pada bakal biji, inti vegetatif hancur. Kemudian 2 inti generatif (sel sperma) akan masuk ke bakal biji melalui mikrofil. 7. Didalam bakal biji, inti kandung lembaga akan membelah 3 kali menghasilkan 8 inti, yaitu 2 inti sinergid, 1 ovum, 3 inti antipoda dan 2 inti kandung lembaga sekunder. 8. Lalu 1 inti generatif akan masuk membuahi ovum menjadi embrio, dan 1 inti generatif lain membuahi IKLS dan akan terbentuk endospermae. 9. Terbentukkah biji. Peristiwa ini di sebut pembuahan ganda. 8 A. Klasifikasi Tumbuhan Kingdom Plantae Divisio Schizop hyta Thalloph yta Bryophy ta Pteridop hyta Golongan jamur belah (bakteri) dan ganging belah (biru) Golongan algae, fungi, lichenes Golongan lumut : Musci ( l.daun ) & Hepaticae (l.hati ) Dibagi atas 4 kelas : 1. 2. 3. 4. Psilotinae (p.telanjang/purba) Equiseteiinae (p. ekor kuda) Lycopodinae (p.kawat) Filicinae (p.benar/sejati) Dibagi atas 2 sub division (Anonim, 1991) yaitu : Spermatophyta 1. Gymnospermae yang terbagi atas 3 kelas yaitu : a. Cycadiinae b. Coniferae c. Gnetinae 2. Angiospermae, terbagi atas 2 kelas yaitu : a. Dicotyledone dibagi atas banyak famili antara lain : i. Solanaceae : Kentang, leunca, tomat, cabe ii. Myrtaceae : cengkih, eukaliptus, jambu iii. Mimosaceae : petai, sengon iv. Caesalpineaceae : Flamboyan, trembesi v. Papilionaceae : Kacang tanah, sono kembang, sono keling vi. Verbenaceae : jati, loban, sungkai vii. Apocynaceae : pulai, kamboja, jelutung viii. Sapotaceae : sawo kecik, sawo, tanjung ix. Ebenaceae : kayu hitam/eboni, kesemek x. Burceraceae : keben, tancang xi. Lyrthraceae : bungur xii. Meliaceae : mindi, mahoni, xiii. Anacardiaceae : kompas, mangga,kedondong xiv. Fagaceae : oak xv. Bombacaceae : randu xvi. Dipterocarpaceae : kruing, meranti, mrawan, marsawa, sengkawang xvii. dll b. Monocotyledone, terbagi atas banyak famili yaitu : i. Poaceae : padi, oat, jagung, rumput ii. Musaceae : pisang iii. Arecaceae/palmaceae : kelapa, enau, sawit iv. dll 9 Spermatophyta dibagi menjadi 2 sub divisi yaitu 1. Gymnospermae, menurut William M. And Ellwood, S., 1958 dibagi atas 4 kelas yaitu Gingkophyta, Pinaphyta, Cycadophyta dan Gnetophyta. Pada beberapa jenis tumbuhan berkayu pada Gymnospermae mempunyai kotiledon (keping lembaga) lebih dari 2 buah, ada yang 3, 4, 5 ataupun 7. 2. Angiospermae, penyerbukan merupakan dan tumbuhan pembuahan yang berbiji lain tertutup dengan dengan tipe Gymnospermae. Angiospermae dibagi menjadi 2 kelas yaitu : a. Monokotil merupakan tumbuhan berkeping tunggal seperti jagung, kelapa, kelapa sawit, pinang, padi yang dikelompokkan lagi menjadi beberapa ordo dan famili seperti gramineae, palmae, dan sebagainya. b. Dikotil merupakan tumbuhan berkeping dua meliputi banyak ordo dan famili dari jenis herba, semak hingga pohon berkayu. Perbedaan diantara Monokotil dan Dikotil akan terlihat pada tabel berikut : Gambar 2. Perbedaan Monokotil dan Dikotil 10 Pertanyaan : 1. Sebutkan definisi tumbuhan berkayu ! 2. Jelaskan ciri-ciri umum spesies dalam satu famili, mengklasifikasikan dan mampu menghafal nama ilmiah pohon komersial untuk kehutanan sesuai pengelompokannya ! 3. Jelaskan ciri jenis-jenis tumbuhan kayu dari kelompok Dikotil dan monokotil! 4. Angiospermae dibedakan menjadi 2 kelas sebutkan! 5. Sebutkan perbedaan antara Dikotil dan monokotil! 6. Sebutkan 10 jenis pohon komersial beserta nama ilmiah dan familinya! Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. 11 BAB III. IDENTIFIKASI DAUN Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami istilah ilmiah untuk organ daun 2. Memahami bentuk-bentuk dan tipe-tipe daun 3. Memahami pengelompokan daun berdasarkan famili 4. Memahami tipe daun untuk mendalami taksonomi tumbuhan Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan istilah ilmiah untuk organ daun 2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk dan tipe-tipe daun 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengelompokan daun berdasarkan famili 4. Mahasiswa mampu menyebutkan tipe daun untuk mendalami taksonomi tumbuhan Materi Pembelajaran Daun merupakan bagian / organ tumbuhan yang berfungsi untuk membentuk makanan (fotosintesis), respirasi dan transpirasi. Karena itu daun menunjukkan pola khas, dan bernilai penting dalam taksonomi tumbuhan. Daun dalam berbagai bentuk mempunyai bagian-bagian antara lain terdiri atas : 1. helaian daun (lamina) 2. Tangkai daun (petiole) 3. Terkadang ada kelenjarnya. Keistimewaan : 1. Pada jenis-jenis tertentu kadang tidak dijumpai tangkai daun sehingga daun langsung menempel di ranting disebut dengan duduk daun (sessile), contoh pada ketapang (Terminalia catappa) 2. Pada jenis tertentu juga dijumpai daun penumpu (stipule) seperti sisik yang menutup kuncup daun/kuncup bunga, contoh pada nangka, (Artocarpus integra), cempedak (Artocarpus capendens), kluwih (Artocarpus comunis), meranti (Shorea spp.). 12 Bagian-bagian daun : 1. Tata daun (Phyllotaxy) a. Berhadapan (Opposite) b. Melingkar (Whorled/verticillate) c. Berseling (Alternate) 2. Komposisi daun a. Daun tunggal (simple leaf) b. Daun majemuk ( compound leaf) i. Majemuk menyirip ( Pinnate) ada yang berjumlah ganjil dan genap contoh pada Leguminosae ii. Menjari (palmate) contoh pada ubi kayu, jarak, pancasuda. 3. Bentuk daun a. Jarum (Acicular) b. Sisik kecil runcing melebar di pangkal (scalelike) c. Garis memanjang sempit (Linear) d. Memanjang (Oblong), panjang 2,5 x lebar daun sama lebar pangkal ke ujung daun e. Lanset (Lanceolate), panjang 3-5 x lebar daun, melebar di pangkal daun f. Lanset sungsang (Oblanceolate) mirip lanset namun yang melebar ujung daun. g. Bulat telur (Ovate), melebar di pangkal daun. h. Bulat telur sungsang (Obovate), kebalikan ovate melebar di ujung daunnya. i. Elips ( Elliptical) j. Jorong (Oval), panjang 1,5 x lebar daun k. Bundar (Orbicular), panjang = lebar l. Bentuk ginjal (reniform) m. Bentuk jantung (cordate) n. Delta (deltoid) o. Belah ketupat (Rhomboid) p. Bulat telur terbalik / sudip (Spatulate) 13 4. Bentuk tepi daun a. Revolute (menggulung kebelakang) b. Entire (rata) c. Repand (agak bergelombang) d. Sinnate (bergelombang dalam) e. Crenate (bergigi tumpul) f. Serrate (bergigi tajam mengarah ke ujung) g. Dentate (bergigi tajam mengarah keluar) h. Double serrate i. Double crenate j. Lobed bergelombang dalam hingga nyaris ke tulang daun utama k. Cleft seperti sukun namun di tepi bergigi tajam l. Parted berlekuk dalam hingga tulang daun 5. Bentuk pangkal a. Acuminate (meruncing) b. Acute (runcing) c. Mucronate (runcing dari kulit dengan ujung yang jelas terpisah) d. Cuspidate ( berujungkan pucuk yang kaku dan tajam) e. Obtuse (tumpul) f. Rounded (bundar membusur penuh) g. Truncate (terpotong) h. Emarginate (berlekuk) 6. Ujung daun a. Cuneate (segitiga sungsang) b. Acute (runcing) c. Cordate ( bentuk jantung) d. Inequilateral (asimetri) e. Obtuse (tumpul) f. Rounded (bundar/membusur penuh) g. Truncate (terpotong) 14 h. Auriculate (bertelinga, berbentuk tombak pada bagian depan besar dan punca-punca kecil pada kaki. 7. Tipe pertulangan daun a. Sejajar (pada monokotil) b. Menjala/terbuka ( pada dikotil) dibagi menjadi 3 macam yaitu : i. Menjari pada pancasuda, mahang. ii. Bersirip pada kebanyakan daun iii. Membusur (arcuate) contoh pada Ginkgo biloba 8. Sifat permukaan daun a. Glabrous (licin/gundul) b. Pubescent (berbulu lembut) c. Villous (berambut panjang lurus) d. Tomentose (berambut ikal/wol) e. Scabrous (berambut pendek kasar) f. Glaucous (warna putih kebiruan/berlilin) g. Rugose ( berkeriput karena tulang daun tenggelam) h. Grandular ( berresin/ berminyak) 9. Daun tebal berdaging (coriaceous) atau tipis (membraneous) Pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun, dan hanya terdapat pada batang/cabang/ranting. Sifat-sifat atau ciri-ciri daun yang dapat membantu dalam identifikasi antara lain : tipe daun, duduk daun, tangkai daun, dan bentuk daun. Macam daun/tipe daun : 1. Daun tunggal (simple leaf), yaitu daun dengan satu helaian daun. 2. Daun majemuk (Compound leaf), yaitu daun dari beberapa tumbuhan terdiri dari dua atau lebih helaian daun yang melekat pada tangkai persekutuan. Daun majemuk dimiliki oleh suku : Sub suku Mimosoideae ( Leguminosae) Sub suku Caesalpinoideae Sub suku Papilionoideae Leguminosae) Leguminosae) Rutaceae Burseraceae Meliaceae Sapindaceae 15 Berdasarkan jumlah anak daunnya maka daun majemuk dibedakan menjadi : a. Daun majemuk menjari tiga : Vitex spp. ( Laban) Sandaricum koetjapi (Ketapi,sentol) Melicope glabra (Sampang, terutup) b. Daun majemuk menjari lima. Bombax sp. (Kapuk) Heritiera javanica (mengkulang jari) c. Daun majemuk menyirip ganjil (berakhir dengan sutu anak daun) : Suku Burseraceae (Santiria spp., Dacryodes spp., Canarium spp., Triomma spp.) Suku Leguminosae (Pericopsis mooniana, Pterocarpus indicus ) Suku Verbenaceae , Peronema canescens ( Sungkai ) d. Daun majemuk menyirip genap (berakhir dengan dua anak daun) suku Leguminosae (Sindora spp.,Koompassia spp.) Cynometra sp. (Nam-nam). Suku Meliaceae (Xylocarpus granatum) e. Daun majemuk menyirip ganda (Bipinnate) : Suku Leguminosae (Falcataria moluccana (Sengon), Leucaena spp.(Lamtoro), Delonix regia (Plamboyan), Parkia speciosa (Petai) Kedudukan/susunan/ tata letak daun. 1. Berhadapan atau berpasangan bersilang (Opposite) yaitu pada setiap buku/ruas terdapat sepasang daun yang berhadapan atau arah berlawanan, contoh : Suku Myrtaceae marga Eugenia Rubiaceae marga Nauclea, Pertusadina, Neolamarckia. Guttiferae marga Calophyllum, Garcinia. Celastraceae marga Kokoona. Melastomataceae marga Pternadra, Melastoma. Verbenaceae marga Tectona, Vitex, Peronema, Gmelina dan Geunsia. 16 2. Selang-seling (alternate) yaitu pada setiap buku/ruas hanya terdapat satu helaian daun dan letaknya selang-seling, contoh : Suku Dipterocarpaceae Suku Annonaceae, marga Monocarpia, Xylopia, Polyalthia, Canangium. Ebenaceae marga Diospyros, Myristicaceae marga Myristica, Knema, Horsfieldia Suku Bombacaceae marga Durio. 3. Tersebar (Spiral), Apabila letak daun pada ruas/buku dilihat dari atas maka bentuknya seakan-akan seperti spiral, contoh : Suku Moraceae marga Ficus, Artocarpus, Paratocarpus Sapotaceae marga Palaquium, Payena, Madhuca Lauraceae marga Litsea Dilleniaceae marga Dillenia Elaeocarpaceae marga Elaeocarpus Lecythidaceae marga Barringtonia, Planchonia Theaceae marga Schima Euphorbiaceae marga Macaranga, Baccaurea 4. Berkarang atau Roset, apabila duduk daun pada setiap buku terdapat lebih dari tiga helai daun, contoh : Apocynaceae marga Dyera, Alstonia (Pulai). Casuarinaceae marga Casuarina Lauraceae marga Actinodaphne Tangkai daun biasanya sebagai pelengkap ciri di dalam identifikasi. 1. Tangkai daun biasanya bulat, pipih dan bersudut (umum) 2. Melengkung contoh Suku Dipterocarpaceae 3. Tangkai daun menebal; menebal dipangkal, menebal diujung contoh Suku Dipterocarpaceae marga Dipterocarpus 4. Menebal di pangkal dan ujung contoh suku Tiliaceae, Sterculiaceae dan Elaeocarpaceae. 17 5. Tangkai daun berkuping di pangkal contoh Suku Guttiferae 6. Tangkai daun beralur (berparit) contoh suku Dilleniaceae. Bentuk Helaian Daun. Tombak; Lanset; Oval; Bulat telur; Bulat telur sungsang; Bundar; Perisai; Belah ketupat; Sudip; Garis; Jantung ; Memanjang/bulat panjang (oblong); Anak panah; Ginjal; Pedang; Jarum (Acicular). Pangkal Helaian Daun. Tidak simetris (Asymitris) pada marga Santiria, Ficus Bentuk baji (Cuneate) pada marga Cratoxylun. Agak runcing/menyempit (Tapered). Membulat atau bulat (Rounded) pada Shorea Berlekuk (emarginate ) atau bentuk Jantung (Cordate ) pada Macaranga. Rompang / rata ( Truncate ) Ujung helaian daun • Runcing / lancip ( Acutus ), contoh : Shorea spp. • Meruncing / melancip ( Acuminatus ) • Bertugi ( Aristatus ) • Bertaring ( Cuspidatus ) • Berduri ( Mucronatus ) • Tumpul ( Obtusus ) • Bertakik ( Retusus ) • Membulat ( Rotundatus ) • Berlekuk ( Emarginatus ) Tepi/pinggir Helaian Daun. Rata (Integer), contoh pada Shorea spp. Berombak (Repandus), contoh Dipterocarpus spp. Bergerigi (Serratus), contoh pada Canarium spp. Bergerigi ganda ( Biserratus ) Bergiri ( Dentatus ) Berjumbai ( Fimbriatus ) 18 Berbagi ( Partitus ) Bercangap ( Pissus ) Berlekuk (Lobatus ) contoh pada Macaranga sp. Tebal (Thickened) contoh pada Sindora spp. (Sindur, Anggi) Permukaan Helaian Daun. o Atas : Licin (umum) Berlapis lilin (suku Fagaceae marga Quercus, Lithocarpus) o Bawah : Licin (umum) Berlapis lilin : Putih : Parashorea Hijau kebiru-biruan : suku Lauraceae (Medang-medangan) Kasar : Berbulu : Shorea Bersisik : suku Bombacaceae marga Durio Pertulangan Daun 1. Urat daun pertama (primer) a. Jumlahnya lebih dari satu : i. Urat daun primer menjadi sempurna : pada suku Euphorbiaceae marga Mollotus, Macaranga, Endospermum. ii. Urat daun primer menjari tak sempurna contoh o Trinerved base : marga Aleurites, Ficus, Pentace, Sterculia, Microcos, Scaphium, Pterospermum dan Trema. o Trinerved : marga Cinnamomum, Pternadra dan Rhodamnia. b. Jumlahnya satu (umum) 2. Urat daun kedua (primer) a. Menyirip sempurna contoh suku Myristicaceae 19 b. Menyirip tidak sempurna contoh suku Lauraceae, Dipeterocarpaceae marga Vatica. c. Menyirip mendatar contohnya Guttiferrae, Apocynaceae, Sapotaceae dan suku Dipterocarpaceae marga Dryobalanops. 3. Urat daun kedua (sekunder) o Menyirip mendatar rapat. Contohnya suku Guttiferae marga Calophyllum, Dipterocarpaceae marga Drybalanops. o Urat sambung/sejajar pinggir (Intramarginal Vein). Contoh pada suku Myrtaceae marga Eugenia, Sonneratiacea marga Duabanga dan suku Sapotaceae marga Ganua. o Sambung dan menjerat (Looping) pada suku Dipterocarpaceae marga Anisoptera (mersama), Cotylelobium (Giam). o Dryobalanoid (urat menyirip mendatar dan diantara urat terdapat urat pendek yang tidak sampai ke tepi) pada beberapa marga Hopea (Merawan) 4. Urat daun ketiga (tertier) a. Tangga (Scalariform) pada suku Shorea spp. (Meranti) b. Menjala (Reticulata) pada Vatica spp. (Resak) c. Tangga-jala (Scalariform-Reticulite) pada Neobalanocarpus hemii (Cengal) 5. Kuncup ujung ranting a. Bulat pada suku Araucariaceae marga Agathis (Damar) b. Lancip/runcing pada suku Podocarpaceae marga Podocarpus. c. Melengkung pada suku Myrtaceae dan Sapotaceae d. Bersegi empat/kuncup lebih dari satu pada suku Anacardiaceae Pertanyaan : 1. Daun merupakan suatu identitas tumbuhan untuk sarana identifikasi jenis, jelaskan! 2. Daun berdasarkan filotaksisnya dibedakan menjadi 2 yaitu… dan …. 3. Apakah yang dimaksud dengan filotaksis? 4. Apakah yang dimaksud dengan daun tunggal dan majemuk? 5. Apakah stupila itu? 6. Apakah domatia itu? 20 Acuan pustaka : Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. Lembar Praktikum Waktu dan tempat praktikum : ........di Lab. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Univ. Muhamadiyah Palangkaraya. Tujuan Praktikum : Memahami bentuk-bentuk dan tipe-tipe daun Memahami perbedaan tiap tipe daun Memahami tipe daun untuk mendalami taksonomi tumbuhan Alat dan Bahan : Daun tanaman kehutanan dalam berbagai tipe Hasil Pengamatan : Nama Pohon : Keterangan : Phyllotaxy Komposisi daun Bentuk daun : ……. Bentuk tepi daun Pangkal daun : ….. Ujung daun Pertulangan daun Permukaan daun : …… : ……. : ….. : ….. : ….. : …. 21 Nama Pohon : Keterangan : Phyllotaxy Komposisi daun Bentuk daun : ……. Bentuk tepi daun Pangkal daun : ….. Ujung daun Pertulangan daun Permukaan daun : …… : ……. : ….. : ….. : ….. : …. Nama Pohon : Keterangan : Phyllotaxy Komposisi daun Bentuk daun : ……. Bentuk tepi daun Pangkal daun : ….. Ujung daun Pertulangan daun Permukaan daun : …… : ……. : ….. : ….. : ….. : …. Pembahasan Kesimpulan : Praktikan : Nama No. Mhs : : 22 BAB IV. IDENTIFIKASI BUNGA Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami menghafal istilah ilmiah untuk organ bunga 2. Memahami pengelompokan tipe bunga berdasarkan famili 3. Memahami bentuk-bentuk dan tipe-tipe bunga 4. Memahami perbedaan tiap tipe bunga 5. Memahami tipe bunga untuk mendalami taksonomi tumbuhan Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menghafal istilah ilmiah untuk organ bunga 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengelompokan tipe bunga berdasarkan famili 3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk dan tipe-tipe bunga 4. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan tiap tipe bunga 5. Mahasiswa mampu menjelaskan tipe bunga untuk mendalami taksonomi tumbuhan Materi Pembelajaran Bunga merupakan organ generatif tumbuhan yang mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan. Bunga dapat dijadikan sarana pengelompokan tumbuhan (taksonomi) karena mempunyai kemiripan pada jenis-jenis tertentu. Bunga dianggap sebagai ranting dan daun-daun yang berubah fungsinya. Bunga merupakan dasar dari sistem klasifikasi tumbuhan, sehingga pemahaman bunga dianggap perlu. Bagian-bagian bunga terdiri dari kelopak bunga (calyx/sepal), daun mahkota bunga (petal), benang sari (stamen) dan satu atau lebih putik (pistil). Jika bunga mempunyai semua bagian-bagian tersebut disebut bunga lengkap, sedangkan bila ada beberapa bagian tersebut yang tidak ada maka dinamakan bunga tidak lengkap. Berdasarkan keadaan organ reproduksi tumbuhan, diketahui ada bunga sempurna (bisexual/hermaphrodit) apabila dalam satu bunga terdapat benang sari dan putik, sedangkan bunga tidak sempurna (unisexual) apabila dalam satu bunga hanya terdapat putik atau benangsari saja. Dalam penelitian sering dijumpai bunga seolah-olah 23 merupakan bunga sempurna namun salah satu organ generatifnya tidak berfungsi, maka dikelompokkan menjadi bunga tidak sempurna. Jika yang berfungsi benangsarinya saja maka dinamakan bunga jantan (staminate) dan apabila putiknya saja yang berfungsi dinamakan bunga betina (pistillate). Apabila dalam satu pohon mempunyai kedua jenis bunga jantan dan betina, maka tumbuhan tersebut dinyatakan berumah satu (monoecious), sedangkan bila dalam satu pohon hanya ada bunga jantan atau betina saja dinamakan pohon berumah dua (dioecious). Gambar 3. Bagian-bagian Bunga Bagan organisasi bunga : Bunga Bunga Lengkap Bunga tidak Lengkap Asesoris bunga tidak ada, bunga Asesoris bunga : tangkai, daun tidak lengkap, daun mahkota pelindung (stipula), dasar bunga, bunga tidak ada (Apetalous) dan diskus kelenjar, kelopak bunga, daun tanpa kelopak bunga (asepalous) mahkota, bunga Bagian utama bunga berumah satu (moneocious): a. Benang sari : tangkai sari, kepala sari dan tepung sari b. Putik : Kepala putik, turus (style), bakal buah dan bakal biji. Bagian utama : a. bunga berumah satu (monoecious): benangsari dan putik terpisah dari satu bunga, namun posisi masih dalam satu pohon. c. Bunga berumah dua (dioecious) : benangsari dan putik ada pada pohon yang berbeda. 24 Tata bunga/ susunan bunga dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1. Axillary yaitu bunga tersusun di ketiak daun. 2. Terminal yaitu bunga tersusun pada ujung ranting. Bunga dibagi atas : 1. Bunga tunggal apabila bunga dapat berdiri sendiri pada satu tangkai bunga. 2. Bunga majemuk (inflorescensi) jika bunga tersusun pada tangkai persekutuan/berkelompok dibagi menjadi 2 yaitu : a. Determinate inflorescensi, yaitu bila sumbu utama pendek dan berakhir pada bunga yang mekar lebih dahulu. Tipe bunga ini antara lain : i. Cyme : yaitu tata bunga terdiri dari sumbu sentral yang memikul sejumlah bunga bertangkai secara silindrikal (tangkai sama panjang) dan berpucuk rata (tangkai tidak sama panjang). b. Indeterminate inflorescensi, yaitu bila sumbu utama tanpa bunga diujungnya dan memanjang. Sumbu-sumbu cabang mengulangi percabangan sumbu utama. Tipe bunga ini antara lain : Spike : bulir, inflorescensi terdiri dari sumbu sentral dengan bunga-bunga duduk. Catkin (ament) : bunga berempulur, bulir bersisik dengan bunga berkelamin satu tanpa daun mahkota, terkulai. Reseme : tandan, inflorescensi terdiri dari sumbu sentral dengan bunga bertangkai. Punicle : Malai, tandan majemuk atau tandan bercabang. Corymb : malai rata, cabang bawah berbentuk malai dengan membentuk bidang datar. Umbel : berbentuk payung, tangkai memusat pada satu titik Head (bongkol/ globos ) : inflorescensi terdiri atas sejumlah bunga duduk menggerombol di dasar bunga contoh : petai, putrimalu, lamtoro. 25 Gambar 4. Tipe-tipe Perbungaan Bunga pada tumbuhan pohon dapat dianggap sebagai ranting dengan daun-daun yang telah berubah fungsinya. Bunga merupakan dasar dalam sistem klasifikasi tumbuhan. Oleh karena itu pemahaman bunga merupakan bagian yang sangat penting. Tipe-tipe perbungaan. 1. Bulir (spike), jika bunga-bunga tersusun atau tanpa gagang perbungaan dan bungabunga tersebut hampir duduk atau tanpa gagang bunga. Perbungaan semacam ini dijumpai pada suku Fagaceae marga : Castanopsis, Lithocarpus atau Quercus). 2. Tandan (Raceme), jika bunga-bunga tersusun berselang-seling pada gagang perbungaan yang memanjang tak terbatas dan bunga-bunga tersebut bergagang; misalnya pada suku Dilleniaceae marga Dillenia dan suku Guttiferae marga Calophyllum. 3. Malai (panicle), seperti tandan tetapi perbungaan ini bercabang-cabang; masingmasing cabang memiliki bunga-bunga yang bertangkai, yang bergantian mekarnya dari bawah keatas, misalnya pada beberapa marga dari suku Dipterocarpaceae dan Verbenaceae, 4. Payung (Umbel), jika bunga-bunga dengan gagangnya tersusun terpusat pada ujung gagang perbungaan. Pohon dari suku Annonaceae umumnya memiliki tipe perbungaan demikian. 26 5. Bongkol (Head), jika bunga-bunga tersusun pada permukaan perbungaan yang bulat seperti kepala dan biasanya bunga-bunga tersebut tidak bergagang. Pohon dari suku Mimosaceae memiliki tipe perbungaan demikian. 6. Bunga tunggal (Solatary), jika hanya terdapat satu bunga pada satu gagang tidak berupa gabungan beberapa bunga. Bagian-bagian dari bunga adalah : a. Daun kelopak (calyx atau sepal) b. Daun mahkota (corolla atau petal). c. Benangsari (stamen): organ reproduksi jantan. d. Kepala putik (pistil) : organ reproduksi betina. e. Dasar bunga. Gambar 5. Tipe-tipe Mahkota Bunga Pertanyaan : 1. Sebutkan istilah ilmiah untuk organ bunga ! 2. Jelaskan pengelompokan tipe bunga berdasarkan famili! 3. Jelaskan bentuk-bentuk dan tipe-tipe bunga ! 4. Jelaskan perbedaan tiap tipe bunga 5. Jelaskan tipe bunga untuk mendalami taksonomi tumbuhan ! 27 6. Bunga merupakan suatu identitas tumbuhan untuk sarana identifikasi jenis, jelaskan! 7. Perbungaan dibedakan atas axilary dan lateralis, jelaskan! 8. Apakah yang dimaksud dengan bunga tunggal dan majemuk? 9. Apakah tenda bunga itu? Acuan Pustaka Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Lembar Praktikum : Waktu dan tempat praktikum : ........di Lab. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Univ. Muhamadiyah Palangkaraya. Tujuan Praktikum : Memahami bentuk-bentuk dan tipe-tipe bunga Memahami perbedaan tiap tipe bunga Memahami tipe bunga untuk mendalami taksonomi tumbuhan Alat dan Bahan : bunga tanaman kehutanan dalam berbagai tipe 28 Hasil Pengamatan : Nama Pohon : Keterangan : 1. Susunan bunga : …………. 2. Jenis bunga : …………. 3. Jika termasuk bunga majemuk tipe susunan tangkai ; a. Determinate/indeterminate inflorescensi b. Nama Tipe bunga : …………. Pohon : Keterangan : 1. Susunan bunga : …………. 2. Jenis bunga : …………. 3. Jika termasuk bunga majemuk tipe susunan tangkai ; a. Determinate/indeterminate inflorescensi b. Tipe bunga : …………. Nama Pohon : Keterangan : 1. Susunan bunga : …………. 2. Jenis bunga : …………. 3. Jika termasuk bunga majemuk tipe susunan tangkai ; a. Determinate/indeterminate inflorescensi b. Tipe bunga : …………. 29 Nama Pohon : Keterangan : 1. Susunan bunga : …………. 2. Jenis bunga : …………. 3. Jika termasuk bunga majemuk tipe susunan tangkai ; Determinate/indeterminate inflorescensi Tipe bunga : …………. Pembahasan : Kesimpulan : Praktikan : Nama : No. Mhs : 30 BAB V. IDENTIFIKASI BUAH DAN BIJI Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami istilah ilmiah untuk organ buah dan biji 2. Memahami pengelompokan tipe buah berdasarkan famili 3. Memahami bentuk-bentuk dan tipe-tipe buah 4. Memahami perbedaan tiap tipe buah 5. Memahami tipe buah untuk mendalami taksonomi tumbuhan 6. Memahami bagian-bagian buah dan biji Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menyebutkan istilah ilmiah untuk organ buah dan biji 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengelompokan tipe buah berdasarkan famili 3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk dan tipe-tipe buah 4. Mahasiswa mampu menyebutkan perbedaan tiap tipe buah 5. Mahasiswa mampu menyebutkan tipe buah untuk mendalami taksonomi tumbuhan 6. Mahasiswa mampu menjelaskan bagian-bagian buah dan biji Materi Pembelajaran Buah adalah organ tumbuhan yang mengandung biji, tapi tak semua buah mengandung biji, Dengan kata lain buah adalah organ reproduksi tumbuh-tumbuhan berbiji yang merupakan hasil pembuahan, umumnya terdiri atas kulit buah, daging, kulit biji dan biji. Bagian-bagian buah : A. Kulit buah C. Kulit biji B. Daging buah D. Biji Struktur biji meliputi : 1. Kulit biji a) Kulit luar (keras) / testa b) Kulit dalam (selaput tipis) / tegmen 31 2. Kotiledon 3. Embrio a. Calon daun pertama / plumula b. Calon batang c. Calon akar utama / radicula 4. Tali pusar Gambar 6. Bagian Buah dan Biji Struktur buah ada beberapa tipe yaitu : 1. Gymnospermae terutama Conifer mempunyai buah berbentuk cone contoh pinus, cemara, damar/agathis, Araucaria. 2. Angiospermae, buah merupakan bakal buah yang masak. Ada 2 macam yaitu : a. Buah tunggal yang terbentuk oleh satu putik, dengan bentuk-bentuk sebagai berikut : i. Buah berdaging : o Buah buni : Tanjung (Mimosops elengi) o Buah batu : Jati ( Tectona grandiss ) o Buah Pome : delima (Pome granata), jambu biji (Eugenia guajava) ii. Buah kering merekah : o Buah kotak/capsule : Bungur (Lagerstromea speciosa) o Buah polong/legume : Johar ( Acasia mangium ) o Buah Jangkar/bumbung : Pantung ( Dyera lowii) iii. Buah kering tidak merekah : o Buah nut : pampaning o Buah bersayap : Kahoi ( Shorea balangeran ) o Buah Longkah (Achene) : buah kecil berongga berbiji satu contoh Tabati (Sizygium spp.) iv. Buah semu : Jambu mete ( Anacardium ocidental ) 32 b. Buah majemuk, terbentuk oleh dua atau lebih putik yang terdapat pada dasar bunga yang sama, ada 2 macam yaitu : i. Buah agregat, merupakan kumpulan buah tunggal berasal dari putik terpisah yang terdapat dalam satu dasar bunga persekutuan contoh sirsat, serikaya (Anona spp.) ii. Buah multiple, merupakan kumpulan buah tunggal yang berasal dari putik-putik bunga yang terpisah-pisah (nangka, cempedak dan nanas) Buah dapat dibedakan 2 (dua) golongan menurut Ardiansyah, 2003 yaitu: 1. Buah semu atau buah tertutup, jika buah terbentuk dari bakal buah beserta bagianbagian lain pada bunga, sedangkan buah sesungguhnya kadang-kadang tersembunyi. Buah semu dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : a) Buah semu tunggal, buah yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah. b) Buah semu ganda jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-masing dapat tumbuh majemuk. c) Buah semu majemuk yaitu buah yang terjadi dari bunga majemuk, tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti buah pada suku moraceae marga Artocarpus (nangka). 2. Buah sejati atau buah telanjang, jika buah hanya terbentuk dari bakal buah. Buah sejati,buah sejati dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu : a) Buah sejati tunggal, buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah, misalnya buah mangga (Mangifera) b) Buah sejati ganda, buah yang terjadi dari satu bunga dengan beberapa bakal buah yang bebas satu sama lain dan masing-masing bakal buah menjadi satu buah (lampeso). c) Buah sejati majemuk, buah yang terjadi dari satu bunga majemuk yang masingmasing bunganya mendukung satu bakal buah, tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul ( mengkudu).(Samingan, T., 1982) 33 Buah sejati tunggal dapat dibedakan dalam 7 macam : 1. Buah batu (drupe) yakni buah yang bagian luarnya dinding buahnya berdaging, sedangkan bagian dalamnya membentuk lapisan yang berkayu atau berserat; misalnya buah mangga (Mangifera indica) dari suku Anacardiaceae. 2. Buah buni (berry), yakni buah yang dindingnya berdaging lunak, berair, biasanya berbiji lebih dari satu. Pohon dari suku Sapotaceae, misalnya marga Palaquium, Payena, Chrysophyllum dan suku Guttiferae marga Mangostana. 3. Buah kotak (Capsule) yakni buah buah yang merekah, berasal dari beberapa daun buah dan berisi banyak biji, misalnya pada mahoni (Swietenia macrophylla) dari suku Miliaceae, bungur (Lagerstromia speciosa) suku Lyrthraceae dan pada suku Sterculiaceae. 4. Buah longkah (Achene), yakni buah kering berbiji tunggal yang tidak pecah, berasal dari satu daun buah. Buah tabati mempunyai tipe buah ini, pohon dari suku Fagaceae marga Castanopsis, Lithocarpus atau Quercus memiliki buah semacam ini. 5. Buah Polong (Legume) yakni buah yang berasal dari satu suku Legumninosae, berbentuk gepeng, terdiri atas 2 belahan yang dapat dibuka bila kering, berbiji satu atau lebih; misalnya pada pohon sengon (Falcataria muluccana) atau petai (Parkia speciosa) serta marga Saraca. 6. Buah keras bersayap (Samara), misalnya pada pohon mengkulang jari (Heritiera sp.) 7. Buah bumbung/jangkar, misalnya pada suku Apocynaceae marga Alstonia, Dyera. Gambar 7. Tipe Buah 34 Pertanyaan : 1. Sebutkan istilah ilmiah untuk organ buah dan biji ! 2. Jelaskan pengelompokan tipe buah berdasarkan famili! 3. Jelaskan bentuk-bentuk dan tipe-tipe buah! 4. Sebutkan perbedaan tiap tipe buah! 5. Sebutkan tipe buah untuk mendalami taksonomi tumbuhan! 6. Jelaskan bagian-bagian buah dan biji! Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. School of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. Lembar Praktikum : Waktu dan tempat praktikum : ...........di Lab. sementara Fakultas Kehutanan Univ. Muhamadiyah Palangkaraya. Tujuan Praktikum : Memahami bagian-bagian buah dan biji Memahami perbedaan tiap tipe buah Alat dan Bahan : Buah dari macam-macam tipe buah seperti Johar, akasia, pala, cemara, jambu monyet, jati Hasil Pengamatan : Tipe buah dan bagian-bagiannya 35 Tipe buah : …………………. Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tangkai buah Kulit luar Kulit dalam Daging buah Biji Sayap Tipe buah : …………………. Tipe buah : …………………. 36 Bagian – bagian biji Keterangan : 1. Kulit biji a. Luar (Eksoderm) b. Dalam (endoderm) 2. Kotiledone 3. Embrio a. Calon tunas b. Calon batang c. Calon akar 4. Tali pusar Pembahasan : Kesimpulan : Praktikan : Nama : ……………………. No. Mhs : …………………… 37 BAB VI. IDENTIFIKASI AKAR, BANIR DAN KULIT POHON Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami istilah ilmiah untuk organ tubuh tumbuhan 2. Memahami pengelompokan tipe banir dan permukaan kulit pohon berdasarkan famili 3. Memahami bentuk-bentuk dan tipe-tipe banir dan bentuk permukaan kulit pohon untuk identifikasi jenis. 4. Memahami tipe perakaran, banir dan kulit pohon untuk mendalami taksonomi tumbuhan 5. Memahami perbedaan tiap tipe banir. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menyebutkan istilah ilmiah untuk organ tubuh tumbuhan 2. Mahasiswa mampu menyebutkan pengelompokan tipe banir dan permukaan kulit pohon berdasarkan famili. 3. Mahasiswa mampu menyebutkan bentuk-bentuk dan tipe-tipe banir dan bentuk permukaan kulit pohon untuk identifikasi jenis. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan tipe perakaran, banir dan kulit pohon untuk mendalami taksonomi tumbuhan 5. Mahasiswa mampu menyebutkan perbedaan tiap tipe banir. Materi Pembelajaran 38 Identifikasi Banir dan Bentuk Perakaran. 1. Banir Kuncup (Steep buttresses) yaitu banir yang tumbuh tinggi dibawah batang agar tidak rebah. Gambar 8. Banir Kuncup Kempas (Koompassia malaccensis) Merbau (Intsia spp.) Meranti Bunga (Shorea parvifolia) Kapur/Kamper (Dryobalanops spp.) Nyatoh (Palaquium spp.) Meranti Merah (Shorea leprosula) Keruing (Dipterocarpus spp.) Balau (Shorea leavis) 2. Banir Menjalar (Spreading buttresses) yaitu akar tumbuh dari berbagai arah menjalar diatas permukaan tanah. Keranji (Dialium spp.) Kayu Pinang (Pentace laxiflora) Bongin ( Irvingia malayana ) 3. Banir papan (Plank buttresses) yaitu akar yang berbentuk seperti papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh berdirinya pohon tinggi besar. Gambar 9. Banir Papan Mersawa (Anisoptera spp.) Kenanga (Cananga adorata) Keranji ( Dialium indum) Merawan (Hopea beccariana) Jelamai jaha (Terminalia subspathulata) Bongin (Irvingia malayana) 39 4. Banir terbang atau akar jangkang (Stilit root) akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seakan-akan menunjang batang agar tidak rebah. Gambar 10. Banir Jangkang Bakau (Rhizophora spp.) Simpur (Dillenia spp.) Merawan (Hopea spp.) Jangkang (Xylopia spp.) 5. Akar napas (Pneumatophores) yaitu cabang-cabang akar yang tumbuh tegak keatas sehingga muncul dari permukaan tanah atau air tempat tumbuhnya. Gambar 11. Akar Nafas Api-api (Avicennia spp.) Bogem (Sonneratia spp.) Pulai rawa ( Alstonia pneumatophora) Nyirih( Xylocarpus mekongensis ) Tumih (Combretocarpus rotundatus) 6. Akar lutut (Knee shaped root) yaitu akar bagian akar yang tumbuh keatas kemudian membengkok masuk lagi ke dalam tanah sehingga membentuk seperti lulut yang dibengkokkan. Tancang (Bruguera spp.) Nyatoh ketiau (Ganua motlayana) 7. Akar gantung atau akar udara, yaitu akar yang menggantung di udara dan tumbuh kearah tanah. Beringin (Ficus benyamina) 40 Identifikasi Sifat-sifat Batang dan Kulit 1. Kulit Dalam (Inner bark) 2. Tekstur kulit dalam (texture of inner bark) 3. Bau (smell) 4. Warna kulit dalam ( colour of inner bark) Kulit Dalam (Inner bark) Getah (Latex). Apabila kulit ditarik/dibacok akan mengeluarkan getah : a. Getah putih / putih susu : Suku Apocynaceae jenis Dyera costulata, Dyera Lowii (Jelutung), Alstonia spp. (Pulai) Moraceae jenis Artocarpus spp.(Terap, keledang, jemo, cempedak). Euphorbiaceae (Elateriospermum tapos, Pimelodendron spp.). Sapotaceae jenis Palaquium spp. Madhuca spp., Payena spp.(Nyatoh) Suku Burseraceae jenis Dacryodes spp., Santiria spp., Triomma spp. (Kenari, kembayau). b. Getah Kuning Suku Guttiferae jenis Garcinia spp.(manggis) Calophyllum spp (Bintangur/kapurnaga) Terminalia catappa (ketapang) c. Getah Hitam. Suku Anacardiaceae jenis Gluta spp. (Rengas), Mangifera indica (mangga), Anacardium ocidental (jambu mete) dll Getah Merah • Suku Myristicaceae jenis Myristica spp.. Knema spp., Horsfieldia spp. • Suku Euphorbiaceae jenis Macaranga gigantea • Caesalpiniaceae jenis Dialium spp. (Keranji). e. Getah Coklat. Suku Hypericaceae jenis Cratoxylun spp. ( Gerunggang) 41 Tekstur Kulit dalam (Textur of Inner bark) 1. Berlapis (Laminated) Apabila kulit dalam menunjukkan lebih dari satu bila dibuatkan susunan diatas dari yang lain bacokan/takikan yang berbeda garis horizontal dapat dilihat pada permukaan kulit dalam antara lain : Suku Dipterocarpaceae jenis Anisoptera spp. Meranti putih dari jenis (mersawa), dan kelompok Shorea lamelatta Suku Tiliaceae jenis Pentace spp. (Kayu Pinang). 2. Berpasir Apabila kulit dalam dipotong dan dihancurkan diantara jari terasa seperti pasir kecil misalnya : • suku Euphorbiaceae jenis Endospermum spp. (Sesendok, mata udang , mata buaya), • suku Polygalaceae jenis Xanthophyllum spp. (Minyak berok • suku Lauraceae (Medang-medangan) • suku Theaceae jenis Schima wallichii (Puspa) • pada suku Dipterocarpaceae jenis Vatica spp. (Resak) 3. Berserat (fibrious) Contoh : Suku Sterculiaceae jenis Scapium spp. (Kembang semangkok), suku Annonaceae jenis Mezzettia, spp.(pisang-pisang), Monocarpia spp. (Mempisang), Polyalthia spp. (Banitan, Glodokan), suku Thymelaeaceae jenis Aquilaria beccariana, A. malaccensis, A. microcarpa, (Gaharu), suku Tiliaceae jenis Pentace spp.(Kayu pinang), dan suku Malvaceae jenis Hibiscus tiliaceus (Waru). 4. Berwarna Campur (Mottled) : Pada kulit dalam tampak berwarna campur dari kemerah-merahan ( pink ), kream, dan kuning seperti pada jenis Irvingia malayana ( Bongin ) dan beberapa dari suku Meliaceae. Seperti Karet ( Rubbery ) ; Pada suku Hypericaceae jenis Cratoxylum arborescens (Gerunggang). 5. Berserat halus seperti sutera ;pada jenis Gonystylus spp. (Ramin). 42 6. Bermiang ; ada suku Lauraceae (Medang-medangan) dan suku Theaceae jenis Schima wallichii (Puspa) Bunyi Menciut (Hissing sound) ; Kelompok dari Dillenia spp. (Simpur); mengeluarkan bunyi mendesis setelah batang ditakik / dibacok., terentang (Camnosperma spp.) Bau 1. Bau Resin (Resinous smell); Pada suku Dipterocarpaceae marga Shorea dan Dipterocarpus, suku Burseraceae jenis Santiria spp., Canarium spp., dan suku Anacrdiaceae jenis Mangifera spp. (Mangga-manggaan). 2. Bau Bawang (Garlic Smell); Pada suku Olacaceae jenis Scorodocarpus borneensis (Kayu bawang , Kulim) atau pada Cedrela serrata (Surian Bawang). 3. Bau kapur Barus (Camphor Smell); Pada suku Dipterocarpaceae jenis Dryobalanops aromatica (Kapur). 4. Bau wangi / rempah (Aromatic Smell) terutama dari suku Lauraceae jenis Cinnamomum spp.(Kayu manis). 5. Bau kacang / buncis (Bean Smell) untuk anggota dari suku Leguminosae sub suku Mimosoideae jenis Parkia spp. (Petai) dll. 6. Bau Asam (Tamarind Smell) ; Pada suku Euphorbiaceae jenis Sapium baccatum (Merbatung), suku Sonneratiaceae jenis Duabanga moluccana (Binuang laki) 7. Bau Busuk (Foetid Smell); pada suku Leguminosae jenis senna nodosa 8. Bau kutu busuk (Bug Smell) ; Pada suku Rosaceae jenis Prunus sp. (Merlipas) 9. Bau Kelapa Muda; pada suku Juglandaceae jenis Engelhardia serrata (Kayu hujan). 10. Bau Empas Tebu; pada suku Ulmaceae jenis Gironniera nervosa (Empas Tebu). 11. Bau Sperma; pada suku Rutaceae jenis Melicope glabra (Sampang). 43 12. Bau Sperma wangi, pada suku Rutaceaea jenis Melicope luna-ankenda (Terutup) Warna Kulit Dalam 1. Merah daging ; pada Shorea pauciflora (Meranti merah) dan Baccaurea spp. ( Kapul-kapulan, jentikan ). 2. Merah Hati ; pada Styrax benzoin ( Kemenyan) 3. Merah muda / merah ; pada jenis meranti merah (Shorea dasyphylla), (Shorea acuta), (Shorea johorensis), (Shorea macrantha), (Shorea ovalis), (Shorea palembanica), (Shorea parvistipulata), (Shorea teysmanniana), (Shorea uliginosa), (Shorea smithiana). 4. Coklat kemerahan ; pada jenis meranti merah (Shorea almon), (Shorea balangeran ), (Shorea fallax), (Shorea leprosula),(Shorea monticola), (Shorea parvifolia), (Shorea pinanga ),( Shorea platycarpa ),( Shorea scabrida ). 5. Coklat / kuning pucat ; pada meranti merah, meranti kuning (Shorea amplexicaulis),(Shorea argentifolia), (Shorea longisferma), (Shorea macrobalanos), (Shorea macrophylla),(Shorea myrionerva), dan (Shorea pachyphylla). 6. Coklat kekuningan ; pada meranti merah dan meranti kuning (Shorea albida), (Shorea acuminatissima), (Shorea faguetiana), (Shorea faguetinoides), (Shorea ferruginea), (Shorea gibbosa), (Shorea dupalicata), (Shorea multiflora),(Shorea potoiensis), dan (Shorea rugosa). 7. Coklat pucat ; pada meranti merah (Shorea sagittata) dan Meranti kuning (Shorea xanthophylla ). 8. Berwarna seperti kopi ; pada meranti merah (Shorea scaberrima), (Shorea pilosa), (Shorea pubistyla). Kulit Tengah (lapisan tipis pada bagian luar dari bagian kulit hidup) ; 1. Warna merah cerah ; pada Shorea macroptera (Meranti Melandai). 2. Warna kuning ; pada Lophopetalum spp. (Perupuk) 3. Warna hijau ; pada Intsia palembanica (Merbau). 44 Pertanyaan : 1. Sebutkan istilah ilmiah untuk organ tubuh tumbuhan! 2. Sebutkan pengelompokan tipe banir dan permukaan kulit pohon berdasarkan family! 3. Sebutkan bentuk-bentuk dan tipe-tipe banir dan bentuk permukaan kulit pohon untuk identifikasi jenis! 4. Jelaskan tipe perakaran, banir dan kulit pohon untuk mendalami taksonomi tumbuhan 5. Sebutkan perbedaan tiap tipe banir! Acuan Pustaka Ardiansyah, 2003. Kunci Identifikasi 57 Jenis Pohon Shorea spp. di Dareah Kalimantan Selatan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Samarinda. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Ardiansyah, 2003. Kunci Identifikasi 80 Jenis Pohon Shorea spp. di Dareah Kalimantan Tengah. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Samarinda. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. 45 BAB VII. HERBARIUM Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami tata cara pembuatan herbarium 2. Mengetahui cara pengawetan organ tumbuhan untuk keperluan pendidikan 3. Memahami bagian-bagian tumbuhan untuk herbarium dalam hal identifikasi tumbuhan. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan tata cara pembuatan herbarium 2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengawetan organ tumbuhan untuk keperluan pendidikan 3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagian-bagian tumbuhan untuk herbarium dalam hal identifikasi tumbuhan. Materi Pembelajaran Herbarium menurut Lawrence (1962) adalah sekumpulan spesimen tumbuh- tumbuhan yang umumnya telah dikeringkan, dipres dan disusun secara berurutan menurut suatu sistem klasifikasi tertentu dan berguna untuk referensi (bahan acuan) atau untuk tujuan-tujuan ilmiah lainnya. Gedung tempat penyimpan herbarium juga disebut herbarium contoh Herbarium Bogoriense. Tujuan pengumpulan herbarium adalah untuk mengetahui nama dari tumbuhtumbuhan yang bersangkutan, dimana nama tersebut baru dapat diketahui setelah identitas dan hal-hal yang menyangkut objek tumbuh-tumbuhan itu daat diketahui. Maka agar orang dapat mengenal nama tumbuh-tumbuhan haruslah mendatangi tempat hidupnya (habitatnya) lalu mengumpulkan spesimen dan terakhir melakukan identifikasi. Untuk melaksanakan kegiatan identifikasi diperlukan bahan untuk identifikasi yaitu : 1. Identifikasi tumbuh-tumbuhan yang saat ini belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. 2. Identifikasi kembali tumbuh-tumbuhan yang oleh orang lain sudah diketahui nama dan tempatnya dalam sistem klasifikasi. 46 Apabila bahan herbarium yang diidentifikasikan itu ternyata merupakan tumbuh- tumbuhan yang belum dikenal dunia ilmu pengetahuan, maka terhadap bahan herbarium tersebut, harus dicoba untuk ditentukan nama dan tempatnya dalam sistem identifikasi. Sedangkan apabila bahan herbarium yang diidentifikasikan ternyata sudah dikenal, maka orang hanya me re-identifikasi saja dengan cara mencocokkan bahan yang ada atau menggunakan kunci determinasi. Langkah-langkah identifikasi : 1. Eksplorasi, yaitu kegiatan penjelajahan suatu wilayah tertentu dengan tujuan untuk mengenal nama semua kekayaan jenis tumbuhan di wilayah tersebut dengan melakukan koleksi. Tujuan eksplorasi adalah mengenal semua jenis tumbuhan yang ada di wilayah eksplorasi. Hal ini tidak bisa disamakan dengan kegiatan penelitian ekologi dengan metoda sampling, jadi disemua wilayah harus dijamah, sehingga diperlukan eksplorer yang benar-benar teliti. Kekayaan jenis tumbuhan di suatu wilayah atau tempat tertentu disebut flora, yang banyak dikenal contohnya flora van java, flora malesiana, dan sebagainya. 2. Koleksi, yaitu kegiatan pengumpulan spesimen tumbuhan dengan beberapa peralatan koleksi antara lain : a. Alat pengepres, berbentuk papan sepasang di lapisi kertas koran terdapat lobang ventilasi udara dan tali pengikat ukuran tertentu. b. Lempeng Almunium berombak (seng) untuk mengepres juga c. Gunting tanaman untuk memotong specimen d. Parang e. Etiket gantung untuk mencatat nomor pengumpulan, tanggal dan nama kolektor. f. Kantong herbarium untuk mengepak papan pres dalam jumlah tertentu. g. Sasak kayu, adalah alat pengepres specimen khusus untuk daerah subtropis. h. Kertas hisap, sebagai pelapis alat pengepres untuk mengeringkan cairan tumbuhan dalam hal pengeringan. i. Botol plastik untuk alat pengumpul specimen basah 47 j. Buku koleksi, untuk mencatat setiap informasi specimen yang dikumpulkan. Data yang harus ditulis antara lain : i. Nomor specimen ii. Nama Famili iii. Nama Genus iv. Nama Species v. Nama Daerah vi. Tempat penemuan vii. Habitat viii. Tanggal koleksi ix. Ketinggian dari permukaan laut x. Catatan lain yang diperlukan misalnya : habitus, tinggi maksimal, tinggi bebas cabang, diameter setinggi dada, ada tidaknya banir, getah, arsitektur pohonnya, bentuk hidupnya, warna kulit, daun, bunga, buah (yang mungkin akan hilang saat dikeringkan). k. Kantong biji l. Kertas penyangga specimen m. Kompor untuk mengeringkan specimen jika cuaca tidak bersahabat n. Oven/ Kotak tempat specimen dikeringkan dengan kompor o. Kertas karton p. Pemahat kayu untuk mengambil contoh kayu dan kulitnya. Metode pengumpulan spesimen ada dua macam yaitu : a. Metode kering, yaitu mengoleksi secara langsung spesimen di bawa ke laboratorium. Spesiemn diatur sebaik mungkin di atas kertas koran dan dipres dan dirangkai dalam suatu pigura. b. Metode basah, dilakukan khusus pada spesimen basah seperti buah, bunga, semai yang dimasukkan dalam suatu tabung tertentu berisi cairan formalin/alkohol gliserin. Spesimen dicuci bersih dan dibilas dengan alkohol 70% ditambah gliserin dengan perbandingan 3 : 1. 48 Perlakuan-perlakuan setelah di laboratorium a. Pengeringan, spesimen dikeringkan dengan alat pengering suhu 20, 40, 60 dan 800C tergantung tebal tipisnya bahan. Untuk disinfektan, spesimen yang akan dikeringkan disemprot menggunakan LPCP (Lauril Pentaklor penat) dilakukan sebanyak 2 kali. b. Penempelan herbarium, alat yang digunakan antara lain kertas hias, kertas penutup herbarium, benang dan jarum, pita perekat, gunting kertas, pinset, amplop, cap „poisoned“, dan lem. Teknik yang digunakan seperti membuat hiasan dinding dalam pigura dengan sistematika ilmiah. c. Penempelan label dan kunci determinasi dan label Institut. Label daerah dengan warna spesifik misal untuk benua Asia hijau, Afrika berwarna kuning, Australia berwarna coklat, Eropa berwarna pink, Belanda berwarna putih, Amerika dan Canada berwarna biru dan Amerika Selatan berwarna krem khusus jika akan dikirim ke Herbarium Internasional. Pertanyaan : 1. Apakah herbarium itu ? 2. Tujuan pembuatan herbarium adalah… 3. Sebutkan cara kerja alat pengepres specimen! 4. Spesimen apa sajakah yang wajib ada pada pembuatan herbarium? 5. Bagaimana cara kerja metode basah untuk herbarium ? Acuan Pustaka Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. 49 BAB VIII. ARSITEKTUR POHON Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami istilah yang digunakan dalam ilmu arsitektur pohon 2. Memahami pengelompokan pohon berdasarkan arsitekturnya 3. Memahami bentuk-bentuk arsitektur pohon beberapa famili pohon komersial 4. Menghafal jenis pohon komersial sesuai bentuk arsitekturnya. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Terampil memilahkan jenis berdasarkan bentuk arsitekturnya. 2. Terampil menggambar arsitektur pohon 3. Terampil menilai bentuk arsitektur pohon di lapangan. 4. Terampil memilahkan famili pohon berdasarkan bentuk arsitektur pohon. Materi Pembelajaran Adalah suatu kajian lanjut ilmu dendrologi yang mempelajari perbedaan bentukbentuk pertumbuhan pohon guna menggolongkan tanaman dalam kelompokkelompok yang lebih kecil. Kriteria penggolongan model berdasarkan 8 hal yaitu : 1. Axis sympodial/monopodial 2. Sifat pertumbuhan kontinu/ritmik 3. Titik tumbuh apical terbatas/tidak (Apical berhenti setelah timbul fase generatif 4. Filotaxis spiralis/districus 5. Influorescensia terminal (apikal)/lateralis 6. Arah percabangan plagiotropis/orthotropis 7. Cabang syleptik (plagiotropis pertama terpanjang dan terlebar)/ proleptik (orthotropis pertama terpendek berupa sisik daun) 8. Keluarnya cabang dari batang kontinu/ritmik Bentuk-bentuk arsitektur pohon tidak terikat hanya pada bentuk-bentuk pohon komersial saja, namun untuk keseluruhan bentuk pohon terutama yang ada di daerah tropis yang mempunyai beraneka ragam bentuk yang spesifik. Bentuk arsitektur 50 pohon bisa juga dijadikan acuan untuk pengklasifikasian tumbuhan terutama tumbuhan berkayu yang dipelajari dalam Dendrologi. Bentuk-bentuk arsitektur pohon menurut Halle & Oldeman 1970 secara garis besar dibagi dalam 23 model yaitu : 1. Holtum 8. Attim 15. Petit 22. Prevost 2. Tomlinson 9. Massart 16. Aubreville 23. Fagerlind 3. Corner 10. Roux 17. Theoretical I 4. Chamberlain 11. Troll 18. Theoretical II 5. Leuwenberg 12. Mc Clure 19. Theoritical III 6. Scarrone 13. Kwan koriba 20. Cook 7. Rauh 14. Schoute 21. Mangenot 1. Holtum Ciri-ciri model ini adalah : a. Pada saat masih muda mempunyai duduk daun (filotaxis) spiralis b. Axis batang tidak bercabang dan monopodial c. Inflourscensia apical d. Masa hidup terbatas oleh tumbuhnya bunga Monopodial berarti batang hanya satu tidak bercabang, setelah berbunga mati. Sympodial berarti bercabang, pada pisang termasuk sympodial karena batang pisang berada dalam tanah, yang muncul hanya pelepah daunnya saja yang menyerupai batang. Contoh tanaman model Holtum : Metroxylon solomonense ( sejenis sagu ) Agave spp.(Agave) Arenga sacharifera (aren) Corypha umbraculifera (sejenis palma) 51 Sketsa arsitektur model Holtum : Gambar 12. Model Holtum : Simbol spiralis : ritmik 2. Tomlinson Ciri-ciri model ini adalah : a. Derivate dari model Holtum dan Corner b. Axis batang bercabang (Sympodial ) dalam tanah c. Influorescensia apical d. Filotaxis spiralis e. Hidup terbatas Contoh : Imperata cylindrica (Alang-alang) Ananas cosmosus (Nanas) Musa paradisiaca ( Pisang ) Musa sapiensis ( Pisang ) Musa madagascarensis ( Pisang kipas ) 52 Gambar 13. Model Tomlinson 3. Corner Ciri-ciri model ini adalah : a. Mirip model Holtum, namun influorescensia lateralis b. Axis batang monopodial c. Filotaxis spiralis d. Hidup tidak terbatas Contoh : Elaeis guinensis (kelapa sawit) Cocos nucifera ( kelapa ) Arenga pinnata ( aren ) Carica pubescens ( pepaya Dieng ) Carica papaya (pepaya ) Cycas revoluta (pakis haji). 53 Gambar 14. Model Corner : Simbol spiralis 4. Chamberlain Ciri-ciri model ini adalah : a. Axis batang bercabang (Sympodial ) tidak bercabang b. Influorescensia terminalis c. Filotaxis spiralis Contoh : Clerodendron paniculatum (srigunggu) Gambar 15. Model Chamberlain : Simbol spiralis : ritmik 54 5. Leeuwenberg Model ini ditemukan oleh AJM Leeuwenberg tahun 1961. Ciri-ciri model ini adalah : a. Axis batang bercabang (Sympodial ) modul yang pertama endogen, modul berikutnya berhenti karena timbulnya bunga. Pohon yang semakin tinggi modul semakin pendek. ( Struktur pohon modular ) b. Influorescensia terminalis c. Filotaxis spiralis d. Struktur pohon seperti itu disebut modular Contoh : Jatropha gosiipiifolia ( buah roda ) Rauvolfia vomitoria Plumeria abtusa (kamboja putih ) Manihot esculenta ( ubi kayu ) Plumeria rubra ( kamboja merah ) Capsicum arboreum ( cabe ) Alstonia sericea Ricinus communis ( jarak ) Gambar 16. Model Leeuwenberg : Simbol spiralis 55 6. Scarrone Ciri-ciri model ini adalah : a. Merupakan perpaduan model antara Leuwenberg dan kwan koriba. b. Axis batang tidak bercabang (monopodial ) tumbuh tidak terbatas dan secara ritmik c. Cabang keluar dari batang secara ritmik sympodial d. Influorescensia apical e. Filotaxis spiralis Contoh : Mangifera indica ( mangga ) Peltophorum ferrugineum (johar cina) Mangifera odorata ( kweni ) Anacardium ocidentale ( jambu mete ) Mangifera lalijiwa ( mangga lalijiwa ) Pandanus tectorius ( Pandan duri ) Cassia siamea (johar) Spondias mombin (jenis kedondong). Gambar 17. Model Scarrone : Simbol spiralis : ritmik 56 7. Rauh Ciri-ciri model ini adalah : a. Axis batang tidak bercabang (monopodial ) tumbuh tidak terbatas dan secara ritmik . b. Cabang keluar dari batang secara ritmik monopodial dan merupakan fotokopi dari batang c. Infruorescensia lateralis d. Filotaxis spiralis Contoh : Arthocarpus communis ( kluwih ) Hevea braziliensis ( karet ) Canarium schweinfurthii (kenari afrika) Cecropia peltata (Pancasuda) Batang sympodial pasti influorescensianya tidak lateralis. 1. Inflourescensia terminalis. 2. Dalam satu family tidak mesti satu model/ bisa beda model. Gambar 18. Model Rauh : Simbol spiralis : ritmik 57 8. Attim Ciri-ciri model ini adalah : mirip Rauh namun ritmik a. Axis batang tidak bercabang (monopodial ) tumbuh tidak terbatas dan secara kontinu. b. Cabang-cabang keluar dari batang secara kontinu dengan arah prtotropis bersifat monopodial. c. Ranting keluar dari cabang juga secara kontinu d. Influorescensia lateralis e. Filotaxis spiralis Model ini jarang dijumpai, karena pertumbuhan kontinu, jika ritmik lebih toleran terhadap lingkungan. Contoh : Casuarina equisetifolia (Cemara ) Soneratia caseolaris (Bogem/perapat ) Rhizophora mangle (Bakau) Eucalyptus globulus (jenis eucalyptus) Garcinia gnetoides (manggis2an) Gambar 19. Model Attim : Simbol spiralis : ritmik 58 9. Massart Ciri-ciri model ini adalah : a. Axis batang tidak bercabang (monopodial ) tumbuh tidak terbatas secara ritmik b. Cabang-cabang keluar dari batang secara ritmik plagiotropis, dan bersifat monopodial. c. Influorescensia lateralis d. Filotaxis spiralis pada batang, sedangkan pada cabang districus Contoh : Diospyros spp. (jenis kayu hitam hamper semuanya bermodel ini) Caeba pentandra ( Randu ) Myristica fragrans ( pala ) Agathis borneensis ( damar ) Shorea ovalis ( meranti merah ) Jenis-jenis Ebenaceae (Diospyros sp.) Duabanga spp. ( Binuang ) Gambar 20. Model Massart : Simbol spiralis : ritmik 59 10. Roux Ciri-ciri model ini adalah : a. Batang monopodial tidak terbatas tumbuh secara kontinu, plagiotropis b. Infruorescensia lateralis c. Filotaxis spiralis pada batang, sedangkan pada cabang districus Contoh : Gnetum gnemon ( mlinjo ) Chrysophyllum subnudum Cananga odorata ( kenanga ) Coffea Arabica ( kopi arabika ) Durio Zibethinus ( Durian ) Shorea pinanga ( Tengkawang ) Xylopia aethiopica (di tn sebangau) Hopea odorata ( merawan ) Gambar 21. Model Raux : Simbol spiralis : ritmik 60 11. Troll Ciri-ciri model ini adalah : a. Suatu arsitektur yang terbentuk oleh penumpukan cabang yang semula orthotropis kemudian membengkok menjadi plagiotropis b. Umumnya influorescensia lateralis c. Filotaxis spiralis pada batang, cabang districus d. Tajuk menyerupai payung Contoh : Delonix regia ( Flamboyan ) Parkea roxburghii ( petai ) Pterocarpus indicus ( Sono kembang ) Anona muricata ( Sirsat ) Chrysophyllum cainito ( Genitru ) Psidium guajava ( Jambu biji ) Averhoa bilimbi ( Belimbing manis ) Paraserianthes falcataria ( Sengon ) Samanea samman ( Trembesi ) Strephonema pseudocola Gambar 22. Model Troll : Simbol spiralis : ritmik 61 12. Mc Clure Ciri-ciri model ini adalah : a. Batang sympodial, sama dengan model roux tapi batang ada dibawah tanah. Batang diatas tanah orthotropis menjadi plagiotropis dan monopodial. Cabang plagiotropis. b. Infruorescensia lateralis c. Filotaxis batang spiralis, cabang districus Contoh : Dendrocalamus asper (bambu petung) Gigantochloa apus ( bambu apus ) Bambusa bambos ( bambu ori ) Bambosa vulgaris ( bambu kuning ) Bambosa atroviolacea(bambu wulung) Gambar 23. Model Mc. Clure : Simbol spiralis : ritmik 62 13. Kwan Koriba Ciri-ciri model ini adalah : a. Tumbuh berhenti melalui beberapa modul yang mengulangi hal-hal yang sama sehingga tumbuh modul lagi lalu dari beberapa modul tersebut hanya satu yang tumbuh ke atas yang lainnya tumbuh menyamping. Hal ini terjadi hingga akhir pertumbuhan. b. Batang sympodial orthotropis c. Cabang simpodium plagiotropis d. Influorescensia apical/terminalis e. Filotaxis spiralis f. Perawakan/arsitektur bersifat moduler g. Cabang terdiri atas 3 dimensi h. Kalau sudah tua batang lurus, waktu mudanya bengkok Contoh : Ochroma bicolor ( Balsa ) Cerbera odollata ( Bintaro ) Cerbera manghas Alstonia macrophylla ( mirip Pulai ) Gambar 24. Model Kwan Koriba : Simbol spiralis : ritmik 63 14. Schoute Model ini ditemukan oleh JC. Shoute 1909. Ciri-ciri model ini adalah : a. Axis batang seharusnya monopodial tetapi terbelah langsung menjadi 2 seksi sehingga menyerupai sympodial. b. Influorescensia lateralis atau apical c. Filotaxis spiralis d. Monopodial plagiotropis dengan filotaksis distichous dan filotaxis cabang spiral. Contoh : Phyllanthus sp ( salam ) Theobroma cacao ( kakao) Coffeea Arabica ( kopi ) Diospyros celebice ( eboni ) Gambar 25. Model Schoute : Simbol spiralis : ritmik 64 15. Petit Ciri-ciri model ini adalah : 1. Tumbuh berhenti melalui beberapa modul yang mengulangi hal-hal yang sama sehingga tumbuh modul lagi lalu dari beberapa modul tersebut hanya satu yang tumbuh ke atas yang lainnya tumbuh menyamping. Hal ini terjadi hingga akhir pertumbuhan. 2. Axis batang monopodial 3. Cabang berhadapan 4. Influorescensia lateralis 5. Filotaxis spiralis Contoh : Family Icacinaceae Gossypium arboretum Morinda lucida Gambar 26. Model Petit : Simbol spiralis : ritmik 65 16. Prevost Ciri-ciri model ini adalah : i. Tumbuh berhenti melalui beberapa modul yang mengulangi hal-hal yang sama sehingga tumbuh modul lagi lalu dari beberapa modul tersebut hanya satu yang tumbuh ke atas yang lainnya tumbuh menyamping. Hal ini terjadi hingga akhir pertumbuhan. j. Batang sympodial orthotropis k. Cabang simpodium plagiotropis l. Influorescensia apical/terminalis m. Filotaxis spiralis n. Perawakan/arsitektur bersifat moduler o. Cabang pada model prevot 2 dimensi p. Kalau sudah tua batang lurus, waktu mudanya bengkok Contoh : Alstonia scholaris(pulai) Lasianthera africana (fam. Icacinaceae) Gambar 27. Model Prevost : Simbol spiralis : ritmik 66 Pertanyaan : 1. Apakah yang dimaksud dengan monopodial dan sympodial ? 2. Apakah yang dimaksud dengan percabangan ritmik ? 3. Apakah yang saudara ketahui dengan percabangan disticus? 4. Apakah yang dimaksud dengan filotaxis? 5. Apakah model arsitektur pohon selamanya menentukan famili pohon yang bersangkutan? Jelaskan! Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. 67 BAB IX. KUNCI DETERMINASI TUMBUHAN KAYU Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami cara mendeterminasi tumbuhan kayu 2. Mengetahui tata nama lokal dan nama ilmiah tumbuhan kayu khusus jenis Dipterocarpaceae untuk Kalimantan Tengah dan Selatan Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu mempraktekkan cara mendeterminasi tumbuhan kayu 2. Mahasiswa mampu mennghafal tata nama lokal dan nama ilmiah tumbuhan kayu khusus jenis Dipterocarpaceae untuk Kalimantan Tengah dan Selatan Materi Pembelajaran Indonesia memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang tidak dimiliki negara lain. Lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga dataran tinggi, dari daerah tropik hingga daerah sejuk. Jenis-jenis pohon di Indonesia sangat banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuh- tumbuhan Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya maupun sifatnya. Sedangkan kurang lebih 400 jenis diantaranya mempunyai nilai perdagangan dibidang hasil kayunya. Selain hasil kayu ini tentu masih ada hasil lainnya seperti hasil kulit, getah, buah dan lain-lain yang kesemuanya masih memerlukan penggarapan para pakarnya. Shorea terdiri atas sekitar 195 jenis dan variasi dalam marganya sangat besar. Pembagian botaninya menjadi sub-divisi dalam banyak kasus berkaitan dengan kelompok-kelompok yang dikenal dipenggergajian dan pasar kayu. Deskripsi jenis dalam kunci jenis shorea yang terdapat di daerah Kalimantan Selatan ada sekitar 57 jenis Shorea. Untuk mempelajari identifikasi / determinasi tanaman kehutanan, khususnya pohon yang menghasilkan kayu, getah, kulit, buah dan lain-lainnya dalam perdagangan memerlukan tahapan praktek identifikasi atau determinasi di lapangan maupun di laboratorium secara terus-menerus 68 yang dimulai dari identifikasi organ tubuh pohon yang dapat digunakan penentuan kelompok / golongan pohon secara tepat. Pepohonan yang terdapat di hutan tropika Indonesia memiliki sifat-sifat morfologi yang sangat beraneka-ragam. Secara umum pepohonan memiliki bagian-bagian yang dapat digunakan untuk mengenalnya. Bagian-bagian tersebut adalah batang, tajuk, dahan dan ranting, kuncup, bunga dan buah. Secara umum batang pepohonan di dalam hutan mempunyai sifat yang beranekaragam yang dapat dikelompokkan berdasarkan sifat morfologi bagian luar dan bagian dalamnya. Sifat morfologi bagian luar yang dimaksud adalah diameter pohon yang diambil 50 cm ke atas dar sifat-sifat yang mudah dilihat atau diraba tanpa menggunakan parang atau alat lainnya, sedangkan sifat morfologi bagian dalam adalah sifat-sifat dapat dilihat setelsh batang ditakik dengan parang. Untuk identifikasi tumbuhan secara baik dan benar harus dikombinasikan dengan pengenalan morfologi seranting daun. Dalam kegiatan penanamaan ilmiah suatu jenis tumbuhan diperlukan data dan bukti ilmiah yang dapat ditelusuri kembali oleh para ahli tumbuhan, baik yang sezaman maupun dari generasi berikutnya. Bukti ilmiah yang umum dijadikan bahan penulusuran, selain berupa barang cetakan yaitu buku-buku monografi tumbuhan juga berupa koleksi material herbarium. Koleksi material herbarium tersebut terdiri atas contoh daun, kuncup dan bunga atau buah jika ada, yang melekat pada ranting yang telah diproses sedemikian rupa sehingga dapat disimpan lama. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pengenalan morfologi seranting daun , kulit luar, dan kulit dalam sangat penting dalam menentukan nama ilmiah suatu jenis tumbuhan. Bahwa kegiatan menentukan nama ilmiah suatu jenis tumbuhan disebut kegiatan identifikasi atau determinasi. Jika kita memiliki seranting daun dari pohon yang akan ditentukan nama ilmiahnya maka determinasi dilakukan berdasarkan koleksi material herbarium yang telah diberi nama ilmiah oleh ahli taxonomi tumbuhan. Untuk mengelola hutan seharusnya mengetahui banyak ilmu dasar kehutanan antara lain Biologi Tumbuhan, statistik, dendrologi, Dasar genetika, Embriologi, silvicultur umum, Fisiologi dan sebagainya. Berikut adalah ulasan sekilas mata kuliah Dendrologi guna mengetahui kekerabatan tanaman yang akan disilangkan. Contoh jenis dalam famili berikut yang ditulis hanya jenis komersial kehutanan saja. 69 Tiap famili mempunyai penggolongan-penggolongan tersendiri menurut aturan binomial namenclature dimana dibawah famili mempunyai ordo dan species yang beraneka ragam berdasarkan ciri-ciri tiap anggota kelompok tersebut. Famili-famili tersebut antara lain : 1. Coniferaceae 2. Anacardiaceae 19. Sterculariaceae 3. Apocynaceae 20. Theaceae 4. Bombacaceae 21. Verbenaceae 5. Casuarinaceae 22. Tiliaceae 6. Lecitidaceae 23. Ebenaceae 7. Dipterocarpaceae 24. Anonaceae 8. Euphorbiaceae 25. Myrtaceae 9. Meliaceae 26. Myristicaceae 10. Leguminosae 27. Rhizoporaceae a. Mimosaceae 28. Rubiaceae b. Papilinoiceae 29. sapindaceae c. Caesalpinaceae 30. Thymilariaceae 11. Moraceae 31. Sapotaceae 12. Myrtaceae 32. Sterculariaceae 13. Myristicaceae 33. Theaceae 14. Rhizoporaceae 34. Verbenaceae 15. Rubiaceae 35. Tiliaceae 16. sapindaceae 36. Ebenaceae 17. Thymilariaceae 37. Anonaceae 18. Sapotaceae Berikut contoh kunci determinasi yang dibuat oleh Departemen Kehutanan khusus untuk mengidentifikasi jenis-jenis family Dipterocarpaceae di daerah Kalimantan tengah dan Kalimantan Selatan. 70 Kunci lapangan marga Dipterocarpaceae 1. a. Batang berbanir …………………………………………………………. 2 b. Batang tidak berbanir …………………………………………………… 8 2. a. Batang berbanir papan atau berjangkang ……………………………… 3 b. Batang berbanir kuncup ………………….…………………………….. 4 3. a. Kulit dalam berserat, berwarna kemerahan, kekuningan, coklat kemerahan atau kuning pucat, urat daun sekunder menyirip atau tipe dryobalanoid …………………………………………………………… Hopea b. Kulit dalam berserat, berwarna kuning, urat daun sekunder sambung dan menjerat ( looping ) ……………………………………………. Anisoptera 4. a. Kulit batang bersisik …………………………………………………… 5 b. Kulit batang tidak demikian …………………………………………… 6 5. a. Urat daun sekunder menyirip mendatar rapat, permukaan bawah daun licin ………………………………………………………………… Dryobalanops b. Urat daun sekunder menyirip, permukaan bawah daun licin atau berbulu berwarna putih …………………………………………………… 6. a. Kulit batang bersisik dan berlentisel atau beralur dan berlentisel …. Upuna 7 b. Kulit batang licin bergelang , beralur dangkal - dalam , beralur, beralur bersisik ……………………………………………………….. Shorea 7. a. Kulit batang bersisik dan berlentisel, daun berukuran besar, tepi helaian daun bergelombang atau berombak …………………… Dipterocarpus b. Kulit batang beralur dan berlentisel, daun agak kecil atau kecil , tepi helaian daun rata …………………………………………… Parashorea 8. a. Kulit batang licin atau licin retak, permukaan atas daun bila kering coklat muda, urat daun sekunder sambung dan menjerat ( looping ) ……………………………………………………………………. Cotylelobium b. Kulit batang licin bergelang, permukaan atas daun bila kering hijau kekuning-kuningan, urat daun sekunder menyirip tidak sempurna .. …………………………………………………………………………. Vatica 71 CARA MENGGUNAKAN KUNCI DETERMINASI POHON DI LAPANGAN Kunci determinasi atau identifikasi yang tersebut dapat digunakan sepanjang jenis yang diidentifikasi telah tertuang di dalam kunci tersebut. Membaca kunci harus dimulai dengan memperhatikan dasar-dasar pemilahannya, misalnya jika kunci determinasi tersebut dimulai dengan kulit batang / seranting daun. Kunci Identifikasi 57 jenis pohon yang didasarkan pada sifat – sifat morfologi batang , banir, dan daun serta kunci identifikasi 10 jenis penghasil tengkawang yang didasarkan pada sifat-sifat seranting daun. Untuk mengidentifikasi di lapangan , bandingkan sifat-sifat yang terdapat di lapangan Seperti kulit batang dengan teliti dan benar yang tertera pada kunci identifikasi , misalnya mulai dari no. 1, lalu pindah ke nomor 2a ( Kulit batang licin bergelang atau licin bergelang dan bersisik ) , kemudian pindah ke nomor 3a ( Kulit batang licin bergelang, kulit dalam coklat merah jambu , urat sekunder 12 – 19 pasang, tangkai daun panjang 2,4 – 3,4 cm ..... Shorea stenoptera atau sebaliknya 3b. ( Kulit batang licin bergelang, retak dan bersisik , kulit dalam , urat sekunder tidak demikian , lihat 4 a ( kuliit dalam coklat kekuningan, urat sekunder 11 – 14 pasang, tangkai daun panjang 1 – 1,6 cm ..............Shorea ferruginea berati jenis tersebut sudah ketemu dan seterusnya, sampai sifat-sifat jenis pohon di lapangan / seranting daun yang akan diidentifikasi sesuai dengan sifat-sifat jenis pohon yang ada pada kunci identifikasi yang digunakan. Teknik penelusuran uraian yang tercantum pada kunci identifikasi lapangan / Seranting daun yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1. 1a, 2a, 3a, …………………………………………………….. Shorea stenoptera 2. 1a, 2a, 3b, 4a, ….......…………………………………………. Shorea ferruginea 3. 1a, 2a, 3b, 4b, ………………………………………………… Shorea pinanga 4. 1a, 2b, 5a, 6a, .....…………………………………………….. Shorea palembanica 5. 1a, 2b, 5a. 6b …….......………………………………………. Shorea splendida 6. 1a, 2b, 5b, 7a, 8a, …………………………………………… Shorea inappendiculata 7. 1a, 2b, 5b, 7a, 8b ...................................................................... Shorea superba 8. 1a, 2b, 5b, 7b, 9a, 10a .............................................................. Shorea foxworthyi 9. 1a, 2b, 5b, 7b, 9a, 10b............................................................... Shorea mecistopteryx 72 10. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11a, 12a ...................................................... Shorea multiflora 11. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11a, 12b ...................................................... Shorea leptoderma 12. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13a, 14a .............................................. S. agamii ssp.diminuta 13. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13a, 14b .............................................. Shorea polyandra 14. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15a, 16a ....................................... Shorea angustifolia 15. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15a, 16b ....................................... Shorea amplexicaulis 16. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17a ....................................... Shorea johorensis 17. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19a, 20a ............... Shorea pauciflora 18. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19a, 20b, ............. Shorea ovata 19. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21a ............... Shorea platyclados 20. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 22a ....... Shorea kunstleri 21. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 23a, 24a . Shorea micans 22. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 23a, 24b, 25a, .................... ...... ................................................................................................... Shorea brunnescens 23. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 23a, 24b, 25b. ......................... .................................................................................................. 24. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 23b, 26a Shorea havilandii Shorea longisperma 25. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 23b, 26b, 27a ........................... ................................................................................................. Shorea falcifera 26. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18a, 19b, 21b, 23b, 26b, 27b ......................... ................................................................................................. Shorea obscura 27. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28a, ................... Shorea crassa 28. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29a, ............ Shorea guiso 29. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30a, 31a, Shorea hopeifolia 30. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30a, 31b, Shorea atrinervosa 31. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 32a, 33a, ......................... .......................................................................................................... 32. Shorea laevis 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 32b, 33b, 34a, ................ ......................................................................................................... Shorea lunduensis 33. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 32b, 33b, 34b, 35a, ........ ......................................................................................................... Shorea hypoleuca 73 34. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 32b, 33b, 34b, 35b, ........ .......................................................................................................... Shorea seminis 35. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 32b, 36a, 37b. ........ ........................................................................................................... Shorea maxwelliana 36. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 36a, 37a, 38a, ................ ........................................................................................................... Shorea scrobiculata 37. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 36a, 37a, 39a, ................... ................................................................................................................... Shorea isoptera 38. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 36a, 37a, 39b, ................... ............................................................................................................... Shorea falcifeoides 39. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 36b, 40a, .. Shorea ladiana 40. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 36b, 40b, 41a, ................... .................................................................................................................. Shorea materialis 41. 1a, 2b, 5b, 7b, 9b, 11b, 13b, 15b, 17b, 18b, 28b, 29b, 30b, 36b, 40b, 41b, .................... .........................................................................................Shorea assamica ssp. philippinensis 42. 1b, 42a, 43a, ................................................................................... Shorea scabrida 43. 1b, 42a, 43b, .................................................. Shorea parvistipulata ssp. parvistipulata 44. 1b, 42b, 44a, 45a, ................................................ Shorea parvifolia ssp. parvifolia 45. 1b, 42b, 44a, 45b, ................................................ Shorea parvifolia ssp. velutinata 46. 1b, 42b, 44b, 46a, 47a, .................................................................. Shorea leprosula 47. 1b, 42b, 44b, 46a, 47b, .................................................................. Shorea platycarpa 48. 1b, 42b, 44b, 46b, 48a, 49a, ............................................................. Shorea retusa 49. 1b, 42b, 44b, 46b, 48a, 49b, 50a, .................................................... Shorea balangeran 50. 1b, 42b, 44b, 46b, 48a, 49b, 50b, ................................................... Shorea tysmanniana 51. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51a, 52a, ........................................................ Shorea smithiana 52. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51a, 52b, ................................................... Shorea exelliptica 53. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51b, 53a, 54a, .................................... Shorea ovalis spp. ovalis 54. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51b, 53a, 54b, .................................................. Shorea gibbosa 55. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51b, 53b, 55a, ............................................... Shorea lamellata 56. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51b, 53b, 55b, 56a, ......................................... Shorea virescens 57. 1b, 42b, 44b, 46b, 48b, 51b, 53b, 55b, 56b, ....................................... Shorea lamellata 74 KUNCI IDENTIFIKASI 57 JENIS POHON BALAU, MERANTI MERAH, MERANTI PUTIH DAN MERANTI KUNING ( Shorea spp. ) DI LAPANGAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN 1. a. Kulit batang licin bergelang ; licin bergelang dan bersisik; licin bergelang dan retak; licin kemudian bersisik; licin, beralur dangkal dan bersisik ; licin,beralur sedang dan bersisik; licin ,bopeng dan bersisik ; licin bergelang dan berlentisel ; licin , retak dan bersisik ; licin, retak dan mengelupas menjadi sisik kecil ; licin, bersisik dangkal ; bersisik ; bersisik rapat merata dengan retak-retak panjang ; bersisik halus ; bersisik mengelupas ; bersisik tidak beraturan ; retak-retak ; retak dangkal ; dan retak bersisik ................................................................................. 2 b. Kulit batang beralur dangkal ; beralur dangkal kemudian bopeng ; beralur dangkal bergelang tidak sambung ; beralur sedang ; beralur dalam ; beralur lebar ; beralur rapat ; beralur dan bersisik ; beralur dan bersisik besar ....................................................................... 2. 42 a. Kulit batang licin bergelang atau licin bergelang dan bersisik ............. 3 b. Kulit batang tidak demikian …………………………………….…. 5 3. a. Kulit batang licin bergelang , kulit dalam coklat merahjambu, bentuk daun bulat panjang , Urat daun sekunder 12 - 19 pasang, tangkai daun panjang 2,4 - 3,4 cm……………...…………......…Shorea stenoptera b. Kulit batang licin bergelang , retak dan bersisik, dan urat daun sekunder tidak demikian .................................................................... 4 4. a. Kulit dalam coklat kekuningan, urat daun sekunder 11 - 14 pasang, tangkai daun panjang 1 – 1,6 cm .................................... Shorea ferruginea b. Kulit dalam coklat merah jambu pucat, urat sekunder 10 – 16 pasang, , tangkai daun panjang 1,3 – 2,8 cm ........................................... Shorea pinanga 5. a. Kulit batang licin bergelang dan retak ……………………………... b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………….. 6 7 6. a. Kulit dalam merah jambu , urat daun sekunder 12 - 17 pasang , daun yang kering coklat kehitam-hitaman ………………………… Shorea pelembanica b. Kulit dalam merah jambu pucat, urat daun sekunder 10 - 13 pasang, 75 daun yang kering coklat lembayung ………………………….. Shorea splendida 7. a. Kulit batang licin kemudian bersisik ………………………………… 8 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………... 9 8. a. Kulit dalam coklat kemerahan , urat daun sekunder 10 - 24 pasang, tangkai daun panjang 1,3 – 3 cm, permukaan bawah daun yang kering berwarna kream atau putih ................................Shorea inappendiculata b. Kulit dalam coklat kekuningan, urat daun sekunder 16 - 24 pasang tangkai daun panjang 1 – 1,5 cm, permukaan bawah daun yang kering berwarna keputihan atau keperakan ............................. Shorea superba 9. a. Kulit batang licin, beralur sedang dan bersisik ……….………….. 10 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………..… 11 10. a. Kulit dalam berwarna coklat tua, urat daun sekunder 8 - 15 pasang, tajuk rapat, setengah bulat ………………………………… Shorea foxworthyi b. Kulit dalam berwarna coklat jingga,urat daun sekunder 16 - 23 pasang, tidak beraturan, terbuka …….………………… Shorea mecistopteryx 11. a. Kulit batang licin, bopeng dan bersisik atau licin bergelang dan berlentisel ................................................................................................. b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………….. 12 13 12. a. Kulit batang licin, bopeng dan bersisik, daun berukuran agak kecil, urat daun sekunder 7 - 10 pasang , permukaan atas daun yang kering coklat .....................................................................................Shorea multiflora b. Kulit batang licin, bergelang dan berlentisel , daun berukuran besar, urat daun sekunder 7 – 12 pasang, permukaan atas daun yang kering coklat kemerahan ..........................................................................Shorea leptoderma 13. a. Kulit batang licin, retak dan bersisik ………………………………. 14 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………… 15 14. a. Damar kelabu tembus cahaya , kulit dalam berlapis, bentuk daun bulat telur menyempit, panjang, 4,5 - 10,5 cm, lebar 2,5 - 4,8 cm …....................................................Shorea agamii ssp. diminuta b. Damar hitam atau kuning , kulit dalam berserat, bentuk daun lanset atau ellips sempit, panjang 5,8 - 13 cm, lebar 2,8 - 5 cm .... Shorea polyandra 76 15. a. Kulit batang licin, retak dan mengelupas menjadi sisik kecil …….. 16 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………… 17 16. a. Pohon kecil sampai sedang ( diameter 60 cm ), urat daun sekunder 6 - 10 pasang, daun sempit, bentuk daun lanset, buah tidak bersayap ………………………………………………………. Shorea angustifolia b. Pohon sedang sampai besar ( diameter sampai 130 cm ), urat daun sekunder 9 - 14 pasang, bentuk daun elllips atau bulat telur, buah bersayap …………………….………………………….. Shorea amplexicaulis 17. a. Kulit batang licin, bersisik dangkal, damar kream, daun yang tua lobang-lobang ………………….……………………………… Shorea johorensis b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………. 18 18. a. Kulit batang bersisik ……………………………………………. 19 b. Kulit batang tidak demikian …………...………………………… 28 19. a. Kulit dalam merah jambu sampai merah mendaging ...................... 20 b. Kulit dalam tidak demikian ............................................................ 21 20. a. Damar mirip susu atau coklat kelabu , urat sekunder 7 – 12 pasang, daun yang kering coklat tua , pohon sampai 1200 m dpl .......... Shorea pauciflora b. Damar kuning pucat, urat daun sekunder 7 – 10 pasang, daun yang coklat , pohon di hutan Dipterocarps di atas 600 m dpl ............... Shorea ovata 21. a. Kulit dalam coklat merah - kuning, urat daun sekunder 12 - 25 pasang , urat tengah tajam……..................……………………… Shorea platyclados b. Kulit dalam tidak demikian …………………………..……….. 22 22. a. Kulit dalam coklat jingga, urat daun sekunder 6 - 9 pasang ….. Shorea kunstleri b. Kulit dalam dan urat daun tidak demikian ....................................... 23. a. Kulit dalam coklat kekuningan 23 .................................................. 24 b. Kulit dalam tidak demikian ....................................................... 26 24. a. Urat daun sekunder 7 atau 8 pasang, pangkal daun tidak simitris . b. Urat daun sekunder > 8 pasang, pangkal daun simitris ............... Shorea micans 25 25. a. Urat daun sekunder 9 – 14 pasang, permukaan atas daun kering coklat kelabu, umumnya terdapat pada ketinggian 400 – 800 m atau sampai 1500 m dpl ............................................................. Shrea brunnescens 77 b. Urat daun sekunder 8 – 15 pasang, permukaan atas daun yang Kering pucat, terdapat pada hutan rawa dan gambut .................... Shorea havilandii 26. a. Kulit dalam coklat seperti kopi, urat daun sekunder 10 – 13 pasang, permukaan atas daun kering coklat kemerahan , gundul, bawah daun coklat pucat, berbulu pendek di permukaan dan di urat ............ Shorea longisperma b. Kulit dalam tidak demikian ........................................................... 27 27. a. Kulit dalam coklat – kuning , damar mirip susu, urat daun sekunder 6 – 10 pasang, permukaan atas daun kering coklat kelabu, bawah daun coklat berbulu pendek atau gundul .................................... Shorea falcifera b. Kulit dalam coklat muda, damar kuning, urat daun sekunder 7 – 9 pasang , permukaan atas daun kering kekuningan pucat atau coklat kelabu, bawah daun keperakan, gloucous , coklat kelabu, gundul atau berbulu rapat atau jarang ......................................................... Shorea obscura 28. a. Kulit batang bersisik rapat merata dengan retak-retak panjang, kulit dalam coklat kekuningan, urat daun sekunder 10 - 15 pasang …………………………………………....……………. Shorea crassa b. Kulit batang tidak demikian ……………………….………….. 29 29. a. Kulit batang bersisik lunak, kulit dalam coklat merah jambu, urat daun sekunder 11 - 19 pasang ………………………… Shorea guiso b. Kulit batang tidak demikian …………………………………….. 30 30. a. Kulit batang bersisik mengelupas .................................................... 31 b. Kulit batang tidak demikian ............................................................ 32 31. a. Damar berwarna hitam atau putih pada permukaannya, dalam coklat pucat, urat daun sekunder kulit 7 - 11 pasang … Shorea hopeifolia b. Damar berwarna kuning atau coklat kelabu, kulit dalam coklat tua, urat sekunder 9 - 12 pasang ……………………… 32. Shorea atrinervosa a. Kulit batang bersisik tidak beraturan ............................................... 33 b. Kulit batang tidak demikian ........................................................... 36 33. a. Kulit dalam coklat – merah gelap, urat daun sekunder 10 – 20 pasang, permukaan atas dan bawah daun licin mengkilat ............................ Shorea laevis b. Kulit dalam coklat kekuningan, urat daun sekunder < 20 pasang , 78 permukaan atas dan bawah daun tidak demikian ............................ 34 34. a. Urat daun sekunder 11 – 15 pasang , daun tebal seperti kulit, tangkai daun tidak berbulu .................................................................. Shorea lunduensis b. Urat daun sekunder > 15 pasang, daun tebal, tangkai daun berbulu ... 35 35. a. Urat daun sekunder 10 – 17 pasang, permukaan bawah daun kering kekuningan , sudut urat daun sekunder tidak bersudut tajam ( < 30 0 ) ................................................................................ Shorea hypoleuca b. Urat daun sekunder 9 – 17 pasang, permukaan bawah daun kering kelabu atau gloucous pada daun muda, ranting dan kuncup , sudut urat daun sekunder bersudut tajam ( > 30 o ).............................. 36. a. Kulit batang retak-retak atau retak dangkal Shorea seminis ................................ 37 b. Kulit batang retak dan bersisik atau beralur tidak beraturan ........ 40 37. a. Kulit batang retak-retak ................................................................ 38 b. Kulit batang retak dangkal, damar mirip susu, urat daun sekunder 7 – 12 pasang .......................................................................... Shorea maxwelliana 38. a. Damar berwarna coklat kelabu, urat daun sekunder 9 – 17 pasang, tangkai daun pendek , panjang 0,8 – 1,3 cm .......................... Shorea scrobiculata b. Damar berwrana hitam, urat daun dan tangkai daun tidak demikian .................................................................................... 39 39. a. Urat daun sekunder 9 - 11 pasang, tangkai daun yang kering hitam, panjang 1,3 – 2,1 cm, pangkal daun membulat ( simitris ), tepi daun sering bergelombang ....................................................... Shorea isoptera b. Urat daun sekunder 8 – 12 pasang , tangkai daun yang kring tidak hitam, panjang 1,4 – 2,4 cm, pangkal daun tidak simitris , tepi daun tidak bergelombang ........................................................ Shorea falciferoides 40. a. Urat daun sekunder 5 atau 6 pasang, kulit dalam coklat kekuningan, damar mirip susu .................................................................... Shorea ladiana b. Urat daun sekunder > 6 pasang, kulit dalam dan damar tidak demikian ..................................................................................... 41 41. a. Urat daun sekunder 8 – 12 pasang, kulit dalam coklat gelap , berserat, damar kuning coklat, kulit batang retak dan bersisik , 79 daun berukuran besar panjang 8 – 17 cm, pangkal daun tidak simitris, bawah daun berbulu halus berwarna kream, tumbuh di hutan kreangas .......................................................................... Shorea materialis b. Urat daun sekunder 10 - 15 pasang, kulit dalam putih dan merah jambu pucat, berlapis, damar tembus cahaya, kulit batang ber alur tidak beraturan, daun berukuran kecil, panjang 4 – 10 cm, pangkal daun simitris , membulat , bawah daun coklat, tumbuh di hutan dataran rendah ................................................. Shorea assamica ssp. philippinensis 42. a. Kulit batang beralur dangkal ….. ……………………………..… b. Kulit batang tidak demikian 43 ………………………………….... 44 43. a. Kulit batang beralur dangkal , kulit dalam berwarna merah tua coklat, urat sekunder 8 - 12 pasang ……….......…………. Shorea scabrida b. Kulit batang beralur dangkal kemudian bopeng , kulit dalam berwarna Merah jambu pucat atau coklat pucat sampai coklat kemerahan , urat daun sekunder 13 – 21 pasang ..... Shorea parvistipulata ssp. parvistipulata 44. a. Kulit batang beralur dangkal dan bergelang tidak sambung, terdapat domatia ( rumah kutu ) tidak sambung pada permukaan bawah daun di kiri kanan urat tengah ................................................................... 45 b. Kulit batang tidak demikian ............................................................... 46 45. a. Permukaan atas dan bawah daun yang kering licin - kasap, berwarna coklat, ureat daun sekunder 9 - 13 pasang …….. ………………………………………………… Shorea parvifolia ssp. parvifolia b. Permukaan atas dan bawah daun yang kering kasap, berwarna coklat kemerahan, uurat daun sekunder 9 - 14 pasang ……...... ………….....………………………………….... Shorea parvifolia ssp. velutinata 46. a. Kulit batang beralur dangkal sedang ……....……………......… 47 b. Kulit batang tidak demikian …………… …………………...... 48 47. a. Pohon tumbuh dihutan dataran rendah dibawah 700 m dpl, damar mirip susu, permukaan bawah daun dikiri kanan urat primer terdapat domatia ( rumah kutu ) sambung, urat sekunder 10 - 16 pasang …......................................................................... Shorea leprosula 80 b. Pohon tumbuh di hutan kreangas < 400 m dpl, damar berwarna kuning, permukaan bawah daun dikiri kanan urat primer tidak terdapat domatia ( rumah kutu ) sambung , urat daun sekunder 12 – 18 pasang .................................................................... 48. a. Kulit batang beralur dalam Shorea platycarpa ………………………………… 49 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………. 51 49. a. Pohon hanya terdapat pada hutan kreangas , kulit dalam coklat kuning atau coklat pucat , banir pendek, urat daun sekunder 9 - 13 pasang , ujung daun tumpul ………….................…….. Shorea retusa b. Pohon hanya terbatas pada hutan rawa - gambut , banir tinggi, kulit dalam , urat daun sekunder dan ujung daun tidak demikian ... 50 50. a. Kulit dalam coklat – merah, daun besar panjang 7 – 12,8 cm , lebar 3,1 – 6,8 cm , urat daun sekunder 10 – 18 pasang , permukaan bawah dan urat primer daun yang kering berwarna kuning karat…...................................................................… Shorea balangeran b. Kulit dalam merah jambu – coklat kemerahan , daun agak kecil , panjang 7,5 – 11,5 cm, lebar 3,5 – 5,2 cm , urat daun sekunder 9– 12 pasang, permukaan bawah daun dan urat primer tidak berwarna kuning karat ..........................................……….. Shorea tysmanniana 51. a. Kulit batang beralur lebar atau beralur rapat ………………..... 52 b. Kulit batang beralur bersisik …………………………………... 53 52. a. Kulit batang beralur lebar > 3 cm, kulit dalam merah jambu, permukaan bawah daun berbulu kasar, urat daun sekunder 13 - 15 pasang ……………………………………….. Shorea smithiana b. Kulit batang beralur rapat, kulit dalam kream atau kuning pucat , dan permukaan bawah daun kasap sampai kasar , urat daun sekunder 12 – 18 pasang ..................................................... Shorea exelliptica 53. a. Kulit dalam berserat .................................................................... 54 b. Kulit dalam berlapis ................................................................... 55 54. a. Kulit dalam coklat – merah jambu pucat , damar coklat kelabu , bawah daun berbulu kasar, daun yang gugur mengkerut menyerupai 81 perahu / sampan , urat daun sekunder 18 – 26 pasang ...... Shorea ovalis ssp. ovalis b. Kulit dalam coklat kekuningan , damar hitam, bawah daun licin , atau tidak berbulu , daun yang gugur menggulung , urat daun sekunder 7 – 10 pasang ....................................................... Shorea gibbosa 55. a. Kulit dalam berwarna merah muda sampai coklat, damar kuning keputihan, daun kering kecoklatan, urat daun sekunder 12 - 16 pasang , permukaan atas dan bawah daun licin ……… Shorea bracteolata b. Kulit dalam , damar , dan permukaan daun tidak demikian ........ 56 56. a. Kulit dalam kream sampai kuning, damar mirip susu , tangkai daun panjang 1,4 - 2 cm, permukaan bawah daun licin sampai kasap, daun yang kering coklat kelabu , daun berukuran panjang 6,5 – 15 cm, urat daun sekunder 16 - 26 pasang ...Shorea virescens b. Kulit dalam merah jambu, kuning, damar kelabu tembus cahaya, tangkai daun pendek 0,5 - 1,1 cm, permukaan bawah daun berbulu kasap, daun yang kering coklat kekuningan , daun berukuran panjang 7 – 17,5 cm , urat daun sekunder 20 - 26 pasang ... Shorea lamellata KUNCI DETERMINASI SERANTING DAUN JENIS PENGHASIL TENGKAWANG DI KALIMANTAN YANG DI LINDUNGI 1. a. Daun penumpu pendek, kecil ( < 3 cm )……………………... 2 b. Daun penumpu panjang ( > 3 cm ) ………………………… 8 2. a. Bekas daun penumpu mengelilingi ranting …............................. 3 b. Bekas daun penumpu tidak mengelilingi ranting ……………. 4 3. a. Bentuk daun penumpu bulat telur, panjang sampai 2,5 cm, lebar sampai 0,8 cm ……………………………………..…. Shorea amplexicaulis b. bentuk daun penumpu bulat telur, panjang sampai 2,5 cm, lebar sampai 1,5 cm …………………………………... Shorea splendida 4. a. Kuncup daun berbentuk bulat telur ………………………….. 5 b. Kuncup daun berbentuk tidak demikian …………………….. 7 5. a. Ranting berkeriput kecil, berkutil ………………………… b. Ranting halus, tidak berkutil …………………………………. Shorea scaberrima 6 82 6. a. Bekas daun penumpu horizontal, nampak jelas, daun berbentuk oblong, panjang 13 – 20 cm, lebar 6 – 10 cm ……… …. Shorea mecistopteryx b. Bekas daun penumpu menurun, kurang jelas, daun berbentuk oblong sampai lanset, panjang 9 – 18 cm, lebar 2,5 – 8 cm .. 7. Shorea seminis a. Bentuk daun penumpu lonjong, tumpul, panjang 14 mm, lebar 5 mm …………………………………………….. Shorea beccariana b. Bentuk daun penumpu lanset, meruncing, panjang 15 mm, lebar 3 mm ……………………………………………… 8. Shorea palembanica a. Bekas daun penumpu mengelilingi ranting ………………….. 9 b. Bekas daun penumpu tidak mengelilingi ranting ………… 9. Shorea pinanga a. Kuncup daun berbentuk tombak, pipih, panjang 12 – 18 mm, lebar 4 – 6 mm …………………………………………… Shorea macrophylla b. Kuncup daun berbentuk agak bulat , tumpul, biasanya tertutup daun penumpu , panjang 4 mm, lebar 3 mm ………………. Shorea stenoptera CARA MENGGUNAKAN KUNCI DETERMINASI POHON DI LAPANGAN Kunci determinasi atau identifikasi yang tersebut pada bab IV dapat sepanjang jenis yang diidentifikasi telah tertuang di dalam kunci tersebut. kunci harus dimulai dengan memperhatikan dasar-dasar pemilahannya, digunakan Membaca misalnya jika kunci determinasi tersebut dimulai dengan kulit batang / seranting daun. Kunci Identifikasi 80 jenis pohon yang didasarkan pada sifat – sifat morfologi batang , banir, dan daun serta kunci identifikasi 10 jenis penghasil tengkawang yang didasarkan pada sifat-sifat seranting daun. Untuk mengidentifikasi di lapangan , bandingkan sifat-sifat yang terdapat di lapangan Seperti kulit batang dengan teliti dan benar yang tertera pada kunci identifikasi , misalnya mulai dari no. 1, lalu pindah ke nomor 2a ( Kulit batang licin bergelang ) , kemudian pindah ke nomor 3a ( Kulit dalam kuning – coklat, bentuk daun bulat, urat daun sekunder 8 -- 11 pasang, tangkai daun sekunder 3 – 4 cm ……………Shorea rotundifolia ) atau sebaliknya 3b. ( Kulit dalam coklat merah jambu, bentuk daun bulat panjang, urat daun sekunder 12 - 19 pasang, tangkai daun panjang 2,4 - 3,4 cm …………Shorea 83 stenoptera ) berati jenis tersebut sudah ketemu dan seterusnya, sampai sifat-sifat jenis pohon di lapangan / seranting daun yang akan diidentifikasi sesuai dengan sifat-sifat jenis pohon yang ada pada kunci identifikasi yang digunakan. Teknik penelusuran uraian yang tercantum pada kunci identifikasi lapangan / Seranting daun yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1. 1a, 2a, 3a, …………………………………………………….. Shorea rotundifolia 2. 1a, 2a, 3b, ……………………………………………………. Shorea stenoptera 3. 1a, 2b, 4a, 5a, ………………………………………………… Shorea ferruginea 4. 1a, 2b, 4a, 5b,6a, …… ……………………………………….. Shorea beccariana 5. 1a, 2b, 4a. 5b, 6b, ……………………………………………. Shorea pinanga 6. 1a, 2b, 4b, 7a, 8a, …………………………………………… Shorea palembanica KUNCI IDENTIFIKASI 80 JENIS POHON BALAU, MERANTI MERAH, MERANTI PUTIH DAN MERANTI KUNING ( Shorea spp. ) DI LAPANGAN DAERAH KALIMANTAN TENGAH 1 a. Kulit batang licin bergelang ; licin bergelang dan bersisik; licin bergelang dan retak; licin kemudian bersisik; licin, beralur dangkal dan bersisik ; licin,beralur sedang dan bersisik; licin ,bopeng dan bersisik ; licin, retak dan bersisik ; licin, retak dan mengelupas menjadi sisik kecil ; licin bersisik dangkal ; licin, bersisik dangkal dan berlentisel ; licin atau permukaan membusuk ; bersisik ; bersisik rapat merata dengan retakretak panjang ; bersisik lunak ; bopeng dengan lumut kerak ………. 2 b. Kulit batang beralur dangkal ; beralur dangkal teratur ; beralur dangkal bergelang tidak sambung ; beralur dangkal dan bersisik ; beralur sedang ; beralur dalam ; beralur dalam dan rapat ; beralur lebar ; beralur dan bersisik ; retak dan bersisik dan ; bersisik tidak teratur .. 36 2. a. Kulit batang licin bergelang . …………….………….…………….. 3 b. Kulit batang tidak demikian …………………………………….…. 4 3. a. Kulit dalam kuning – coklat, bentuk daun bulat, urat daun sekunder 8 - 11 pasang, tangkai daun panjang 3 – 4 cm …… Shorea rotundifolia 84 b. Kulit dalam coklat merahjambu, bentuk daun bulat panjang , Urat daun sekunder 12 - 19 pasang, tangkai daun panjang 2,4 3,4 cm ………………………………………………….… Shorea stenoptera 4. a. Kulit batang licin bergelang dan bersisik …………………………... 5 b. Kulit batang tidak demikian …………………………………. 7 5. a. Kulit dalam coklat kekuningan, urat daun sekunder 11 - 14 pasang, permukaan dan urat daun berbulu berwarna coklat … Shorea ferruginea b. Kulit dalam , urat daun sekunder tidak demikian, permukaan dan urat daun tidak demikian ……………………………………… 6 6. a. Kulit dalam merah jambu, urat daun sekunder 10 - 13 pasang, stipul kecil …….…………………………………………………… Shorea beccariana b. Kulit dalam coklat merah jambu pucat, urat daun sekunder 10 - 16 pasang, stipul besar …………………………………………. Shorea pinanga 7. a. Kulit batang licin bergelang dan retak ……………………………... 8 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………….. 9 8. a. Kulit dalam merah jambu , urat daun sekunder 12 - 17 pasang , daun yang kering coklat kehitam-hitaman ……………………...… Shorea pelembanica b. Kulit dalam merah jambu pucat, urat daun sekunder 10 - 13 pasang, daun yang kering coklat lembayung ………………………….. Shorea splendida 9. a. Kulit batang licin kemudian bersisik ………………………………… 10 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………... 13 10. a. Kulit dalam coklat pucat, urat daun sekunder 10 - 14 pasang … …………………………………………………..……Sh.orea macroptera ssp. baillonii b. Kulit dalam coklat muda atau coklat kekuningan ………………… 11 11. a. Kulit dalam merah muda, bentuk daun memerisai, tangkai daun panjang 1,8 - 3,6 cm …………………………………………. Shorea peltata b. Kulit dalam coklat kekuningan, bentuk daun tidak memerisai, tangkai daun pendek ……………………………………………… 12 12. a. Tangkai daun penjang , 1,3 - 3 cm, urat daun sekunder 10 - 24 pasang ……………………………………………….…Shorea inappendiculata b. Tangkai daun pendek, 1 – 1,5 cm, urat daun sekunder 16 - 24 85 pasang …………………………………………………….. Shorea superba 13. a. Kulit batang licin, beralur dangkal dan bersisik ………………… 14 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………… 15 14. a. Kulit dalam berwarna seperti kopi susu, urat daun sekunder 12 - 16 pasang, bawah daun tidak berbulu ………………………….. Shorea pilosa b. Kulit dalam berwarna coklat merah, urat daun sekunder 18 - 26 pasang , bawah daun berbulu kasar …………………… Shorea ovalis spp. Ovalis 15. a. Kulit batang licin, beralur sedang dan bersisik ……….………….. 16 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………..… 17 16. a. Kulit dalam berwarna coklat tua, urat daun sekunder 8 - 15 pasang, tajuk rapat, setengah bulat ………………………………… Shorea foxworthy d. Kulit dalam berwarna coklat jingga, urat daun sekunder 16 - 23 pasang, tidak beraturan, terbuka .……………………… Shorea mecistopteryx 17. a. Kulit batang licin, bopeng dan bersisik …………...………………… 18 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………….. 19 18. a. Kulit dalam coklat kuning pucat, daun berukuran besar, urat daun sekuder 13 - 18 pasang ……………………..…………… Shorea macrophylla b. Kulit dalam coklat kekuningan,daun berukuran agak kecil, urat daun Sekunder 7 - 10 pasang ……………………………………. Shorea multiflora 19. a. Kulit batang licin, retak dan bersisik ………………………………. 20 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………… 21 20. a. Kulit dalam berlapis, bentuk daun bulat telur menyempit, panjang 4,5 - 10,5 cm, lebar 2,5 - 4,8 cm …………………Shorea agamii ssp. diminuta b. Kulit dalam berserat, bentuk daun lanset atau ellips sempit, panjang 5,8 - 13 cm, lebar 2,8 - 5 cm ……………………………. Shorea polyandra 21. a. Kulit batang licin, retak dan mengelupas menjadi sisik kecil …….. 22 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………… 23 22. a. Pohon kecil sampai sedang ( diameter 60 cm ), urat daun sekunder 6 - 10 pasang, daun sempit, bentuk daun lanset, buah tidak bersayap ………………………………………………………. b. Shorea angustifolia Pohon sedang sampai besar ( diameter sampai 130 cm ), urat daun 86 sekunder 9 - 14 pasang, bentuk daun elllips atau bulat telur, buah bersayap ………….………….…………………………..... Shorea amplexicaulis 23. a. Kulit batang licin, bersisik dangkal, damar kream, daun yang tua lobang-lobang ………………….…………………………… Shorea johorensis b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………. 24 24. a. Kulit batang licin, bersisik dangkal dan berlentisel ……..………… 25 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………. 27 25. a. Kulit dalam coklat kuning, banir pendek ( jangkang ), urat daun sekunder 8 - 11 pasang …………………………………. Shorea oboivoidea b. Kulit dalam coklat kekuningan, banir tinggi 1 - 2 m, urat daun 9 - 17 pasang ………………………………………………… 26 26. a. Tangkai daun pendek, 1 - 1,6 cm, Urat daun sekunder 9 - 17 pasang , permukaan bawah daun muda dan ranting serta kuncup kelabu keputihan ………………………………….. Shorea seminis b. Tangkai daun panjang, 1,7 - 3 cm, urat daun sekunder 9 - 15 pasang , permukaan bawah daun muda dan ranting serta kuncup tidak kelabu putih ……….…………………………………. Shorea faguetinoides 27. a. Kulit datang licin atau permukaan membusuk, kulit dalam berlapis berwarna kuning pucat – coklat dan kream, urat daun sekunder > 25 pasang ……………………………………………….. Shorea ochracea b. Kulit batang tidak demikian ……………………………...….…. 28 28. a. Kulit batang bersisik ……………………………………………. 29 b. Kulit batang tidak demikian …………...………………………… 34 29. a. Kulit dalam merah mendaging, urat sekunder 7 - 12 pasang Shorea pauciflora b. Kulit dalam tidak demikian …………………………….……… 30 30. a. Kulit dalam coklat merah - kuning, urat daun sekunder 12 - 25 pasang …………….……………………………………….. Shorea platyclados b. Kulit dalam tidak demikian …………………………..……….. 31 31. a. Kulit dalam coklat jingga, urat daun sekunder 6 - 9 pasang …. Shorea kunstleri b. Kulit dalam coklat tua , urat daun sekunder 10 - 13 pasang…Shorea longisperma 32. a. Kulit batang bersisik rapat merata dengan retak-retak panjang, 87 kulit dalam coklat kekuningan, urat daun sekunder 10 - 15 pasang ………………………………………………………… Shorea crassa b. Kulit batang tidak demikian ……………………….………….. 33 33. a. Kulit batang bersisik lunak, kulit dalam coklat merah jambu, urat daun sekunder 11 - 19 pasang ……………………… Shorea guiso b. Kulit batang tidak demikian …………………………………….. 34 34. a. Kulit batang bopeng dengan lumut kerak, dan beralur lebar serta dalam, kulit dalam coklat kream pucat, urat daun sekunder 9 - 13 pasang ………………………………………………… Shorea elliptica b. Kulit batang mengelupas bersisik …………………………….. 35. a. Damar berwarna hitam atau putih pada permukaannya, dalam coklat pucat, urat daun sekunder 35 kulit 7 - 11 pasang … Shorea hopeifolia b. Damar berwarna kuning atau coklat kelabu, kulit dalam coklat tua, urat sekunder 9 - 12 pasang ……………………… Shorea atrinervosa 36. a. Kulit batang beralur dangkal ….. ……………………………… b. Kulit batang tidak demikian 37 ………………………………….. 41 37. a. Kulit dalam berwarna seperti kopi …………………………….. 38 b. Kulit dalam tidak demikian …………………………………… 39 38. a. Permukaan atas daun yang kering coklat kuning, permukaan bawah daun berbulu kasar, Urat daun sekunder 14 - 18 pasang, ujung daun bervariasi ada runcing, tumpul dan berlekuk ……….…………… Shorea pubistyla b. Permukaan atas daun yang kering coklat lembayung, permukaan bawah daun berbulu halus pendek rapat, urat daun sekunder 14 – ujung daun runcing …………………………………………… Shorea scaberrima 39. a. Kulit dalam berwarna trengguli atau coklat agak lembayung, urat sekunder 14 - 20 pasang ……………………………… Shorea uliginosa b. Kulit dalam berwarna merah tua - coklat atau coklat kuning …….. 40. 40 a. Kulit dalam berwarna merah tua - coklat, urat sekunder 8 - 12 pasang ………………………..……………………………… Shorea scabrida b. Kulit dalam berwarna coklat kuning, urat daun sekunder 20 - 34 pasang ……………………………………………………… Shorea slootenii 88 41. a. Kulit batang beralur dangkal teratur ……………………………… 42 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………… 43 42. a. Permukaan atas daun kering kemerahan, licin – kasap dan bawah daun kemerahan atauu coklat kuning, berbulu kasap – kasar, uurat dauun sekunder 13 - 21 pasang …………….…Shorea parvistipulata ssp. parvistipulata b. Permukaan atas daun kering coklat keputihan dana bawah daun berwarna keperakan , berbulu halus, urat dauun sekuunder kurang lebih 16 pasang …………………….……..Shorea parvistipulata ssp. albifolia 43. a. Kulit batang beralur dangkal bergelang tidak sambung …………… 44 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………………. 45 44. a. Permukaan atas dan bawah daun yang kering licin - kasap, berwarna coklat, ureat daun sekunder 9 - 13 pasang …….. ………………………………………………… Shorea parvifolia ssp. parvifolia b. Permukaan atas dan bawah daun yang kering kasap, berwarna coklat kemerahan, urat daun sekunder 9 - 14 pasang …… ………………………………………………….... Shorea parvifolia ssp. velutinata 45. a. Kulit batang beralur dangkal dan bersisik …………………… 46 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………… 51 46. a. Kulit dalam berwarna merah jambu pucat ………………….. 47 b. Kulit dalam tidak demikian …………………………………. 48 47. a. Banir tinggi sampai 2,5 m, tajuk menjuntai, daun lebar , penumpu besar, uurat daun sekuunder 3 - 5 pasang … Shorea quandrinervis b. Banir kecil, tinggi 1 m, tajuk tidak menjuntai, daun sedang penumpu kecil, urat daun sekuunder 11 - 13 pasang ……… 48. a. Kulit dalam coklat pucat atau coklat kuning pucat ………… Shorea carapae 49 b. Kulit dalam coklat jingga atauu merah jambu tua - merah mendaging …………………………………………………….. 50 49. a. Kulit dalam coklat pucat, kayu guubal kuning pucat dan kayu teras coklat merah, urat daun sekunder 19 - 25 pasang, permukaan bawah daun berbulu pendek dan rapat …………… Shorea sagittata b. Kulit dalam coklat kuning pucat, gubal kuning dan kayuu teras 89 berwarna seperti kopi, urat daun sekunder 7 - 9 pasang, permukaan bawah daun tidak berbulu …………………… Shorea pachyphylla 50. a. Kulit dalam coklat jingga, tajuk rapat, permukaan bawah daun yang kering coklat kekuningan, urat daun sekunder 6 - 9 pasang, buah tidak bersayap …………………………………. Shorea asahii b. Kulit dalam merah jambu tua - merah mendaging tua, permukaan bawah daun berbulu halus berwarna coklat kelabu, urat daun sekunder 7 - 10 pasang, buah bersayap …………………… Shorea ovata 51. a. Kulit batang beralur sedang ……………………………………. 52 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………. 55 52. a. Kulit dalam berwarna coklat kuning, kulit luar coklat tua, urat daun sekunder 13 - 21 pasang ………….………………… Shorea regosa b. Kulit dalam berwarna coklat kemerahan, kulit luar coklat kelabu pucat , urat daun sekunder < 17 pasang ………….. 53 53. a. Pohon tumbuh di hutan krengas < 400 m dari permukaan lauut, urat daun sekunder 12 - 18 pasang …………………………. Shorea platycarpa b. Pohon tumbuh di hutan dataran rendah di bawah 700 m dari permukaan laut ………………………………………………… 54 54. a. Pada permukaan bawah daun dikiri kanan urat primer terdapat domatia sambung, urat sekunder 10 - 16 pasang …………. Shorea leprosula b. Pada permukaan bawah daun dikiri kanan urat primer tidak terdapat domatia sambung, urat sekuunder 9 - 13 pasang … 55. a. Kulit batang beralur dalam Shorea resinosa ………………………………… 56 b. Kulit batang tidak demikian ……………………………………. 61 56. a. Terdapat pada hutan krengas ……………………………………. 57 b. Terdapat pada hutan rawa gambut ……………………………… 58 57. a. Kulit dalam coklat kuning, urat daun sekunder 9 - 13 pasang, ujung daun tumpul ………………………………………… Shorea retusa b. Kulit dalam coklat kuning, urat daun sekunder 11 - 18 pasang, ujung daun runcing ………………………………………. Shorea venulosa 58. a. Kulit dalam berwarna coklat merah ……………………………. 59 90 b. Kulit dalam berwarna coklat kuning ………………………….. 60 59. a. Permukaan bawah dan urat primer daun yang kering berwarna kuning karat, urat daun sekunder 10 - 18 pasang , daun besar ………………………………………………………… b. Shorea balangeran Permukaan bawah daun dan urat primer tidak berwarna kuning Karat, urat daun sekunder 9 - 12 pasang, daun aagak kecil .......……………………………………………………….. Shorea tysmanniana 60. a. Urat daun sekunder 16 - 23 pasang ………………………. Shorea albida b. Urat daun sekunder 9 - 16 pasang ………………….. Shorea acuminatissima 61. a. Kulit batang beralur dalam dan rapat , terdapat pada punggung bukit sampai 1000 m dari permukaan laut, urat daun sekunder 16 - 19 pasang ………………………………………….. Shorea coreacea b. Kulit batang tidak demikian …………………………………. 62 62. a. Kulit batang beralur lebar atau beraluur rapat ………………... 63 b. Kulit batang tidak demikian ………………………………….. 66 63. a. Kulit batang beralur lebar > 3 cm, kulit dalam merah jambu, permukaan bawah daun berbulu kasar, urat daun sekunder 13 - 15 pasang ……………………………………….. Shorea smithiana b. Kulit batang beralur rapat, kulit dalam dan permukaan bawah daun serta urat daun sekunder tidak demikian ……………. 64 64. a. Kulit dalam coklat kekuningan , permukaan bawah dauun licin, urat dauun sekunder 10 - 18 pasang ……………… Shorea confusa b. Kulit dalam kream atau kuning-kuning pucat, urat daun Sekunder 12 - 18 pasang ……………………………… Shorea exelliptica 65. a. Kulit batang beralur dan bersisik …………………………….. 66 b. Kulit batang retak dan bersisik ………………………………. 79 66. a. Kulit dalam berlapis …………………………………………… 67 b. Kulit dalam berserat ………………………………………….. 68 67. a. Kulit dalam berwarna merah muda sampai coklat, damar kuning keputihan, daun kering kecoklatan, urat daun sekunder 12 - 16 pasang , permukaan atas dan bawah daun licin …………… Shorea bracteolata 91 b. Kuulit dalam berwarna merah muda, kuning, damar kuning bening atau putih, daun kering coklat kekuningan, urat dauun sekunder 20 - 26 pasang, permukaan atas daun licin dan bawah daun berbulu kasap ………………………………………… Shorea lamellata 68. a. Banir tinggi 5 m, daun tipis , daun yang kering menggulung, tangkai daun coklat atau merah coklat bila kering, tidak mengkerut , urat sekunder 7 - 10 pasang ………………… Shorea gibbosa b. Tidak demikian ………………………………………………. 69 69. a. Damar berwarna kuning ……………………………………… 70 b. Damar berwarna lain …………………………………………. 71 70. a. Terdapat pada daerah perbukitan kering sampai 1400 m dari permukaan laut , urat daun sekunder 25 - 31 pasang …… Shorea obscura b. Terdapat pada punggung bukit 200 - 1000 m dari permukaan laut, urat daun sekunder 10 - 20 pasang …………….…… Shorea laevis 71. a. Damar berwarna kream, coklat pucat, banir tipis, tinggi 3 - 5 meter , urat daun sekunder 7 - 13 pasang ………… Shorea mojongensis b. Damar berwarna tidak demikian …………………………….. 72 72. a. Damar berwarna hitam ……………………………………... 73 b. Damar berwarna lain ……………………………………….. 74 73. a. Banir sampai 3 m tinggi, tajuk berukuran sedang sampai besar, tangkai daun paanjang 1,4 - 2,4 cm, urat daun sekuunder 8 - 12 pasang …………………………………. Shorea falciferoides b. Banir 2 m tinggi, tajuk kecil - sedang, tangkai daun pendek 0,6 - 1 cm, urat daun selkunder 7 - 10 pasang …. 74. a. Damar berwarna coklat kelabu tua atau coklat kelabu … b. Damar berwarna lain ……………………………………… Shorea potoiensis 75 76 75. a. Damar berwarna coklat , banir penderk 1,5 m tinggi, urat daun sekunder 7 - 13 pasang, tangkai daun panjang 1 - 1,6 cm , daun yang kering menggulung ………………. Shorea faguetiana b. Damar berwarna coklat kelabu, banir kecil sampai 70 cm tinggi, urat daun sekunder 7 - 19 pasang, tangkai daun 92 pendek, 0,8 - 1,3 cm , daun yang kering tidak menggulung ..horea scrobicuulata 76. a. Damar berwarna putih susu ……………………………… 77 b. Damar berwarna lain ……………………………………… 78 77. a. Banir sampai 3 m tinggi, daun berukuran sedang ( 6,5 - 15 x 2,8 - 8 cm ), tepi daun tidak menggulung , tangkai daun panjang 1,4 - 2 cm, per – mukaan bawah daun licin sampai kasap, urat daun sekunder 16 - 26 pasang ……………………………. Shorea virescens b. Banir tinggi 4 m, daun kecil dan tipis ( 6 - 10 x 2,5 - 4,5 ), tepi daun menggulung, tangkai daun pendek 0,5 - 1,1 cm, permukaan bawah daun berbulu halus, urat daun sekunder 7 - 13 pasang ……………………………………. Shorea maxwelliana 78. a. Damar kuning, tumbuh di hutan rawa – gambut, kulit dalam merah coklat, uurat sekunder 10 - 13 pasang Shorea inaequilateralis b. Damar coklat, tumbuh di hutan pegunungan antara 1000 dan 1500 m , kulit dalam merah tuua, urat daun sekunder 13 - 18 pasang ……………………………………… Shorea monticola 79. a. Kulit batang retak dan bersisik, daun berukuran sedang (10 - 23 x 4 - 8,5 cm), tepi helaian daun tidak menggulung, permukaan bawah daun licin - kasap, urat daun sekunder 8 - 14 pasang ………………………………… Shorea collaris b. Kulit batang bersisik tidak beraturan, daun berukuran besar (15 - 25 x 6,5 - 12 cm ), tepi helaian daun menggulung permukaan bawah daun tidak berbulu, urat daun sekunder 11 - 14 pasang …………………………………….. Shorea iliasii 93 KUNCI DETERMINASI SERANTING DAUN JENIS PENGHASIL TENGKAWANG DI KALIMANTAN YANG DI LINDUNGI 1. a. Daun penumpu pendek, kecil ( < 3 cm )……………………... 2 b. Daun penumpu panjang ( > 3 cm ) ………………………… 8 2. a. Bekas daun penumpu mengelilingi ranting …………………… b. Bekas daun penumpu tidak mengelilingi ranting ……………. 3 4 3. a. Bentuk daun penumpu bulat telur, panjang sampai 2,5 cm, lebar sampai 0,8 cm ……………………………………………… Shorea amplexicaulis b. bentuk daun penumpu bulat telur, panjang sampai 2,5 cm, lebar sampai 1,5 cm ………………………………………….. Shorea splendida 4. a. Kuncup daun berbentuk bulat telur ………………………….. 5 b. Kuncup daun berbentuk tidak demikian …………………….. 7 5. a. Ranting berkeriput kecil, berkutil ……………………..……… b. Ranting halus, tidak berkutil …………………………………. Shorea scaberrima 6 6. a. Bekas daun penumpu horizontal, nampak jelas, daun berbentuk oblong, panjang 13 – 20 cm, lebar 6 – 10 cm …………… …. Shorea mecistopteryx b. Bekas daun penumpu menurun, kurang jelas, daun berbentuk oblong sampai lanset, panjang 9 – 18 cm, lebar 2,5 – 8 cm …... 7. Shorea seminis a. Bentuk daun penumpu lonjong, tumpul, panjang 14 mm, lebar 5 mm ………………………………………………….. Shorea beccariana b. Bentuk daun penumpu lanset, meruncing, panjang 15 mm, lebar 3 mm …………………………………………………… 8. a. Bekas daun penumpu mengelilingi ranting ………………….. b. Bekas daun penumpu tidak mengelilingi ranting ……………. 9. Shorea palembanica 9 Shorea pinanga a. Kuncup daun berbentuk tombak, pipih, panjang 12 – 18 mm, lebar 4 – 6 mm …………………………………………….. Shorea macrophylla b. Kuncup daun berbentuk agak bulat , tumpul, biasanya tertutup daun penumpu , panjang 4 mm, lebar 3 mm ………………. Shorea stenoptera 94 Pertanyaan : 1. Bagaimana tatacara mendeterminasi jenis pohon? 2. Jenis-jenis kayu yang ada di kalimantan didominasi oleh famili.... 3. Apakah beda meranti putih, kuning dan merah dari segi dendrologinya? 4. Jenis khas kayu meranti adalah berbanir dan berbuah sayap untuk apakah bentuk akar dan buah tersebut di alam nyata? Acuan Pustaka Ardiansyah, 2003. Kunci Identifikasi 57 Jenis Pohon Shorea spp. di Dareah Kalimantan Selatan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Samarinda. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Ardiansyah, 2003. Kunci Identifikasi 80 Jenis Pohon Shorea spp. di Dareah Kalimantan Tengah. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Samarinda. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of MalayaRudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. 95 BAB X. IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL FAMILI DIPTEROCARPACEAE Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengenal ciri umum family Dipterocarpaceae 2. Memahami dan mengetahui jenis pohon komersial dari famili Dipterocarpaceae 3. Memahami dan mengetahui kegunaan kayu komersial dari famili Dipterocarpaceae. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk famili Dipterocarpaceae 2. Mahasiswa mampu mengenali jenis pohon komersial dari famili Dipterocarpaceae 3. Mahasiswa mampu mengenali kegunaan kayu komersial dari famili Dipterocarpaceae. Materi Pembelajaran Dipterocarpaceae Dipterocarpus retusus Famili Dipterocarpaceae mempunyai 17 genus dan beranggotakan 500 jenis yang mendominasi hutan dataran rendah di kawasan tropis seperti di Kalimantan dan Sumatra. Tinggi pohon mencapai 80 meter (genus Dryobalanops, Hopea dan Shorea), yang tertinggi adalah jenis (Shorea faguetiana) mencapai tinggi 88.3 meter. Dipterocarpaceae kedudukannya dalam strata tajuk yang dominan. Selain di Indonesia family ini juga terdapat 96 di kawasan tropis lainnya seperti South East Asia sampai New Guinea. Africa, Amerika Selatan, India, Asia Tenggaradan Malaysia. Sekarang beberapa jenis anggota Famili ini yang berada di Indonesia khususnya terancam punah karena kegiatan illegal logging dan eksploitasi besar-besaran karena selain kayunya produk hasil hutan non kayunya juga bernilai ekonomi tinggi seperti kamper, resin, minyak biji tengkawang, balsam maupun minyak aromatic essensialnya. Secara ilmu Genetikanya bahwa DNA family Sarcolaenaceae hampir sama dengan famili Dipterocarpaceae. Dipterocarpaceae berasal dari bahasa Yunani yaitu Di = dua; ptero = sayap dan carpus = buah; yang berarti pohon yang mempunyai buah bersayap dua. Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : 1. Buah bersayap 2. Stipula pada daun 3. berbanir 4. berdamar pada kayunya 5. kayu keras 6. terdapat kelenjar pada daun Klasifikasi untuk famili Anacardiaceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Malvales Famili : Dipterocarpaceae Sub Famili : Dipterocarpoideae, Monotoideae dan Pakaraimoideae 97 Genus : 1. Dipterocarpodeae (Terdapat di Sri Lanka, India, Asia Tenggara hingga New Guinea, dan sebagian besar terdapat di pulau Kalimantan sebagai species dominan di hutan dataran rendah (lowland forests) termasuk Kalimantan Utara (Brunei, Sabah and Sarawak) terdiri atas 13 genus dan 475 jenis : a. Upuna h. Dryobalanops b. Vateria i. Hopea c. Vateriopsis j. Neobalanocarpus d. Vatica k. Parashorea e. Anisoptera l. Shorea f. Cotylelobium m. Stemonoporus g. Dipterocarpus 2. Monotoideae a. Marquesia (Afrika) : 30 jenis b. Monotes (Di Afrika dan Madagascar) : 26 jenis c. Pseudomonotes (khas Colombia Amazon) 3. Pakaraimoideae ( hanya di hutan dataran tinggi Amerika Selatan) a. Pakaraimaea Phylogeny Dipterocarpaceae Dipterocarpaeae Dipterocarpoideae Dipterocarpeae Shoreae Monotoideae Pakaraimoideae . Anisoptera Cotylelobium Dipterocarpus Stemonoporus Upuna Vateria Vateriopsis Vatica Dryobalanops' Hopea Neobalanocarpus Parashorea Shorea Marquesia Monotes Pseudomonotes Pakaraimaea 98 Di Indonesia suku Dipterocarpaceae terdiri dari ratusan dan Kalimantan memiliki jumlah yang terbesar, yaitu sekitar 267 jenis. Pulau-pulau lain seperti Sumatera 106 jenis, Sulawesi tujuh jenis, Maluku enam jenis, Irian Jaya 15 jenis dan Nusa Tenggara tiga jenis. Sebagian besar terdapat di daerah beriklim basah dengan kelembaban udara yang tinggi, dari dataran rendah sampai kedataran tinggi atau pegunungan dengan curah hujan di atas 2000 mm per tahun dengan musim kemarau yang pendek Hutan tropika basah Kalimantan didominasi oleh suku Dipterocarpaceae. Secara harpiah Dipterocarpaceae berarti “buah yang bersayap dua“. Pada kenyataannya buah Dipterocarpaceae tidak selalu bersayap dua tetapi sebenarnya ada yang bersayap lima. Ciri umum pohon suku Dipterocarpaceae adalah tinggi, besar, batang umumnya berbanir, sehingga mudah dikenali. Suku ini terkenal karena jenis-jenis kayunya terkenal secara komersial. Banyak digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti meranti merah, meranti putih, meranti kuning, balau /bangkirai, kapur atau kamper, kruing, giam, dan resak. Jenis-jenis pohon meranti adalah bahan baku utama bagi industri penggergajian dan kayu lapis. Disamping kayu, suku Dipterocarpaceae juga terkenal karena beberapa jenis diantaranya menghasilkan hasil hutan non kayu,seperti damar mata kucing dan buah tengkawang. Damar mata kucingyang dihasilkan berasal dari pohon Shorea javanica adalah bahan penting dalam pembuatan cat dan vernis. Demikian juga buah tengkawang yang dihasilkan oleh beberapa jenis dari marga Shorea adalah merupakan bahan penting dalam industri pembuatan coklat. Kedua hasil hutan non kayu tersebut merupakan komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia. Di Indonesia, suku Dipterocarpaceae didominasi oleh sembilan marga, yaitu Anisoptera, Cotylelobium, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, Upuna dan Vatica. Marga Anisoptera adalah marga yang hanya terdiri dari sekitar tujuh jenis penghasil kayu Mersawa. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Marga Cotylelobium adalah marga penghasil kayu giam, tersebar terutama di Sumatera dan Kalimantan. Tempat tumbuh di daerah perbukitan dengan ketinggian mencapai 1500 m dari permukaan laut. Marga Dipterocarpus yang merupakan penghasil jenis-jenis kayu keruing, mempunyai pohon yang besar, berbatang lurus dan berbanir. Tumbuh pada ketinggian di bawah 1400 m 99 dari permukaan laut. Tersebar di Kalimantan, Sumatera, Jawa dan bali dengan jumlah jenis sekitar 69 jenis. Marga Dryobalanops merupakan penghasil kayu jenis-jenis kapur atau kamper. Marga ini hanya terdiri dari tujuh jenis. Daerah penyebarannya adalah Kalimantan dan Sumatera, di hutan-hutan dataran rendah atau hutan rawa dengan ketinggian umumnya mencapai 800 m dari permukaan laut. Marga Hopea merupkan pohon kecil sampai besar penghasil kayu cengal dan Merawan. Batang berbanir pendek ( papan ) atau berjangkang. Marga ini terdiri dari 49 jenis, tersebar dari Sumatera , Kalimantan sampai ke Irianjaya,kecuali Nusa Tenggara. Marga Parashorea adalah suatu marga yang di Indonesia hanya terdapat sekitar delapan jenis. Daerah penyebaran terutama di Kalimantan dan Sumatera. Marga ini banyak mendominasi hutan-hutan dataran rendah hingga perbukitan, sampai ketingggian 1400 m dari permukaan laut. Martga Shorea terkenal sebagai penghasil jenis-jenis kayu meranti. Marga ini juga adalah penghasil kayu balau, bangkirai, balangeran, dan gisok. Diperkirakan jumlah jenisnya ada sekitar 195 jenis. Daerah penyebaran mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa,Sulawesi sampai ke Maluku. Tumbuh mendominasi dari dataran rendah sampai kepegunungan 1750 m dari permukaan laut. Marga Upuna hanya terdiri dari satu jenis dan banyak terdapat di Kalimantan,yaitu Upuna borneensis . Tempat tumbuh di dataran rendah sampai perbukitan. Marga Vatica adalah marga penghasil kayu resak dan terdapat sekitar 33 jenis. Tersebar luas yaitu di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. 100 MENGENAL MARGA SHOREA / MERANTI Marga Shorea sangat beraneka-ragam dan mempunyai daerah sebaran yang sangat luas. Symington membaginya dalam 176 jenis dan Ashton 195 jenis. Desh seorang pakar teknologi kayu membagi marga Shorea menurut sifat-sifat tehnisnya, tetapi untuk para pakar botani pembagian ini sukar dimengerti dan melukiskan beberapa golongan, khusus untuk jenis-jenis yang berada di Malaysia oleh Symington, diantaranya golongan Balau, golongan Meranti paang, golongan Meranti damar hitam, golongan Meranti merah. Di Indonesia oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan hasil hutan telah menggolongkan marga Shorea dalam beberapa golongan berdasarkan tehnologi kayu, diantaranya golongan Balau, golongan Meranti merah, golongan Meranti putih, dan golongan Meranti kuning. Penyebaran : India, Sri Langka, Malesia Barat, Pilipina, Malaysia dan Indonesia : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali-Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua. Jenis-jenis yang terdapat di Kalimantan Tengah (Ardiansyah, 2003) : Golongan Balau : 1. Shorea asahii P.S. Ashton 2. Shorea atrinervosa Symington 3. Shorea crassa P.S.Ashton 4. Shorea exelliptica Meijer 5. Shorea falcifernides Foxw ssp. Gloucescens 6. Shorea foxworthyi Symington 7. Shorea guiso ( Blanco ) Blume 8. Shorea inappendiculata Burck 9. Shorea laevis Ridl. 10. Shorea maxwelliana King 11. Shorea obscura Meijer 12. Shorea scrobiculata Burck 13. Shorea seminis ( de Vriese ) Slooten 14. Shorea superba Symington 101 Golongan Meranti Merah: 1. Shorea albida Foxw. 2. Shorea amplexicaulis P.S. Ashton 3. Shorea balangeran ( Korth. ) Burck 4. Shorea beccariana Burck 5. Shorea carapae P.S. Ashton 6. Shorea coreacea Burck 7. Shorea elliptica 8. Shorea ferruginea Dyer ex Brandis 9. Shorea inaequilateralis Sym 10. Shorea johorensis Foxw. 11. Shorea kunstleri King 12. Shorea leprosula Miq 13. Shorea macrophylla ( de Vriese ) P.S. Ashton 14. Shorea macroptera ssp, baillonii 15. Shorea mecistopteryx Ridl. 16. Shorea monticola P.S.Ashto 17. Shorea ovalis ( Korth. ) Blume ssp. ovalis 18. Shorea ovata Dyer ex Brandis 19. Shorea pauciflora King. 20. Shorea pachyphylla Ridl. ex Symington 21. Shorea palembanica Miq. 22. Shorea parvifolia Dyer ssp. Parvifolia 23. Shorea parvifolia ssp. velutinata P.S. Ashton 24. Shorea parvistipulata F. Heim ssp parvistipula 25. Shorea parvistipulata F. Heim ssp. Albifolia P.S. Ashton 26. Shorea pilosa P.S.Ashton 27. Shorea pinanga Symington 28. Shorea platycarpa F. Heim. 29. Shorea platyclados Slooten ex Foxw. 30. Shorea pubistyla P.S.Ashton 102 31. Shorea quadrinervis Slooten 32. Shorea retusa Meijer 33. Shorea rotundifolia P.S.Ashton. 34. Shorea rugosa F. Heim 35. Shorea sagittata P.S. Ashton 36. Shorea scaberrima Burck 37. Shorea scabrida Symington 38. Shorea smithiana Symington 39. Shorea slootenii G.H.S. Wood ex P.S. Ashton 40. Shorea splendida (de Vriese ) P.S.Ashton 41. Shorea stenoptera Buck 42. Shorea tysmanniana Dyer ex Brandis 43. Shorea uliginosa Foxw 44. Shorea venulosa G.H.S. Wood ex Meijer Golongan Meranti Putih: 1. Shorea agamii P.S.Ashton ssp. Diminuta P.S. Ashton 2. Shorea bracteolata Dyer. 3. Shorea confusa 4. Shorea gratissima ( Wall. Ex Kurz ) Dyer 5. Shorea lamellata Foxw. 6. Shorea ochracea Symington 7. Shorea resinosa Foxw 8. Shorea virescens Parijs Golongan Meranti Kuning: 1. Shorea acuminatissima Symington 2. Shorea angustifolia P.S. Ashton 3. Shorea collaris Slooten 4. Shorea faguetiana F. Heim 5. Shorea gibbosa Brandis 103 6. Shorea hopeifolia ( F.Heim ) Symington 7. Shorea iliasii P.S. Ashton 8. Shorea longiflora ( Brandis ) Symington 9. Shorea longisperma Roxb 10. Shorea mojongensis P.S. Ashton 11. Shorea multiflora ( Burck ) Symington 12. Shorea potoiensis P.S. Ashton 13. Shorea peltata Symington 14. Shorea polyandra P.S. Ashton Departemen Kehutanan telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan beberapa jenis Shorea penghasil lemak yang banyak digunakan oleh penduduk maupun menjadi bahan industri kosmetik atau sebagai bahan pencampur coklat, dilarang untuk ditebang. Jenis-jenis Shorea tersebut antara lain adalah : 1. Shorea amplexicaulis P.S. Ashton 2. Shorea beccariana Burck 3. Shorea lepidota ( Korth. ) Blume 4. Shorea macrantha Brandis 5. Shorea mecistopteryx Ridl. * 6. Shorea palembanica Miq. * 7. Shorea pinanga Scheff. * 8. Shorea scaberrima Burck * 9. Shorea macrophylla P.S. Ashton * * * 10. Shorea splendida P.S. Ashton * 11. Shorea seminis Slooten * 12. Shorea stenoptera Burck * * adalah jenis yang terdapat di Kalimantan Tengah ( 10 Jenis ) 104 Kegunaan : Golongan Balau : Karena kekuatan dan keawetannya yang tinggi dipergunakan untuk konstruksi berat terutama yang berhubungan dengan lembab dan berhubungan dengan tanah. Jenis kayu ini antara lain dipergunakan untuk jembatan, bantalan kereta api, tiang listrik/ telegam , bangunan kapal, kosen perumahan, karoseri dll. Ketahanannya menjadikannya sangat cocok di daerah tropis, walaupun ditempatkan langsung di atas tanah sekalipun. Kayu Shorea laevis sering diperdagangkan dengan nama bangkirai. Golongan meranti Merah : Kayu bahan bangunan aneka guna yang paling umum di Malaysia bagian barat. Karena tidak mengandung silika, kayunya mudah dikerjakan. Dianjurkan agar penempatannya tidak bersentuhan langsung dengan tanah karena kayu ini tidak tahan lama. Meranti merah merupakan kayu yang sangat baik untuk konstruksi dan juga untuk kayu lapis dan viner. Sekurang-kurang nya dikenal 3 kelompok dagang. Meranti merah muda (kayu keras berbobot ringan), sedang) dan tengkawang meranti merah tua (kayu keras berbobot (jenis yang dilindungi buah besar dan menghasilkan biji tengkawang). Dan juga digunakan untuk bahan bangunan perumahan ( rangka ), balok, gelegar, koso, pintu dan jendela, dinding, lantai , reng dan lain-lain. Golongan meranti Putih : Untuk venir dan kayu lapis, juga untuk papan partikel , lantai, bangunan dan perkapalan ( Shorea lamellata dikenal nama kayu tahan ). Pernah dipakai untuk tong minyak palm, mungkin baik pula untuk karoseri atau mebel. Golongan Meranti Kuning : Digunakan sebagai bahan bangunan ringan. Kayu gubalnya harus tidak diikutsertakan dalam pemakaian, karena sangat rentan terhadap serangan kepik bubuk. Kayunya tidak tahan lama, dan karena itu disarankan ditempatkan langsung dengan tanah. Meranti kuning merupakan kayu sangat baik untuk lantai dan mebel murah, tetapi pemakaian utama untuk lapis baik untuk viner luar maupun dalam dan pembuatan hard board dan partikle board. Dapat digunakan untuk kaso, bangunan perumahan, panil dan bahan pembungkus. 105 Ciri-ciri khas organ vegetatip adalah sebagai berikut : 1. Bergetah bening, bila beroksidasi dan setelah kering akan menjadi damar. Warna damar digunakan sebagai identifikasi jenis di lapangan seperti damar hitam, coklat, coklat tua, coklat kekuningan (golongan meranti kuning), coklat pucat, putih susu putih, putih bening , (golongan meranti putih), dan kuning, coklat kelabu, kuning pucat, kuning susu, cream, kram pucat, dan kuning kehijauan ( golongan meranti merah dan balau). 2. Daun tunggal dalam kedudukan / susunan daun selang-seling ( berseling ). 3. Tangkai daun melengkung. 4. Bentuk daun bulat telur, bulat panjang / oblong, ellips dengan ujung runcing atau meruncing. 5. Urat / tulang daun ke dua (sekunder) menyirip sempurna, dan urat ketiga (tertier) bentuk tangga atau tangga jala. 6. Terdapat daun penumpu (Stipula) bentuk daun biasa (berpasangan) tak bertangkai berwarna hijau sampai merah-coklat, lama melekat pada ranting atau sebaliknya. Bentuk daun penumpu ada yang bulat, segitiga, oval, bulat panjang, atau bangun ginjal. 7. Permukaan bawah daun kebanyakan berbulu kasar, ada juga berbulu halus, berwarna hijau sampai coklat / coklat kekuningan / karat (warna tersebut tetap sampai daun gugur). 8. Kulit batang ada yang licin, licin bergelang; licin bergelang dan bersisik; licin bergelang dan retak ; licin kemudian bersisik; licin , beralur dangkal dan bersisik ; licin , beralaur sedang dan bersisik; licin, bopeng dan bersisik ; licin, retak dan bersisik; licin, retak dan mengelupas menjadi sisik kecil; licin dan berssik dangkal ; licin , bersisik dangkal dan berlentisel ; licin atau permukaan membusuk ; retak; bersisik lunak; beralur dangkal ; bergelang tidak sambung ; bersisik rapat merata dan retak- beralur dangkal teratur ; beralur dangkal beralur dangkal dan bersisik ; beralur sedang ; beralur lebar atau beralur rapat ; beralur bersisik dan retak bersisik. 9. Kulit dalam berserat atau berlapis. Warna kulit dalam kuning- coklat ; kuning pucat ; coklat kuning; coklat kekuningan ; coklat kuning pucat ; kream-kuning pucat ; kream dan coklat ; coklat muda ; coklat tua ; coklat merah ; coklat pucat ; coklat 106 merah jambu ; coklat merah jambu pucat ; merah jambu ; merah jambu tua ; merah pudar ; merah – coklat ; merah tua ; trengguli ; kopi susu ; seperti kopi . 10. Banir biasanya mencolok dari rendah sampai tinggi yang merupakan kelompok ciri khas Shorea. Ciri-ciri khas organ generatip : 1. Bunga / buah dalam susunan malai. 2. Daun mahkota berwarna merah muda. Buah bersayap tiga besar dan dua kecil, sayap dipangkal melebar mencakup buah ; sayap Dipangkal lepas satu sama lain. Contoh kayu penting dari famili ini : a. Balangeran ( Shorea balangeran) b. Resak ( Vatica spp.) c. Kamper ( Dryobalanops spp.) d. Keruing ( Dipterocarpus indicus) e. Meranti kuning, merah, dll ( Shorea spp.) Pertanyaan : 1. Ada berapa genus pada famili Dipterocarpaceae ? 2. Ada berapa sub famili Dipterocarpaceae jelaskan dan sebutkan ! 3. Produksi sampingan dari Dipterocarpaceae adalah… 4. Tipe buah Dipterocarpaceae adalah…. 5. Sebutkan ciri khusus famili Dipterocarpaceae ! Acuan Pustaka Ardiansyah, 2003. Kunci Identifikasi 57 Jenis Pohon Shorea spp. di Dareah Kalimantan Selatan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Samarinda. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Ardiansyah, 2003. Kunci Identifikasi 80 Jenis Pohon Shorea spp. di Dareah Kalimantan Tengah. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Samarinda. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 107 Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 108 BAB XI. IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL 2 (Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae, Moraceae) Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Memahami ciri umum family Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae 2. Memahami jenis pohon komersial dari famili Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae serta mampu mengenali kegunaan kayu komersial dari famili Apocynaceae, Sapotaceae dan Euphorbiaceae. 3. Mengetahui nama ilmiah pohon komersial dari famili Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk famili Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae yang bercirikan mempunyai getah putih. 2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan jenis pohon komersial dari famili Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae serta mampu mengenali kegunaan kayu komersial dari famili Apocynaceae, Sapotaceae dan Euphorbiaceae. 3. Menghafal nama ilmiah pohon komersial kehutanan dari famili Apocynaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae dan Moraceae. Materi Pembelajaran Keempat famili yang disajikan di bab ini adalah sama-sama mempunyai getah berwarna putih susu namun mempunyai perbedaan mendasar diantara ketiganya baik dari tajuk, bentuk daun, perbungaan maupun buah dan biji. 1. Famili Apocynaceae Alyxia oliviformis Wrightia antidysenterica 109 Merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai getah putih dengan system duduk daun (filotaxis) berkarang dan berbunga bentuk tabung serta buah berbentuk jangkar dan mempunyai 1500 jenis dalam 424 genus. Apocynaceae merupakan tumbuhan bunga dalam bentuk pohon, semak, herba maupun tumbuhan penutup tanah yang hidup di daerah tropis maupun subtropis dan tumbuh alami di Eropa, Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Beberapa species berpa pohon tinggi tumbuh di hutan hujan tropis, beberapa tumbuh di hutan tropis kering dengan lingkungan yang kering. Beberapa jenis menghasilkan latex seperti pantung dan ada juga yang tidak berlatex namun ciri lainnya cenderung seperti famili Apocynaceae seperti bunga Adenium (kamboja jepang). Ada juga yang menghasilkan getah beracun. Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Sinonim : o Asclepiadaceae Borkh. (nom. cons.) o o o o o Periplocaceae Schltr. (nom. cons.) Plumeriaceae Horan. tapeliaceae Horan. Vincaceae Vest Willughbeiaceae J. Agardh Sub Famili : Apocynoideae Asclepiadoideae Periplocoideae Rauvolfioideae Secamonoideae 110 Genus Acokanthera Aganonerion Aganosma Alafia Allamanda Allomarkgrafia Allowoodsonia Alstonia Alyxia Amalocalyx Ambelania Amsonia Ancylobotrys Anechites Angadenia Anodendron Apocynum Arduina Artia Asketanthera Aspidosperma Baissea Beaumontia Bousigonia Cabucala Callichilia Calocrater Cameraria Carissa Carpodinus Carruthersia Carvalhoa Catharanthus Cerbera Cerberiopsis Chamaeclitandra Chilocarpus Chonemorpha Cleghornia Clitandra Condylocarpon Couma Craspidospermum : Adenium Crioceras Cycladenia Cyclocotyla Cylindropsis Delphyodon Dewevrella Dictyophleba Dipladenia Diplorhynchus Dyera Ecdysanthera Echites Elytropus Epigynium Eucorymbia Farquharia Fernaldia Forsteronia Funtumia Galactophora Geissospermum Gonioma Grisseea Gymnema Hancornia Haplophyton Himatanthus Holarrhena Hoya Hunteria Hymenolophus Ichnocarpus Isonema Ixodonerium Kamettia Kibatalia Kopsia Lacmellea Landolphia Laubertia Laxoplumeria Lepinia Lepiniopsis Leuconotis Lochnera Lyonsia Macoubea Macropharynx Macrosiphonia Malouetia Mandevilla Mascarenhasia Melodinus Mesechites Micrechtites Microplumeria Molongum Mortoniella Motandra Mucoa Neobracea Neocouma Nerium Nouettea Ochrosia Odontadenia Oncinotis Orthopichonia Pachypodium Pachouria Papuechites Parahancornia Parameria Parepigynum Parsonsia Peltastes Pentalinon Petchia Picralima Plectaneia Pleiocarpa Pleioceras Plumeria Pottsia Prestonia Pycnobotrya Quiotania Rauvolfia Rhabdadenia Rhazya Rhigospira Rhodocalyx Rhyncodia Saba Schizozygia Secondatia Sindechites Skytanthus Spirolobium Spongiosperma Stemmadenia Stephanostegia Stephanostema Stipecoma Strempeliopsis Strophanthus Tabernaemontan Tabernanthe Temnadenia Thenardia Thevetia Tintinnabularia Trachelospermum Urceola Urnularia Vahadenia Vallariopsis Vallaris Vallesia Vinca Voacanga Willughbeia Woytkowskia Wrightia Xylinabaria Xylinabariopsis 111 Sub family Asclepiadoideae Araujia Asclepias (subfamily Asclepiadoideae) Caralluma Ceropegia Cionura Cynanchum Periploca (subfamily Periplocoideae) Vincetoxicum Wrightia tinctoria di Keesara, Andhra Pradesh, India Apocynoideae Bunga Saba senegalensis, di Africa buahnya bisa dimakan Catharanthus pusillus Vinca major, a popular garden plant Cryptolepis buchananii Holarrhena pubescens Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : a. Bergetah putih susu b. Pertumbuhan ritmik c. Bunga berbentuk terompet d. Buah berbentuk jangkar, biji bersayap tunggal e. Kayu keras f. Batang halus tidak berbanir 112 Contoh kayu penting dari famili ini : a. Jelutung (Dyera costulata) b. Pulai (Alstonia scholaris) c. Alamanda (Alamanda cathartica) d. Pulai pandak (Kibatalia maingayi) Jenis pada family Apocynaceae sebagian besar tumbuh di daerah tropis : Hutan hujan tropis dan hutanrawa di Indomalaya tinggi mencapai 80 m. Di Australia terdapat jenis Alstonia, Alyxia, Cerbera and Ochrosia. Di Afrika,dan India family Apocynaceae berupa pohon yang lebih kecil yaitu Carissa, Wrightia and Holarrhena. Di hutan tropis Amerika, Myanmar, Malaya banyak dijumpai jenis Rauvolfia, Tabernaemontana and Acokanthera dan sebagainya. Famili apocynaceae (dogbane family) berupa pohon, semak, herba maupun liana dengan cirri khas bergetah putih, daun berkarang, bunga berbentuk terompet bisexual, buah berbentuk tabung (jangkar), berry dan kapsul. Jenis komersial family ini adalah genus Alstonia, Dyera, Carpodinus, Landolphia, Hancornia, Funtumia dan Mascarenhasia. Beberapa genus tanaman hias dan ornament : Amsonia (bluestar), Nerium (oleander), Vinca (periwinkle), Carissa (Natal plum, an edible fruit), Allamanda (golden trumpet), Plumeria (frangipani), Thevetia (lucky nut), Mandevilla (Savannah flower), Adenium (desert-rose). Beberapa genus yang biasa digunakan untuk obat antara lain Acokanthera, Apocynum, Cerbera, Nerium, Thevetia dan Strophantus. Rauvolfia serpentina(Indian Snakeroot) sebagai obat hipertensi dan Catharanthus roseus untuk obat kanker. Genus Apocynum yang merupakan bahan serat yang hidup alami di Amerika. Sumber makanan Fernaldia pandurata (common name: loroco) untuk masyarakat El Salvadorian dan Guatemala. Jenis popular Apocynaceae di Kalimantan Tengah adalah pulai (Alstonia scholaris). 113 Gambar 28. Pulai (Alstonia scholaris) Pulai merupakan family Apocynaceae yang banyak tumbuh di Kalimantan Tengah karena tahan terhadap genangan air di hutan rawa. Pulai sering disebut kayu blackboard Indian devil tree, ditabark, milkwood pine yang hidup alami di benua Amerika dan IndomalayaAustralasia. Kayu pulai baik digunakan untuk membuat pensil, di Bali merupakan kayu keramat karena untuk membuat patung dewa. Kolkata, West Bengal, India Alstonia scholaris 114 Susunan Daun Pulai Kulit kayu Pulai Pulai merupakan pohon berbunga dengan tinggi lebih dari 40 meter. Kulit kayu tua berwarna abu-abu dengan permukaan kulit berlenti sel. Daun mengkilat, berbentuk spatula dengan tulang daun 25-50 pasang/lembaran daun. Bunga mekar pada bulan Oktober berbau harum seperti bunga Cestrum nocturnum. Biji berbentuk oval berbulu sangat ringan, dengan tipe buah tabung (jangkar) pecah saat buah kering. 2. Famili Sapotaceae Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : a. Bergetah putih b. Daun tunggal berbulu halus pada bagian bawah daun warna keputihan atau kecoklatan/keemasan pada bagian bawah daun c. Buah seperti sawo berdaging d. Bunga aromatis e. kayu bertekstur halus dan kuat sehingga digunakan untuk membuat patung. f. Batang halus tidak berbanir. g. Penetralisir kadar timbal paling efektif sehingga digunakan untuk tanaman jalur hijau) 115 Contoh kayu penting dari famili ini : a. Genintru (Chryzophillum ceinito) b. Sawo (Achras sapota) c. Tanjung (Mimusops elengi) d. Sawo kecik (Manilkara kauki) Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Ericales Famili : Sapotaceae Genus : Achras Aningeria Argania Aubregrinia Aulandra Autranella Baillonella "Beccariella" Pierre (non Cesati: preoccupied) (sometimes included in Pouteria) Boerlagella Cogn. (sometimes included in Pouteria) Breviea Burckella Capurodendron Chromolucuma Chrysophyllum Faucherea Gluema Inhambanella Isonandra Labourdonnaisia Labramia Lecomtedoxa Leptostylis Letestua Madhuca Manilkara Mastichodendron Micropholis Neohemsleya Neolemonniera Nesoluma Niemeyera Pichonia Planchonella Pierre (sometimes included in Pouteria) Pouteria Pradosia Pycnandra Sarcaulus Sarcosperma Sersalisia R.Br. (sometimes included in Pouteria) Sideroxylon Synsepalum Tieghemella Tridesmostemon Tsebona Van-royena Aubrév. (sometimes included in Pouteria) 116 Delpydora Diploknema Diploon Eberhardtia Ecclinusa Elaeoluma Englerophytum Northia Omphalocarpum Palaquium Payena Vitellaria Vitellariopsis Xantolis Madhuca longifolia var. latifolia di Narsapur, Medak district, India. Sapotaceae merupakan family tumbuhan bunga dengan ordo Aricales, terdiri dari 65 genus dan 800 jenis yang tumbuh di daerah tropis. Banyak anggota family ini berguna untuk : 1. Sebagai penghasil buah seperti Manilkara (Sapodilla, Sapota), Chrysophyllum cainito (Star-apple atau Golden Leaf Tree), Pouteria (Abiu, Canistel, Lúcuma, Mamey sapote), Vitellaria paradoxa (Shea) and Sideroxylon australe (plum asli Australia). Shea (Africa dan karité di Perancis; juga disebut Shea butter) 2. Menghasilkan minyak biji yang bernilai ekonomi seperti shea butter, di Marocco untuk menghasilkan minyak makan Argania spinosa (L.). 3. Untuk kosmetik tradisional dan modern pada buah yang disebut miracle fruit (Synsepalum dulcificum). 4. Penghasil getah perca genus Palaquium (Gutta-percha) 117 3. Famili Euphorbiaceae Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : a. Bergetah putih pada bark (kulit) b. Daun majemuk menjari/ berkarang/tunggal c. Bunga malai d. Buah batu /kotak e. Pertumbuhan cepat f. Penghasil minyak pada biji Contoh kayu penting dari famili ini : e. Jarak (Ricinus comunis) f. Karet (Hevea braziliensis) g. Buah roda ( Jatropha gosilophia) h. Kemiri (Elaiurites moluccana) 4. Famili Moraceae Panama Rubber (Castilla elastica) Moraceae merupakan keluarga Mulberry/Fig yang merupakan tumbuhan bunga terdiri atas 40 genus dan 1000 jenis. Famili ini mempunyai getah putih pada jaringan parenkimnya. 118 Klasifikasi Famili Moraceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Rosales Famili :Moraceae Sub Famili : Artocarpeae; Castilleae; Dorstenieae; Ficeae; Moreae Genus : Artocarpeae Artocarpus Breadfruit, Jackfruit Batocarpus Clarisia Hullettia Parartocarpus Prainea Treculia Ficeae FicusFigtrees, Banyans Castilleae Antiaris Antiaropsis Castilla Helicostylis Maquira Mesogyne Naucleopsis Perebia Poulsenia Pseudolmedia Sparattosyce Dorstenieae Brosimum Breadnut Bosqueiopsis Dorstenia Helianthostylis Scyphosyce Trilepisium Trymatococcus Utsetela Moreae Bagassa Bleekrodea Broussonetia Paper Mulberry Fatoua Maclura Osageorange Milicia Morus mulberry Sorocea Streblus Trophis Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : a. Bergetah putih susu b. Permukaan daun tunggal halus mengkilat dan kaku, daun oval c. Bunga di ketiak daun d. Buah sempurna kebanyakan steril e. sebagai tanaman penyimpan air dan pelindung f. Permukaan batang halus berbanir dan berakar tunjang (gantung) Contoh kayu penting dari famili ini : 1. Beringin ( Ficus binyamina ) 4. Cempedak ( Artocarpus cipedens) 2. Preh (Ficus elestica ) 5. Nangka ( Artocarpus integra ) 3. Pancasuda (Cecropia peltata ) 6. Kluwih ( Artocarpus communis ) 119 Pertanyaan : 1. Jenis komersial dari family Sapotaceae adalah…. 2. Persamaan antara family Apocynaceae, Moraceae, Euphorbiaceae dan Sapotaceae. 3. Jenis pohon yang merupakan penghasil kayu untuk patung adalah famili .... 4. Ciri khas famili Apocynaceae adalah… 5. Jenis penghasil getah perca adalah…. Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 120 BAB XII IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL 3 (Verbenaceae, Myrtaceae) Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengenal cirri umum famili Verbenaceae dan Myrtaceae 2. Memahami cara menghafal dan mengenal nama ilmiah pohon komersial kehutanan dari famili Verbenaceae dan Myrtaceae Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk famili Verbenaceae dan Myrtaceae 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan membedakan jenis pohon komersial dari famili Verbenaceae dan Myrtaceae 3. Mahasiswa mampu mengenali kegunaan kayu komersial dari famili Verbenaceae dan Myrtaceae Materi Pembelajaran 1. Famili Verbenaceae Lantana camara (Tembelekan) Golden Dew Drops (Duranta erecta) Frog fruit (Phyla nodiflora) Klasifikasi untuk Famili Verbenaceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Lamiales 121 Famili : Verbenaceae, sinonim : Durantaceae dan Petreaceae Genus : ada 35 macam Nashia Millsp. Neosparton Griseb. Parodianthus Tronc. Petrea L. – sandpaper vines Phyla Lour. – fogfruits Pitraea Turcz. Priva Adans. Recordia Moldenke Rehdera Moldenke Rhaphithamnus Miers Stachytarpheta Vahl Stylodon Raf. Tamonea Aubl. Ubochea Urbania Verbena L.verbenas/vervains Verbenoxylum Tronc. Xeroaloysia Tronc. Xolocotzia Miranda Acantholippia Griseb. Aloysia Palau beebrushes Baillonia Bocq. Bouchea Cham. Burroughsia Casselia Nees & Mart. Chascanum E.Mey Citharexylum L. – Fiddlewoods Coelocarpum Balf.f. Diostea Miers Dipyrena Hook. Duranta L. Glandularia J.F.Gmel. Hierobotana Briq. Junellia Moldenke Lampayo F.Phil. ex Murillo Lantana L. – shrub verbenas, lantanas Lippia L. Mulguraea N.O’Leary & P.Peralta Chloanthes R.Br. → Lamiaceae Clerodendrum L. → Lamiaceae Congea Roxb. → Lamiaceae Cornutia L. → Lamiaceae Cyanostegia Turcz. → Lamiaceae Cyclocheilon Oliv. → Orobanchaceae DicrastylisJ.Drumm.exHarv.→Lamiaceae Dimetra Kerr → Oleaceae Discretitheca P.D.Cantino → Lamiaceae Euthystachys A.DC. → Stilbaceae Faradaya F.Muell. → Lamiaceae Garrettia H.R.Fletcher → Lamiaceae Glossocarya Wall. ex Griff. → Lamiaceae Gmelina L. → Lamiaceae Hemiphora(F.Muell.)F.Muell→ amiaceae Holmskioldia Retz. → Lamiaceae Hosea Ridl. → Lamiaceae HymenopyramisWall.exGriff.→Lamiaceae Kalaharia Baill. → Lamiaceae Karomia Dop → Lamiaceae Lachnostachys Hook. → Lamiacae Amasonia L.f. Lamiaceae Asepalum Marais → Orobanchaceae Avicennia L. → Acanthaceae Brachysola(F.Muell.)Rye→ Lamiaceae Callicarpa L. → Lamiaceae Campylostachys Kunth → Stilbaceae Caryopteris Bunge → Lamiaceae 122 Verbenaceae umumnya dikenal dengan famili Verbena atau vervain family, yang umum didominasi oleh tumbuhan bunga daerah tropis.baik berupa pohon, semak maupun herba dengan bau aromatic. Dahulu dikenal dengan nama family Lamiaceae yang dipersempit menjadi family Verbenaceae dengan anggota 35 genus and 1,200 species. Vegetasi mangrove dari family ini adalah genus Avicennia, terkadang disebut juga dengan istilah family Avicenniaceae, atau Acanthaceae. Verbenaceae yang banyak tumbuh di hutan dataran rendah dan peralihan hutan dataran rendah dan gambut untuk jenis kayu komersial antara lain sungkai (Peronema canescens) dan kalapapa/laban (Vitex pubescens), sedangkan dalam bentuk herba dan semak sangat beragam yang biasa dimanfaatkan untuk obat herbal. Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : 1. Bentuk penampang melintang tunas muda berbentuk kotak 2. Daun tunggal/majemuk dengan permukaan daun berbulu kasar, memiliki domatia, daun bentuk bulat atau oval menuju bulat dan bersayap daun 3. Duduk daun berhadapan 4. Bunga majemuk terletak diujung / pucuk (axilary) dan ada juga yang di ketiak daun seperti Melina. 5. Bunga berrbentuk tabung yang tersusun dalam bentuk kerucut diujung tangkai 6. Buah batu contoh Jati, buah sejati contoh melina 7. kayu keras 8. Batang halus tidak berbanir 9. Tajuk bulat Contoh kayu penting dari famili ini di Indonesia : 1. Jati (Tectona grandis, L) 2. Melina (Gmelina arborea ) 3. Sungkai (Peronema canescens ) 4. Kalapapa/laban (Vitex pubescens) 5. Senggugu ( Clerodendron spp.) utk obat gurah 6. Lemon Verbena (Aloysia triphylla) daunnya untuk bumbu/ penyedap masakan 7. Verbenas or vervains (Verbena), untuk herbalism, tumbuh sebagai herba di lahan budidaya. 123 2. Famili Myrtaceae Melaleuca leucadendron (Galam) merupakan jenis Myrtaceae yang popular di rawa gambut Famili Myrtaceae mendominasi hutan tropis terutama rawa gambut dengan populasi jenis yang melimpah karena tahan genangan dan mampu beradaptasi di tanah dengan pH rendah seperti Tabati, jambu-jambu, kayu pelawan, galam, duwet dan sebagainya yang merupakan genus Syzigium, Eugenia, Psidium, Melaleuca dan sebagainya. Selain hasil kayunya, famili Myrtaceae juga menghasilkan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti minyak atsiri, buah, dan obat-obat herbal tradisional juga dihasilkan dari organ famili Myrtaceae terutama daun. Sebagian besar merupakan jenis pioner hutan rawa gambut. Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : a. Kulit batang mengelupas tipis dan parah berwarna coklat, keputihan atau doreng (E.deglupta) b. Permukaan daun atas mengkilat sedangkan bagian bawah berbulu halus, daun bentuk bulat menuju oval, lanset, berbau aromatis (gondopuro) c. Daun mempunyai kelenjar minyak atsiri yang bersifat aromatis d. Bunga di ketiak daun warna putih dengan benagsari mengumpul banyak membentuk warna putih pada bunga dan berbentuk malai. e. Buah kotak f. kayu lunak untuk kertas g. Batang tidak berbanir 124 Famili Myrtaceae terdiri atas ordo terkenal antara lain Myrtales. Myrtle, clove, guava, feijoa, allspice, and eucalyptus yang merupakan tumbuhan kayu. Ciri khusus family ini adalah jaringan angkut (phloem) terletak diantara jaringan kayu (xylem). Daun selalu hijau tidak ada musim gugur, terletak alternate dan cenderung opposite (berhadapan). Bunga terdiri atas 5 lembar mahkota bunga dengan benangsari berjumlah banyak, menonjol dan berwarna cerah. Myrtaceae terdiri atas 130-150 genus dan 5650 jenis (Govaerts et al. 2008). Genus dengan buah kotak seperti Eucalyptus, Corymbia, Angophora, Leptospermum, Melaleuca, Metrosideros di Amerika sejenis dengan genus Tepualia di Chili dan Argentina. Eucalyptus adalah jenis yangt dominan di banyak tempat di Australia dan secara sporadic di Philipina seperti Eucalyptus regnans yang merupakan pohon bunga tertinggi di dunia. Genus penting di Australia antara lain Callistemon (bottlebrushes), Syzygium, and Melaleuca (paperbarks). Genus Osbornia, asli Australia merupakan tumbuhan mangrove. Eugenia, Myrcia, dan Calyptranthes merupakan genus pada daerah neotropik. Gambar 29. Buah Famili Myrtaceae Syzygium samarangense, Jambu air anggota Myrtaceae Klasifikasi untuk Famili Myrtaceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae 125 Genus Acca Accara Acmena Acmenosperma Actinodium Agonis Algrizea Allosyncarpia Amomyrtella Amomyrtus Angasomyrtus Angophora Archirhodomyrtus Arillastrum Astartea Asteromyrtus Austromyrtus Babingtonia Backhousia Baeckea Balaustion Barongia Basisperma Beaufortia Blepharocalyx Callistemon Calothamnus Calycolpus Calycorectes Calyptranthes Calyptrogenia Calythropsis Calytrix Campomanesia Carpolepis Chamelaucium Chamguava Cheyniana Choricarpia Cleistocalyx Cloezia Conothamnus Corymbia Corynanthera Cupheanthus Curitiba Darwinia Decaspermum : ada 130 macam yaitu : Eremaea Eucalyptopsis Eucalyptus Eugenia Feijoa (syn. Acca) Gomidesia Gossia Harmogia Hexachlamys Homalocalyx Homalospermum Homoranthus Hottea Hypocalymma Kanakomyrtus Kania Kardomia Kjellbergiodendron Kunzea Lamarchea Legrandia Lenwebbia Leptospermum Lindsayomyrtus Lithomyrtus Lophomyrtus Lophostemon Luma Lysicarpus Mallostemon Marlierea Melaleuca Meteoromyrtus Metrosideros Micromyrtus Mitranthes Mitrantia Monimiastrum Mosiera Myrceugenia Myrcia Myrcianthes Myrciaria Myrrhinium Myrtastrum Myrtella Myrteola Myrtus Neofabricia Neomitranthes Neomyrtus Ochrosperma Octamyrtus Osbornia Paramyrciaria Pericalymma Phymatocarpus Pileanthus Pilidiostigma Piliocalyx Pimenta Pleurocalyptus Plinia Pseudanamomis Psidium Purpureostemon Regelia Rhodamnia Rhodomyrtus Rinzia Ristantia Sannantha Scholtzia Seorsus Siphoneugena Sphaerantia Stereocaryum Stockwellia Syncarpia Syzygium Taxandria Tepualia Thaleropia Thryptomene Tristania Tristaniopsis Ugni Uromyrtus Verticordia Waterhousea Welchiodendron Whiteodendron Xanthomyrtus Xanthostemon 126 Contoh kayu penting dari famili ini di Indonesia : 1. Leda (Eucalyptus deglupta) 7. Kelor merah ( Tristania maingaiyi ) 2. Ampupu (Eucalyptus urophylla) 8. Galam (Melaleuca leucadendron) 3. Eukaliptus( Eucalyptus alba ) 9. Kayu putih (Melaleuca cajuputi) 4. Eukaliptus ( Eucalyptus grandiss) 10. Cengkeh (Eugenia aromatica) 5. Varietas hibrid Eucalyptus urograndis) 11. Jambu air (Eugenia aquatica) 6. Kayu loso ( Metroxiderus petiolata ) Pertanyaan : 1. Sebutkan jenis pohon komersial dari famili Verbenaceae yang terdapat di Palangka Raya! 2. Sebutkan ciri khusus family Verbenaceae! 3. Sebutkan jenis pohon komersial dari famili Myrtaceae yang terdapat di Palangka Raya! 4. Sebutkan ciri khusus family Myrtaceae! 5. Myrtaceae mempunyai cirri khusus pada daun… dan kulit… Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Govaerts, R. et al. (12 additional authors). 2008. World Checklist of Myrtaceae. Royal Botanic Gardens, Kew. xv + 455 pp. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 127 BAB XIII. IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL 4 (Anacardiaceae, Lauraceae, Thymeliaceae) Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengenal cirri umum famili Anacardiaceae, Lauraceae dan Thymeliaceae 2. Memahami, mengenali dan menghafal nama ilmiah pohon komersial kehutanan dari famili Anacardiaceae, Lauraceae dan Thymeliaceae Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk famili Anacardiaceae, Lauraceae dan Thymeliaceae 2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan membedakan jenis pohon komersial dari famili Anacardiaceae, Lauraceae dan Thymeliaceae 3. Mahasiswa mampu mengenali kegunaan kayu komersial dari famili Anacardiaceae, Lauraceae dan Thymeliaceae. Materi Pembelajaran 1. Famili Anacardiaceae Lannea grandis di Banten, Indonesia Anacardiaceae atau family cashew atau sumac family) adalah family dari tumbuhan bunga dengan buah semu yang diproduksi oleh tangkai buah. Anacardiaceae merupakan jenis komersial terutama untuk diambil hasil hutan bukan kayunya (HHBK) dari genus Anacardium, sedangkan untuk diambil buahnya dari genus mangifera, poison ivy, sumac, smoke tree, dan marula. Di kalimantan Tengah terdapat pohon rengas/jingah (Gluta rengas) yang tumbuh di sepanjang 128 aliran sungai merupakan anggota family Anacardiaceae dari genus Gluta dan yang hidup sebagai pionir di hutan dataran rendah seperti gandaria, binjai, kasturi (genus Mangifera) dan sebagai pionir hutan rawa gambut yaitu terentang (Campnosperma spp.) Pohon dengan kandungan racun, ada yang mengandung resin dan getah. Lokasi saluran resin yang akan terbentuk di batang, akar dan daun sebagai ciri khas famili ini. Saluran resin berada di jaringan gabus pada jambu mete dan beberapa jenis lainnya di kulit dan kortek primer. Pada beberapa jenis mengandung tanin. Kayu Anacardiaceae mempunyai celah pada jaringan vesselnya dalam parenkimnya sehingga akan timbul bunyi mendesis jika batang dilukai seperti pada terentang (Campnosperma spp.). Duduk daun berhadapan (opposite) dan tanpa stipula. Bunga majemuk pada ujung tangkai (axilary). Sistem perbungaan bisexual dan merupakan bunga sempurna. Kelopak 3-7 lembar tanpa mahkota bunga, benang sari sama dengan jumlah mahkota berbentuk lempeng dengan putik ditengahnya. Buah jarang terlihat masak karena rontok. Kulit biji sangat tipis dan keras, tanpa endosperma dan mempunyai kotyledone yang besar dengan satu embrio di dalamnya. Famili Anacardiaceae sangat melimpah keberadaannya di daerah tropis dan hanya sebagian kecil yang berada di daerah subtropics.Sebagian besar hidup alami di hutan tropis Amerika, Afrika, dan India. Genus Pistacias dan beberapa jenis Rhus ditemukan di Eropa. Jenis Rhus banyak dijumpai di Amerika Utara dan Schinus khusus tumbuh di Amerika Selatan. Produk yang dihasilkan dari famili ini adalah produk hasil hutan bukan kayu seperti kacang mete (cashew) dan pistacia, buah-buahan seperti mangga, kedondong, gandaria, kasturi, binjai dan buah marula. Produk kayunya dari jenis Rengas dan Terentang. Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : 1. Bergetah coklat ada yang bersifat gatal jika terkena kulit (rengas) 2. Daun tunggal 3. Bunga berbentuk tabung yang tersusun dalam bentuk malai 4. Buah semu pada jambu monyet dan sejati pada mangga 5. kayu keras 6. Berbanir/tidak 129 Klasifikasi untuk famili Anacardiaceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Actinocheita Anacardium (Cashew) Androtium Antrocaryon Apterokarpos Astronium/Myracrodruon Baronia Bonetiella Bouea Buchanania Campnosperma Cardenasiodendron Choerospondias Comocladia Cotinus (Smoke tree) Cyrtocarpa Dracontomelon Drimycarpus Ebandoua Euleria Euroschinus Faguetia Fegimanra Gluta Haematostaphis Haplorhus Harpephyllum Heeria Holigarna Koordersiodendron Lannea Laurophyllus Lithraea Loxopterigium Loxostylis Malosma Mangifera (Mango) Mauria Melanochyla Metopium Micronychia Montagueia Mosquitoxylum Nothopegia Ochoterenaea Operculicarya Ozoroa Pachycormus Parishia Pegia Pentaspadon Pistacia (Pistachio) Pleiogynium Poupartia Protorhus Pseudoprotorhus Pseudosmodingium Pseudospondias Rhodosphaera Rhus (Sumac) Schinopsis Schinus (Peppertree) Sclerocarya (Marula) Semecarpus Smodingium Solenocarpus Sorindeia Spondias Swintonia Tapirira Thyrsodium Toxicodendron (Poison Ivy, Poison Oak, Poison Sumac) Trichoscypha Contoh kayu penting dari famili ini di Indonesia : 1. Rengas (Gluta rengas) 5. Gandaria ( Mangifera spp.) 2. Mangga (Mangifera indica) 6. Kasturi (Mangifera kasturi) 3. Terentang (Campnosperma longifolia) 7. Jambu monyet (Anacardium occidental) 4. Binjai (Mangifera spp.) 130 2. Famili Lauraceae Litsea glutinosa Flora de Filipinas, 1880-1883, by Francisco Manuel Blanco Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Actinodaphne Aiouea Alseodaphne Aniba Apollonias Aspidostemon Beilschmiedia Caryodaphnopsis Cassytha Chlorocardium Cinnadenia Cinnamomum Cryptocarya Dehaasia Dicypellium Dodecadenia Endiandra Endlicheria Eusideroxylon Gamanthera Hexapora Hufelandia Hypodaphnis Iteadaphne Kubitzkia Laurus Licaria Lindera Litsea Machilus Malapoenna Mezilaurus Misanteca Mocinnodaphne Mutisiopersea Nectandra Neocinnamomum Neolitsea Notaphoebe Nothaphoebe Ocotea Oreodaphne Parasassafras Parthenoxylon Paraia Persea Phoebe Phyllostemonodaphne Pleurothyrium Polyadenia Potameia Potoxylon Povedadaphne Ravensara Rhodostemonodaphne Sassafras Schauera Sextonia Sinopora Sinosassafras Syndiclis Tetranthera Tylostemon Umbellularia Urbanodendron Williamodendron 131 Famili lauraceae terdiri atas 3000 jenis tumbuhan bunga dalam 50 genus. Kebanyakan merupakan tumbuhan daerah subtropics dan tropis Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Dikenal dengan famili dominan pada habitat Laurel forest. Sebagian bersifat aromatik. Genus Cassytha merupakan genus yang bersifat parasit. Cinnamomum tamala(Malabathrum/ Tejpat) Lindera melissifolia. Lindera triloba Ocotea obtusata Kelompok famili Lauraceae yang bernilai komersial antara lain : Penghasil minyak essential untuk parfum Herba sebagai penghasil racun (irritant atau cairan racun) seperti Cassytha spp. Penyedap masakan (rempah-rempah seperti kayu manis (Cinnamomum spp.) Buah-buahan seperti Alpokat (Persea Americana) Kayu Ulin / besi (Eusyderoxylon zwageri) Tumbuhan obat Penyebaran benih pada family ini dilakukan oleh primate, jenis hewan pengerat dan ikan khusus untuk yang bertipe penyebaran hidrochory. Daun dengan domatia pada berkas pembuluh. Pada jenis Ocotea menjadi sarang semut baik di daun maupun lubang-lubang batang hingga melakukan simbiosis dengan tumbuhan seperti gaharu. Pohon menduduki lapisan dominan pada hutan hujan tropis maupun hutan laurel. Pada daerah rawa juga terdapat jenis famili ini yang beradaptasi dengan membentuk pneumatophora. 132 3. Famili Thymeliaceae Jenis populer famili ini adalah Ramin (Gonystylus spp.) adalah salah satu jenis pohon yang tumbuh di hutan alam rawa. Di Indonesia, saat ini jenis kayu Ramin hanya dapat dijumpai di kawasan hutan rawa pulau Sumatera. Kepulauan selat Karimata, dan Kalimantan. Di Pulau Sumatera, jenis kayu ramin dijumpai di kawasan sebelah timur mulai dari Riau hingga Sumatera Selatan. Di pulau Kalimantan, kayu jenis ramin dapat dijumpai di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan sedikit di Kalimantan Timur. Kayu jenis ramin telah sejak lama dikenal sebagai penghasil produk kayu komersial dan memiliki harga jual yang cukup mahal sehingga digolongkan dalam kategori kayu indah. Penampakan fisik jenis ramin yang bertekstur halus membuat jenis ini cukup digemari di pasar kayu Internasional. Harga jual dari produk jadi kayu ramin di pasar internasional hingga saat ini telah mencapai US $ 1.000 per meter kubik. Produk yang dihasilkan umumnya berbentuk kayu olahan (sawn timber), produk setengah jadi (moulding), dowels) dan produk jadi (furniture, window blinds, snooker cues).Negara pengimpor jenis kayu ini antara lain Italia, Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, China, dan Inggris. Tingginya harga jual dan besarnya kebutuhan pasar terhadap jenis kayu ini ternyata membuat maraknya kegiatan Ramin. Ramin penebangan di kawasan hutan rawa gambut. Setelah menjadi andalan dari perusahaan HPH hutan rawa tahun 1990-an, dalam beberapa tahun belakangan ramin juga telah menjadi incaran aktivitas illegal logging. Sejak tahun 1998 aktivitas Illegal logging telah teridentifikasi menjadi semakin marak dan kayu ramin menjadi salah satu kayu terpopuler yang menjadi incaran para penebang di Sumatera danKalimantan. Bahkan pada tahun 1999, aktivitas illegal logging di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting volume penebangan ilegal kayu ramin mencapai 5.000 m3 setiap minggunya. Angka ini sebanding dengan angka produksi tahunan sebuah perusahaan HPH penghasil ramin di Riau, PT Diamond Raya Timber (PT. DRT). Penebangan jenis kayu ramin secara ilegal tidak hanya dijumpai di TN Tanjung Puting saja melainkan telah menjalar ke beberapa kawasan konservasi hutan rawa gambut. Sementara data tentang berapa besar volume kayu ramin yang telah diperdagangkan dan diekspor dari Indonesia secara ilegal tidak ada orang yang tahu. Yang jelas sampai saat ini kayu ramin ilegal yang berasal dari Indonesia masih beredar di pasar-pasar internasional. Padahal sejak pertengahan dekade 90-an jenis kayu ramin telah dinyatakan langka. Ancaman 133 kepunahan terhadap jenis kayu ramin dengan maraknya aktivitas illegal logging yang telah merambah ke kawasan konservasi serta adanya tekanan tekanan dari organisasi Pertanyaan : 1. Apakah cirri khusus suatu pohon masuk dalam family Lauraceae 2. Apakah cirri khusus suatu pohon masuk keluarga Anacardiaceae 3. Keluarga/family Anacardiaceae yang merupakan kayu komersial antara lain … 4. Keluarga/family Lauraceae yang merupakan kayu komersial antara lain … 5. Keluarga/family Thymeliaceae yang merupakan kayu komersial antara lain … Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 134 BAB XIV. IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL 5 (Leguminosae) Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengenal cirri umum famili Leguminosae 2. Memahami nama ilmiah pohon komersial kehutanan dari famili Leguminosae Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk famili Leguminosae 2. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis pohon komersial dari famili Leguminosae 3. Mahasiswa mampu menyebutkan kegunaan kayu komersial dari famili Leguminosae Materi Pembelajaran Famili Leguminosae Kudzu (Pueraria lobata) Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : 1. Daun majemuk menyirip 2. Bersimbiosis mutualisme pada akarnya dengan bakteri Rhizobium spp.dalam fiksasi unsur N. 3. Bunga berbentuk kupu-kupu yang tersusun dalam bentuk malai maupun bonggol seperti putri malu (Mimosa pudica) dan petai (Parkea roxburghi) terletak axilary maupun terminalis. 4. Buah berbentuk polong atau buah bersayap tunggal sono kembang (Pterocarpus indicus) 5. Cepat tumbuh 6. Merupakan materi untuk pembuatan pupuk hijau karena daun mudah terdekomposisi. 135 7. Pada beberapa spesies cenderung membentuk filodia (daun semu) seperti pada Acacia mangium/ acacia auriculiformis. 8. Terbagi atas 3 sub famili yaitu Mimosacideae (seperti sengon), Papilionidaeae (seperti sono keling), dan Caesalpineadeae (seperti secang) Contoh kayu penting dari famili ini : 1. Sengon (Falcataria moluccana) 7. Johar (Cassia siamea) 2. Acacia mangium/ A. auriculiformis. 8. Trengguli (Cassia fistula) 3. Acacia decuren 9. Flamboyan (Delonix regia) 4. Sono keling (Dalbergia latifolia) 10. Secang ( Caesalpinea sappan) 5. Petai (Parkea roxburghi) 11. Kempas ( Kompasia malacensis) 6. Asam jawa (Tamarindus indicus) Klasifikasi untuk Famili Leguminosae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Fabales Famili : Fabaceae/Leguminosae Sub Famili : Caesalpinioideae; Mimosoideae; Papilionideae/Faboideae Genus : Acacia baileyana (Wattle) Calliandra emarginata Dichrostachys cinerea Sickle Bush Desmodium gangeticum Indigofera gerardiana Alysicarpus vaginalis Lathyrus odoratus Inflorescence Lupinus arboreus 136 Pisum sativum (Peas) Trifolium repens di India. Gymnocladus dioicus Zornia gibbosa Smithia conferta Ciri khusus tiap sub family antara lain : Mimosoideae: 80 genus dan 3,200 jenis. Sebagian besar hidup di iklim tropis pada suhu udara yang panas seperti Asia Amerika dan Afrika.Contoh : Mimosa, Acacia. Caesalpinioideae: 170 genus dan 2,000 jenis di daerah cosmopolitan. Contoh : Caesalpinea, Senna, Bauhinia, Amherstia. Faboideae: 470 genus dan 14,000 jenis di daerah cosmopolitan. Contoh : Astragalus, Lupinus. Famili Fabaceae atau Leguminosae, yang umumnya dikenal dengan nama famili legume, pea, kacang-kacangan/polong-polongan atau bean, adalah family yang beranggota banyak dengan multiple guna baik untuk kayu pertukangan, tanaman penghijauan, bahan makanan dan bahan bangunan yang merupakan keluarga famili terbesar ketiga setelah Orchidaceae dan Asteraceae dengan 730 genus 19.400 jenis. Genus terbesar adalah Astragalus (lebih dari 2,400 species), Acacia (lebih dari 950 species), Indigofera (lebih dari 700 species), Crotalaria (± 700 species), dan Mimosa (± 500 species). Leguminosae mampu tumbuh di berbagai tipe iklim di bumi baik tropis basah, kering maupun di daerah subtropics. Beberapa jenis leguminosae penting untuk budidaya tanaman antara lain :Glycine max (kedelai), Phaseolus (beans), Pisum sativum (capri), Cicer arietinum (chickpeas), Medicago sativa (alfalfa), Arachis hypogaea (kacang tanah), Ceratonia siliqua (carob), dan Glycyrrhiza glabra (licorice). Leguminosae dalam bentuk pohon dan mempunyai kualitas kayu yang bagus antara lain kayu kompas, sono keling. Kebanyakan merupakan jenis pohon penghijauan karena cepat tumbuh bersimbiosis mutualisme dengan bakteri N dalam menjerap unsure hara tanah dan 137 mampu bertahan di kondisi yang ekstrim seperti trembesi, sengon, alfalfa. Ciri khas daun family Leguminosae adalah majemuk menyirip baik ganda maupun ganjil, berbunga kupukupu dan berbuah polong/papan seperti petai. Gambar 30. Perbungaan Famili Leguminosae Wisteria sinensis, Faboideae Subfamili Leguminosae dibedakan menurut tipe perbungaannya : Caesalpinioideae bunga zygomorphic contoh pada Bauhinia purpuera, dengan benang sari menonjol ke atas lebih panjang satu dengan lainnya. Inflorescensia indeterminate. Mimosoideae, bunga actinomorphic tersusun dalam bentuk bunga bonggol seperti bola (globose inflorescences). Benang sari menonjol membentuk koloni bunga menyerupai bola dan berwarna mencolok disbanding mahkota bunganya. Faboideae, bunga zygomorphic, dengan struktur khusus. Terdapat 2 daun mahkota yang lebih tinggi sebagai penopang lebih besar dari lainnya Jumlah benang sari 10 buah dengan bentuk bunga asimetris. 138 Gambar 31. Buah Polong pada Leguminosae Vicia angustifolia Keberadaan family Leguminosae mempunyai multifungsi antara lain : Penghasil bahan bangunan seperti kayu kompas, sono keeling Media penyuply unsure hara dengan sifat khusunya yang mampu bersimbiosis dengan bakteri N Penghasil bahan makanan sumber protein nabati Sumber obat alami seperti alfalfa untuk membuat produk larutan kesehatan (Klorophil) dan asam jawa untuk obat tradisional Sebagai tanaman hias seperti Laburnum, Robinia, Gleditsia, Acacia, Mimosa, dan Delonix dan herba Penghasil kertas seperti akasia Sarana untuk memproduksi madu alam pada tegakan akasia. Sumber makanan ternak seperti lamtoro Alat untuk rehabilitasi lahan kritis karena kandungan zat lemas pada akar tanaman famili Leguminosae. 139 Pertanyaan : 1. Apakah cirri khusus suatu pohon masuk dalam family Leguminosae 2. Jenis komersial family Leguminosae adalah… 3. Keistimewaan Leguminosae dalam mengubah tanah tandus adalah... 4. Sebutkan sub family Leguminosae! 5. Arti Leguminosae adalah… Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 140 BAB XV. IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL 6 (JENIS-JENIS POHON DI KALIMANTAN TENGAH) Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengenal cirri umum beberapa famili pohon di Kalimantan Tengah 2. Memahami, mengenali danMenghafal nama ilmiah pohon komersial kehutanan beberapa famili pohon di Kalimantan engah Tengah Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk beberapa famili pohon di Kalimantan Tengah 2. Mahasiswa mampu mengenali jenis pohon komersial beberapa famili pohon Kalimantan Tengah 3. Mahasiswa mampu mengenali kegunaan kayu komersial beberapa famili pohon Kalimantan Tengah Materi Pembelajaran 1. Famili Meliaceae Melia azedarach Chinese Rice Flower (Aglaia odorata) Meliaceae atau dikenal dengan keluarga Mahagoni adalah tumbuhan bunga sebagian besar berbentuk pohon, herba termasuk mangrove. Bertajuk hijau sepanjang tahun, namun sebagian melakukan pengguguran daun di musim kemarau. Famili ini terdiri atas 50 genus dan 550 jenis di daerah tropis. 141 Klasifikasi famili Meliaceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Aglaia Anthocarapa Aphanamixis Astrotrichilia Azadirachta Cabralea Calodecarya Capuronianthus Carapa Cedrela Cedrelopsis Chisocheton Chukrasia Cipadessa Dysoxylum Ekebergia Entandrophragma Guarea Heckeldora Humbertioturraea Khaya Lansium Lepidotrichilia Lovoa Malleastrum Melia Munronia Naregamia Neobeguea Owenia Pseudobersama Pseudocarapa Pseudocedrela Pterorhachis Reinwardtiodendron Ruagea Sandoricum Schmardaea Soymida Sphaerosacme Swietenia Synoum Toona Trichilia Turraea Turraeanthus Vavaea Walsura Xylocarpus Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : a. Daun oval 1 : 3 b. Daun majemuk dengan permukaan daun licin, daun bentuk bulat /oval menuju bulat c. Bunga majemuk tersusun di ketiak daun d. Buah kotak cth mahoni, buah sejati cth mindi e. Biji ada yang bersayap cth mahoni f. kayu keras g. Batang beralur dangkal/dalam tidak berbanir h. Tajuk bulat 142 Kegunaan beberapa jenis famili ini antara lain : Kayu komersial seperti mahoni, suren Penghasil pestisida hayati seperti Mindi Tanaman penghijauan Penghasil buah Obat herba seperti buah mahoni untuk obat penyakit kulit. Penghasil minyak nabati dan pembuat sabun Contoh kayu penting dari famili ini : 1. Mahoni (Swietenia macrophylla) 2. Mindi (Melia azidarah) 3. Suren (Toona sureni) 4. Naam (Azadirachta indica) (India) 5. Crabwood Carapa procera (Amerika Selatan dan Afrika) 6. Cedrela Cedrela odorata (Amerika; kayu dikenal sebagai Spanish-cedar) 7. Sapele Entandrophragma cylindricum (Africa) 8. Utile /Sipo, Entandrophragma utile (Africa) 9. Bossé Guarea cedrata (Africa) 10. Bossé Guarea thompsonii (Africa) 11. Ivory Coast Mahogany Khaya ivorensis (Africa) 12. Senegal Mahogany Khaya senegalensis (Africa) 13. Chinaberry or Bead, Melia azedarach (Amerika Utara, Queensland, India dan Cina selatan) 14. Mahogany Swietenia species (tropical Americas) 15. Australian Red cedar Toona australis (Australia), often included in Toona ciliata (seq.) Toon, surian (int. trade) Toona ciliata (India, southeast Asia and eastern Australia) 143 2. Famili Ebenaceae Euclea Kayu diklasifikasikan dalam kelompok kayu mahal, berwarna hitam (black wood). Salah satu jenis endemic Indonesia adalah eboni (Diosyros celebica). Ebenaceae mempunyai tajuk yang selalu hijau yang tumbuh di tropis dan subtropics. Ebenaceae mempunyai kecenderungan untuk bersimbiosis dengan jamur mikorisa. Banyak terdapat di hutan hujan tropis Malaysia, Indonesia, Afrika dan Amerika. Buah yang dapat dimakan oleh beberapa fauna vertebrata. Buah banyak mengandung tannin yang dihindari oleh herbivore saat belum masak. Famili Ebenaceae terdari atas 768 jenis dalam bentuk pohon, semak dan herba. Pohon atau semak family ini bertipe perbungaan dioecious, terkadang monoecious. Daun tipis, berwarna gelap. Kulit dan akar juga berwarna gelap seperti kayunya. Inflorescence cymose atau bunga tunggal dengan posisi perbungaan axillary. Buah berbentuk kapsul, dan terkadang berry.Saat musim buah, pohon menggugurkan daunnya. Buah mempunyai rasa manis dan bias dimakan. Klasifikasi famili Ebenaceae : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Ericales Famili :Ebenaceae 144 Genus : Diospyros Euclea Lissocarpa Ciri-ciri famili ini adalah sebagai berikut : 1. Kayu termasuk jenis kayu mewah 2. Permukaan daun berbulu halus, memiliki seludang daun, daun bentuk bulat atau oval menuju lanset 3. Buah sejati 4. tajuk kerucut dengantangkai penyusun berhadapan 5. Batang halus tidak berbanir Fossil bunga Royena graeca. Diospyros chloroxylon Bunga Persimmon Diospyros dichrophylla Pohon saat musim kering 145 Contoh kayu penting dari famili ini : 1. Kesemek(Diospyros kauki ) 2. Buah mentega (Diospyros philipinensis ) 3. kayu arang/hitam (Diospyros celebica ) 3. Famili Sapindaceae Litchi chinensis Sapindaceae juga disebut famili soapberry adalaha family tumbuhan bunga dalam ordo Sapindales dengan 140-150 genus dan 1400-2000 jenis termasuk buah maple, horse chestnut dan leci. Sapindaceae tumbuh di daerah iklim tropis, subtropics dan habitat hutan Laurel. Famili ini mempunyai ciri khas kandungan zat saponin yang bersifat racun pada daun, biji, maupun akar terutama pada genus Serjania, Paullinia, Acer dan Allophylus. Beberapa genus yang tumbuh di subtropis antara lain dari Aceraceae (Acer, Dipteronia) dan Hippocastanaceae (Aesculus, Billia, Handeliodendron). Habutis famili ini dari pohon, liana semak dan herba. Klasifikasi Famili ini adalah : Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Rosales Famili : Sapindaceae / Soapberry family 146 Sub Famili : Dodonaeoideae Hippocastanoideae Sapindoideae Xanthoceroideae Genus : Aceraceae (Acer, Dipteronia) Hippocastanaceae (Aesculus, Billia, Handeliodendron) Beberapa genus lainnya : Serjania Paullinia Acer Allophylus Dodonaea viscosa Dipteronia Dodonaea Nephelium Pometia Rambutan (Nephelium lepopetalum) Schleiceira Aesculus Billia Handeliodendron Mata Kucing (Pometia spp.) Bunga kecil dan uniseksual sempurna, ada yang monocious dan diocious. Mahkota bunga dan kelopak bunga 5, benang sari menyerupai filament/rambut. Perantara penyerbukan oleh insect dan angin. Buah tipe fleshy atau buah kering, ada yang bertipe nut, berry, drupe, schizocarps, kapsul maupun samara. Sapindaceae mempunyai fungsi : 1. Penghasil buah tropis komersial seperti leci, kelengkeng, rambutan, mamoncillo, maple dan sebagainya serta dan sirup seperti Mapel. 2. Penghasil produk sabun dan detergent. 3. Kayu ornament seperti genus Koelreuteria, Cardiospermum dan Ungnadia 4. Penghasil Lak seperti minyak Indian Macassar (Schleichera trijuga), Kesambi (Schleichera oleosa) 147 4. Famili Anonaceae Annona muricata Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Magnoliales Famili : Anonaceae Genus : Afroguatteria Alphonsea Ambavia Anaxagorea Ancana Annickia Annona Anomianthus Anonidium Artabotrys - trail-grape Asimina Asteranthe Balonga Bocagea Bocageopsis Boutiquea Cananga - Ylang-ylang Cardiopetalum Cleistochlamys Cleistopholis Craibella Cremastosperma Fissistigma Fitzalania Friesodielsia Froesiodendron Fusaea Gilbertiella Goniothalamus Greenwayodendron Guamia Guatteria/haya minga, haya blanca Guatteriella Guatteriopsis Haplostichanthus Heteropetalum Hexalobus Hornschuchia Isolona Letestudoxa Lettowianthus Malmea Marsypopetalum Oxandra - blacklancewood, haya Pachypodanthium Papualthia Petalolophus Phaeanthus Phoenicanthus Piptostigma Platymitra Polyalthia Polyceratocarpus Popowia Porcelia Pseudartabotrys Pseudephedranthus Pseudoxandra Pseuduvaria Pyramidanthe Raimondia Reedrollinsia Richella Rollinia - wild sugar-apple 148 Cyathocalyx Cyathostemma Cymbopetalum Dasoclema Dasymaschalon Deeringothamnus/false pawpaw Dendrokingstonia Dennettia Desmopsis Desmos Diclinanona Dielsiothamnus Disepalum Duckeanthus Duguetia Ellipeia Ellipeiopsis Enicosanthum Ephedranthus Exellia Asimina triloba fruit. Meiocarpidium Meiogyne Melodorum Mezzettia Mezzettiopsis Miliusa Mischogyne Mitrella Mitrephora Mkilua Monanthotaxis Monocarpia Monocyclanthus Monodora Mosannona Neostenanthera Neo-uvaria Onychopetalum Ophrypetalum Oreomitra Orophea Cananga odorata Ruizodendron Sageraea Sanrafaelia Sapranthus Schefferomitra Sphaerocoryne Stelechocarpus - kepel Stenanona Tetrameranthus Toussaintia Tridimeris Trigynaea Trivalvaria Unonopsis Uvaria Uvariastrum Uvariodendron Uvariopsis Woodiellantha Xylopia Anona squamosa Anonaceae juga dikenal dengan family apel yang berupa semak, pohon dan jarang berupa liana yang terdiri atas 130 genua dalam 2300-2500 jenis. Habitat tumbuh family ini adalah daerah tropis dan sedikit ditemukan di daerah subtropics. Anonaceae mempunyai manfaat antara lain : 1. Penghasil buah yang dapat dimakan terdiri atas 5 genus yaitu Annona, Rollinia, Uvaria, Melodorum dan Asimina Dari genus Annona: custard apple (A. reticulata), cherimoya (A. cherimola), soursop /guanábana /graviola (A. muricata), sweetsop (A. squamosa), ilama (A. diversifolia), soncoya (A. purpurea), atemoya (a cross between A. cherimola and A. squamosa); dan biriba (Rollinia deliciosa). 149 2. Kulit pohon, daun dan akar pada beberapa jenis bersifat acetogenins bermanfaat untuk pengobatan herbal (anti HIV, kanker) dan tradisional. 3. Penghasil minyak aromatik seperti kenanga (Cananga odorata) 4. Tanaman hias seperti glodokan tiang (Polyatia longifolia) 5. Penyusun hutan hujan tropis seperti Pisang-pisang (Mezzetia spp.) dan jangkang (Xylopia spp.) 5. Famili Clusiaceae Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Malpighiales Famili :Clusiaceae Sub Famili : Genus : Allanblackia Chrysochlamys Clusia Dystovomita Garcinia Lorostemon Montrouziera Moronobea Pentadesma Platonia Symphonia Thysanostemon Tovomita Tovomitopsis 150 Clusiaceae atau Guttiferae Juss. (1789) (nom. alt. et cons. = nama alternatif adalah family dengan 37 genus dan 1610 jenis dari herba, semak maupun pohon dengan cirri khas mempunyai getah merah dan buah bertipe buah kotak. Di daerah Kalimantan banyak terdapat family ini antara lain geronggang yang merupakan pioneer dengan kualitas kayu kuat, manggis dan gantalang. 6. Famili Combretaceae Combretum constrictum Kingdom : Plantarum Devisio : Magnoliophyta (Spermatophyta) Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Myrtales Famili :Combretocarpaceae, Sinonim : Bucidaceae Spreng. Myrobalanaceae Martinov Strephonemataceae Venkat. & Prak.Rao Terminaliaceae J.St.-Hil. Jenis yang banyak dijumpai di Kalimantan Tengah dari famili ini adalah tumih (Combretocarpus rotundatus) sebagai pioneer di lahan gambut yang terbuka dapat tumbuh homogeny dengan perakaran nafas yang unik. Jenis pohon peneduh untuk taman karena mempunyai bentuk yang artistic seperti Ketapang (Terminalia cattapa), keben (Baringtonia asiatica). 151 Pertanyaan : 1. Apakah cirri khusus suatu pohon masuk dalam : a. family Meliaceae b. Famili Ebenaceae c. Famili Sapindaceae d. Famili Anonaceae e. Famili Gutiferae f. Famili Combretocarpaceae 2. Sebutkan jenis dari famili Anonaceae yang banyak tumbuh di hutan rawa gambut ! 3. Sebutkan jenis dari famili Guttiferae sebagai pioneer di lahan bertanah gambut ! 4. Apakah tipe buah pada Guttiferae ? Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 152 BAB XVI. IDENTIFIKASI JENIS KOMERSIAL 7 GYMNOSPERMAE Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mengenal cirri umum kelas Gymnospermae 2. Memahami, mengenali dan menghafal nama ilmiah pohon komersial kehutanan dari kelas Gymnospermae Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri umum untuk kelas Gymnospermae 2. Mahasiswa mampu mennyebutkani jenis pohon komersial dari kelas Gymnospermae 3. Mahasiswa mampu mengenali kegunaan kayu komersial dari kelas Gymnospermae. Materi pembelajaran GYMNOSPERMAE Divisi Spermatophyta Dibagi menjadi 2 sub divisi yaitu Gymnospermae dan Angiospermae. Angiospermae sudah banyak dibahas pada bab sebelumnya sebagai kelompok besar tumbuhan berbiji tertutup yang terbagi atas dua kelas besar yaitu Monokotil dan Dikotil. Sedangkan Gymnospermae merupakan sub divisi khusus tumbuhan kayu dari kelompok tumbuhan berbiji terbuka. Gymnospermae, menurut William M. And Ellwood, S., 1958 dibagi atas 4 kelas yaitu Gingkophyta, Pinaphyta, Cycadophyta dan Gnetophyta. a. Pinophyta Strobilus jantan Tusam (Pinus merkusii) Strobilus betina Tusam (Pinus merkusii) Gambar 32. Pinophyta 153 Pinus merupakan golongan tumbuhan berdaun jarum. Dalam satu tangkai daun ada yang beranak daun 2, 3 atau 5. Pinus mempunyai dua jenis bunga berdasarkan jenis kelamin bunganya, namun masih dalam satu pohon hanya letaknya saja yang berbeda (Monoceous). Bunga pada pinus disebut strobilus jadi ada strobilus jantan dan betina. Strobilus jantan ada di posisi axilarry (pucuk) dan Strobilus betina ada di posisi lateralis (ketiak daun/tangkai). Perbungaan setahun sekali secara serentak/ musiman. Ciri dan Karakteristik Merupakan tumbuhan gymnospermae yang terbesar dari ukuran sampai jumlah anggotanya. Selalu hijau sepanjang tahun. Daun berbentuk jarum, dilapisi lapisan kutikula. Memiliki alat reproduksi berupa konus (strobilus). 1 Pohon umumnya memiliki 2 konus, konus jantan di ujung cabang, dan konus betina di bawahnya. Gambar 33. Habitus Pinophyta b. Ginkophyta Gambar 34. Ginkophyta 154 Ciri dan Karakteristik : Tubuh berupa pohon besar. Merupakan tumbuhan berumah dua (dioseus). Bentuk daun seperti kipas. Pada musim panas dan semi berwarna hijau, pada musim gugur dan musim dingin berwarna coklat dan daun berguguran. Hanya tersisa 1 spesies, yaitu Ginkgo biloba c. Cycadophyta Ciri dan Morfologinya Menyerupai palem, daun tersusun roset batang. Daun muda tumbuh menggulung, menyerupai tumbuhan paku. Biji terbuka dan dihasilkan oleh strobilus betina. Merupakan tumbuhan berumah dua (dioseus) Strobilus tumbuh pada ujung batang Gambar 35. Cycadophyta 155 3. Gnetophyta Gambar 36. Gnetophyta Ciri dan Morfologinya Bunga berkelamin tunggal (dioseus). Terdiri dari 3 ordo, yaitu : Gnetales contoh melinjo (Gnetum gnemon) Ephedrales Welwitschiales Pertanyaan : 1. Secara garis besar Gymnospermae adalah kelompok tumbuhan …. 2. Tumbuhan berbiji terbuka maksudnya adalah …. 3. Bunga pada pinus disebut… 4. Sebutkan 4 kelas dalam Gymnospermae! 5. Kelas yang merupakan tanaman hias pada gymnospermae adalah…. 156 Acuan Pustaka Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London. Oldeman R. & Halle F., 1975. An Essay on the Architecture of Growth of Tropical Trees. Schol of Biological Sciense Univercity of Malaya. Rudjiman, 1991. Dendrologi. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G., 1994. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Samingan, T., 1982. Dendrologi. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Gramedia Jakarta. William M., and Ellwood S., 1958. Textbook of Dendrologi. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. http//Wikipedia. Berbagai macam Famili Tumbuhan Berkayu diunduh April 2012. 157