Seorang Wanita G1P0A0 Usia Kehamilan 30 Minggu dengan Partus

advertisement
Azatu dan Oktafany| Seorang Wanita G1P0A0 Usia Kehamilan 30 Minggu dengan Partus Prematurus Iminens
Seorang Wanita G1P0A0 Usia Kehamilan 30 Minggu dengan Partus
Prematurus Iminens
Azatu Zahirah Sayoeti, Oktafany
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500
gram. Langkah penting dalam pencegahan persalinan preterm adalah mengidentifikasi faktor resiko dan memberikan
perawatan antenatal serta penyuluhan agar ibu dapat mengurangi risiko tambahan.Seorang wanita berusia 15 tahun
dengan keluhan mulas-mulas yang sering dan kuat serta menjalar ke pinggang sejak kurang lebih 1 hari yang lalu. Riwayat
keluar darah lendir tidak ada, riwayat keluar cairan dari kemaluan tidak ada, riwayat hipertensi sebelumnya tidak ada,
riwayat trauma tidak ada, riwayat post coital 2 hari yang lalu. Taksiran berat janin adalah 1395 gram, his 2x dalam 10 menit
lamanya 10 detik, denyut jantung janin 145x/menit. Skor indeks tokolitik adalah 3.Terapi yang dilakukan adalah terapi
konservatif. Dilakukan observasi tanda vital ibu, his, denyut jantung janin,intravenous fluid drops ringer lactat(IVFD RL) gtt
xx/menit, nifedipin 4x10mg, deksametason 2x6 mg. Seorang wanita G1P0A0 hamil 30 minggu dengan partus prematurus
iminens, janin tunggal hidup, persentasi kepala. Kemungkinan penyebab terjadinya partus prematurus iminens pada kasus
ini kemungkinan karena adanya riwayat post coital 2 hari sebelumnya yang merangsang kontraksi rahim ibu.
Kata kunci: kehamilan, partus prematurus iminens, tokolitik
A Woman G1P0A0 30 Weeks Pregnancy with Imminent Premature Labour
Abstract
Premature labour is the delivery with gestational age less than 37 weeks or fetal’s weight less than 2500 gram. An
important step in the prevention of premature labour is identifying the risk factors and then providing antenatal care and
also counseling so that the mother can reduce the additional risk. A woman, 15 years old with contraction pain starts in her
lower back and moves to her lower abdomen since 1 day ago. Bloody show is negative, water breaks history is negative,
hypertension history is negative, trauma history is negative, post coital on 2 days ago. Estimaed fetal’s weight is 1395 gram,
contraction is 2 times in 10 minutes with duration of 10 seconds, fetal heart rate 145 times/minutes. Tocolytic index score is
3. Management for this patient is conservative therapy. Observation of mother’s vital sign, contraction, fetal heart rate,
intravenous fluid drops ringer lactat(IVFD RL) gtt xx/minutes, nifedipine 4x10mg, dexamethasone 2x6mg.A woman G1P0A0
30 weeks pregnancy with imminent premature labour, single fetus alive, head presentation.The possible causes of the
imminent premature labour in this case is history of post coital on 2 days ago that stimulate maternal uterine contractions.
Keywords: imminent premature labour, pregnancy, tocolytic
Korespondensi : Azatu Zahirah Sayoeti,
[email protected]
S.Ked,
alamatJln.
Pendahuluan
Persalinan prematur adalah persalinan
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat bayi kurang dari 2500 gram.
MenurutWorld Health Organization(WHO),
bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 minggu atau kurang. Sedangkan
menurut Himpunan Kedokteran Fetomaternal
Perkumpulan
Obstetri
dan
Ginekologi
Indonesia(POGI) di Semarang tahun 2005
menetapkan bahwa persalinan preterm adalah
persalinan yang terjadi pada usia kehamilan
22-37 minggu. Persalinan prematur merupakan
hal yang berbahaya karena berpotensi
meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%.
Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur
mengalami gangguan tumbuh kembang organ-
RA
Basyid
no
099A,
HP
082176254422,
e-
organ vital yang menyebabkan ia masih belum
mampu untuk hidup di luar kandungan
sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi
yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan
mortalitas yang tinggi.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti
persalinan prematur tidak diketahui. Berbagai
sebab dan faktor demografik diduga sebagai
penyebab persalinan preterm, seperti: solusio
plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,
polihidramnion, kelainan kongenital janin,
ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab
persalinan preterm bukan tunggal tetapi
multikompleks antara lain karena infeksi.
Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan
suatu respon imunologik spesifik melalui
aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir
J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |27
Azatu dan Oktafany| Seorang Wanita G1P0A0 Usia Kehamilan 30 Minggu dengan Partus Prematurus Iminens
zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.
Terdapat
makin
banyak
bukti
yang
menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi
membran korioamnion.1
Drife dan Magowan menyatakan bahwa
35% persalinan preterm terjadi tanpa diketahui
penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan
elektif, 10% pada kehamilan ganda, dan
sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu atau
janinnya.
Infeksi
korioamnion
diyakini
merupakan salah satu sebab terjadinya
ketuban pecah dini dan persalinan preterm.
Vaginosis bakterialis dikaitkan dengan ketuban
pecah dini, persalinan preterm, dan infeksi
amnion terutama bila pada pemeriksaan PH
vagina lebih dari 5,0.2
Penderita dengan inkompetensi serviks
berisiko mengalami persalinan preterm. Di
samping faktor risiko diatas, faktor risiko lain
yang perlu diperhatikan adalah tingkat sosioekonomi, riwayat lahir mati, dan kehamilan
diluar nikah. Merupakan langkah penting
dalam pencegahan persalinan preterm adalah
bagaimana mengidentifikasi faktor resiko dan
kemudian memberikan perawatan antenatal
serta penyuluhan agar ibu dapat mengurangi
risiko tambahan.3
Kasus
Seorang wanita berusia 15 tahun diantar
ke Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) oleh
keluarganya dengan keluhan mulas-mulas yang
sering dan kuat serta menjalar ke pinggang
sejak kurang lebih 1 hari yang lalu. Riwayat
keluar darah lendir tidak ada, riwayat keluar
cairan dari kemaluan tidak ada, riwayat
hipertensi sebelumnya tidak ada, riwayat
trauma tidak ada, riwayat post-coital 2 hari
yang lalu.
Pada
pemeriksaan fisikdidapatkan
kesadaran umum tampak compos mentis, gizi
baik, tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi88x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
36,5oC, berat badan 59 kg. Pada pemeriksaan
Leopold didapatkan LeopoldI menunjukkan
tinggi fundusuteri 22cm, pada fundus teraba
kepala.
Pada
LeopoldII
didapatkan
bagianperutkanan teraba kerasmemanjang
adalah punggung kanan bagian kiri teraba
bagian-bagian kecil janin adalah ekstrimitas.
Pada pemeriksaan Leopold III, perut bagian
terbawah terasa bulat, lunak dan tidak
melenting, diperkirakankepala janin belum
J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |28
masuk pintu
atas
panggul(PAP).LeopoldIVmenghasilkankeduatan
gankonvergen, kepala belum masuk PAP,
taksiran beratjaninadalah 1395 gram,his 2x
dalam 10 menit lamanya 10 detik, denyut
jantung janin 145x/menit. Pada pemeriksaan
inspekulo, posisi porsio anterior dan tidak ada
pembukaan.Skor indeks tokolitik adalah 3
(kontraksi ireguler=1, ketuban pecah=1,
perdarahan=1, pembukaan=0). Pemeriksaan
laboratorium menunjukan proteinuria negatif,
hemoglobin 10,1 gr/dl, hematokrit 27%,
leukosit 10.630/μl, trombosit 421.000/μl. Dari
pemeriksaan ultrasonografi (USG) didapatkan
kesan hamil 30 minggu janin tunggal hidup
persentasi kepala.
Berdasarkan
hasil
anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan diagnosis G1P0A0 hamil 30 minggu
dengan partus prematurus iminens, janin
tunggal hidup, persentasi kepala. Terapi yang
dilakukan kemudian adalah terapi konservatif.
Dilakukan observasi tanda vital ibu, his, denyut
jantung janin. Pasien diberikanintravenous fluid
drops ringer lactat(IVFD RL) gtt xx/menit,
nifedipin 4x10mg, deksametason 2x6 mg.Pada
pasien ini telah dilakukan observasi dan follow
up selama tiga hari, dengan hari pertama pada
tanggal 20 November 2015 keluhan mulasmulas masih dirasakan hingga sore hari dan
dengan penilaian indeks tokolitik 3. Pada hari
kedua tanggal 21 November 2015 keluhan
mulas-mulas sudah tidak dirasakan lagi dan
penilaian indeks tokolitik 0 tetapi masih dalam
tahapan observasi. Pada hari ketiga pada
tanggal 22 November 2015 keluhan sudah
tidak dirasakan sama sekali sehingga pasien
dapat dipulangkan dengan pemberian edukasi
untuk menjaga kehamilannya dan tidak
melakukan koitus terlebih dahulu selama sisa
masa kehamilan serta segera kembali ke
layanan kesehatan apabila keluhan serupa di
rasakan kembali. Prognosis ibu dubia ad
bonam dan janin dubia ad bonam.
Pembahasan
Penegakkan
diagnosis
pasien
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis
diperoleh mulas-mulas yang menjalar ke
pinggang sejak 1 hari yang lalu. Terdapat
riwayat keluar darah lendir. Os masih
merasakan gerakan janin dan denyut jantung
Azatu dan Oktafany| Seorang Wanita G1P0A0 Usia Kehamilan 30 Minggu dengan Partus Prematurus Iminens
janin (DJJ) dengan Doppler masih menunjukkan
normal yaitu 145x/menit. Dari hasil anamnesa
juga didapatkan bahwa Hari Pertama Haid
Terakhir
(HPHT)
ibu
adalah
tanggal
28/04/2015, yang apabila di lakukan
penghitungan taksiran partus dengan cara
Naegele didapatkan taksiran partus pada
tanggal 05/02/2016.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai
sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm,
yaitu: 1)kontraksi yang berulang sedikitnya
setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit, 2)adanya nyeri pada
punggung
bawah
(low
back
pain),
3)perdarahan bercak, 4)perasaan menekan
daerah
serviks,
5)pemeriksaan
serviks
menunjukan
telah
terjadi
pembukaan
sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80%;
(6)presentasi janin rendah sampai mencapai
spina ischiadika, 7)selaput ketuban pecah
Kontraksi
Ketuban pecah
0
Tidak ada
dapat merupakan tanda awal terjadinya
persalinan preterm, 8)terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu.4
Berdasarkan
anamnesis
dan
pemeriksaan fisik, pasien ini memenuhi kriteria
diagnosis persalinan preterm yaitu usia gestasi
22-37 minggu (pada pasien usia gestasi 30
minggu), his 1x/10’/30” (pada pasien his
2x/10’/10”). Sehingga diagnosis pasien G1P0A0
hamil 30 minggu dengan partus prematurus
iminens, janin tunggal hidup presentasi kepala.
Pada pasien ini diambil penatalaksanaan
untuk mempertahankan kehamilan se-aterm
mungkin, melalui cara batasi aktivitas/tirah
baring, menghambat proses persalinan
preterm dengan tokolitik. Pemberian tokolitik
pada pasien ini dilakukan berdasarkan indeks
tokolitik (pada pasien skor 3).
Tabel 1. Indeks tokolitik
1
2
Irregular
Regular
3
-
4
-
Tidak ada
-
Tinggi/ tidak jelas
-
Rendah/ pecah
Tidak ada
Spotting
Perdarahan
-
-
Tidak ada
1 cm
2 cm
3 cm
4 cm
Perdarahan
Pembukaan
Pada pasien tokolitik yang diberikan
yaitu nifedipin 4x10 mg secara oral.
Pematangan surfaktan paru janin perlu
diberikan bila usia kehamilan <35 minggu (pada
pasien usia kehamilan 34 minggu) untuk
menurunkan insidensi respiratory distress
syndrome,mencegah
perdarahan
intraventrikular sehingga pada pasien diberikan
deksametason 2x6 mg dengan jarak pemberian
12 jam.
Sebelum adanya farmakoterapi dengan
agen tokolitik, tirah baring, sedasi atau
analgesik dan hidrasi ibu digunakan untuk
mengurangi aktivitas uterus. Hidrasi ibu
merangsang
diuresisdengan
menurunkansekresi vasopressin (hormon
antidiuretik) dan reseptor oksitosin. Agen ßsimpatomimetik (ß-agonis) merupakan tokolitik
generasi pertama. Setelah mengetahui
banyaknya efek samping dari ß-agonis,
beberapa agen tokolitik saat ini terbukti
memiliki efikasi dan keamanan yang lebih
besar.5
Nifedipin adalah antagonis kalsium
diberikan per oral. Dosis inisial 20 mg,
dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari,
disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48
jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi
yang dapat terjadi adalah sakit kepala dan
hipotensi. Antagonis kalsium merupakan
relaksan otot polos yang menghambat aktivitas
uterus dengan mengurangi influks kalsium
melalui kanal kalsium yang bergantung pada 19
voltase. Terdapat beberapa kelas antagonis
kalsium, namun sebagian besar pengalaman
klinis adalah dengan nifedipin. Nifedipin
diabsorbsi cepat di saluran pencernaan setelah
pemberial oral ataupun sublingual. Konsentrasi
maksimal pada plasma umumnya dicapai
setelah 15-90 menit setelah pemberian oral,
dengan pemberian sublingual konsentrasi
dalam plasma dicapai setelah 5 menit
pemberian.1,6
J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |29
Azatu dan Oktafany| Seorang Wanita G1P0A0 Usia Kehamilan 30 Minggu dengan Partus Prematurus Iminens
Persalinan
prematur
merupakan
kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi
keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor
medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya
risiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih
uterus, ketuban pecah dinidan trauma. Banyak
kasus persalinan prematur sebagai akibat
proses patogenik yang merupakan mediator
biokimia yang mempunyai dampak terjadinya
kontraksi rahim dan perubahan serviks.1,6
Faktor yang dapat menimbulkan
persalinan prematur adalah antara lain faktor
maternal seperti penyakit maternal (ginjal,
hipertensi, diabetes melitus, penyakit hati dan
kelainan uterus) serta faktor gaya hidup
wanita, jarak kehamilan yang terlalu dekat
(kurang dari satu tahun), pertumbuhan janin
yang kurang selaras dan serasi misalnya karena
kekurangan nutrisi, solusio plasenta, plasenta
previa,
persalinan
hamil
ganda,
korioamnionitis, faktor khusus seperti, serviks
inkompeten pada persalinan prematur/abortus
berulang, kehamilan ganda, kehamilan dengan
hidramnion.
Pada kasus ini faktor yang mungkin
menyebabkan persalinan prematur adalah
riwayat post coital (maternal), yang
mempengaruhi
terjadinya
persalinan
prematur. Coitus yang dilakukan pada usia
kehamilan terutama semester akhir akan
menyebabkan rangsangan pada hipofisis
anterior sehingga hipofisis akan me-release
oksitosin yang meningkatkan terjadinya
kontraksi pada ibu. Selain itu, coitus juga dapat
mengakibatkan prostaglandin yang terdapat
pada cairan semen merangsang pembentukan
oksitosin, sehingga ibu akan mengalami
kontraksi dini. Menurut Granovsky, aktivitas
coital pada wanita dengan persalinan preterm
berhubungan
dengan
prostanoid
DP
receptor(PTGDR). Salah satu varian PTDGR,
genotype C-441/T memiliki frekuensi yang
meningkat secara signifikan pada wanita
dengan aktivitas coital
yang mengalami
persalinan preterm. Hal tersebut berhubungan
dengan peningkatan resiko persalinan preterm
post coital.7
Beberapa
langkah
yang
dapat
dilakukan untuk mencegah persalinan preterm
antara lain: 1) hindari kehamilan pada ibu
terlalu muda (kurang dari 17 tahun), 2) hindari
jarak kehamilan terlalu dekat, 3) menggunakan
kesempatan periksa hamil dan memperoleh
J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |30
pelayanan antenatal yang baik, 4) anjuran tidak
merokok maupun mengkonsumsi obat
terlarang (narkotik), 5) hindari kerja berat dan
perlu cukup istirahat, 6) obati penyakit yang
dapat menyebabkan persalinan preterm, 7)
kenali dan obati infeksi genital/ saluran
kencing, 8) deteksi dan pengamanan faktor
risiko terhadap persalinan preterm.4,8
Simpulan
Kemungkinan penyebab terjadinya partus
prematurus
iminens
pada
kasus
ini
kemungkinan karena adanya riwayat post
coital 2 hari sebelumnya yang merangsang
kontraksi rahim ibu. Penatalaksanaan yang
diberikan berupa ekspektatif sesuai dengan
skor indeks tokolitik.
Daftar Pustaka
1. Cunningham G, Leveno K, Bloom S,
HauthJ,Gilstap
L,WenstromK.Obstetri
williams.Edisi ke-21.Jakarta:EGC; 2005.
hlm. 781.
2. Iams JD. Preterm labor and delivery.
Dalam: Creasy RK, Resnik R. Maternal-fetal
medicine.
Edisi
ke-5.Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2004.
3. Manuaba, Ida BG. Pengantar kuliah
obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
4. Nugroho T. Kasus emergency kebidanan.
Yogyakarta:Nuha Medika; 2007.
5. New South Wales Government Health.
Ministry of health. Maternity - tocolytic
agents for threatened preterm labour
before 34 weeks gestation. Sydney:New
South Wales Government Health; 2011.
6. Goepfert AR. Preterm delivery. Dalam:
Ling FW. Obstetrics and gynecology
principle for practice. McGraw-Hill; 2001.
7. Granovsky SG. Prostanoid DP receptor
(PTGDR) variants in mothers with postcoital
associated
preterm
births:
preeliminary observations. J Perinatol.
2010; 30(1):33-7.
8. Prawirhardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
YayasanBina
PustakaSarwonoPrawirohardjo;2010.
Download