Angka Kematian Ibu - BKKBN | Jawa Tengah

advertisement
MENGURANGI RESIKO KEMATIAN IBU MELAHIRKAN
Oleh: suwarno
Widyaiswara BKKBN Prov. Jateng
ABSTRAKSI
Ibu dalam waktu reproduksinya mengalami masa-masa yang sulit, bahkan akan dapat
mengakibatkan kematian dirinya. Penyebab kematian tersebut dapat terjadisecara
langsung (medis) maupun tidak langsung. Dalam hal itu pemerintah mengeluarkan
berbagai kebijakan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu. Namun demikian
kematian ibu melahirkan tersubut dapat diminimalisir dengan berbagai cara dan
tindakan.
Pendahuluan:
Masalah kematian Ibu bukanlah masalah si Ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah
internasional. Setiap Negara seharusnya memilki tanggungjawab untuk menanggulangi
dan mencegah bertambahnya kematian ibu di masa kehamilan hingga persalinannya.
Tentunya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah ini menjadi sangat
penting di samping juga perhatian terhadap isu-isu reproduksi.
Kondisi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kenyataan masih tinggi dibanding
Negara tetangga seperti Malaysia dan singapura serta menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan SDKI tahun 1992 mencapai 390/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya
angka tersebut dapat ditekan terus sampai dengan 228 pada tahun 2007, sedangkan
pada tahun 2012 mulai naik sampai dengan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk mencapai angka yang ditargetkan oleh Millennium Development Goal (MDGs)
menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 memerlukan kerja keras dari seluruh komponen
bangsa.
MMR
400
390 334
307
359
228
200
0
1992 1995 2000 2007 2012
Kematian ibu tentu akan berdampak kepada yang di tinggalkan terutama para ibu yang
memilki anak balita. Anak balita memerlukan perlindungan, perawatan dan pengasuhan
yang intensif untuk mencapai perkembangan maksimal si anak sehingga anak menjadi
sehat dan cerdas, dan itu pada umunya ibu memilki peran yang begitu besar.
Banyak ahli menyetujui bahwa kecerdesan seseorang dipengaruhi oleh genetic, namun
factor lingkungan juga ikut serta andil dalam memacu kecerdasan seseorang. Study
yang dilakukan Hart dan Risley menyimpulkan bahwa: orang tua yang lebih sering
berkomunikasi dengan anak skor IQ anak semakin tinggi**
Anak dipandang dari sudut agama islam sebagai hiburan, perhiasan, sekaligus sebagai
jalan untuk melanjutkan keturunan seseorang, dan Islam menyuruh manusia untuk
mempunyai keturunan, sekaligus menegaskan agar keturunannya menjadi baik dan
sholeh. Anak memiliki 10 hak yang harus dipenuhi al: hak untuk hidup, pendidikan,
keamanan, perilaku adil, pengasuan sampai dengan perawatan (Abd. Al-rahim Umran).
Tujuan ini akan sulit dicapai ketika anak di asuh oleh seorang diri ayah.
Rumusan masalah:
Dari urain tersebut di atas dapat dikontruksi permasalahan sebagai berikut : Bagaimana
upaya kita agar dapat menurunkan angka kematian ibu?
Pengertian:
Yang dimaksud dengan kematian ibu adalah kematian ibu berkaitan dengan
melahirkan. Menurut Budi, Utomo yang dimaksud dengan kematian ibu adalah
kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.
FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN IBU
Pada dasarnya kematian ibu dapat disebabkan oleh 2 faktor, yakni penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung:
Penyebab langsung:
Penyebab kematian ibu secara langsung sangat berkaitan dengan medis, berhubungan
dengan komplikasi obstetric selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post
partum). Berbagai hasil penelitian diketemukan bahwa penyebab kematian ibu
terbanyak akibat dari pendarahan. Beberapa penyebab kematian ibu adalah
Pendarahan, Eklamsia, Partus lama, Komplikasi aborsi, dan Infeksi.
Penyebab tidak langsung:
Factor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh penyakit yang diderita
oleh si ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya
dengan penyebab langsung obstetric, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek
fisiologik kehamilan. Beberapa penyebab kematian ibu tidak langsung adalah: yang
pertama, status perempuan dalam keluarga. Perempuan pada status orang ke dua
(konco wingking) biasanya tidak akan sanggup mengeluarkan keluhan-keluhan yang
berkaitan dengan timbulnya rasa sakit/kelainan yang ada di dalam diri sehubungan
dengan kehamilannya, yang akan menyebabkan terhadap keterlambatan dalam
penangan medis.
Ke dua, keberadaan anak. Keberadaan anak yang satu dengan yang lain terlalu dekat
akan menimbulkan perawatan/perhatian anak tidak maksimal, yang hal ini akan
mengurangi perhatian terhadap diri seorang ibu dengan kehamilannya. Ke tiga, social
budaya. Social budaya yang memarginalkan perempuan akan mempersulit perempuan
(ibu) dalam mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan, yang akan berakibat pada
keterlambatan penangan medis. Ke empat, pendidikan. Pendidikan yang rendah
berdampak terhadap pengetahuan yang rendah terhadap hal ikhwal kehamilan dan
persalinan. Ke lima, social ekonomi. Penghasilan yang rendah tentu akan berakibat
pada banyak hal, seperti pemenuhan gizi ibu hamil, perawatan ibu hamil dan persalinan
dll. Dan yang terakhir, geografis daerah. Letak klinik yang jauh dan sulit terjangkau
akan berakibat terhadap keterlambat pertolongan pelayanan kesehatan ibu
hamil/bersalin. (dr. Rosdiana Romli Spog)
UPAYA PENURUNAN KEMATIAN IBU:
Sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB memang jauh
menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka kematian ibu melonjak.
“Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana) jangka panjang hanya sebesar 10,6
persen. (Menko Kesra: Agung Laksono. http://nasional.sindonews.com di akses tgl 9 nov. 2013)
Upaya ditempuh melalui MPS (Making Pregnancy Safer). Ada tiga pesan kunci dalam
MPS yang perlu diperhatikan:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
(memadai).
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Untuk menekan angka kematian ibu yang disebabkan secara langsung (medis),
pemerintah berupaya untuk mendekatkan pelayanan ibu yang berkualitas kepada
masyarakat. Adapun upaya yang telah dan sedang ditempuh adalah:
1. Penerapan kebijakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain
berupa penyediaan fasilitas pertolonga persalinan pada polindes, poliklinik
kesehatan desa, puskesmas pembantu serta meningkatkan kemitraan bidan dan
dukun bayi.
2. Pelatihan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan
kualitas pelayanan kesehatan bekerjasama dengan LSM antara lain Organisasi
Profesi IBI, PKBI, IDI P2KS, dan P2KP.
3. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan obstetric yang berkualitas, sesuai
standart dan kompetensinya, antara lain di Polikilinik Kesehatan Desa oleh
Bidan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar) dan rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstertrik
Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan melalui pelayanan
keluarga berencana (KB) dan penanganan komplikasi keguguran serta
memberikan pelayanan aborsi yang aman sesuai peraturan yang berlaku. (Untung
Praptohardjo dkk)
Dari sisi si Ibu, maka upaya menghindari kematian ibu adalah dengan komitmen yang
tinggi untuk dapat menghindari 4 terlalu, yakni:
1. Terlalu Muda melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan dibawah usia 20
th.
2. Terlalu Tua usia melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan di atas usia 35
th.
3. Terlalu Dekat jarak kelahiran, yakni menghindari jarak kelahiran anak yang satu
dengan yang lain di bawah 3 th.
4. Terlalu Banyak melahirkan, yakni menghindari melahirkan lebih dari 3 anak.
Dan juga para ibu beserta keluarga dapat mengantisipasi jangan sampai terjadi 3
TERLAMBAT, yaitu :
1. Terlambat mengambil keputusan untuk menentukan pilihan dimana tempat
pelayanan persalinan akan dilakukan.
2. Terlambat mengantar ke tempat persalinan.
3. Terlambat mendapat penanganan persalinan.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menekan angka
kematian ibu (AKI) perlu adanya upaya yang serius dari berbagai kalangan, baik
dari pemerintah, tenaga medis dan masyarakat. Semua pihak agar dapat
memahami berbagai penyebab kematian ibu. Berpedoman kepada 4 terlalu dan
3 terlambat akan sangat berarti dalam menghindari kematian ibu dalam
melahirkan.
Kepustakaan:
Abd. Al-rahim Umran, Prof. Islam dan KB, PT. lentera Basritama, Jakarta, 1997
John W Santrock, Perkembangan anak, erlangga, jakarta 2007
Untung Praptohardjo dkk, Sekitar Masalah Aborsi di Indonesia, PKBI Jawa
Tengah, 2007
http://www.doktergaul. (dr. Rosdiana Romli Spog) – diakses tgl 2 sept 2013_
http://nasional.sindonews.com di akses tgl 9 nov. 2013)
Download