PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 MALANG Peni Handayani 1), Masjhudi 2), Triastono Imam Prasetyo 3) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang, 65145 E-mail: [email protected] ABSTRAK: Kegiatan pembelajaran menuntun siswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri. Hasil observasi di SMP Muhammadiyah 6 Malang menunjukkan bahwa perlu dilakukan perbaikan pada model pembelajaran melalui bahan ajar karena kemampuan siswa belum diakomodasi secara penuh. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan modul IPA berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan untuk siswa SMP kelas VII dan menguji kelayakannya. Prosedur pengembangan menggunakan model 4D dari Thiagarajan. Hasil validasi oleh tim ahli dan uji coba pada siswa menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak untuk digunakan. Kata kunci: modul IPA, model learning cycle 5E, energi dalam sistem kehidupan Pendidikan merupakan upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa supaya memiliki pengetahuan dan keahlian yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas pendidikan harus selalu dilakukan, baik menyangkut kurikulum, sarana prasarana, dan juga kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Peningkatan kualitas pendidikan dari segi kurikulum telah dilakukan pemerintah dengan cara mencanangkan Kurikulum 2013. Pada jenjang SMP, salah satu mata pelajaran pada Kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahan Alam (IPA). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 6 Malang, guru mengalami kendala dalam proses belajar mengajar, yaitu kurikulum menuntut siswa harus lebih aktif dalam kelas. Guru tidak menerangkan dari awal sampai akhir proses belajar mengajar tetapi siswa diminta untuk lebih aktif mencari tahu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Buku dan kegiatan pembelajaran yang digunakan kurang menuntun siswa untuk aktif selama proses belajar dalam membangun pengetahuan secara mandiri. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan pengembangan bahan ajar yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran serta menuntun siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan struktur dan isi Kurikulum 2013, materi pada pembelajaran IPA dilaksanakan secara terpadu atau integrative science. Konsep keterpaduan pada pembelajaran IPA ditunjukkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu biologi, fisika, dan kimia. Salah satu materi pada pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013 adalah energi dalam sistem kehidupan. Pada materi sistem energi dalam kehidupan, bahan ajar yang dikembangkan adalah modul pembelajaran. Modul merupakan suatu unit program yang terencana yang didesain guna membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran (Hernawan, dkk, 2010). Modul dengan materi sistem energi dalam kehidupan dikembangkan dengan berbasis konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya (Budiningsih, 2005). Ada banyak model pembelajaran yang dapat dipilih guru IPA dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pertimbangan dalam memilih model pembelajaran adalah agar siswa dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah learning cycle. Learning cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tahapan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan. Pada learning cycle 5E terdapat 5 tahap/fase yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (Nugroho, 2012). Model learning cycle digunakan pada modul karena model ini sesuai jika diterapkan untuk pendekatan scientific. Hubungan antara pendekatan scientific 5M dan model learning cycle 5E menurut Purnamasari (2014) yaitu sebagai berikut. Mengamati (observes) dapat dilakukan pada fase engangement. Menanya (questions) dapat dilakukan pada fase exploration. Mengumpulkan informasi (experiments/explores) dapat dilakukan pada fase explanation. Mengasosiasi (analyzes) dapat dilakukan pada fase elaboration. Mengkomunikasikan (communicates) dapat dilakukan pada fase evaluation. Tahapan learning cycle 5E yang dikemukakan oleh Lorsbach (2001) dalam Solihin (2010) adalah sebagai berikut. Engagement (mengajak), pada fase ini guru berupaya membangkitkan minat, mendorong kemampuan berpikir, dan membantu siswa mengakses kemampuan awal yang telah dimiliki. Exploration (menggali), pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa pengajaran langsung oleh guru untuk menguji hipotesisnya melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Explanation (menjelaskan), pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dengan kalimat sendiri, selanjutnya guru membantu mengklarifikasi atau melengkapi penjelasan yang diajukan siswa. Elaboration (aplikasi), kegiatan belajar pada fase ini siswa menerapkan konsepkonsep yang telah dimiliki pada situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Evaluation (evaluasi), pada fase ini digunakan untuk mengevaluasi pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk proses pembelajaran selanjutnya. Menurut Lorsbach (2001) dalam Solihin (2010), modul dengan model learning cycle 5E memiliki keunggulan yaitu mengarahkan cara berpikir siswa dari hal yang sederhana ke arah yang lebih kompleks yang selanjutnya menghubungkan pengetahuan ke fenomena di kehidupan sehari-hari. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan modul IPA berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan yang layak digunakan untuk siswa SMP kelas VII semester 2. Modul ini dapat digunakan sebagi sumber belajar siswa. Modul siswa juga dilengkapi dengan petunjuk guru sebagai panduan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran. METODE Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul adalah model 4D oleh Thiagarajan (1974). Tahapan pengembangan 4D oleh Thiagarajan (1974) dalam Mulyatiningsih (2012) terdiri dari 4 tahapan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Tahapan define bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan produk. Pada tahap define dilakukan analisis kurikulum, analisis karakter peserta didik, analisis materi, serta merumuskan tujuan. Tahapan design bertujuan untuk membuat rancangan produk yang akan dikembangkan. Pada tahap design dilakukan pemilihan jenis produk yang dikembangkan, pemilihan penyajian pembelajaran, dan pembuatan rancangan produk. Tahapan develop bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul. Pada tahap develop dilakukan penyusunan produk awal dan validasi produk oleh validator. Pengembangan produk dilakukan hanya sampai pada tahap ketiga karena produk hanya diujicobakan pada siswa dalam skala kecil dan tidak disebarkan secara luas. Uji coba produk merupakan bagian dalam tahap validasi pada proses pengembangan. Uji coba produk pengembangan dilakukan untuk menetapkan tingkat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Kelayakan produk diketahui dengan melakukan validasi. Penentuan kelayakan dilakukan dua tahap. Tahap pertama dengan cara validasi modul secara perseorangan oleh tim ahli (ahli bahan ajar, ahli materi, dan praktisi lapangan) dan uji coba pada siswa (16 siswa SMP Muhammadiyah 6 Malang). Data hasil pengembangan modul diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data berupa angket yang diberikan kepada validator (ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan), dan siswa. Data hasil validasi pengembangan modul terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data yang terdiri dari kolom check list menggunakan skala Likert (diadaptasi dari Pujiningtyas, 2011). Data kualitatif diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data berupa lembar komentar, saran dan kritik terhadap modul. Selain hasil validasi, juga diperoleh data hasil belajar siswa yang diperoleh dari lembar nilai pengerjaan modul. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data berupa kritik dan saran dari validator yang digunakan sebagai masukan untuk revisi produk. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data berupa nilai pengerjaan modul oleh siswa dan skor penilaian modul dari skala Likert. Analisis data untuk mengetahui kelayakan pada skala Likert dilakukan dengan cara perhitungan nilai rata-rata. Pada penentuan teknik analisis nilai rata-rata, Arikunto (2002) menyatakan bahwa untuk mengetahui peringkat nilai akhir pada setiap butir angket penelitian, jumlah nilai yang diperoleh dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab butir angket penilaian tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut. ∑𝑥 𝑥̅ = 𝑛 Keterangan: x̅ : Nilai rata-rata ∑x n : Jumlah skor jawaban dalam satu item : Jumlah responden yang menjawab dalam satu item Menurut Arikunto (2002) data yang telah diolah dibandingkan dengan suatu standar kriteria yang telah dibuat. Pada pengembangan modul ini, skala penskoran yang digunakan adalah 1 sampai 5. Skor 1 adalah skor terendah dan 5 adalah skor tertinggi. Penentuan rentang nilai kevalidan dapat diketahui dengan cara skor tertinggi dikurangi skor terendah sehingga diperoleh rentang nilai 4. Rentang nilai kemudian dibagi dengan banyaknya kriteria sehingga diperoleh rentang nilai kevalidan untuk setiap kriteria yaitu 0.8. Nilai rata-rata kevalidan modul jika dideskripsikan tertera pada Tabel 1. Apabila hasil yang diperoleh mencapai nilai sama atau lebih besar dari 3.5 maka modul yang dihasilkan layak untuk digunakan dan tidak perlu direvisi, kecuali terdapat kritik dan saran dari validator yang digunakan sebagai masukan untuk merevisi produk. Tabel 1 Deskripsi Nilai Rata-rata Hasil Validasi Rata-rata 4.3 – 5 3.5 – 4.2 2.7 – 3.4 1.9 – 2.6 1– 1.8 Keterangan Sangat layak Layak Kurang layak Tidak layak Sangat tidak layak (diadaptasi dari Setyorini, 2009) Teknik analisis secara kuantitatif juga dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa terdiri dari ketuntasan belajar individual dan ketuntasan belajar klasikal. Ketuntasan belajar individual diperoleh dari skor perolehan siswa dari jawaban benar dibanding skor maksimal yang hasilnya dipersentasekan (Arikunto, 2002). Ketuntasan belajar klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar keseluruhan siswa. Perhitungan persentase ketuntasan individual dan persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut. Persentase ketuntasan belajar individual = Persentase ketuntasan belajar klasikal = jumlah skor yang dicapai siswa jumlah skor maksimum jumlah siswa yang mendapat ≥70 jumlah seluruh siswa x 100% x 100% Kriteria keberhasilan belajar secara individu didapat dengan membandingkan nilai siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara perseorangan siswa telah tuntas belajar apabila nilainya mencapai ≥70. Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat ≥70 jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah siswa seluruhnya (Kumalasari, 2011). HASIL Modul IPA materi energi dalam sistem kehidupan yang dihasilkan merupakan bahan ajar yang sesuai dengan KI dan KD IPA SMP kelas VII semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013. Komponen-komponen modul terdiri dari halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, peta konsep, kegiatan belajar, uji kompetensi, umpan balik, daftar istilah, dan daftar rujukan. Kegiatan belajar pada modul disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran yang berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E. Modul IPA model learning cycle 5E terdiri dari modul siswa dan petunjuk guru. Data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh yaitu: 1) data hasil validasi modul oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan; 2) data hasil penilaian modul oleh siswa ketika uji coba; 3) nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa. Data kualitatif yaitu: 1) komentar dan saran dari ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan; 2) komentar dan saran siswa mengenai modul. Ringkasan data hasil validasi modul oleh validator tertera pada Tabel 2. Ringkasan data uji coba modul pada siswa tertera pada Tabel 3. Tabel 2 Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Validator Ahli Materi, Ahli Pengembangan Bahan Ajar, dan Praktisi Lapangan No. Aspek yang Dinilai Rata-rata Kriteria 1. Halaman depan 4.3 Sangat valid 2. Kata pengantar 4.2 Valid 3. Daftar isi 4.5 Sangat valid 4. Gambar 4.5 Sangat valid 5. Petunjuk penggunaan modul 4.3 Sangat valid 6. Peta konsep 4.7 Sangat valid 7. Kegiatan belajar 4.1 Valid 8. Materi energi dalam sistem kehidupan 4.5 Sangat valid 9. Uji kompetensi 4.5 Sangat valid 10. Umpan balik 4 Valid 11. Daftar istilah 4.2 Valid 12. Daftar rujukan 4.5 Sangat valid 4.4 Sangat valid Rata-rata Data hasil validasi pada Tabel 2 diperoleh dengan cara menghitung ratarata skor validasi dari 3 validator (ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan). Rata-rata keseluruhan dari seluruh aspek yang dinilai menunjukkan skor 4.4 dari skor maksimal 5 yang berarti modul memiliki kriteria sangat valid. Hasil validasi menunjukkan bahwa modul layak untuk digunakan. Rata-rata keseluruhan data hasil uji coba kelompok kecil pada Tabel 3 menunjukkan skor 4.1 dari skor maksimal 5 yang berarti valid. Hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan modul layak untuk digunakan. Tabel 3 Ringkasan Data Hasil Uji Coba Modul pada Siswa No Aspek yang Dinilai Rata-rata 1 Halaman depan 3.9 2 Kata pengantar 4.1 3 Daftar isi 4.2 4 Gambar modul 4.2 5 Petunjuk penggunaan 4 6 Peta konsep 3.9 7 Kegiatan belajar 4.1 8 Materi energi dalam sistem kehidupan 3.9 9 Uji kompetensi 3.9 10 Umpan balik 4.3 11 Daftar istilah 4.3 12 Daftar rujukan 4.3 4.1 Rata-rata Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Valid Data kuantitatif juga terdiri dari nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa. Nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa tertera pada Tabel 4. Ketuntasan belajar setiap siswa pada Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh siswa mencapai nilai lebih dari KKM yaitu 70 sehingga seluruh siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar individual. Ketuntasan belajar secara klasikal dihitung berdasarkan persentase jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM dibagi jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai persentase ketuntasan belajar klasikal yaitu 100%. Karena persentase ketuntasan belajar klasikal ≥85% maka kelas tersebut mencapai keberhasilan klasikal. Tabel 4. Ringkasan Nilai Hasil Pengerjaan Modul oleh Siswa No Nama Rata-rata 1 A 80 2 B 88 3 C 91 4 D 88 5 E 76 6 F 84 7 G 78 8 H 86 9 I 78 10 J 76 11 K 82 12 L 82 13 M 84 14 N 90 15 O 79 16 P 81 83 Rata-rata Kriteria Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran yang diberikan untuk perbaikan modul. Komentar dan saran dari validator ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan tertera pada Tabel 5. Komentar dan saran dari siswa yang menjadi responden uji coba kelompok kecil tertera pada Tabel 6. Tabel 5 Komentar dan Saran dari Validator Ahli Materi, Ahli Pengembangan Bahan Ajar, dan Praktisi Lapangan No. Aspek yang Dinilai Komentar dan Saran 1 Halaman sampul “Modul guru” diganti dengan “Petunjuk guru”. Nama pembimbing ditulis pada cover. Memberikan keterangan bahwa modul untuk semester II. 2 Kata pengantar --3 Daftar isi --4 Gambar Menambahkan gambar yang menjelaskan bentukbentuk energi. Memperbesar gambar sel hewan dan sel tumbuhan. Penomoran gambar disesuaikan dengan nomor submateri. 5 Petunjuk penggunaan modul --6 Peta konsep Memberi penjelasan mengenai manfaat peta konsep. Menjelaskan keterkaitan antara metabolisme dan transformasi energi. No. 7 Aspek yang Dinilai Kegiatan belajar 8 Uji kompetensi 9 Umpan balik 10 11 Daftar istilah Daftar rujukan 12 Aspek lain Komentar dan Saran Pada fase eksplorasi harus lebih jelas apa yang dieksplorasi, dimana dilakukan, dan apa hasilnya. Pada fase eksplanasi penjelasan yang perlu dijelaskan oleh siswa harus benar dan sesuai tujuan. Menambahkan “energi panas bumi” pada contoh sumber energi. Menambahkan contoh zat makanan penghasil energi. Fungsi utama setiap jenis zat makanan disebutkan lebih dulu; kalimat protein dan lemak sebagai “sumber energi” diganti menjadi “cadangan energi”. Penambahan penjelasan temuan hasil praktikum pada fase eksplanasi. Kalimat “energi kimia anorganik” diubah menjadi “zat anorganik”. Memberikan rambu-rambu jawaban yang tepat pada soal eksplanasi. Definisi respirasi ditekankan pada respirasi eksternal. Pilihan jawaban harus setara. Menambahkan beberapa soal yang berkaitan dengan praktikum. Menambahkan soal uraian. Mengaitkan umpan balik dengan tujuan dan kegiatan siswa. Istilah harus lebih spesifik. Penggunaan kata hubung “dan” untuk rujukan dengan penulis lebih dari satu orang. Memperbaiki tata tulis, ejaan, dan sejenisnya. Penulisan sebaiknya rata kiri dan kanan agar lebih rapi. Memperbesar ukuran huruf pada setiap judul submateri. Tabel 6 Komentar dan Saran dari Siswa No. Aspek yang Dinilai Komentar dan Saran 1 Modul keseluruhan Cukup menarik dan mudah dipahami. Bisa menambah ilmu. Berguna dalam memahami materi energi dalam sistem kehidupan. Revisi modul dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diterima dari ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, praktisi lapangan, dan siswa. Hasil dari modul yang direvisi setelah hasil uji coba merupakan modul yang layak digunakan dalam pembelajaran. . PEMBAHASAN Produk hasil pengembangan berupa modul IPA berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan untuk SMP kelas VII semester 2. Validasi produk dilakukan oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan. Uji coba skala kecil dilakukan pada 16 siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang. Hasil validasi oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan menunjukkan skor 4.4 dari skor maksimal 5. Hasil uji coba skala kecil pada 16 siswa menunjukkan skor 4.1 dari skor maksimal 5. Hasil yang diperoleh dari validasi dan uji coba dibandingkan dengan kriteria kelayakan yang telah ditentukan pada Tabel 1. Berdasarkan kriteria kelayakan yang telah diadaptasi dari Setyorini (2009), diketahui bahwa hasil validasi modul oleh validator tergolong sangat layak dan hasil uji coba pada siswa tergolong layak. Sebelumnya pernah dilakukan pengembangan modul oleh Imamiasih (2012) yaitu “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu dengan Tema Peredaran Sari Makanan untuk Siswa Kelas VIII SMP Internasional Laboratorium Universitas Negeri Malang”. Validasi modul hasil pengembangan menunujukkan kriteria valid atau layak dengan persentase 88.31% untuk modul guru dan persentase 85.98% untuk modul siswa. Selain itu, pengembangan modul tentang learning cycle juga pernah dilakukan oleh Kumalasari (2011) yaitu “Pengembangan Modul Biologi Sistem Reproduksi Manusia Model Siklus Belajar (Learning cycle) 5E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Malang”. Validasi modul menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan tersebut memperoleh kriteria sangat layak pada modul guru dengan persentase sebesar 88,04% dan modul siswa sebesar 87.6%. Penelitian sebelumnya dan pengembangan modul yang dilakukan menunjukkan bahwa bagian-bagian modul yang divalidasi memenuhi kriteria bahan ajar dan layak digunakan dalam pembelajaran. Hasil pengerjaan modul oleh siswa menunjukkan bahwa seluruh siswa mencapai ketuntasan belajar individual karena masing-masing siswa mencapai nilai KKM yaitu ≥70. Kelas juga berhasil mencapai ketuntasan belajar klasikal karena siswa yang mencapai KKM ≥ 85%. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa selesai mengerjakan modul pada bagian umpan balik. Hal tersebut sesuai dengan kelebihan pembelajaran dengan modul menurut Widiyastutik (2008) yaitu pembelajaran dengan modul memberikan umpan balik/feed back secara langsung setelah siswa menyelesaikan sebuah modul. Siswa dapat mengetahui sesegera mungkin tingkat penguasaannya terhadap modul. Kelebihan pembelajaran modul lainnya yaitu mastery learning/penguasaan tuntas. Mastery learning merupakan suatu standar penguasaan minimal sebuah modul. Standar inilah yang menentukan diperbolehkan atau tidaknya siswa melanjutkan ke materi berikutnya. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan modul, seluruh siswa mencapai standar penguasaan minimal yang telah ditentukan yaitu nilai ≥70. Modul yang direvisi terdiri dari bagian cover (halaman muka), kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan, peta konsep, kegiatan belajar yang mengacu pada model learning cycle 5E dengan materi energi dalam sistem kehidupan, uji kompetensi, daftar istilah, dan daftar rujukan. Struktur modul pembelajaran dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang disajikan dan kegiatan belajar yang dilakukan. Menurut Depdiknas (2008) secara umum modul harus memuat paling tidak beberapa komponen yaitu: judul, petunjuk belajar, kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja yang dapat berupa lembar kerja, dan evaluasi/penilaian. Berdasarkan hal tersebut, modul yang direvisi telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (2008). Judul terdapat pada cover modul. Petunjuk belajar terdapat pada petunjuk penggunaan modul. Informasi pendukung terdapat pada daftar isi, peta konsep, glosarium/daftar istilah, dan daftar rujukan. Latihan dan lembar kerja terdapat pada setiap kegiatan belajar. Evaluasi terdapat pada uji kompetensi dan umpan balik. Modul yang dihasilkan memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan modul adalah sebagai berikut. 1) Modul telah divalidasi oleh ahli materi, ahli pengembangan modul, praktisi lapangan, dan telah dilakukan uji coba pada siswa sehingga diketahui bahwa modul layak untuk digunakan. 2) Kegiatan pembelajaran pada modul dibuat dengan sistematis sesuai dengan model learning cycle 5E. 3) Bagian-bagian pada modul terdapat gambar dan halaman yang berwarna sehingga menarik minat siswa untuk belajar. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan modul menurut Depdiknas (2008) yaitu modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik. Sistematika modul terdiri dari komponen-komponen modul yang telah divalidasi sehingga layak digunakan dalam kegiatan belajar. Sistematika setiap kegiatan pada modul menggunakan model belajar learning cycle 5E. Modul juga dibuat menarik dengan gambargambar, bahasa, dan penyusunan setiap bagian modul. Menurut Vembrianto (1975) dalam Setyorini (2009) ada kelemahan belajar menggunakan modul. Salah satu kelemahan belajar menggunakan modul yaitu hubungan antar siswa di dalam kelas menjadi renggang, padahal motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup sosial. Kelemahan tersebut juga terdapat pada modul yang dihasilkan. Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul, kelemahan tersebut diatasi dengan mengadakan kegiatan berkelompok yaitu praktikum, selain itu juga diadakan diskusi setelah siswa selesai mengevaluasi hasil pengerjaan modulnya masing-masing pada setiap kegiatan belajar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari pengembangan yaitu modul IPA terpadu model learning cycle 5E materi energi untuk siswa SMP kelas VII semester 2 telah melalui tahap validasi oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, praktisi lapangan, dan diujicobakan pada siswa. Hasil validasi dan uji coba menunjukkan bahwa modul layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Saran sebagai tindak lanjut dari modul hasil pengembangan yaitu hendaknya dilakukan tutoring oleh guru untuk membimbing siswa apabila mengalami kesulitan ketika mempelajari modul. Perlu dilakukan uji coba lanjutan untuk beberapa sekolah dengan jumlah siswa yang lebih banyak apabila modul digunakan dalam skala luas. Perlu adanya tidak lanjut atau eksperimen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa ketika menggunakan modul. Pengembangan modul IPA untuk materi lainnya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hernawan, A.H., Permasih, Laksmi, D. 2010. Pengembangan Bahan Ajar, (Online), (http:file.upi.edu/Direktori/Fip/Jur_Kurikulum_ Dan_Tek._Pendidikan/194601291981012-Ermsih /Pengembangan_ Bahan_Ajar.pdf), diakses tanggal 14 Januari 2013. Imamiasih, Silvia Nur. 2012. Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu dengan Tema Peredaran Sari Makanan untuk Siswa Kelas VIII SMP Internasional Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Mulyatiningsih, E. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran, (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endangmulyatiningsih-mpd/7cpengembangan-model-pembelajaran.pdf), diakses 23 Januari 2013. Nugroho, I.A. 2012. Penerapan Integrasi SEQIP dengan 5E Learning Cycle Untuk meningkatkan Kepercayaan Diri Mahasiswa, (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ikhlasul20Ardi20 Nugroho,20M.Pd./Jurnal_Didaktika_Seqip20terintegrasi.Pdf), diakses tanggal 14 januari 2013. Kumalasari, Dewi. 2011. Pengembangan Modul Biologi Sistem Reproduksi Manusia Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Pujiningtyas, P. 2011. Pengembangan Modul IPA Terpadu Model Learning Cycle dengan Tema Pencemaran Lingkungan untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang. Purnamasari, Desi. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model Learning Cycle pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk Siswa SMP Kelas VII. (Online), (http:ejournal.unesa.ac.id/article/10880/37/ article.doc), diakses 25 Juni 2016. Setyorini, O. 2009.Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Model Direct Instruction melalui Teknik QUEST (Questions that Stimulate Thinking) untuk Siswa SMP/MTs dengan Tema Benda Optik. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang. Solihin, I. 2010. Keefektifan Model Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Learning Cycle dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bontang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Widiyastutik, S. 2008. Studi Tentang Faktor pendukung dan Penghambat Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Modul SD Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.