pengembangan modul ipa berbasis

advertisement
PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME
MODEL LEARNING CYCLE 5E MATERI ENERGI DALAM SISTEM
KEHIDUPAN UNTUK SISWA KELAS VII
SMP MUHAMMADIYAH 6 MALANG
Peni Handayani 1), Masjhudi 2), Triastono Imam Prasetyo 3)
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5, Malang, 65145
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Kegiatan pembelajaran menuntun siswa untuk membangun
pengetahuannya secara mandiri. Hasil observasi di SMP Muhammadiyah 6
Malang menunjukkan bahwa perlu dilakukan perbaikan pada model
pembelajaran melalui bahan ajar karena kemampuan siswa belum diakomodasi
secara penuh. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan modul IPA berbasis
konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan
untuk siswa SMP kelas VII dan menguji kelayakannya. Prosedur pengembangan
menggunakan model 4D dari Thiagarajan. Hasil validasi oleh tim ahli dan uji
coba pada siswa menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak untuk
digunakan.
Kata kunci: modul IPA, model learning cycle 5E, energi dalam sistem
kehidupan
Pendidikan merupakan upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa
supaya memiliki pengetahuan dan keahlian yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas pendidikan harus selalu
dilakukan, baik menyangkut kurikulum, sarana prasarana, dan juga kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Peningkatan kualitas pendidikan dari segi kurikulum
telah dilakukan pemerintah dengan cara mencanangkan Kurikulum 2013. Pada
jenjang SMP, salah satu mata pelajaran pada Kurikulum 2013 adalah Ilmu
Pengetahan Alam (IPA).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 6
Malang, guru mengalami kendala dalam proses belajar mengajar, yaitu kurikulum
menuntut siswa harus lebih aktif dalam kelas. Guru tidak menerangkan dari awal
sampai akhir proses belajar mengajar tetapi siswa diminta untuk lebih aktif
mencari tahu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Buku dan kegiatan
pembelajaran yang digunakan kurang menuntun siswa untuk aktif selama proses
belajar dalam membangun pengetahuan secara mandiri. Berdasarkan uraian
tersebut, perlu dilakukan pengembangan bahan ajar yang dapat memudahkan guru
dalam proses pembelajaran serta menuntun siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan struktur dan isi Kurikulum 2013, materi pada pembelajaran
IPA dilaksanakan secara terpadu atau integrative science. Konsep keterpaduan
pada pembelajaran IPA ditunjukkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu biologi, fisika,
dan kimia. Salah satu materi pada pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013 adalah
energi dalam sistem kehidupan. Pada materi sistem energi dalam kehidupan,
bahan ajar yang dikembangkan adalah modul pembelajaran. Modul merupakan
suatu unit program yang terencana yang didesain guna membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran (Hernawan, dkk, 2010).
Modul dengan materi sistem energi dalam kehidupan dikembangkan
dengan berbasis konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya (Budiningsih, 2005).
Ada banyak model pembelajaran yang dapat dipilih guru IPA dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran adalah agar siswa dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah
learning cycle. Learning cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari
tahapan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan. Pada learning cycle 5E
terdapat 5 tahap/fase yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan
evaluation (Nugroho, 2012).
Model learning cycle digunakan pada modul karena model ini sesuai jika
diterapkan untuk pendekatan scientific. Hubungan antara pendekatan scientific 5M
dan model learning cycle 5E menurut Purnamasari (2014) yaitu sebagai berikut.
Mengamati (observes) dapat dilakukan pada fase engangement. Menanya
(questions) dapat dilakukan pada fase exploration. Mengumpulkan informasi
(experiments/explores) dapat dilakukan pada fase explanation. Mengasosiasi
(analyzes) dapat dilakukan pada fase elaboration. Mengkomunikasikan
(communicates) dapat dilakukan pada fase evaluation.
Tahapan learning cycle 5E yang dikemukakan oleh Lorsbach (2001)
dalam Solihin (2010) adalah sebagai berikut. Engagement (mengajak), pada fase
ini guru berupaya membangkitkan minat, mendorong kemampuan berpikir, dan
membantu siswa mengakses kemampuan awal yang telah dimiliki. Exploration
(menggali), pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara mandiri
maupun secara berkelompok tanpa pengajaran langsung oleh guru untuk menguji
hipotesisnya melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Explanation (menjelaskan), pada fase ini guru mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dengan kalimat sendiri, selanjutnya
guru membantu mengklarifikasi atau melengkapi penjelasan yang diajukan siswa.
Elaboration (aplikasi), kegiatan belajar pada fase ini siswa menerapkan konsepkonsep yang telah dimiliki pada situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti
praktikum lanjutan dan problem solving. Evaluation (evaluasi), pada fase ini
digunakan untuk mengevaluasi pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan
refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk proses pembelajaran
selanjutnya. Menurut Lorsbach (2001) dalam Solihin (2010), modul dengan
model learning cycle 5E memiliki keunggulan yaitu mengarahkan cara berpikir
siswa dari hal yang sederhana ke arah yang lebih kompleks yang selanjutnya
menghubungkan pengetahuan ke fenomena di kehidupan sehari-hari.
Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan modul IPA berbasis
konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan
yang layak digunakan untuk siswa SMP kelas VII semester 2. Modul ini dapat
digunakan sebagi sumber belajar siswa. Modul siswa juga dilengkapi dengan
petunjuk guru sebagai panduan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran.
METODE
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul
adalah model 4D oleh Thiagarajan (1974). Tahapan pengembangan 4D oleh
Thiagarajan (1974) dalam Mulyatiningsih (2012) terdiri dari 4 tahapan yaitu
define, design, develop, dan disseminate. Tahapan define bertujuan untuk
menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan produk. Pada tahap
define dilakukan analisis kurikulum, analisis karakter peserta didik, analisis
materi, serta merumuskan tujuan. Tahapan design bertujuan untuk membuat
rancangan produk yang akan dikembangkan. Pada tahap design dilakukan
pemilihan jenis produk yang dikembangkan, pemilihan penyajian pembelajaran,
dan pembuatan rancangan produk. Tahapan develop bertujuan untuk
menghasilkan produk berupa modul. Pada tahap develop dilakukan penyusunan
produk awal dan validasi produk oleh validator. Pengembangan produk dilakukan
hanya sampai pada tahap ketiga karena produk hanya diujicobakan pada siswa
dalam skala kecil dan tidak disebarkan secara luas.
Uji coba produk merupakan bagian dalam tahap validasi pada proses
pengembangan. Uji coba produk pengembangan dilakukan untuk menetapkan
tingkat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Kelayakan produk diketahui
dengan melakukan validasi. Penentuan kelayakan dilakukan dua tahap. Tahap
pertama dengan cara validasi modul secara perseorangan oleh tim ahli (ahli bahan
ajar, ahli materi, dan praktisi lapangan) dan uji coba pada siswa (16 siswa SMP
Muhammadiyah 6 Malang).
Data hasil pengembangan modul diperoleh menggunakan instrumen
pengumpul data berupa angket yang diberikan kepada validator (ahli materi, ahli
pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan), dan siswa. Data hasil validasi
pengembangan modul terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data yang terdiri dari
kolom check list menggunakan skala Likert (diadaptasi dari Pujiningtyas, 2011).
Data kualitatif diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data berupa lembar
komentar, saran dan kritik terhadap modul. Selain hasil validasi, juga diperoleh
data hasil belajar siswa yang diperoleh dari lembar nilai pengerjaan modul.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data
secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik analisis deskriptif
kualitatif digunakan untuk mengolah data berupa kritik dan saran dari validator
yang digunakan sebagai masukan untuk revisi produk. Teknik analisis deskriptif
kuantitatif digunakan untuk mengolah data berupa nilai pengerjaan modul oleh
siswa dan skor penilaian modul dari skala Likert. Analisis data untuk mengetahui
kelayakan pada skala Likert dilakukan dengan cara perhitungan nilai rata-rata.
Pada penentuan teknik analisis nilai rata-rata, Arikunto (2002) menyatakan bahwa
untuk mengetahui peringkat nilai akhir pada setiap butir angket penelitian, jumlah
nilai yang diperoleh dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab butir
angket penilaian tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, rumus untuk
menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut.
∑𝑥
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan:
x̅
: Nilai rata-rata
∑x
n
: Jumlah skor jawaban dalam satu item
: Jumlah responden yang menjawab dalam satu item
Menurut Arikunto (2002) data yang telah diolah dibandingkan dengan
suatu standar kriteria yang telah dibuat. Pada pengembangan modul ini, skala
penskoran yang digunakan adalah 1 sampai 5. Skor 1 adalah skor terendah dan 5
adalah skor tertinggi. Penentuan rentang nilai kevalidan dapat diketahui dengan
cara skor tertinggi dikurangi skor terendah sehingga diperoleh rentang nilai 4.
Rentang nilai kemudian dibagi dengan banyaknya kriteria sehingga diperoleh
rentang nilai kevalidan untuk setiap kriteria yaitu 0.8. Nilai rata-rata kevalidan
modul jika dideskripsikan tertera pada Tabel 1. Apabila hasil yang diperoleh
mencapai nilai sama atau lebih besar dari 3.5 maka modul yang dihasilkan layak
untuk digunakan dan tidak perlu direvisi, kecuali terdapat kritik dan saran dari
validator yang digunakan sebagai masukan untuk merevisi produk.
Tabel 1 Deskripsi Nilai Rata-rata Hasil Validasi
Rata-rata
4.3 – 5
3.5 – 4.2
2.7 – 3.4
1.9 – 2.6
1– 1.8
Keterangan
Sangat layak
Layak
Kurang layak
Tidak layak
Sangat tidak layak
(diadaptasi dari Setyorini, 2009)
Teknik analisis secara kuantitatif juga dilakukan untuk mengukur hasil
belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa terdiri dari ketuntasan belajar individual
dan ketuntasan belajar klasikal. Ketuntasan belajar individual diperoleh dari skor
perolehan siswa dari jawaban benar dibanding skor maksimal yang hasilnya
dipersentasekan (Arikunto, 2002). Ketuntasan belajar klasikal yaitu mengukur
tingkat keberhasilan ketuntasan belajar keseluruhan siswa. Perhitungan persentase
ketuntasan individual dan persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut.
Persentase ketuntasan belajar individual =
Persentase ketuntasan belajar klasikal =
jumlah skor yang dicapai siswa
jumlah skor maksimum
jumlah siswa yang mendapat ≥70
jumlah seluruh siswa
x 100%
x 100%
Kriteria keberhasilan belajar secara individu didapat dengan
membandingkan nilai siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara
perseorangan siswa telah tuntas belajar apabila nilainya mencapai ≥70.
Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas
belajar atau siswa yang mendapat ≥70 jumlahnya lebih besar atau sama dengan
85% dari jumlah siswa seluruhnya (Kumalasari, 2011).
HASIL
Modul IPA materi energi dalam sistem kehidupan yang dihasilkan
merupakan bahan ajar yang sesuai dengan KI dan KD IPA SMP kelas VII
semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013. Komponen-komponen modul terdiri dari
halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, peta
konsep, kegiatan belajar, uji kompetensi, umpan balik, daftar istilah, dan daftar
rujukan. Kegiatan belajar pada modul disesuaikan dengan karakteristik
pembelajaran yang berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E. Modul IPA
model learning cycle 5E terdiri dari modul siswa dan petunjuk guru.
Data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif yang diperoleh yaitu: 1) data hasil validasi modul oleh ahli materi, ahli
pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan; 2) data hasil penilaian modul
oleh siswa ketika uji coba; 3) nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa. Data
kualitatif yaitu: 1) komentar dan saran dari ahli materi, ahli pengembangan bahan
ajar, dan praktisi lapangan; 2) komentar dan saran siswa mengenai modul.
Ringkasan data hasil validasi modul oleh validator tertera pada Tabel 2.
Ringkasan data uji coba modul pada siswa tertera pada Tabel 3.
Tabel 2 Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Validator Ahli Materi, Ahli
Pengembangan Bahan Ajar, dan Praktisi Lapangan
No. Aspek yang Dinilai
Rata-rata
Kriteria
1.
Halaman depan
4.3
Sangat valid
2.
Kata pengantar
4.2
Valid
3.
Daftar isi
4.5
Sangat valid
4.
Gambar
4.5
Sangat valid
5.
Petunjuk penggunaan modul
4.3
Sangat valid
6.
Peta konsep
4.7
Sangat valid
7.
Kegiatan belajar
4.1
Valid
8.
Materi energi dalam sistem kehidupan
4.5
Sangat valid
9.
Uji kompetensi
4.5
Sangat valid
10.
Umpan balik
4
Valid
11.
Daftar istilah
4.2
Valid
12.
Daftar rujukan
4.5
Sangat valid
4.4
Sangat valid
Rata-rata
Data hasil validasi pada Tabel 2 diperoleh dengan cara menghitung ratarata skor validasi dari 3 validator (ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan
praktisi lapangan). Rata-rata keseluruhan dari seluruh aspek yang dinilai
menunjukkan skor 4.4 dari skor maksimal 5 yang berarti modul memiliki kriteria
sangat valid. Hasil validasi menunjukkan bahwa modul layak untuk digunakan.
Rata-rata keseluruhan data hasil uji coba kelompok kecil pada Tabel 3
menunjukkan skor 4.1 dari skor maksimal 5 yang berarti valid. Hasil uji coba
kelompok kecil menunjukkan modul layak untuk digunakan.
Tabel 3 Ringkasan Data Hasil Uji Coba Modul pada Siswa
No
Aspek yang Dinilai
Rata-rata
1
Halaman depan
3.9
2
Kata pengantar
4.1
3
Daftar isi
4.2
4
Gambar modul
4.2
5
Petunjuk penggunaan
4
6
Peta konsep
3.9
7
Kegiatan belajar
4.1
8
Materi energi dalam sistem kehidupan 3.9
9
Uji kompetensi
3.9
10
Umpan balik
4.3
11
Daftar istilah
4.3
12
Daftar rujukan
4.3
4.1
Rata-rata
Kriteria
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sangat valid
Sangat valid
Sangat valid
Valid
Data kuantitatif juga terdiri dari nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa.
Nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa tertera pada Tabel 4. Ketuntasan belajar
setiap siswa pada Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh siswa mencapai nilai lebih
dari KKM yaitu 70 sehingga seluruh siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar
individual. Ketuntasan belajar secara klasikal dihitung berdasarkan persentase
jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM dibagi
jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai
persentase ketuntasan belajar klasikal yaitu 100%. Karena persentase ketuntasan
belajar klasikal ≥85% maka kelas tersebut mencapai keberhasilan klasikal.
Tabel 4. Ringkasan Nilai Hasil Pengerjaan Modul oleh Siswa
No
Nama
Rata-rata
1
A
80
2
B
88
3
C
91
4
D
88
5
E
76
6
F
84
7
G
78
8
H
86
9
I
78
10
J
76
11
K
82
12
L
82
13
M
84
14
N
90
15
O
79
16
P
81
83
Rata-rata
Kriteria
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran yang diberikan untuk
perbaikan modul. Komentar dan saran dari validator ahli materi, ahli
pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan tertera pada Tabel 5. Komentar
dan saran dari siswa yang menjadi responden uji coba kelompok kecil tertera pada
Tabel 6.
Tabel 5 Komentar dan Saran dari Validator Ahli Materi, Ahli Pengembangan Bahan Ajar,
dan Praktisi Lapangan
No.
Aspek yang Dinilai
Komentar dan Saran
1
Halaman sampul
 “Modul guru” diganti dengan “Petunjuk guru”.
 Nama pembimbing ditulis pada cover.
 Memberikan keterangan bahwa modul untuk semester
II.
2
Kata pengantar
--3
Daftar isi
--4
Gambar
 Menambahkan gambar yang menjelaskan bentukbentuk energi.
 Memperbesar gambar sel hewan dan sel tumbuhan.
 Penomoran gambar disesuaikan dengan nomor
submateri.
5
Petunjuk penggunaan modul
--6
Peta konsep
 Memberi penjelasan mengenai manfaat peta konsep.
 Menjelaskan keterkaitan antara metabolisme dan
transformasi energi.
No.
7
Aspek yang Dinilai
Kegiatan belajar
8
Uji kompetensi
9
Umpan balik
10
11
Daftar istilah
Daftar rujukan
12
Aspek lain
Komentar dan Saran
 Pada fase eksplorasi harus lebih jelas apa yang
dieksplorasi, dimana dilakukan, dan apa hasilnya.
 Pada fase eksplanasi penjelasan yang perlu dijelaskan
oleh siswa harus benar dan sesuai tujuan.
 Menambahkan “energi panas bumi” pada contoh
sumber energi.
 Menambahkan contoh zat makanan penghasil energi.
 Fungsi utama setiap jenis zat makanan disebutkan
lebih dulu; kalimat protein dan lemak sebagai
“sumber energi” diganti menjadi “cadangan energi”.
 Penambahan penjelasan temuan hasil praktikum pada
fase eksplanasi.
 Kalimat “energi kimia anorganik” diubah menjadi
“zat anorganik”.
 Memberikan rambu-rambu jawaban yang tepat pada
soal eksplanasi.
 Definisi respirasi ditekankan pada respirasi eksternal.
 Pilihan jawaban harus setara.
 Menambahkan beberapa soal yang berkaitan dengan
praktikum.
 Menambahkan soal uraian.
 Mengaitkan umpan balik dengan tujuan dan kegiatan
siswa.
 Istilah harus lebih spesifik.
 Penggunaan kata hubung “dan” untuk rujukan dengan
penulis lebih dari satu orang.
 Memperbaiki tata tulis, ejaan, dan sejenisnya.
 Penulisan sebaiknya rata kiri dan kanan agar lebih
rapi.
 Memperbesar ukuran huruf pada setiap judul
submateri.
Tabel 6 Komentar dan Saran dari Siswa
No. Aspek yang Dinilai
Komentar dan Saran
1
Modul keseluruhan
 Cukup menarik dan mudah dipahami.
 Bisa menambah ilmu.
 Berguna dalam memahami materi energi dalam sistem
kehidupan.
Revisi modul dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diterima
dari ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, praktisi lapangan, dan siswa.
Hasil dari modul yang direvisi setelah hasil uji coba merupakan modul yang layak
digunakan dalam pembelajaran. .
PEMBAHASAN
Produk hasil pengembangan berupa modul IPA berbasis konstruktivisme
model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan untuk SMP kelas
VII semester 2. Validasi produk dilakukan oleh ahli materi, ahli pengembangan
bahan ajar, dan praktisi lapangan. Uji coba skala kecil dilakukan pada 16 siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang. Hasil validasi oleh ahli materi, ahli
pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan menunjukkan skor 4.4 dari skor
maksimal 5. Hasil uji coba skala kecil pada 16 siswa menunjukkan skor 4.1 dari
skor maksimal 5. Hasil yang diperoleh dari validasi dan uji coba dibandingkan
dengan kriteria kelayakan yang telah ditentukan pada Tabel 1. Berdasarkan
kriteria kelayakan yang telah diadaptasi dari Setyorini (2009), diketahui bahwa
hasil validasi modul oleh validator tergolong sangat layak dan hasil uji coba pada
siswa tergolong layak.
Sebelumnya pernah dilakukan pengembangan modul oleh Imamiasih
(2012) yaitu “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu dengan Tema
Peredaran Sari Makanan untuk Siswa Kelas VIII SMP Internasional Laboratorium
Universitas Negeri Malang”. Validasi modul hasil pengembangan menunujukkan
kriteria valid atau layak dengan persentase 88.31% untuk modul guru dan
persentase 85.98% untuk modul siswa. Selain itu, pengembangan modul tentang
learning cycle juga pernah dilakukan oleh Kumalasari (2011) yaitu
“Pengembangan Modul Biologi Sistem Reproduksi Manusia Model Siklus Belajar
(Learning cycle) 5E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA
Negeri 1 Malang”. Validasi modul menunjukkan bahwa modul yang
dikembangkan tersebut memperoleh kriteria sangat layak pada modul guru dengan
persentase sebesar 88,04% dan modul siswa sebesar 87.6%. Penelitian
sebelumnya dan pengembangan modul yang dilakukan menunjukkan bahwa
bagian-bagian modul yang divalidasi memenuhi kriteria bahan ajar dan layak
digunakan dalam pembelajaran.
Hasil pengerjaan modul oleh siswa menunjukkan bahwa seluruh siswa
mencapai ketuntasan belajar individual karena masing-masing siswa mencapai
nilai KKM yaitu ≥70. Kelas juga berhasil mencapai ketuntasan belajar klasikal
karena siswa yang mencapai KKM ≥ 85%. Hasil belajar siswa dapat diketahui
setelah siswa selesai mengerjakan modul pada bagian umpan balik. Hal tersebut
sesuai dengan kelebihan pembelajaran dengan modul menurut Widiyastutik
(2008) yaitu pembelajaran dengan modul memberikan umpan balik/feed back
secara langsung setelah siswa menyelesaikan sebuah modul. Siswa dapat
mengetahui sesegera mungkin tingkat penguasaannya terhadap modul. Kelebihan
pembelajaran modul lainnya yaitu mastery learning/penguasaan tuntas. Mastery
learning merupakan suatu standar penguasaan minimal sebuah modul. Standar
inilah yang menentukan diperbolehkan atau tidaknya siswa melanjutkan ke materi
berikutnya. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan modul, seluruh siswa
mencapai standar penguasaan minimal yang telah ditentukan yaitu nilai ≥70.
Modul yang direvisi terdiri dari bagian cover (halaman muka), kata
pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan, peta konsep, kegiatan belajar yang
mengacu pada model learning cycle 5E dengan materi energi dalam sistem
kehidupan, uji kompetensi, daftar istilah, dan daftar rujukan. Struktur modul
pembelajaran dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang disajikan
dan kegiatan belajar yang dilakukan. Menurut Depdiknas (2008) secara umum
modul harus memuat paling tidak beberapa komponen yaitu: judul, petunjuk
belajar, kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk
kerja yang dapat berupa lembar kerja, dan evaluasi/penilaian. Berdasarkan hal
tersebut, modul yang direvisi telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
Depdiknas (2008). Judul terdapat pada cover modul. Petunjuk belajar terdapat
pada petunjuk penggunaan modul. Informasi pendukung terdapat pada daftar isi,
peta konsep, glosarium/daftar istilah, dan daftar rujukan. Latihan dan lembar kerja
terdapat pada setiap kegiatan belajar. Evaluasi terdapat pada uji kompetensi dan
umpan balik.
Modul yang dihasilkan memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan
modul adalah sebagai berikut. 1) Modul telah divalidasi oleh ahli materi, ahli
pengembangan modul, praktisi lapangan, dan telah dilakukan uji coba pada siswa
sehingga diketahui bahwa modul layak untuk digunakan. 2) Kegiatan
pembelajaran pada modul dibuat dengan sistematis sesuai dengan model learning
cycle 5E. 3) Bagian-bagian pada modul terdapat gambar dan halaman yang
berwarna sehingga menarik minat siswa untuk belajar. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan modul menurut Depdiknas (2008) yaitu modul merupakan bahan ajar
yang disusun secara sistematis dan menarik. Sistematika modul terdiri dari
komponen-komponen modul yang telah divalidasi sehingga layak digunakan
dalam kegiatan belajar. Sistematika setiap kegiatan pada modul menggunakan
model belajar learning cycle 5E. Modul juga dibuat menarik dengan gambargambar, bahasa, dan penyusunan setiap bagian modul.
Menurut Vembrianto (1975) dalam Setyorini (2009) ada kelemahan
belajar menggunakan modul. Salah satu kelemahan belajar menggunakan modul
yaitu hubungan antar siswa di dalam kelas menjadi renggang, padahal motivasi
siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup sosial. Kelemahan tersebut juga
terdapat pada modul yang dihasilkan. Pada pelaksanaan pembelajaran
menggunakan modul, kelemahan tersebut diatasi dengan mengadakan kegiatan
berkelompok yaitu praktikum, selain itu juga diadakan diskusi setelah siswa
selesai mengevaluasi hasil pengerjaan modulnya masing-masing pada setiap
kegiatan belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari pengembangan yaitu modul IPA terpadu model learning
cycle 5E materi energi untuk siswa SMP kelas VII semester 2 telah melalui tahap
validasi oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, praktisi lapangan, dan
diujicobakan pada siswa. Hasil validasi dan uji coba menunjukkan bahwa modul
layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Saran sebagai tindak lanjut dari modul hasil pengembangan yaitu
hendaknya dilakukan tutoring oleh guru untuk membimbing siswa apabila
mengalami kesulitan ketika mempelajari modul. Perlu dilakukan uji coba lanjutan
untuk beberapa sekolah dengan jumlah siswa yang lebih banyak apabila modul
digunakan dalam skala luas. Perlu adanya tidak lanjut atau eksperimen untuk
mengukur peningkatan hasil belajar siswa ketika menggunakan modul.
Pengembangan modul IPA untuk materi lainnya dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Hernawan, A.H., Permasih, Laksmi, D. 2010. Pengembangan Bahan Ajar,
(Online), (http:file.upi.edu/Direktori/Fip/Jur_Kurikulum_
Dan_Tek._Pendidikan/194601291981012-Ermsih /Pengembangan_
Bahan_Ajar.pdf), diakses tanggal 14 Januari 2013.
Imamiasih, Silvia Nur. 2012. Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu
dengan Tema Peredaran Sari Makanan untuk Siswa Kelas VIII SMP
Internasional Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Mulyatiningsih, E. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran, (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endangmulyatiningsih-mpd/7cpengembangan-model-pembelajaran.pdf),
diakses 23 Januari 2013.
Nugroho, I.A. 2012. Penerapan Integrasi SEQIP dengan 5E Learning Cycle
Untuk meningkatkan Kepercayaan Diri Mahasiswa, (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ikhlasul20Ardi20
Nugroho,20M.Pd./Jurnal_Didaktika_Seqip20terintegrasi.Pdf), diakses
tanggal 14 januari 2013.
Kumalasari, Dewi. 2011. Pengembangan Modul Biologi Sistem Reproduksi
Manusia Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pujiningtyas, P. 2011. Pengembangan Modul IPA Terpadu Model Learning Cycle
dengan Tema Pencemaran Lingkungan untuk Siswa Kelas VII SMP
Negeri 2 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri
Malang.
Purnamasari, Desi. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model
Learning Cycle pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk Siswa SMP
Kelas VII. (Online), (http:ejournal.unesa.ac.id/article/10880/37/
article.doc), diakses 25 Juni 2016.
Setyorini, O. 2009.Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Model
Direct Instruction melalui Teknik QUEST (Questions that Stimulate
Thinking) untuk Siswa SMP/MTs dengan Tema Benda Optik. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang.
Solihin, I. 2010. Keefektifan Model Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Learning
Cycle dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia
Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bontang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Widiyastutik, S. 2008. Studi Tentang Faktor pendukung dan Penghambat
Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Modul SD
Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Download