pengembangan modul bahasa indonesia materi keteladanan

advertisement
PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI
KETELADANAN DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5
FASE UNTUK SISWA KELAS V SEMESTER 1
SKRIPSI
Oleh
Tuti Marlina
NIM. 10140092
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2014
i
PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI
KETELADANAN DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5
FASE UNTUK SISWA KELAS V SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh
Tuti Marlina
NIM. 10140092
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2014
ii
PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI
KETELADANAN DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5
FASE UNTUK SISWA KELAS V SEMESTER 1
SKRIPSI
Oleh :
Tuti Marlina
10140092
Telah disetujui
Pada Tanggal 07 April 2014
Oleh :
Dosen Pembimbing
Alfin Mustikawan, M.Pd
NIP. 19820416 200901 1 008
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dr. Muhammad Walid, M.A
NIP. 19730823 200003 1 002
iii
PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI
KETELADANAN DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5
FASE UNTUK SISWA KELAS V SEMESTER 1
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Tuti Marlina (10140092)
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal
14 April 2014 dengan nilai B+
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
pada tanggal: 14 April 2014
Panitia Ujian
Tanda Tangan
Ketua Penguji,
Nurul Yaqien, M.Pd
NIP. 19781119 200604 1 001
:
Sekretaris Sidang,
Agus Mukti Wibowa, M.Pd
NIP. 19780707 200801 1 021
:
Pembimbing,
Alfin Mustikawan, M.Pd
NIP. 19820416 200901 1 008
:
Penguji Utama,
Dr. Esa Nur Wahyuni, M.Psi
NIP. 19720306 200801 2 010
:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H. Nur Ali, M.Pd
NIP. 19650403 199803 1 002
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk semua orang yang penulis sayangi,
untuk lebih rincinya, yakni kepada:
Maha Mulia Allah Swt. yang senantiasa memberikan limpahan nikmat
serta rahmat-Nya
Kepada Rasul-Nya yang telah menunjukkan jalan terbaik untuk umatnya
terutama yang berkaitan tentang keutamaan orang yang berilmu dan orang yang
mencari ilmu
Ibu tercinta (Marsiyah) dan Bapak Tersayang (Muhaji) dan adikku (Tutut
Noviana) yang senantiasa memberikan semangat dan do’a sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tugas ini
Serta kepada seluruh teman-temanku yang selalu sabar mendengarkan keluh
kesahku saat mengerjakan tugas ini
Dan seluruh kerabat dekatku yang telah memberikan bberbagai bantuan serta
dukungan untuk mewujudkan cita-citaku dalam mencapai rahmat Allah.
v
‫‪HALAMAN MOTTO‬‬
‫‪َ ...‬ي ْر َي ِع‬
‫ا‬
‫ُهَّللا اُهَّللا ِع يَي آ َيمنو مِعنن ْر َيو اُهَّللا ِع يَي أوتو ْرا ِع ْر َي َي َي َي ٍت‬
‫َيو ُهَّللا ِعب َيم َيت ْر َيم ويَي َي ِعب ٌر‬
‫‪Al Qur’an Surat Al-Mujadalah Ayat: 11‬‬
‫‪vi‬‬
‫‪1‬‬
Alfin Mustikawan, M.Pd
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal
: Skripsi Tuti Marlina
Lamp. : 4 Eksemplar
Malang, 28 Maret 2014
Yang Terhormat,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Tuti Marlina
: 10140092
: PGMI
: Pengembangan Modul Bahasa Indonesia Materi Keteladanan
dengan Model Learning Cycle 5 Fase Untuk Siswa Kelas V
Semester 1
maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Alfin Mustikawan, M.Pd
NIP. 19820416 200901 1 008
vii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 7 April 2014
Tuti Marlina
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaah puji syukur penulis curahkan kehadirat Allah yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW
yang telah menjadi teladan bagi umatnya untuk selalu menimba ilmu
sebagai bekal kehidupan di dunia.
Selanjutnya limpahan rasa hormat dan ribuan ucapan terima kasih yang
penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rasa nikmat yang berupa kesempatan,
kesehatan, ilmu, dan segala bentuk kenikmatan apapun yang terlimpah pada diri
penulis sehingga penulis dapat melaksanakan salah satu rangkaian tugas akhir
dengan lancar.
2. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan, nasehat, serta do’a yang
tak pernah putus sebagai bekal untuk penulis agar tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik, lancar dan tepat waktu.
3. Bapak Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, selaku Rektor UIN Malang
4. Bapak Prof. Dr. Nur Ali, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
5. Bapak Muhammad Walid, M.A selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
6. Bapak Alfin Mustikawan, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan kegiatan kami dalam pembuatan skripsi
7. Semua guru-guru, dosen-dosen, yang selama ini memberikan ilmunya pada
penulis untuk kecerahan masa depan.
8. Teman Kamar (Mbak Nia, Yepril dan Eka) yang dengan setia mendengarkan
keluh kesah saat pembuatan skripsi ini
9. Segenap kerabat dan semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami senantiasa
mendapatkan balasan yang berlipat ganda serta barokah.
ix
Selanjutnya kami sadar dalam penulisan laporan ini banyak sekali
kekurangan–kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima
saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan penulisan laporan ini.
Malang, 7 April 2014
Penulis
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf
‫ا‬
‫ب‬
=
=
a
b
‫ز‬
‫س‬
=
=
z
s
‫ق‬
‫ك‬
=
=
q
k
‫ت‬
=
t
‫ش‬
=
sy
‫ل‬
=
l
‫ث‬
=
ts
‫ص‬
=
sh
‫م‬
=
m
‫ج‬
=
j
‫ض‬
=
dl
‫ن‬
=
n
‫ح‬
=
h
‫ط‬
=
th
‫و‬
=
w
‫خ‬
=
kh
‫ظ‬
=
zh
?
=
h
‫د‬
=
d
‫ع‬
=
′
‫ء‬
=
,
‫ذ‬
=
dz
‫غ‬
=
gh
‫ي‬
=
y
‫ر‬
=
r
‫ف‬
=
f
B. Vokal Panjang
C. Vokal Diftong
Vokal (a) panjang
=â
Vokal (i) panjang
=î
Vokal (u) panjang
=û
‫أو‬
xi
=
aw
‫أْي‬
=
ay
‫أ ُأ ْو‬
=
û
‫ي‬
ْ ‫أ ُأ‬
=
ĩ
DAFTAR TABEL
Diagram 2.1 Alur Pengembangan Modul dengan Model learning cycle 5 fase ........... 36
Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Desain R2D2 ........................................................ 41
Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest dan Postest ...................................................................... 58
Tabel 4.2 Analisis Tingkat Keefektifan Modul............................................................... 59
Tabel 4.3 Kualifikasi Kelayakan Modul Berdasarkan Presetase Rata-Rata .............. 61
Tabel 4.4 Presentase Rata-Rata Penilaian Validator pada Desain Modul .................. 62
Tabel 4.5 Presentase Rata-Rata Penilaian Validator pada Desain Modul .................. 65
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas
75
2. Angket Validasi Modul
76
3. Hasil Angket Validasi Modul oleh Guru Mata Pelajaran
80
4. Hasil Angket Validasi Modul oleh Dosen Bahasa Indonesia
83
5. Data Siswa
85
6. Data Hasil Belajar Siswa Pada Penilaian Pretest
86
7. Data Hasil Belajar Siswa Pada Penilaian Postest
87
8. Modul Pengembangan
88
xiii
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN .............................................. xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
ABSTRAK .........................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
Tujuan Penelitian dan Pengembangan .................................................................. 5
Manfaat Penelitian dan Pengembangan ................................................................ 5
Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 7
Spesifikasi Produk yang Diharapkan .................................................................... 12
xiv
Pentingnya Pengembangan ................................................................................... 13
Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ............................................................ 14
Definisi Istilah ....................................................................................................... 15
Sistematika Penulisan............................................................................................ 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................................... 17
Modul Pembelajaran ............................................................................................. 20
Pembelajaran dengan Modul ................................................................................. 23
Pembelajaran Konstruktivisme ............................................................................. 25
Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5 Fase)..................................................... 29
Pembelajaran Berbasis Model Learning Cycle 5 Fase ......................................... 33
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Model Learning Cycle 5 Fase .... 35
Desain Modul Pengembangan............................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Pengembangan Penelitian ........................................................... 39
Prosedur Pengembangan Desain ........................................................................... 40
Validasi Produk ..................................................................................................... 45
Uji Coba Produk.................................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ..................................................................................................... 50
xv
Analisis Modul Pengembangan............................................................................. 60
Revisi Modul Pengembangan ............................................................................... 69
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................... 72
Saran...................................................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
ABSTRAK
Marlina, Tuti. 2014. Pengembangan Modul Bahasa Indonesia Materi
Keteladanan Dengan Model Learning Cycle 5 Fase Untuk Siswa Kelas V
Semester 1 SDN Sumberkembar 02 Blitar. Skripsi, Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Malang. Alfin Mustikawan, M.Pd
Kata Kunci: Pengembangan, Modul, Model learning cycle 5 fase
Di lingkungan sekolah, mata pelajaran bahasa Indonesia mulai diberikan
di sekolah dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai perguruan tinggi. Ini
artinya, pelajaran bahasa Indonesia sangat penting untuk terus diajarkan dan
dipelajari. Pengajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di tigkat dasar ini
dimaksudkan untuk memperkaya khazanah kebahasaan siswa sedini mungkin.
Dapat dikatakan bahwa bahasa inilah yang akan menentukan arah perkembangan
seorang siswa. Kalau bahasanya sudah baik, maka untuk memahami ilmu-ilmu
yang lain akan baik pula.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengembangan
modul Bahasa Indonesia materi keteladanan dengan model learning cycle 5 fase
untuk siswa kelas V semester 1 SDN Sumberkembar 02 Blitar dan meneliti
tingkat keefektifan hasil pengembangan modul Bahasa Iindonesia materi
keteladanan dengan model learning cycle 5 fase.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan
(Educational Research and Development). Penelitian pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangakan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada
model desain penelitian pengembangan ini peneliti menggunakan Recursive
Reflective Design and Development (R2D2) yang dikembangkan oleh Willis
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Sedangkan untuk menganalisis desain
modul, peneliti menggunakan data angket yang diberikan pada dua validator,
yakni pada guru sebagai pihak yang mengetahui karakteristik siswa dan dosen
Bahasa Indonesia sebagai ahli materi. Dan untuk mengetahui keefetifan modul,
peneliti menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan paired-sample t test dari
data pretes dan postest hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modul hasil pengembangan
setelah divalidasi oleh validator menunjukkan rata-rata nilai pengembangan
modul yang divalidasi oleh guru mata pelajaran mendapatkan skor 74%, sehingga
dapat menunjukkan bahwa modul pengembangan dinilai cukup valid. Sedangkan
rata-rata nilai pengembangan modul yang divalidasi oleh guru mata pelajaran
mendapatkan skor 88%, sehingga modul pengembangan dinilai valid. Adapun
xvii
dari hasil analisis desain eksperimen untuk mencari tingkat pengaruh
pembelajaran sebelum dan setelah modul pengembangan diaplikasikan melalui
one-group pretest-posttest design menyatakan bahwa tingkat pengaruh
pembelajaran sebelum dan sesudah penerapan modul pengembangan berjumlah
67. Sedangkan hasil analisis untuk tingkat keefektifan modul pengembangan
melalui SPSS 16.0 for windows dengan paired-sample t test dari data pretes dan
postest hasil belajar siswa menunjukkan bahwa modul pengembangan ini efektif
untuk diterapkan, karena dapat meningkatkan rata-rata nilai siswa namun tidak
signifikan.
Penulis berharap agar guru dapat menerapkan beberapa model
pembelajaran yang bervariasi, salah satunya model learning cycle 5 fase agar
pembelajaran yang dilalsanakan lebih bermakna dan apabila media yang
disediakan disekolah memang kurang terpenuhi kebutuhannya, maka guru dapat
menggantinya dengan membuat modul atau media yang lain yang sesuai dengan
karakteristik siswa agar antusias siswa pada pembelajaran yang diterimanya tidak
akan mengalami penurunan.
xviii
ABSTRACT
Marlina, Tuti. 2014. Development of Indonesian Language Module Example
Subject Using Leaning Cycle 5 Phases Method for The Fifth Grade Student of
First Semester SDN Sumberkembar 02 Blitar. Thesis, Islamic Elementary School
Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University of
Maulana Malik Ibrahim Malang. Alfin Mustikawan, M.Pd
Keywords: Development, Modules, Model 5-phase learning cycle
In school, Indonesian subjects is given since in elementary school (SD ) or
Islamic Elementary School ( MI ) until in the University. It means, Indonesian
subject is important to teach and learn continually. The purpose of teaching
Indonesian subject for elementary school is enriching linguistic knowledge of the
student earlier. In other words, Indonesian language will determine the
improvement of the student. If the student has a good ability in language they will
be easy to understand other sciences.
The aim of this study is to describe and to examine the effectiveness of the
results in the development of Indonesian Language Module in example material
using learning cycle 5 phases method for the fifth grade students of first semester
SDN Sumberkembar 02 Blitar.
This study uses development research approach (Educational Research and
Development). Research development is a process or steps to improve a new
product or to completing an existing product and responsible. In this design, the
researcher uses Recursive Reflective and Development Design (R2D2) developed
by Willis viewpoint of Constructivism. While, to analyze the design module, the
researcher uses questioner that is given to two validators, they are a teacher who
knows the characteristic of the student and an Indonesian lecturer who is expert on
this subject. And to identify the effectiveness of module, the researcher uses SPSS
16.0 for windows with paired-samples t test from the result of pre test and post
test of the students.
The result of this study shows that the average value of development
module validated by teacher of the related subject get 74% score, therefore it can
be concluded that module development is valid. While, the average value of
development module validated by Indonesian lecturer of the related subject get
88% score, therefore it can be concluded that module development is valid.
Through the analysis, the researcher found that the level of influence of learning
before and after applying module development amount 67. While, the result of the
analysis for the effectiveness of the development module through 16.0 for
windows with paired-samples t test from the result of pre test and post test of the
xix
students shows that development module is effective to be applied because can
improve the average of student’s score but not significant.
The researcher hopes teacher can apply various teaching methods, for
instance learning cycle 5 phase method in order to make a meaningful and if the
media of the school do not good enough then the teacher can replace it with
making module or another media which is suitable with student’s characteristic in
order to keep student’s enthusiastic to the lesson.
xx
‫الملخص‬
‫مارلينا‪ ،‬تويت‪ .2014 .‬تطوير وحدة قياس االندونيسية مبواد القدوة بطريقة‬
‫‪Learning‬‬
‫‪ Cycle 5 Fase‬لطالب الفصل اخلامس مبستوى األوىل يف ادلدرسة اإلبتدائية األهلية‬
‫احلكومية الثانية سومبري كمبار باليتار ‪ .‬البحث‪ ،‬تربية معلم ادلدرسة اإلبتدائية يف‬
‫قسم علوم الرتبية والتعليمية‪ ،‬جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالميّة احلكوميّة‬
‫مباالنج‪ .‬ألفني مستكاوان ادلاجستري‪.‬‬
‫الكلمات الرئيسية‪ :‬التطوير‪ ،‬وحدة قياس‪ ،‬طريقة‬
‫‪Learning Cycle 5 Fase‬‬
‫يف ادلدرسة‪ ،‬بدأت ادلوضوعات اإلندونيسية أن تعطى يف ادلدرسة اإلبتدائية‬
‫حّت يف اجلامعة ‪ .‬هذا ادلراد‪،‬‬
‫األهلية احلكومية )‪ (SD‬أو ادلدرسة االبتدائية اإلسالمية )‪ّ (MI‬‬
‫تعلم االندونيسية مهم جدا ليستمر تدريسها وتعلمها‪ .‬تعليم االندونيسية يف هذا‬
‫ادلستوى األساسية يهدف إىل إثراء ثروة من طالب اللغة يف وقت صغار‪ .‬يف القول اآلخر‬
‫أن اللغة هي ما سيحدد اجتاه تطوير الطالب‪ .‬إذا كانت اللغة جيدة‪ ،‬فطبعا فهم العلوم‬
‫األخرى ستكون جيدة‪.‬‬
‫يهدف هذا اذلدف على وصف نتائج تطوير وحدة قياس اإلندونيسية مبواد‬
‫القدوة بطريقة‬
‫‪Learning Cycle 5 Fase‬‬
‫لطالب الفصل اخلامس مبستوى األوىل يف‬
‫ادلدرسة اإلبتدائية األهلية احلكومية الثانية سومبري كمبار باليتار‬
‫تطوير وحدة قياس اإلندونيسية مبواد القدوة بطريقة‬
‫ووصف فعالية نتائج‬
‫‪.Learning Cycle 5 Fase‬‬
‫يستخدم هذا البحث تطور منهج البحث والتطوير (‪ .)R&D‬البحث والتطوير‬
‫هو عملية أو خطوات لتطوير اإلنتاج اجلديد أوحتسني اإلنتاج املوجود ويكون ادلسائولةي‪.‬‬
‫‪xxi‬‬
‫وتستخدم الباحثة يف تصميم البحث ب‬
‫‪Development‬‬
‫(‪ )R2D2‬اليت تطوره‬
‫‪Recurcive Reflective Design and‬‬
‫‪Willis‬‬
‫على أساس وجهات نظر بنائية‪ .‬ويف حتليل‬
‫تصميم وحدة القياس تستخدم الباحثة بيانات االستبيان من اخلبري ‪ ،‬وهم ادلدرس كمن‬
‫يعرف أطراف خصائص الطالب ومدرس اإلندونيسية يف اجلامعة كاخلرباء‪ .‬ودلعرفة ما‬
‫الباحث ب‬
‫ة‬
‫مدى فعالية وحدة القياس‪ ،‬تستخدم‬
‫‪SPSS 16.0 for windows‬‬
‫مع‬
‫‪paired-‬‬
‫البعدي من نتائج تعلم الطالب‪.‬‬
‫‪ sample t test‬من البيانات القبلية و ة‬
‫نتائج هذا البحث هو أن وحدة القياس تشري إىل قيمة التطوير من مدرس ادلادة‬
‫بحصول على درجة من ‪ ، ٪ 74‬وذلك لإلشارة إىل أن تطوير وحدة القياس تعترب صاحلة‬
‫متاما‪ .‬وقيمة التطوير من مدرس ادلادة بحصول على درجة ‪ ، ٪ 88‬لذلك تقيمي وضع‬
‫وحدة لبقياس صاحلة‪ .‬نتائج حتليل تصميم التجارب للعثور على أثر دلستوى التعلم قبل و‬
‫بعد تطبيق وحدة القياس ادلطورة باجملموعة واحدة يف تصميم االختبار القبلي والبعدي‬
‫هو تؤثر يف مستوى التعلم قبل وبعد تنفيذ وحدة القياس ادلطورة رلموعها ‪ .67‬ونتائج‬
‫التحليل لفعالية تطوبر وحدة القياس ب ‪ SPSS 16.0 for windows‬مع‬
‫‪paired-sample t‬‬
‫‪ test‬هو أن وحدة القياس فعالة لتطوير التطبيقات‪ ،‬ألهنا تزيد من قيمة الطالب ادلتوسط‪،‬‬
‫ولكن ليس بشكل كبري‪.‬‬
‫متنوعة‪ ،‬منها بطريقة‬
‫وترجو الباحثة أن ادلدرس تنفيذ طرائق التعليمية ّ‬
‫‪Cycle 5 Fase‬‬
‫‪Learning‬‬
‫حبيث التعلم أكثر وضوحا ادلضطلع هبا وإذا كانت الوسائل ادلوجودة يف‬
‫ادلدرسة غري جيد‪ ،‬فالبد للمدرس استبداذلا بوسائل أخرى اليت موافقا خلصائص الطالب‬
‫لكي محاسهم يف استالم التعلم ليس التنزيل‪.‬‬
‫‪xxii‬‬
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional telah memberikan angin segar bagi usaha pembaharuan dan peningkatan
mutu pendidikan. Dalam usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan
itu, peningkatan mutu pengajaran bahasa -dalam hal ini bahasa Indonesiamerupakan salah satu hal penting. Hal itu sejalan dengan fungsi bahasa Indonesia
antara lain sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis dan jenjang
pendidikan di Indonesia.
Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah merupakan mata pelajaran yang penting atau strategis karena melalui
bahasa seorang guru dapat menyalurkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
informasi kepada siswa. Pembelajaran Bahasa Indonesia difokuskan pada empat
keterampilan berbahasa
yaitu keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills),
dan keterampilan menulis (writing skills).
Dawson menyatakan keempat keterampilan tersebut merupakan satu
kesatuan dan merupakan catur tunggal. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan
pemikirannya. Demikian pula dengan keterampilan membaca. Keterampilan
membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang
akan dikembangkan dalam pendidikan formal. Tujuan keterampilan membaca
1
2
adalah memperlancar siswa untuk mengubah lambang-lambang tertulis menjadi
bunyi bermakna dan akhirnya dapat memahami isi bacaan.2
Sebegitu pentingnya pembelajaran bahasa yang seharusnya direalisasikan
secara baik dan tepat pada saat proses pembelajaran namun secara realita ketika
berlangsungnya proses belajar mengajar, nampak sebagian besar siswa belum
belajar sewaktu guru mengajar. Selama proses pembelajaran guru belum
memberdayakan seluruh potensi dirinya, sehingga sebagian besar siswa belum
mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti
pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar pada tingkat pemahaman. Siswa
baru mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan gagasan
lainnya
pada
tingkat
ingatan. Mereka
belum
dapat
menggunaan dan
menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang
kontekstual.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, generasi penerus bangsa
akan sulit bersaing dengan lulusan dari berbagai negara lain. Lulusan yang
diperlukan tidak sekedar mampu mengingat dan memahami informasi, tetapi juga
mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam kompetensi.3
Berangkat dari masalah yang timbul saat proses pembelajaran bahasa
Indonesia berlangsung, salah satu cara yang cukup relevan untuk memecahkan
masalah adalah dengan menerapkan pembelajaran individual yang memberi
kepercayaan pada kemampuan individu untuk belajar mandiri. Salah satu model
2
Imaniar Zeety Annisa, dkk, Peningkatan Aktivitas Dan Keterampilan Membaca Cerita Melalui
Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R, Vol 1, No 3 (2013)
3
H. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa,
(Jakarta:Gaung Persada, 2009), hlm. 3
3
pembelajaran individu yang kini semakin berkembang penggunaannya adalah
sistem pembelajaran modul. Sistem pembelajaran modul akan menjadikan
pembelajaran lebih efisien, efektif dan relevan. Serta pembelajaran dengan modul
ternyata memiliki keunggulan atau kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional yang cenderung bersifat klasikal dan dilaksanakan
dengan tatap muka.4
Modul merupakan media yang sangat efektif yang dapat dijadikan nutrisi
bagi kesehatan otak anak. Maka dari itu anak-anak pun harus diberikan modul
bermutu yang dapat menyehatkan mental dan psikologi bagi mereka. Modul
memiliki fungsi praktis bagi perkembangan anak. Beberapa diantaranya adalah:
buku untuk mengajarkan keterampilan membaca, mengembangkan kreativitas,
mengajarkan ilmu pengetahuan, membina moral anak, melatih kemampuan
berbahasa, dan relaksasi.5
Dengan pembelajaran berbasis modul dapat membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara mandiri, dengan sekecil mungkin bantuan
dari guru. Hal ini sesuai dengan kompetensi utama yang dituju oleh pendidikan
bahasa yang bertujuan agar siswa bisa berkomunikasi baik lisan maupun tulis.
Yang dimaksud dengan berkomunikasi disini adalah bagaimana siswa dapat
berpartisipasi dalam mendengarkan, percakapan, membaca, dan menulis secara
otomatis.6
4
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta:Bumi Aksara,2012), hlm.
224.
5
Bob Harjanto, Merangsang dan Melejitkan Minat Baca Anak Anda, (Yogyakarta:Manika
Books,2011), hlm. 11-34.
6
Taufina, Authentic Assessment dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah SD.
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang. No.1 April 2009.
4
Agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, guru dapat
mengimplementasikan modul pembelajaran berbasis model learning cycle 5 fase
pada proses pembelajarannya. Model Learning Cycle 5 fase adalah pembelajaran
yang menjadikan siswa sebagai orang yang selalu memiliki rasa ingin tahu yang
dalam, karena di dalamnya terdapat fase-fase yang akan memancing pemikiran
siswa. Dengan adanya rasa ingin tahu yang tinggi, maka siswa akan turut
berpartisipasi aktif pada saat pembelajaran berlangsung. 7 Dan dengan adanya
keaktifan siswa, maka dapat dikatakan bahwa adanya tingkat antusias siswa untuk
belajar.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada siswa kelas V di SDN
Sumberkembar 02 perihal kurangnya antusias siswa saat proses pembelajaran
bahasa Indonesia, terutama pada materi Keteladanan dan kurang tersedianya buku
sebagai
penunjang pembelajaran
yang
sesuai
dengan
kurikulum
yang
terealisasikan di sekolah (kurikulum KTSP) 8, maka peneliti akan mencoba
mencari solusi dengan cara mengkolaborasikan modul bahasa Indonesia dengan
model Learning Cycle 5 Fase pada materi Keteladanan karena permasalahan ini
terjadi secara berkelanjutan dan pada tema yang sama. Dengan adanya modul
Bahasa Indonesia berbasis Learning Cycle 5 fase diharapkan siswa kelas V di
SDN Sumberkembar 02 menjadi tertarik dan termotivasi untuk mempelajarinya.
Sehingga dapat timbul rasa antusia mereka untuk belajar.
7
Asisul Khoirot, “Pengembangan Bahan Ajar Konsep Elektrolit dan Elektrokimia Berbasis
Learning Cycle 5 Fase Untuk SMK Pertanian Kelas XI Semester 2 Sebagai Penunjang KTSP”,
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2012. hlm.
2
8
Wawancara dengan Siti Rufi’ah, Guru kelas V SDN Sumberkembar 02 Blitar, tgl 22 Juli 2013
5
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana spesifikasi desain isi pada pengembangan modul Bahasa
Indonesia materi keteladanan dengan model learning cycle 5 fase untuk siswa
kelas V semester 1 SDN Sumberkembar 02 Blitar?
2.
Bagaimana tingkat efektifitas dari pengembangan modul Bahasa Iindonesia
materi keteladanan dengan model learning cycle 5 fase?
C.
Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan
penelitian dan pengembangan ini adalah:
1.
Ingin mengetahui spesifikasi desain isi pada pengembangan modul Bahasa
Indonesia materi keteladanan dengan model learning cycle 5 fase untuk siswa
kelas V semester 1 SDN Sumberkembar 02 Blitar.
2.
Ingin mengetahui tingkat efektivitas yang dihasilkan dari pengembangan
modul pembelajaran bahasa Indonesia materi Keteladanan dengan model
learning cycle 5 fase untuk siswa kelas V semester 1 SDN Sumberkembar 02
Blitar.
D.
Manfaat Penelitian dan Pengembangan
Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan, maka manfaat dari penelitian
dan pengembangan ini adalah :
6
1.
Teoritis
Dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia materi Keteladanan di SDN Sumberkembar 02 Blitar serta dapat
dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
2.
Praktis
a.
Bagi guru
Dengan dilaksanakannya hasil dari penelitian ini, dapat membantu guru
saat pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi
keteladanan untuk siswa kelas V SD/MI, proses pembelajaran akan lebih efektif
dan efisien karena dapat meringankan guru dalam pembuatan media
pembelajaran. Dan dengan diterapkannya modul pembelajaran yang berbasis
model learning cycle 5 fase, diharapkan siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk
terus belajar. Serta dapat memotivasi guru untuk terus mengembangkan media
pembelajaran yang ada.
b.
Bagi siswa
Dengan adanya modul pengembangan ini, dapat dijadikan siswa sebagai
sumber belajar yang aplikatif sehingga siswa akan lebih aktif saat pembelajaran
sehingga dapat menuntut siswa untuk dapat memecahkan masalah sendiri yang
nantinya akan membuat siswa lebih kreatif dengan ide-ide yang dimilikinya.
c.
Bagi lembaga
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga mengenai media yang berupa
modul pengembangan ini sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
7
d.
Bagi peneliti
Melalui pengembangan modul pembelajaran ini dapat dijadikan peneliti
lain untuk terus diteliti atau dikembangakan lagi hasil dari penelitian ini sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan bagi pembelajaran.
E.
1.
Penelitian Terdahulu
Ayu Muhayyinah, Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam
Materi Gaya dengan Model Learning Cycle 5 Fase untuk Siswa kelas VI MI
Islamiyah Pakis-Tumpang
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan
Penelitian dan Hasil validasi dari ahli  Pengembangan
Persamaan
 Pengembangan
pengembangan materi terhadap
modul untuk
bahan ajar
(research and produk
mata pelajaran
berbasis model
development)
pengembangan bahan
Ilmu
learning cycle
ajar memperoleh hasil
Pengetahuan
5 fase
prosentase kevalidan
Alam pada kelas
mencapai 92,5%, hasil
IV MI
validasi dari ahli
 Pengembangan
 Menggunakan
metode
penelitian dan
media pembelajaran
bahan ajar
pengembangan
mencapai 87,5%, hasil
dilengkapi
(research and
validasi dari guru
dengan CD
development)
bidang studi IPA kelas
pembelajaran
IV MI mencapai
 Model yang
 Tujuan
penelitian
87,5%, hasil validasi
digunakan dalam
dalam mencari
dari uji coba lapangan
pengembangan
tingkat
mencapai 93,3%. Dari
bahan ajar
keefektifan dan
hasil validasi dapat
8
membuktikan bahwa
menggunakan
kevalidan
bahan ajar IPA kelas
model Suhartono
bahan ajar
IV MI materi gaya
dengan model
learning cycle 5 fase
sudah baik dan layak
digunakan.
2.
Eka Widya Angraeni. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Learning
Cycle 5-E pada Materi Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia untuk
SMA/MA.
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian dan Hasil validasi
Perbedaan
Persamaan
 Pengembangan  Pengembangan
pengembangan terhadap modul
modul untuk
modul berbasis
(research and menunjukkan angka
mata pelajaran
model learning
development)
rata-rata 3,71 yang
Ilmu Kimia
cycle 5 fase
berarti
pada siswa
 Menggunakan
valid/baik/layak. Hasil
kelas X SMA
dari uji
 Modul
metode
penelitian
dan
terbatas/keterbacaan
dikembangkan
pengembangan
kepada 10 siswa
dengan
(research
menunjukkan rata-rata
mengadaptasi
development)
3,55 yang berarti
desain Dick
modul sudah layak
dan Carey
and
 Tujuan
penelitian dalam
untuk digunakan.
mencari
Dapat disimpulkan
kevalidan
bahwa modul Hukum
modul
Dasar dan Perhitungan
pengembangan
9
Kimia berbasis
learning cycle 5 fase
layak untuk
digunakan.
3.
Asisul Khoirot. Pengembangan Bahan Ajar Konsep Elektrolit dan
Elektrokimia Berbasis Learning Cycle 5 Fase Untuk SMK Pertanian Kelas XI
Semester 2 Sebagai Penunjang KTSP.
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian dan Hasil validasi bahan
Perbedaan
 Pengembangan
Persamaan
 Pengembangan
pengembangan ajar secara
modul untuk
modul berbasis
(research and keseluruhan
mata pelajaran
model learning
development)
menunjukkan nilai
Ilmu Kimia pada
cycle 5 fase
rata-rata sebesar 3,8
siswa kelas XI
dengan kriteria valid.
SMK
Hasil validasi RPP
 Dalam
 Menggunakan
metode
penelitian
dan
secara keseluruhan
mengembang-
pengembangan
menunjukkan nilai
kan modul
(research
rata-rata sebesar 3,89
mengacu pada
development)
dengan kriteria valid.
10 langkah Borg  Tujuan
Sehingga bahan ajar
dan Gall
and
penelitian dalam
dan RPP Konsep
mencari
Elektro dan
kevalidan
Elektrokimia yang
modul
dikembangkan sudah
pengembangan
layak untuk dilakukan
uji lapangan awalatau
dilanjutkan ke tahap
10
berikutnya. Hasil
validasi soal uji
kompetensi
menunjukkan nilai
rhitung lebih besar dari
rtabel dengan hasil soal
valid. Dari validasi
diperoleh nilai dari
reliabilitas soal adalah
0,899.
4.
Wahyudi. Pengembangan Modul Sistem Koloid dengan Model Pembelajaran
Learning Cycle 5 Fase untuk SMK kelas XI Semester 2 sebagai Penunjang
KTSP.
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian dan Hasil validasi
Perbedaan
Persamaan
 Pengembangan
 Pengembangan
pengembangan terhadap modul
modul untuk
modul berbasis
(research and menunjukkan rata-rata
mata pelajaran
model learning
development)
3,55 yang berarti
Ilmu Kimia
cycle 5 fase
valid/baik/layak. Nilai
pada siswa
 Menggunakan
rata-rata 3,48 pada
kelas XI SMK
data hasil uji coba
 Modul
metode
penelitian dan
terbatas siswa. Hasil
dikembangkan
pengembangan
validasi pada RPP
dengan
(research and
menunjukkan hasil
mengadaptasi
development)
3,64 yang artinya
desain Borg
valid. Dapat
dan Gall yang
penelitian
disimpulkan bahwa
terdiri dari
dalam mencari
 Tujuan
11
modul Sistem Koloid
sepuluh tahap
kevalidan
dengan pembelajaran
pengembangan
modul
learning cycle 5 fase
pengembangan
layak untuk dilakukan
uji coba lapangan oleh
guru dalam
pembelajaran Sistem
Koloid di SMK kelas
XI Semester 2 sebagai
Penunjang KTSP.
5.
Agus Rahmad Pratama. Pengembangan Modul Materi dan Perubahannya
dengan Model Learning Cycle 5 Fase untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Kelas X Semester 1.
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan
Persamaan
Penelitian dan Hasil analisis nilai
 Pengembangan
 Pengembangan
pengembangan rata-rata terhadap
modul untuk
modul berbasis
(research and validasi modul dari 3
mata pelajaran
model learning
development)
validator diperoleh
Ilmu Kimia pada
cycle 5 fase
3,45 dengan kriteria
siswa kelas X
penilaian
SMK
 Menggunakan
metode
valid/baik/layak. Hasil  Modul
penelitian
validasi RPP yang
dikembangkan
pengembangan
dikembangkan
dengan
(research
diperoleh nilai rata-
mengadaptasi
development)
rata sebesar 3,55
desain Dick &
 Tujuan
dan
and
12
dengan kriteria
Carey
penelitian dalam
valid/baik/layak.
mencari
Dapat disimpulkan
kevalidan
bahwa modul Materi
modul
dan Perubahannya
pengembangan
yang dilengkapi
dengan RPP sudah
layak dan baik untuk
divalidasi empirik
(evaluasi sumatif) di
lapangan.
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk pengembangan modul yang akan dihasilkan dapat
dilihat dari beberapa sisi, diantarannya adalah:
1.
Bentuk
Bentuk fisik modul pengembangan ini menggunakan model simetris
dengan ukuran quarto. Penentuan bentuk fisik dari modul ini berdasarkan
pengamatan peneliti terhadap modul pembelajaran yang pada umumnya
berukuran besar dan tebal sehingga dapat mempersulit siswa untuk
membawanya ataupun menggunakannnya. Untuk itu peneliti sengaja
membuat modul yang simple dengan memilih ukuran kertas yang mudah
dibawa oleh anak usia sekolah dasar.
2.
Isi
Pembahasan yang terdapat didalam isi modul disesuaikan dengan
kurikulum yang direalisasikan di sekolah, yakni kurikulum KTSP (Kurikulum
13
Tingkat Satuan Pendidikan) dengan mengkolaborasikan model learning cycle
5 fase dan berintegrasi islam pada tahap pelaksanaan pembelajaran. Maka
dari itu, di bagian isi modul terdapat berbagai macam kegiatan pembelajaran
yang terbagi melalui beberapa tahapan (fase) pembelajaran dan bernuansa
islam.
3.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dikolaborasikan peneliti kedalam modul
pengembangan Bahasa Indonesia ini adalah model learning cycle 5 fase yang
menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar yang aktif sehingga akan terjadi asimilasi, akomodasi dan
organisasi dalam struktur kognitif siswa. Dengan demikian, peneliti berharap
modul pengembangan ini dapat memberikan dampak positif bagi siswa saat
proses pembelajaran berlangsung.
G. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
`
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang berkaitan
dengan kajian teori penelitian dan pengembangan media pembelajaran. Sedangkan
modul hasil pengembangannya dapat dijadikan sumber belajar yang relevan
dengan karakteristik siswa di SDN Sumberkembar 02 Blitar. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian dan pengembangan modul pada materi keteladanan
adalah:
1.
Memberi kemudahan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh
guru.
14
2.
Memberikan media pada siswa untuk belajar mandiri.
3.
Memperkaya sumber belajar bagi guru, siswa dan lembaga
4.
Memungkinan untuk dilakukannya penelitian dan pengembangan lebih lanjut
pada produk yang telah dikembangkan.
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi
Dengan adanya modul pengembangan ini dapat dijadikan sebagai sumber
tambahan sekaligus pembimbing yang relevan dengan kemampuan individual
siswa sehingga dengan adanya modul pembelajaran dapat membantu siswa dalam
mengalami kesulitan di dalam memahami isi modul. Disamping itu dengan
memanfaatkan modul sebagai media pembelajaran dapat menjadikan siswa
menjadi aktif saat proses pembelajaran, sehingga suatu pembelajaran sesuai
dengan prinsip belajar siswa.
Modul pengembangan yang berkolaborasi dengan model learning cycle 5
fase dapat membantu siswa untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dengan jalan berperan aktif sehingga tujuan pembelajaran dapat
direalisasikan dengan baik.
Pembelajaran yang memanfaatkan media modul berbasis model learning
cycle 5 fase dapat menjadikan guru terampil dalam menjelaskan dan menjadikan
siswa berperan aktif untuk menguasai kompetensi yang harus dicapainya sehingga
modul pengembangan ini relevan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
15
2.
Keterbatasan pengembangan
Pengembangan modul bahasa Indonesia ini hanya terbatas pada materi
keteladanan pada semester I untuk siswa kelas V saja. Dan pada produk yang
dihasilkan akan diuji cobakan pada skala kecil.
I.
Definisi Istilah
Untuk menghindari kerancuan pemahaman terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini, maka peneliti memberikan
definisi istilah sebagai berikut:
1.
Pengembangan adalah suatu proses untuk menciptakan suatu rancangan atau
konsep yang telah tersusun sedemikian rupa kedalam bentuk fisik
2.
Modul adalah media pembelajaran mandiri yang berisi satu materi
pembelajaran dan diciptakan oleh individu atau instansi tertentu guna
menciptakan media yang relevan dengan kondisi riil pengguna.
3.
Model learning cycle 5 fase adalah suatu model pembelajaran yang
mengutamakan keaktifan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
memanfaatkan tahapan-tahapan (fase) yang diterapkan saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
J.
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian yang berjudul pengembangan modul pembelajaran
bahasa Indonesia materi keteladanan dengan model learning cycle 5 fase untuk
siswa kelas V semester 1 SDN Sumber Kembar 2 Blitar ini akan menguraikan
lima bab, yakni:
16
Bab I Pendahuluan: meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan pengembangan, manfaat penelitian dan pengembangan, penelitian
terdahulu, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya penelitian dan
pengembangan, asumsi dan keterbatasan pengembangan, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka: meliputi karakteristik pembelajaran bahasa indonesia,
modul pembelajaran, pembelajaran konstruktivisme, model siklus belajar
(learning cycle 5 Fase), pembelajaran berbasisi model learning cycle 5 fase,
pengembangan modul pembelajaran berbasis model learning cycle 5 fase, dan
desain produk pengembangan.
Bab III Metode Penelitian: meliputi 1) Pendekatan dan Pengembangan Penelitian,
2) Prosedur Pengembangan Desain, 3) Validasi Produk, dan 4) Uji Coba Produk.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: meliputi (1) Hasil Penelitian, (2)
Analisis Hasil Penelitian, dan (3) Revisi Produk Pengembangan.
Bab V Penutup: maliputi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir dari bab ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
produk hasil pengembangan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia mulai diterapkan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia sangat penting untuk terus diajarkan dan dipelajari, terutama untuk
tingkat dasar, karena pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di tingkat dasar
bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan siswa sedini mungkin9.
Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia sengaja diajarkan pada siswa sedini
mungkin karena dimaksudkan agar: (a) siswa menghargai dan membanggakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, (b) siswa memahami
bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan,
(c) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningatkan pengetahuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan
sosial, (d) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis), dan (e) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan
kepribadian,
memperluas
wawasan
kehidupan,
serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa10.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, penggunaan kebahasaan dikemas
dalam empat aspek keterampilan atau kompetensi berbahasa (menyimak,
9
Andoyo sastromiharjo, Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, hlm. 1.
Anwar Efendi, op,cit., hlm. 316-317.
10
17
18
membaca, berbicara, dan menulis). Keempat aspek keterampilan berbahasa
tersebut menjadi landasan pembelajaran sejak SD/MI hingga perguruan tinggi.
Setiap siswa sengaja diberdayakan kompetensinya untuk menguasai keempat
aspek tersebut (meskipun sulit mencari orang yang menguasai keempatnya) agar
mereka dapat menguasai stanadar kompetensi yang telah ditetapkan11.
Sedangkan Standar kompetensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
mengharapkan: (1) peserta didik dapat mengembangkan potensi sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan
terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat
memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik
degan menyediakan berbagai kegiata berbahasa dan sumber belajar, (3) guru lebih
mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didiknya, (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam
pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah, (5) sekolah dapat
menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia, dan (6) daerah dapat
menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepetingan nasional.12
Dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan untuk
berbahasa merupakan aspek kemampuan berbahasa yang menjadi tumpu bagi
siswa untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, dalam dunia
11
12
Andoyo sastromiharjo, loc. cit.
Anwar Efendi, op,cit., hlm. 316-317.
19
pendidikan para pengajar terus berupaya meningkatkan keberhasilan dalam
pembelajaran bahasa melalui pencapaian kompetensi berbahasa.13 Jika ditinjau
dari kurikulum KTSP untuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dinyatakan bahwa standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Mendengarkan
Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan,
pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda disekitar, serta karya
sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita rakyat.
2) Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana,
wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di
sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan,
pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng,
pantun, drama, dan puisi.
3) Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa
petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi,
dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.
13
Andoyo sastromiharjo, loc. cit.
20
4) Menulis
Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk,
surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase,
serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun14.
Dengan mencermati SKL (Standar Kompetensi Lulusan) tersebut guru
dapat berkreasi untuk menemukan berbagai inovasi dalam memilih media
pembelajaran sehingga semua butir SKL terpenuhi pada akhir jenjang pendidikan.
Butir-butir SKL tersebut mengarah pada penggunaan bahasa. Sehingga,
pembelajaran bahasa di sekolah harus diarahkan untuk menguasai keempat
keterampilan berbahasa.
B. Modul Pembelajaran
Modul diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak. Dalam
mengajar, guru menyajikan keterangan-keterangan yang diperlukan bagi siswa
untuk menguasai dan menilai pengetahuan dan keterampilan yang ditentukan
sebagai salah satu komponen dari keseluruhan kurikulum. Dari definisi tersebut
Dick & Carey mengemukakan pengertian modul ditinjau dari wujud fisik berupa
bahan pembelajaran cetak, fungsinya sebagi media belajar mandiri, dan isinya
berupa satu unit materi pembelajaran.
Menurut Jerrold E, Kemp modul diartikan sebagai paket pembelajaran
mandiri berisi satu topik atau unit materi pelajaran yang memerlukan waktu untuk
14
Isah Cahyani, Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan
Islam Kementrian Agama RI, 2012), hlm. 26.
21
belajar beberapa jauh dalam satu minggu. Dari definisi tersebut Kemp
mengetengahkan modul ditinjau dari fungsinya sebagai media belajar mandiri,
modul berupa satu topik atau unit materi pelajaran dan ketentuan waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajari modul.
Suryobroto, Sistem Pembelajaran dengan Modul, sebagaimana dikutip
oleh Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012) hlm 231, modul adalah satu unit program belajar mengajar terkecil
yang secara rinci menggariskan:
a)
Tujuan intruksional yang akan dicapai,
b) Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar,
c)
Pokok-pokok yang akan dipelajari,
d) Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas,
e)
Peranan guru dalam proses belajar mengajar,
f)
Alat dan sumber belajar yang dipergunakan,
g) Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secar berurutan,
h) Lembar kerja yang harus diisi oleh siswa, dan
i)
Program evaluasi yang akan dilaksanakan.
Dari definisi tersebut BP3K (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan) melengkapi batasan modul dengan memberikan
rincian tentang isi modul sebagai satu unit program belajar mengajar. Berpijak
dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul adalah salah
satu bentuk media cetak yang berisi satu unit pembelajaran, dilengkapi dengan
berbagai komponen, sehingga dapat memungkinkan siswa yang berperan sebagai
22
pengguna modul untuk dapat mencapai tujuan belajar secara mandiri, dengan
sekecil mungkin bantuan guru dan ia dapat mengevaluasi kemampuan sendiri
serta ia dapat menententukan mulai dari mana kegiatan belajar selanjutnya harus
dilakukan.15
Dalam pembelajaran konstruktivisme, modul dapat digunakan sebagai
salah satu bahan ajar. Menurut Mulyasa, modul merupaan paket belajar mandiri
yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar.
Peran guru dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media yang berupa
modul adalah sebagai sumber tambahan dan pembimbing, dan guru tidak bertugas
menyampaikan bahan kepada peserta didik. Tugas utama guru dalam
pembelajaran dengan mengimplementasikan modul sebagai media pembelajaran
adalah untuk mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain: (1)
menyiapkan situasi belajar kondusif, (2) membantu peserta didik yang mengalami
kesulitan di dalam memahami isi modul, dan (3) melaksanakan penelitian
terhadap setiap peserta didik.16
Modul terdiri atas lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, lembar
soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Sedangan menurut Dasna, modul terdiri
dari tiga bagian, yaitu:
1) Pra pendahuluan, yang
15
Made Wena, op,cit., hlm. 231-232.
Agus Rahmad Pratama, “Pengembangan Modul Materi dan Perubahannya dengan Model
Learning Cycle 5 Fase untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X Semester 1”, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2010. hlm. 20-21.
16
23
2) meliputi halaman depan, kata pengantar, petunjuk penggunaan modul
(petunjuk untuk guru dan siswa), daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar.
3) Bagian pendahuluan, yang berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian
hasil belajar, serta beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk menuntun siswa
kedalam materi yang akan diajarkan.
4) Bagian isi, merupakan kegiatan belajar yang terdiri dari beberapa komponen,
meliputi
komponen
dasar,
indikator
pencapaian
hasil,
tahap-tahap
pembelajaran, lembar kerja siswa, uraian materi, informasi dan tugas.
Kegiatan pembelajaran tersebut juga dilengkapi dengan rangkuman, soal
evaluasi, panduan jawaban soal evaluasi, umpan balik, dan daftar pustaka.17
C. Pembelajaran dengan Modul
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip belajar agar bisa bertindak secara tepat. Salah satu prinsip belajar
yang perlu diperhatikan oleh guru adalah meningkatkan keaktifan siswa. 18
Sedangkan salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang mengutamakan
keaktifan siswa adalah dengan memanfaatkan modul sebagai media pembelajaran.
Modul merupakan suatu unit yang lengkap, dapat berdiri sendiri, dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar-mengajar yang disusun untuk dapat
membantu siswa dalam mencapai sejumlah tujuan yang akan dicapai serta
dirumuskan secara khusus dan jelas.
17
Wahyudi, “Pengembangan Modul Sistem Koloid dengan Model Pembelajaran Learning Cycle 5
Fase untuk SMK Kelas XI Semester 2 sebagai Penunjang KTSP”, Skripsi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2011. hlm. 14-15.
18
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), hlm. 41.
24
Nasution mengatakan bahwa pembelajaran dengan modul termasuk salah
satu sistem individual yang menghubungkan keuntungan dari berbagai
pembelajaran individual lainnya seperti: tujuan spesifik dalam bentuk kelakuan
yang dapat diamati dan diukur, belajar menurut kecepatan masing-masing, dan
balikan atau feedback yang banyak. Pembelajaran dengan modul, dapat memberi
kesempatan siswa untuk belajar menurut caranya masing-masing dengan
menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah-masalah
tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.
Menurut
Mulyasa,
beberapa
keunggulan
pembelajaran
dengan
menggunakan media modul, antara lain: pertama berfokus pada kemampuan
individual peserta didik, karena pada hakikatnya mereka memiliki kemampuan
untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
Kedua adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar
kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik. Ketiga
relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara penyapaiannya,
sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan
hasil yang akan diperoleh.19
Sedangkan fungsi modul saat proses pembelajaran ialah sebagai bahan
belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik. Dengan
memanfaatkan modul dalam pembelajaran, peserta didik dapat belajar lebih
terarah dan sistematis. Peserta didik diharapkan dapat menguasai kompetensi yang
19
Pandu Haryo Wibowo, Pengaruh Penggunaan Modul Hasil Penelitian Bentos pada Pokok
Bahasan Pencemaran Lingkungan terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, Universitas Sebelas
Maret. Oktober 2012.
25
dituntut oleh kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Modul juga daharapkan
memberikan petunjuk belajar bagi peserta selama mengikuti pembelajaran. 20
D. Pembelajaran Kontruktivisme
Konstruktivisme merupakan sebuah pandangan filsafat yang pertama kali
dikemukakan oleh Giambatista Vico ditahun 1710. Ia adalah seorang sejarawan
Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta
alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa
“mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”. Ini berarti
bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur
apa yang membangun sesuatu itu.
Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil
konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan
lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi bahwa,
“Konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi
pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah
dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Karli, konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan
20
Purwanto, dkk. Pengembangan Modul (Jakarta:Depdiknas, 2007), hlm. 11.
26
dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan
lingkungannya.21
Suparno, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, sebagaimana dikutip
oleh Nizarwati dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa
Kelas X SMA (Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3. No. II Desember 2009),
hlm 58, mengemukakan bahwa, Konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri” dalam proses konstruksi itu diperlukan beberapa
kemampuan berikut:22
1.
Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
2.
Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai
persamaan dan perbedaan.
3.
Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.
Prinsip konstruktivisme adalah pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
baik secara personal maupun sosial. Dengan pendekatan konstruktivisme akan
digali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa. Dan pada pendekatan ini ruang
lingkup pembelajaran disajikan secara utuh dengan penjelasan tentang keterkaitan
antar bagian yang ditekankan pada konsep-konsep utama.23
21
Sutarjo Adisusilo, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, hlm. 1.
Nizarwati dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme Untuk
Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 3. No. II Desember 2009.
23
Elvinawati, Optimalisasi Pembelajaran Kimia Pemisahan Melalui Penerapan Pendekatan
Konstruktivisme dan Model Peta Konsep. Jurnal Exacta, Vol. IX No. I Juni 2011.
22
27
Suparno, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, sebagaimana dikutip
oleh Nizarwati dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa
Kelas X SMA (Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3. No. II Desember 2009),
hlm 59, mengemukakan bahwa, Pengetahuan tidak diterima siswa secara pasif,
melainkan dikonstruksi secara aktif oleh siswa, gagasan-gagasan atau pemikiranpemikiran guru tidak dapat dipindahkan langsung kepada siswa, melainkan siswa
sendirilah yang harus aktif membentuk pemikiran atau gagasan tersebut dalam
otaknya.
Suparno mengemukakan bahwa, prinsip-prinsip yang sering diambil dari
konstruktivisme antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2)
tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu
siswa belajar, (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator.
Dari teori – teori tentang konstruktivisme diatas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pendekatan pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut :
1.
Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara bermakna. Hal ini dapat
dilakukan dengan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
2.
Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan,
sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial. Dengan demikian
diharapkan bahasa Indonesia menjadi menarik baginya dan mereka
28
termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan
tugas – tugas bahasa Indonesia yang berhubungan dalam kehidupan sehari –
hari.
3.
Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan masalah yang dapat
diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya mempunyai satu
jawaban yang benar.
4.
Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau
lingkungannya, mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru.
5.
Mendorong penggunaan berbagai representasi atau media.
6.
Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan
pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini penting bagi siswa perlu
didorong kemampuannya untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana
memecahkan suatu masalah atau menganalisis bagaimana proses mereka
mengkonstruksi pengetahuan, demikian juga mengkomunikasikan baik lisan
maupun tulisan tentang apa yang sudah dan yang belum diketahuinya.
Pengetahuan tumbuh dan berkembang dari buah pikiran manusia melalui
konstruksi berfikir, bukan melalui transfer dari guru kepada siswa. Oleh karena
itu, siswa tidak dianggap sebagai tabula rasa atau berotak kosong ketika berada di
kelas. Ia telah membawa berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dapat
digunakan untuk mengkonstruksikan pengetahuan baru atas dasar perpaduan
29
pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru itu dapat menjadi milik
mereka.24
Beberapa
strategi
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
konstruktivisme antara lain: (1) model siklus belajar (learning cycle), (2) belajar
kooperatif, (3) problem posing, (4) peta konsep, (5) diagram vee, dan (6) problem
based-learning.25
E. Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5 Fase)
Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivis. Wena, Pelatihan Sains Adaptasi, sebagaimana dikutip
oleh Sri Astutik, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran Sains di SDN
Patrang I Jember (Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 1 No. II
September 2012), hlm 146, menuliskan bahwa, model pembelajaran siklus
pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus.
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC
adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Model pembelajaran ini
menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam kegiatan
24
25
Nizarwati, dkk. Op.cit., hlm. 59-60.
Asisul Khoirot, op.cit., hlm. 20.
30
belajar yang aktif sehingga terjadi asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam
struktur kognitif siswa.
Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
a.
eksplorasi (exploration),
b.
pengenalan konsep (concept introduction), dan
c.
penerapan konsep (konsep application).
Pada
proses
selanjutnya,
tiga
tahap
siklus
tersebut
mengalami
pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangan menjadi lima tahap,26
yaitu:
Tahap 1. Engage/Enter (Pendahuluan)
Kegiatan pada fase ini adalah untuk mendapatkan perhatian siswa,
mendorong kemampuan berpikirnya dan membantu untuk menggali kembali
pengetahuan yang dimilikinya. pada fase ini sangat penting bagi guru untuk
menimbulkan rasa ingin tahu pada siswa terhadap tema atau topik yang sedang
dipelajarinya.
Tahap pendahuluan dapat dicapai dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada siswa tentang fakta atau fenomena yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. Beberapa metode yang dapat diterapkan pada fase ini
adalah demonstrasi, menganalisis bacaan, dan lain-lain.
26
Sri Astutik, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle
5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang I Jember. Jurnal Ilmu
Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 1 No. II September 2012.
31
Tahap 2. Explore (Eksplorasi)
Pada tahap eksplorasi, siswa diberikan kesempatan untuk berpikir,
merencanakan, meneliti, mengorganisasikan informasi yang dikumpulkan baik
dengan cara kelompok maupun individu tanpa instruksi atau pengarahan langsung
dari guru. Siswa bekerja memanipulasi objek, melakukan percobaan, melakukan
pengamatan, mengumpulkan data, sampai membuat kesimpulan berdasarkan
percobaan yang dilakukan.
Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam
pembelajaran.27 Pada dasarnya tujuan dari tahap ini diimplementasikan adalah
untuk mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa, apakah sudah benar, masih
salah, atau mungkin sebagian salah dan sebagian benar.28
Tahap 3. Explain (Penjelasan)
Pada tahap penjelasan, siswa dilibatkan dalam menganalisis hasil
eksplorasinya untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep
yang sudah diperoleh. Pada tahap ini sangat penting adanya diskusi antar siswa
untuk saling mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan siswa
yang lain.29
Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan
suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau
guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan
27
Srini murtinah Iskandar, Strategi Pembelajaran
(Malang:Universitas Negeri Malang, 2010), hlm. 119-120.
28
Sri Astutik, op.cit., hlm. 147.
29
Srini murtinah Iskandar, loc.cit.
Konstruktivistik
dalam
Kimia,
32
tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai
dasar diskusi.
Tahap 4. Elaborate (Elaborasi/Penerapan)
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi,
siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi
baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar
secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/mengaplikasikan konsep yang
baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik
oleh guru maka motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil
belajar siswa.
Tahap 5. Evaluate (Evaluasi)
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi,
guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan
konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan
terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan
yang diperoleh sebelumnya.
Hasil dari evaluasi dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi terhadap
proses penerapan siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan
dengan baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri,
siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses
pembelajaran yanag sudah ditentukan.30
30
Sri Astutik, op.cit., hlm. 147-148.
33
Tujuan pertama pada tahap ini adalah guru mengamati perubahan pada
siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran. Kegiatan ini meliputi penilaian
proses dan evaluasi penguasaan konsep yang diperoleh siswa. Agar tujuan dapat
terlaksana, guru dapat membuat lembar pengamatan untuk menilai pemahaman
siswa.31
F. Pembelajaran Berbasis Model Learning Cycle 5 Fase
Saat pembelajaran, apabila seorang guru dapat mengimplementasikan
modul berbasis model Siklus Belajar (Learning Cycle 5 Fase), maka guru akan
menguasai sebuah keahlian, yakni ahli pada keterampilan menjelaskan. Hal ini
lebih baik jika dibandingkan dengan guru yang menerapkan metode ekspositori.
Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E) juga merupakan strategi jitu untuk
pembelajaran di sekolah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi
kebutuhan nyata guru dan siswa. Jadi, model ini sangat cocok jika diterapkan
dalam pembelajaran karena pembelajaran yang berbasis model learning cycle 5
fase ini dapat bermanfaat bagi guru serta siswa yang menerapkannya. 32
Dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 telah mengatur tentang standar
nasional pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi: (1) kegiatan
pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik mempersiapkan anak didiknya
baik secara mental maupun secara fisik untuk siap mengikuti kegiatan
31
32
Srini murtinah, op.cit., hlm. 120-121.
Sri Astutik, op.cit., hlm. 144.
34
pembelajaran, mengenalkan materi pembelajaran secara umum, baik secara
langsung maupun tidak, dan menyampaikan tujuan belajar yang harus dicapai
dalam pembelajaran saat itu. Guru juga bertanya kepada siswa untuk mengetahui
kemampuan awalnya dan kemungkinan miskonsepsi yang mereka alami pada
pembelajaran sebelumnya. Tahapan ini termasuk pada fase identifikasi tujuan
pembelajaran dan fase engage yang terdapat pada model pembelajaran learning
cycle 5 fase.
2) Kegiatan Inti
Pada fase ini dirancang proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Tahap ini
meliputi tiga fase, yaitu:
(1) fase eksplorasi, dimana anak didik diberikan kesempatan yang sangat besar
untuk mencari segala informasi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan
dari berbagai sumber belajar dengan cara berinteraksi antara peserta didik
baik secara kelompok maupun secara individu. Guru harus memfasilitasi
semua kegiatan. Tahap ini termasuk fase exploration dalam model learning
cycle 5 fase.
(2) fase
elaborasi,
dimana
anak
didik
diberikan
kesempatan
untuk
menyampaikan hasil belajarnya, menganalisis permasalahan, mengemukakan
pendapat, berkompetisi untuk meningkatkan prestasi belajar secara sehat dan
35
lain sebagainya. Tahapan ini termasuk dalam fase exploration dan elaboration
dalam model learning cycle 5 fase.
(3) fase konfirmasi, yaitu anak didik merevisi miskonsepsi yang telah
dialaminya. Pada saat ini guru berperan untuk memberikan revisi terhadap
kekeliruan yang terjadi selama proses sebelumnya baik dengan jalan ceramah
langsung atau memberikan pertanyaan umpan balik kepada anak didiknya.
Tahapan ini termasuk fase evaluation dalam model learning cycle 5 fase.
3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi tentang tahapan yang
telah dilewati sebelumnya. Guru juga memberikan evaluasi untuk bereksplorasi
lebih jauh tentang materi yang telah diberikan. Guru memancing siswa untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah mereka lalui. Tahapan ini juga
termasuk fase evaluation dalam model learning cycle 5 fase.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model
learning cycle 5 fase merupakan salah satu model pembelajaran yang memenuhi
syarat dari Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam pembelajaran33.
G. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Model Learning Cycle 5
Fase
Penggunaan bahan ajar berupa modul dengan model learning cycel 5 fase
diharapkan akan dapat membantu siswa lebih aktif dalam membangun
33
Ayu Muhayyinah, “Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya dengan
Model Learning Cycle 5 Fase Untuk Siswa Kelas IV MI Islamiyah Pakis-Tumpang”, Skripsi,
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012. hlm. 43-45.
36
pengetahuannya serta meningkatkan rasa antusias siswa dikala pembelajaran
dilaksanakan. Adapun diagram alir pengembangan modul berbasis model learning
cycle 5 fase adalah sebagai berikut:
Diagram 2.1
Alur Pengembangan Modul dengan Model learning cycle 5 fase
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Ajar
Modul
Kegiatan belajar yang
terdapat dalam
learning cycle 5 fase
Pengalaman
Belajar (Indikator)
(Sumber: Eka Widya Anggraeni, 2012:15)34
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dalam pengembangan
modul, diawali dengan menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Kemudian materi ajar dipilih sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar tersebut. Setelah materi ajar ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
merumuskan pengalaman belajar dalam bentuk indikator yang harus dicapai
siswa. Kemudian menyusun kegiatan belajar dengan alur learning cycle 5 fase.
Setelah kegiatan belajar selesai dibuat, maka modul sudah bisa diproduksi35.
34
Eka Widya Angraeni, “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Learning Cycle 5 Fase
pada Materi Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia Untuk SMA/MA”, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2012. hlm. 15.
35
Ibid.,
37
H. Desain Modul Pengembangan
Dalam menelitian dan mengembangkan produk ini peneliti menerapkan
langkah-langkah pada desain R2D2. Desain R2D2 adalah desain pengembangan
yang dikemuakan oleh Willis (1995, 2000), dan merupakan singkatan dari
Reflektif, Recursive, Design, and Development. Desain ini dimungkinkan sesuai
dengan pembelajaran yang berdasar pada paradigma konstruktivisme. Atas alasanalasan seperti itu, peneliti menggunakan desain R2D2 dalam mengembangkan
media pembelajaran Bahasa Indonesia.
Desain pengembangan R2D2 memiliki tujuh karakteristik, yaitu: (1)
proses pengembangan yang bersifat rekursif, nonlinier, kadang-kadang tak
beraturan/choatic, (2) perencanaan yang bersifat organis, berkembang, reflektif,
dan kolaboratif, (3) tujuan bukan merupakan pemandu kegiatan dalam proses
mendesain dan mengembangkan, (4) tidak memerlukan uji ahli desain
instuksional umum, (5) adanya penekanan pada pembelajaran dalam konteks
bermakna, (6) hasil evaluasi formatif merupakan kritik terhadap pembelajaran,
dan (7) data subjektif merupakan data yang paling berharga.
Karakteristik yang penting dalam desaian pengembangan ini adalah
reflektif, rekursif, dan partisipatif atau kolaboratif. Bila desain lain dalam
penelitian pengembangan umumnya memerlukan uji ahi pembelajaran umum,
maka desain penelitian R2D2 sama sekali tidak memerlukannya, tetapi tetap
berkonsultasi/menggunakan pakar/ahli pembelajaran bidang studi (keahlian
khusus).36
36
Anwar Efendi, op,cit., hlm. 304-305
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ketiga akan dibahas tentang metode penelitian pengembangan
yang didalamnya mencangkup tentang: a) Pendekatan dan Pengembangan
Penelitian, b) Prosedur Pengembangan Desain, c) Validasi Produk, dan d) Uji
Coba Produk.
A. Pendekatan dan Pengembangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan
(Educational Research and Development). Penelitian pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangakan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan.37
Menurut Borg & Gall, penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.38
Sedangkan
penelitian
pengembangan
menurut
Seels
&
Richey
didefinisikan sebagai berikut: “Penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan
dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan sebagai kajian
secara sistemik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi programprogram, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria
konsistensi dan keefektifian secara internal”.39
37
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 164.
38
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 194
39
Ibid., hlm. 195
39
40
Sasaran dari desain penelitian pengembangan sesungguhnya amat
bergantung pada paradigma yang mendasarinya. Desain penelitian dan
pengembangan R2D2 dari Willis menggunakan paradigma kontruktivisme yang
tentunya sesuai untuk mengembangkan pembelajaran bahasa dalam kurikulum
yang
menggunakan
paradigma
kontruktivisme.
Sebagaimana
diketahui,
paradigma kontruktivisme telah menjadi dasar dalam kurikulum 2006 atau KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)40.
Dengan hadirnya penelitian pengembangan ini, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik secara berkesinambungan baik bagi guru maupun siswa.
B. Prosedur Pengembangan Desain Penelitian
Model desain penelitian pengembangan ini menggunakan Recursive
Reflective Design and Development (R2D2) yang dikembangkan oleh Willis
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini dipilih dengan pertimbangan
bahwa model R2D2 bersifat reflektif, rekursif, kolaboratif, dan berkembang
sehingga memberi kesempatan peneliti dan pihak-pihak yang terkait untuk
mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan secara terus-menerus
sampai ditemukan produk yang dianggap paling tepat, efektif, dan efisien41.
Prosedur pengembangan dalam desain R2D2 memiliki 3 aktivitas, yakni:
(1) penentuan, (2) desain dan pengembangan, dan (3) desiminasi. Ketiga aktivitas
tersebut tergambar dalam bagan berikut.
40
Anwar Efendi, loc.cit.
Kastam Syamsi, Model Perangkat Pembelajaran Menulis Berdasarkan Pendekatan Proses
Genre Bagi Siswa SMP, Jurnal LITERA, Volume 11, Nomor II, Oktober 2012.
41
41
Bagan 3.1
Prosedur Pengembangan Desain R2D2
Desain dan
Pengembangan:
Penentuan:
 Memilih
lingkungan
 Memilih format
dan media
 Evaluasi
sumatif/ahli
 Menghasilkan
prototipe
 Tim Partisipasi
 Problem dan
solusi
pemecahan
 Pemahaman
konteks
Desiminasi:
 Membuat
produk akhir
(Sumber: Anwar Effendi, 2008:305)42
Berikut penjelasan dari masing-masing fokus aktivitas tersebut.
1.
Fokus penentuan
Kegiatan yang dilakukan dalam penentuan ini mencakup tiga hal, yakni (a)
penentuan tim partisipasi, (b) penentuan solusi problem yang berkelanjutan, dan
(c) pemahaman konteks.
Kegiatan penentuan tim partisipasi adalah kegiatan untuk menentukan tim
atau orang-orang yang diminta berpartisipasi dalam penelitian pengembangan.43
Tim yang ikut berpartisipasi dalam penelitian pengembangan ini adalah dosen
yang ahli dalam bidang bahasa, guru, dan siswa sebagai pengguna produk.
Fokus kegiatan berikutnya adalah mengidentifikasi dan memecahkan
masalah, yakni menentukan problem dan solusinya secara berkelanjutan.44 Dalam
hal ini, peneliti melakukan wawancara tak berstruktur dengan guru kelas V SDN
Sumberkembar 02 yang memiliki problema terhadap pembelajaran Bahasa
42
Anwar Efendi, op.cit. hlm. 305
Ibid.,
44
Anwar Efendi, op.cit. hlm. 306
43
42
Indonesia. Dari wawancara tersebut menghasilkan solusi sementara bagi peneliti
untuk mengembangkan modul pembelajaran.
Fokus kegiatan yang ketiga adalah melakukan pemahaman konteks.
Kegiatan ini dilakukan sesuai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti dan
dikembangkan.45 Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara terhadap
guru kelas untuk mengembangkan modul pembelajaran yang disesuaikan dengan
masalah yang terjadi pada objek penelitian.
Jadi, pada tahap fokus penentuan ini, kegiatan awal bagi peneliti adalah
menentukan tim partisipatif (subyek yang ikut andil dalam penelitian dan
pengembangan). Setelah tim partisipatif ditentukan, fokus kegiatan berikutnya
adalah mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terjadi pada obyek
penelitian. Kegiatan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah ini
dilakukan oleh peneliti bersama guru kelas. Hal ini dilakukan karena
permasalahan yang terjadi dialami oleh guru kelas di saat proses pembelajaran di
kelas berlangsung. Maka dari itu, setelah peneliti melakukan wawancara tak
berstruktur kepada guru kelas, peneliti bersama dengan guru menentukan solusi
secara berkelanjutan. Kegiatan terakhir yakni melakukan pemahaman konteks.
Pada kegiatan ini peneliti bersama dengan guru menentukan solusi untuk
memecahkan masalah dengan cara mengembangkan modul Bahasa Indonesia
pada materi keteladanan yang disesuaikan dengan karakteristik siswa.
45
Ibid..
43
2.
Fokus desain dan pengembangan
Kegiatan yang dilakukan dalam desain dan pengembangan ini difokuskan
pada empat kegiatan, yakni: (1) memilih lingkungan pengembangan, (2) memilih
format dan media, (3) evaluasi sumatif atau ahli, dan (4) menghasilkan draft atau
prototipe.46
Pemilihan lingkungan pengembangan utamanya berkenaan dengan
penentuan lokasi atau tempat pengembangan yang akan digunakan dalam
penelitian, yakni di SDN Sumberkembar 02. Penentuan lokasi ini salah satunya
adalah karena belum pernah diadakan penelitian sebelumnya di lembaga tersebut.
Kegiatan berikutnya berkenaan dengan pemilihan format dan media.
Kegiatan ini mencakup tiga fase, yakni: (1) pengembangan konteks (2) dan
mewujudkan ide awal prototipe.47
Pada
kegiatan
pengembangan
konteks,
peneliti
mencoba
untuk
mengembangkan modul Bahasa Indonesia berbasis model learning cycle 5 fase
pada materi Keteladanan sesuai dengan karakteristik siswa dan masalah yang
timbul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di lembaga yang dijadikan sebagai
objek penelitian. Kemudian pada tahap kedua adalah upaya mewujudkan ide
dengan membuat gambaran model yang akan dikembangkan. Kegiatan ini
dilakukan oleh peneliti yang selanjutnya akan divalidasi oleh validator untuk
dijadikan landasan dalam merevisi modul pengembangan.
Kegiatan ketiga adalah evaluasi sumatif atau ahli. Pada tahap ini peneliti
menentukan tim ahli untuk melakukan evaluasi terhadap prototipe, yakni meminta
46
47
Ibid..
Ibid..
44
guru (ahli pembelajaran sekaligus sebagai pihak yang mengetahui kondisi riil
siswa yang menjadi subyek penelitian)dan dosen (ahli materi) untuk memberi
tanggapan terhadap draft/prototipe sebelum diuji cobakan. Kemudian, melalui
eksperimentasi prototipe tersebut, efektifitas prototipe itu dapat dilihat.
Kegiatan keempat difokuskan pada upaya untuk menghasilkan draft atau
prototipe. Setelah melalui uji coba dan mendapatkan input dari dosen bahasa
Indonesia, guru dan siswa (tim partisipatif), draft diperbaiki.
Jadi, setelah kegiatan pada tahap awal ditentukan (tim partisipatif dalam
penelitian dan pengembangan serta menentukan solusi secara berkelanjutan untuk
mengembangkan modul pembelajaran Bahasa Indonesia), maka kegiatan pada
tahap selanjutnya yakni memilih lingkungan untukdijadikan obyek penelitian
(SDN
Sumberkembar
02),
kemudian
peneliti
merencanakan
untuk
mengembangkan modul yang berbasisi model learning cycle 5fase. Setelah
kegiatan diatas telah selesai dilakukan, maka kegiatan berikutnya adalah
menciptakan draft/prototipe yang nantinya akan divalidasi oleh validator sebagai
landasan bagi peneliti dalam merevisi modul pengembangan.
3.
Fokus diseminasi
Setelah kegiatan desain dan pengembangan produk bahan ajar berakhir,
kegiatan dilanjutkan dengan memfokuskan pada desiminasi. Dalam kegiatan
desiminasi dilakukan penyebaran bahan ajar kepada guru dan siswa untuk
dijadikan media pembelajaran serta dapat pula diperuntukkan bagi pihak lain
untuk diteliti dan dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan bagi pembelajaran.
45
Ketiga tahapan tersebut merupakan prosedur dari model R2D2 yang
bersifat fleksibel artinya tidak menjadi suatu keharusan sebagai langkah-langlah
yang bersifat prosedural. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Willis dan
Wright yang menyatakan bahwa model R2D2 ini bersifat fleksibel. Kegiatan uji
coba merupakan satu kesatuan langkah kegiatan pengembangan dengan
menggunakan model R2D248. Dalam kegiatan ini yang menjadi subjek uji coba
adalah seluruh siswa kelas V di SDN SumberKembar 02.
C. Validasi Produk
Validasi pada penelitian pengembangan ini ditujukan untuk menilai desain
produk hasil pengembangan, yakni pada pengembangan modul Bahasa Indonesia
materi keteladanan untuk siswa kelas V semester 1. Tujuan dari validasi ini adalah
untuk mengetahui kualifikasi desain produk yang dinilai oleh validator dan untuk
kemudian dapat dijadikan landasan bagi peneliti untuk memperbaiki produk
sesuai dengan saran dan komentar validator.
1.
Subyek Validasi
Subyek validasi atau sering disebut dengan validator pada pengembangan
modul Bahasa Indonesia adalah dosen yang mengajar mata kuliah Bahasa
Indonesia dan guru kelas V sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Adapun kriteria validator adalah sebagai berikut:
a.
Dosen
 Dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia pada jurusan PGMI,
48
Wanda Ramansyah, Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Untuk
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurnal Widyagogik, Vol.1, No.I, Januari-Juni 2013.
46
 Memahami materi Bahasa Indonesia dan pembelajarannya, dan
 Telah menempuh jenjang pendidikan S-2 Bahasa Indonesia.
b.
Guru
 Sebagai guru yang telah berpengalaman mengajar Bahasa Indonesia minimal
selama 5 tahun, dan
 Telah menempuh pendidikan S-1.
2.
Jenis Data
Jenis data yang diperoleh pada penelitian pengembangan ini terdiri atas
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran yang
ditulis pada lembar instrumen penilaian, dan atau disampaikan secara lisan dalam
kegiatan diskusi. Data tersebut digunakan untuk menganalisis, merevisi, dan
menyempurnakan modul pembelajaran. Data kuantitatif berupa nilai siswa yang
diperoleh berdasarkan pretes dan postes pada siswa kelas V SDN Sumberkembar
02 sebagai subjek penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat
keefektivan produk pengembangan.
3.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian
pengembangan ini adalah dengan menggunakan angket yang terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama merupakan instrumen pengumpulan data kuantitatif yang
berupa angket skala likert dengan 5 alternatif jawaban.
a.
Skor 1, jika sangat tidak tepat, sangat tidak sesuai, sangat tidak jelas, sangat
tidak menarik, sangat tidak mudah.
47
b.
Skor 2, jika kurang tepat, kurang sesuai, kurang jelas, kurang menarik, kurang
mudah.
c.
Skor 3, jika cukup tepat, cukup sesuai, cukup jelas, cukup menarik, cukup
mudah.
d.
Skor 4, jika tepat, sesuai, jelas, menarik, mudah.
e.
Skor 5, jika sangat tepat, sangat sesuai, sangat jelas, sangat menarik, sangat
mudah.49
Sedangkan bagian kedua dari angket adalah instrumen pengumpulan data
kualitatif yang berupa lembar pengisian komentar dan saran dari validator.
4.
Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah dengan
memberikan modul hasil pengembangan kepada validator. Modul pengembangan
untuk kemudian dikaji untuk dijadikan landasan dalam merevisi modul
pengembangan. Modul pengembangan yang telah direvisi untuk kemudian dapat
diuji cobakan pada siswa untuk diteliti tingkat keefektifan dari modul
pengembangan.
D. Uji Coba Produk
1.
Desain Uji Coba
Dalam bidang pendidikan, desain produk baru dapat langsung diuji coba
setelah divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi
49
Roihatul Miskiyah, “Pengembangan Buku Panduan Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing
Pada Materi Benda dan Sifatnya Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
II MI Bahrul Ulum Ngoro Mojokerto”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, hlm. 80-81
48
penggunaan modul pengembangan. Setelah disimulasi, modul pengembangan
dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi apakah modul pengembangan tersebut lebih
efektif dibandingkan dengan modul yang lama.
2.
Subyek Uji Coba
Subyek uji coba pada penelitian pengembangan ini dilakukan pada siswa
kelas V di SDN Sumberkenbar 02 Blitar yang mengalami masalah dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada tema keteladanan di semester 1. Pemilihan
tema pada mata pelajaran ini ditentukan oleh guru kelas dengan pertimbangan
bahwa kurangnya antusias siswa saat proses pembelajaran dilaksanakan.
3.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian pengembangan ini berupa data
kuantitatif yang diperoleh dari nilai siswa dan dihitung melalui data pada penilai
pretest dan postest. Sedangkan data kualitatif digunakan peneliti sebagai landasan
untuk merevisi modul pengembangan.
4.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
pada penelitian pengembangan ini adalah penilaian hasil belajar siswa dengan
memanfaatkan nilai akhir siswa pada pembelajaran yang menerapkan modul
pengembangan. Penilaian untuk data postest dan hasil belajar siswa setelah
dilaksanakannya
pembelajaran
dikembangkan untuk postest.
dengan
menggunakan
modul
sebelum
49
5.
Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis tingkat keefektifan produk hasil pengembangan,
peneliti menggunakan tenik perhitungan nilai pretest dan postest dari data hasil
belajar siswa dengan menganalisis data hasil belajar siswa melalui penilaian
pretest dan postest yang kemudian dianalisis dengan SPSS 16.0 for windows.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang didalamnya
mencakup desain modul pengembangan dan efektifitas modul serta terdapat
analisis dari data hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1.
Desain Modul Hasil Pengembangan
Desain modul pengembangan ini dibagi menjadi dua, yakni desain
kemenarikan modul pengembangan dan desain eksperimen.
a.
Desain Isi pada Modul Pengembangan
Secara umum modul hasil pengembangan ini terdiri dari tiga bagian yang
telah berkolaborasi secara utuh menjadi satu produk pengembangan dan telah
mengalami berbagai perbaikan guna tercapainya keakuratan modul. Modul
pengembangan ini mempunyai keunikan, yakni modul yang berorientasi pada
model pembelajaran learning cycle 5 fase. Secara rinci ketiga bagian dari modul
pengembangan ini terdiri dari: bagian awal, bagian isi, dan penutup modul.
Pada bagian awal dari pengembangan modul pembelajaran, terdapat cover
atau bagian sampul buku, cover bagian dalam, kata pengatar, daftar isi, petujuk
penggunaa modul, dan sekat buku utuk setiap awal kompetensi.
a)
Cover
Pada bagian cover atau sampul pada modul pengembangan ini memang
sengaja didesain secara unik dan menarik agar siswa dapat terpikat melalui
50
51
karakteristik modul yang elok akan pilihan warna, keunikan font/tulisan, dan
keindahan desain. Modul ini sengaja didesain sedemikian rupa dengan harapan
agar siswa merasa senang saat belajar Bahasa Indonesia, sehingga tingkat antusias
mereka mengalami peningkatan.
Judul modul pengembangan ini ditetapkan peneliti dengan nama Pintar
Berbahasa Indonesia. Pemilihan judul ini memang disesuaikan dengan tujuan
peneliti akan tumbuhnya minat serta hasil belajar siswa setelah modul diajarkan.
Penentuan judul ini juga didasarkan pada karakteristik siswa yang hanya bisa
menerima sebuah kata yang ringan dan mudah dipahami, sehingga judul ini
dikemas dengan bahasa yang sederhana yang dapat menginspirasi siswa akan
keberhasilannya setelah mempelajari modul pengembangan.
Selain judul modul yang telah didesain secara unik dan menarik, pada
cover modul juga terdapat tujuan modul pengembangan, pembimbing dan
penyusun
modul,
serta
kurikulum
yang
menjadi
landasan
dalam
mengembangakan modul pembelajaran.
Modul pengembangan ini diperuntukkan bagi siswa kelas V semester 1.
Ketentuan ini telah disetujui oleh guru mata pelajaran dengan didasarkan pada
permasalahan yang timbulnya pada siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia
dilaksanakan, sehingga modul ini diharapkan dapat menjadi media yang cocok
diterapkan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran.
Pembimbing dalam menyusunan modul pengembangan adalah validator.
Validator bertugas untuk membimbing peneliti dalam meluruskan dan mengkaji
modul pengembangan serta menilai hasil akhir/revisi dari modul pengembangan.
52
Sedangkan penyusun modul pengembangan ini adalah peneliti sendiri yang untuk
kemudian modul pengembangan akan diteliti dengan cara diuji cobakan pada
siswa untuk dikaji tingkat keefektifan dari modul pengembangan setelah kegiatan
pembelajaran dilakukan.
Sedangkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah suatu
kurikulum yang digunakan di lembaga tempat peneliti melakukan peneltian.
Modul ini dikembangkan sesuai dengan kurikulum KTSP karena di lembaga
tempat peneliti melakukan penelitian belum tersedia buku pendamping siswa yang
sesuai dengan kurikulum tersebut. Dengan demikian, peneliti mempunyai inisiatif
untuk mengembangkan modul yang sesuai dengan kurikulum KTSP dengan cara
mensortir materi dari buku ajar yang berlandaskan kurikulum KTSP.
b) Sampul dalam
Tujuan utama dalam pembuatan sampul dalam ini adalah sebagai langkah
awal untuk mengenalkan siswa pada materi yang akan dipelajarinya. Maka dari
itu, di bagian ini diuraikan tentang jenis materi yang akan dipelajari, standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Jenis materi yang dikembangkan adalah materi keteladanan. Materi ini
memang sengaja dikembangkan oleh peneliti berdasarkan usulan dari guru kelas
untuk mengembangkan materi tersebut guna meningkatkan antusias siswa saat
pembelajaran. Sedangkan tujuan penulis dalam menuliskan standar kompetensi
dan kompetensi dasar adalah sebagai petunjuk bagi siswa maupun guru untuk
mencermati bagian tersebut sebelum memulai pembelajaran agar pembelajaran
yang dilaksanakan sesuai arah dengan tujuan pembelajaran.
53
Pemilihan desain pada sampul dalam ini memang sengaja disesuaikan
dengan cover luar (desain jenis pelajaran dan materi pelajaran) agar pembaca
(guru dan siswa) dengan mudah dapat mengenali identitas modul.
c)
Kata pengatar
Di dalam kata pengantar, bahasa dikemas seringan mungkin dengan tujuan
siswa merasa nyaman dengan buku yang dipelajarinya. Di dalam kata pengantar
juga termuat manfaat mempelajari Bahasa Indonesia untuk dijadikan motivasi
bagi siswa agar mereka terus mempelajarinya. Pada bagian ini juga didesain
seindah mungkin dengan pemberian border pada bagian sisi luar dari penulisan isi
kata pengantar dengan tujuan agar tidak menghambat tingkat keterbacaan pesan
yang disampaikan penulis, serta agar pemberian desain dapat menjadikan modul
terlihat cantik dan menarik.
Pada bagian isi kata pengantar didesain dengan pemilihan font yang
mudah dibaca dengan memperhatikan pemilihan model tulisan yang simpel tapi
menarik serta penggunaan jarak line spacing yang agak panjang agar isi kata
pengantar terlihat minimalis sehingga akan memicu muncul minat baca bagi orang
yang melihatnya.
d) Petunjuk penggunaan modul
Petunjuk penggunaan modul dimaksudkan agar siswa mengetahui garis
besar isi yang terdapat pada modul dan sebagai petunjuk dalam mencari atau
memanfaatkan modul hasil pengembangan. Di bagian petunjuk penggunaan
modul dilengkapi dengan gambar desain modul serta font yang sesuai dengan
desain isinya untuk memperjelas bagian-bagaian yang ditunjukkan pada isi modul.
54
Pada gambar desain juga dilengkapi dengan keterangan isi yang memang berada
di dalam desain yang ditunjukkan.
Pada bagian petunjuk penggunaan isi modul, peneliti memberikan jenis
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa pada setiap fase pembelajaran dengan
mengimplementasikan modul pengembangan ini sebagai petunjuk orientasinya
modul pada model learning cycle 5 fase. Tujuan utama dari bagian petunjuk
penggunaan modul ini adalah untuk memperjelas cara penggunaan modul agar
pengguna (siswa dan guru) lebih mudah dalam mengaplikasikan modul saat
proses pembelajaran.
e)
Daftar isi
Seperti pada modul ataupun buku yang lain, di dalam daftar isi terdapat
daftar rangkaian isi buku yang disertai dengan halaman pada materi yang akan
dipelajari. Di bagian ini peneliti sengaja mendesain dengan pemilihan desain yang
berbeda dari desain pada umumnya. Penataan isi yang unik dan desain yang
menarik bertujuan untuk menimbulkan minat pembaca untuk mencari isi yang
ditunjukkan pada desain daftar isi.
f)
Pembatas kompetensi
Disetiap awal dari kompetensi, peneliti memberikan sebuah pembatas
yang didalamnya memuat.
a.
Jenis kompetensi: bertujuan untuk memberikan petunjuk bagi pengguna
modul akan materi yang terdapat di dalamnya
b.
Gambar pendukung: sebagai petunjuk dari kompetensi yang akan dipelajari
dengan tujuan agar modul menjadi menarik untuk dipandang dan dipelajari.
55
c.
Tujuan pembelajaran: agar pengguna modul mengetahui tujuan dari
mempelajari modul serta sebagai bahan untuk mengukur kompetensi siswa
setelah mempelajari modul tersebut
d.
Kata bijak: kata bijak dalam setiap kompetensi diisi dengan kata yang
berbeda sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari. Hal ini ditujukan
untuk menambah motivasi bagi pengguna modul dalam mempelajari materi
yang terdapat didalamnya serta sebagai petunjuk saat pembelajaran
dilaksanakan.
Pada sekat modul peneliti sengaja menggunakan desain dengan pemilihan
warna yang berbeda-beda disetiap kompetensi dengan tujuan agar siswa tidak
bosan dengan modul yang akan dipelajarinya. Dibagian ini juga ditunjukkan icon
lucu sebagai pendukung dari kegiatan yang akan dilakukan pada setiap
kompetensi.
Pada bagian isi modul, terdapat materi pembelajaran berbasisi model
learning cycle 5 fase disetiap kompetensi. Peneliti sengaja mengkolaborasikan
model ini kedalam modul dengan pertimbangan bahwa model learning cycle 5
fase mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya:
a.
Berbasis pada pembelajaran kontruktivisme
Model learning cycle 5 fase merupakan salah satu strategi yang terdapat
dalam pembelajaran kontruktivisme dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang digunakan sebagai landasan kurikulum bagi lembaga
yang menjadi obyek penelitian.
56
b.
Pembelajaran berpusat pada siswa
Jika dilihat dari ciri-ciri belajar dan pembelajaran yang menyatakan bahwa
belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sehingga belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri dan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar50, maka model learning cycle 5 fase merupakan model
pembelajaran yang cocok digunakan agar siswa dapat berperan aktif dalam
pembelajaran.
c.
Siswa dapat berperan aktif
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pembelajaran siswa
yang menjadi penentu dalam pembelajaran, maka dengan hadirnya modul yang
berbasis model learning cycle 5 fase ini dapat memberikan jalan keluar bagi guru
untuk menjadikan siswa sebagai pelaku pembelajaran disaat kegiatan belajarmengajar berlangsung, dengan kata lain dengan mengaplikasikan modul
pengembangan ini akan membantu guru dalam mengaktifkan siswa saat
pembelajaran.
d.
Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
Dengan model pembelajaran learning cycle 5 fase yang dapat melibatkan
siswa ke dalam kegiatan pembelajaran, maka ciri-ciri sebuah pembelajaran telah
dipenuhi. Hal ini menandakan bahwa model learning cycle 5 fase ini memang
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Sedangkan pada bagian penutup modul terdapat kunci jawab dari evaluasi
disetiap kompetensi. Kunci jawab ini sengaja dibuat untuk mempermudah guru
50
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 7
57
dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, sehingga modul yang terdapat kunci
jawab hanya diberikan pada guru dan validator saja.
Pemilihan desain pada bagian ini disesuaikan dengan bagian isi
kompetensi, sehingga desain warna, icon, dan gambar mirip dengan desain isi
kompetensi. Penetapan desain pada kunci jawab sengaja ditentukan dengan
menyesuaikan desain kompetensi isi dengan tujuannya sebagai media pengingat
bagi pengajar akan materi yang telah disampaikan, serta sebagai media untuk
mempermudah pengajar dalam mencari jawaban pada kompetensi yang dibahas.
b.
Desain Eksperimen pada Modul Pengembangan
Proses kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
materi keteladanan dengan mengaplikasikan modul pengembangan ini berbeda
dengan pembelajaran sebelumnya. Kegiatan pembelajarannya lebih beragam dan
kegiatan yang dilakukan lebih terorganisir secara runtut dari kegiatan pembuka
atau pada tahap pembangkit minat sampai pada tahap evaluasi.
Adapun dengan modul pengembangan yang berbasis model learning cycle
ini dapat menjadikan siswa lebih aktif saat proses pembelajaran. Hal ini terlihat
saat proses pembelajaran berlangsung. Seluruh siswa sangat antusias untuk
mengikuti seluruh kegiatan yang terdapat pada modul pengembangan. Sampai
pada tahap evaluasi pun siswa-siswi sangat antusias untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang diberikan oleh guru, baik pertanyaan yang didemonstrasikan
guru pada seluruh siswa maupun pertanyaan tertulis.
Adapun untuk melihat perbedaan antara pengaruh pembelajaran sebelum
dan sesudah penerapan modul pengembangan dapat dianalisis dengan
58
menggunakan desain eksperimen produk pengembangan pada desain eksperimen
jenis pre-experimental designes dengan one-group pretest-posttest design.
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretest dan Postest
NAMA SISWA
O1
UJI BEDA
O2
Angling Puthu Arimbi
82
12
94
Indriani
84
16
100
Novi Setyaningrum
76
2
78
Reffy Mayang Mariska
80
11
91
Rianita Solekhah
85
-6
79
Shandy Bintang Ariyanto
87
5
92
Silvia Indah Dwi Lestari
78
9
87
Vivi Alvia
81
18
99
Jumlah
653
67
720
Keterangan:
O1 = nilai pretest (sebelum siswa diberi modul pengembangan)
O2 = nilai posttest (setelah siswa diberi modul pengembangan)
2.
Efektifitas Modul Pengembangan
Untuk mencari tingkat keefektifan modul pengembagan, peneliti
menggunakan perhitungan nilai pretest dan postes hasil belajar siswa dan untuk
59
kemudian dianalisis menggunakan Paired-Samples T Test dengan SPSS 16.0
kemudian data nilai pretest dan postes hasil belajar siswa dianalisis menggunakan
Paired-Samples T Test dengan SPSS 16.0 pada nilai pretest dan postest hasil
belajar siswa untuk menganalisis tingkat keefektifan modul pengembangan.
Tabel 4.2
Analisis Tingkat Keefektifan modul
Keterangan:
Hipotesa:
Ho : 𝜇 sebelum = 𝜇 sesudah
H1 : 𝜇 sebelum
𝜇 sesudah
Tingkat signifikan 5% (𝛼 = 0,05)
t tabel = 𝛼/n-1 = 0,025 ; 7 = -2,365
60
Penarikan kesimpulan:
Jika t hit > t tabel, maka Ho ditolak
Jika t hit < t tabel, maka Ho diterima
B. Analisis Modul Pengembangan
1.
Desain Modul Hasil Pengembangan
Untuk
mengetahui
penilaian
validator
terhadap
desain
modul
pengembangan, peneliti menganalisisnya melalui data validasi dari produk hasil
pengembangan yang diserahkan langsung oleh peneliti kepada validator. Adapun
validator yang ikut andil dalam meyelesaikan produk pegembangna ini adalah
dosen Bahasa Indoesia sebagai ahli materi dan guru kelas sebagai pengguna
produk dan sebagai pihak yang mengetahui karakteristik siswa.
Data yang diperoleh dari validator merupakan data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui penilaian angket megguakan skala
likert, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui penilaian validator yang berupa
kritik dan saran yang digunakan peneliti untuk memperbaiki produk hasil
pengembangan. Data hasil validasi tersebut untuk kemudian dianalisis
menggunakan teknik perhitungan nilai rata-rata pada tiap item penilaian. Adapun
kualifikasi kelayakan modul berdasarkan presentase rata-rata adalah sebagai
berikut:
61
Tabel 4.3
Kualifikasi Kelayakan Modul Berdasarkan Presetase Rata-Rata
Nilai
Keterangan
80  100
Valid
60  79
Cukup valid
40  59
Kurang valid
0  39
Tidak valid
(Sumber: Arikunto, 2003:313)51
Kualifikasi kelayakan modul di atas digunakan peneliti untuk menganalisis
penilaian validator terhadap desain modul hasil pengembangan. Adapun penilaian
validator yang telah dianalisis menggunakan kualifikasi kelayakan modul adalah
sebagai berikut:
51
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Hlm. 313
62
Tabel 4.4
Presentase Rata-Rata Penilaian Validator pada Desain Modul
NO
1
2
3
4
ASPEK YANG
KRITERIA
DINILAI
Xi
X
P(%)
Ket.
a. Kejelasan tulisan
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
Halaman muka b. Kesederhanaan penggunaan bahasa
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
c. Kesesuaian gambar dengan materi pembelajaran
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
d. Kemenarikan desain
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
a. Kejelasan isi
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
c. Kemenarikan desain
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
a. Kemudahan memahami daftar isi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
b. Kesesuaian daftar isi dengan isi modul
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
c. Kemenarikan desain
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
a. Kesederhanaan bahasa
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
(cover)
Kata pengantar b. Kesederhanaan penggunaan bahasa
Daftar isi
Petunjuk
pembelajaran
b. Kemudahan memahami isi petunjuk
penggunaan modul
c. Kemenarikan desain
63
5
6
Indikator
pembelajaran
Materi
pembelajaran
a. Kemudahan memahami kalimat
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
b. Kesesuaian dengan kompetensi dasar
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
a. Kemudahan memahami isi materi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
b. Kesesuaian dengan indikator pembelajaran
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
c. Kesederhanaan bahasa
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
d. Kemenarikan desain
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
a. Kesesuaian isi/kegiatan engagement dalam
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
5
3
60
Cukup valid, tidak perlu revisi
mencari perhatian siswa
b. Kesesuaian isi/kegiatan exploration terhadap
tujuannya dalam memberi kesempatan siswa
untuk mengeksplor pengetahuannya
7
Kegiatan belajar c. Kesesuaian isi/kegiatan explanation terhadap
siswa
tujuannya dalam mengarahan siswa untuk
membuat kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari
d. Kesesuaian isi/kegiatan elaboration terhadap
tujuannya dalam memberi kesempatan siswa
untuk memantapan pengetahuannya terhadap
64
materi yang baru dipelajari
e. Kesesuaian isi/kegiatan evaluation terhadap
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
tujuannya dalam menguji siswa untuk mengetahui
sejauh mana pengalaman belajar yang telah ia
peroleh
8
a. Kesesuaian soal dengan materi pembelajaran
Soal uji kompetensi
b. Kesederhanaan penggunaan bahasa
Keterangan:
X
= Skor jawaban validator (guru mata pelajaran Bahasa Indonesia)
Xi
= Skor jawaban tertinggi
P
= Prosentase tingkat kualifikasi
65
Tabel 4.5
Presentase Rata-Rata Penilaian Validator pada Desain Modul
NO
1
2
3
4
ASPEK YANG
KRITERIA
DINILAI
Xi
X
P(%)
Ket.
e. Kejelasan tulisan
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
Halaman muka f. Kesederhanaan penggunaan bahasa
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
g. Kesesuaian gambar dengan materi pembelajaran
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
h. Kemenarikan desain
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
d. Kejelasan isi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
f. Kemenarikan desain
5
4
60
Valid, tidak perlu revisi
d. Kemudahan memahami daftar isi
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
e. Kesesuaian daftar isi dengan isi modul
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
f. Kemenarikan desain
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
d. Kesederhanaan bahasa
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
(cover)
Kata pengantar e. Kesederhanaan penggunaan bahasa
Daftar isi
Petunjuk
pembelajaran
e. Kemudahan memahami isi petunjuk
penggunaan modul
f. Kemenarikan desain
66
5
6
Indikator
pembelajaran
Materi
pembelajaran
c. Kemudahan memahami kalimat
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
d. Kesesuaian dengan kompetensi dasar
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
e. Kemudahan memahami isi materi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
f. Kesesuaian dengan indikator pembelajaran
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
g. Kesederhanaan bahasa
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
h. Kemenarikan desain
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
f. Kesesuaian isi/kegiatan engagement dalam
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
5
5
100
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
mencari perhatian siswa
g. Kesesuaian isi/kegiatan exploration terhadap
tujuannya dalam memberi kesempatan siswa
untuk mengeksplor pengetahuannya
7
Kegiatan belajar h. Kesesuaian isi/kegiatan explanation terhadap
siswa
tujuannya dalam mengarahan siswa untuk
membuat kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari
i. Kesesuaian isi/kegiatan elaboration terhadap
tujuannya dalam memberi kesempatan siswa
untuk memantapan pengetahuannya terhadap
67
materi yang baru dipelajari
j. Kesesuaian isi/kegiatan evaluation terhadap
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
5
4
80
Valid, tidak perlu revisi
tujuannya dalam menguji siswa untuk mengetahui
sejauh mana pengalaman belajar yang telah ia
peroleh
8
c. Kesesuaian soal dengan materi pembelajaran
Soal uji kompetensi
d. Kesederhanaan penggunaan bahasa
Keterangan:
X
= Skor jawaban validator (dosen Bahasa Indonesia sebagai ahli materi)
Xi
= Skor jawaban tertinggi
P
= Prosentase tingkat kualifikasi
68
Dari angket penilaian desain modul pengembangan yang diisi oleh guru
Bahasa Indoesia (pada tabel 4.4), dapat dihitung presentase tingkat kevalidan
modul sebagai berikut:
X
× 100 %
𝑋𝑖
𝑃=
=
96
× 100 %
130
= 0,74 × 100 %
= 74 %
Berdasarkan hasil presentase tingkat kevalidan modul yang berjumlah
74% ini menandakan bahwa modul pengembangan dinilai cukup valid dan tidak
perlu revisi.
Sedangkan dari angket penilaian desain modul pengembangan yang diisi
oleh dosen Bahasa Indonesia sebagai ahli materi (pada tabel 4.5), dapat dihitung
presentase tingkat kevalidan modul sebagai berikut:
𝑃=
=
X
× 100 %
𝑋𝑖
114
130
× 100 %
= 0,88 × 100 %
= 88 %
Berdasarkan hasil presentase tingkat kevalidan modul yang berjumlah
88% ini menandakan bahwa modul pengembangan dinilai valid dan tidak perlu
revisi.
69
Adapun dari hasil analisis desain eksperimen untuk mencari tingkat
pengaruh pembelajaran sebelum dan setelah modul pengembangan diaplikasikan
melalui one-group pretest-posttest design dengan rumus O2-O1 (720-653)
mendapatkan hasil 67. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengaruh pembelajaran sebelum dan sesudah penerapan modul pengembangan
berjumlah 67.
2.
Efektifitas Modul Pengembangan
Dari hasil analisis tingkat keefektifan modul yang dapat diketahui melalui
tabel Paired-Samples T Test dengan SPSS 16.0 for windows pada nilai pretest dan
postest hasil belajar siswa dapat diperoleh nilai t hit = -3,023, jika nilai ini diberi
harga mutlak = 3,023 dan t tabel = -2,365. Karena t hit < t tabel maka disimpulkan
Ho diterima, artinya tidak signifikannya tingkat keefektifan dari modul hasil
pengembangan. Hal ini bisa dilihat pada signifikan 0,019 < 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa hipotesis Ho yang menyatakan tingkat efektifitas modul
setelah mengalami pengembangan tidak signifikan. Dengan kata lain bahwa
ternyata penerapan modul pengembangan ini dapat memberikan keefektifan
antara rata-rata kemampuan siswa sebelum dan sesudah penerapan modul
pengembangan dalam pembelajaran di kelas namun tidak signifikan.
C. Revisi Modul Pengembangan
Modul pengembangan ini telah beberapa kali dilakukan revisi, adapun halhal yang perlu direvisi pada modul pengembangan adalah sebagai berikut:
70
1.
Desain cover kurang simpel
Dalam mendesain bagian cover diutamakan memilih desain yang simpel
dan tidak mencolok sehingga nyaman untuk dipandang.
Sebelum revisi: cover modul yang terlalu beragam font, pilihan warna, dan
bentuk desain.
Setelah direvisi: cover didesain lebih simpel
2.
Materi pembelajaran berintegrasi islam
Mengingat penyusun modul pengembangan sedang menimba ilmu di
universitas islam, maka modul pengembangan ini harus berintegrasi islam agar
modul ini mempunyai ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan modul pada
umumnya. Adapun isi modul yang harus berintegrasi islam adalah desain gambar
dan materi yang terdapat pada isi modul.
71
a.
Desain gambar
Desain
gambar
yang
dipilih
untuk
diterapkan
kedalam
modul
pengembangan ini haruslah desain yang islami. Maksudnya, penyusun modul
harus memilih obyek yang tidak menyimpang dari etika keagamaan, terutama
etika islam.
b.
Materi pada isi modul
Materi yang terdapat pada isi modul haruslah bernuansa islam dengan
pilihan cerita yang mengandung keteladanan dan dengan tokoh muslim yang baik
nama dan perilakunya. Hal ini sengaja didesain penyusun guna memberikan
contoh yang baik pada siswa SD/MI serta sebagai jalan dakwah bagi penyusun
modul untuk memperkenalkan siswa tentang kesempurnaan islam.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dari
uraian pada bab-bab sebelumnya. Selain itu juga akan diberikan saran-saran yang
mungkin akan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan selanjutnya demi
meminimalisir masalah yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
A. Kesimpulan
1. Untuk meningkatkan antusias siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung, terutama pada pembahasan materi keteladanan, guru dapat
mengaplikasikan modul pengembangan yang berorientasi pada model
pembelajaran learning cycle 5 fase untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Karena apabila siswa dapat aktif saat pembelajaran maka dapat dikatakan
bahwa siswa mempunyai antusias terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2. Pada penilaian desain produk pengembangan oleh validator, tingkat kevalidan
modul dianalisi melalui presentase tingkat kevalidan. Hasil analisi angket
dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menunjukkan jumlah rata-rata
tingkat kevalidannya mencapai 74%, jumlah ini menandakan bahwa modul
pengembangan dinilai cukup valid. Sedangkan hasil analisis angket dari
dosen Bahasa Indonesia sebagai ahli materi menunjukkan jumlah rata-rata
tingkat kevalidannya mencapai 88%, jumlah ini menandakan bahwa modul
pengembangan dinilai valid. Adapun dari hasil analisis desain eksperimen
untuk mencari tingkat pengaruh pembelajaran sebelum dan setelah modul
72
73
pengembangan diaplikasikan melalui one-group pretest-posttest design
menyatakan bahwa tingkat pengaruh pembelajaran sebelum dan sesudah
penerapan modul pengembangan berjumlah 67.
3. Dari hasil analisis tingkat keefektifan modul yang dapat diketahui melalui
tabel Paired-Samples T Test dengan SPSS 16.0 for windows pada nilai pretest
dan postest hasil belajar siswa dapat diperoleh nilai t hit = -3,023, jika nilai
ini diberi harga mutlak = 3,023 dan t tabel = -2,365. Karena t hit < t tabel
maka disimpulkan Ho diterima, artinya tidak signifikannya tingkat
keefektifan dari modul hasil pengembangan. Dengan kata lain bahwa ternyata
penerapan modul pengembangan ini dapat memberikan keefektifan antara
rata-rata kemampuan siswa sebelum dan sesudah penerapan modul
pengembangan dalam pembelajaran di kelas namun tidak signifikan.
B. Saran-Saran
Setelah dilakukannya penelitian di SDN Sumberkembar 02 Blitar
pada siswa kelas V semester 1, peneliti merekomendasikan beberapa usulan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni:
1) Guru dapat menerapkan beberapa model pembelajaran yang bervariasi, salah
satunya model learning cycle 5 fase agar pembelajaran yang dilalsanakan
lebih bermakna, namun apabila materi yang akan diterapkan tidak searah
dengan kegiatan yang terdapat pada model learning cycle 5 fase, maka guru
dapat memilih model atau strategi lain yang sesuai dengan materi
pembelajaran dan karakteristik siswa.
74
2) Apabila media yang disediakan disekolah memang kurang terpenuhi
kebutuhannya, maka guru dapat menggantinya dengan membuat modul atau
media yang lain yang sesuai dengan karakteristik siswa agar antusias siswa
pada pembelajaran yang diterimanya tidak akan mengalami penurunan.
75
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Zeety Imaniar , dkk. 2013. Peningkatan Aktivitas Dan Keterampilan
Membaca Cerita Melalui Penerapan Metode Pembelajaran. Jurnal SQ3R,
Vol I, No 3.
Astutik Sri. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus
Belajar (Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran
Sains di SDN Patrang I Jember. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar,
Vol. 1 No. II.
Angraeni Widya Eka. 2012. “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Learning Cycle 5 Fase pada Materi Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia
Untuk SMA/MA”, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Malang.
Arikunto. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cahyani, Isah. 2012. Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.
Dasna I. 2005. Model Siklus Belajar (learning cycle) Kajian Teoritis dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Kimia. Malang:FMIPA UM.
Dimyati dan Mujiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Elvinawati. 2011. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Pemisahan Melalui
Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dan Model Peta Konsep. Jurnal
Exacta, Vol. IX No. I.
Harjanto Bob. 2011. Merangsang dan Melejitkan Minat Baca Anak Anda.
Yogyakarta:Manika Books
Iskandar murtinah Srini. 2010. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik dalam
Kimia. Malang:Universitas Negeri Malang.
Khoirot Asisul. 2012. “Pengembangan Bahan Ajar Konsep Elektrolit dan
Elektrokimia Berbasis Learning Cycle 5 Fase Untuk SMK Pertanian Kelas
76
XI Semester 2 Sebagai Penunjang KTSP”, Skripsi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Muhayyinah Ayu. 2012. “Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam
Materi Gaya dengan Model Learning Cycle 5 Fase Untuk Siswa Kelas IV
MI Islamiyah Pakis-Tumpang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Miskiyah Roihatul. 2013. “Pengembangan Buku Panduan Praktikum Berbasis
Inkuiri Terbimbing Pada Materi Benda dan Sifatnya Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II MI Bahrul Ulum Ngoro
Mojokerto”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3. No. II.
Pratama Rahmad Agus. 2010. “Pengembangan Modul Materi dan Perubahannya
dengan Model Learning Cycle 5 Fase untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Kelas X Semester 1”, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Malang.
Purwanto, dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta:Depdiknas.
Ramansyah Wanda. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurnal
Widyagogik, Vol.1, No.I.
Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta:Kencana.
Sastromiharjo, Andoyo. “Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia”
Sutarjo Adisusilo, “Konstruktivisme Dalam Pembelajaran”.
Sukmadinata Syaodih Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
77
Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana.
Syamsi Kastam. 2012. Model Perangkat Pembelajaran Menulis Berdasarkan
Pendekatan Proses Genre Bagi Siswa SMP, Jurnal LITERA, Volume 11,
Nomor II.
Taufina. 2009. Authentic Assessment dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas Rendah SD. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Padang. No.1 April.
Wena Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi
Aksara.
Wahyudi. 2011. “Pengembangan Modul Sistem Koloid dengan Model
Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase untuk SMK Kelas XI Semester 2
sebagai Penunjang KTSP”, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Wibowo Haryo Pandu. 2012. Pengaruh Penggunaan Modul Hasil Penelitian
Bentos pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, Universitas
Sebelas Maret.
Yamin Martinis H. dan Ansari, I Bansu. 2009. Taktik Mengembangkan
Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada.
75
1.
Surat Izin Penelitian dari Fakultas
76
2.
Angket Validasi Modul
ANGKET VALIDASI MODUL PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
MATERI KETELADANAN
Petunjuk pegisian angket:
1. Berikan penilaian anda secara objektif
2. Penilaian terhadap produ pengembangan ini menginformasikan kesesuaian,
kelayakan dan kemanarikan modul pembelajaran
3. Kontribusi anda dalam bentuk apapun pada angket ini sangat sangat
bermanfaat untuk penilaian kelayakan pengembangan modul pembelajaran ini
4. Berikan tanda cek (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan
pendapat anda, yaitu:
 Skor 1, jika sangat tidak tepat, sangat tidak sesuai, sangat tidak jelas, sangat
tidak menarik, sangat tidak mudah.
 Skor 2, jika kurang tepat, kurang sesuai, kurang jelas, kurang menarik, kurang
mudah.
 Skor 3, jika cukup tepat, cukup sesuai, cukup jelas, cukup menarik, cukup
mudah.
 Skor 4, jika tepat, sesuai, jelas, menarik, mudah.
 Skor 5, jika sangat tepat, sangat sesuai, sangat jelas, sangat menarik, sangat
mudah
5. Untuk jawaban yang membutuhkan saran dan komentar anda, isilah pada
tempat yang disediakan
77
Identitas Responden
Nama
Instansi
AlamatInstansi
Pendidikan
Angket Penilaian
NO
:
:
:
:
ASPEK
ASPEK YANG
1
a. Kejelasan bahasa
1
Halaman muka
(cover)
b. Kesederhanaan penggunaan bahasa
c. Kesesuaian gambar dengan materi
pembelajaran
d. Kemenarikan desain
a. Kejelasan isi
2
Kata pengantar b. Kesederhanaan penggunaan bahasa
c. Kemenarikan desain
a. Kemudahan memahami daftar isi
3
Daftar isi
b. Kesesuaian daftar isi dengan isi modul
pembelajaran
c. Kemenarikan desain
Petunjuk
4
5
6
a. Kesederhanaan bahasa
penggunaan b. Kemudahan memahami isi petunjuk
modul
Indikator
c. Kemenarikan desain
a. Kemudahan memahami kalimat
pembelajaran b. Kesesuaian dengan kompetensi dasar
Materi
pembelajaran
PENILAIAN
KRITERIA
DINILAI
a. Kemudahan memahami isi materi
b. Kesesuaian dengan indikator
pembelajaran
2
3
4
5
78
c. Kesederhanaan bahasa
d. Kemenarikan desain
a. Kesesuaian isi/kegiatan engagement
dalam mencari perhatian siswa
b. Kesesuaian isi/kegiatan exploration
terhadap tujuannya dalam memberi
kesempatan siswa untuk mengeksplor
pengetahuannya
c. Kesesuaian isi/kegiatan explanation
terhadap tujuannya dalam mengarahan
siswa untuk membuat kesimpulan
7
Kegiatan belajar
siswa
mengenai materi yang telah dipelajari
d. Kesesuaian isi/kegiatan elaboration
terhadap tujuannya dalam memberi
kesempatan siswa untuk memantapan
pengetahuannya terhadap materi yang
baru dipelajari
e. Kesesuaian isi/kegiatan evaluation
terhadap tujuannya dalam menguji
siswa untuk mengetahui sejauh mana
pengalaman belajar yang telah
diperolehnya
8
Soal uji
kompetensi
a. Kesesuaian soal dengan materi
pembelajaran
b. Kesederhanaan penggunaan bahasa
79
LEMBAR KOMENTAR DAN SARAN TENTANG MODUL
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
NO
Bagian Modul dan
Komentar dan Saran
Halaman
Validator,
80
NIP.
81
3.
Hasil Angket Validasi Modul oleh Guru Mata Pelajaran
82
83
84
4. Hasil Angket Validasi Modul oleh Dosen Bahasa Indonesia
85
86
87
5. Data Siswa
No.
Nama Siswa
No.
Nama Siswa
1
Angling Puthu Arimbi
5
Rianita Solekhah
2
Indriani
6
Shandy Bintang Ariyanto
3
Novi Styaningrum
7
Silvia Indah Dwi Lestari
4
Reffy Mayang Mariska
8
Vivi Alvia
88
6. Data Hasil Belajar Siswa Pada Penilaian Pretest
89
4.
Data Hasil Belajar Siswa Pada Penilaian Postest
NO
Nama
1 Angling Puthu Arimbi
2
3
4
5
6
7
8
Novi Styaningrum
Silvia Indah Dwi Lestari
Indriani
Reffy Mayang Mariska
Vivi Alvia
Shandy Bintang Ariyanto
Rianita Solekhah
Jenis Kompetensi
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
Nilai
100
100
100
75
80
80
100
50
100
100
100
50
100
100
100
100
85
100
100
80
95
100
100
100
100
100
100
70
90
100
100
25
Skor
94
78
87
100
91
99
92
79
90
91
92
PINTAR BERBAHASA
INDONESIA
STANDAR KOMPETENSI:
1 Mendengarkan
Memahami penjelasan
narasumber dan cerita rakyat
secara lisan.
2. Berbicara
Mengungkapkan pikiran,
pendapat, perasaan, fakta
secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan,
menceritakan hasil
pengamatan, dan
berwawancara.
3 Membaca
Memahami teks dengan
membaca teks percakapan,
membaca cepat 75 kata/menit
dan membaca puisi.
4 Menulis
Mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, dan
pengalaman secara tertulis
dalam bentuk karangan, surat
undangan, dan dialog tertulis.
KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang
didengar.
Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahan dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah,
kenaikan kelas, dan lain-lain) dengan kalimat efektif dan
memperhatikan penggunaan ejaan
93
Kata Pengantar
Adik-adik, tahukah kalian mengapa kita harus belajar Bahasa Indonesia?
Bahasa Indonesia itu adalah sebagai alat komunikasi, maksudnya dengan Bahasa
Indonesia, kita bisa berbicara dengan orang lain se-Indonesia walapun beda tempat tinggal,
warna kulit maupun budayanya. Banyak manfaatnya ketika kita bisa berbahasa Indonesia,
diantaranya:
1.
2.
3.
Kita bisa berhubungan/berkomunikasi dengan orang lain walaupun berbeda tempat.
Dengan berkomunikasi, kita dapat mengetahui informasi dari orang lain.
Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Dengan
Bahasa Indonesia ita dapat menceritakan keadaan diri kita kepada orang lain.
Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan kita bisa berbahasa
Indonesia, maka kita akan mudah untuk mempelajari ilmu lain terutama yang
menggunakan Bahasa Indonesia.
Nah, dari banyaknya manfaat Bahasa Indonesia di atas, ayo kita giat belajar Bahasa
Indonesi agar kita memperoleh manfaatnya.
ii
94
Bagi Guru
Sebelum pembelajaran dimulai, guru
harus mencermati dan memahami
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar dari materi ini agar tujuan
pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik.
Pada bagian sampul pembatas disetiap kompetensi,
guru dapat mencapaikan tujuan pembelajaran secara
lisan.
Dan guru dapat menyampaikan kata bijak sebelum
memulai pelajaran untuk memberikan motivasi siswa
terhadap pembelajaran yang akan dilakukan.
iii
95
KEGIATAN GURU PADA TAHAP-TAHAP (FASE)
PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
Guru menarik perhatian siswa dengan cara mendemonstrasikan
kalimat, kegiatan, dan kuis kepada seluruh siswa.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini, guru memberi kesempatan pada siswa untuk
mengorganisasikan, meneliti dan mengkaji informasi yang baru
dipelajari.
3. Penjelasan
Guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang
dibahas.
4. Penerapan
Guru membantu siswa untuk
keterampilan yang telah dipelajari.
menerapkan
konsep
dan
5. Evaluasi
Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa
menerapkan konsep baru sebagai akibat dari
pembelajaran.
dalam
proses
iv
96
Bagi SISWA
Dibagian sampul pembatas ini kalian dapat
mengetahui tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Dan dibawah tujuan pembelajaran terdapat kata
bijak yang dapat dijadikan sebagai bahan
motivasi sekaligus evaluasi diri serta sebagai
nasihat bagi kita semua.
v
97
KEGIATAN SISWA PADA TAHAP-TAHAP (FASE)
PEMBELAJARAN
1.
Pendahuluan
Dengarkan penjelasan guru, dan atau lakukan kegiatan yang
diberikan oleh guru.
2.
Eksplorasi
Dengarkan, selidiki, dan teliti sebuah teks atau gambar yang
terdapat pada tahap eksplorasi.
3.
Penjelasan
Dengarkan dan tanggapi penjelasan yang diberikan oleh guru.
4.
Penerapan
Setelah kalian memahami materi yang kalian pelajari,
terapkanlah pemahaman kalian melalui pertanyaan dan
kegiatan.
5.
Evaluasi
Jawablah pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah
kalian pelajari.
vi
98
Daftar Isi
Kata Pengantar
ii
Petunjuk Penggunaan Modul Bagi Guru
iii
Petunjuk Penggunaan Modul Bagi Siswa
v
Daftar Isi
vii
Kompetensi Mendengarkan
1
Kompetensi Berbicara
8
Kompetensi Membaca
15
Kompetensi Menulis
20
vii
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
Download