MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA POKOK BAHASAN : Pilihan Kata (Diksi) Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Penyiaran 2015 1 Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh 900008 Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Abstract Kompetensi Diksi (pilihan kata) adalah keasanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasangagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan penulis atau pembicara. Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan diksi (pilihan kata) serta berbagai jenis makna dengan baik dan benar. Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id 1. Standar Kompetensi Setelah mempelajari materi pada modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menggunakan diksi (pilihan kata) serta berbagai jenis makna dengan baik dan benar. 2. Kompetensi Dasar 1. Mampu memahami syarat-syarat diksi 2. Mampu memahami proses pembentukan kata. 3. Mampu memahami berbagai jenis makna. 3. Indikator 1. Mampu menjelaskan pengertian diksi. 2. Mampu menjelaskan syarat-syarat diksi. 3. Mampu menjelaskan proses pembentukan kata. 4. Mampu menjelaskan berbagai macam makna. 4. Pengertian Diksi Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Untuk itu, agar gagasan-gagasan tersebut dapat dengan tepat ada pada imajinasi pembaca atau pendengar, ketersediaan kata yang dimiliki seorang penulis mutlak diperlukan yaitu berupa pembendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki daftar kata. Persoalan ketepatan pilihan mkata dari daftar kata itu akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata. Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yangcocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah diantaranya penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi kata, mampu mengetahui kata 2015 2 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara ideomatis, mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, menghindari kata-kata ciptaannya sendiri, waspada terhadap penggunaaan kata asing, dan mmampu membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhatihati memilih kata dari sekian sinonom yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehuingga tidak timbul interpretasi yang berlainan. Sebagaoi contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kem,bali keharibaan tuhan, akan tetapi, tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita dapat mengatakan Kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya kurang tepat pula jika kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu. Jadi ketepatan makna menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk kata dengan referensinya. Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu. Dari uraian di atas, ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu (1) kemampual mamilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai banyak kosa kata, (2) pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna yang bersinonim, (3) pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan cocok untuk situasi atau konteks tgertentu. Dengan demikian bahwa pilihan kata sebwenarnya berhubungan dengan tutur dan tata tulis untruk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi mketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik, dan pada masyarakat yang lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut. Jasdi, yang dimaksud dengan pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar atau pembaca sesuai dengan apa yang dipikirkan atau dirasakanoleh penulis atau pembicara. Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang telah dituliskan pada 2015 3 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id definisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa si pendengar atau pembaca dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis atau pembicara, yaitu (1) dapat mengomunikasikan gagasan dan seasuai berdasarkan kaidah suatu bahasa, dalam hal ini adalah kaidah bahasa Indonesia, (2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiranau slah makna, (3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penjulis atau pembicara, dan (4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan. Untuk itu, diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata dan ketepatan pilihan kata walaupun kedua kata tersebut memiliki kata yang berbeda. Ketepatan pilihan kata berkenaan dengan apakah kata yang digunakan sudah setepat tepatnya, sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembiocara dan pendengar atau penulis dengan pembaca. Adapun yang berkenaan dengan kesesuaian pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak suasana atau meninggung perasaan orang nyang diajak berbahasa. Agar sweseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimal diperlukan kesadaran betapa pentingnya penguasaan kosa kata. Penguasaan kosa kata tidak akan pernah lepas dari kemampuan menggunakan pilihan kata secara tepat. Memilih kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah menuntut pednguasaan, seperti (1) keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan, (2) wawasan bidang ilmu yang ditulis, (3) konsistensi penggunaan sudut pandang, istilahn, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran,(4) syarat ketepatan kata, dan (5) syarat kesesuaian kata. Oleh karena itu, ketepoatan pilihan kata terkait dengan konsep , logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan. Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dedngan situasi yang hendak diciptakan, sehingga tidak mengganggu suasana btin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata. Agar dapat memiliki ketepatan dan kesesuaian kata dalam pemilihan kata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. . 5. Syarat-syarat Pemilihan Kata Kemahiran memilih kata oleh seorang pengarang/penulis berkaitan erat dengan penguasaan kosa kata. Seorang pengarang/penujlis yang menguasai kosa katra, selain mengetahui makna sebuah kata, tentu juga memahami perubahan makna. Di samping itu, agar dapat memilih kata yang akurat seorang penulis/pengarang harus menguasai 2015 4 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id sejumlah persyaratan. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang penulis /pengarang dapat menghasilkan sebuah tulisan/karangan dengan baIk, yaitu dapat membedakan denotasi dan konotasi, dapatmembedakan membedakan kata-kata yang hampir bersinonim, dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaannya, dan memahami dengan tepat makna kata-kata abnstrak, dapat memakai kata penghubung yang berpasangan dengan tepat, dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan tepat. Perhatikan uraian berikut berupa contoh-contoh sekaligus untuk melatih ketajaman pemahaman. 1. Dapat membedakan denotasi dan konotasi. Contoh: a. Hari Minggu lalu, Saras jatuh ketika sedang naik sepeda bersama teman-temannya. b. Syarat utama seseorang bisa naik haji adalah dia tergolong orang yang mampu, baik secara materil maupun spiritual. 2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim. Contoh: a. Selama tiga bulan ini, rencana kami masih dalam rangka memberolahragakan karyawan. b. Setiap Sabtu pagi, Wanda bersama kedua orang tuanya selalu mengolahragakan bada mereka agar selalu sehat. 3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya. Contoh: Intensif – insentif preposisi – proposisi Interferensi – inferensi korporasi – koperasi Karton – kartun sarat – syarat 4. Dapat memahami makna kata-kata abstrak. Contoh: Kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, keamanan, kerukunan, kebersamaan. 5. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri jika pemahaman belum dapat dipastikan. Maka, pemakai kata harus menemukan makna 2015 5 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id yang tepat dalam kamus, misalnya kata modern sering diartikan secara subjektif canggih, padahal menurut kamus, kata modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui, dan bergaya intelektual. 6. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat. Contoh: a. Antara karyawan dengan atasan harus selalu saling bekerja sama. b. Nurdiana tidak mau menerima hadiah berbentuk barang, tetapi berupa uang. c. Baik anak maupun orang tua ikut menyaksikan pertandingan itu. d. Bukan Imron yang tidak bersalah, melainkan Husin yang telah melakukannya. 7. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan benar. Kata ikan merupakan kata umum yang merujuk pada acuan yang lebih luas daripada kata mujair, atau gurame. Ikan tidak hanya mujair atau gurame, tetapi terdiri atas beberapa macam. Dalam hal ini yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan. Sedangkan kata yang acuan maknanya lebih khusus disesut kata khusus, seperti mujair dan gurame. Kata umum disebut dengan superordinat, sedangkan kata umum disebut hiponim. 8. Jika seorang pengarang/penulis menggunakan imbuhan asing, ia harus memahami maknanya secara tepat, misalnya, dilegalisir seharusnya dilegalisasi koordinir seharusnya koordinasi. 9. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya, berdasarkan pada seharusnya berdasar pada. 10. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya, kata issue yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti publikasi, kesudahan, perkara, sedangkan isu dalam bahasa Indonesia berarti kabar yanmg tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, atau desas-desus. Untuk mempertajam pemahaman makna, terkadang kita memerlukan terjemahan asing, terutama bahasa Inggris sebagai pembanding, sebab perbedaan nuansa makna antarkata yang bermiripan itu terkadang begitu tipis. Dengan memahami makna yang tepat akan 2015 6 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id dapat pemilihan kata yang akurat. Bandingkan dengan cermat tatanan kata-kata bahasa Indonesia dalam bahasa Inggris pada tabel berikut. PERBANDINGAN KATA BAHASA INDONESIA – INGGRIS DALAM UPAYA MENDAPATKAN PILIHAN KATA YANG TEPAT Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Perencanaan Planning Rencana Plan Jadwal Schedule Program Program Agenda, acara Agenda Rancangan, desain Desain Hampa, vakum Vacuum Kompong Void Kosong Empty Blanko Blank Luang Free Lowong, Lowongan Vacant, Vacancy nihil Nil, Nought Pemakaian pewatas yang berlebih juga dapat mengurangi kekuatan dan mkecermatan pilihan kata. Jika kata benda dan kata kerja masing-masing tidak tidak dapat memperjelas keterangan. Kata atau ungkapan yang banyak disalahgunakan antara lain; cukup, relatif, pasti, sering, sangat, banyak, selalu, sama sekali, misalnya, cukup memuaskan, relatif lebih murah, pasti menang, sering menyalah gunakan kekuasaan, sangat meyakinkan, banyak pejabat yang tidak mau bertanggung jawab, selalu datang terlambat, sama sekali belum makan. 5.1 Gaya Bahasa Kata dan ungkapan sering ditafsirkan menurut arti harfiah dan menurut arti majasnya. Arti harfiah sama dengan denotasi atau makna sebenarnya. Arti majasi diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mewncakupi denotasi lain bersamaan dengan tautan pikiran lain. Gaya bahasa atau langgam bahasa (majas) adalah cara penutur mengungkapkan masudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan 2015 7 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id maksud. Ada cara yang memakai perlambang (metafora, personifikasi), ada cara yang menekankan kehalusan (eufemisme, litotes), dan masih banyak lagi majas yang lainnya. Ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu : a. Cara dan media komunikasi, apakah secara lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik. b. Bidang ilmu, apakah filsafat, sastra, hukum, teknik, atau kedokteran; c. Situasi, apakah resmi, tidak resmi, atau setengah resmi; d. Ruang atau konteks, apakah seminar, kuliah, ceramah, atau pidato; e. khalayak, apakah dibedakan b erdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status sosial; f. Tujuan, apakah membandingkan emosi, diplomasi, humor, atau informasi; 5.2 Idiom Ungkapan idiomatik adalah ungkapan yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkanm atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata , misalnya, gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi “tikar gulung, domba adu, tembok muka” karena ketiga kelompok kata yang terakhir bukan idiom. Di bawah tingkatan idiom ada pasangan kata yang selalu muncul bersamaan sebagai frase. Kelompok kata bertemu dengan, dibacakan oleh, misalnya. Bukan idiom, tetapi berperilaku idiom. Pasangan kelompok kata semacam ini pantas disebut ungkapan idiomatik. Kedua contoh kata di bawah ini belum beraroma idiomatis karena tidak berisi ungkapan idiomatik. 1) Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu Presiden RI, SBY. 2) Berita selengkapnya dibacakan Putra Nababan. Dengan alasan ekonomi bahasa pun contoh (1) dan (2) tetap salah karena timpang. Pembetulannya tidak lain adalah dengan cara menempatkan pasangan serasi bagi kata bertemu, yaitu dengan; dan pasangan serasi bagi kata dibacakan, yaitu oleh. 2015 8 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id 3) Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu dengan Presiden RI, SBY. 4) Berita selengkapnya dibnacakan oleh Putra Nababan. 5.3 Bahasa Artifisial Bahasa Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.fakta-fakta yng sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Dalam karya sastra memang perlu ditampilkan bahasa artifisial. Dalam bahasa umum atau bahasa ilmiah, bahasa artifisial perlu dihindari. Dalam menyampaikan sdesuatu secara tertulis, setiap penulis harus memperhatikan bagaimana dan apa yang ditulis. Namun, bila konmsentrasi ditekankan kepada bagaimana ia harus menulis tanpa memperhatikan apa yang ditulis, tulisannya akan cenderung mengarah ke tulisan yang artifisial. Sebagai contoh bahasa artifisial adalah sebagai berikut: a. Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan gusyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin pada kemuning. b. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakan bimasakti yang jauh. Kalimat-kalimat tersebut di atas dapat diubah menjadi bahasa biasa, adalah sebagai berikut: c. Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun. d. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang. 5.4 Peranti-peranti Diksi Agar tercipta pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat, sehingga apa yang dirasakan dan dibayangkan oleh si penulis dan pembicara dapat dirasakan dan dibayangkan pula oleh si pembaca dan pendengar. Jika hal itu dapat tercapai tentunya akan dapat tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien. Selain hal-hal terswebut di atas masih ada yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) Bernilai rasa : kata wanita dan perempuan 2) Ragam baku dan ragam tidak baku: kata mengubah (baku) dan merubah (tidak baku). 3) Masalah penyempitan dan perluasan makan: berlayar (meluas) dan ulama (menyempit). 2015 9 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id 4) Ragam sosiolek dan fungsiolek: - Kata-kata seperti golf, film, folio, dan ekstra (bentukan ucapan sosiolek bagi yang berpendidikan) - Kata-kata seperti golep, filkem, polio, dan estra ( bentukan ucapan sosiolek bagi yang tidak berpendidikan). 5) Keaktifan kata dan kepasifan kata. Yitu kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat sehingga kata yang semula pasif yaitu jarang digunakan, menjadi aktif lagi yaitu siap digunakan. Contoh kata mantan, canggih, terkinidll. 6) Kata yang berhubungan dengan indra/sinestesia yaityu istilah yang menyatakan pengalaman yang diserap panca indra, seperti penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Hubungan satu indra dengan indra yang lain begitu rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya dikenakan pada satu indra dikenakan pada indra yang lain. Contoh kata sedap dan manis, pada kalimat: - Sedap betul kedengarannya kata-katanya itu. - Gadis manis berkepang dua itu adik saya. 7) Kelugasan kata yaitu kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan fakta panjang, tidak mendayu-dayu, dan juga tidak berbelit-belit. Contoh kata-kata yang berhubungan dengan hal yang tabu, seperti kata penis lebih lugas daripada zakar, dan senggama lebih lugas daripada berhubungan badan atau koitus. 6. Pembentukan Kata Salah satu cara untuk memperluas perbendaharaan kata adalah dengan menganalisis sebuah kata. Namun yang khusus akan dibicarakan di sini adalah analisis terhadap bagianbagian kata yang selalu muncul dalam bentuk-bentuk gabungan, sehingga dengan mengingat dasr katanya, semua kata yang mempergunakan dasar tadi, dapat diduga maknanya secara tepat. Bagian-bagian kata yang selalu muncul dalam bentuk gabungan itu, dapat berupa akar kata, dapat pula berbentuk imbuhan-imbuihan. Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia berbentuk kosa kata baru melalui unsur serapan. Bahasa Indonesia mengenal pula konsep akar kata. Namun, agak berbeda bila dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain, seperti sansakerta, latin, dan yunani. Akar kata dalam bahasa Indonesia merupakan hasil dari sebuah analisis hipotesis klarena tidak produktif lagi. Contohnya terdapat pada akar kata kit yang diperkirakan bermakna naik, misalnya, rakit, sakit, ungkit, 2015 10 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id bukit, bangkit. Namun, akar kata tersebut tidak dapat dipakai seenaknya untuk membentuk kata-kata baru. Kita sadari bahwa kosa kata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing, bentuk kontak bahasa memang tidak dapat dielakan karena kita berhubungan dengan bangsa lain. Oleh karena itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosa kata pasti akan selalu ada. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan, karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dun ia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam, yaitu: (1) Mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti: bank, opname, golf. (2) Mengambil kata dan menyesuaikan kata tersebut dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti: subjeck menjadi subjek; apotheek menjadi apotek; standard menjadi standar; dan university menjadi universitas. (3) Menerjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, seperti: starting point menjadi titik tolak; meet the press menjadi jumpa pres; up to date menjadi mutakhir, briefing menjadi taklimat; dan hearing dengar pendapat. (4) Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya, seperti: de fakto, status quo, cum laude, dan ad hok. (5) Menyerap dari bahasa daerah. (6) Berikut didaptarkan beberapa kata serapan, seperti: configuration menjadi konfigurasi; list menjadi senarai; mpavilion menjadi anjungan; airport menjadi bandara; editing menjadi penyuntingan; establised menjdi mapan; general reherseal menjadi geladi bersih; image menjadi citra; sophisticated menjadi mutakhir; gap menjadi kesenjangan; customer menjadi pelanggan atau nasabah; ambiguos menjadi taksa; supervision menjadi penyelia; full time menjadi purnawaktu, drain menjadi salir, dan domain menjadi ranah. Ketika menggunakan kata terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran, yaitu: 2015 11 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id 1. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat sebaiknya dihindari dan kata-kata tersebut dapat digunakan bila sudah menjadi milik umum. Contoh kata nongkrong dan raun, sedangkanmkata-kata yang sudah dianggap milik umum, seperti ganyang, lugas, heboh, santai anjangsana, kelola, dan pamrih. 2. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Yaitu kata-kata seperti: tunanetra dengan buta; tunarungu dengan tuli; dan tunawicara dengan bisu. 3. Kata yang tidak lazim dipakai seharusnya dihindari, kecuali jika sudah dipakai oleh masyarakat. Kata seperti: konon, bayu, laskar, puspa, lepau, dan didaulat. Daf tar Pustaka Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2006. RambuRambu Pelaksanaan Keelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi . Jakarta 2015 12 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id Rahayu,Minto.2009. Bahasa Pengembangan Indonesia di Perguruan Kepribadian .Jakarta.PT Tinggi:Mata Gramedia Kuliah W idiasarana Indonesia. Satata,Sri. 2007. Modul Bahasa Indonesia Universitas Mercu Buana . http://pksm.mercubuana.ac.id Tarigan,Henry Guntur.1986. Menyimak Sebagai Satu Keterampilan Berbahasa . Bandung:Angkasa --------.1986.Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa .Bandung:Angkasa. --------.1990.Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa .Bandung:angkasa. --------.1993.Membaca Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Bandung:Angkasa 2015 13 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sudrajat, S.Pd. M.Pd.. http://www.mercubuana.ac.id Berbahasa .