MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA UMB POKOK BAHASAN : PILIHAN KATA (DIKSI) Standar Kompetensi Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menggunakan pilihan kata (diksi) serta berbagai jenis makna dengan baik dan benar. Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh 90008 Kundari,S.Pd, M.Pd. Abstract Kompetensi Diksi merupakan hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Mampu memahami syarat-syarat diksi, proses pembentukan kata, berbagai jenis makna. 10 Pilihan Kata ( Diksi ) 10.1 • Standar Kompetensi Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan pilihan kata (diksi) serta berbagai jenis makna dengan baik dan benar. 10.2 Kompetensi Dasar 1. Mampu memahami syarat-syarat diksi. 2. Mampu memahami proses pembentukan kata. 3. Mampu memahami berbagai jenis makna. 10.3 Indikator 1. Mampu menjelaskan pengertian diksi. 2. Mampu menjelaskan syarat-syarat diksi. 3. Mampu menjelaskan proses pembentukan kata. 4. Mampu menjelaskan berbagai macam makna. 10.4 Pengertian Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau kemiripan. 2016 2 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan – gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Seseorang yang menguasai banyak kosa kata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkapkan gagasannya, ia dapat memilih atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai. Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Untuk itu, agar gagasan-gagasan tersebut dapat dengan tepat ada pada majinasi pembaca atau pendengar, ketersediaan kata yang dimiliki oleh seorang penulis mutlak diperlukan yaitu berupa perbendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki daftar kata. Persoalan ketepatan pilihan katadari daftar kata itu akan menyangkut pula masalah makna katadan kosakata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata. Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal iniberarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu,dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu.Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah diantaranya penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara idiomatis, mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, menghindari kata-kata ciptaan sendiri, waspada terhadap penggunaan kata asing, dan mampu membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan, sebagai contoh, kata /mati/ 2016 3 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id bersinonimdengan /mampus/, /meninggal/, /wafat/, /mangkat/, /tewas/, /gugur/,/berpulang/, /kembali ke haribaan Tuhan/. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak dapat mengatakan /Kucing kesayanganku wafat tadi malam/. Sebaliknya, kurang tepat pula jika kita mengatakan /Menteri Fulan mati tadi malam/. Itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu. Jadi, ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubunganantara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu. Beberapa Ahli bahasa menyatakan pandangannya mengenai diksi. Lamudin Finoza (2009:129) menyatakan bahwa diksi pada dasarnya hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai pembendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai (daftar) kata. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata. Dengan kata lain diksi atau pihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Gorys Keraf (2000:23) mendefinisikan pengertian pilihan kata atau diksi ini dalam tiga pengertian. Pertama, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Pendapat lain diungkapkan Kosasih (2008:33) yang menyatakan bahwa diksi merupakan kata yang digunakan dalam puisi yang merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat.Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata 2016 4 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif. Makna kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya puitis yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tuturdan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat,diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harusdapat memberi ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuahkata sering mempunyai makna yang baik , dan pada masyarakat lainmemberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus sesuai dengannorma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagaipedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan menggunakan kamus, kata-katayang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi juga beserta contohkalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut. Jadi, yang dimaksud dengan pilihan kata/diksi adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang telah dituliskan pada defenisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa sipendengar atau pembaca dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis atau pembicara, yaitu : 1. Dapat mengomuinikasikan gagasan dan sesuai berdasarkan kaidah suatu bahasa, dalam hal ini adalah kaidah bahasa Indonesia. 2. Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna. 3. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara. 4. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan. Untuk itu diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata dan ketepatan pilihan kata walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Ketepatan pilihan kata berkenaan dengan apakah kata yang digunakan sudah tepat, sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembicara dengan 2016 5 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id pendengar atau penulis dengan pembaca. Adapun yang berkenaan dengan kesesuaian pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang diajak berbahasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah: 1. penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. 2. Mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara idiomatis. 3. Mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya. 4. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri. 5. Waspada terhadap penggunaan kata asing. 6. Mampu membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Dari uraian di atas ada tiga hal yang dapat disimpulkan yaitu : 1. Kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai banyak kosakata. 2. Pilihan kata mengadung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna yang bersinonim. 3. Pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan cocok untuk situasi atau konteks tertentu. Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketetapan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik, dan pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebangsaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya 2016 6 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id sebatas kata, tetapi juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut. Agar seseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimal diperlukan kesadaran betapa pentingnya menguasai kosa kata, Penguasaan kosa kata tidak akan pernah lepas dari kemampuan menggunakan pilihan kata secara tepat. Memilih kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah menuntut penguasaan seperti : 1. Keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan. 2. Wawasan bidang ilmu yang ditulis. 3. Konsistensi penggunaan sudut pandang istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran. 4. Syarat ketepatan kata 5. Syarat kesesuaian kata. Oleh karena itu, ketepatan pemilihan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan. Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kococokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan, sehingga tidak menggangu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata. Agar dapat memiliki ketepatan dan kesesuaian kata dalam pemilihan kata. 10.5 Syarat – syarat Pemilihan Kata Kemahiran memilih kata oleh seorang pengarang/penulis tentunya berkaitan erat dengan penguasaan kosakata. Seorang pengarang/penulis yang menguasai kosakata, selain mengetahui makna sebuah kata, ia juga tentunya memahami perubahan makna. Di samping itu, agar dapat memilih kata yang akurat, seorang penulis/pengarang harus menguasai sejumlah persyaratan. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang penulis/pengarang dapat menghasilkan sebuah tulisan/ karangannya dengan baik, yaitu dapat membedakan denotasi dan konotasi, dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim, dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaannnya, dapat memahami dengan tepat makna 2016 7 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id kata-kata abstrak, dapat memakai kata penghubung yang berpasangan dengan tepat, dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan tepat. 1. Dapat membedakan denotasi dan konotasi Contoh : a. Hari minggu lalu, Saras jatuh ketika sedang naik sepeda bersama temantemannya. (Denotasi) b. Syarat utama seseorang bisa naik haji adalah dia tergolong orang yang mampu, baik secara material maupun spiritual. (Konotasi) 2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim. Contoh : Selama tiga bulan ini, rencana kami masih dalam rangka memberolahragakan karyawan. Setiap sabtu pagi, Wandasti bersama kedua orang tuanya selalu mengolahragakan badan mereka agar selalu sehat. 3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya. Contoh : Intensif – insentif Interferensi – inferensi Karton – kartun Preposisi – proposisi Korporasi – koperasi Sarat – syarat 4. Dapat memahami dengan tepat makna kata – kata abstrak. Contoh : Kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, keamanan, kerukunan, kebersamaan. 2016 8 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 5. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri jika pemahaman belum dipastikan. Maka, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya kata modern sering diartikan secara subjektif canggih, padahal menurut kamus, kata modern berarti terbaru atau muthahir, sedangkan canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui, dan bergaya intelektual. 6. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat. Contoh : Antara karyawan dengan atasan harus selalu saling bekerja sama.. Nurdiana tidak mau menerima hadiah berbentuk barang, tetapi berupa uang. Baik anak maupun orang tua ikut menyaksikan pertandingan itu. Bukan Imron yang tidak bersalah,melainkan Husen yang telah melakukannya. 7. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan benar. Kata ikan merupakan kata umum yang merujuk pada acuan yang lebih luas daripada kata mujair dan tawes. Ikan tidak hanya mujair dan tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam. Dalam hal ini yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti mujair dan tawes. Kata umum disebut dengan istilah superordinat, sedangkan kata khusus disebut dengan hiponim. Hal ini juga berlaku pada kata bunga dan mawar. Bunga disebut dengan superordinat, sedangkan mawar adalah hiponim. 8. Jika seorang pengarang/penulis menggunakan imbuhan asing, dia harus memahami maknanya secara tepat, misalnya dilegalisir dilegalisasi,koordinasi seharusnya koordinasi. 2016 9 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id seharusnya 9. Menggunakan kata-kata idiomatik berasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya berdasarkan pada yang seharusnya berdasar pada. 10. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya kata issue yang kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti publikasi, kesudahan,perkara, sedangkan isu dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya, kabar angin,desas desus. 10.6 Gaya Bahasa Gaya Bahasa disebut juga majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Kata dan ungkapan dapat ditafsirkan menurut arti harfiah dan menurut arti majasinya. Arti harfiah itu sama dengan denotasi atau makna sebenarnya. Arti majasi diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencakupi juga denotasi lain bersamaan dengan tautan pikiran lain. Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas /metafora/, /personifikasi/); ada cara yang menekankan kehalusan (majas /eufemisme/, /litotes/); dan masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasaatau retorika untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasikita (pembaca/pendengar). Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya. Enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam komunikasi dengan mitranya, yaitu : a. Cara dan media komunikasi apakah secaralisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau mediaelektronik. b. Bidang ilmu apakah filsafat, sastra, hukum, teknik,atau kedokteran. c. Situasi, apakah resmi, tidak resmi, atau setengahresmi. 2016 10 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id d. Ruang atau konteks , apakah seminar, kuliah, ceramah, atau pidato; khalayak:, apakah dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin,tingkat pendidikan, dan status sosial. e. Tujuan, apakah membandingkanemosi, diplomasi, humor, atau informasi. Keenam hal tersebut turutmembentuk dan mempengaruhi seseorang dalam melakukan kegiatan tindaktutur bersama rekannya. Syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk membedakan suatu gaya bahasa yang baik dengan gaya bahasa yang buruk? Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut; kejujuran, sopan santun, dan menarik. Kejujuran berarti mengikuti aturan dalam kaidah berbahasa. Lalu, yang dimaksud dengan sopan santun di sini berarti menyampaikan sesuatu secara jelas dan membuat pembaca atau pendengar tidak memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Kemudian, yang dimaksud dengan menarik di sini adalah bahwa gaya bahasa tersebut harus dibuat bervariasi, sehingga akan menghindari monotomi dalam nada, struktur, dan pilihan kata. Untuk itu, seorang penulis/pengarang perlu memiliki kekayaan dalam kosakata dan humor yang sehat berarti gaya bahasa itu mengandung tenaga untuk menciptakan rasa nikmat dan gembira. 10.7 Idiom Ungkapan/idiomatik adalah ungkapan yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya. Sebagian besar idiom berupa kelompok kata. Biasanya, idiom digolongkan dengan peribahasa dalam bahasa Indonesia. Padahal,pengertian idiom jauh lebih luas daripada peribahasa. Untuk mengetahuimakna sebuah idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya melalui makna dari katakata yang membentuknya. Jadi, pengertian idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Misalnya, ada seorang asing yang sudah mengetahui makna kata /makan/ dan/tangan/, tidak akan memahami frasa /makan tangan/. Siapa orang yangakan berpikir 2016 11 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id bahwa /makan tangan/ sama artinya dengan /kena tinju/ atau /beruntung besar/? Selanjutnya, masih terdapat idiom dengan kata /makan/lainnya, seperti /makan garam/ yang berarti berpengalaman dalam hidup,/makan hati/ yang berarti bersusah hati karena perbuatan orang lain,/makan suap/ yaitu menerima uang sogok. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Oleh karena itu,setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna. Meski dengan prinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tetap tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakainya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,misalnya, /gulung tikar/, /adu domba/, /muka tembok/ tidak bolehdipertukarkan susunannya menjadi /tikar gulung/, /domba adu/, /tembokmuka/ karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom. Di bawah tingkatan idiom ini ada pasangan kata yang selalumuncul bersama sebagai frasa. Kelompok kata /bertemu dengan/, /dibacakanoleh/, misalnya, bukan idiom, tetapi berperilaku idiom. Pasangankelompok kata semacam ini pantas disebut /ungkapan idiomatik/. Kedua contoh kata di bawah ini belum beraroma idiomatis karena tidak berisi ungkapan idiomatik. (1) Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu Presiden RI, SBY. (2) Berita selengkapnya dibacakan Putra Nababan. Dengan alasan ekonomi bahasa pun contoh (1) dan (2) tetap salah karena terasa timpang. Pembetulannya tidak lain adalah dengan cara menempatkan pasangan serasi bagi kata /bertemu/, yaitu /dengan/; danpasangan serasi bagi kata /dibacakan/, yaitu /oleh/ (1a) Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu Presiden RI, SBY. (2a) Berita selengkapnya dibacakan oleh Putra Nababan. 10.8 Bahasa Artifisial Bahasa Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu 2016 12 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id maksud. Fakta-fakta yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Dalam karya sastramemang perlu ditampilkan bahasa yangartifisial. Dalam bahasa umum atau bahasa ilmiah, bahasa artifisialperlu dihindari. Dalam menyampaikan sesuatu secara tertulis, setiappenulis memang harus memperhatikan bagaimana dan apa yang ditulis.Namun, bila konsentrasi lebih ditekankan kepada bagaimana ia harusmenulis tanpa memperhatikan apa yang ditulis, tulisannya akan cenderungmengarah ke tulisan yang artifisial. Sebagai contoh bahasa artifisial adalah sebagai berikut : Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin pada kemuning. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti yang jauh. Kalimat – kalimat tersebut di atas dapat diubah menjadi bahasa biasa adalah sebagai berikut : Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang. 10.9 Peranti – Peranti Diksi Agar tercipta pilihan katau komunikasi yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat, sehingga apa yang dirasakan dan dibayangkan oleh penulis dan pembicara dapat dirasakan dan dibayangkan pula oleh si pembaca dan pendengar. Jika hal tersebut dapat tercapai tentunya akan dapat tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efesien, sehingga akan ada pemahaman yang baik dan terhindar dari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Selain hal-hal tersebut di atas, masih ada yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Bernilai rasa 2. Ragam baku 3. Perluasan dan penyempitan makna 4. Ragam sosiolek dan fungsiolek 5. Keaktifan dan kepasifan kata 6. Kata yang berhubungan dengan indera/sinestesia 7. Kelugasan kata 2016 13 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 10.10 Pembentukan Kata Salah satu untuk memperluas kata adalah dengan menganalisis sebuah kata. Bagian-bagian kata yang selalu muncul dalam bentuk – bentuk gabungan, sehingga dengan mengingat dasar katanya, semua kata yang mempergunakan dasar tadi, dapat diduga maknanya secara tepat. Bagian-bagian kata yang selalu muncul dalam bentuk gabungan itu, dapat berupa akar kata, dapat pula berupa imbuhan-imbuhan. Ada dua cara pembentukan kata yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan yang dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Bahasa Indonesia mengenal pula konsep akar kata. Namun, konsep akar kata dalam bahasa Indonesia agak berbeda bila dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain, seperti Sansekerta, Latin dan Yunani. Akar kata dalam bahasa Indonesia merupakan hasil dari sebuah analisis hipotesis karena tidak produktif lagi, contohnya terdapat akar kata kit yang diperkirakan bermakna naik, misalnya rakit, sakit, ungkit,bukit, bangkit. Namun, akar kata tersebut tidak dapat dipakai seenaknya untuk membentuk kata-kata baru, seperti halnya akar kata dari bahasa Sansekerta, Arab, Latin, Yunani. Akar – akar kata dari bahasa-bahasa tersebut masih tetap produktif untuk membentuk kata baru. Selain akar kata pembentukan bahasa dapat terbentuk pula dari kata serapan yaitu kata yang diserap dari bahasa daerah dan bahasa asing disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu EyD. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya 2016 tata daya serba tata buku daya tahan serba putih tata bahasa daya pukul serba plastik tata rias daya tarik serba kuat tata cara daya serap serba tahu hari tutup lepas hari sial tutup tahun lepas tangan 14 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id hari jadi tutup buku lepas pantai hari besar tutup usia lepas landas. Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya bang wisata kredit santai valuta nyeri televisi candak kulak. Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi .oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu. Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam yaitu : 1. Mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti bank,opname, dan golf. 2. Mengambil kata dan menyesuaikan kata tersebut dengan ejaan bahasa Indonesia seperti subject menjadi subjek, apotheek menjadi apotek, standard menjadi standar dan university menjadi universitas. 3. Menerjemahkan dan memadankan istilah – istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, seperti, starting point menjadi titik tolak, meet the press menjadi jumpa pers, up to date menjadi mutakhir, briefing menjadi pengarahan, dan hearing menjadi dengar pendapat. 2016 15 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id 4. Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya, yaitu ; de facto, status quo,cum laude, dan ad hoc. 5. Bersumber dari bahasa daerah. 6. Berikut didaftarkan beberapa kata serapan seperti : Configuration menjadi konfigurasi List menjadi senarai Pavilion menjadi anjungan Airport menjadi bandara Editing menjadi penyuntingan Established menjadi mapan General reherseal menjadi geladi bersih Image menjadi citra Sophisticated menjadi mutakhir Take off menjadi lepas landas Ketika menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran , yaitu : 1. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat sebaiknya dihindari dan kata-kata tersebut dapat digunakan bila sudah menjadi milik umum. Contoh : nongkrong dan raun – kata yang umum ganyang, lugas, heboh, santai, anjangsana, kelola dan pamrih. 2. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh : tuna netra dengan buta, tunarungu dengan tuli, tunawicara dengan bisu. 3. Kata yang tidak lazim dipakai seharusnya dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat. Contoh : konon,bayu,laskar,puspa,lepau, dan didaulat. 2016 16 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Di bawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan. Beberapa contoh pemakaian kata di bawah ini dapat dilihat. a) Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak selalu dapat dipertukarkan. Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung. b) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda. Contoh yang benar: 1.) Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang. 2.) Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing. 3.) Masing-masing mengemukakan keberatannya. 4.) Para pemimpin negara APEC yang hadir di Yakarta masing-masing dijaga ketat oleh pengawal kepresidenan Indonesia. c) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain. Misalnya: - Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang, seperti meja, buku, menemukan meja, buku, bangku, dan bangku dan lain-lain (salah) - Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang, seperti : meja, buku, dan bangku (benar). d) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. Misalnya: Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. (Salah) 2016 17 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. (Benar) e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda. Contoh: a. Ia mencari sesuatu. b.Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri. f) Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah. Contoh: a. Ia mendapat tugas dari atasannya. b. Cincin itu terbuat dari emas. Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh: a) Duduk lebih baik daripada berdiri. b) Indonesia lebih luas daripada malaysia. SELASAI 2016 18 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka A, Alek dan Akhmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Arifin,E.Zaenal dan S. Amran Tasai.2008.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi : Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Akapress. Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Grasindo Keraf, Gorys.1999.Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta : Gramedia. Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga Satata.Sri.dkk..2012.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Akademik di Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2016 19 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id