(Asah) Menurut Soetjiningsih (1999)

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stimulasi Mental (Asah)
2.1.1. Pengertian Stimulasi Mental (Asah)
Menurut Soetjiningsih (1999) stimulasi adalah perangsangan yang
datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Hidayat (2005)
menyatakan stimulasi mental merupakan bagian dari kebutuhan dasar
anak yaitu asah. Oktaria (2009) menyatakan stimulasi tumbuh kembang
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan
dasar anak agar anak dapat tubuh dan berkembang secara optimal.
Kemampauan anak yang dirangsang meliputi kemampuan motorik kasar,
kemampuan motorik halus, krmampuan berbicara dan bahasa, serta
kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Mahram (2009) mengatakan stimulasi hendaknya diberikan sedini
mungkin yaitu sejak bayi lahir bahkan sebaiknya sejak janin berusia 6
bulan dan diberikan terus menerus secara rutin dan bervariasi oleh setiap
orang yang berinteraksi dengan anak pada setiap kesempatan dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Potter (2005) pemberian stimulasi sangat
penting untuk kemajuan perkembangan anak sebab tanpa stimulasi
penyelesaian tugas perkembangan anak menjadi sulit atau tidak tercapai.
10
2.1.2. Bentuk Stimulasi
Bagian Psikologi FK UI dan UKK Pediatri Sosial IDAI (dikutip dari
Soetjiningsih (1999) menyatakan bahwa stimulasi yang perlu diberikan
pada anak balita antara lain: akademik sederhana (pengenalan ruang,
bentuk, warna, persiapan berhitung), pendidikan alam sekitar, sosialisasi,
mengenal lingkungan masyarakat, bermain bebas untuk mengembangkan
fantasi dan memperkaya pengalaman, menyanyi, menggambar, belajar
bahasa (bercakap-cakap, membaca, menggambar, bercerita, mengucapkan
syair sederhana), melatih daya ingat dengan bermain jualan atau
menyampaikan berita, bermain musik, mengenal tugas dan laranglarangan, dan aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol
buang air besar, kontrol buang air kecil).
Soetjiningsih (1999) menyatakan bahwa perhatian dan kasih sayang
juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Aktivitas bermain dalam
suasana kasih sayang berguna merangsang seluruh sistem indera, melatih
kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta
perasaan dan pikiran anak.
11
2.1.3. Waktu Pemberian Stimulasi
Menurut Tanuwidjaya (2002) stimulasi mental diperlukan seawal
dan sedini mungkin, terutama sampai 4-5 tahun pertama setelah lahir.
Periode inilah yang sering disebut sebagai tahun keemasan (golden
years). Asah dapat diperoleh melalui:
1. Pendidikan informal (di rumah, dalam keluarga).
2. Pendidikan formal (SD, SMP, SMU, PT dan sebagainya).
3. Pendidikan non formal (di masyarakat, kelompok pengrajin anak,
sekolah minggu, pramuka, palang merah remaja dan sebagainya).
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemberian Stimulasi
Menurut Syahid (2009) dalam pemberian stimulasi kepada anak, ada dua
hal yang sangat berpengaruh, yaitu:
1. faktor internal
Faktor internal ada 2, yaitu:
1) Orang tua (Ibu)
Menurut Ofuka Masaru, ibu sangat berperan penting dalam
pemberian stimulasi kepada anak, karena anak lebih peka dan cepat
dalam menangkap bahasa ibu, gerakan ibu dan suasana hati ibu.
Sentuhan dan pelukan serta kebersamaan dengan anak merupakan
modal utama dalam pemberian stimulasi.
12
2) Institusi
Dr. Glen Doman (institute for the Achievement of Human Potential)
mengatakan bahwa institusi hanya membantu orang tua dalam
pelaksanaan pemberian stimulasi kepada anak. Kunci keberhasilan
dari berlangsungnya stimulasi terletak di tangan para orang tua.
2. Faktor eksternal
Gizi
sangat
berperan
dalam
menunjang
pertumbuhan
dan
perkembangan tubuh manusia.
2.1.5. Prinsip dalam Pemberian Stimulasi
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005),
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan stimulasi
adalah sebagai berikut:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Tunjukkan sikap yang baik, karena anak akan meniru perilaku orang
terdekatnya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak, terhadapa keempat aspek kemampuan dasar anak.
13
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar
anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Berikan pujian terhadap keberhasilan anak.
2.2.
Status Gizi
2.2.1. Pengertian Status Gizi
Menurut Supariasa (2002) status gizi adalah tanda-tanda atau
penampilan yang diakibatkan oleh nutriture yang terlihat melalui variabel
tertentu. Nutriture adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara pemasukan gizi disatu pihak dan pengeluaran gizi oleh organisme
dipihak lain. Anara gizi (nutrition), nutriture, dan status gizi merupakan
konsep yang saling berkaitan.
Menurut Beck (2000) status gizi adalah status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor yang mempengaruhi status gizi, antara lain:
1. Kondisi kesehatan anak
Menurut Soetjiningsih (1999) anak sehat umumnya akan tumbuh
dengan baik, berbeda dengan anak yang sakit biasanya pertumbuhan
dan perkembangannya akan terganggu.
14
2. Asupan makan anak
Menurut
Prawirihartono
(2000)
pada
masa
balita
pola
pertumbuhan tidak lagi cepat, demikian juga asupan makanan. Adanya
penurunan laju pertumbuhan dan asupan makanan ini sering
dinyatakan dalam nafsu makan yang tidak sebaik waktu bayi. Mualia
usia 1 tahun biasanya anak sudah mulai kurang minum susu lagi.
Sayuran juga jarang disukai, sebaliknya naka mulai suka makan
makanan kecil temasuk permen dan kue. Pada umumnya perbedaan
pola makan ini akan menyebabkan asupan beberapa zat gizi berkurang.
3. Tingkat pendidikan ibu
Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan
kelangsungan hidup anak maupun tumbuh kembang. Orang tua yang
terdidik mempunyai kemampuan menyerap informasi yang berkaitan
dengan kesehatan pada umumnya, dan kesehatan anak pada
khususnya.
4. Pengetahuan ibu tentang makanan seimbang
Selain kemiskinan, faktor lain yang berpengaruh terhadap
timbulnya KEP adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
makanan pendamping ASI dan atau pemberian makanan sesudah bayi
disapih. Untuk itu peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di
bidang pangan dan gizi masyarakat sangat diperlukan.
15
5. Kondisi sosial ekonomi keluarga
Menurut Prawirohartono (2000) penghasilan keluarga merupakan
faktor yang mempengaruhi kedua faktor yang berperanan langsung
terhadap gizi yaitu asupan makanan dan penyakit. Penghasilan
keluarga mempengaruhi mutu fasilitas perumahan, penyediaan air
bersih, dan sanitasi yang pada dasarnya sangat penting berperanan
terhadap timbulnya penyakit infeksi, terutama infeksi saluran
pernapasan dan saluran pencernaan. Selain itu, penghasilan keluarga
akan menentukan daya beli keluarga termasuk makanan, tersedia atau
tidaknya makanan dalam keluarga, akan menentukan kualitas dan
kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga yang
sekaligus mempengaruhi asupan zat gizi.
2.2.3. Cara Pengukuran Status Gizi
Menurut Supariasa (2002) cara pengukuran status gizi dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Penilaian status gizi secara langsung.
1) Antropometri
Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
16
Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot,
dan jumlah air dalam tubuh.
2) Klinis
Pemeriksaan linis adalah metode yang sangat penting untuk
emnilai gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel, seperti: kulit,
mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelnjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara
cepat. Disamping itu juga untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan
gejala atau riwayat penyakit.
3) Biokimia
Penilaian status gizi biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang dilakukan adalah darah, urine,
tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati.
17
Metode
ini
digunakan untuk
suatu
peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia
faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukkan kekurangan
gizi yang spesifik.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Dapat digunakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemik. Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung.
1) Survey konsumsi makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan yang dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat,
keluarga,
dan
indivisu.
Survei
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.
ini
dapat
18
2) Statistik vital
Pengukuran statistik vital adalah dengan menganalisa data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungna dengan gizi.
3) Faktor ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik , biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah dengan
metode pengukuran status gizi secara
langsung
yakni
antropometri. Antropometri yang dipilih adalah indeks berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Menurut Soekirman (2000) berat badan mempunyai
hubungan linier dengan tinggi badan. Pada keadaan normal,
perkembangan berat badan akan searah dengan perkembangan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indikator yang tidak
tergantung pada umur yang tepat, yang sering kali sulit didapat
terutama di negara-negara yang sedang berkembang.
19
Indeks berat badan menurut tinggi badan ini dapat
memberikan gambaran saat sekarang seperti halnya dengan
berat badan menurut umur. Indeks berat badan menurut tinggi
badan dapat memberikan gambaran relatif terhadap tinggi
badan, maka indeks ini juga mendeteksi kekurusan.
Kelebihan penggunaan indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB), yaitu:
1. Tidak tergantung umur.
2. Dapat
memberikan gambaran keadaan kekurusan dan
kegemukan.
Kelemahan dari penggunaan indeks berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB), yaitu:
1. Karena faktor umur tidak diperhatikan sulit menentukan
apakah anak tersebut pendek, cukup, atau terlalu tinggi.
2. Secara teknis seringkali terjadi kesalahan pembacaan angka
atau hasil pengukuran. Posisi seseorang yang diukur juga
sangat menentukan pengukuran tinggi atau panjang anak.
20
2.2.3. Standar Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2002) untuk menentukan status gizi digunakan
berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Menurut standar (baku )
rujukan Direktorat Gizi Masyarakat (2002) dikelompokkan atas gemuk
jika nilai Z score > 2 SD, normal jika nilai Z score - 2 SD s/d 2 SD,
kurus/wasted jika nilai Z score diantara < - 2 SD s/d - 3 SD, dan sangat
kurus jika nilai Z score < - 3 SD.
2.3. Tumbuh Kembang Anak
2.3.1. Pengertian Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan, dan tidak dapat dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan menurut Soetjiningsih
(1998) pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan adalah :
a. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (centimeter,
metabolik.
meter),
umur
tulang
dan keseimbangan
21
b. Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya,
termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara
sinkron pada setiap individu.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi bilogisnya. Tingkat tercapainya potensi biologis merupakan hasil
interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan bio-psiko-sosial dan
perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda–beda yang
memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
22
Menurut Markum (1991) dalam istilah tumbuh kembang terdapat
suatu
makna interaksi yang erat antara pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologi. Istilah tumbuh lebih dikaitkan dengan
pertumbuhan organ dan kematangan organ serta merupakan aspek fisik
interaksi tersebut. Sedangkan istilah kembang lebih dikaitkan dengan
aspek psikososial. Proses pertumbuhan fisik biasanya telah selesai pada
saat bayi lahir dengan organ tubuh yang sudah lengkap dan dapat
berfungsi. Fungsi ini kemudian dikembangkan menjadi makin sempurna.
2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Menurut Soetjiningsih (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang, termasuk dalam faktor genetik adalah faktor
bawaan yang normal atau patologik.
23
2. Faktor lingkungan berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh,
terhadap tumbuh kembang anak yang digolongkan menjadi lingkungan
pranatal, yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain : gizi ibu
pada waktu hamil, mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi stress dan imunitas. Sedangkan lingkungan post natal yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum yang digolongkan
menjadi :
1) Lingkungan biologis, antara lain : ras atau suku bangsa, jenis
kelamin, umur, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,
hormon.
2) Lingkungan fisik, antara lain : cuaca atau geografis suatu daerah,
sanitasi dan keadaan rumah.
3) Lingkungan psikkososial, antara lain : stimulasi, motivasi belajar,
kelompok sebaya, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas inetraksi
antara anak dan orang tua.
4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan atau
pendapatan keluarga, pendidikan ayah atau ibu, kepribadian ayah
atau ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga.
24
2.3.3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Menurut Soetjiningsih (1998) ciri-ciri tumbuh kembang anak sudah
dimulai sejak konsepsi sampai dewasa yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang terus menerus sejak dari awal
konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan. Berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi
sejak didalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa
dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah
diamati.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara
organ-organ. Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat adalah pada
masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas, sedangkan
pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola yaitu pola umum,
limfoid, neural dan reproduksi.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada masa anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya. Contoh: anak
akan belajar duduk sebelum belajar berjalan, tetapi umur saat anak
belajar duduk atau berjalan berbeda antara satu dengan yang lainnya.
25
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf. Contoh tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat
berjalan sampai sistem saraf siap untuk itu, tetapi tidak hanya
kesempatan praktik yang akan menghambat kemampuan ini.
5. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. Contoh :
bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau
melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar
reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.
6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal, langkah pertama
sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala.
7. Reflek promotif seperti reflek memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
2.4. Motorik Halus
2.4.1. Pengertian Motorik Halus
Motorik halus (finer coordination) yaitu perkembangan yang
mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan-kegiatan yang
terordinasikan antara susunan saraf pusat dan otot-otot halus dalam fungsi
meraih, memegang, melempar, menulis, menggambar, mewarnai dan lainlain.
26
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat
berkembang bahkan hampir sempurna. Anak usia ini masih mengalami
kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini
disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna
sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5
atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada
masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik,
seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan
tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak
menulis atau menggambar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik,
yaitu:
1. Stimulasi
Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga
tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan
dan perkembangan. Menurut Soetjiningsih (1998) stimulasi merupakan
hal yang sangat penting dalam perkembangan anak, karena anak yang
mendapatkan stimulasi yang terarah akan berkembang lebih cepat dan
baik dibanding dengan anak yang kurang atau sama sekali tidak
mendapatkan stimulasi.
27
2. Gizi
Tandyo (2002) mengatakan bahwa gizi sangat penting untuk anak
terutama pada usia 3-4 tahun. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung
sangat cepat sehingga memerlukan konsumsi protein dan zat pengatur
seperti vitamin dan mineral. Perkembangan mental juga memerlukan
lebih banyak potein, terutama untuk pertumbuhan sel otaknya.
Pertumbuhan sel otak sangat cepat dan akan berhenti atau mencapai
taraf sempurna pada usia 4-5 tahun.
3. Kecerdasan
Hurlock, (1999) mengatakan bahwa kecerdasan dimiliki anak sejak
dilahirkan,
anak
yang
kecerdasannya
tinggi
menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat dari pada anak yang kecerdasannya
normal atau di bawah normal.
28
2.4.2. Macam-macam Gerakan Motorik Halus Yang Harus Dicapai Pada
Saat Usia 4-5 Tahun
Menurut Soetjiningsih (1998) macam gerakan motorik halus yang
harus dicapai pada usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut:
1. Gerakan Motorik Halus Usia 4 Tahun
Gerakan motorik halus pada anak usia 4 tahun, antara lain:
1) Memilih garis yang lebih panjang.
Dilakukan dengan cara :
(1) Menunjukkan kertas yang ada gambar 2 buah garis lurus 1
panjang dan 1 pendek.
(2) Meminta anak menunjukkan garis yang lebih panjang atau
lebih pendek.
(3) Memutar kertas sampai terbalik (lulus bila menjawab benar 3
dari 3 atau 5 dari 6).
(4) Mencatat dan menilai jawaban dari anak.
(5) Memberikan pujian jika anak berhasil.
2) Menyusun 9 buah balok kayu.
Dilakukan dengan cara :
(1) Menyiapkan 10 buah balok kayu di atas meja.
(2) Meminta anak menyusun sebuah bentuk bangunan bebas dari 9
balok tersebut.
(3) Melihat dan menilai bentuk bangunan.
29
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil.
3) Memasukkan sendok berisi makanan ke mulut tanpa banyak yang
tumpah.
Dilakukan dengan cara :
(1) Menyiapkan anak untuk makan bersama.
(2) Mengajak anak untuk mengucapkan doa sebelum makan.
(3) Mengamati anak ketika sedang mengambil makanan dari
piring sampai anak memasukkan makanan tersebut ke dalam
mulut.
(4) Mengajak anak membaca doa setelah makan.
(5) Melihat dan menilai keberhasilan anak dalam memasukkan
makanan ke mulut tanpa banyak yang tumpah.
(6) Memberikan pujian jika anak makan tanpa banyak yang
tumpah.
4) Mampu menggambar orang 3 bagian.
Dilakukan dengan cara :
(1) Memberikan arahan kepada anak untuk membuat gambar
manusia.
(2) Meminta anak untuk menggambar 3 bagian saja dari manusia.
(3) Melihat dan menilai hasil gambar manusia.
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil menggambar manusia 3
bagian.
30
5) Mencontoh bentuk kotak.
Dilakukan dengan cara :
(1) Memberikan kertas, penggaris dan pensil kepada anak.
(2) Memperlihatkan kertas yang berisi gambar kotak.
(3) Menyuruh anak untuk mencontoh gambar tersebut di kertas
yang di sediakan.
(4) Melihat dan menilai hasil gambar bentuk kotak.
(5) Memberikan pujian jika anak berhasil meniru gambar kotak.
2. Gerakan Motorik Halus Usia 5 Tahun
Gerakan motorik halus pada anak usia 5 tahun, antara lain :
1) Menggunting pola .
Dilakukan dengan cara :
(1) Menyiapkan dan membagikan gunting dan kertas yang ada
gambarnya.
(2) Memberikan penjelasan kepada anak untuk menggunting kertas
sesuai dengan gambar yang ada.
(3) Menilai hasil guntingan kertas pola.
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil menggunting sesuai
gambar.
31
2) Melipat kertas menjadi bentuk segitiga.
Dilakukan dengan cara :
(1) Membagikan kertas bentuk kotak.
(2) Menyuruh anak untuk melipat kertas menjadi bentuk segitiga.
(3) Menilai hasil lipatan kertas.
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil melipat kertas.
3) Membawa gelas tanpa menumpahkan isinya.
Dilakukan dengan cara
(1) Menyiapkan gelas yang sudah diisi air.
(2) Memberikan penjelasan kepada anak untuk mengambil gelas
yang berisi air untuk dibawa ke meja masing-masing.
(3) Melihat dan menilai air yang berada digelas apakah banyak
yang tumpah atau tidak.
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil membawa gelas berisi
air tanpa banyak yang tumpah.
4) Memakai baju dan mengancingkannya.
Dilakukan dengan cara :
(1) Menyiapkan baju yang ada kancingannya.
(2) Menyuruh anak untuk memakai baju dan mengancingkannya.
(3) Melihat dan menilai jumlah kancing yang terpasang tepat di
tempatnya.
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil .
32
5) Dapat menggambar bentuk kotak.
Dilakukan dengan cara :
(1) Menyiapkan kertas, penggaris dan pensil.
(2) Menyuruh anak membuat bentuk kotak di kertas yang sudah
disiapkan.
(3) Melihat dan menilai hasil gambar kotak.
(4) Memberikan pujian jika anak berhasil menggambar kotak.
2.5. Anak Usia 4-5 Tahun
Menurut Hidayat (2005) pada masa ini anak mengalami proses
kemandirian yang ditunjukkan dengan anak sudah mempersiapkan diri untuk
memasuki sekolah dan tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai
sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman
belajar dengan lingkungan dan orang tua.
Menurut Supartini (2004) anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan
motorik kasar dan motorik halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler.
Anak sudah lebih aktif dan kreatif serta imajinatif. Demikian juga kemampuan
berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.
33
Menurut Nursalam, dkk. (2008) pada masa ini, inisiatif (proses berfikir)
anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai
hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi dengan mempelajari model
keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu dan lain-lain. Dengan
demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam
permainan peran. Berdasarkan karakteristik sosial, anak mulai bermain bersama
teman-temannya tetapi tidak ada tujuan kelompok. Dalam hal ini anak
berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan
bertambahnya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan,
misalnya tujuan kompetisi. Karakteristik permainan seperti ini disebut dengan
permainan kerjasama. Alat permainan yang dianjurkan misalnya: buku, alat
tulis, balok dan lain-lain.
34
2.6. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu kerangka teori dan
kerangka konsep, yang masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut:
2.6.1. Kerangka Teori
Secara sistematis uraian kerangka teori digambarkan dalam sebuah
bagan berikut:
1. Stimulasi
Mental (Asah).
2. Status Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. Stimulasi
1) Faktor internal : orang tua (ibu)
dan institusi.
2) Faktor eksternal: gizi
2. Status Gizi
1) Kondisi kesehatan anak
2) Asupan makanan anak
3) Tingkat pendidikan ibu
4) Pengetahuan
ibu
tentang
makanan seimbang
5) Kondisi
sosial
ekonomi
keluarga
Perkembangan Motorik
Halus Anak Usia 4-5
Tahun.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
motorik
halus:
1. Stimulasi
2. Gizi
3. kecerdasan
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Syahid (2009), Soetjiningsih (1999), Prawirihartino (2000)
35
2.6.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini diuraikan dengan sebuah bagan
sebagai berikut.
Variabel Independen
Stimulasi Mental (Asah)
dan Status Gizi
Variabel Dependen
Perkembangan
Motorik
Halus Anak Usia 4-5
Tahun
Faktor yang mempengaruhi:
1. Stimulasi
1) Faktor internal : orang tua (ibu) dan
institusi.
2. Gizi
Faktor
yang
mempengaruhi
Perkembangan
Motorik Halus:
1. Kecerdasan
1) Kondisi kesehatan anak
2) Pengetahuan ibu tentang makanan
seimbang
3) Kondisi sosial ekonomi keluarga
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Sumber : Syahid (2009), Soetjiningsih (1999), Prawirihartino (2000)
36
2.7. Hipotesa Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua hipotesa yaitu Ha dan H0.
Adapun yang menjadi hipotesa dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Ada Hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan perkembangan
motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK
PKK Widarapayung Wetan.
H0 : Tidak ada hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan perkembangan
motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK
PKK Widarapayung Wetan.
Download