peningkatan keterampilan menulis pengalaman dengan metode

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN
DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG
SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh
Pramesti Nugrahaning Widi
K 1208016
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Pramesti Nugrahaning Widi
NIM
: K 1208016
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN DENGAN METODE
POLA LATIHAN BERJENJANG SISWA KELAS VII D SMP NEGERI
1 WINONG, PATI TAHUN AJARAN 2011/2012 ” ini benar-benar
menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
”
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Pramesti Nugrahaning Widi
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN
DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG
SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
Pramesti Nugrahaning Widi
K 1208016
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Pramesti Nugrahaning Widi, PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
PENGALAMAN DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG
SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI TAHUN AJARAN
2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas
menulis pengalaman dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang pada
siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas
VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati yang berjumlah 19 siswa. Sumber data berasal
dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara,
dan tes. Validitas data triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review
informan. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif (statistic deskriptif
komaparatif) dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian adalah menggunakan pola
latihan berjenjang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode pola latihan berjenjang
dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas menulis pengalaman siswa dari siklus
I ke siklus II. Peningkatan terjadi pada siklus II. Keterampilan dan kualitas menulis
pengalaman siswa meningkat dibanding saat siklus I. Pelaksanaan siklus II
menyebabkan keterampilan siswa dan kualitas menulis pengelaman meningkat. Pada
siklus I nilai terendah 57, nilai tertinggi, 83, dan rata-rata 70, 10. Pada siklus II
nilai terendah 76, nilai tertinggi 92, dan rata-rata 84,45. Dengan demikian terdapat
peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk nilai terendah sebesar 19, nilai
tertinggi 9, dan rata-rata 14,35.
Simpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pola latihan
berjenjang dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas menulis pengalaman siswa
kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati.
Kata kunci : menulis pengalaman, pola latihan berjenjang,
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tuntutlah ilmu, karena jika Anda seorang kaya, maka ilmu itu memperindah Anda
dan jika Anda miskin maka ilmu itu memelihara Anda.
(Ali Bin Abi Thalib)
Sahabat itu bukan tentang siapa yang lebih dulu ada, tapi siapa yang datang, tulus,
dan tak akan pernah pergi.
(Belynarti)
Impossible = Im Possible
(Hitam Putih)
Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, namun untuk menjadikannya mungkin perlu
usaha, ikhtiar dan tentunya doa.
(Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
”Bapak dan Ibu”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas
dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga
memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
“ Kakakku Agso Pramudita”
Terima kasih karena senantiasa mendukung dan menyemangati adikmu yang
bandel ini.
”Mas Aan P”
Terima kasih karena telah mendukung dan menyemangati langkahku dengan
perhatian, selalu mengerti, dan selalu ada di sampingku baik di saat ku kuat maupun
sedang lemah dan terluka.
Teman Seperjuangan
Ratna Wijayanti
Terima kasih sahabat seperjuanganku. Luka telah mempertemukanku denganmu,
Terima kasih karena kau ada di saat aku sedang rapuh ataupun aku sedang bersuka
cita.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dan hambatan tersebut dapat
teratasi. Untuk itu ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S, M.Hum, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Bahasa
dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum, Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Amir Fuady, M.Hum, pembimbing I yang telah berkenan memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Budi Waluyo, S.S, M.Pd, pembimbing II yang penuh kesabaran telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Kepala SMP Negeri 1 Winong,
Pati
yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan tersebut memperoleh imbalan
yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Pengasih. Skripsi ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi perbaikan.
Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi yang
berkepentingan.
commit to user
x
Penulis, Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………..
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori ................................................................................... 7
1. Kemampuan Menulis .................................................................... 7
a. Hakikat Kemampuan Menulis................................................. 7
b. Jenis-jenis Karangan ............................................................... 11
c. Tujuan dan Manfaat Menulis .................................................. 13
d. Fungsi Menulis ........................................................................ 16
e. Unsur-unsur Menulis............................................................... 17
f. Penilaian Menulis .................................................................... 19
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Menulis Pengalaman .................................................................... 23
a. Pengertian Pengalaman ........................................................... 23
b. Jenis-jenis Pengalaman Pribadi ............................................... 23
c. Manfaat Menulis Pengalaman Pribadi .................................... 27
d. Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi ............................ 27
e. Evaluasi Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi ............. 27
f. Penilaian Keterampilan Menulis Pengalaman ....................... 28
3. Pola Latihan Berjenjang ............................................................... 32
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 36
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 40
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 44
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 45
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 51
D. Subjek Penelitian ................................................................................ 51
E. Sumber Data ....................................................................................... 51
F. Uji Validitas Data................................................................................ 52
G. Kriteria Keberhasilan Kinerja ............................................................. 52
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 52
I. Prosedur Penelitian ............................................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra-Tindakan ....................................................................................... 58
B. Tindakan Siklus I ............................................................................... 59
C. Tindakan Siklus II ............................................................................... 64
D. Evaluasi Hasil Tindakan ..................................................................... 69
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 72
B. Saran.................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. RPP Siklus I ...................................................................................................... 77
2. RPP Siklus II ..................................................................................................... 84
3. Daftar Siswa Kelas VII D SMP 1 Winong, Pati ............................................... 91
4. Lembar Observasi Penilaian Proses .................................................................. 89
5. Hasil Observasi Penilaian Proses Siklus I......................................................... 97
6. Hasil Observasi Penilaian Proses Siklus II ....................................................... 98
7. Daftar Nilai kemampuan Menulis Pengalaman Pra Siklus…………………….99
8. Daftar Nilai kemampuan Menulis Pengalaman Siklus I ................................... 100
9. Daftar Nilai kemampuan Menulis Pengalaman Siklus II .................................. 101
10. Catatan Lapangan ............................................................................................ 102
11. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 1 Winong, Kab. Pati ...................... 105
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memiliki ketergantungan
terhadap orang lain. Untuk memfasilitasi ketergantungan tersebut manusia pun
melakukan proses komunikasi. Alat komunikasi ini digunakan manusia
untuk
bertukar
pikiran,
mengutarakan
perasaan,
serta
menyampaikan
gagasan. Agar gagasan dan perasaan yang disampaikan seseorang dapat diterima
oleh pihak lain, manusia harus memiliki keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Dalam keterampilan berbahasa tersebut, aspek yang
digunakan untuk berkomunikasi bukan hanya aspek berbicara, menulis pun dapat
digunakan sebagai salah satu alat komunikasi yang efektif karena dengan
tulisan seseorang dapat menyampaikan gagasannya ke setiap orang tanpa dibatasi
waktu. Sebagai sebuah keterampilan berbahasa, keterampilan menulis perlu
dilatihkan kepada semua orang, termasuk di dalamnya guru dan siswa. Dengan
pelatihan itu diharapkan keterampilan mereka akan terus meningkat.
Dengan demikian, keterampilan menulis perlu ditingkatkan. Sama halnya
dengan berbicara, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan
latihan
agar
dapat
dikuasai
dengan
baik.
Menulis
juga memerlukan
keterampilan yang cukup banyak seperti pemilihan kata, keterkaitan paragraf,
gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis harus
mendapatkan perhatian lebih agar keterampilan menulis yang dianggap
kompleks dan rumit dapat dikuasai dengan mudah.
Fakta menunjukkan bahwa menulis dianggap hal yang membosankan.
Pembelajaran menulis di sekolah dianggap sebagai pengisi waktu kosong
jika guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sedang ada keperluan lain atau tidak
dapat masuk untuk mengajar. Siswa diminta menulis secara spontan tanpa
dibekali pengetahuan yang memadai tentang menulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah pertama
perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik
secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses
penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran
tertentu (Depdiknas 2003: 4). Dalam konteks alami, fungsi bahasa yang utama
adalah sebagai alat komunikasi. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia lebih
banyak melatih siswa terampil berbahasa, bukan dituntut lebih banyak mengetahui
pengetahuan tentang bahasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis
kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah salah satu program
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Fungsi dan tujuan pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia SMP dan MTs adalah : 1) Sarana pembinaan kesatuan dan
persatuan bangsa, 2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka pelestarian dan pengembangan budaya, 3) Sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, 4) Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa
dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, 5) Sarana
pengembangan penalaran, 6) Sarana pemahaman keberagaman budaya Indonesia
melalui khasanah kesastraan Indonesia (Depdiknas 2003: 3). Oleh karena itu,
tujuan pembelajaran bahasa diharapkan dapat membentuk kompetensi bahasa
Indonesia siswa SMP dan MTs dengan menyajikan komponen kebahasaan,
komponen pemahaman, dan komponen penggunaan bahasa secara terpadu.
Salah
keterampilan
satu
keterampilan
menulis.
berbahasa
Keterampilan
yang
menulis
dikembangkan
merupakan
adalah
kemampuan
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi memakai bahasa tulisan yang baik
sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan
efisien, mengingat menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.
Berdasarkan Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kompetensi
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs, standar kompetensi
yang harus dicapai siswa kelas VII adalah siswa mampu mengekspresikan
berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menulis buku harian, surat pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting
karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara
menjadi bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau
pesan singkat. Ragam tulisan yang dimaksud dalam standar kompetensi ini
dipertegas dalam kompetensi dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada keterampilan menulis
pengalaman.
Berdasarkan penelitian terhadap siswa kelas VII D SMP Negeri 1
Winong, Pati, ditemukan bahwa pada saat siswa dilatih menulis karangan, siswa
lebih mementingkan panjang karangan dibandingkan dengan kualitas karangan.
Selain itu, siswa kurang mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap hasil
belajar
ke
dalam
kehidupan
sehari-hari. Padahal
menulis
merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan bahasa tulisan.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui
latihan rutin dan berkesinambungan.
Menurut Purwo (1997: 7), dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan
yang dipentingkan, melainkan kejelasan isi tulisan serta efisiensi pemakaian dan
pemilihan kata. Karena itu, selama kegiatan menulis berlangsung siswa perlu
disadarkan bahwa ada cara penataan atau penyusunan kata dalam pembelajaran
keterampilan menulis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia
SMP Negeri 1 Winong ternyata hasil karangan siswa kelas VII D masih rendah
dan belum memuaskan. Penyebabnya, siswa kurang mampu dalam menuangkan
gagasan (ide), kurang latihan menulis karangan, dan kesalahan pada aspek
kebahasaan yang tinggi. Di samping itu siswa kurang termotivasi dalam
pembelajaran menulis karangan.
Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis perlu mendapat
perhatian sungguh-sungguh semua pihak, terutama guru bahasa dan sastra
Indonesia. Kegiatan menulis akan lebih optimal bila dipadukan dengan kegiatan
membaca. Siswa yang banyak membaca akan mendapat lebih banyak kosa kata,
pilihan kata, mendapatkan informasi, dan mengetahui bentuk-bentuk tulisan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, guru sebagai fasilitator hendaknya menggunakan teknik pembelajaran
menulis yang menarik dan lebih bervariasi agar siswa lebih tertarik dan memiliki
kemampuan menulis yang baik. Berdasarkan kenyataan, pembelajaran menulis
yang dilaksanakan kurang produktif. Guru umumnya hanya menerangkan hal-hal
yang berkenaan dengan teori menulis. Sementara pelatihan yang sebenarnya
kurang disentuh. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu dibelajarkan dengan
benar, yaitu membelajarkan anak untuk terampil menulis.
Untuk meningkatkan keterampilan menulis pengalaman dipergunakan
metode pola latihan berjenjang. Pola latihan berjenjang adalah metode
pembelajaran menulis yang membelajarkan siswa untuk menulis secara bertahap
dan bertingkat. Pembelajaran dimulai dengan latihan menulis kalimat, dilanjutkan
dengan menyusun paragraf, kemudian menyusun berbagai karangan. Dengan
menggunakan pola latihan berjenjang diharapkan dapat meningkatkan hasil
keterampilan siswa dalam menulis terutama menulis pengalaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pola latihan berjenjang dapat meningkatkan keterampilan menulis
pengalaman pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong?
2. Apakah penerapan pola latihan berjenjang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1
Winong?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Peningkatan keterampilan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D
SMP Negeri 1 Winong dengan menggunakan metode pola latihan
berjenjang.
2. Peningkatan kualitas pembelajaran menulis pengalaman pada siswa kelas
VII D SMP Negeri 1 Winong dengan menggunakan metode pola latihan
berjenjang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Adapun manfaat teoretis dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:
a. Melengkapai teori-teori pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di
SMP
b. Dipakai guru sebagai landasan konseptual pemahaman materi dalam
pembelajaran menulis.
c. Memperkaya kajian pelaksanaan tindakan kelas.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru
1) Memberikan masukan positif terhadap pembelajaran keterampilan
menulis.
2) Memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran
menulis.
3) Meningkatkan kinerja sehingga kualitas pembelajaran menulis
semakin meningkat dan bermanfaat bagi siswa.
b. Bagi siswa
1) Menambah motivasi menulis siswa.
2) Membantu
mengatasi
kesulitan
pembelajaran menulis.
c. Bagi sekolah
commit to user
siswa
dalam
mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan hasil penelitian ini sekolah dapat mengembangkan dan
memperbaiki iklim pembelajaran bahasa Indonesia dalam rangka
meningkatkan kompetensi berbahasa indonesia siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Menulis
a. Hakikat Kemampuan Menulis
Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara
berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak
langsung. Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan
komunikasi secara langsung. Sedangkan kegiatan menulis dan membaca
merupakan komunikasi tidak langsung.
Menulis adalah suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Wujudnya adalah berupa tulisan yang terdiri dari rangkaian
huruf yang bermakna dengan segala kelengkapannya, seperti ejaan, dan tanda
baca. Menulis juga merupakan suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap,
dan pendapat kepada pembaca dengan lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati bersama oleh penulis dan pembaca (Akhadiyah, 1997: 13). Menurut
Takala (dalam Ahmadi, 1990: 24), membuat ringkasan menulis seperti berikut
ini. Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan
makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tanpa konvensional yang dapat
dilihat atau dibaca. Lebih lanjut, JN Hook (dalam Ahmadi, 1989: 325)
menyatakan bahwa menulis merupakan suatu medium yang penting bagi ekspresi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diri, untuk ekspresi bahasa, dan untuk menemukan makna. Lebih luas, Murray
(dalam Ahmadi, 1989: 3) mengemukakan bahwa menulis adalah proses berpikir
yang berkesinambungan, mencobakan, dan mengulas kembali. Menurut Rubin
(dalam Ahmadi, 1989: 128), menulis merupakan proses penuangan ide dalam
bentuk tertulis. Substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Ini berarti
bahwa sebelum atau saat setelah menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaan
secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir. Menulis dalam
pembelajaran merupakan aktivitas yang menggunakan proses berpikir.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian menulis dapat disimpulkan
bahwa menulis merupakan proses berpikir yang mempunyai sejumlah esensi
yaitu
mengingat,
membayangkan,
menghubungkan,
memonitor,
mereview,
memprediksi,
mengevaluasi
mengorganisasikan,
dan
menerapkan.
Sehingga dengan proses berpikir tersebut akan terwujud suatu tulisan yang
berkualitas.
Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan
berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia.
Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran
perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk tulisan, seperti artikel, sketsa, puisi, maupun bentuk karangan.
Melalui kegiatan menulis, penulis akan memberikan masukan berbagai informasi
mauupun pengetahuan kepada para pembaca dari hasil tulisannya.
Affandi (dalam Sumiyo, 2000: 2), menulis adalah mengorganisasikan ide
menjadi rangkaian logis. Lado (Dalam Tarigan, 1998: 21) mengemukakan bahwa
menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut. Sementara dalam kamus mengartikan menulis
adalah tindakan melakukan pikiran atau perasaan (Poerwadarminta, 1998: 634)
Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka
mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada orang
lain agar mudah dipahami. Menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami
orang lain (Nurudin, 2007: 4) menulis menurut Harefa (2003: 3) sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“kemampuan memahami diri sendiri dan mengeluarkan secara tertulis, atau
mengorganisasikan ide menjadi rangkaian yang logis dalam tulisan”.
Sedangkan
menurut
Mc. Crimmon (1972: 142)
“writing is
a
communicative act wich purpose is the expression of ideas or the conveying of a
message to the reader”. Menulis adalah sebuah aktivitas berkomunikasi yang
bertujuan mengekspresikan gagasan atau menyampaikan pesan kepada para
pembaca.
Di dalam menulis orang harus menguasai lambang atau simbol visual dan
aturan tata tulis. Kelancaran komunikasi menulis tergantung pada lambang yang
divisualisasikan. Karangan (tulisan) adalah suatu bentuk sistem komunikasi
lambang visual. Agar komunikasi melalui lambang tulis dapat seperti yang
diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang
tepat, teratur, dan lengkap (Burhan Nurgiantoro. 2005: 296). Menurut The Liang
Gie (1992: 17) mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Jadi, menulis dapat diartikan juga sebagai salah satu
cara berkomunikasi antar manusia dengan bahasa tulis. Tulisan tersebut
dirangkai kedalam sususan kata dan kalimat yang runtut dan sistematis, sehingga
informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh orang yang membacanya.
Seorang penulis yang ingin yang ingin menyampaikan gagasan atau ide harus
dapat mengorganisasikan kata-kata
yang dipakainya ke dalam kalimat. Hal
tersebut tidaklah mudah, karena tidak semua pembaca dapat memahami makna
bahasa tulis seseorang. Maka komunikasi dengan bahasa tulis memerlukan
keterampilan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan dengan bahasa tulis yang
tepat, teratur dan jelas.
Senada dengan pendapat di atas Tarigan (1993: 3) juga berpendapat bahwa
menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Pengertian tersebut menegaskan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi
tidak langsung. Tulisan digunakan sebagai media media perantara kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi. Meski pengguna bahasa tidak saling bertatap muka namun, kegiatan
komunikasi tetap dapat berlangsung.
Khaerudin Kurniawan (2007: 1-2) menulis adalah kemampuan berbahasa
yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan.
Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kemampuan
menulis, yaitu : (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata, struktur, kalimat,
paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya ; (2) penguasaan isi karangan sesuai
dengan topik yang akan ditulis, dan (3) pengusaan tentang jenis-jenis, yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita
pendek, makalah dan sebagainya.
Pada dasarnya, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif.
Dalam
kegiatan
menulis
seseorang
penulis
harus
terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Kemampuan menulis
digunakan
untuk
mencatat,
merekam,
meyakinkan,
melaporkan,
menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu
hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan
merangkai jalan pikiran dan mengemukakan secara tertulis dengan jelas, lancar
dan komunikatif. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian,
dan pilihan kata, serta struktur kalimat.
Erizal Gani (2003: 4) tujuan pembelajaran menulis hendaknya diarahkan
kepada keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia untuk mencapai tujuan di
atas, guru dalam perencanaan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal yang
dapat memudahkan mencapai tujuan. Tampaknya porsi latihan menulis dengan
segala dinamikanya merupakan kunci utama keberhasilan pembelajaran.
Pembelajar harus dibiasakan dengan menulis dalam bahasa Indonesia. Hasil
tulisan tersebut didiskusikan dengan dengan pembelajar, sehingga pembelajar
mengetahui kelemahan dan keunggulannya. Berdasarkan hal tersebut diputuskan
suatu tindak lanjut yang mengarah kepada keterampilan menulis bagi pembelajar.
Sekalipun tujuan pembelajaran adalah terampil bukan berarti aspek lain (sikap
dan pengetahuan) diabaikan. Artinya di akhir pembelajaran hendaknya diperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
out put yang terampil menulis dan mengerti dengan kaidah-kaidah menulis dalam
bahasa target.
Menulis tidak cukup hanya mengetahui teori-teori saja. Tanpa pernah
mencoba menggerakan pena atau menggerakan jari-jemari pada mesin tik
(berlatih) untuk menyatakan pikiran, mustahil kemampuan menulis dapat diraih
(Ano Karsanah, 1986: 11). Dengan demikian kemampuan menulis adalah sebuah
cara pembelajaran dengan penggabungan kemampuan dan berkomunikasi, lebih
lanjut lagi dinyatakan bahwa menulis dipandang sebagai sebuah aktifitas yang
bisa dianalisa dan digambarkan sehingga kegiatan menulis dapat diajarkan
kepada siswa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
kemampuan seorang individu dalam mengorganisasikan ide atau pesan secara
logis yang melibatkan perasaan secara tertulis sehingga orang lain dapat
memahami gagasan atau ide yang dituangkan dalam tulisan. Sebagai media
komunikasi tidak langsung tulisan mewakili penulisnya untuk menyampaikan
pesan secara langsung.
b. Jenis-jenis Karangan
Dari beragamnya tujuan menulis, maka dapatlah dikatakan bahwa bentukbentuk atau jenis tulisan akan mengarah pada jenis tulisan yang bersifat
menginformasikan, membujuk, mendidik dan menghibur. Jenis-jenis tulisan
seperti itu dalam dunia tulis menulis lebih dikenal dengan narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi dan persuasi (Akhadiah, dkk, 1989: 14-5).
Narasi adalah ragam tulisan atau wacana yang menceritakan proses
kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelasjelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian
terjadinya sesuatu hal. Bentuk tulisan ini dapat ditemukan misalnya pada karya
prosa atau drama, biografi atau otobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau
cara membuat dan melakukan sesuatu.
Deskripsi (pemeran) adalah ragam tulisan yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan
terjadinya imajinasi (daya khayal) pembaca, sehingga dia seolah-olah melihat,
mengalami dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.
Eksposisi atau pemaparan adalah ragam tulisan yang dimaksudkan untuk
menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat
memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya.
Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi
pikiran, perasaan dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan
penulis sekedar memperjelas apa yang disampaikannya.
Argumentasi adalah ragam tulisan yang dimaksudkan untuk meyakinkan
pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena
tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan
menyajikan secara logis, kritis dan sistematis disertai bukti-bukti yang ada untuk
memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya, sehingga dapat
menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Contoh
karangan seperti ini adalah hasil penilaian, pembelaan dan timbangan buku.
Persuasi adalah ragam tulisan yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan
untuk mencapai suatu pembenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan
emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti-bukti atau
fakta. Hanya saja, dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau
kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri
pembaca, bahwa apa yang disampaikan penulis itu benar. Contoh karangan ini
adalah propaganda, iklan, selebaran atau kampanye.
Dari uraian di atas dapatlah dikatakan apapun wujud sebuah tulisan, di
alamnya akan terdapat fakta, emosi, sikap dan isi pikiran seorang penulis. Hal
tersebut juga dibenarkan oleh Hadiyanto (2001: 9-10) yang menyatakan bahwa
apapun juga motivasinya, tulis menulis selalu berhubungan dengan usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis untuk mengungkapkan fakta-fakta,
perasaan, sikap dan isi pikirannya secara jelas dan efektif, kepada pembaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya dikatakan bahwa menulis akan berbeda dengan mengarang. Menulis
buah karyanya berupa tulisan non-fiksi, sedangkan mengarang buah karyanya
berupa tulisan fiksi seperti cerpen, cerbung atau novel, yang umumnya dihasilkan
oleh para sastrawan.
Klasifikasi yang berbeda dibuat oleh Adelstein dan Piva. Mereka membuat
klasifikasi tulisan berdasarkan nada (voice). Berdasarkan nada, terdapat enam
jenis tulisan yakni (1) tulisan bernada akrab, (2) tulisan bernada informatif, (3)
tulisan bernada menjelaskan, (4) tulisan bernada argumentatif, (5) tulisan bernada
mengkritik, dan (6) tulisan bernada otoritatif (Tarigan, 1986: 28–29).
c. Tujuan dan Manfaat Menulis
Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang.
Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok
dan sesuai, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan
tersebut dan apa maksud dan tujuannya.
Orang menulis mempunyai maksud dan tujuan yang bermacam-macam,
misalnya memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur
atau menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan perasaan atau
emosi (Tarigan, 1986: 23). Meskipun tujuan menulis sangat beragam. Hart dan
Reinking berpendapat, tujuan umum menulis hanya dua yaitu menginformasikan
(to inform) dan meyakinkan (to Persuade). Gie juga berpendaat bahwa tujuan
orang mengarang pada dasarnya ada dua tipe, akan tetapi pendapat Gie berbeda
dengan pendapat Hart dan Reinking tersebut, karena menurutnya dua tipe tujuan
mengarang itu adalah (1) memberi informasi, memberitahukan sesuatu, dan (2)
memberi liburan, menggerakkan hati (Gie, 1992: 24). Secara umum seseorang
yang menulis memiliki empat tujuan, yaitu: untuk menginformasikan, membujuk,
mendidik dan menghibur. Dari empat tujuan tersebut, tujuan pertama dan utama
dari menulis adalah menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data,
maupun peristiwa termasuk pendapat, dan pandangan terhadap fakta, data dan
peristiwa tersebut agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan
pemahaman baru tentang berbagai hal yang terdapat maupun yang terjadi di muka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bumi ini. Secara umum hakikat keterampilan berbahasa memang berorientasi pada
pelatihan penggunaan bahasa dan pada siswa sebagai subjek belajar. Tujuan
primer pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia adalah peningkatan
kemampuan siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk berbagai tujuan,
keperluan dan keadaan (Budinuryanta dkk, 1997: 1.4–1.7). Hal tersebut sesuai
dengan salah satu rambu-rambu pemelajaran bahasa Indonesia yang menyatakan
bahwa belajar bahasa pada hakikatnya belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.
Menurut
Tarigan
(1994: 23-24),
tujuan
menulis
(the
writer‘s
intention) adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan
diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan di atas dapat dikatakan bahwa
tujuan menulis adalah (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau
mengajar disebut wacana informatif (informative discourse), (2) tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan atau
mendesak disebut wacana persuasif
(persuasive discourse), (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau
menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer
(literary discourse), (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi
yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).
Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1994: 24-25) mengungkapkan, tujuan
menulis meliputi: (1) tujuan penugasan (assignment purpose), yaitu menulis
Karena ditugaskan bukan kemauan sendiri, (2) tujuan altruistik (altruistic
purpose), yaitu untuk menyenangkan pembaca, (3) tujuan persuasif (persuasive
purpose), yaitu meyakinkan pembaca dan kebenaran gaya gagasan yang
diutamakan, (4) tujuan informasional (informational purpose), yaitu memberi
informasi kepada pembaca, (5) tujuan pernyatan diri (self ekspressive purpose),
yaitu memperkenalkan diri sebagai pengarang kepada pembaca, (6) tujuan kreatif
(creative purpose), yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, (7)
tujuan pemecahan masalah (problem solving pusrpose), yaitu mencerminkan serta
menjelajahi pikiran-pikiran agar dimengerti dan diterima oleh pembaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kompetensi
pun diungkapkan, bahwa tujuan pembelajaran menulis standar kompetensi
bahasa
dan
sastra
Indonesia
SMP
dan
MTs
adalah
siswa
mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan. Artinya, siswa terampil menulis secara efektif dan
efisien berbagai ragam tulisan dalam berbagai konteks. Berdasarkan uraian
tujuan menulis yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa menulis
mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi menulis
dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya.
Morsey (dalam Tarigan 1994: 20) mengungkapkan, manfaat menulis
adalah untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta memengaruhi orang
lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis yang
dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah
dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan
kata-kata, dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis tidak cukup menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca
dalam bentuk tulisan. Namun, penulis dituntut mampu menyerap, mencari,
mencari, meyakinkan, pembaca, melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan
dengan topik yang ditulis, selain itu penulis hendaknya memiliki kreativitas dalam
mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta pengungkapannya secara
tersurat.
Berdasarkan pendapat di atas, menulis bermanfaat untuk, mengenali
kemampuan dan potensi diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan,
menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang
ditulis, mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengekspresikan
secara tersurat, meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif,
memecahkan permasalahan, mendorong untuk terus belajar secara aktif, menjadi
terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Fungsi Menulis
Secara umum fungsi menulis adalah menuangkan gagasan atau ide
seseorang ke dalam bentuk tulisan, dengan kata lain menulis juga disebut dengan
komunikasi secara tidak langsung. Menurut Rusyana (1986: 114) dalam Nur
(2008: 15), fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1) Fungsi Menulis Berdasarkan Kegunaan
(1) Melukiskan
Dalam hal ini dapat menggambarkan dan mendeskripsikan sesuatu,
baik menggambarkan
sehingga
wujud
pembaca dapat
benda
atau
membayangkan
mendeskripsikan
secara
jelas
keadaan
apa
yang
digambarkan atau dideskripsikan. Pembaca seolah-olah melihat atau
mengalami sendiri. Fungsi ini terdapat dalam karangan deskripsi.
(2) Memberi Petunjuk
Pemberian petunjuk dilakukan apabila ingin berhasil sesuai dengan
yang diinginkan. Fungsi ini terdapat dalam resep atau pedoman.
(3) Memerintahkan
Dalam konteks ini menulis berfungsi untuk memerintahkan sesuatu
agar dilakukan. Fungsi ini terdapat dalam undang-undang atau peraturan.
(4) Mengingat
Dengan adanya catatan peristiwa, keadaan, dengan tujuan untuk
mengingat hal-hal penting agar tidak terlupakan. Tulisan ini biasanya
terdapat dalam buku harian atau jurnal.
(5) Korespondensi
Korespondensi yaitu suatu kegiatan surat menyurat dengan orang
lain untuk
memberitahukan,
menanyakan,
meminta
sesuatu,
dan
mengharap agar orang yang dituju membalasnya. Fungsi ini terdapat dalam
bentuk surat.
2) Fungsi Menulis Menurut Peranannya
(1) Fungsi Penataan
Pada waktu menulis terjadi penataan gagasan, pendapat, imajinasi,
dan lainnya serta terdapat penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena itu, pikiran,
gagasan,
pendapat,
imajinasi,
dan
lainnya
itu
mempunyai wujud yang tersusun.
(2) Fungsi Pengawetan
Menulis dapat berfungsi untuk pengutaraan sesuatu dalam wujud
dokumen
tertulis,
sering
dokumen
itu
sangat
berharga,
misalnya
mengungkapkan kehidupan pada masa lalu.
(3) Fungsi Penciptaan
Dengan menulis kita menciptakan sesuatu yang baru atau sifatnya
inovatif. Karya sastra menunjukan fungsi demikian. Begitu juga karangan
filsafat dan keilmuan, ada yang menunjukan fungsi penciptaan.
(4) Fungsi Penyampaian
Penyampaian
dapat
terjadi
bukan
saja
kepada
orang
yang
berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan, malah
penyampaian itu dapat terjadi pada masa yang berlainan.
e. Unsur-Unsur Menulis
Menurut The Liang Gie (dalam Nurudin. 2007: 5-14), unsur menulis
setidaknya
terdiri
dari:
gagasan,
tuturan
(narasi,
deskripsi,
eksposisi,
argumentasi, persuasi), tatanan, dan wahana, penjelasan dari unsur menulis
tersebut sebagai berikut:
1)
Gagasan
Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada
dalam pikiran seseorang. Setiap orang mesti punya gagasan, apapun bentuk
gagasan itu. Gagasan seseorang akan sangat tergantung pada pengalaman masa
lalu, pengetahuan yang dimilikinya, latar belakang hidupnya, kecenderungan
personal dan untuk tujuan apa gagasan itu ingin dikemukakan.
Gagasan muncul bisa dari banyak membaca, pengamatan, penelitian,
diskusi, dan pengalaman hidupnya. Seseorang yang banyak membaca akan lebih
mempunyai banyak gagasan dalam pikirannya daripada yang jarang mermbaca.
Termasuk mereka yang jarang diskusi juga sangat susah untuk memunculkan
gagasan tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Tuturan
Tuturan adalah gagasan sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
3) Tatanan
Tatanan adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan
mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka
dan langkah. Ini berarti menulis tidak sekedar menulis, tetapi menulis dengan
disertai sebuah “aturan” menulis. Misalnya bagaimana mengatur agar persoalan
yang sudah dibahas dibagian awal tidak terulang lagi dibagian tengah atau akhir,
apa saja yang akan ditulis, dan fokusnya apa. Tatanan juga berguna agar yang
kita tulis tidak menyalahi pedoman baku penulisan.
4)
Wahana
Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana dalam menulis berarti
sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa
kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa).
Sri Hastuti P. H (1982: 18) berpendapat bahwa keterampilan menulis
melibatkan beberapa faktor, antara lain:
a. Penyusunan kalimat yang tidak berbelit-belit.
b. Kalimat-kalimat mengandung maksud yang jelas,
c. Variasi pilihan kata yang bermakna denotatif dan konotatif yang tepat.
d. Kesatuan dan perpaduan pikiran,
e. Penempatan paragraf sesuai dengan pikiran, dan
f. Penulisan yang sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Berdasarkan pendapat yang telah dijabarkan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa di dalam menulis melibatkan beberapa faktor dan unsur
menulis yang terdiri dari empat unsur yaitu gagasan, tuturan, tatanan, dan wahana.
f. Penilaian Menulis
Penilaian merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga penilaian tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan
pengajaran secara umum. Dengan melakukan penilaian, kemajuan yang diperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa dan keberhasilan proses pembelajaran dapat diukur sehingga dapat lebih
mudah untuk menentukan langkah yang akan ditempuh selanjutnya.
Burhan Nurgiyantoro (2001: 5) mengemukakan bahwa penilaian adalah
suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pengertian tersebut sejalan
dengan pendapat Tucman (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 5), yang
menyebutkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui (menguji)
apakah suatu kegiatan, keluaran, suatu progam telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang telah ditentukan.
Dari beberapa pendapat ahli yang telah dijabarkan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penilaian adalah suatu proses yang digunakan untuk mengukur
kadar keberhasilan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian penilaian atau
evaluasi digunakan sebagai pengukur kadar keberhasilan suatu proses belajar
mengajar yang telah dilakukan, dan dapat dijadikan landasan untuk mengambil
kebijakan untuk lanngkah selanjutnya.
Penilaian dalam kemampuan menulis tercakup beberapa penilaian
kemampuan secara sekaligus, yaitu kemampuan memilih tema, mengembangkan
tema menjadi kerangka tulisan, mengembangkan kerangka tulisan menjadi
menjadi tulisan yang lengkap, kemampuan menggunakan struktur bahasa (bentuk
kata dan kalimat), kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca, dan
kemampuan menggunakan kosa kata. Seperti pendapat dari Pujiati dan Rahmina
(1998: 77) bahwa “evaluasi kemampuan menulis akan lebih tepat jika
dilaksanakan secara terpadu”.
Kemampuan menulis hanya diukur dari ekspresi verbal (berupa satuansatuan bahasa), tidak diukur dari ekspresi non verbal (berupa anggota gerakan
badan). Oleh karena itu alat ukur yang paling tepat digunakan adalah tes. “Tes
kemampuan menulis dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung. Metode langsung artinya siswa diminta membuat
tulisan-tulisan berdasarkan topik-topik tertentu, sedangkan metode tidak langsung
kemampuan menulis dievaluasi dengan tes pilihan ganda” (Haris dalam Pujiati
dan Rahmina, 1998: 13).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedua macam metode tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan metode langsung (tes esai) menurut Burhan Nurgiyantoro, 2001: 7278) yaitu:
1) Siswa dapat menerapkan pengetahuan, menganalisa, menggabungkan, menilai
dan memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Hal ini
merupakan suatu hal yang sulit dilakukan melalui tes objektif.
2) Dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan jawabannya
kedalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri. Keruntutan bahasa
ini penting karena hal itu akan mencerminkan jalan pikiran siswa.
3) Menuntut siswa untuk menggunakan pikirannya sendiri, dan
4) Tes bentuk esai mudah dibentuk.
Sedangkan kelemahannya adalah:
1) Sulit memberikan skor secara tepat dan memerlukan pertimbangan tertentu,
dan
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan relatif lama dan tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelemahan tes esai adalah
sebelum dilakukan penilaian, hendaknya disusun terlebih dahulu kriteria-kriteria
tertentu yang dijadikan pedoman. Hal ini terutama dimaksudkan agar pemberian
skor lebih bersifat konsisten, dan mengurangi sifat subjektivitas penilaian.
Adapun kelebihan dan kelemahan tes pilihan ganda menurut Burhan
Nurgiyantoro (2001: 72-78) yaitu:
1) Kelebihan
a. Hanya memungkinkan satu jawaban yang benar. Hal ini akan
menimbulkan sifat objektif.
b. Tes objektif sangat mudah dikoreksi.
c. Hasil tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang dapat
dipercaya.
2) Kelemahan
a. Membutuhkan waktu yang relatif lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Adanya kecenderungan guru yang hanya menekankan perhatiannya pada
pokok bahasan tertentu sehingga tes tidak bersifat komprehensif.
c. Memungkinkan siswa melakukan untung-untungan dalam menjawab, dan
d. Penggandaan tes objektif memerlukan waktu yang lama.
3)
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi tes objektif yaitu:
a. Dalam penyusunan butir-butir tes objektif hendaknya mendasarkan diri
pada tabel spesifikasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga tidak
berpusat pada satu pokok bahasan saja.
b. Kesulitan menyusun tes objektif dapat dilakukan dengan banyak berlatih,
mempelajari tes yang disusun orang lain yang baik.
Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari (learning how to lern) bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran
(Nurhadi, 2005: 168). Dengan demikian kemajuan belajar dinilai dari proses,
bukan melulu hasil. Siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara.
Menurut Holly L. Jacobs (1981: 740) unsur-unsur yang harus ada dalam
melakukan penilaian menulis adalah sebagai berikut:
1) Isi
Kepahaman tentang fakta atau data pendukung, pengembangan karangan yang
cermat, kesesuaian uraian dengan topik (30%).
2) Organisasi
Kelancaran pengungkapan, ide dibatasi dan didukung secara jelas, tepat,
susunan yang baik, urutan yang logis (20%).
3) Kosa kata
Penggunaan kosa kata (20%)
4) Penggunaan bahasa
Misalnya penggunaan kalimat efektif (25%), dan
5) Mekanik
Misalnya penggunaan ejaan (5%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hampir sama dengan pendapat Harris (dalam Burhanudin, 2001: 306)
mengemukakan penilaian menulis melalui content (isi, bahasa, dan pola kalimat),
form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan
struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).
Adapun rambu-rambu evaluasi karangan yang utuh menurut Rustono
(2006: 12-13) sebagai berikut:
1)
Skor 85-100/A : tulisan mencerminkan kematangan pikiran, mudah dibaca,
jelas, bahasanya kuat, diksi dan struktur kalimatnya bagus, penataan pikiran
dan pengembangan paragrafnya baik, organisasi karangan efektif,
2)
Skor 70-84/B : masalah tulisan cukup penting tetapi kurang jelas dan
tersendat-sendat, gaya dan mekanisme komposisinya kurang lancar,
3)
Skor 56-69/C : gagasan tidak baru dan kurang asli, bahasanya kurang lancar,
kurang tepat, kalimatnya kurang efektif dan kurang peka, dan mekanisme
komposisinya kurang teratur,
4)
Skor 50-55/D : isi tulisan jelas, ekspresi gagasan sukar ditangkap, jalan
pikiran tidak logis, tidak asli, banyak kesalahan dalam penulisan ejaan tanda
baca, struktur kalimat, dan organisasi karangan sangat lemah.
2. Menulis Pengalaman
a. Pengertian Pengalaman
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentunya pernah mengalami
kejadian yang mereka anggap lucu, khas, unik, aneh, menyedihkan, mengharukan,
dan menggembirakan. Setiap pengalaman yang dialami seseorang pasti
berbeda satu sama lain. Ada pun kemungkinan kesaaman pengalaman secara
persis sifatnya jarang terjadi. Berbagai pengalaman tersebut akan lebih bermakna
apabila dapat dikomunikasikan dengan orang lain.
Dengan demikian, orang lain pun dapat merasakan atau ikut terbawa
dalam suasana yang diceritakan. Dalam konteks ini, komunikasi dilakukan
melalui bahasa tulisan. Namun demikian sebenarnya pengalaman pribadi dapat
pula dikomunikasikan secara lisan dengan orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Jenis-jenis Pengalaman Pribadi
Dalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
berbasis
kompetensi disebutkan jenis-jenis pengalaman pribadi, di antaranya pengalaman
lucu, pengalaman aneh, pengalaman mendebarkan, pengalaman mengharukan,
pengalaman memalukan, dan pengalaman yang menyakitkan.
1) Pengalaman Lucu
Pengalaman lucu adalah pengalaman yang paling sering diceritakan
atau dikomunikasikan kepada orang lain. Pengalaman lucu ini sering
membuat orang merasa ikut terlibat dan akhirnya tertawa. Misalnya, seseorang
masuk ruang toilet yang bukan peruntukannya. Seorang lelaki masuk toilet
perempuan atau sebaliknya. Kejadian ini akan menimbulkan kelucuan bagi
sebagian orang yang melihat atau mendengar cerita tersebut.
2) Pengalaman Aneh
Pengalaman aneh adalah pengalaman yang mungkin saja terjadi
sekali dalam
pengalaman
seumur
hidup.
aneh jarang
Dikatakan
terjadi.
Misalnya,
demikian
seorang
karena
umumnya
perempuan
hanya
berbikini berada di sebuah ruang makan. Kejadian ini dipandang sungguh
aneh bagi orang-orang karena rumah makan bukanlah kolam renang.
3) Pengalaman Mendebarkan
Pengalaman seseorang ketika mengalami peristiwa mendebarkan.
Menunggu hasil ujian, menunggu detik-detik untuk berpidato atau menunggu
giliran dioperasi adalah beberapa contoh pengalaman yang mendebarkan.
4) Pengalaman Mengharukan
Pengalaman mengharukan adalah ungkapan perasaan hati seseorang
untuk dikomunikasikan dengan orang lain yang sifatnya mengharukan. Kita
bahkan mungkin juga pernah mengalami pengalaman yang mengharukan. Para
pelakunya sering menangis menghadapinya. Mendengarkan cerita sedih, kita
sering terlibat dalam suasana penuh keharuan. Melihat orang cacat yang
tertatih-tatih mencari sesuap nasi adalah pengalaman yang mengharukan atau
pertemuan antara anak dan ibu yang sudah lama terpisah jauh.
5) Pengalaman Memalukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengalaman
mengalami kejadian
memalukan
adalah
memalukan.
Biasanya
pengalaman
korban
seseorang
beserta
yang
orang-orang
terdekatnya akan menanggung rasa malu. Bagi si korban atau keluarganya,
pengalaman seperti ini akan dibawa sepanjang hayat.
Meskipun orang sudah melupakannya, bagi si korban pengalaman
seperti itu tidak terlupakan. Misalnya, celana yang tiba-tiba robek karena
terkait kawat kemudian orang-orang melihat dan memperhatikan, pasti
kejadian tersebut korban yang mengalami akan merasa malu.
6) Pengalaman Menyakitkan
Pengalaman menyakitkan adalah pengalaman yang paling membekas
dalam hati pelakunya dan sulit untuk dapat dilupakan. Pelakunya akan
selalu teringat akan peristiwa tersebut. Bahkan, bagi orang yang amat
perasa, dalam menjalani setiap kehidupan sehari-hari akan selalu teringat akan
pengalaman itu.
Menulis pengalaman pribadi merupakan suatu bentuk karangan
narasi nonfiksi. Karangan narasi non fiksi merupakan tulisan yang menyajikan
suatu peristiwa kenyataan secara menarik berdasarkan urutan waktu atau
kronologis, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan atau memahami
mengapa peristiwa itu terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia narasi
mengandung arti pengisahan suatu cerita atau kejadian menyajikan sebuah
kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu (KBBI, 2007: 774). Maksudnya,
narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi secara
kronologis. Hal ini tampak pada sebuah karangan dalam bentuk sederhana
mengurutkan kejadian secara alamiah (natural order) atau mengurutkan
proses suatu peristiwa dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis).
Dengan
demikian, organisasi
perincian
utamanya
akan
bersifat
kronologis atau menurut urutan waktu alamiah. Struktur narasi dapat dilihat dari
komponen-komponen yang membentuknya meliputi tindakan, penokohan, latar
(setting), alur (plot), dan sudut pandang. Perbuatan adalah tiap tindakan yang
harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembaca merasakan seolah-olah mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu.
Mereka tidak menerima kata-kata umum untuk menyebut suatu perbuatan, tetapi
mereka menyerap tindakan itu melalui perincian-perincian perbuatan itu.
Penokohan dalam penceritaan dapat diperoleh dengan usaha memberi
gambaran mengenai tindakan dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung
karakter), sejalan tidaknya kata dengan perbuatan. Tokoh cerita akan menjadi
hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak tokoh terdiri atas
sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi watak pada
tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui dimensi (a)
fisik, (b) psikis, (c) sosial.
Latar adalah latar dari peristiwa dalam karya baik berupa tempat, waktu,
maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar
yang bersifat fisikal berhubungan dengan tempat, sedangkan latar psikologis
adalah latar yang berupa lingkungan atau suasana dalam lingkungan
tertentu yang mampu menggambarkan suatu makna tertentu serta mampu
mengajak emosi dari pembaca untuk menunjang pendeskripsian.
Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak. Alur terdiri
atas alur maju, alur mundur, atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur
campuran).
Pergerakan alur dijalankan oleh tokoh cerita. Umumnya, menulis
pengalaman pribadi menggunakan alur maju karena terdapat fase-fase seperti
diawali dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran.
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam
cerita yang dipaparkan. Dalam narasi, peranan sudut pandang sangat penting
sebagai teknik untuk menggarap suatu narasi. Dalam menulis pengalaman pribadi,
sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Presentasi
sudut pandang orang pertama ini disebut juga sudut pandang terbatas (limited
point of view). Dikatakan demikian karena penulis secara sadar membatasi diri
pada apa yang dilihat atau apa yang dialami sendiri sebagai pencerita.
Pada umumnya, struktur cerita pengalaman pribadi menggunakan alur
maju, diawali dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tampak pada sebuah karangan dalam bentuk sederhana mengurutkan kejadian
secara
alamiah (natural
order) atau mengurutkan proses suatu peristiwa dalam
urutan waktu kejadiannya (kronologis).
Dalam menulis pengalaman pribadi perlu diperhatikan pengembangan
gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menyatukan ide secara utuh
dan
padu
untuk disampaikan secara tertulis. Sebaiknya
disampaikan
dalam bentuk
tulisan
gagasan
menggunakan
yang akan
bahasa
yang menarik, komunikatif, kreatif, dan ekspresif agar terjalin hubungan erat
antara penulis dan pembaca.
c. Manfaat Menulis Pengalaman Pribadi
Menulis pengalaman pribadi memiliki kebermanfaatan yang khas, yaitu
penulis dapat mengungkapkan pesan dan perasaannya terhadap pembaca tetntang
pengalaman pribadinya sesuai dengan apa yang dialami oleh penulis tersebut
dengan berbagai topik yang menarik.
Penulis pun dapat menyusun pikiran melalui penggunaan kata-kata dan
struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hendaknya
memiliki kreativitas dalam mengorganisasikan gagasan pengalamannya secara
sistematis. Berdasarkan uraian di atas, menulis pengalaman pribadi bermanfaat
untuk menggali potensi
menyerap
dan
diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan,
merefleksikan fenomena
kehidupan
yang
dialami
secara nyata, sehingga penulis secara psikologis akan lebih bijak memandang
setiap persoalan yang dialaminya.
Dengan demikian, selain aspek kognitif dan psikomotorik yang
meningkat, aspek afektif pun semakin baik.
d. Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi
Pembelajaran menulis pengalaman pribadi dipusatkan pada menulis
karangan yang gagasan awalnya dari pengalaman pribadi siswa. Siswa disuruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menulis karangan dengan beberapa judul yang dipilihnya sesuai dengan minat
siswa untuk menceritakan pengalamannya. Siswa yang satu dengan yang lain
kemungkinan besar berbeda judul. Hal itu akan menimbulkan kesulitan tersendiri
dalam menentukan kriteria penilaian.
e. Evaluasi Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi
Setelah
dilakukan
tahap
pembelajaran,
tahap
berikutnya
yang
dilaksanakan untuk mengetahui hasil dari penilaian pembelajaran menulis
pengalaman. Hasil penilaian pun terlalu subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut,
guru dapat menciptakan alat evaluasi yang tepat. Dalam pelaksanaan evaluasi
pembelajaran, guru dapat melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan pengajaran
serta kemampuan perkembangan anak didiknya.
Adapun aspek yang dinilai dalam pembelajaran keterampilan menulis
adalah pilihan kata yang menarik (diksi), kerapian karangan, bentuk ejaan, dan
memiliki kelogisan dalam mengembangkan gagasan.
f. Penilaian Keterampilan Menulis Pengalaman
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil
program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan.
Penilaian dapat dilakukan secara tepat jika kita tersedia data yang berkaitan
dengan objek penilaian. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat penilaian
yang berupa pengukuran. Penilaian dan pengukuran merupakan dua kegiatan yang
saling berkaitan.
Keberhasilan merupakan harapan setiap orang. Demikian juga bagi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut akan dapat diketahui
dengan melakukan penilaian atau evaluasi (Pujiati dan Rahmina, 1997: 1.1).
Penilaian merupakan salah satu subsistem yang penting dalam sistem
pendidikan. Penilaian termasuk komponen penting dalam sistem pendidikan
karena mencerminkan perkembangan atau kemajuan pendidikan dari satu waktu
ke waktu lain. Selain itu, melalui penilaian dapat dibandingkan tingkat pencapaian
prestasi pendidikan antara satu sekolah dengan sekolah atau wilayah lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Depdikbud penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Pada dasarnya, yang
dinilai adalah program, yaitu suatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya,
lengkap dengan rincian tujuan dari kegiatan tersebut.
Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk menentukan
ketercapaian tujuan pendidikan dan atau tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum, garis-garis besar program pembelajaran, atau dalam
perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya (Depdikbud, 2003: 2).
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan
di kelas. Komponen-komponen pokok penilaian meliputi pengumpulan informasi,
interprestasi terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan
keputusan. Ketiga komponen itu kait mengait dan sebelum melakukannya guru
harus menentukan atau merumuskan tujuan penilaian.
Tujuan dan fungsi penilaian khususnya penilaian hasil belajar dapat
bermacam-macam, yang antara lain adalah (1) mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran, (2) mengetahui kinerja berbahasa siswa, (3) mendiagnosis kesulitan
belajar siswa, (4) memberikan umpan balik (feedback) terhadap peningkatan mutu
program mutu program pembelajaran, (5) menjadi alat pendorong dalam
meningkatkan kemampuan siswa, (6) menjadi bahan pertimbangan dalam
penentuan jurusan, kenaikan kelas, atau kelulusan, (7) menjadi alat penjamin,
pengawasan, dan pengendalian mutu pendidikan. Lebih dari itu, penilaian hasil
belajar yang dilakukan secara sistematis merupakan bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat.
Penilaian yang baik harus memiliki kriteria atau ciri-ciri terpercaya
(reliable), tepat (valid), dan praktis (Nuraini dalam Supriyadi dkk, 1992: 375).
Dikatakan terpercaya (reliable) apabila hasil penelitian dengan alat itu pada siswa
yang sama beberapa kali penilaian hasilnya hampir sama, dengan tingkat
kesalahan kurang dari 5% (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.7).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alat penelitian disebut tepat (valid) apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur, dengan kata lain, alat ukur tersebut memenuhi fungsinya
sebagai alat ukur. (Pujiarti dan Rahmina, 1997: 8.4). Dengan kata lain alat ukur
tersebut mampu memenuhi fungsinya sebagai alat ukur.
Menurut Pujiati dan Rahmina (1997: 8.4) ada tiga jenis ketepatan atau
validitas, yaitu validitas isi (content validity), validitas kriteria terkait (criterian
related validity), dan validitas konstruk (contruct validity). Amran Halim dkk.
(1974: 31-34) dan Nuraeni (dalam Supriyadi dkk. 1992: 56) menyebut ada
validitas isi, validitas empiris (empirical validity) dan validitas bentuk (face
validity).
Validitas isi maksudnya ialah validitas yang menunjukkan suatu alat
ukur mampu mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan isi yang harus diukur
(Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.4), atau mampu mengukur bidang aspek
keterampilan yang hendak diukur (Nuraeni dalam Supriyadi dkk. 1992: 375).
Validitas kriteria terkait (ada yang menyebut dengan istilah validitas empiris atau
validitas pragmatis) adalah validitas alat ukur ditinjau dari hubungan alat ukur
yang sedang disusun dengan alat ukur lain yang dianggap sebagai kriteria.
Apabila kriterianya tersebut pada waktu yang bersamaan disebut validitas
konkruen, sedangkan apabila kriterianya terdapat pada waktu yang akan datang
maka disebut validitas prediktif (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.6). Validitas
konstruk adalah validitas yang didasarkan pada konsep, logika atau konstruk suatu
teori (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.6). Validitas bentuk adalah validitas
berdasarkan perwajahan dari susunan soal (Nuraeni dalam Supriyadi dkk., 1992:
376).
Selain harus terpercaya (reliable) dan valid, alat ukur yang baik juga
harus praktis, objektif dan baku. Praktis maksudnya mudah digunakan, hemat
dalam biaya dan mudah diadministrasikan. Objektif artinya pemberian skor tidak
terpengaruh oleh siapa yang melakukannya dan siapa yang diberi skor. Sedangkan
baku berarti petunjuk mengerjakan soal, cara memberi skor, cara menerjemahkan
hasil
pengukuran
menjadi
bilangan,
dan
commit to user
cara
menafsikan
pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan bentuk yang baku atau dianggap baku (Pujiati dan Rahmina, 1997:
8.11-8.12).
Penyelenggaraan
pembelajaran
bahasa
selalu
dipengaruhi
oleh
pendekatan tertentu dalam ilmu bahasa. Penggunaan pendekatan tertentu akan
mempengaruhi penentuan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan
pengembangan alat evaluasi yang akan digunakan (Djiwandono, 1997: 7).
Pengalaman pribadi sebagai bentuk tulisan deskripsi. Seiring dengan
adanya tujuan rnenulis memunculkan lima jenis wacana dalam sistem retorika,
yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi. Narasi bertitik tolak
untuk menceritakan peristiwa, deskripsi bertolak melukiskan kesan dan hasil
observasi, eksposisi mengarah pada pemaparan suatu masalah, persuasi
berorientasi untuk membujuk, dan argumentasi berangkat dari keinginan
mempertahankan gagasan.
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu
benda, tempat, suasana, dan keadaan (Marahimin, 2001: 45). Seorang penulis
deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat `melihat' apa
yang dilihatnya, dapat `mendengar' apa yang didengamya, `mencium' apa yang
diciumnya, ‘mencicipi' apa yang dimakannya, `merasakan' apa yang dirasakannya,
serta sampai pada 'kesimpulan' yang sama dengannya. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa deskripsi merupakan hasil dari observasi melalui panca indera yang
disampaikan melalui kata-kata.
Ada berbagai cara untuk menuliskan deskripsi, dan perbedaan-perbedaan
ini timbul karena pada dasarnya tidak ada dua orang manusia yang mempunyai
pengamatan yang sama, dan tujuan pengamatannya juga berbeda-beda. Bentuk
deskripsi dibedakan atas dua macam, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi
impresionitis (Marahimin, 2001: 47).
Deskripsi ekspositoris merupakan deskripsi yang sangat logis, yang isinya
pada umumnya merupakan daftar rincian yang disusun menurut sistem dari
urutan-urutan logis objek yang diamatinya. Deskripsi ini juga sering dikatakan
sebagai deskripsi dengan pengembangan ruang atau spasi. Adapun deskripsi
impresionitis, sering juga disebut dengan deskripsi simulatif, merupakan deskripsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk menggambarkan impresi penulisnya atau untuk menstimulir pembacanya.
Berbeda dengan deskripsi ekspositoris yang sangat terikat pada objek atau proses
yang dideskripsikan, deskripsi impresionitis lebih menekankan impresi atau kesan
penulisnya.
Ketika dalam deskripsi ekspositoris dipakai urutan-urutan logika atau
urutan-urutan peristiwa objek yang dideskripsikan, maka dalam deskripsi
impresionitis urutan-urutan yang dipakai adalah menurut kuat lemahnya kesan
penulis terhadap bagian-bagian objek tersebut. Dalam prakteknya, seorang penulis
dapat mengkombinasikan dua cara deskripsi di atas.
3. Pola Latihan Berjenjang
Pola latihan berjenjang merupakan salah satu pengembangan dari
metode suggestopedia yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri pendidikan
dari Bulgaria yang bernama Georgia Lazanov (Nababan, 1993: 58-62). Parera
(1996:26) berpendapat bahwa pembelajaran menulis itu berlangsung secara
berjenjang. Pola latihan berjenjang adalah strategi pembelajaran menulis yang
membelajarkan siswa untuk menulis secara bertahap dan bertingkat. Pembelajaran
dimulai dengan latihan menulis kalimat, dilanjutkan dengan menyusun paragraf,
kemudian menyusun berbagai bentuk karangan.
Pola latihan berjenjang adalah bentuk latihan berkesinambungan dan
bertahap dari yang mudah ke hal yang sukar atau rumit. Pola latihan berjenjang
pola latihan berjenjang merupakan teknik mengajar bahasa dengan latihan
berkesinambungan. Pola latihan berjenjang berdasarkan tiga asumsi yaitu:
a. Belajar itu melibatkan fungsi-fungsi sadar (akal) dan bawah sadar manusia
(perilaku).
b. Pelajar mampu belajar lebih cepat dari pada menggunakan metode lain.
c. Proses belajar mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor yaitu:
1) Norma-norma umum dan kendala-kendala yang lazim berlaku dalam
masyarakat.
2) Suasana yang kurang serasi dan santai tidak ada atau kurang dalam
mpembelajaran bahasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi yang ada dalam diri siswa yang
tidak atau kurang diperhatikan oleh guru.
Oleh karena asumsi-asumsi dan hambatan-hambatan di atas, pola latihan
berjenjang mencoba menghindari norma-norma umum, sebagai contohnya belajar
itu sulit dan kendala yang lazim berlaku misalnya belajar tidak boleh membuat
kesalahan.
Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa tahap dalam proses menulis
meliputi, tahap pra-menulis, penulisan draf (pengedrafan), revisi (perbaikan dan
penyuntingan), dan publikasi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Tompkins (dalam Kaerudin Kuriawan,
2006: 23) juga berpendapat sama yaitu dalam proses menulis terdapat 5 tahap,
yaitu: 1). Pramenulis, 2). Pembuatan draf, 3) merevisi, 4) menyunting, dan 5)
berbagi (sharing) proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran
berulang. Misalnya setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin
meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi. Dengan
demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir
menulis.
1) Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajaran melakukan kegiatan berikut:
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis.
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis.
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis.
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuannya
yang telah mereka tentukan.
2) Tahap Membuat Draf
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah:
a. Membuat draf kasar
b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rancangan tulisan adalah pedoman bagi penulis untuk memuwujudkan
tulisannya. Secara terperinci rancangan tulisan dapat membantu penulis dalam
hal-hal
berikut
(1)
untuk
menyusun
karangan
secara
teratur,
(2)
mempermudah penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda, (3)
menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali, (4) memudahkan
penulis untuk mencari materi pembantu (Sri Harini Ekowati, 2008: 23).
3) Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini
adalah:
a. Berbagai tulisan dengan teman-teman (kelompok)
b. Berpartisipasi secara kontstruktif dalam diskusi tentang tulisan temanteman sekelompok atau sekelas.
c. Mengubah tulisan mereka dengan mempertimbangkan reaksi dan
komentar baik dari pengajar maupun teman.
d. Membuat perubahan yang substansif pada draft pertama dan draft
berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir.
4)
Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar
adalah:
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri.
b. Membantu membetulkan kesalahan berbahasa dan tata tulisan mereka
sekelas atau kelompok.
c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis mereka sendiri.
5)
Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau
publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang
sesuai, atau
b. Berbagai tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan.
Sedangkan Rohman (dalam Sumiyo, 2000: 5-6) menyatakan bahwa
dalam menulis atau mengarang ada tiga tahapan, yaitu menulis tahap awal (pra
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penulisan), tahap menulis atau penulisan, dan tahap revisi, dengan penjelasannnya
sebagai berikut.
1) Pra menulis
Sebelum melakukan kegiatan menulis atau mengarang harus ditentukan
terlebih dahulu tentang topik dan kemudian membatasinya. Terkait dengan
masalah topik ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
topik, yaitu (a) topik itu manfaatnya dan layak dibahas, (b) topik itu menarik, (c)
topik dikenal dengan baik oleh penulis atau pengarang, (d) bahan yang diperlukan
dapat diperoleh dan cukup memadai atau daya imajinasi tinggi, dan, (e) topik
tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Kemudian setelah pokok permasalahan
diperoleh, selanjutnya membatasi pokok permasalahan agar tidak kabur.
2) Penulisan
Pada tahap penulisan ini penulis atau pengarang mulai menulis bahan
yang telah dikumpulkan dan diolah untuk menjadi sebuah karangan sesuai dengan
rencana yang telah digariskan dalam pokok permasalahan atau dalam topik
karangan dengan memperhatikan tata kalimat yang baik sehingga akan
memudahkan pembaca dalam memahami ide-ide yang ada dalam pemilihan kata
(diksi).
3) Revisi
Pada tahap ini, setelah menyelesaikan sebuah tulisan harus membaca
ulang untuk meneliti kekurangan-kekurangan yang ada pada karangan. Guna
revisi ini untuk memperbaiki tulisan tersebut, baik mengurangi, memperluas atau
memperbaiki. Biasanya pada penulisan ejaan, kalimat, paragraf, dan sebagainya.
M. Atar Semi (1990: 11-12), menyatakan menulis dilaksanakan secara
garis besar ada tujuh langkah, yaitu:
1) Pemilihan dan penempatan topik
2) Pengumpulan informasi
3) Penetapan tujuan
4) Perancangan tulisan
5) Penulisan
6) Penyuntingan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Penulisan naskah.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat sebuah tulisan dibutuhkan
beberapa tahapan penulisan, tahapan tersebut melputi tiga langkah utama, yaitu:
prapenulisan, penulisan, dan revisi. Namun, ketiga tahapan tersebut dapat
dilengkapi lagi dengan tahapan membuat kerangka (draft) dan berbagai
(mempublikasikan tulisan). Tahap-tahap tersebut hendaknya dilakukan pada
setiap menulis agar menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Mujiningtyas tahun 2000 yang berjudul “Upaya Peningkatan
Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerpen dengan Pola Latihan Berjenjang
Siswa Kelas II MTs Tuan Sokolangu Kabupaten Pati, Tahun Pelajaran 1999/2000.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian tersebut
simpulannya adalah bahwa ada peningkatan kemampuan menceritakan kembali isi
cerpen dengan menggunakan pola latihan berjenjang. Hal ini terbukti dari hasil
kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada siklus I mencapai target yaitu
59,26% dan hasil kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada siklus II
mencapai target yaitu 67,64%. Dengan demikian ada peningkatan 8,38% secara
keseluruhan. Hasil observasi menunjukkan siswa yang bersikap positif pada siklus
I 38%, pada siklus II 66%, sedangkan yang bersikap negatif pada siklus I 62%,
pada siklus II 34%. Hasil wawancara menunjukkan siswa yang bersikap positif
pada siklus I 46%, pada siklus II 70%, sedangkan yang bersikap negatif pada
siklus I 54%, pada siklus II 30%. Persamaan dengan penelitian sekarang,yaitu
sama-sama menggunakan teknik pola latihan berjenjang sebagai pendekatan untuk
meningkatkan kompetensi berbahasa Indonesia. Perbedaannya, penelitian
terdahulu menganalisis keterampilan berbicara, sedangkan penelitian sekarang
menganalisis keterampilan menulis, yaitu menulis pengalaman.
Selanjutnya, penelitian Main Sufanti, 2006, yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Menulis Pengalaman siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Gatak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kabupaten Sukoharjo Melalui Pola Latihan Berjenjang berdasarkan analisis data
dan pembahasan dalam penelitian tersebut kesimpulannya adalah bahwa ada
peningkatan kemampuan menulis pengalaman melalaui pola latihan berjenjang.
Hal ini terbukti dari hasil kemampuan menulis pengalaman pada siklus I rata-rata
nilainya adalah 62,5 sedangkan nilai rata-rata pada siklus II adalah 73,63. Dengan
demikian ada peningkatan nilai yaitu 8,08. Persamaanya dengan penilitian
sekarang adalah, kemampuan yang diteliti serta metode yang digunakan sama.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan sekarang adalah lokasi penelitian,
karakteristik siswa. Penelitian terdahulu dilakukan dengan kolaborasi antara guru
dan dosen.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Rokhimin dkk (Depdiknas, 2003)
yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas II C SLTP N 2 Negara
Batin Melalui Pola Latihan Berjenjang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mendeskripsikan peningkatan kinerja guru dan peningkatan kompetensi menulis
siswa melalui pembelajaran pola latihan berjenjang yaitu berlatih menyusun
kalimat secara individu, berlatih menyusun paragraf secara berkelompok, dan
berlatih menyusun karangan secara kelompok. Ada dua siklus tindakan terbukti
bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan sebesar 5,57%, kinerja guru dapat
ditingkatkan 8,00%, kompetensi menulis siswa dapat ditingkatkan ketuntasan
belajarnya 1,25%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rokhimin dkk.
adalah: (1) lokasi penelitian, (2) karakteristik siswa, (3) teknik pelaksanaan
penelitian dan teknik analisis data. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1 Winong,
Pati. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII D.
Jurnal Internasional Anchalee Sattayatham dan Pongrat Ratanapinyowong,
Silpakorn University International Journal Vol.8 : 17-38, 2008 yang berjudul
“Analysis of Errors in Paragraph Writing in English by First Year Medical
Students from the Four Medical Schools at Mahidol University”(Analisis
Kesalahan dalam Menulis Ayat dalam Bahasa Inggris oleh Siswa Medis Tahun
Pertama dari Empat Sekolah Kedokteran di Universitas Mahidol) simpulannya
adalah kebanyakan siswa memahami cerita dalam bagian mereka membaca, dan
mengerti apa yang mereka diminta untuk menulis tetapi mereka memiliki masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan format penulisan paragraf. Mereka menulis sebuah pendapat ayat tanpa
pengenalan, tidak ada kalimat topik, dan tidak ada transisi kata-kata. Selain itu,
ayat itu tidak koheren dan tidak memiliki organisasi. Selain itu, mereka
menempatkan terlalu banyak penekanan pada mempresentasikan ide-ide mereka
dan mengabaikan kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan sering hilang dalam
berpendapat mahasiswa kedokteran ' ayat menulis. Akhirnya, sebagian besar
siswa juga mengalami kesulitan dalam menggunakan tata bahasa Inggris. Analisis
kesalahan memainkan peran penting dalam aspek ini karena dapat membantu
dalam pengakuan kesalahan siswa dan sehingga membantu siswa dalam menulis
paragraf yang baik setelah mereka belajar bagaimana untuk memperbaiki
kesalahan ini melalui praktik. Frekuensi kesalahan dihitung sebagai persentase.
Sebuah Chi-square digunakan untuk membandingkan kesalahan yang dilakukan
oleh Siriraj Medis siswa untuk mereka yang berasal dari tiga sekolah medis
lainnya: Ramathibodi, Praboromchanok dan Bangkok Metropolitan. Sebuah Pnilai <0,05 dianggap signifikan secara statistik. Itu menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa memiliki kesalahan dalam format standar ayat menulis. Persentase
yang tinggi dari kesalahan ditemukan di delapan dari 10 kriteria. Hasil penelitian
menunjukkan 82,84%, 73,88%, 69,40%, 69,40%, 85,07%, 90,30%, 76,87% dan
82,84% untuk kriteria 2, 4, 5 dan 7, 6, 8, 9 dan 10 masing-masing.
Praboromchanok Medis siswa memiliki persentase tertinggi dari kesalahan.
Persamaan
dengan
penelitian
sekarang
adalah
sama-sama
menganalisis
kemampuan menulis siswa. Perbedaannya dengan penelitian sekarang terletak
pada kemampuan yang dianalisis, tempat penelitian dan subjek penelitian. Dalam
jurnal ini, kemampuan yang dianalisis adalah menulis ayat sedangkan penelitian
sekarang kemampuan yang dianalisis adalah kemampuan menulis pengalaman.
Tempat penelitian dalam jurnal ini di Silpakorn University sedangkan penelitian
sekarang di SMP N 1 Winong, Pati. Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah
siswa
sekolah
medis
di
Ramathibodi,
Praboromchanok
dan
Bangkok
Metropolitan, sedangkan penelitian sekarang siswa kelas VII D SMP N 1 Winong,
Pati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jurnal Internasional Chi-Fen Emily Chen dan Wei-Yuan Cheng Eugene
2008 volume 12 nomer 2 yang berjudul “Beyond The Design Of Automated
Writing Evaluation: Pedagogical Practices And Perceived Learning Effectiveness
In Efl Writing Class “ (Perencanaan Luar Evaluasi Tulisan Otomatis : Praktek
Pedagogis dan Efektivitas Belajar Dirasakan dalam Kelas Menulis EFL).
Simpulan dalam jurnal ini adalah menulis evaluasi Otomatis (AWE) perangkat
lunak ini dirancang untuk memberikan instan yang dihasilkan komputer skor
untuk esai diserahkan bersama dengan umpan balik diagnostik. Kebanyakan
penelitian tentang AWE telah dilakukan pada evaluasi psikometri validitas,
namun, studi tentang seberapa efektif AWE digunakan dalam penulisan kelas
sebagai alat pedagogis terbatas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kelas
berbasis naturalistik untuk mengeksplorasi interaksi antara bagaimana program
AWE, MY acces!. Dilaksanakan dalam tiga cara yang berbeda di tiga perguruan
tinggi kelas EFL menulis di Taiwan dan bagaimana siswa dirasakan efektifitasnya
dalam
meningkatkan
menulis.
Temuan
menunjukkan
bahwa,
meskipun
pelaksanaan AWE tidak pada umumnya dirasakan sangat positif oleh tiga kelas,
itu dianggap relatif lebih baik bila program ini digunakan untuk memfasilitasi
proses awal siswa menyusun dan merevisi, diikuti oleh umpan balik manusia baik
dari guru dan teman sebaya selama proses nanti. Studi ini juga mengungkapkan
bahwa penggunaan otonom AWE sebagai pelatih pengganti tulisan dengan
fasilitasi manusia minimal disebabkan frustrasi untuk mahasiswa dan terbatas
pembelajaran mereka menulis. Selain itu, sikap terhadap penggunaan AWE dan
teknologi penggunaan keterampilan, serta siswa guru pembelajar karakteristik dan
tujuan untuk belajar menulis, juga dapat memainkan peran penting dalam
menentukan efektivitas AWE. Dengan keterbatasan yang melekat dalam desain
teknologi AWE, guru bahasa perlu lebih kritis menyadari bahwa pelaksanaan
AWE membutuhkan desain baik pemikiran-out pedagogis. Persamaan jurnal ini
dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menganalisis kemampuan menulis.
Perbedaan jurnal dengan penelitian sekarang adalah metode yang digunakan,
subjek penelitian serta tempat penelitian. Metode yang digunakan dalam jurnal ini
adalah menggunakan pendekatan kelas berbasis naturalistik untuk mengeksplorasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interaksi antara bagaimana program AWE, sedangkan penelitian sekarang
menggunakan metode pola latihan berjenjang untuk meningkatkan kemampuan
menulis pengalaman. Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah siswa di kelas
menulis EFL di National Kaohsiung First University of Science and Technology,
Taiwan, sedangkan penelitian sekarang subjek penelitiannya adalah siswa kelas
VII SMP N 1 Winong, Pati. Tempat penelitian dalam jurnal ini di National
Kaohsiung First University of Science and Technology, Taiwan, sedangkan
penelitian sekarang di SMP N 1 Winong, Pati.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran saat ini berorientasi pada potensi dan kebutuhan siswa
menjadi perhatian utama ahli pendidikan sistem pendidikan yang menempatkan
siswa pada posisi sentral dalam pembelajaran. Kegiatan menulis sebagai salah
satu komponen keterampilan berbahasa penting dimiliki oleh siswa, peran penting
menulis bagi siswa mengingat keterampilan ini sangat dibutuhkan di tengahtengah kehidupan masyarakat.
Keterampilan menulis pengalaman terjadi pada siswa kelas VII SMP N 1
Winong, Pati masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari nilai ulangan bahasa
Indonesia khususnya kompetensi menulis pada pra-penelitian yang dilakukan,
hasil nilai ulangan siswa pada kompetensi menulis masih di bawah KKM. Di
dalam kompetensi menulis siswa belum bisa mengembangkan gagasan dan siswa
belum bisa memperhatikan ejaan.
Rendahnya prestasi menulis pengalaman pada siswa perlu dilakukan
tindakan-tindakan perubahan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran
perlu melakukan inovasi. Perubahan dan inovasi yang dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pengalaman yaitu penggunaan
pola latihan berjenjang. Pembelajaran menulis pengalaman melalui pola latiahan
berjenjang yaitu pembelajaran menulis yang membelajarkan siswa untuk menulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara bertahap dan bertingkat. Ada tiga tahapan penting dalam menulis, yaitu
prapenulisan, penulisan, dan revisi. Namun, ketiga tahapan tersebut dapat
dilengkapi lagi dengan tahapan membuat kerangka (draft) dan berbagai
(mempublikasikan tulisan). Tahap-tahap tersebut hendaknya dilakukan pada
setiap menulis agar menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu.
Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di atas dapat disusun kerangka
berpikir dengan gambar sebagai berikut:
Kondisi awal pembelajaran menulis pengalaman
Siswa sulit
mengembangkan
kerangka karangan
Pembelajaran menulis
dilakukan dengan monoton
atau konvensional
Prestasi menulis
rendah
Menulis pengalaman dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang dengan
menerapkan tahapan-tahapan prapenulisan, penulisan, dan revisi. Ketiga tahapan
tersebut dapat dilengkapi lagi dengan tahapan membuat kerangka (draft) dan berbagai
(mempublikasikan tulisan)
Siswa mampu
mengembangkan
kerangka karangan
dengan baik
Pembelajaran menulis
dilakukan dengan
interaktif
commit to user
Prestasi kemampuan
menulis tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemampuan menulis pengalaman meningkat
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis
tindakan dirumuskan sebagai berikut:
Penerapan pola latihan berjenjang dapat meningkatkan:
1. Kemampuan menulis pengalaman siswa kelas VII SMP N 1 Winong, Pati.
2. Kualitas proses pembelajaran menulis pengalaman siswa kelas VII SMP N 1
Winong, Pati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Winong, Pati sebagai tempat
penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis
sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
b. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang mendukung untuk diadakan
penelitian.
Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga bulan
Mei 2012 atau selama 5 bulan, penelitian dimulai dari persiapan awal, pembuatan
proposal hingga laporan final. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Urutan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Kegiatan
Bulan
Des
Jan
Feb
commit to user
Mar
Apr
Mei
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengajuan Judul Pemelitian
Persiapan
survey
awal
hingga penyusunan proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Konsultasi
Hasil
Penyusunan Laporan
Revisi Hasil dan Konsultasi
Laporan Final
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas. PTK menurut Sarwiji
Suwandi (2008: 16) merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan
penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses
belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan
ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.
Selanjutnya Kemmis (dalam Rochiati Wiriatmadja, 2006: 12) adalah sebuah
bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial
tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan.
Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan suatu proses yang
dinamis. Kemmis (dalam Kasihani Kasbolah, 2001: 9) menyebutkan empat aspek
dalam penelitian tindakan kelas, yaitu, perencanaan tindakan (planning),
pelaksanaaan tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi
(reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis yang merupakan
momen-momen dalam bentuk spiral yang terkait dengan perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat
digambarkan sebagai berikut
Siklus I
Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rencana
Refleksi
Tindakan Refleksi
Tindakan
Observasi
Observasi
Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(Lewin dan Kasihan Kasbolah, 2001: 9)
Keterangan :
1. Rencana (perencanaan tindakan) : akan membantu siswa dengan metode
polalatihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman.
2. Tindakan (pelaksanaan tindakan) : pelaksanaan dengan metode pola
latihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman.
3. Observasi (observasi dan interpretasi) : mengamati proses metode pola
latihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman.
4. Refleksi (analisis dan refleksi) mengidentifikasikan kelemahan dan
kelebihan penerapan metode pola latihan berjenjang dalam pembelajaran
menulis pengalaman.
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D
SMP N 1 Winong, Pati melalui penerapan metode pola latian berjenjang.
Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu
unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus
berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus.
1. Rancangan siklus I
a. Tahap perencanaan
1) Perangkat pembelajaran berupa penentuan kompetisi dasar
yang akan dicapai, penentuan tema menulis pengalaman,
menyiapkan hasil tulisan pengalaman dan menyiapkan tes
penilaian pengalaman.
2) Skenario pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 2 : skenario pembelajaran keterampilan menulis pengalaman
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Pendahuluan
a. Pengkodisian
kelas
dan
a. Siswa menyiapkan diri.
pegecekan presensi siswa.
b. Mejelaskan materi menulis
pengalaman
b. Siswa
dengan
menyimak
dan
berdiskusi dengan guru.
menerapkan metode pola
latihan berjenjang.
Inti
a. Guru membacakan contoh
a. Siswa menyimak dan dapat
menyampaikan
tulisan pengalaman yang
pengalaman.
menarik.
b. Guru
menjelaskan
b. Siswa
mengenai pegertian menulis
pengalaman
yang
jenis-jenis
dan
harus
hal-hal
diperhatikan
dalam menulis.
c. Guru menjelaskan tentang
commit to user
mencatat.
menyimak
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerapan
metode
pola
c. Siswa
latihan berjenjang.
d. Guru meminta siswa untuk
berkelompok
dan
berdiskusi.
menulis
langkah-
langkah
(pola
latihan
berjenjang)
dalam
menulis
pengalaman.
d. Siswa
memilih
anggota
kelompok dan mulai untuk
e. Siswa diminta berdiskusi
untuk
mendata
yang
berdiskusi.
peristiwa
e. Siswa mulai berdiskusi dan
dan
bertanya jawab dengan teman
menarik
menuliskannya dalam cerita
kelompok.
pengalaman.
f. Guru
menugasi
menulis
siswa
pengalaman
f. Siswa
dengan tema bebas.
melaksanakan
tugas
menulis pengalaman.
g. Guru meminta siswa untuk
berdiskusi dan mengoreksi
g. Siswa mulai saling mengoreksi
hasil pekerjaan antarteman
pekerjaan temannya.
kelompok.
h. Guru menugasi beberapa
siswa membacakan hasil
tulisannya di depan kelas.
h. Beberapa siswa membacakan
hasil tulisannya di depan kelas.
Penutup/Akhir
a. Guru memberikan refleksi
dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan bersama.
Siswa
menangggapi.
b. Guru memberi kesempatan
pada siswa untuk bertanya
apabila ada yang kurang
jelas.
c. Guru menutup pelajaran.
aktif
commit to user
bertanya
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Melakukan simulasi pembelajaran menulis pengalaman dengan
pendekatan pola latihan berjenjang.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan degan melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali tatap muka,
yaitu dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 40 menit, sesuai
skenario pembelajaran. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan
observasi terhadap dampak tindakan.
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan
aktivitas penerapan metode pola latihan berjenjang pada proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) maupun pada hasil
pembelajaran menulis pengalaman yang telah dilaksanakan untuk
mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan
pertama.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, dilakukan analisis hasil observasi dan
interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu
diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah
memenuhi target.
2. Rancangan Siklus II
Pada tahap II tahap perencanaan dan tahap-tahap selanjutnya
hampir sama dengan tahap I. Pada siklus II dilakukan tahap untuk
melanjutkan tahapan-tahapan yang sudah dilakukan pada siklus I, tetapi
didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang
diperoleh pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada
siklus I tidak terjadi pada siklus II.
1) Skenario pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3 : skenario pembelajaran keterampilan menulis pengalaman
siklus II
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Pendahuluan
a. Pengkodisian
kelas
dan a. Siswa menyiapkan diri.
pegecekan presensi siswa.
b. Mejelaskan
kembali
materi b. Siswa menyimak dan berdiskusi
yang sudah diajarkan pada
dengan guru.
pertemuan sebelumnya.
Inti
a. Guru
menjelaskan
kembali
pengertian
menulis
tentang
pengalaman dan hal-hal yang
harus
diperhatikan
dalam
menjelaskan
tentang
a. Siswa
menyimak
dan
menyampaikan
dapat
jenis-jenis
pengalaman.
menulis.
b. Guru
penerapan metode pola latihan
b. Siswa menyimak dan mencatat.
Siswa
menulis
langkah-langkah
(pola latihan berjenjang) dalam
berjenjang.
menulis pengalaman.
c. Guru menugasi siswa menulis
pengalaman dengan tema bebas
dengan mandiri atau individu.
d. Guru menugasi beberapa siswa
membacakan hasil tulisannya di
c. Siswa melaksanakan tugas menulis
pengalaman secara mandiri atau
individu.
d. Beberapa siswa membacakan hasil
tulisannya di depan kelas.
depan kelas.
Penutup/Akhir
a. Guru memberikan refleksi dan
menyimpulkan
pembelajaran
kegiatan
yang
telah
Siswa
menangggapi.
dilaksanakan bersama.
b. Guru
memberi
kesempatan
aktif
commit to user
bertanya
dan
perpustakaan.uns.ac.id
pada
digilib.uns.ac.id
siswa
untuk
bertanya
apabila ada yang kurang jelas.
c. Guru menutup pelajaran.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi, digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan
pembelajaran menulis pengalaman yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung.
2. Wawancara, dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi
guna memeroleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran,
penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan
yang dilakukan.
3. Tes, digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan
pelaksanaan tindakan. Ada dua bentuk tes yang diberikan kepada siswa,
yakni tes tertulis (menulis berdasarkan pengalaman kehidupan sehari-hari
siswa) dan tes lisan.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP N 1 Winong,
Pati ajaran 2011/2012, jumlah siswa kelas VII D adalah sebanyak 19 siswa terdiri
dari 9 siswa putra dan 10 siswa putri dan yang bertindak sebagai guru mata
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah ibu Puji Leksono Handayani, S.Pd.
Alasan dipilihnya SMP N 1 Winong, Pati ini karena sekolah tersebut
memiliki masalah kemampuan menulis pengalaman yang masih rendah.
E. Sumber Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat dan peristiwa (proses belajar mengajar menulis pengalaman). Data
yang dikumpulkan yaitu data tentang pelaksanaan pembelajaran menulis
pengalaman yang berlangsung di kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati.
2. Informan, terdiri atas:
a. Guru
Data yang dikumpulkan yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran
menulis pengalaman di kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati, data mengenai
hambatan-hambatan yang dihadapi guru, data tentang usaha-usaha yang
ditempuh guru dalam bidang keterampilan menulis pengalaman.
b. Siswa Kelas VII D
Sebagai subjek pembelajaran menulis pengalaman di kelas VII D
SMP N 1 Winong, Pati untuk mendapatkan data mengenai tempat dan
peristiwa yang diteliti.
c. Dokumen
Dokumen penilaian yang diisi oleh guru dan rencana pembelajaran
yang disusun oleh guru dan peneliti.
F. Uji Validitas Data
Validitas data yang terdiri data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain : triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review informan. Dalam
triangulasi sumber data, digunakan beragam sumber, seperti guru dan kepala
sekolah untuk menggali data yang diperlukan. Triangulasi metode dilakukan
dengan cara pengumpulan data dari metode dokumen ke metode wawancara dan
observasi, kemudian dilanjutkan ke metode dokumen. Review informan
digunakan untuk mengetahui kevalidan hasil wawancara.
G. Kriteria Keberhasilan Kinerja
Keberhasilan penelitian ini diindikasi dengan adanya peningkatan
kualitas proses pembelajaran menulis pengalaman dan peningkatan kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menulis pengalaman dari rerata 65 menjadi 75 atau 75% dari jumlah siswa
mencapai nilai sesuai KKM yaitu 75 dalam aspek keterampilan menulis.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisi data-data yang telah
berhasil dikumpulkan, yaitu teknik deskriptif komparatif (statistic deskriptif
komaparatif) dan teknik analisis kritis (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Teknik
statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antarsiklus. Membandingkan hasil sebelum penelitian
sengan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan nilai kemampuan
membaca siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, siklus II, dan
seterusnya. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar
berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari
ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun
perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
I. Prosedur Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati
melalui penerapan metode pola latian berjenjang. Setiap tindakan upaya
peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.
1. Rancangan siklus I
a. Tahap perencanaan
1) Perangkat pembelajaran berupa penentuan kompetisi dasar yang akan
dicapai, penentuan tema menulis pengalaman, menyiapkan hasil tulisan
pengalaman dan menyiapkan tes penilaian pengalaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Skenario pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 2 : skenario pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Pendahuluan
a. Pengkondisian
kelas
dan
a. Siswa menyiapkan diri.
pegecekan presensi siswa.
b. Mejelaskan
materi
menulis
pengalaman
menerapkan
b. Siswa menyimak dan berdiskusi
dengan
metode
dengan guru.
pola
latihan berjenjang.
a. Siswa menyimak.
Inti
a. Guru
membacakan
tulisan
contoh
pengalaman
yang
b. Siswa menyimak dan mencatat.
menarik.
b. Guru menjelaskan
mengenai
pegertian menulis pengalaman
dan
hal-hal
yang
harus
c.
(pola latihan berjenjang) dalam
diperhatikan dalam menulis.
c. Guru
menjelaskan
berjenjang.
d. Guru menugasi siswa menulis
pengalaman
dengan
menulis pengalaman.
tentang
penerapan metode pola latihan
Siswa menulis langkah-langkah
d.
Siswa mengerjakan tugas
e.
Siswa
membacakan
hasil
menulisnya di depan kelas.
tema
bebas.
e. Guru menugasi beberapa siswa
membacakan hasil tulisannya di
Siswa
commit to user
aktif
bertanya
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
depan kelas.
menangggapi.
Penutup/Akhir
a. Guru memberikan refleksi dan
menyimpulkan
kegiatan
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan bersama.
b. Guru
pada
memberi
siswa
kesempatan
untuk
bertanya
apabila ada yang kurang jelas.
c. Guru menutup pelajaran.
3) Melakukan simulasi pembelajaran menulis pengalaman dengan pendekatan
pola latihan berjenjang.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan degan melaksanakan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali tatap muka, yaitu dua jam
pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 40 menit, sesuai skenario pembelajaran.
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan.
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan
aktivitas penerapan metode pola latihan berjenjang pada proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa) maupun pada hasil pembelajaran menulis
pengalaman yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang
kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, dilakukan analisis hasil observasi dan interpretasi
sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II dilakukan dengan tahap-tahapan seperti siklus I tetapi
didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak
terjadi pada siklus II. Termasuk tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi,
serta analisis dan refleksi yang mengaca pada siklus sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II, tiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siklus dengan alokasi waktu sebanyak dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Sebelum
dilaksanakan kegiatan tindakan dimaksud, telah diawali dengan melakukan
kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan) dengan maksud untuk memperoleh
gambaran dan mengidentifikasi permasalahan siswa berkenaan dengan
kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia Kelas VII D SMP Negeri 1
Winong, Pati dari pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Selain itu memberi tahu
siswa bahwa kegiatan pembelajaran pelajaran kemampuan menulis pengalaman
Bahasa
Indonesia
untuk
pertemuan
berikutnya akan dilakukan dengan
menggunakan metode latihan berjenjang. Pada kesempatan ini juga dijelaskan
kepada siswa akan maksud atau tujuan dari penggunaan metode latihan berjenjang
untuk
meningkatkan
kompetensi
dasar
dalam
kemampuan
menulis
pengalaman Bahasa Indonesia sesuai kurikulum sekolah (KTSP 2006).
Sehubungan hal tersebut, maka bab ini mendeskripsikan hasil penelitian
dan pembahasan mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan peneliti
dengan melibatkan seorang observer pendamping. Adapun ruang lingkup hasil
penelitian dan pembahasan dimaksud, yaitu (a) Pra Tindakan, (b) Tindakan
Siklus I, (c) Tindakan Siklus II dan (d) Evaluasi hasil tindakan.
A. Pra Tindakan
Sebagaimana
diuraikan
di
atas,
sebelum
dilaksanakan
tindakan
pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan)
pada tanggal 12 Februari 2012 dengan maksud untuk memperoleh gambaran dan
mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa berkenaan dengan pembelajaran
kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia Kelas VII D SMP Negeri 1
Winong, Pati yang diberikan guru pada pertemuan pembelajaran sebelumnya.
Hasil obervasi pendahuluan yang dilakukan peneliti tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Jumlah siswa kelas Kelas VII D semester genap SMP Negeri 1 Winong, Pati
tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebanyak 19 siswa, terdiri dari 9 siswa lakilaki dan 10 siswa perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Materi pokok pelajaran yang disampaikan guru dalam pembelajaran
kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia Kelas VII D semester genap
dengan menggunakan penerapan pendekatan ceramah dan tanya jawab. Bentuk
penugasan yang diberikan guru adalah diawali menjelaskan materi pokok
pelajaran menulis Bahasa Indonesia kemudian memberi kesempatan siswa
untuk melakukan latihan menulis dengan menggunakan teks yang dibaca.
Alokasi waktu yang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran berkaitan
dengan materi pelajaran ini adalah 80 menit, meliputi kegiatan awal atau
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan pengayaan atau akhir pembelajaran.
Berdasarkan catatan guru tentang kemampuan proses dan hasil belajar siswa
berkaitan dengan kemampuan menulis pengalaman baru mencapai nilai rata-rata
65. Padahal KKM yang ditetapkan sebesar 75. Berarti taraf ketuntasan belajar
kemampuan menulis pengalaman siswa masih di bawah kriteria minimal 75
dari yang ditetapkan.
Bertolak dari temuan penelitian hasil observasi pendahuluan pada pra
tindakan di atas, maka perlu upaya pemecahan tentang kemampuan proses dan hasil
belajar siswa terhadap materi pokok pelajaran kemampuan menulis pengalaman ke
arah yang lebih baik. Setelah dilakukan pembahasan secara terbatas melalui
diskusi kecil antara peneliti dengan beberapa teman guru di sekolah, disarankan
agar aktivitas proses belajar siswa perlu dioptimalkan, seperti latihan kemampuan
menulis pengalaman
dengan menggunakan
metode latihan berjenjang dengan
memberikan alokasi waktu yang memadai, yaitu 80 menit.
Sehubungan upaya pemecahan masalah tersebut, peneliti dan dibantu seorang
observer pendamping (teman sejawat) melakukan langkah-langkah persiapan untuk
melaksanakan tindakan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman yang
difokuskan pada penerapan metode latihan berjenjang. Tindakan pembelajaran ini
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya sesuai dengan rencana jadwal penelitian
yang telah ditetapkan.
B. Tindakan Siklus I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 April 2012 dengan
alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit), materi pokok mata pelajaran
Bahasa Indonesia mengenai kemampuan menulis pengalaman dengan penerapan
metode latihan berjenjang. Subjek penelitian ini adalah 19 orang siswa kelas VII
D SMP Negeri 1 Winong, Pati. Tindakan siklus I dilaksanakan dengan
menggunakan model Kemmis dan McTaggart yaitu meliputi empat langkah (alur)
kegiatan: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi,
dan (d) refleksi tindakan. Masing-masing langkah kegiatan tindakan dimaksud
dapat dideskripsikan berikut ini.
1. Perencanan Tindakan
Kegiatan ini merupakan langkah awal sebelum dilaksanakan tindakan,
yaitu mempersiapkan berbagai alat kelengkapan yang diperlukan berkaitan
dengan rencana pelaksanaan tindakan. Alat kelengkapan yang dipersiapkan
dimaksud disesuaikan dengan rencana scenario (setting) tindakan yang
ditetapkan, antara lain: rencana pembelajaran (RPP), materi bahan pelajaran,
lembar tugas latihan menulis, lembar observasi tentang penilaian kemampuan
proses belajar dan lembar tes kemampuan menulis pengalaman Bahasa
Indonesia. Setelah mempersiapkan alat kelengkapan yang diperlukan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tindakan, baru kemudian peneliti selaku
guru mata pelajaran tersebut melaksanakan tindakan dibantu seorang observer
pendamping sebagai penilai.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini meliputi tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan
awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir, sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan melakukan presensi kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir
dalam pembelajaran (19 siswa).
2) Guru menyampaikan pokok bahasan pelajaran tentang kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan berjenjang dan
kompetensi dasar siswa atau menyampaikan tujuan pembelajaran,
sedangkan siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan guru yang
dianggap penting pada buku kerja.
3) Guru memberikan apersepsi dan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada siswa. Tampak tiga orang siswa mencoba untuk menjawab
pertanyaan guru berkaitan dengan pelajaran yang telah diberikan
sebelumnya.
4) Guru membagi siswa dalam 4 (empat) kelompok belajar, tiap
kelompok terdiri dari lima orang siswa.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan inti dari pelaksanaan tindakan proses
pembelajaran kemampuan menulis pengalaman. Kegiatan dimaksud dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan secara singkat materi pokok bahan pelajaran tentang
kemampuan menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan
berjenjang kepada siswa antara lain: (a) pengertian menulis dengan
metode latihan berjenjang, tujuan menulis dengan metode latihan
berjenjang, (b) tujuan menulis dengan metode latihan berjenjang, (c)
langkah-langkah menulis dengan metode latihan berjenjang, (d) memberi
contoh tentang cara menulis dengan metode latihan berjenjang. Pada
kegiatan ini tampak sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan
guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam buku kerja.
2) Setelah memberi contoh mengenai teknik atau cara menulis teks
berbentuk tersebut, guru membagi lembar tugas kepada setiap siswa
yaitu tugas latihan menulis dalam teks berbentuk dengan cara belajar
kelompok untuk dikerjakan. Lembar tugas ini berisi tugas-tugas yang
harus dikerjakan siswa untuk latihan menulis pengalaman dengan
metode latihan berjenjang. Guru menjelaskan tugas-tugas dimaksud
kepada siswa, yaitu untuk mengerjakan tugas latihan menulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Kemudian guru memberi kesempatan waktu 40 menit kepada
siswa
secara berkelompok untuk mengerjakan tugas latihan menulis. Tampak
para siswa mengerjakan tugas latihan ini dengan tertib dan melakukan
aktivitas proses belajar sesuai dengan tugas yang diberikan guru.
4) Selama berlangsungnya latihan kemampuan menulis pengalaman, guru
memberikan bimbingan kepada beberapa siswa yang mengalami
kesulitan dalam melakukan latihan tersebut.
5) Guru dan dibantu seorang observer pendamping melakukan penilaian
terhadap aktivitas proses belajar siswa (proses latihan menulis) melalui
pengamatan dengan menggunakan lembar observasi penilaian yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
6) Setelah tugas latihan menulis itu dirasa cukup, guru dan siswa
melakukan tanya jawab.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan ini merupakan akhir kegiatan pembelajaran, yaitu:
1) Guru menyampaikan ringkasan materi atau bahan pelajaran yang telah
dibahas.
2) Kemudian guru melakukan tes kepada siswa yaitu tes kemampuan
menulis pengalaman. Tes keterampilan ini menggunakan lembar tes
yang telah dipersiapkan. Tes ini dilakukan secara tertulis dan siswa
diminta mengerjakannya secara individual. Pada kegiatan ini guru dan
dibantu seorang observer pendamping melakukan penilaian terhadap
hasil tes kemampuan menulis pengalaman yang dikerjakan siswa
dengan menggunakan lembar penilaian yang telah dipersiapkan.
3) Guru memberikan tindak lanjut pembelajaran berupa tugas kepada
siswa untuk latihan menulis teks berbentuk di rumah. Tampak para siswa
memperhatikan dan mencatat tugas yang diberikan guru.
4) Setelah itu guru mengakhiri atau menutup pembelajaran dengan
menyampaikan salam.
3. Observasi (Pengamatan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran pada tindakan
siklus I ini peneliti dengan dibantu seorang observer pendamping melakukan
penilaian melalui observasi (pengamatan) terhadap aktivitas proses belajar siswa
dalam latihan kemampuan menulis pengalaman. Penilaian ini dilakukan
dengan menggunakan lembar penilaian yang telah dipersiapkan. Data temuan
observasi yang dikumpulkan peneliti dan observer pendamping dipergunakan
sebagai bahan untuk melakukan refleksi atau evaluasi. Adapun indikator yang
dinilai dan dijadikan ukuran kemampuan proses belajar siswa dalam latihan
kemampuan menulis pengalaman tersebut adalah:
a. Minat dan motivasi belajar
b. Pengembangan ide (gagasan) dari pengetahuan atau pengalaman yang
dimiliki
c. Melakukan tanya jawab membahas tugas yang diberikan guru melalui belajar
kelompok
d. Membuat kerangka karangan melalui tahapan-tahapan tertentu
e. Melakukan kerjasama antar anggota kelompok belajar dalam mengerjakan
tugas (membuat karangan)
f. Mengembangkan ide pokok karangan berdasarkan pengalaman nyata
dengan memperhatikan contoh atau model pola karangan yang diberikan
guru.
g. Melakukan penilaian terhadap hasil karangan sendiri dan penilaian
antarteman (anggota kelompok)
h. Melakukan refleksi dan perbaikan terhadap karangan yang dibuat.
4. Refleksi Tindakan
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I, kemudian dilakukan refleksi untuk
mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan.
Refleksi ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti sebagai guru bersama
dengan observer pendamping. Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis,
interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap data atau informasi yang
dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan selama berlangsungnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan belajar. Data dan informasi yang menjadi bahan kajian utama dalam
refleksi sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu: (a) nilai kemampuan proses
belajar siswa, dan (b) nilai tes kemampuan menulis pengalaman dengan
metode latihan berjenjang.
Sehubungan hal tersebut, berdasarkan hasil analisis data maka
hasil penilaian pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a.
Kemampuan Proses Belajar Siswa
Berdasarkan analisis data dari pengamatan (lembar observasi)
pada tindakan siklus I menunjukkan bahwa kemampuan proses belajar
siswa dalam mengerjakan kemampuan menulis pengalaman dengan metode
latihan berjenjang adalah rata-rata tergolong baik. Indikasi hal ini
diketahui dari proses belajar yang dilakukan siswa, yaitu dari 19 siswa
mencapai rata-rata 80,92.
b.
Kemampuan Keterampilan
Dari analisis data tes keterampilan kemampuan menulis pengalaman
dengan metode latihan berjenjang pada tindakan siklus I adalah rata-rata
70, 10. Hal ini terungkap dari penilaian terhadap hasil karangan yang
dibuat siswa pada tindakan siklus I.
Berdasarkan hasil tes terungkap bahwa dari 19 siswa diketahui
bahwa nilai tertinggi mencapai 83 dan nilai terendah 57 dengan rata-rata
70,10. Nilai ini lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada
pra tindakan dengan rata-rata 65.
Dari hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada tindakan siklus
I tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran
kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang belum
memberikan hasil yang maksimal terhadap keterampilan siswa dalam
menulis. Ketuntasan belajar siswa baru mencapai 70,10. Seharusnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketuntasan belajar minimal untuk kemampuan menulis pengalaman
sesuai dengan indikator kompetensi adalah 75.
Memperhatikan kenyataan tersebut, maka perlu dilaksanakan tindakan
pembelajaran kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan
berjenjang pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati melalui
tindakan siklus II. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengarang ke arah yang lebih baik.
C. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 April 2012 sesuai
dengan rencana yang telah dipersiapkan dengan penyempurnaan yang dipandang
perlu sesuai dengan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Tindakan pembelajaran pada siklus II dihadiri oleh 19 siswa. Adapun
alokasi waktu untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran ini adalah 2 x 40 menit
(dua jam pelajaran). Model dan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan
sebagaimana pada tindakan siklus I, yaitu menggunakan model Kemmis dan
Mc Taggart melalui empat langkah kegiatan: (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi tindakan. Sedangkan
pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran kemampuan
menulis pengalaman adalah dengan penerapan metode latihan berjenjang.
Materi pokok pelajaran Bahasa Indonesia yang dibahas pada tindakan
siklus II ini adalah kemampuan menulis pengalaman dengan penekanan pada
kemampuan aktivitas proses belajar dan hasil belajar yang diwujudkan berupa
tulisan/karangan yang dibuat siswa. Karena itu fokus penilaian kemampuan
menulis pengalaman siswa dalam kegiatan ini adalah aspek kemampuan proses
belajar, dan aspek hasil belajar berupa karangan dengan metode latihan
berjenjang.
Lebih lanjut gambaran tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada
siklus II dapat dikemukakan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Perencanaan Tindakan
Mengacu pada hasil refleksi tindakan siklus I, maka langkah awal
sebelum melaksanakan tindakan siklus II tentunya mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan tindakan dengan
melakukan perbaikan alat kelengkapan yang diperlukan, meliputi: rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pokok pelajaran berupa lembar
tugas latihan belajar kelompok untuk mengerjakan dan mendiskusikan tentang
menulis dengan metode latihan berjenjang, lembar observasi penilaian
kemampuan proses belajar siswa, lembar penilaian kemampuan menulis
pengalaman, dan mempersiapkan buku pegangan guru serta mempersiapkan
alat bantu mengajar atau media pembelajaran seperti kumpulan karangan
pengalaman pribadi.
Mengenai rencana pembelajaran yang akan dipergunakan guru sebagai
pedoman dalam rangka melaksanakan tindakan merupakan hasil perbaikan
dan penyempurnaan dari rencana pembelajaran sebelumnya. Ada beberapa hal
yang mengalami perbaikan dalam rencana pembelajaran untuk tindakan siklus
II ini, yaitu: mengenai pengelompokan siswa dalam kelompok belajar dalam
rangka menciptakan aktivitas belajar siswa. Selain itu dalam rencana
pembelajaran dicantumkan materi pokok tentang kemampuan menulis
pengalaman, serta pengaturan alokasi waktu yang memadai untuk latihan siswa
mengerjalan tugas membuat karangan yang ditentukan. Adanya kejelasan
langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang lebih tegas, seperti
pemberian
motivasi
belajar
kepada
siswa,
memberikan
bimbingan,
memberikan ilustrasi, seperti contohcontoh karangan pengalam pribadi
sesuai dengan konteks isi atau materi pelajaran yang dibahas serta memberikan
umpan balik kepada siswa berupa penjelasan atau pertanyaan-pertanyaan yang
diperlukan terutama bagi siswa yang aktivitas belajarnya masih kurang
dibanding
dengan
siswa
lainnya.
Dengan
adanya
perbaikan
dan
penyempurnaan tersebut dalam rencana pembelajaran, tentunya pelaksanaan
tindakan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
berjenjang
digilib.uns.ac.id
akan
memberikan
dampak
positif
terhadap
peningkatan
kemampuan aktivitas proses dan hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik
dari sebelumnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan
secara
teknis
dilakukan
guru
dengan
berpedoman pada rencana pembelajaran dan prosedur yang telah ditetapkan.
Pada kesempatan ini peneliti berperan sebagai guru dan didampingi oleh
seorang observer pendamping untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan
aktivitas proses belajar siswa selama berlangsungnya kegiatan latihan
mengerjakan tugas, yaitu menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang
melalui belajar kelompok dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa,
yaitu hasil karangan yang dibuat siswa.
Pada dasarnya pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan prosedur
pembelajaran yang ditetapkan. Prosedur pembelajaran dimaksud merupakan
langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran
kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia yaitu (1) kegiatan awal, (2)
kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir, sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran diawali dengan mengucapkan salam kepada
siswa.
2) Guru melakukan presensi kehadiran siswa dengan cara memanggil
satu persatu nama siswa sesuai dengan daftar nama siswa yang tercatat
di sekolah. Tampak siswa mengacungkan tangan saat namanya dipanggil
guru, berarti menunjukkan ia hadir. Pada kenyataannya seluruh siswa
hadir (19 siswa).
3) Kemudian guru menjelaskan pokok bahasan mengenai kemampuan
menulis
pengalaman
dengan
metode
latihan
berjenjang
dan
menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa berkaitan
dengan
materi
pembelajaran
yang
commit to user
dibahas.
Kemudian
guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membacakan hasil nilai siswa dari kegiatan pembelajaran yang lalu
(hasil pembelajaran siklus I).
4) Guru melanjutkan dengan memberikan apersepsi berkenaan dengan
materi yang sudah dibahas sebelumnya, serta memberikan motivasi
siswa agar belajar dan berlatih yang giat dalam memahami dan menulis
pengalaman dengan metode latihan berjenjang.
5) Guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan
berkenaan dengan pelajaran yang telah dibahas sebelumnya. Ada
beberapa siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kesulitankesulitan yang dialami dalam pembelajaran sebelumnya. Kemudian guru
menjawab pertanyaan siswa tersebut dengan memberikan penjelasan
mengenai teknik menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang
serta memberikan penguatan bahan pelajaran yang dianggap penting.
6) Guru membentuk kelompok belajar siswa menjadi 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 5 siswa yang memiliki tingkat kepandaian
berbeda terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan siswa yang tergolong
kurang
pandai.
Hal
ini
dilakukan
untuk
menciptakan
rasa
kebersamaan antar siswa dalam proses belajar sehingga mereka
terdorong untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi, dan saling
menilai hasil karangan yang dibuat di antara mereka.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:
1) Guru membagi lembar tugas latihan menulis karangan untuk
dikerjakan siswa melalui belajar kelompok.
2) Guru memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok siswa
untuk mengerjakan lembar kerja atau tugas latihan. Alokasi waktu yang
disediakan untuk latihan ini adalah 40 menit.
3) Siswa tampak mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu melakukan
latihan belajar bersama dan mendiskusikan tugas yang diberikan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Selama berlangsungnya latihan menulis, guru dan dibantu seorang
observer pendamping melakukan penilaian dengan menggunakan lembar
observasi (pengamatan) yang telah dipersiapkan. Selain itu guru
memberikan bimbingan kepada beberapa orang siswa yang mengalami
kesulitan dalam latihan menulis yang ditugaskan.
5) Setelah kegiatan latihan menulis Bahasa Indonesia dirasa cukup,
guru menugaskan siswa untuk melakukan penilaian terhadap hasil
karangannya sendiri, dan melakukan penilaian antarteman.
6) Selanjutnya guru melakukan tanya jawab kepada siswa. Ada di antara
siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru tentang cara
pengembangan ide atau gagasan dengan metode latihan berjenjang
dalam kemampuan menulis pengalaman. Hal ini langsung dijawab oleh
guru dan sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan ini merupakan akhir dari kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam pertemuan itu, sebagai berikut:
1) Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan bahan pelajaran
yang telah dibahas.
2) Guru melakukan tes kemampuan menulis pengalaman dengan metode
latihan berjenjang kepada siswa.
3) Kemudian guru memberikan tindak lanjut kepada siswa untuk
mempelajari bahan pelajaran berikutnya di rumah sebagai bahan untuk
dibahas pada pertemuan berikutnya. Tampak semua siswa mencatat
tugas yang diberikan guru.
4) Setelah itu guru mengakhiri atau menutup pelajaran pada pertemuan
itu dengan menyampaikan salam.
3.
Observasi (Pengamatan)
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa selama berlangsungnya
kegiatan latihan menulis bagi siswa dilakukan penilaian oleh guru dan dibantu
seorang observer pendamping terhadap kemampuan aktivitas proses belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam latihan kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan
berjenjang. Pada dasarnya fokus penilaian dan indikator yang dinilai atau
yang dijadikan ukuran kemampuan aktivitas belajar siswa tersebut adalah sama
dengan fokus penilaian dan indikator yang dipergunakan dalam penilaian
pada tindakan sebelumnya (siklus I). Penilaian ini dilakukan dengan
menggunakan lembar penilaian yang telah dipersiapkan dan dilakukan melalui
observasi (pengamatan). Hasil penilaian tersebut kemudian dianalisis untuk
selanjutnya sebagai bahan acuan dalam melakukan refleksi atau evaluasi
untuk mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan.
4.
Refleksi Tindakan
Sesuai dengan tujuan penelitian maka refleksi tindakan siklus II dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Kemampuan Proses Belajar Siswa
Berdasarkan analisis data hasil penilaian dari pengamatan terhadap
kemampuan proses belajar siswa menulis pengalaman dengan metode latihan
berjenjang pada tindakan siklus II menunjukkan, bahwa kemampuan proses
belajar siswa dalam kegiatan ini tergolong amat baik karena mencapai
presentase 92,76%.
b. Kemampuan menulis pengalaman
Mengenai hasil belajar siswa tentang kemampuan menulis
pengalaman dengan metode latihan berjenjang pada tindakan siklus II
dapat dikemukakan berikut ini.
Dari analisis data hasil tes kemampuan menulis pengalaman tersebut dapat
diketahui bahwa kemampuan rata-ratanya mencapai 84,45. Nilai terendah yang
diperoleh siswa sebesar 76 dan nilai tertinggi 92. Dengan demikian nilai yang
diperoleh siswa pada siklus II ini sudah mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu 75.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
latihan berjenjang dalam pelajaran kemampuan menulis pengalaman pada
tindakan siklus II terhadap siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan dampak positif bagi siswa dalam mengoptimalkan aktivitas belajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pelajaran kemampuan menulis
pengalaman atau mengarang ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini
terungkap pada tindakan siklus II. Mengingat kemampuan menulis pengalaman
siswa pada siklus II sudah melebihi KKM, maka pemberian tindakan pada
pelajaran kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia ini dihentikan
sampai dengan siklus II.
D. Evaluasi Hasil Tindakan
Berkenaan dengan telah dilaksanakannya tindakan siklus I dan siklus II
tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi secara umum atau keseluruhan untuk
mengetahui
keberhasilan
pembelajaran
keterampilan
kemampuan
menulis
pengalaman atau mengarang dengan metode latihan berjenjang dengan
membandingkan hasil pembelajaran sebelumnya (sebelum dilaksanakan tindakan
atau pra tindakan).
Dengan membandingkan
pencapaian
nilai
keterampilan
menulis
pengalaman antara sebelum dan setelah dilaksanakan tindakan dengan penerapan
metode latihan berjenjang melalui dua silus tindakan (siklus I dan siklus II) pada
siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati dapat diketahui kemajuan atau
peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kemampuan proses dan kemampuan
kemampuan menulis pengalaman, sebagai berikut:
1. Kemampuan aktivitas proses belajar siswa pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan sebelum
dilaksanakan tindakan (pra tindakan).
Berdasarkan analisis data dari pengamatan (lembar observasi) pada
tindakan siklus I menunjukkan bahwa proses belajar siswa dalam mengerjakan
kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang adalah
rata-rata tergolong baik. Indikasi hal ini diketahui dari proses belajar yang
dilakukan siswa, yaitu dari 19 siswa mencapai rata-rata 80,92.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada analisis data hasil penilaian dari pengamatan terhadap proses
belajar siswa dalam menulis pengalaman dengan metode latihan bejenjang pada
tindakan siklus II menunjukkan, bahwa proses belajar siswa dalam kegiatan ini
tergolong amat baik karena mencapai presentase 92,76%
2. Kemampuan hasil belajar menulis pengalaman pada kegiatan pembelajaran
sebelumnya (pra tindakan) mengenai nilai kemampuan menulis pengalaman
atau mengarang dengan metode latihan berjenjang adalah rata-rata tergolong
rendah atau kurang, karena baru mencapai KKM 65.
Pada tindakan siklus I, dari 19 siswa yang memperoleh nilai kemampuan
menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang rata-rata 70,10, nilai
terendah 57 dan nilai tertinggi 83.
Sedangkan pada tindakan siklus II, dari 19 siswa yang memperoleh nilai
kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang rata-rata
84,45, nilai terendah 76 dan nilai tertinggi 92. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa taraf kemampuan kelas berkaitan dengan kemampuan menulis
pengalaman dengan metode latihan berjenjang tergolong amat baik.
Dengan demikian dapat diambil simpulan bahwa penerapan metode latihan
berjenjang dalam pembelajaran kemampuan menulis pengalaman melalui dua
siklus (siklus I dan siklus II) pada kenyataannya dapat meningkatkan kemampuan
menulis pengalaman, baik aspek kemampuan aktivitas proses belajar dalam
latihan menulis maupun dari aspek hasil belajar kemampuan menulis
pengalaman pada siswa Kelas VII D semester genap SMP Negeri 1 Winong,
Pati tahun pelajaran 2011/2012.
BAB V
PENUTUP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagian ini merupakan simpulan dan saran dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dideskripsikan pada bab IV sebelumnya, simpulan dan
saran dimaksud sebagai berikut.
A. Simpulan
1. Aktivitas Proses Belajar
Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan siklus I dan siklus II bahwa
kemampuan siswa dalam aktivitas proses belajar menulis pengalaman dengan
penerapan metode latihan berjenjang menunjukkan kecenderungan mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
2. Hasil Belajar Keterampilan Menulis Pengalaman
Berdasarkan hasil tes kemampuan menulis pengalaman dengan
penerapan metode latihan berjenjang menunjukkan ada peningkatan
kemampuan menulis pengalaman siswa ke arah yang lebih baik dari siklus
I ke siklus II. Hal ini terlihat dari hasil kemampuan menulis pengalaman
siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati pada siklus I nilai terendah
57, nilai tertinggi, 83, dan rata-rata 70, 10. Pada siklus II nilai terendah 76,
nilai tertinggi 92, dan rata-rata 84,45. Dengan demikian terdapat
peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk nilai terendah sebesar 19, nilai
tertinggi 9, dan rata-rata 14,35.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan
berjenjang dalam pembelajaran keterampilan menulis pengalaman melalui
dua siklus tindakan (siklus I dan siklus II) dapat meningkatkan kemampuan
menulis pengalaman ke arah yang lebih baik pada siswa kelas VII D SMP
Negeri 1 Winong, Pati tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi siswa perlu banyak latihan menulis pengalaman/mengarang pengalaman
yang dialami sendiri (kontekstual) melalui belajar kelompok dan berdiskusi
antarteman.
2. Bagi guru, perlu memberikan ‘model’ atau contoh-contoh karangan
pembelajaran keterampilan menulis pengalaman mengenai topik tertentu
dengan penerapan metode latihan berjenjang kepada siswa dan mendorong
siswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam melakukan penilaian
hendaknya guru lebih cermat dan teliti agar tidak terjadi kesalahan.
3. Bagi Kepala Sekolah, perlu motivasi dan supervisi kepada para guru berkaitan
dengan upaya perbaikan dan peningkatan efektivitas pembelajaran dan mutu
pendidikan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi M. 1989. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf. Malang: YA3
Malang
Ahmadi M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang:YA3
commit to user
Download