perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh Pramesti Nugrahaning Widi K 1208016 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Pramesti Nugrahaning Widi NIM : K 1208016 Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI TAHUN AJARAN 2011/2012 ” ini benar-benar menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Juni 2012 Yang membuat pernyataan Pramesti Nugrahaning Widi commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh Pramesti Nugrahaning Widi K 1208016 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Pramesti Nugrahaning Widi, PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN DENGAN METODE POLA LATIHAN BERJENJANG SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 WINONG, PATI TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas menulis pengalaman dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati yang berjumlah 19 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan tes. Validitas data triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review informan. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif (statistic deskriptif komaparatif) dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian adalah menggunakan pola latihan berjenjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode pola latihan berjenjang dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas menulis pengalaman siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi pada siklus II. Keterampilan dan kualitas menulis pengalaman siswa meningkat dibanding saat siklus I. Pelaksanaan siklus II menyebabkan keterampilan siswa dan kualitas menulis pengelaman meningkat. Pada siklus I nilai terendah 57, nilai tertinggi, 83, dan rata-rata 70, 10. Pada siklus II nilai terendah 76, nilai tertinggi 92, dan rata-rata 84,45. Dengan demikian terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk nilai terendah sebesar 19, nilai tertinggi 9, dan rata-rata 14,35. Simpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas menulis pengalaman siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati. Kata kunci : menulis pengalaman, pola latihan berjenjang, commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Tuntutlah ilmu, karena jika Anda seorang kaya, maka ilmu itu memperindah Anda dan jika Anda miskin maka ilmu itu memelihara Anda. (Ali Bin Abi Thalib) Sahabat itu bukan tentang siapa yang lebih dulu ada, tapi siapa yang datang, tulus, dan tak akan pernah pergi. (Belynarti) Impossible = Im Possible (Hitam Putih) Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, namun untuk menjadikannya mungkin perlu usaha, ikhtiar dan tentunya doa. (Penulis) commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk: ”Bapak dan Ibu” Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu. “ Kakakku Agso Pramudita” Terima kasih karena senantiasa mendukung dan menyemangati adikmu yang bandel ini. ”Mas Aan P” Terima kasih karena telah mendukung dan menyemangati langkahku dengan perhatian, selalu mengerti, dan selalu ada di sampingku baik di saat ku kuat maupun sedang lemah dan terluka. Teman Seperjuangan Ratna Wijayanti Terima kasih sahabat seperjuanganku. Luka telah mempertemukanku denganmu, Terima kasih karena kau ada di saat aku sedang rapuh ataupun aku sedang bersuka cita. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S, M.Hum, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum, Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Amir Fuady, M.Hum, pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Budi Waluyo, S.S, M.Pd, pembimbing II yang penuh kesabaran telah memberikan arahan dan bimbingan. 6. Kepala SMP Negeri 1 Winong, Pati yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Semoga segala bantuan yang telah diberikan tersebut memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Pengasih. Skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan. Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi yang berkepentingan. commit to user x Penulis, Juni 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………….. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... vi HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ................................................................................... 7 1. Kemampuan Menulis .................................................................... 7 a. Hakikat Kemampuan Menulis................................................. 7 b. Jenis-jenis Karangan ............................................................... 11 c. Tujuan dan Manfaat Menulis .................................................. 13 d. Fungsi Menulis ........................................................................ 16 e. Unsur-unsur Menulis............................................................... 17 f. Penilaian Menulis .................................................................... 19 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Menulis Pengalaman .................................................................... 23 a. Pengertian Pengalaman ........................................................... 23 b. Jenis-jenis Pengalaman Pribadi ............................................... 23 c. Manfaat Menulis Pengalaman Pribadi .................................... 27 d. Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi ............................ 27 e. Evaluasi Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi ............. 27 f. Penilaian Keterampilan Menulis Pengalaman ....................... 28 3. Pola Latihan Berjenjang ............................................................... 32 B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 36 C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 40 D. Hipotesis Tindakan ............................................................................. 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 44 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 45 C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 51 D. Subjek Penelitian ................................................................................ 51 E. Sumber Data ....................................................................................... 51 F. Uji Validitas Data................................................................................ 52 G. Kriteria Keberhasilan Kinerja ............................................................. 52 H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 52 I. Prosedur Penelitian ............................................................................. 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra-Tindakan ....................................................................................... 58 B. Tindakan Siklus I ............................................................................... 59 C. Tindakan Siklus II ............................................................................... 64 D. Evaluasi Hasil Tindakan ..................................................................... 69 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................... 72 B. Saran.................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN 1. RPP Siklus I ...................................................................................................... 77 2. RPP Siklus II ..................................................................................................... 84 3. Daftar Siswa Kelas VII D SMP 1 Winong, Pati ............................................... 91 4. Lembar Observasi Penilaian Proses .................................................................. 89 5. Hasil Observasi Penilaian Proses Siklus I......................................................... 97 6. Hasil Observasi Penilaian Proses Siklus II ....................................................... 98 7. Daftar Nilai kemampuan Menulis Pengalaman Pra Siklus…………………….99 8. Daftar Nilai kemampuan Menulis Pengalaman Siklus I ................................... 100 9. Daftar Nilai kemampuan Menulis Pengalaman Siklus II .................................. 101 10. Catatan Lapangan ............................................................................................ 102 11. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 1 Winong, Kab. Pati ...................... 105 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Untuk memfasilitasi ketergantungan tersebut manusia pun melakukan proses komunikasi. Alat komunikasi ini digunakan manusia untuk bertukar pikiran, mengutarakan perasaan, serta menyampaikan gagasan. Agar gagasan dan perasaan yang disampaikan seseorang dapat diterima oleh pihak lain, manusia harus memiliki keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam keterampilan berbahasa tersebut, aspek yang digunakan untuk berkomunikasi bukan hanya aspek berbicara, menulis pun dapat digunakan sebagai salah satu alat komunikasi yang efektif karena dengan tulisan seseorang dapat menyampaikan gagasannya ke setiap orang tanpa dibatasi waktu. Sebagai sebuah keterampilan berbahasa, keterampilan menulis perlu dilatihkan kepada semua orang, termasuk di dalamnya guru dan siswa. Dengan pelatihan itu diharapkan keterampilan mereka akan terus meningkat. Dengan demikian, keterampilan menulis perlu ditingkatkan. Sama halnya dengan berbicara, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan agar dapat dikuasai dengan baik. Menulis juga memerlukan keterampilan yang cukup banyak seperti pemilihan kata, keterkaitan paragraf, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis harus mendapatkan perhatian lebih agar keterampilan menulis yang dianggap kompleks dan rumit dapat dikuasai dengan mudah. Fakta menunjukkan bahwa menulis dianggap hal yang membosankan. Pembelajaran menulis di sekolah dianggap sebagai pengisi waktu kosong jika guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sedang ada keperluan lain atau tidak dapat masuk untuk mengajar. Siswa diminta menulis secara spontan tanpa dibekali pengetahuan yang memadai tentang menulis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah pertama perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu (Depdiknas 2003: 4). Dalam konteks alami, fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia lebih banyak melatih siswa terampil berbahasa, bukan dituntut lebih banyak mengetahui pengetahuan tentang bahasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Fungsi dan tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs adalah : 1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, 2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, 3) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, 4) Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, 5) Sarana pengembangan penalaran, 6) Sarana pemahaman keberagaman budaya Indonesia melalui khasanah kesastraan Indonesia (Depdiknas 2003: 3). Oleh karena itu, tujuan pembelajaran bahasa diharapkan dapat membentuk kompetensi bahasa Indonesia siswa SMP dan MTs dengan menyajikan komponen kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen penggunaan bahasa secara terpadu. Salah keterampilan satu keterampilan menulis. berbahasa Keterampilan yang menulis dikembangkan merupakan adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi memakai bahasa tulisan yang baik sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan efisien, mengingat menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Berdasarkan Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kompetensi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs, standar kompetensi yang harus dicapai siswa kelas VII adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menulis buku harian, surat pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat. Ragam tulisan yang dimaksud dalam standar kompetensi ini dipertegas dalam kompetensi dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada keterampilan menulis pengalaman. Berdasarkan penelitian terhadap siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati, ditemukan bahwa pada saat siswa dilatih menulis karangan, siswa lebih mementingkan panjang karangan dibandingkan dengan kualitas karangan. Selain itu, siswa kurang mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap hasil belajar ke dalam kehidupan sehari-hari. Padahal menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan rutin dan berkesinambungan. Menurut Purwo (1997: 7), dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan yang dipentingkan, melainkan kejelasan isi tulisan serta efisiensi pemakaian dan pemilihan kata. Karena itu, selama kegiatan menulis berlangsung siswa perlu disadarkan bahwa ada cara penataan atau penyusunan kata dalam pembelajaran keterampilan menulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia SMP Negeri 1 Winong ternyata hasil karangan siswa kelas VII D masih rendah dan belum memuaskan. Penyebabnya, siswa kurang mampu dalam menuangkan gagasan (ide), kurang latihan menulis karangan, dan kesalahan pada aspek kebahasaan yang tinggi. Di samping itu siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran menulis karangan. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh semua pihak, terutama guru bahasa dan sastra Indonesia. Kegiatan menulis akan lebih optimal bila dipadukan dengan kegiatan membaca. Siswa yang banyak membaca akan mendapat lebih banyak kosa kata, pilihan kata, mendapatkan informasi, dan mengetahui bentuk-bentuk tulisan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu, guru sebagai fasilitator hendaknya menggunakan teknik pembelajaran menulis yang menarik dan lebih bervariasi agar siswa lebih tertarik dan memiliki kemampuan menulis yang baik. Berdasarkan kenyataan, pembelajaran menulis yang dilaksanakan kurang produktif. Guru umumnya hanya menerangkan hal-hal yang berkenaan dengan teori menulis. Sementara pelatihan yang sebenarnya kurang disentuh. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu dibelajarkan dengan benar, yaitu membelajarkan anak untuk terampil menulis. Untuk meningkatkan keterampilan menulis pengalaman dipergunakan metode pola latihan berjenjang. Pola latihan berjenjang adalah metode pembelajaran menulis yang membelajarkan siswa untuk menulis secara bertahap dan bertingkat. Pembelajaran dimulai dengan latihan menulis kalimat, dilanjutkan dengan menyusun paragraf, kemudian menyusun berbagai karangan. Dengan menggunakan pola latihan berjenjang diharapkan dapat meningkatkan hasil keterampilan siswa dalam menulis terutama menulis pengalaman. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pola latihan berjenjang dapat meningkatkan keterampilan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong? 2. Apakah penerapan pola latihan berjenjang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Peningkatan keterampilan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang. 2. Peningkatan kualitas pembelajaran menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: a. Melengkapai teori-teori pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMP b. Dipakai guru sebagai landasan konseptual pemahaman materi dalam pembelajaran menulis. c. Memperkaya kajian pelaksanaan tindakan kelas. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi guru 1) Memberikan masukan positif terhadap pembelajaran keterampilan menulis. 2) Memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran menulis. 3) Meningkatkan kinerja sehingga kualitas pembelajaran menulis semakin meningkat dan bermanfaat bagi siswa. b. Bagi siswa 1) Menambah motivasi menulis siswa. 2) Membantu mengatasi kesulitan pembelajaran menulis. c. Bagi sekolah commit to user siswa dalam mengikuti perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dengan hasil penelitian ini sekolah dapat mengembangkan dan memperbaiki iklim pembelajaran bahasa Indonesia dalam rangka meningkatkan kompetensi berbahasa indonesia siswa. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Kemampuan Menulis a. Hakikat Kemampuan Menulis Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung. Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan komunikasi secara langsung. Sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Menulis adalah suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Wujudnya adalah berupa tulisan yang terdiri dari rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapannya, seperti ejaan, dan tanda baca. Menulis juga merupakan suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca (Akhadiyah, 1997: 13). Menurut Takala (dalam Ahmadi, 1990: 24), membuat ringkasan menulis seperti berikut ini. Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tanpa konvensional yang dapat dilihat atau dibaca. Lebih lanjut, JN Hook (dalam Ahmadi, 1989: 325) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu medium yang penting bagi ekspresi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diri, untuk ekspresi bahasa, dan untuk menemukan makna. Lebih luas, Murray (dalam Ahmadi, 1989: 3) mengemukakan bahwa menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan, mencobakan, dan mengulas kembali. Menurut Rubin (dalam Ahmadi, 1989: 128), menulis merupakan proses penuangan ide dalam bentuk tertulis. Substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Ini berarti bahwa sebelum atau saat setelah menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir. Menulis dalam pembelajaran merupakan aktivitas yang menggunakan proses berpikir. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian menulis dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan proses berpikir yang mempunyai sejumlah esensi yaitu mengingat, membayangkan, menghubungkan, memonitor, mereview, memprediksi, mengevaluasi mengorganisasikan, dan menerapkan. Sehingga dengan proses berpikir tersebut akan terwujud suatu tulisan yang berkualitas. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan, seperti artikel, sketsa, puisi, maupun bentuk karangan. Melalui kegiatan menulis, penulis akan memberikan masukan berbagai informasi mauupun pengetahuan kepada para pembaca dari hasil tulisannya. Affandi (dalam Sumiyo, 2000: 2), menulis adalah mengorganisasikan ide menjadi rangkaian logis. Lado (Dalam Tarigan, 1998: 21) mengemukakan bahwa menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Sementara dalam kamus mengartikan menulis adalah tindakan melakukan pikiran atau perasaan (Poerwadarminta, 1998: 634) Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami orang lain (Nurudin, 2007: 4) menulis menurut Harefa (2003: 3) sebagai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “kemampuan memahami diri sendiri dan mengeluarkan secara tertulis, atau mengorganisasikan ide menjadi rangkaian yang logis dalam tulisan”. Sedangkan menurut Mc. Crimmon (1972: 142) “writing is a communicative act wich purpose is the expression of ideas or the conveying of a message to the reader”. Menulis adalah sebuah aktivitas berkomunikasi yang bertujuan mengekspresikan gagasan atau menyampaikan pesan kepada para pembaca. Di dalam menulis orang harus menguasai lambang atau simbol visual dan aturan tata tulis. Kelancaran komunikasi menulis tergantung pada lambang yang divisualisasikan. Karangan (tulisan) adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi melalui lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap (Burhan Nurgiantoro. 2005: 296). Menurut The Liang Gie (1992: 17) mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Jadi, menulis dapat diartikan juga sebagai salah satu cara berkomunikasi antar manusia dengan bahasa tulis. Tulisan tersebut dirangkai kedalam sususan kata dan kalimat yang runtut dan sistematis, sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh orang yang membacanya. Seorang penulis yang ingin yang ingin menyampaikan gagasan atau ide harus dapat mengorganisasikan kata-kata yang dipakainya ke dalam kalimat. Hal tersebut tidaklah mudah, karena tidak semua pembaca dapat memahami makna bahasa tulis seseorang. Maka komunikasi dengan bahasa tulis memerlukan keterampilan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan dengan bahasa tulis yang tepat, teratur dan jelas. Senada dengan pendapat di atas Tarigan (1993: 3) juga berpendapat bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Pengertian tersebut menegaskan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi tidak langsung. Tulisan digunakan sebagai media media perantara kegiatan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id komunikasi. Meski pengguna bahasa tidak saling bertatap muka namun, kegiatan komunikasi tetap dapat berlangsung. Khaerudin Kurniawan (2007: 1-2) menulis adalah kemampuan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kemampuan menulis, yaitu : (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya ; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis, dan (3) pengusaan tentang jenis-jenis, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah dan sebagainya. Pada dasarnya, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis seseorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Kemampuan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakan secara tertulis dengan jelas, lancar dan komunikatif. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian, dan pilihan kata, serta struktur kalimat. Erizal Gani (2003: 4) tujuan pembelajaran menulis hendaknya diarahkan kepada keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia untuk mencapai tujuan di atas, guru dalam perencanaan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal yang dapat memudahkan mencapai tujuan. Tampaknya porsi latihan menulis dengan segala dinamikanya merupakan kunci utama keberhasilan pembelajaran. Pembelajar harus dibiasakan dengan menulis dalam bahasa Indonesia. Hasil tulisan tersebut didiskusikan dengan dengan pembelajar, sehingga pembelajar mengetahui kelemahan dan keunggulannya. Berdasarkan hal tersebut diputuskan suatu tindak lanjut yang mengarah kepada keterampilan menulis bagi pembelajar. Sekalipun tujuan pembelajaran adalah terampil bukan berarti aspek lain (sikap dan pengetahuan) diabaikan. Artinya di akhir pembelajaran hendaknya diperoleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id out put yang terampil menulis dan mengerti dengan kaidah-kaidah menulis dalam bahasa target. Menulis tidak cukup hanya mengetahui teori-teori saja. Tanpa pernah mencoba menggerakan pena atau menggerakan jari-jemari pada mesin tik (berlatih) untuk menyatakan pikiran, mustahil kemampuan menulis dapat diraih (Ano Karsanah, 1986: 11). Dengan demikian kemampuan menulis adalah sebuah cara pembelajaran dengan penggabungan kemampuan dan berkomunikasi, lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa menulis dipandang sebagai sebuah aktifitas yang bisa dianalisa dan digambarkan sehingga kegiatan menulis dapat diajarkan kepada siswa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seorang individu dalam mengorganisasikan ide atau pesan secara logis yang melibatkan perasaan secara tertulis sehingga orang lain dapat memahami gagasan atau ide yang dituangkan dalam tulisan. Sebagai media komunikasi tidak langsung tulisan mewakili penulisnya untuk menyampaikan pesan secara langsung. b. Jenis-jenis Karangan Dari beragamnya tujuan menulis, maka dapatlah dikatakan bahwa bentukbentuk atau jenis tulisan akan mengarah pada jenis tulisan yang bersifat menginformasikan, membujuk, mendidik dan menghibur. Jenis-jenis tulisan seperti itu dalam dunia tulis menulis lebih dikenal dengan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi (Akhadiah, dkk, 1989: 14-5). Narasi adalah ragam tulisan atau wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelasjelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Bentuk tulisan ini dapat ditemukan misalnya pada karya prosa atau drama, biografi atau otobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan melakukan sesuatu. Deskripsi (pemeran) adalah ragam tulisan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terjadinya imajinasi (daya khayal) pembaca, sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. Eksposisi atau pemaparan adalah ragam tulisan yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang disampaikannya. Argumentasi adalah ragam tulisan yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis dan sistematis disertai bukti-bukti yang ada untuk memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya, sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Contoh karangan seperti ini adalah hasil penilaian, pembelaan dan timbangan buku. Persuasi adalah ragam tulisan yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu pembenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti-bukti atau fakta. Hanya saja, dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca, bahwa apa yang disampaikan penulis itu benar. Contoh karangan ini adalah propaganda, iklan, selebaran atau kampanye. Dari uraian di atas dapatlah dikatakan apapun wujud sebuah tulisan, di alamnya akan terdapat fakta, emosi, sikap dan isi pikiran seorang penulis. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Hadiyanto (2001: 9-10) yang menyatakan bahwa apapun juga motivasinya, tulis menulis selalu berhubungan dengan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikirannya secara jelas dan efektif, kepada pembaca. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selanjutnya dikatakan bahwa menulis akan berbeda dengan mengarang. Menulis buah karyanya berupa tulisan non-fiksi, sedangkan mengarang buah karyanya berupa tulisan fiksi seperti cerpen, cerbung atau novel, yang umumnya dihasilkan oleh para sastrawan. Klasifikasi yang berbeda dibuat oleh Adelstein dan Piva. Mereka membuat klasifikasi tulisan berdasarkan nada (voice). Berdasarkan nada, terdapat enam jenis tulisan yakni (1) tulisan bernada akrab, (2) tulisan bernada informatif, (3) tulisan bernada menjelaskan, (4) tulisan bernada argumentatif, (5) tulisan bernada mengkritik, dan (6) tulisan bernada otoritatif (Tarigan, 1986: 28–29). c. Tujuan dan Manfaat Menulis Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa maksud dan tujuannya. Orang menulis mempunyai maksud dan tujuan yang bermacam-macam, misalnya memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan perasaan atau emosi (Tarigan, 1986: 23). Meskipun tujuan menulis sangat beragam. Hart dan Reinking berpendapat, tujuan umum menulis hanya dua yaitu menginformasikan (to inform) dan meyakinkan (to Persuade). Gie juga berpendaat bahwa tujuan orang mengarang pada dasarnya ada dua tipe, akan tetapi pendapat Gie berbeda dengan pendapat Hart dan Reinking tersebut, karena menurutnya dua tipe tujuan mengarang itu adalah (1) memberi informasi, memberitahukan sesuatu, dan (2) memberi liburan, menggerakkan hati (Gie, 1992: 24). Secara umum seseorang yang menulis memiliki empat tujuan, yaitu: untuk menginformasikan, membujuk, mendidik dan menghibur. Dari empat tujuan tersebut, tujuan pertama dan utama dari menulis adalah menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data, maupun peristiwa termasuk pendapat, dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa tersebut agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang terdapat maupun yang terjadi di muka commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bumi ini. Secara umum hakikat keterampilan berbahasa memang berorientasi pada pelatihan penggunaan bahasa dan pada siswa sebagai subjek belajar. Tujuan primer pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia adalah peningkatan kemampuan siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk berbagai tujuan, keperluan dan keadaan (Budinuryanta dkk, 1997: 1.4–1.7). Hal tersebut sesuai dengan salah satu rambu-rambu pemelajaran bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa belajar bahasa pada hakikatnya belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Menurut Tarigan (1994: 23-24), tujuan menulis (the writer‘s intention) adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan menulis adalah (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse), (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (literary discourse), (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1994: 24-25) mengungkapkan, tujuan menulis meliputi: (1) tujuan penugasan (assignment purpose), yaitu menulis Karena ditugaskan bukan kemauan sendiri, (2) tujuan altruistik (altruistic purpose), yaitu untuk menyenangkan pembaca, (3) tujuan persuasif (persuasive purpose), yaitu meyakinkan pembaca dan kebenaran gaya gagasan yang diutamakan, (4) tujuan informasional (informational purpose), yaitu memberi informasi kepada pembaca, (5) tujuan pernyatan diri (self ekspressive purpose), yaitu memperkenalkan diri sebagai pengarang kepada pembaca, (6) tujuan kreatif (creative purpose), yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, (7) tujuan pemecahan masalah (problem solving pusrpose), yaitu mencerminkan serta menjelajahi pikiran-pikiran agar dimengerti dan diterima oleh pembaca. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kompetensi pun diungkapkan, bahwa tujuan pembelajaran menulis standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Artinya, siswa terampil menulis secara efektif dan efisien berbagai ragam tulisan dalam berbagai konteks. Berdasarkan uraian tujuan menulis yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa menulis mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Morsey (dalam Tarigan 1994: 20) mengungkapkan, manfaat menulis adalah untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta memengaruhi orang lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis yang dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Namun, penulis dituntut mampu menyerap, mencari, mencari, meyakinkan, pembaca, melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang ditulis, selain itu penulis hendaknya memiliki kreativitas dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta pengungkapannya secara tersurat. Berdasarkan pendapat di atas, menulis bermanfaat untuk, mengenali kemampuan dan potensi diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan, menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengekspresikan secara tersurat, meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif, memecahkan permasalahan, mendorong untuk terus belajar secara aktif, menjadi terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Fungsi Menulis Secara umum fungsi menulis adalah menuangkan gagasan atau ide seseorang ke dalam bentuk tulisan, dengan kata lain menulis juga disebut dengan komunikasi secara tidak langsung. Menurut Rusyana (1986: 114) dalam Nur (2008: 15), fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 1) Fungsi Menulis Berdasarkan Kegunaan (1) Melukiskan Dalam hal ini dapat menggambarkan dan mendeskripsikan sesuatu, baik menggambarkan sehingga wujud pembaca dapat benda atau membayangkan mendeskripsikan secara jelas keadaan apa yang digambarkan atau dideskripsikan. Pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri. Fungsi ini terdapat dalam karangan deskripsi. (2) Memberi Petunjuk Pemberian petunjuk dilakukan apabila ingin berhasil sesuai dengan yang diinginkan. Fungsi ini terdapat dalam resep atau pedoman. (3) Memerintahkan Dalam konteks ini menulis berfungsi untuk memerintahkan sesuatu agar dilakukan. Fungsi ini terdapat dalam undang-undang atau peraturan. (4) Mengingat Dengan adanya catatan peristiwa, keadaan, dengan tujuan untuk mengingat hal-hal penting agar tidak terlupakan. Tulisan ini biasanya terdapat dalam buku harian atau jurnal. (5) Korespondensi Korespondensi yaitu suatu kegiatan surat menyurat dengan orang lain untuk memberitahukan, menanyakan, meminta sesuatu, dan mengharap agar orang yang dituju membalasnya. Fungsi ini terdapat dalam bentuk surat. 2) Fungsi Menulis Menurut Peranannya (1) Fungsi Penataan Pada waktu menulis terjadi penataan gagasan, pendapat, imajinasi, dan lainnya serta terdapat penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id karena itu, pikiran, gagasan, pendapat, imajinasi, dan lainnya itu mempunyai wujud yang tersusun. (2) Fungsi Pengawetan Menulis dapat berfungsi untuk pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis, sering dokumen itu sangat berharga, misalnya mengungkapkan kehidupan pada masa lalu. (3) Fungsi Penciptaan Dengan menulis kita menciptakan sesuatu yang baru atau sifatnya inovatif. Karya sastra menunjukan fungsi demikian. Begitu juga karangan filsafat dan keilmuan, ada yang menunjukan fungsi penciptaan. (4) Fungsi Penyampaian Penyampaian dapat terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan, malah penyampaian itu dapat terjadi pada masa yang berlainan. e. Unsur-Unsur Menulis Menurut The Liang Gie (dalam Nurudin. 2007: 5-14), unsur menulis setidaknya terdiri dari: gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi), tatanan, dan wahana, penjelasan dari unsur menulis tersebut sebagai berikut: 1) Gagasan Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang. Setiap orang mesti punya gagasan, apapun bentuk gagasan itu. Gagasan seseorang akan sangat tergantung pada pengalaman masa lalu, pengetahuan yang dimilikinya, latar belakang hidupnya, kecenderungan personal dan untuk tujuan apa gagasan itu ingin dikemukakan. Gagasan muncul bisa dari banyak membaca, pengamatan, penelitian, diskusi, dan pengalaman hidupnya. Seseorang yang banyak membaca akan lebih mempunyai banyak gagasan dalam pikirannya daripada yang jarang mermbaca. Termasuk mereka yang jarang diskusi juga sangat susah untuk memunculkan gagasan tertentu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Tuturan Tuturan adalah gagasan sehingga dapat dipahami oleh pembaca. 3) Tatanan Tatanan adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah. Ini berarti menulis tidak sekedar menulis, tetapi menulis dengan disertai sebuah “aturan” menulis. Misalnya bagaimana mengatur agar persoalan yang sudah dibahas dibagian awal tidak terulang lagi dibagian tengah atau akhir, apa saja yang akan ditulis, dan fokusnya apa. Tatanan juga berguna agar yang kita tulis tidak menyalahi pedoman baku penulisan. 4) Wahana Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana dalam menulis berarti sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa). Sri Hastuti P. H (1982: 18) berpendapat bahwa keterampilan menulis melibatkan beberapa faktor, antara lain: a. Penyusunan kalimat yang tidak berbelit-belit. b. Kalimat-kalimat mengandung maksud yang jelas, c. Variasi pilihan kata yang bermakna denotatif dan konotatif yang tepat. d. Kesatuan dan perpaduan pikiran, e. Penempatan paragraf sesuai dengan pikiran, dan f. Penulisan yang sesuai dengan ejaan yang berlaku. Berdasarkan pendapat yang telah dijabarkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam menulis melibatkan beberapa faktor dan unsur menulis yang terdiri dari empat unsur yaitu gagasan, tuturan, tatanan, dan wahana. f. Penilaian Menulis Penilaian merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran, sehingga penilaian tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum. Dengan melakukan penilaian, kemajuan yang diperoleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa dan keberhasilan proses pembelajaran dapat diukur sehingga dapat lebih mudah untuk menentukan langkah yang akan ditempuh selanjutnya. Burhan Nurgiyantoro (2001: 5) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Tucman (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 5), yang menyebutkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, keluaran, suatu progam telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Dari beberapa pendapat ahli yang telah dijabarkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian adalah suatu proses yang digunakan untuk mengukur kadar keberhasilan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian penilaian atau evaluasi digunakan sebagai pengukur kadar keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang telah dilakukan, dan dapat dijadikan landasan untuk mengambil kebijakan untuk lanngkah selanjutnya. Penilaian dalam kemampuan menulis tercakup beberapa penilaian kemampuan secara sekaligus, yaitu kemampuan memilih tema, mengembangkan tema menjadi kerangka tulisan, mengembangkan kerangka tulisan menjadi menjadi tulisan yang lengkap, kemampuan menggunakan struktur bahasa (bentuk kata dan kalimat), kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca, dan kemampuan menggunakan kosa kata. Seperti pendapat dari Pujiati dan Rahmina (1998: 77) bahwa “evaluasi kemampuan menulis akan lebih tepat jika dilaksanakan secara terpadu”. Kemampuan menulis hanya diukur dari ekspresi verbal (berupa satuansatuan bahasa), tidak diukur dari ekspresi non verbal (berupa anggota gerakan badan). Oleh karena itu alat ukur yang paling tepat digunakan adalah tes. “Tes kemampuan menulis dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung artinya siswa diminta membuat tulisan-tulisan berdasarkan topik-topik tertentu, sedangkan metode tidak langsung kemampuan menulis dievaluasi dengan tes pilihan ganda” (Haris dalam Pujiati dan Rahmina, 1998: 13). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kedua macam metode tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihan metode langsung (tes esai) menurut Burhan Nurgiyantoro, 2001: 7278) yaitu: 1) Siswa dapat menerapkan pengetahuan, menganalisa, menggabungkan, menilai dan memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Hal ini merupakan suatu hal yang sulit dilakukan melalui tes objektif. 2) Dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan jawabannya kedalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri. Keruntutan bahasa ini penting karena hal itu akan mencerminkan jalan pikiran siswa. 3) Menuntut siswa untuk menggunakan pikirannya sendiri, dan 4) Tes bentuk esai mudah dibentuk. Sedangkan kelemahannya adalah: 1) Sulit memberikan skor secara tepat dan memerlukan pertimbangan tertentu, dan 2) Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan relatif lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelemahan tes esai adalah sebelum dilakukan penilaian, hendaknya disusun terlebih dahulu kriteria-kriteria tertentu yang dijadikan pedoman. Hal ini terutama dimaksudkan agar pemberian skor lebih bersifat konsisten, dan mengurangi sifat subjektivitas penilaian. Adapun kelebihan dan kelemahan tes pilihan ganda menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 72-78) yaitu: 1) Kelebihan a. Hanya memungkinkan satu jawaban yang benar. Hal ini akan menimbulkan sifat objektif. b. Tes objektif sangat mudah dikoreksi. c. Hasil tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang dapat dipercaya. 2) Kelemahan a. Membutuhkan waktu yang relatif lama. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Adanya kecenderungan guru yang hanya menekankan perhatiannya pada pokok bahasan tertentu sehingga tes tidak bersifat komprehensif. c. Memungkinkan siswa melakukan untung-untungan dalam menjawab, dan d. Penggandaan tes objektif memerlukan waktu yang lama. 3) Usaha yang dilakukan untuk mengurangi tes objektif yaitu: a. Dalam penyusunan butir-butir tes objektif hendaknya mendasarkan diri pada tabel spesifikasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga tidak berpusat pada satu pokok bahasan saja. b. Kesulitan menyusun tes objektif dapat dilakukan dengan banyak berlatih, mempelajari tes yang disusun orang lain yang baik. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to lern) bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2005: 168). Dengan demikian kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Menurut Holly L. Jacobs (1981: 740) unsur-unsur yang harus ada dalam melakukan penilaian menulis adalah sebagai berikut: 1) Isi Kepahaman tentang fakta atau data pendukung, pengembangan karangan yang cermat, kesesuaian uraian dengan topik (30%). 2) Organisasi Kelancaran pengungkapan, ide dibatasi dan didukung secara jelas, tepat, susunan yang baik, urutan yang logis (20%). 3) Kosa kata Penggunaan kosa kata (20%) 4) Penggunaan bahasa Misalnya penggunaan kalimat efektif (25%), dan 5) Mekanik Misalnya penggunaan ejaan (5%). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hampir sama dengan pendapat Harris (dalam Burhanudin, 2001: 306) mengemukakan penilaian menulis melalui content (isi, bahasa, dan pola kalimat), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan). Adapun rambu-rambu evaluasi karangan yang utuh menurut Rustono (2006: 12-13) sebagai berikut: 1) Skor 85-100/A : tulisan mencerminkan kematangan pikiran, mudah dibaca, jelas, bahasanya kuat, diksi dan struktur kalimatnya bagus, penataan pikiran dan pengembangan paragrafnya baik, organisasi karangan efektif, 2) Skor 70-84/B : masalah tulisan cukup penting tetapi kurang jelas dan tersendat-sendat, gaya dan mekanisme komposisinya kurang lancar, 3) Skor 56-69/C : gagasan tidak baru dan kurang asli, bahasanya kurang lancar, kurang tepat, kalimatnya kurang efektif dan kurang peka, dan mekanisme komposisinya kurang teratur, 4) Skor 50-55/D : isi tulisan jelas, ekspresi gagasan sukar ditangkap, jalan pikiran tidak logis, tidak asli, banyak kesalahan dalam penulisan ejaan tanda baca, struktur kalimat, dan organisasi karangan sangat lemah. 2. Menulis Pengalaman a. Pengertian Pengalaman Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentunya pernah mengalami kejadian yang mereka anggap lucu, khas, unik, aneh, menyedihkan, mengharukan, dan menggembirakan. Setiap pengalaman yang dialami seseorang pasti berbeda satu sama lain. Ada pun kemungkinan kesaaman pengalaman secara persis sifatnya jarang terjadi. Berbagai pengalaman tersebut akan lebih bermakna apabila dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Dengan demikian, orang lain pun dapat merasakan atau ikut terbawa dalam suasana yang diceritakan. Dalam konteks ini, komunikasi dilakukan melalui bahasa tulisan. Namun demikian sebenarnya pengalaman pribadi dapat pula dikomunikasikan secara lisan dengan orang lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Jenis-jenis Pengalaman Pribadi Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kompetensi disebutkan jenis-jenis pengalaman pribadi, di antaranya pengalaman lucu, pengalaman aneh, pengalaman mendebarkan, pengalaman mengharukan, pengalaman memalukan, dan pengalaman yang menyakitkan. 1) Pengalaman Lucu Pengalaman lucu adalah pengalaman yang paling sering diceritakan atau dikomunikasikan kepada orang lain. Pengalaman lucu ini sering membuat orang merasa ikut terlibat dan akhirnya tertawa. Misalnya, seseorang masuk ruang toilet yang bukan peruntukannya. Seorang lelaki masuk toilet perempuan atau sebaliknya. Kejadian ini akan menimbulkan kelucuan bagi sebagian orang yang melihat atau mendengar cerita tersebut. 2) Pengalaman Aneh Pengalaman aneh adalah pengalaman yang mungkin saja terjadi sekali dalam pengalaman seumur hidup. aneh jarang Dikatakan terjadi. Misalnya, demikian seorang karena umumnya perempuan hanya berbikini berada di sebuah ruang makan. Kejadian ini dipandang sungguh aneh bagi orang-orang karena rumah makan bukanlah kolam renang. 3) Pengalaman Mendebarkan Pengalaman seseorang ketika mengalami peristiwa mendebarkan. Menunggu hasil ujian, menunggu detik-detik untuk berpidato atau menunggu giliran dioperasi adalah beberapa contoh pengalaman yang mendebarkan. 4) Pengalaman Mengharukan Pengalaman mengharukan adalah ungkapan perasaan hati seseorang untuk dikomunikasikan dengan orang lain yang sifatnya mengharukan. Kita bahkan mungkin juga pernah mengalami pengalaman yang mengharukan. Para pelakunya sering menangis menghadapinya. Mendengarkan cerita sedih, kita sering terlibat dalam suasana penuh keharuan. Melihat orang cacat yang tertatih-tatih mencari sesuap nasi adalah pengalaman yang mengharukan atau pertemuan antara anak dan ibu yang sudah lama terpisah jauh. 5) Pengalaman Memalukan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengalaman mengalami kejadian memalukan adalah memalukan. Biasanya pengalaman korban seseorang beserta yang orang-orang terdekatnya akan menanggung rasa malu. Bagi si korban atau keluarganya, pengalaman seperti ini akan dibawa sepanjang hayat. Meskipun orang sudah melupakannya, bagi si korban pengalaman seperti itu tidak terlupakan. Misalnya, celana yang tiba-tiba robek karena terkait kawat kemudian orang-orang melihat dan memperhatikan, pasti kejadian tersebut korban yang mengalami akan merasa malu. 6) Pengalaman Menyakitkan Pengalaman menyakitkan adalah pengalaman yang paling membekas dalam hati pelakunya dan sulit untuk dapat dilupakan. Pelakunya akan selalu teringat akan peristiwa tersebut. Bahkan, bagi orang yang amat perasa, dalam menjalani setiap kehidupan sehari-hari akan selalu teringat akan pengalaman itu. Menulis pengalaman pribadi merupakan suatu bentuk karangan narasi nonfiksi. Karangan narasi non fiksi merupakan tulisan yang menyajikan suatu peristiwa kenyataan secara menarik berdasarkan urutan waktu atau kronologis, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan atau memahami mengapa peristiwa itu terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia narasi mengandung arti pengisahan suatu cerita atau kejadian menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu (KBBI, 2007: 774). Maksudnya, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi secara kronologis. Hal ini tampak pada sebuah karangan dalam bentuk sederhana mengurutkan kejadian secara alamiah (natural order) atau mengurutkan proses suatu peristiwa dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis). Dengan demikian, organisasi perincian utamanya akan bersifat kronologis atau menurut urutan waktu alamiah. Struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya meliputi tindakan, penokohan, latar (setting), alur (plot), dan sudut pandang. Perbuatan adalah tiap tindakan yang harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya sehingga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembaca merasakan seolah-olah mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Mereka tidak menerima kata-kata umum untuk menyebut suatu perbuatan, tetapi mereka menyerap tindakan itu melalui perincian-perincian perbuatan itu. Penokohan dalam penceritaan dapat diperoleh dengan usaha memberi gambaran mengenai tindakan dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung karakter), sejalan tidaknya kata dengan perbuatan. Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, (c) sosial. Latar adalah latar dari peristiwa dalam karya baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar yang bersifat fisikal berhubungan dengan tempat, sedangkan latar psikologis adalah latar yang berupa lingkungan atau suasana dalam lingkungan tertentu yang mampu menggambarkan suatu makna tertentu serta mampu mengajak emosi dari pembaca untuk menunjang pendeskripsian. Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak. Alur terdiri atas alur maju, alur mundur, atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran). Pergerakan alur dijalankan oleh tokoh cerita. Umumnya, menulis pengalaman pribadi menggunakan alur maju karena terdapat fase-fase seperti diawali dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran. Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Dalam narasi, peranan sudut pandang sangat penting sebagai teknik untuk menggarap suatu narasi. Dalam menulis pengalaman pribadi, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Presentasi sudut pandang orang pertama ini disebut juga sudut pandang terbatas (limited point of view). Dikatakan demikian karena penulis secara sadar membatasi diri pada apa yang dilihat atau apa yang dialami sendiri sebagai pencerita. Pada umumnya, struktur cerita pengalaman pribadi menggunakan alur maju, diawali dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran. Hal ini commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tampak pada sebuah karangan dalam bentuk sederhana mengurutkan kejadian secara alamiah (natural order) atau mengurutkan proses suatu peristiwa dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis). Dalam menulis pengalaman pribadi perlu diperhatikan pengembangan gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menyatukan ide secara utuh dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Sebaiknya disampaikan dalam bentuk tulisan gagasan menggunakan yang akan bahasa yang menarik, komunikatif, kreatif, dan ekspresif agar terjalin hubungan erat antara penulis dan pembaca. c. Manfaat Menulis Pengalaman Pribadi Menulis pengalaman pribadi memiliki kebermanfaatan yang khas, yaitu penulis dapat mengungkapkan pesan dan perasaannya terhadap pembaca tetntang pengalaman pribadinya sesuai dengan apa yang dialami oleh penulis tersebut dengan berbagai topik yang menarik. Penulis pun dapat menyusun pikiran melalui penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hendaknya memiliki kreativitas dalam mengorganisasikan gagasan pengalamannya secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, menulis pengalaman pribadi bermanfaat untuk menggali potensi menyerap dan diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan, merefleksikan fenomena kehidupan yang dialami secara nyata, sehingga penulis secara psikologis akan lebih bijak memandang setiap persoalan yang dialaminya. Dengan demikian, selain aspek kognitif dan psikomotorik yang meningkat, aspek afektif pun semakin baik. d. Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Pembelajaran menulis pengalaman pribadi dipusatkan pada menulis karangan yang gagasan awalnya dari pengalaman pribadi siswa. Siswa disuruh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menulis karangan dengan beberapa judul yang dipilihnya sesuai dengan minat siswa untuk menceritakan pengalamannya. Siswa yang satu dengan yang lain kemungkinan besar berbeda judul. Hal itu akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menentukan kriteria penilaian. e. Evaluasi Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Setelah dilakukan tahap pembelajaran, tahap berikutnya yang dilaksanakan untuk mengetahui hasil dari penilaian pembelajaran menulis pengalaman. Hasil penilaian pun terlalu subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat menciptakan alat evaluasi yang tepat. Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran, guru dapat melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan pengajaran serta kemampuan perkembangan anak didiknya. Adapun aspek yang dinilai dalam pembelajaran keterampilan menulis adalah pilihan kata yang menarik (diksi), kerapian karangan, bentuk ejaan, dan memiliki kelogisan dalam mengembangkan gagasan. f. Penilaian Keterampilan Menulis Pengalaman Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan secara tepat jika kita tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran. Penilaian dan pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan. Keberhasilan merupakan harapan setiap orang. Demikian juga bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut akan dapat diketahui dengan melakukan penilaian atau evaluasi (Pujiati dan Rahmina, 1997: 1.1). Penilaian merupakan salah satu subsistem yang penting dalam sistem pendidikan. Penilaian termasuk komponen penting dalam sistem pendidikan karena mencerminkan perkembangan atau kemajuan pendidikan dari satu waktu ke waktu lain. Selain itu, melalui penilaian dapat dibandingkan tingkat pencapaian prestasi pendidikan antara satu sekolah dengan sekolah atau wilayah lainnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Depdikbud penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Pada dasarnya, yang dinilai adalah program, yaitu suatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, lengkap dengan rincian tujuan dari kegiatan tersebut. Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan dan atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, garis-garis besar program pembelajaran, atau dalam perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya (Depdikbud, 2003: 2). Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas. Komponen-komponen pokok penilaian meliputi pengumpulan informasi, interprestasi terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan keputusan. Ketiga komponen itu kait mengait dan sebelum melakukannya guru harus menentukan atau merumuskan tujuan penilaian. Tujuan dan fungsi penilaian khususnya penilaian hasil belajar dapat bermacam-macam, yang antara lain adalah (1) mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran, (2) mengetahui kinerja berbahasa siswa, (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) memberikan umpan balik (feedback) terhadap peningkatan mutu program mutu program pembelajaran, (5) menjadi alat pendorong dalam meningkatkan kemampuan siswa, (6) menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan jurusan, kenaikan kelas, atau kelulusan, (7) menjadi alat penjamin, pengawasan, dan pengendalian mutu pendidikan. Lebih dari itu, penilaian hasil belajar yang dilakukan secara sistematis merupakan bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat. Penilaian yang baik harus memiliki kriteria atau ciri-ciri terpercaya (reliable), tepat (valid), dan praktis (Nuraini dalam Supriyadi dkk, 1992: 375). Dikatakan terpercaya (reliable) apabila hasil penelitian dengan alat itu pada siswa yang sama beberapa kali penilaian hasilnya hampir sama, dengan tingkat kesalahan kurang dari 5% (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.7). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Alat penelitian disebut tepat (valid) apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain, alat ukur tersebut memenuhi fungsinya sebagai alat ukur. (Pujiarti dan Rahmina, 1997: 8.4). Dengan kata lain alat ukur tersebut mampu memenuhi fungsinya sebagai alat ukur. Menurut Pujiati dan Rahmina (1997: 8.4) ada tiga jenis ketepatan atau validitas, yaitu validitas isi (content validity), validitas kriteria terkait (criterian related validity), dan validitas konstruk (contruct validity). Amran Halim dkk. (1974: 31-34) dan Nuraeni (dalam Supriyadi dkk. 1992: 56) menyebut ada validitas isi, validitas empiris (empirical validity) dan validitas bentuk (face validity). Validitas isi maksudnya ialah validitas yang menunjukkan suatu alat ukur mampu mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan isi yang harus diukur (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.4), atau mampu mengukur bidang aspek keterampilan yang hendak diukur (Nuraeni dalam Supriyadi dkk. 1992: 375). Validitas kriteria terkait (ada yang menyebut dengan istilah validitas empiris atau validitas pragmatis) adalah validitas alat ukur ditinjau dari hubungan alat ukur yang sedang disusun dengan alat ukur lain yang dianggap sebagai kriteria. Apabila kriterianya tersebut pada waktu yang bersamaan disebut validitas konkruen, sedangkan apabila kriterianya terdapat pada waktu yang akan datang maka disebut validitas prediktif (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.6). Validitas konstruk adalah validitas yang didasarkan pada konsep, logika atau konstruk suatu teori (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.6). Validitas bentuk adalah validitas berdasarkan perwajahan dari susunan soal (Nuraeni dalam Supriyadi dkk., 1992: 376). Selain harus terpercaya (reliable) dan valid, alat ukur yang baik juga harus praktis, objektif dan baku. Praktis maksudnya mudah digunakan, hemat dalam biaya dan mudah diadministrasikan. Objektif artinya pemberian skor tidak terpengaruh oleh siapa yang melakukannya dan siapa yang diberi skor. Sedangkan baku berarti petunjuk mengerjakan soal, cara memberi skor, cara menerjemahkan hasil pengukuran menjadi bilangan, dan commit to user cara menafsikan pengukuran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan bentuk yang baku atau dianggap baku (Pujiati dan Rahmina, 1997: 8.11-8.12). Penyelenggaraan pembelajaran bahasa selalu dipengaruhi oleh pendekatan tertentu dalam ilmu bahasa. Penggunaan pendekatan tertentu akan mempengaruhi penentuan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan pengembangan alat evaluasi yang akan digunakan (Djiwandono, 1997: 7). Pengalaman pribadi sebagai bentuk tulisan deskripsi. Seiring dengan adanya tujuan rnenulis memunculkan lima jenis wacana dalam sistem retorika, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi. Narasi bertitik tolak untuk menceritakan peristiwa, deskripsi bertolak melukiskan kesan dan hasil observasi, eksposisi mengarah pada pemaparan suatu masalah, persuasi berorientasi untuk membujuk, dan argumentasi berangkat dari keinginan mempertahankan gagasan. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, dan keadaan (Marahimin, 2001: 45). Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat `melihat' apa yang dilihatnya, dapat `mendengar' apa yang didengamya, `mencium' apa yang diciumnya, ‘mencicipi' apa yang dimakannya, `merasakan' apa yang dirasakannya, serta sampai pada 'kesimpulan' yang sama dengannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari observasi melalui panca indera yang disampaikan melalui kata-kata. Ada berbagai cara untuk menuliskan deskripsi, dan perbedaan-perbedaan ini timbul karena pada dasarnya tidak ada dua orang manusia yang mempunyai pengamatan yang sama, dan tujuan pengamatannya juga berbeda-beda. Bentuk deskripsi dibedakan atas dua macam, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionitis (Marahimin, 2001: 47). Deskripsi ekspositoris merupakan deskripsi yang sangat logis, yang isinya pada umumnya merupakan daftar rincian yang disusun menurut sistem dari urutan-urutan logis objek yang diamatinya. Deskripsi ini juga sering dikatakan sebagai deskripsi dengan pengembangan ruang atau spasi. Adapun deskripsi impresionitis, sering juga disebut dengan deskripsi simulatif, merupakan deskripsi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk menggambarkan impresi penulisnya atau untuk menstimulir pembacanya. Berbeda dengan deskripsi ekspositoris yang sangat terikat pada objek atau proses yang dideskripsikan, deskripsi impresionitis lebih menekankan impresi atau kesan penulisnya. Ketika dalam deskripsi ekspositoris dipakai urutan-urutan logika atau urutan-urutan peristiwa objek yang dideskripsikan, maka dalam deskripsi impresionitis urutan-urutan yang dipakai adalah menurut kuat lemahnya kesan penulis terhadap bagian-bagian objek tersebut. Dalam prakteknya, seorang penulis dapat mengkombinasikan dua cara deskripsi di atas. 3. Pola Latihan Berjenjang Pola latihan berjenjang merupakan salah satu pengembangan dari metode suggestopedia yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri pendidikan dari Bulgaria yang bernama Georgia Lazanov (Nababan, 1993: 58-62). Parera (1996:26) berpendapat bahwa pembelajaran menulis itu berlangsung secara berjenjang. Pola latihan berjenjang adalah strategi pembelajaran menulis yang membelajarkan siswa untuk menulis secara bertahap dan bertingkat. Pembelajaran dimulai dengan latihan menulis kalimat, dilanjutkan dengan menyusun paragraf, kemudian menyusun berbagai bentuk karangan. Pola latihan berjenjang adalah bentuk latihan berkesinambungan dan bertahap dari yang mudah ke hal yang sukar atau rumit. Pola latihan berjenjang pola latihan berjenjang merupakan teknik mengajar bahasa dengan latihan berkesinambungan. Pola latihan berjenjang berdasarkan tiga asumsi yaitu: a. Belajar itu melibatkan fungsi-fungsi sadar (akal) dan bawah sadar manusia (perilaku). b. Pelajar mampu belajar lebih cepat dari pada menggunakan metode lain. c. Proses belajar mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor yaitu: 1) Norma-norma umum dan kendala-kendala yang lazim berlaku dalam masyarakat. 2) Suasana yang kurang serasi dan santai tidak ada atau kurang dalam mpembelajaran bahasa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi yang ada dalam diri siswa yang tidak atau kurang diperhatikan oleh guru. Oleh karena asumsi-asumsi dan hambatan-hambatan di atas, pola latihan berjenjang mencoba menghindari norma-norma umum, sebagai contohnya belajar itu sulit dan kendala yang lazim berlaku misalnya belajar tidak boleh membuat kesalahan. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa tahap dalam proses menulis meliputi, tahap pra-menulis, penulisan draf (pengedrafan), revisi (perbaikan dan penyuntingan), dan publikasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Tompkins (dalam Kaerudin Kuriawan, 2006: 23) juga berpendapat sama yaitu dalam proses menulis terdapat 5 tahap, yaitu: 1). Pramenulis, 2). Pembuatan draf, 3) merevisi, 4) menyunting, dan 5) berbagi (sharing) proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir menulis. 1) Tahap Pramenulis Pada tahap pramenulis, pembelajaran melakukan kegiatan berikut: a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri. b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis. c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis. d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis. e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuannya yang telah mereka tentukan. 2) Tahap Membuat Draf Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah: a. Membuat draf kasar b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rancangan tulisan adalah pedoman bagi penulis untuk memuwujudkan tulisannya. Secara terperinci rancangan tulisan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut (1) untuk menyusun karangan secara teratur, (2) mempermudah penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda, (3) menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali, (4) memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu (Sri Harini Ekowati, 2008: 23). 3) Tahap Merevisi Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah: a. Berbagai tulisan dengan teman-teman (kelompok) b. Berpartisipasi secara kontstruktif dalam diskusi tentang tulisan temanteman sekelompok atau sekelas. c. Mengubah tulisan mereka dengan mempertimbangkan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman. d. Membuat perubahan yang substansif pada draft pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir. 4) Tahap Menyunting Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar adalah: a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri. b. Membantu membetulkan kesalahan berbahasa dan tata tulisan mereka sekelas atau kelompok. c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis mereka sendiri. 5) Tahap Berbagi Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar: a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau b. Berbagai tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan. Sedangkan Rohman (dalam Sumiyo, 2000: 5-6) menyatakan bahwa dalam menulis atau mengarang ada tiga tahapan, yaitu menulis tahap awal (pra commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penulisan), tahap menulis atau penulisan, dan tahap revisi, dengan penjelasannnya sebagai berikut. 1) Pra menulis Sebelum melakukan kegiatan menulis atau mengarang harus ditentukan terlebih dahulu tentang topik dan kemudian membatasinya. Terkait dengan masalah topik ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik, yaitu (a) topik itu manfaatnya dan layak dibahas, (b) topik itu menarik, (c) topik dikenal dengan baik oleh penulis atau pengarang, (d) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai atau daya imajinasi tinggi, dan, (e) topik tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Kemudian setelah pokok permasalahan diperoleh, selanjutnya membatasi pokok permasalahan agar tidak kabur. 2) Penulisan Pada tahap penulisan ini penulis atau pengarang mulai menulis bahan yang telah dikumpulkan dan diolah untuk menjadi sebuah karangan sesuai dengan rencana yang telah digariskan dalam pokok permasalahan atau dalam topik karangan dengan memperhatikan tata kalimat yang baik sehingga akan memudahkan pembaca dalam memahami ide-ide yang ada dalam pemilihan kata (diksi). 3) Revisi Pada tahap ini, setelah menyelesaikan sebuah tulisan harus membaca ulang untuk meneliti kekurangan-kekurangan yang ada pada karangan. Guna revisi ini untuk memperbaiki tulisan tersebut, baik mengurangi, memperluas atau memperbaiki. Biasanya pada penulisan ejaan, kalimat, paragraf, dan sebagainya. M. Atar Semi (1990: 11-12), menyatakan menulis dilaksanakan secara garis besar ada tujuh langkah, yaitu: 1) Pemilihan dan penempatan topik 2) Pengumpulan informasi 3) Penetapan tujuan 4) Perancangan tulisan 5) Penulisan 6) Penyuntingan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7) Penulisan naskah. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat sebuah tulisan dibutuhkan beberapa tahapan penulisan, tahapan tersebut melputi tiga langkah utama, yaitu: prapenulisan, penulisan, dan revisi. Namun, ketiga tahapan tersebut dapat dilengkapi lagi dengan tahapan membuat kerangka (draft) dan berbagai (mempublikasikan tulisan). Tahap-tahap tersebut hendaknya dilakukan pada setiap menulis agar menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu. B. Penelitian yang Relevan Penelitian Mujiningtyas tahun 2000 yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerpen dengan Pola Latihan Berjenjang Siswa Kelas II MTs Tuan Sokolangu Kabupaten Pati, Tahun Pelajaran 1999/2000. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian tersebut simpulannya adalah bahwa ada peningkatan kemampuan menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan pola latihan berjenjang. Hal ini terbukti dari hasil kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada siklus I mencapai target yaitu 59,26% dan hasil kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada siklus II mencapai target yaitu 67,64%. Dengan demikian ada peningkatan 8,38% secara keseluruhan. Hasil observasi menunjukkan siswa yang bersikap positif pada siklus I 38%, pada siklus II 66%, sedangkan yang bersikap negatif pada siklus I 62%, pada siklus II 34%. Hasil wawancara menunjukkan siswa yang bersikap positif pada siklus I 46%, pada siklus II 70%, sedangkan yang bersikap negatif pada siklus I 54%, pada siklus II 30%. Persamaan dengan penelitian sekarang,yaitu sama-sama menggunakan teknik pola latihan berjenjang sebagai pendekatan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa Indonesia. Perbedaannya, penelitian terdahulu menganalisis keterampilan berbicara, sedangkan penelitian sekarang menganalisis keterampilan menulis, yaitu menulis pengalaman. Selanjutnya, penelitian Main Sufanti, 2006, yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Pengalaman siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Gatak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kabupaten Sukoharjo Melalui Pola Latihan Berjenjang berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian tersebut kesimpulannya adalah bahwa ada peningkatan kemampuan menulis pengalaman melalaui pola latihan berjenjang. Hal ini terbukti dari hasil kemampuan menulis pengalaman pada siklus I rata-rata nilainya adalah 62,5 sedangkan nilai rata-rata pada siklus II adalah 73,63. Dengan demikian ada peningkatan nilai yaitu 8,08. Persamaanya dengan penilitian sekarang adalah, kemampuan yang diteliti serta metode yang digunakan sama. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan sekarang adalah lokasi penelitian, karakteristik siswa. Penelitian terdahulu dilakukan dengan kolaborasi antara guru dan dosen. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Rokhimin dkk (Depdiknas, 2003) yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas II C SLTP N 2 Negara Batin Melalui Pola Latihan Berjenjang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kinerja guru dan peningkatan kompetensi menulis siswa melalui pembelajaran pola latihan berjenjang yaitu berlatih menyusun kalimat secara individu, berlatih menyusun paragraf secara berkelompok, dan berlatih menyusun karangan secara kelompok. Ada dua siklus tindakan terbukti bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan sebesar 5,57%, kinerja guru dapat ditingkatkan 8,00%, kompetensi menulis siswa dapat ditingkatkan ketuntasan belajarnya 1,25%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rokhimin dkk. adalah: (1) lokasi penelitian, (2) karakteristik siswa, (3) teknik pelaksanaan penelitian dan teknik analisis data. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1 Winong, Pati. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII D. Jurnal Internasional Anchalee Sattayatham dan Pongrat Ratanapinyowong, Silpakorn University International Journal Vol.8 : 17-38, 2008 yang berjudul “Analysis of Errors in Paragraph Writing in English by First Year Medical Students from the Four Medical Schools at Mahidol University”(Analisis Kesalahan dalam Menulis Ayat dalam Bahasa Inggris oleh Siswa Medis Tahun Pertama dari Empat Sekolah Kedokteran di Universitas Mahidol) simpulannya adalah kebanyakan siswa memahami cerita dalam bagian mereka membaca, dan mengerti apa yang mereka diminta untuk menulis tetapi mereka memiliki masalah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan format penulisan paragraf. Mereka menulis sebuah pendapat ayat tanpa pengenalan, tidak ada kalimat topik, dan tidak ada transisi kata-kata. Selain itu, ayat itu tidak koheren dan tidak memiliki organisasi. Selain itu, mereka menempatkan terlalu banyak penekanan pada mempresentasikan ide-ide mereka dan mengabaikan kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan sering hilang dalam berpendapat mahasiswa kedokteran ' ayat menulis. Akhirnya, sebagian besar siswa juga mengalami kesulitan dalam menggunakan tata bahasa Inggris. Analisis kesalahan memainkan peran penting dalam aspek ini karena dapat membantu dalam pengakuan kesalahan siswa dan sehingga membantu siswa dalam menulis paragraf yang baik setelah mereka belajar bagaimana untuk memperbaiki kesalahan ini melalui praktik. Frekuensi kesalahan dihitung sebagai persentase. Sebuah Chi-square digunakan untuk membandingkan kesalahan yang dilakukan oleh Siriraj Medis siswa untuk mereka yang berasal dari tiga sekolah medis lainnya: Ramathibodi, Praboromchanok dan Bangkok Metropolitan. Sebuah Pnilai <0,05 dianggap signifikan secara statistik. Itu menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kesalahan dalam format standar ayat menulis. Persentase yang tinggi dari kesalahan ditemukan di delapan dari 10 kriteria. Hasil penelitian menunjukkan 82,84%, 73,88%, 69,40%, 69,40%, 85,07%, 90,30%, 76,87% dan 82,84% untuk kriteria 2, 4, 5 dan 7, 6, 8, 9 dan 10 masing-masing. Praboromchanok Medis siswa memiliki persentase tertinggi dari kesalahan. Persamaan dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menganalisis kemampuan menulis siswa. Perbedaannya dengan penelitian sekarang terletak pada kemampuan yang dianalisis, tempat penelitian dan subjek penelitian. Dalam jurnal ini, kemampuan yang dianalisis adalah menulis ayat sedangkan penelitian sekarang kemampuan yang dianalisis adalah kemampuan menulis pengalaman. Tempat penelitian dalam jurnal ini di Silpakorn University sedangkan penelitian sekarang di SMP N 1 Winong, Pati. Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah siswa sekolah medis di Ramathibodi, Praboromchanok dan Bangkok Metropolitan, sedangkan penelitian sekarang siswa kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jurnal Internasional Chi-Fen Emily Chen dan Wei-Yuan Cheng Eugene 2008 volume 12 nomer 2 yang berjudul “Beyond The Design Of Automated Writing Evaluation: Pedagogical Practices And Perceived Learning Effectiveness In Efl Writing Class “ (Perencanaan Luar Evaluasi Tulisan Otomatis : Praktek Pedagogis dan Efektivitas Belajar Dirasakan dalam Kelas Menulis EFL). Simpulan dalam jurnal ini adalah menulis evaluasi Otomatis (AWE) perangkat lunak ini dirancang untuk memberikan instan yang dihasilkan komputer skor untuk esai diserahkan bersama dengan umpan balik diagnostik. Kebanyakan penelitian tentang AWE telah dilakukan pada evaluasi psikometri validitas, namun, studi tentang seberapa efektif AWE digunakan dalam penulisan kelas sebagai alat pedagogis terbatas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kelas berbasis naturalistik untuk mengeksplorasi interaksi antara bagaimana program AWE, MY acces!. Dilaksanakan dalam tiga cara yang berbeda di tiga perguruan tinggi kelas EFL menulis di Taiwan dan bagaimana siswa dirasakan efektifitasnya dalam meningkatkan menulis. Temuan menunjukkan bahwa, meskipun pelaksanaan AWE tidak pada umumnya dirasakan sangat positif oleh tiga kelas, itu dianggap relatif lebih baik bila program ini digunakan untuk memfasilitasi proses awal siswa menyusun dan merevisi, diikuti oleh umpan balik manusia baik dari guru dan teman sebaya selama proses nanti. Studi ini juga mengungkapkan bahwa penggunaan otonom AWE sebagai pelatih pengganti tulisan dengan fasilitasi manusia minimal disebabkan frustrasi untuk mahasiswa dan terbatas pembelajaran mereka menulis. Selain itu, sikap terhadap penggunaan AWE dan teknologi penggunaan keterampilan, serta siswa guru pembelajar karakteristik dan tujuan untuk belajar menulis, juga dapat memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas AWE. Dengan keterbatasan yang melekat dalam desain teknologi AWE, guru bahasa perlu lebih kritis menyadari bahwa pelaksanaan AWE membutuhkan desain baik pemikiran-out pedagogis. Persamaan jurnal ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menganalisis kemampuan menulis. Perbedaan jurnal dengan penelitian sekarang adalah metode yang digunakan, subjek penelitian serta tempat penelitian. Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah menggunakan pendekatan kelas berbasis naturalistik untuk mengeksplorasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id interaksi antara bagaimana program AWE, sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode pola latihan berjenjang untuk meningkatkan kemampuan menulis pengalaman. Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah siswa di kelas menulis EFL di National Kaohsiung First University of Science and Technology, Taiwan, sedangkan penelitian sekarang subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII SMP N 1 Winong, Pati. Tempat penelitian dalam jurnal ini di National Kaohsiung First University of Science and Technology, Taiwan, sedangkan penelitian sekarang di SMP N 1 Winong, Pati. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran saat ini berorientasi pada potensi dan kebutuhan siswa menjadi perhatian utama ahli pendidikan sistem pendidikan yang menempatkan siswa pada posisi sentral dalam pembelajaran. Kegiatan menulis sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa penting dimiliki oleh siswa, peran penting menulis bagi siswa mengingat keterampilan ini sangat dibutuhkan di tengahtengah kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis pengalaman terjadi pada siswa kelas VII SMP N 1 Winong, Pati masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari nilai ulangan bahasa Indonesia khususnya kompetensi menulis pada pra-penelitian yang dilakukan, hasil nilai ulangan siswa pada kompetensi menulis masih di bawah KKM. Di dalam kompetensi menulis siswa belum bisa mengembangkan gagasan dan siswa belum bisa memperhatikan ejaan. Rendahnya prestasi menulis pengalaman pada siswa perlu dilakukan tindakan-tindakan perubahan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran perlu melakukan inovasi. Perubahan dan inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pengalaman yaitu penggunaan pola latihan berjenjang. Pembelajaran menulis pengalaman melalui pola latiahan berjenjang yaitu pembelajaran menulis yang membelajarkan siswa untuk menulis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id secara bertahap dan bertingkat. Ada tiga tahapan penting dalam menulis, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Namun, ketiga tahapan tersebut dapat dilengkapi lagi dengan tahapan membuat kerangka (draft) dan berbagai (mempublikasikan tulisan). Tahap-tahap tersebut hendaknya dilakukan pada setiap menulis agar menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di atas dapat disusun kerangka berpikir dengan gambar sebagai berikut: Kondisi awal pembelajaran menulis pengalaman Siswa sulit mengembangkan kerangka karangan Pembelajaran menulis dilakukan dengan monoton atau konvensional Prestasi menulis rendah Menulis pengalaman dengan menggunakan metode pola latihan berjenjang dengan menerapkan tahapan-tahapan prapenulisan, penulisan, dan revisi. Ketiga tahapan tersebut dapat dilengkapi lagi dengan tahapan membuat kerangka (draft) dan berbagai (mempublikasikan tulisan) Siswa mampu mengembangkan kerangka karangan dengan baik Pembelajaran menulis dilakukan dengan interaktif commit to user Prestasi kemampuan menulis tinggi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kemampuan menulis pengalaman meningkat Gambar 1 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut: Penerapan pola latihan berjenjang dapat meningkatkan: 1. Kemampuan menulis pengalaman siswa kelas VII SMP N 1 Winong, Pati. 2. Kualitas proses pembelajaran menulis pengalaman siswa kelas VII SMP N 1 Winong, Pati. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Winong, Pati sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. b. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang mendukung untuk diadakan penelitian. Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga bulan Mei 2012 atau selama 5 bulan, penelitian dimulai dari persiapan awal, pembuatan proposal hingga laporan final. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1 Urutan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kegiatan Bulan Des Jan Feb commit to user Mar Apr Mei perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengajuan Judul Pemelitian Persiapan survey awal hingga penyusunan proposal Pengumpulan Data Analisis Data Penyusunan Laporan Konsultasi Hasil Penyusunan Laporan Revisi Hasil dan Konsultasi Laporan Final B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas. PTK menurut Sarwiji Suwandi (2008: 16) merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Selanjutnya Kemmis (dalam Rochiati Wiriatmadja, 2006: 12) adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan. Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan suatu proses yang dinamis. Kemmis (dalam Kasihani Kasbolah, 2001: 9) menyebutkan empat aspek dalam penelitian tindakan kelas, yaitu, perencanaan tindakan (planning), pelaksanaaan tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis yang merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang terkait dengan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut Siklus I Siklus II commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rencana Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan Observasi Observasi Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Lewin dan Kasihan Kasbolah, 2001: 9) Keterangan : 1. Rencana (perencanaan tindakan) : akan membantu siswa dengan metode polalatihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman. 2. Tindakan (pelaksanaan tindakan) : pelaksanaan dengan metode pola latihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman. 3. Observasi (observasi dan interpretasi) : mengamati proses metode pola latihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman. 4. Refleksi (analisis dan refleksi) mengidentifikasikan kelemahan dan kelebihan penerapan metode pola latihan berjenjang dalam pembelajaran menulis pengalaman. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati melalui penerapan metode pola latian berjenjang. Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. 1. Rancangan siklus I a. Tahap perencanaan 1) Perangkat pembelajaran berupa penentuan kompetisi dasar yang akan dicapai, penentuan tema menulis pengalaman, menyiapkan hasil tulisan pengalaman dan menyiapkan tes penilaian pengalaman. 2) Skenario pembelajaran sebagai berikut. Tabel 2 : skenario pembelajaran keterampilan menulis pengalaman Kegiatan guru Kegiatan siswa Pendahuluan a. Pengkodisian kelas dan a. Siswa menyiapkan diri. pegecekan presensi siswa. b. Mejelaskan materi menulis pengalaman b. Siswa dengan menyimak dan berdiskusi dengan guru. menerapkan metode pola latihan berjenjang. Inti a. Guru membacakan contoh a. Siswa menyimak dan dapat menyampaikan tulisan pengalaman yang pengalaman. menarik. b. Guru menjelaskan b. Siswa mengenai pegertian menulis pengalaman yang jenis-jenis dan harus hal-hal diperhatikan dalam menulis. c. Guru menjelaskan tentang commit to user mencatat. menyimak dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penerapan metode pola c. Siswa latihan berjenjang. d. Guru meminta siswa untuk berkelompok dan berdiskusi. menulis langkah- langkah (pola latihan berjenjang) dalam menulis pengalaman. d. Siswa memilih anggota kelompok dan mulai untuk e. Siswa diminta berdiskusi untuk mendata yang berdiskusi. peristiwa e. Siswa mulai berdiskusi dan dan bertanya jawab dengan teman menarik menuliskannya dalam cerita kelompok. pengalaman. f. Guru menugasi menulis siswa pengalaman f. Siswa dengan tema bebas. melaksanakan tugas menulis pengalaman. g. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dan mengoreksi g. Siswa mulai saling mengoreksi hasil pekerjaan antarteman pekerjaan temannya. kelompok. h. Guru menugasi beberapa siswa membacakan hasil tulisannya di depan kelas. h. Beberapa siswa membacakan hasil tulisannya di depan kelas. Penutup/Akhir a. Guru memberikan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan bersama. Siswa menangggapi. b. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas. c. Guru menutup pelajaran. aktif commit to user bertanya dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Melakukan simulasi pembelajaran menulis pengalaman dengan pendekatan pola latihan berjenjang. b. Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan degan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali tatap muka, yaitu dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 40 menit, sesuai skenario pembelajaran. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode pola latihan berjenjang pada proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) maupun pada hasil pembelajaran menulis pengalaman yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, dilakukan analisis hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. 2. Rancangan Siklus II Pada tahap II tahap perencanaan dan tahap-tahap selanjutnya hampir sama dengan tahap I. Pada siklus II dilakukan tahap untuk melanjutkan tahapan-tahapan yang sudah dilakukan pada siklus I, tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. 1) Skenario pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 3 : skenario pembelajaran keterampilan menulis pengalaman siklus II Kegiatan guru Kegiatan siswa Pendahuluan a. Pengkodisian kelas dan a. Siswa menyiapkan diri. pegecekan presensi siswa. b. Mejelaskan kembali materi b. Siswa menyimak dan berdiskusi yang sudah diajarkan pada dengan guru. pertemuan sebelumnya. Inti a. Guru menjelaskan kembali pengertian menulis tentang pengalaman dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjelaskan tentang a. Siswa menyimak dan menyampaikan dapat jenis-jenis pengalaman. menulis. b. Guru penerapan metode pola latihan b. Siswa menyimak dan mencatat. Siswa menulis langkah-langkah (pola latihan berjenjang) dalam berjenjang. menulis pengalaman. c. Guru menugasi siswa menulis pengalaman dengan tema bebas dengan mandiri atau individu. d. Guru menugasi beberapa siswa membacakan hasil tulisannya di c. Siswa melaksanakan tugas menulis pengalaman secara mandiri atau individu. d. Beberapa siswa membacakan hasil tulisannya di depan kelas. depan kelas. Penutup/Akhir a. Guru memberikan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran kegiatan yang telah Siswa menangggapi. dilaksanakan bersama. b. Guru memberi kesempatan aktif commit to user bertanya dan perpustakaan.uns.ac.id pada digilib.uns.ac.id siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas. c. Guru menutup pelajaran. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi, digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran menulis pengalaman yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung. 2. Wawancara, dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi guna memeroleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. 3. Tes, digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Ada dua bentuk tes yang diberikan kepada siswa, yakni tes tertulis (menulis berdasarkan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa) dan tes lisan. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati ajaran 2011/2012, jumlah siswa kelas VII D adalah sebanyak 19 siswa terdiri dari 9 siswa putra dan 10 siswa putri dan yang bertindak sebagai guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah ibu Puji Leksono Handayani, S.Pd. Alasan dipilihnya SMP N 1 Winong, Pati ini karena sekolah tersebut memiliki masalah kemampuan menulis pengalaman yang masih rendah. E. Sumber Data commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tempat dan peristiwa (proses belajar mengajar menulis pengalaman). Data yang dikumpulkan yaitu data tentang pelaksanaan pembelajaran menulis pengalaman yang berlangsung di kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati. 2. Informan, terdiri atas: a. Guru Data yang dikumpulkan yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran menulis pengalaman di kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati, data mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi guru, data tentang usaha-usaha yang ditempuh guru dalam bidang keterampilan menulis pengalaman. b. Siswa Kelas VII D Sebagai subjek pembelajaran menulis pengalaman di kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati untuk mendapatkan data mengenai tempat dan peristiwa yang diteliti. c. Dokumen Dokumen penilaian yang diisi oleh guru dan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru dan peneliti. F. Uji Validitas Data Validitas data yang terdiri data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review informan. Dalam triangulasi sumber data, digunakan beragam sumber, seperti guru dan kepala sekolah untuk menggali data yang diperlukan. Triangulasi metode dilakukan dengan cara pengumpulan data dari metode dokumen ke metode wawancara dan observasi, kemudian dilanjutkan ke metode dokumen. Review informan digunakan untuk mengetahui kevalidan hasil wawancara. G. Kriteria Keberhasilan Kinerja Keberhasilan penelitian ini diindikasi dengan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis pengalaman dan peningkatan kemampuan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menulis pengalaman dari rerata 65 menjadi 75 atau 75% dari jumlah siswa mencapai nilai sesuai KKM yaitu 75 dalam aspek keterampilan menulis. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisi data-data yang telah berhasil dikumpulkan, yaitu teknik deskriptif komparatif (statistic deskriptif komaparatif) dan teknik analisis kritis (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Membandingkan hasil sebelum penelitian sengan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan nilai kemampuan membaca siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data. I. Prosedur Penelitian Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pada siswa kelas VII D SMP N 1 Winong, Pati melalui penerapan metode pola latian berjenjang. Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus. 1. Rancangan siklus I a. Tahap perencanaan 1) Perangkat pembelajaran berupa penentuan kompetisi dasar yang akan dicapai, penentuan tema menulis pengalaman, menyiapkan hasil tulisan pengalaman dan menyiapkan tes penilaian pengalaman. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Skenario pembelajaran sebagai berikut. Tabel 2 : skenario pembelajaran keterampilan menulis pengalaman Kegiatan guru Kegiatan siswa Pendahuluan a. Pengkondisian kelas dan a. Siswa menyiapkan diri. pegecekan presensi siswa. b. Mejelaskan materi menulis pengalaman menerapkan b. Siswa menyimak dan berdiskusi dengan metode dengan guru. pola latihan berjenjang. a. Siswa menyimak. Inti a. Guru membacakan tulisan contoh pengalaman yang b. Siswa menyimak dan mencatat. menarik. b. Guru menjelaskan mengenai pegertian menulis pengalaman dan hal-hal yang harus c. (pola latihan berjenjang) dalam diperhatikan dalam menulis. c. Guru menjelaskan berjenjang. d. Guru menugasi siswa menulis pengalaman dengan menulis pengalaman. tentang penerapan metode pola latihan Siswa menulis langkah-langkah d. Siswa mengerjakan tugas e. Siswa membacakan hasil menulisnya di depan kelas. tema bebas. e. Guru menugasi beberapa siswa membacakan hasil tulisannya di Siswa commit to user aktif bertanya dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id depan kelas. menangggapi. Penutup/Akhir a. Guru memberikan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan bersama. b. Guru pada memberi siswa kesempatan untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas. c. Guru menutup pelajaran. 3) Melakukan simulasi pembelajaran menulis pengalaman dengan pendekatan pola latihan berjenjang. b. Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan degan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali tatap muka, yaitu dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 40 menit, sesuai skenario pembelajaran. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode pola latihan berjenjang pada proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) maupun pada hasil pembelajaran menulis pengalaman yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, dilakukan analisis hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. 2. Rancangan Siklus II Pada siklus II dilakukan dengan tahap-tahapan seperti siklus I tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Termasuk tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang mengaca pada siklus sebelumnya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II, tiap commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siklus dengan alokasi waktu sebanyak dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Sebelum dilaksanakan kegiatan tindakan dimaksud, telah diawali dengan melakukan kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan) dengan maksud untuk memperoleh gambaran dan mengidentifikasi permasalahan siswa berkenaan dengan kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia Kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati dari pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Selain itu memberi tahu siswa bahwa kegiatan pembelajaran pelajaran kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia untuk pertemuan berikutnya akan dilakukan dengan menggunakan metode latihan berjenjang. Pada kesempatan ini juga dijelaskan kepada siswa akan maksud atau tujuan dari penggunaan metode latihan berjenjang untuk meningkatkan kompetensi dasar dalam kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia sesuai kurikulum sekolah (KTSP 2006). Sehubungan hal tersebut, maka bab ini mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan peneliti dengan melibatkan seorang observer pendamping. Adapun ruang lingkup hasil penelitian dan pembahasan dimaksud, yaitu (a) Pra Tindakan, (b) Tindakan Siklus I, (c) Tindakan Siklus II dan (d) Evaluasi hasil tindakan. A. Pra Tindakan Sebagaimana diuraikan di atas, sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan) pada tanggal 12 Februari 2012 dengan maksud untuk memperoleh gambaran dan mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa berkenaan dengan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia Kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati yang diberikan guru pada pertemuan pembelajaran sebelumnya. Hasil obervasi pendahuluan yang dilakukan peneliti tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Jumlah siswa kelas Kelas VII D semester genap SMP Negeri 1 Winong, Pati tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebanyak 19 siswa, terdiri dari 9 siswa lakilaki dan 10 siswa perempuan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Materi pokok pelajaran yang disampaikan guru dalam pembelajaran kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia Kelas VII D semester genap dengan menggunakan penerapan pendekatan ceramah dan tanya jawab. Bentuk penugasan yang diberikan guru adalah diawali menjelaskan materi pokok pelajaran menulis Bahasa Indonesia kemudian memberi kesempatan siswa untuk melakukan latihan menulis dengan menggunakan teks yang dibaca. Alokasi waktu yang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran berkaitan dengan materi pelajaran ini adalah 80 menit, meliputi kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan pengayaan atau akhir pembelajaran. Berdasarkan catatan guru tentang kemampuan proses dan hasil belajar siswa berkaitan dengan kemampuan menulis pengalaman baru mencapai nilai rata-rata 65. Padahal KKM yang ditetapkan sebesar 75. Berarti taraf ketuntasan belajar kemampuan menulis pengalaman siswa masih di bawah kriteria minimal 75 dari yang ditetapkan. Bertolak dari temuan penelitian hasil observasi pendahuluan pada pra tindakan di atas, maka perlu upaya pemecahan tentang kemampuan proses dan hasil belajar siswa terhadap materi pokok pelajaran kemampuan menulis pengalaman ke arah yang lebih baik. Setelah dilakukan pembahasan secara terbatas melalui diskusi kecil antara peneliti dengan beberapa teman guru di sekolah, disarankan agar aktivitas proses belajar siswa perlu dioptimalkan, seperti latihan kemampuan menulis pengalaman dengan menggunakan metode latihan berjenjang dengan memberikan alokasi waktu yang memadai, yaitu 80 menit. Sehubungan upaya pemecahan masalah tersebut, peneliti dan dibantu seorang observer pendamping (teman sejawat) melakukan langkah-langkah persiapan untuk melaksanakan tindakan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman yang difokuskan pada penerapan metode latihan berjenjang. Tindakan pembelajaran ini dilaksanakan pada pertemuan berikutnya sesuai dengan rencana jadwal penelitian yang telah ditetapkan. B. Tindakan Siklus I commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 April 2012 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit), materi pokok mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai kemampuan menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan berjenjang. Subjek penelitian ini adalah 19 orang siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati. Tindakan siklus I dilaksanakan dengan menggunakan model Kemmis dan McTaggart yaitu meliputi empat langkah (alur) kegiatan: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi tindakan. Masing-masing langkah kegiatan tindakan dimaksud dapat dideskripsikan berikut ini. 1. Perencanan Tindakan Kegiatan ini merupakan langkah awal sebelum dilaksanakan tindakan, yaitu mempersiapkan berbagai alat kelengkapan yang diperlukan berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan. Alat kelengkapan yang dipersiapkan dimaksud disesuaikan dengan rencana scenario (setting) tindakan yang ditetapkan, antara lain: rencana pembelajaran (RPP), materi bahan pelajaran, lembar tugas latihan menulis, lembar observasi tentang penilaian kemampuan proses belajar dan lembar tes kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia. Setelah mempersiapkan alat kelengkapan yang diperlukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tindakan, baru kemudian peneliti selaku guru mata pelajaran tersebut melaksanakan tindakan dibantu seorang observer pendamping sebagai penilai. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan ini meliputi tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir, sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan melakukan presensi kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran (19 siswa). 2) Guru menyampaikan pokok bahasan pelajaran tentang kemampuan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan berjenjang dan kompetensi dasar siswa atau menyampaikan tujuan pembelajaran, sedangkan siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan guru yang dianggap penting pada buku kerja. 3) Guru memberikan apersepsi dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Tampak tiga orang siswa mencoba untuk menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. 4) Guru membagi siswa dalam 4 (empat) kelompok belajar, tiap kelompok terdiri dari lima orang siswa. b. Kegiatan Inti Kegiatan ini merupakan inti dari pelaksanaan tindakan proses pembelajaran kemampuan menulis pengalaman. Kegiatan dimaksud dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan secara singkat materi pokok bahan pelajaran tentang kemampuan menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan berjenjang kepada siswa antara lain: (a) pengertian menulis dengan metode latihan berjenjang, tujuan menulis dengan metode latihan berjenjang, (b) tujuan menulis dengan metode latihan berjenjang, (c) langkah-langkah menulis dengan metode latihan berjenjang, (d) memberi contoh tentang cara menulis dengan metode latihan berjenjang. Pada kegiatan ini tampak sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam buku kerja. 2) Setelah memberi contoh mengenai teknik atau cara menulis teks berbentuk tersebut, guru membagi lembar tugas kepada setiap siswa yaitu tugas latihan menulis dalam teks berbentuk dengan cara belajar kelompok untuk dikerjakan. Lembar tugas ini berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk latihan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang. Guru menjelaskan tugas-tugas dimaksud kepada siswa, yaitu untuk mengerjakan tugas latihan menulis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Kemudian guru memberi kesempatan waktu 40 menit kepada siswa secara berkelompok untuk mengerjakan tugas latihan menulis. Tampak para siswa mengerjakan tugas latihan ini dengan tertib dan melakukan aktivitas proses belajar sesuai dengan tugas yang diberikan guru. 4) Selama berlangsungnya latihan kemampuan menulis pengalaman, guru memberikan bimbingan kepada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan latihan tersebut. 5) Guru dan dibantu seorang observer pendamping melakukan penilaian terhadap aktivitas proses belajar siswa (proses latihan menulis) melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi penilaian yang telah dipersiapkan sebelumnya. 6) Setelah tugas latihan menulis itu dirasa cukup, guru dan siswa melakukan tanya jawab. c. Kegiatan Akhir Kegiatan ini merupakan akhir kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Guru menyampaikan ringkasan materi atau bahan pelajaran yang telah dibahas. 2) Kemudian guru melakukan tes kepada siswa yaitu tes kemampuan menulis pengalaman. Tes keterampilan ini menggunakan lembar tes yang telah dipersiapkan. Tes ini dilakukan secara tertulis dan siswa diminta mengerjakannya secara individual. Pada kegiatan ini guru dan dibantu seorang observer pendamping melakukan penilaian terhadap hasil tes kemampuan menulis pengalaman yang dikerjakan siswa dengan menggunakan lembar penilaian yang telah dipersiapkan. 3) Guru memberikan tindak lanjut pembelajaran berupa tugas kepada siswa untuk latihan menulis teks berbentuk di rumah. Tampak para siswa memperhatikan dan mencatat tugas yang diberikan guru. 4) Setelah itu guru mengakhiri atau menutup pembelajaran dengan menyampaikan salam. 3. Observasi (Pengamatan) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selama berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran pada tindakan siklus I ini peneliti dengan dibantu seorang observer pendamping melakukan penilaian melalui observasi (pengamatan) terhadap aktivitas proses belajar siswa dalam latihan kemampuan menulis pengalaman. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian yang telah dipersiapkan. Data temuan observasi yang dikumpulkan peneliti dan observer pendamping dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi atau evaluasi. Adapun indikator yang dinilai dan dijadikan ukuran kemampuan proses belajar siswa dalam latihan kemampuan menulis pengalaman tersebut adalah: a. Minat dan motivasi belajar b. Pengembangan ide (gagasan) dari pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki c. Melakukan tanya jawab membahas tugas yang diberikan guru melalui belajar kelompok d. Membuat kerangka karangan melalui tahapan-tahapan tertentu e. Melakukan kerjasama antar anggota kelompok belajar dalam mengerjakan tugas (membuat karangan) f. Mengembangkan ide pokok karangan berdasarkan pengalaman nyata dengan memperhatikan contoh atau model pola karangan yang diberikan guru. g. Melakukan penilaian terhadap hasil karangan sendiri dan penilaian antarteman (anggota kelompok) h. Melakukan refleksi dan perbaikan terhadap karangan yang dibuat. 4. Refleksi Tindakan Setelah pelaksanaan tindakan siklus I, kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti sebagai guru bersama dengan observer pendamping. Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan selama berlangsungnya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kegiatan belajar. Data dan informasi yang menjadi bahan kajian utama dalam refleksi sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu: (a) nilai kemampuan proses belajar siswa, dan (b) nilai tes kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang. Sehubungan hal tersebut, berdasarkan hasil analisis data maka hasil penilaian pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Kemampuan Proses Belajar Siswa Berdasarkan analisis data dari pengamatan (lembar observasi) pada tindakan siklus I menunjukkan bahwa kemampuan proses belajar siswa dalam mengerjakan kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang adalah rata-rata tergolong baik. Indikasi hal ini diketahui dari proses belajar yang dilakukan siswa, yaitu dari 19 siswa mencapai rata-rata 80,92. b. Kemampuan Keterampilan Dari analisis data tes keterampilan kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang pada tindakan siklus I adalah rata-rata 70, 10. Hal ini terungkap dari penilaian terhadap hasil karangan yang dibuat siswa pada tindakan siklus I. Berdasarkan hasil tes terungkap bahwa dari 19 siswa diketahui bahwa nilai tertinggi mencapai 83 dan nilai terendah 57 dengan rata-rata 70,10. Nilai ini lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada pra tindakan dengan rata-rata 65. Dari hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada tindakan siklus I tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang belum memberikan hasil yang maksimal terhadap keterampilan siswa dalam menulis. Ketuntasan belajar siswa baru mencapai 70,10. Seharusnya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketuntasan belajar minimal untuk kemampuan menulis pengalaman sesuai dengan indikator kompetensi adalah 75. Memperhatikan kenyataan tersebut, maka perlu dilaksanakan tindakan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati melalui tindakan siklus II. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengarang ke arah yang lebih baik. C. Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 April 2012 sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan dengan penyempurnaan yang dipandang perlu sesuai dengan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Tindakan pembelajaran pada siklus II dihadiri oleh 19 siswa. Adapun alokasi waktu untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran ini adalah 2 x 40 menit (dua jam pelajaran). Model dan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan sebagaimana pada tindakan siklus I, yaitu menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart melalui empat langkah kegiatan: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi tindakan. Sedangkan pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman adalah dengan penerapan metode latihan berjenjang. Materi pokok pelajaran Bahasa Indonesia yang dibahas pada tindakan siklus II ini adalah kemampuan menulis pengalaman dengan penekanan pada kemampuan aktivitas proses belajar dan hasil belajar yang diwujudkan berupa tulisan/karangan yang dibuat siswa. Karena itu fokus penilaian kemampuan menulis pengalaman siswa dalam kegiatan ini adalah aspek kemampuan proses belajar, dan aspek hasil belajar berupa karangan dengan metode latihan berjenjang. Lebih lanjut gambaran tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dapat dikemukakan berikut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Perencanaan Tindakan Mengacu pada hasil refleksi tindakan siklus I, maka langkah awal sebelum melaksanakan tindakan siklus II tentunya mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan tindakan dengan melakukan perbaikan alat kelengkapan yang diperlukan, meliputi: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pokok pelajaran berupa lembar tugas latihan belajar kelompok untuk mengerjakan dan mendiskusikan tentang menulis dengan metode latihan berjenjang, lembar observasi penilaian kemampuan proses belajar siswa, lembar penilaian kemampuan menulis pengalaman, dan mempersiapkan buku pegangan guru serta mempersiapkan alat bantu mengajar atau media pembelajaran seperti kumpulan karangan pengalaman pribadi. Mengenai rencana pembelajaran yang akan dipergunakan guru sebagai pedoman dalam rangka melaksanakan tindakan merupakan hasil perbaikan dan penyempurnaan dari rencana pembelajaran sebelumnya. Ada beberapa hal yang mengalami perbaikan dalam rencana pembelajaran untuk tindakan siklus II ini, yaitu: mengenai pengelompokan siswa dalam kelompok belajar dalam rangka menciptakan aktivitas belajar siswa. Selain itu dalam rencana pembelajaran dicantumkan materi pokok tentang kemampuan menulis pengalaman, serta pengaturan alokasi waktu yang memadai untuk latihan siswa mengerjalan tugas membuat karangan yang ditentukan. Adanya kejelasan langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang lebih tegas, seperti pemberian motivasi belajar kepada siswa, memberikan bimbingan, memberikan ilustrasi, seperti contohcontoh karangan pengalam pribadi sesuai dengan konteks isi atau materi pelajaran yang dibahas serta memberikan umpan balik kepada siswa berupa penjelasan atau pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan terutama bagi siswa yang aktivitas belajarnya masih kurang dibanding dengan siswa lainnya. Dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan tersebut dalam rencana pembelajaran, tentunya pelaksanaan tindakan pembelajaran kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan commit to user perpustakaan.uns.ac.id berjenjang digilib.uns.ac.id akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan aktivitas proses dan hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan secara teknis dilakukan guru dengan berpedoman pada rencana pembelajaran dan prosedur yang telah ditetapkan. Pada kesempatan ini peneliti berperan sebagai guru dan didampingi oleh seorang observer pendamping untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan aktivitas proses belajar siswa selama berlangsungnya kegiatan latihan mengerjakan tugas, yaitu menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang melalui belajar kelompok dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa, yaitu hasil karangan yang dibuat siswa. Pada dasarnya pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan prosedur pembelajaran yang ditetapkan. Prosedur pembelajaran dimaksud merupakan langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia yaitu (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir, sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pelajaran diawali dengan mengucapkan salam kepada siswa. 2) Guru melakukan presensi kehadiran siswa dengan cara memanggil satu persatu nama siswa sesuai dengan daftar nama siswa yang tercatat di sekolah. Tampak siswa mengacungkan tangan saat namanya dipanggil guru, berarti menunjukkan ia hadir. Pada kenyataannya seluruh siswa hadir (19 siswa). 3) Kemudian guru menjelaskan pokok bahasan mengenai kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang dan menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang commit to user dibahas. Kemudian guru perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membacakan hasil nilai siswa dari kegiatan pembelajaran yang lalu (hasil pembelajaran siklus I). 4) Guru melanjutkan dengan memberikan apersepsi berkenaan dengan materi yang sudah dibahas sebelumnya, serta memberikan motivasi siswa agar belajar dan berlatih yang giat dalam memahami dan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang. 5) Guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan berkenaan dengan pelajaran yang telah dibahas sebelumnya. Ada beberapa siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kesulitankesulitan yang dialami dalam pembelajaran sebelumnya. Kemudian guru menjawab pertanyaan siswa tersebut dengan memberikan penjelasan mengenai teknik menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang serta memberikan penguatan bahan pelajaran yang dianggap penting. 6) Guru membentuk kelompok belajar siswa menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang memiliki tingkat kepandaian berbeda terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan siswa yang tergolong kurang pandai. Hal ini dilakukan untuk menciptakan rasa kebersamaan antar siswa dalam proses belajar sehingga mereka terdorong untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi, dan saling menilai hasil karangan yang dibuat di antara mereka. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sebagai berikut: 1) Guru membagi lembar tugas latihan menulis karangan untuk dikerjakan siswa melalui belajar kelompok. 2) Guru memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok siswa untuk mengerjakan lembar kerja atau tugas latihan. Alokasi waktu yang disediakan untuk latihan ini adalah 40 menit. 3) Siswa tampak mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu melakukan latihan belajar bersama dan mendiskusikan tugas yang diberikan guru. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Selama berlangsungnya latihan menulis, guru dan dibantu seorang observer pendamping melakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dipersiapkan. Selain itu guru memberikan bimbingan kepada beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan dalam latihan menulis yang ditugaskan. 5) Setelah kegiatan latihan menulis Bahasa Indonesia dirasa cukup, guru menugaskan siswa untuk melakukan penilaian terhadap hasil karangannya sendiri, dan melakukan penilaian antarteman. 6) Selanjutnya guru melakukan tanya jawab kepada siswa. Ada di antara siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru tentang cara pengembangan ide atau gagasan dengan metode latihan berjenjang dalam kemampuan menulis pengalaman. Hal ini langsung dijawab oleh guru dan sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru. c. Kegiatan Akhir Kegiatan ini merupakan akhir dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam pertemuan itu, sebagai berikut: 1) Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan bahan pelajaran yang telah dibahas. 2) Guru melakukan tes kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang kepada siswa. 3) Kemudian guru memberikan tindak lanjut kepada siswa untuk mempelajari bahan pelajaran berikutnya di rumah sebagai bahan untuk dibahas pada pertemuan berikutnya. Tampak semua siswa mencatat tugas yang diberikan guru. 4) Setelah itu guru mengakhiri atau menutup pelajaran pada pertemuan itu dengan menyampaikan salam. 3. Observasi (Pengamatan) Seperti telah dikemukakan di atas bahwa selama berlangsungnya kegiatan latihan menulis bagi siswa dilakukan penilaian oleh guru dan dibantu seorang observer pendamping terhadap kemampuan aktivitas proses belajar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam latihan kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang. Pada dasarnya fokus penilaian dan indikator yang dinilai atau yang dijadikan ukuran kemampuan aktivitas belajar siswa tersebut adalah sama dengan fokus penilaian dan indikator yang dipergunakan dalam penilaian pada tindakan sebelumnya (siklus I). Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian yang telah dipersiapkan dan dilakukan melalui observasi (pengamatan). Hasil penilaian tersebut kemudian dianalisis untuk selanjutnya sebagai bahan acuan dalam melakukan refleksi atau evaluasi untuk mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan. 4. Refleksi Tindakan Sesuai dengan tujuan penelitian maka refleksi tindakan siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Kemampuan Proses Belajar Siswa Berdasarkan analisis data hasil penilaian dari pengamatan terhadap kemampuan proses belajar siswa menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang pada tindakan siklus II menunjukkan, bahwa kemampuan proses belajar siswa dalam kegiatan ini tergolong amat baik karena mencapai presentase 92,76%. b. Kemampuan menulis pengalaman Mengenai hasil belajar siswa tentang kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang pada tindakan siklus II dapat dikemukakan berikut ini. Dari analisis data hasil tes kemampuan menulis pengalaman tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan rata-ratanya mencapai 84,45. Nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 76 dan nilai tertinggi 92. Dengan demikian nilai yang diperoleh siswa pada siklus II ini sudah mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu 75. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan berjenjang dalam pelajaran kemampuan menulis pengalaman pada tindakan siklus II terhadap siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memberikan dampak positif bagi siswa dalam mengoptimalkan aktivitas belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pelajaran kemampuan menulis pengalaman atau mengarang ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini terungkap pada tindakan siklus II. Mengingat kemampuan menulis pengalaman siswa pada siklus II sudah melebihi KKM, maka pemberian tindakan pada pelajaran kemampuan menulis pengalaman Bahasa Indonesia ini dihentikan sampai dengan siklus II. D. Evaluasi Hasil Tindakan Berkenaan dengan telah dilaksanakannya tindakan siklus I dan siklus II tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi secara umum atau keseluruhan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran keterampilan kemampuan menulis pengalaman atau mengarang dengan metode latihan berjenjang dengan membandingkan hasil pembelajaran sebelumnya (sebelum dilaksanakan tindakan atau pra tindakan). Dengan membandingkan pencapaian nilai keterampilan menulis pengalaman antara sebelum dan setelah dilaksanakan tindakan dengan penerapan metode latihan berjenjang melalui dua silus tindakan (siklus I dan siklus II) pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati dapat diketahui kemajuan atau peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kemampuan proses dan kemampuan kemampuan menulis pengalaman, sebagai berikut: 1. Kemampuan aktivitas proses belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan (pra tindakan). Berdasarkan analisis data dari pengamatan (lembar observasi) pada tindakan siklus I menunjukkan bahwa proses belajar siswa dalam mengerjakan kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang adalah rata-rata tergolong baik. Indikasi hal ini diketahui dari proses belajar yang dilakukan siswa, yaitu dari 19 siswa mencapai rata-rata 80,92. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada analisis data hasil penilaian dari pengamatan terhadap proses belajar siswa dalam menulis pengalaman dengan metode latihan bejenjang pada tindakan siklus II menunjukkan, bahwa proses belajar siswa dalam kegiatan ini tergolong amat baik karena mencapai presentase 92,76% 2. Kemampuan hasil belajar menulis pengalaman pada kegiatan pembelajaran sebelumnya (pra tindakan) mengenai nilai kemampuan menulis pengalaman atau mengarang dengan metode latihan berjenjang adalah rata-rata tergolong rendah atau kurang, karena baru mencapai KKM 65. Pada tindakan siklus I, dari 19 siswa yang memperoleh nilai kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang rata-rata 70,10, nilai terendah 57 dan nilai tertinggi 83. Sedangkan pada tindakan siklus II, dari 19 siswa yang memperoleh nilai kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang rata-rata 84,45, nilai terendah 76 dan nilai tertinggi 92. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa taraf kemampuan kelas berkaitan dengan kemampuan menulis pengalaman dengan metode latihan berjenjang tergolong amat baik. Dengan demikian dapat diambil simpulan bahwa penerapan metode latihan berjenjang dalam pembelajaran kemampuan menulis pengalaman melalui dua siklus (siklus I dan siklus II) pada kenyataannya dapat meningkatkan kemampuan menulis pengalaman, baik aspek kemampuan aktivitas proses belajar dalam latihan menulis maupun dari aspek hasil belajar kemampuan menulis pengalaman pada siswa Kelas VII D semester genap SMP Negeri 1 Winong, Pati tahun pelajaran 2011/2012. BAB V PENUTUP commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bagian ini merupakan simpulan dan saran dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dideskripsikan pada bab IV sebelumnya, simpulan dan saran dimaksud sebagai berikut. A. Simpulan 1. Aktivitas Proses Belajar Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan siklus I dan siklus II bahwa kemampuan siswa dalam aktivitas proses belajar menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan berjenjang menunjukkan kecenderungan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. 2. Hasil Belajar Keterampilan Menulis Pengalaman Berdasarkan hasil tes kemampuan menulis pengalaman dengan penerapan metode latihan berjenjang menunjukkan ada peningkatan kemampuan menulis pengalaman siswa ke arah yang lebih baik dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat dari hasil kemampuan menulis pengalaman siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati pada siklus I nilai terendah 57, nilai tertinggi, 83, dan rata-rata 70, 10. Pada siklus II nilai terendah 76, nilai tertinggi 92, dan rata-rata 84,45. Dengan demikian terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk nilai terendah sebesar 19, nilai tertinggi 9, dan rata-rata 14,35. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan berjenjang dalam pembelajaran keterampilan menulis pengalaman melalui dua siklus tindakan (siklus I dan siklus II) dapat meningkatkan kemampuan menulis pengalaman ke arah yang lebih baik pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Winong, Pati tahun pelajaran 2011/2012. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Saran Berdasarkan simpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa perlu banyak latihan menulis pengalaman/mengarang pengalaman yang dialami sendiri (kontekstual) melalui belajar kelompok dan berdiskusi antarteman. 2. Bagi guru, perlu memberikan ‘model’ atau contoh-contoh karangan pembelajaran keterampilan menulis pengalaman mengenai topik tertentu dengan penerapan metode latihan berjenjang kepada siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam melakukan penilaian hendaknya guru lebih cermat dan teliti agar tidak terjadi kesalahan. 3. Bagi Kepala Sekolah, perlu motivasi dan supervisi kepada para guru berkaitan dengan upaya perbaikan dan peningkatan efektivitas pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi M. 1989. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf. Malang: YA3 Malang Ahmadi M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang:YA3 commit to user