PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI Arista Dini Figianti, Budi Handoyo, dan Satti Wagistina Universitas Negeri Malang ABSTRACT: The goal of this research was conducted to know the impact of CIRC learning model to problem solving skill on geographyc subject at SMA Tamansiswa Malang. This research is a quasiexperimental with pretest-posttest control group design. The result of this research showed that the average mark of the experimental class higher than the control class and the value of Sig. (2-tailed) < α / 2 (0.025). This research could be reference for teachers to choose the cooperative learning model to help students for to extend their problem solving skills and also could be reference for subsequent researches in conducting researches which do research about CIRC learning model and problem solving skill. Key words: CIRC, problem solving skill ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) terhadap kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran geo-grafi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan menggunakan pretest – posttest control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai akhir kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan nilai Sig. (2-tailed) < α/2 (0,025). Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran CIRC berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran geografi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran CIRC dan kemampuan memecahkan masalah. Kata kunci: CIRC, kemampuan memecahkan masalah Tantangan dalam pendidikan, khususnya pendidikan geografi adalah peningkatan kualitas dalam pembelajaran geografi (Handoyo, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran geografi di Indonesia masih rendah dan perlu ditingkatkan. Kualitas pembelajaran geografi yang rendah dapat mempengaruhi tujuan pendidikan geografi. Salah satu tujuan pendidikan geografi menurut Handoyo (2012) adalah pengembangan skills yang berkenaan dengan proses berpikir yang memerlukan pemecahan masalah dan membuat keputusan secara spasial. Tujuan pendidikan geografi tersebut menuntut guru untuk bisa menyampaikan materi pelajaran dengan baik, pembelajaran yang menyenangkan, dan mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada diri siswa, khususnya, kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran geografi merupakan pembelajaran yang diharapkan dapat berperan sebagai ilmu, keterampilan, dan aplikasi dalam membentuk siswa yang bisa bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar melalui sudut pandang keruangan dan kelingkungan. Hal ini didukung oleh Sutikno (2008) yang berpendapat bahwa geografi merupakan ilmu yang berorientasi pada pemecahan masalah. Pendapat Sutikno (2008) sesuai dengan konsep geografi menurut Seminar Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang tahun 1998. Konsep geografi menurut Seminar Lokakarya IGI memberikan pengertian bahwa geografi dapat mengajak siswa untuk membaca, menelaah, dan menganalisis keanekaragaman dan sebaran fenomena geosfer di muka bumi. Pengertian tersebut, menunjukkan bahwa siswa harus bisa mengembangkan kemampuannya untuk lebih peka terhadap masalah apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan memberikan solusi dari masalah tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran geografi di sekolah menuntut siswa agar tidak sekedar menghafal konsep, tetapi juga menerapkan konsep tersebut untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Handoyo (2012) berpendapat bahwa pembelajaran geografi di sekolah masih belum sesuai dengan fungsinya, yaitu pembelajaran masih kurang menggunakan paradigma baru dan bermakna bagi siswa, serta pembelajaran masih menitikberatkan pada aspek pengetahuan untuk menyiapkan ujian, bukan membangun pengetahuan siswa. Hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan lain yang seharusnya dimiliki siswa, yaitu skills, attitude, dan values. Bruner (dalam Kwartolo, 2009 dan Sonhaji, 2012) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang cocok agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Oleh sebab itu, guru harus memilih metode dan model pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa dan kreativitas berpikir serta keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang lebih memanfaatkan kerjasama dalam kelompok untuk membantu siswa belajar memahami materi pembelajaran melalui bacaan/wacana/kliping dengan cara membaca, menganalisis, memecahkan masalah, menyelesaikan tugas dari guru, menulis atau menyusun laporan hasil kerja kelompok, dan presentasi hasil kerja kelompok (Slavin, 1995). Sintak model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut: (1) pembagian kelompok, (2) pemberian bahan bacaan, (3) kegiatan diskusi kelompok, (4) persentasi hasil diskusi kelompok, dan (5) membuat kesimpulan. Sintak model pembelajaran CIRC dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan indikator dalam memecahkan masalah, yaitu dimulai dari (1) mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan masalah, (3) menganalisis masalah, (4) memberikan alternatif solusi untuk masalah tersebut, dan (5) memilih solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara memahami bacaan. Siswa yang terbiasa untuk memecahkan masalah pada suatu materi akan memiliki hasil belajar yang lebih baik. Hal ini dikarenakan siswa tersebut akan terbiasa menjawab soal-soal yang bersifat analisis, baik pada saat mengerjakan modul maupun pada saat ulangan. Siswa akan mampu memberikan jawaban yang tepat untuk soal-soal tersebut, sehingga dapat mempengaruhi perolehan hasil belajarnya. Hal ini didukung oleh penelitian oleh Afriani (2010) pada mata pelajaran geografi dan Sutarno (2010) pada mata pelajaran TIK. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam eksperimen kuasi. Rancangan penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design. Penelitian ini dirancang untuk melihat perbedaan kemampuan memecahkan masalah antara dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen akan mendapat perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu dengan ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas X SMA Tamansiswa Malang tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penentuan untuk menentukan mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak, yaitu kelas XC sebagai kelas kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu delapan soal berbentuk essai yang telah dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya bedanya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji beda rata-rata, uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan homogenitas, serta uji hipotesis. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan delapan soal essai sebagai instrumennya. Analisis hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa delapan soal essai tersebut merupakan soal yang valid dan reliabel dengan lima soal memiliki tingkat kesukaran mudah dan tiga soal memiliki tingkat kesukaran sedang. Namun, tidak semua soal memiliki daya beda yang baik karena terdapat satu soal dengan daya beda yang jelek, artinya satu soal tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan siswa kelompok atas dan kelompok bawah. Analisis hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang diperoleh untuk dianalisis dalam penelitian ini meliputi data kemampuan awal, data kemampuan akhir, data diskusi kelompok, dan data nilai akhir kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data menunjukkan bahwa nilai kemampuan awal dan akhir kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan nilai kemampuan memecahkan masalah setelah memperoleh perlakuan. Namun, peningkatan nilai kemampuan memecahkan masalah paling banyak diperoleh kelas eksperimen. Perbandingan antara nilai rata-rata kemampuan awal dan kemampuan akhir untuk masing-masing kelas akan ditampilkan pada Diagram 1. Nilai 70 60 50 40 30 20 10 0 64.78 55.67 51.39 49.07 Rata-rata Kemampuan awal Rata-rata Kemampuan Akhir Eksperimen Kontrol Kelas Diagram 1 Perbandingan Antara Nilai Rata-rata Kemampuan Awal dan Akhir Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Grafik 1 menunjukkan bahwa peningkatan paling banyak diperoleh kelas eksperimen yaitu 13,39 poin atau mengalami peningkatan sebesar 11,52%, sedangkan kelas kontrol hanya 6,6 poin atau mengalami peningkatan sebesar 6,30%. Demikian pula dengan nilai diskusi kelompok. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata diskusi kelompok yang lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 76,94 untuk kelas eksperimen dan 71,20 untuk kelas kontrol. Perbedaan antara nilai kemampuan akhir dan nilai diskusi kelompok mempengaruhi nilai akhir kemampuan memecahkan masalah untuk masingmasing kelas. Nilai akhir kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 45,17 untuk kelas eksperimen dan 38,90 untuk kelas kontrol. Perbedaan nilai akhir kemampuan memecahkan masalah menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah. Pengaruh model CIRC juga ditunjukkan dengan uji beda rata-rata kemampuan awal dan akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diuji dengan uji t. Hasil uji beda rata-rata kemampuan awal dan akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Uji Beda Rata-rata Kemampuan Awal dan Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sig. (2-tailed) Kemampuan Awal .396 Kemampuan Akhir .002 Sumber: data diolah (2013) Kriteria sig. (2-tailed) ≥ α/2 (0,025) (2-tailed) < α/2 (0,025) Keterangan Tidak berbeda secara signifikan Berbeda secara signifikan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Namun, nilai kemampuan akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Adanya pengaruh model CIRC terhadap kemampuan memecahkan masalah juga diperkuat dengan hasil uji t untuk nilai akhir kemampuan memecahkan masalah. Uji t untuk nilai akhir kemampuan memecahkan masalah menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) yaitu 0,000, sehingga nilai Sig (2-tailed) < (α/2) 0,025. Dengan demikian dapat diketahui bahwa model pembelajaran CIRC berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran geografi. PEMBAHASAN Model pembelajaran CIRC dapat berpengarub terhadap kemampuan memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran CIRC mendapat referensi yang lebih banyak untuk memecahkan masalah. Siswa pada kelas eksperimen akan mendapat informasi baru melalui bahan bacaan untuk dijadikan referensi dalam mengidentifikasi masalah sampai mencari solusi untuk masalah yang ada. Salah satu tahap dalam model pembelajaran CIRC yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah adalah tahap kegiatan belajar kelompok atau diskusi kelompok. Jika pada umumnya siswa mendapat tugas untuk menemukan ide pokok dari sebuah artikel secara berkelompok, maka dalam penelitian ini siswa mendapat tugas untuk memecahkan masalah yang terdapat pada bahan bacaan secara berkelompok. Bahan bacaan yang terdapat pada lembar diskusi kelompok berupa artikel yang berisi suatu masalah. Lembar diskusi kelompok disusun sesuai dengan indikator kemampuan memecahkan masalah yang dipilih dalam penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mengarahkan siswa agar dapat memecahkan masalah sesuai dengan indikator kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini. Guru juga memberikan beberapa bahan bacaan tambahan yang berisi ringkasan materi dan beberapa artikel tentang penyebab erosi dan pencegahan erosi. Tujuannya adalah agar siswa mendapat referensi lebih banyak untuk dapat memecahkan masalah. Setelah memperoleh bahan bacaan, siswa akan diberi kesempatan oleh guru untuk membaca bahan bacaan tersebut. Kegiatan tersebut menuntut siswa untuk memahami isi dari bacaan yang ada. Siswa menjadi lebih aktif untuk mencari sendiri informasi yang berhubungan dengan materi, sehingga siswa akan terlibat langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri. Kegiatan diskusi kelompok dapat membantu siswa dalam kelompok untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan diskusi kelompok, masing-masing siswa dapat memberikan ide untuk memecahkan masalah yang ada. Tidak semua siswa memiliki jawaban yang sama untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga masing-masing siswa dapat saling bertukar pendapat dan menambah pengetahuan tentang bagaimana memecahkan suatu masalah dengan tepat. Sintak model pembelajaran CIRC dapat menunjukkan bahwa belajar itu tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga berorientasi pada proses belajar. Siswa mendapat kesempatan untuk menambah pengetahuannya melalui proses membaca bahan bacaan dan berdiskusi, sehingga siswa tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Namun, kemampuan memecahkan masalah yang siswa miliki itu merupakan hasil dari proses belajar yang siswa lakukan. Model pembelajaran CIRC yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan teori belajar dari Bruner, yaitu discovery learning. Teori belajar tersebut memberi pengertian bahwa pembelajaran yang dilakukan harus memungkinkan siswa menggunakan informasi untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Belajar discovery learning dapat membantu siswa mengembangkan bakatnya dan membentuk kemampuan dan keterampilan dalam proses kognitif siswa. Hal ini akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan yang harus dimilikinya, salah satunya adalah kemampuan memecahkan masalah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari (2010) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Berfikir kritis termasuk salah satu aspek yang mendukung siswa untuk memecahkan masalah karena dengan berfikir kritis, siswa lebih mudah memecahkan masalah yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Calderon, dkk (1992) juga menunjukkan bahwa CIRC dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Memecahkan masalah merupakan suatu proses yang memerlukan kemampuan berfikir tingkat tinggi, karena dalam tahap memecahkan masalah terdapat tahap analisis. Hal ini didukung oleh Gagne (dalam Winkel, 1996) yang berpendapat bahwa keterampilan berfikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa yang memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi akan lebih mudah mengembangkan kemampuan memecahkan masalahnya dan siswa yang terbiasa menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan pemecahan masalah dapat membantu meningkatkan kemampuan berfikirnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC memiliki beberapa kelebihan, yaitu antara lain: (1) siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran dan dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui bahan bacaan yang diberikan oleh guru, sehingga lebih mudah memecahkan masalah,(2) diskusi kelompok dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang lebih beragam, (3) model pembelajaran CIRC menuntut siswa untuk membaca bahan bacaan yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dapat meningkatkan minat membacanya, (4) model pembelajaran CIRC sesuai digunakan pada siswa yang memiliki sarana penunjang belajar yang minim karena guru akan memberikan bahan bacaan sebagai salah satu sarana penunjang belajar bagi siswa, Pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Selain itu, sintak model pembelajaran CIRC dapat membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, model pembelajaran CIRC dapat digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Cooperated Integrated Reading and Composition (CIRC) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran geografi di SMA Tamansiswa Malang. SARAN Guru dapat menggunakan model pembelajaran CIRC dalam melatih kemampuan memecahkan masalah pada siswa, selain menggunakan model pembelajaran yang lain. Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran CIRC pada kompetensi dasar yang lain untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan subjek yang berbeda dan juga dapat menambah variabel lain, seperti keaktifan, motivasi belajar, dan minat belajar. Peneliti selanjutnya juga dapat memodifikasi model pembelajaran CIRC atau mengkombinasikannya dengan metode dan model pembelajaran yang lain, seperti Number Head Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS), dan debate. DAFTAR RUJUKAN Afriani, Dini. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran CIRC terhadap Hasil Belajar IPS Geografi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Calderon, Margarita Espino, dkk. 1992. Adapting Cooperative Integrated Reading and Compostion to Meet The Needs of Bilingual Students. The Journal of Educational Issues of Language Minority Students Volume 10 Special Issue, Spring, 1992 Boise State University, page 84, (Online), ( http://web.ceu.hu/crc/envsci/batchuluun.pdf), diakses 11 Januari 2013. Handoyo, Budi. 2012. Pendidikan Geografi dan Tantanganmu, (Online), (http://hangeo.wordpress.com/2012/07/09/pendidikan-geografi-dantantanganmu/), diakses 7 November 2012. ____________. 2012. Pendidikan Geografi Indonesia dalam Perspektif Lintas Negara, (Online), (http://hangeo.wordpress.com/2012/07/03/pendidikan-geografiindonesia-dalam-perspektif-lintas-negara-sebuah-studi-pendahuluan-tujuanstruktur-dan-ruang-lingkup/), diakses 22 Desember 2012. Kwartolo, Yuli. 2009. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne, (Online), (http://www.bpkpenabur.or.id/files/09_0.pdf), diakses 12 April 2013. Lestari, Ratna Kurnia. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Matapelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 12 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning.Second edition. Boston: Allyn and Bacon. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sonhaji, Ali. 2012. Pendidikan, Manusia, dan Edukasi. Malang: UM Press. Sutarno, Heri, Dkk. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ)Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tik. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Vol.3 No.1 / 1 Juni 2010, (Online). (http://cogsci.rpi.edu/~rsun/folder-files/helie-sun-psycrev2010-f.pdf), diakses 15 Maret 2013. Sutikno.2008. Geografi dan Perspektifnya dalam Kajian Geografi Fisik. Materi Sarasehan Keilmuan Geografi di Fakultas Geografi UGM, (Online), (http://geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sutikno.pdf), diakses 28 Maret 2013. Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.