LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI HARMONISASI DAN SINKRONISASI PENGATURAN KELEMBAGAAN SERTIFIKASI HALAL TERKAIT PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM INDONESIA DI ERA PERDAGANGAN BEBAS Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun Dr.Susilowati Suparto, S,H., M.H. – NIDN :0025085705 Dr. Sonny Dwi Judiasih, S.H., M.H., C.N. – NIDN : 0011016001 Deviana Yuanitasari, S.H., M.H. – NIDN 0003128201 Agus Suwandono, S.H., LL.M. – NIDN0022088404 UNIVERSITAS PADJADJARAN OKTOBER, 2016 ii RINGKASAN Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentunya memiliki tanggung jawab terhadap kenyamanan dan kepastian bagi warga negara untuk mengkonsumsi produk yang halal. Jaminan atas kehalalan setiap produk yang ada di Indonesia selama ini di delegasikan oleh Negara kepada Lembaga Pengkajian Obat dan Makananan Majelis Ulama Indonesia (LPOM MUI). Selanjutnya dalam perkembangannya berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH), kewenangan penyelenggaraan sertifikasi halal di Indonesia akan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Produk Halal (BPJPH). Pembentukan BPJPH perlu memperhatikan Fungsi, tugas dan kewenangan lembaga-lembaga terkait. Sertifikasi halal yang akan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) harus dikoordinasikan, diintegrasikan dalam BPJPH. Hal ini diperlukan agar terjadinya sinergisitas dan menghindari adanya tumpang tindih kewenangan antara kementerian dan/atau lembaga terkait dengan BPJPH. Pengaturan pembentukan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) terkait penyelenggaraan sertifikasi halal oleh BPJPH adalah LPH dapat didirikan oleh Pemerintah dan atau masyarakat yang memenuuhi syarat yang akan ditentukan dalam Peraturan Pemerintah. Pengaturan akreditasi LPH yang dilaksanakan oleh BPJPH dapat diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah, sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan LPH dapat diatur dalam Peraturan Menteri. Perlu adanya pengkajian tambahan terkait dengan berkembangnya sertifikasi halal kepada produk jasa dan bukan hanya produk barang. Perlunya adanya aturan pelakanan yang mengatur lebih komprehensif mengenai prosedur BPJPH, LPH. Kata kunci : Kelembagaan, Sertifikasi, Halal, Konsumen Muslim. . iii PRAKATA Puji syukur yang pertama dan utama kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun ke-2 yang berjudul Harmonisasi Sertifikasi Halal Dan Sinkronisasi Pengaturan Dan Kelembagaan Terkait Perlindungan Konsumen Muslim Indonesia Di Era Perdagangan Bebas Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ditlitabmas Ristek Dikti yang telah memberikan bantuan untuk dapat mengadakan penelitian hukum ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dr. Ayi Bahtiar, M.Si. selaku Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM) Universitas Padjadjaran. Selanjutnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada para narasumber yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Bandung, 30 Oktober 2016 Tim Peneliti iv DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ii RINGKASAN iii PRAKATA iv DAFTAR ISI v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah 7 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II A. Tinjauan Sistem Hukum, Sinkronisasi Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan dan 8 B. Tinjauan Tengan Perlindungan Konsumen 12 C. Tinjauan Tentang Sertifikasi Halal 16 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 21 BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 55 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v 56 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri serta pengaruh perdagangan bebas telah membawa dampak yang besar terhadap ketersedian produk di masyarakat. Hal ini tentu membawa manfaat kepada konsumen karena konsumen dimanjakan dengan produk yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Banyaknya produk yang beredar di masyarakat juga harus diimbangi dengan sikap hati-hati dalam memilih produk yang sesuai dengan keinginanya dan sesuai dengan akidah dan keyakinannya, apabila menyangkut suatu produk yang memerlukan suatu peryataan halal. Kehalalan suatu produk bagi konsumen muslim menjadi suatu keharusan yang wajib dipenuhi oleh negara. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 29 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Untuk menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan menjalankan ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan pelindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Negara dalam hal ini berkewajiban memberikan perlindungan dan kepastian hukum terkait dengan sertifikasi halal atas produk yang beredar di masyarakat. 1