IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Jumlah larva (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA (Tabel 7, Lampiran ). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan jumlah larva pada 30 HSA lebih tinggi 79,30% dibandingkan media kertas kemasan, sedangkan pada perbandingan karung plastik dan toples tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah larva 30 HSA. Sedangkan perbandingan pengaruh sederhana pada varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Perbandingan pengaruh sederhana pada media penyimpanan diperoleh v1m3, v2m1, v2m3, dan v3m3berbeda nyata. Pengaruh sederhana beras Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan menghasilkan jumlah larva pada 30 HSA lebih tinggi 88,85% dibandingkan kertas kemasan, pada beras Ciherang kaleng kemasan dan kertas 38 kemasan lebih rendah dengan total persentase 77,25% dan pada beras Pandanwangi dengan sebesar 66,84% (Tabel 2). 4.1.2. Jumlah larva (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis berasdan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 40 HSA sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 13, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 40 HSA, begitu pula penggunaan media penyimpanan (Tabel 2). Pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Pengaruh sederhana media penyimpanan diperoleh beras varietas Mentikwangi kemasan toples berbeda dengan kemasan kaleng dan kertas kemasan. Media penyimpanan kaleng kemasan dan kertas kemasanmenekan jumlah larva pada 40 HSA terendah 26,02% pada beras Mentikwangi dibandingkan media penyimpanan lainnya (Tabel 2). 39 40 60 Larva (buah) 50 40 30 20 Hsa 30 Hsa 20 40 Hsa 10 0 Perlakuan Gambar 3. Jumlah larva akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagai media penyimpanan Keterangan: v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik. v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples. v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan. v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasan v2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik. v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples. v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan. v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan. v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik. v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples. v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan. v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan. Gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah larva yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA, kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3) memiliki jumlah larva tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah larva tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan 41 beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3), dan pada 40 HSA, jumlah larva tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan (v2m3). 4.1.3. Jumlah pupa (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis berasdan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 30 HSA sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 19, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 30 HSA. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan jumlah pupa 30 HSA lebih tinggi 92,23% dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan (Tabel 3). Pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Sedangkan pengaruh sederhana media penyimpanan diperoleh v1m3vs. v1m4, dan v2m3 vs. v2m4 berbeda nyata. Beras Ciherang yang disimpan dalam kemasan kalengmenghasilkan jumlah pupa pada 30 HSA lebih rendah 94,70%, sedangkan media penyimpanan kemasan kaleng beras Mentikwangi hanyalebih tinggi 95,02% daripada kertas kemasan, secara berurutan (Tabel 3). 42 43 25 Pupa (buah) 20 15 20 Hsa 10 30 Hsa 40 Hsa 5 0 Perlakuan Gambar 4. Jumlah pupa akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagai media penyimpanan Keterangan: v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik. v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples. v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan. v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasan v2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik. v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples. v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan. v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan. v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik. v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples. v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan. v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan. Gambar 4 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah pupa yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 30 HSA, jumlah pupa tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3), dan pada 40 HSA, jumlah pupa tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3). 44 4.1.4. Jumlah pupa (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan, dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 40 HSA (Tabel 25, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 40 HSA, begitu pula penggunaan media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata (Tabel 3). Sedangkan perbandingan pengaruh utama dan sederhana pada varietas beras dan media penyimpanan menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 3). 4.1.5. Jumlah imago dewasa (20 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 20 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 31, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 20 HSA. Penggunaan media penyimpanan toples, kaleng kemasan dan kertas kemasan berbeda nyata. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkanjumlah imago dewasa20 HSA lebih tinggi 86,31% dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan (Tabel 4). 45 Tabel 4 memperlihatkan bahwa pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap jumlah imago dewasa 20 HSA. Media penyimpanan kaleng kemasanmenghasilkan jumlah imago dewasa pada 20 HSA lebih tinggi 86,30%, 86,23 dan 86,40% dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan pada ketiga varietas asal beras masing-masing Mentikwangi, Ciherang, dan Pandanwangi (Tabel 4). 4.1.6. Jumlah imago dewasa (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 37, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 30 HSA. Media penyimpanan menghasilkan jumlah imago dewasa30 HSA pada semua media penyimpanan berbeda nyata, media penyimpanan kaleng kemasanlebih tinggi 84,76% dari pada kertas kemasan. Dipihak lain ternyata media penyimpanan kaleng kemasan dan kertas kemasan lebih tinggi 24,08% dari pada media penyimpanan toples (Tabel 4). Pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan menghasilkan jumlah imago dewasa pada 30 HSA lebih tinggi 86,41% dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam 46 kertas kemasan, beras varietas Ciherang lebih tinggi 17,27%, dan beras varietas Pandanwangi lebih tinggi 80,30% secara berurutan (Tabel 4). 4.1.7. Jumlah imago dewasa (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 43, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbandingan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 40 HSA. Penggunaan media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 40 HSA. Sedangkan varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Media penyimpanan beras varietas Pandanwangi dalamkaleng kemasan menghasilkan jumlah imago dewasa pada 40 HSA lebih tinggi 68,29% dibandingkan beras varietas Pandanwangi yang disimpan dalam kertas kemasan (Tabel 4). Media penyimpanan beras varietas Mentikwangi dalam toples menghasilkan jumlah imago dewasa pada 40 HSA lebih tinggi 33,15% dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan dan kertas kemasan (Tabel 4). 47 48 Imago Dewasa (ekor) 200,00 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 0 Hsa 80,00 20 Hsa 60,00 30 Hsa 40,00 40 Hsa 20,00 0,00 Perlakuan Gambar 5. Jumlah imago dewasa akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagai media penyimpanan Keterangan: v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik. v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples. v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan. v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasan v2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik. v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples. v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan. v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan. v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik. v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples. v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan. v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan. Gambar 5 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah imago dewasa yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA, kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3) memiliki jumlah imago dewasa tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah imago dewasa tertinggi terdapat 49 pada kombinasi perlakuan beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan (v3m3), dan pada 40 HSA, jumlah imago dewasa tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan (v3m3). 4.1.8. Jumlah mortalitas imago (20 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 20 HSA (Tabel 49, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 20 HSA, begitu pula penggunaan media penyimpanan. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan jumlah mortalitas imago pada 20 HSA lebih tinggi 67,14% dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan (Tabel 5). 4.1.9. Jumlah mortalitas imago (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 55, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 30 HSA. Penggunaan media penyimpanan juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 30 HSA (Tabel 5). 50 Media penyimpanan kemasan kaleng menghasilkan jumlah mortalitas imago pada 30 HSA lebih tinggi 66,67% daripada kertas kemasan pada beras mentik wangi (Tabel 5). 4.1.10. Jumlah mortalitas imago (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan, dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 40 HSA (Tabel 61, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 40 HSA. Penggunaan media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 40 HSA (Tabel 5). Beras varietas Mentikwangi yang disimpan pada kertas kemasan imago pada 40 HSA lebih tinggi 69,73% dibandingkan varietas lainnya (Tabel 5). 51 52 Mortalitas Imago (ekor) 3,5 3 2,5 2 20 Hsa 1,5 30 Hsa 1 40 Hsa 0,5 0 Perlakuan Gambar 6. Mortalitas imago akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagai media penyimpanan Keterangan: v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik. v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples. v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan. v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasan v2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik. v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples. v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan. v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan. v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik. v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples. v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan. v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan. Gambar 6 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah mortalitas imago yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA, kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3) memiliki jumlah mortalitas imago tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah mortalitas imago tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan (v2m3), 53 dan pada 40 HSA, jumlah mortalitas imago tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasan (v1m4). 4.1.11. Beras rusak (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras rusak pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 67, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras rusak pada 40 HSA. Media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras rusak pada 40 HSA (Tabel 6). Beras rusak pada 40 HSA varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan lebih tinggi 74,31% daripada kertas kemasan (Tabel 6). 54 Tabel 6. Jumlah beras rusak (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan media penyimpanan (transformasi log (x) ) Perlakuan/Perbandingan 1. 2. 3. 4. 5. Pengaruh varietas beras: a. v1 vs. v2 v3 b. v2 vs. v3 Pengaruh media penyimpanan: a. m1 vs. m2 m3 m4 b. m2 vs. m3 m4 c. m3 vs. m4 Interaksi varietas vs.media a. 1a x 2a b. 1a x 2b c. 1a x 2c d. 1b x 2a e. 1b x 2b f. 1b x 2c Pengaruh sederhana V pada: a. m1: v1 vs. v2 v3 b. m1: v2 vs. v3 c. m2: v1 vs. v2 v3 d. m2: v2 vs.v3 e. m3: v1 vs.v2 v3 f. m3: v2 vs.v3 g. m4: v1 vs.v2v3 h. m4: v2 vs.v3 Pengaruh sederhana M pada: a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 b. v1: m2 vs. m3 m4 c. v1: m3 vs.m4 d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 e. v2: m2 vs. m3 m4 f. v2: m3 vs. m4 g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 h. v3: m2 vs. m3 m4 i. v3: m3 vs. m4 Beras Rusak 40 HSA F-hitung Persentase (%) 1< 1< ns 1< 1< 2,771 ns 1< 1< 1< 1< 1< 1< ns 1< 1< 1< 1< 1,182 1< 1< 1< ns 1< 1< 4,304 1< 1< 2,902 1< 1< ns 1,520 ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns * -74,31 ns ns ns ns ns Keterangan: v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= Karung Plastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata; * = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26 55 4.1.12. Beras utuh (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras utuh pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 73, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbandingan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras utuh pada 40 HSA. Penggunaan media penyimpanan kertas kemasan menghasilkan jumlah beras utuh pada 40 HSA lebih tinggi 54,32% dibandingkan media penyimpanan kaleng kemasan 45,32% (Tabel 7). Varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Media penyimpanan beras varietas Mentikwangi dalam kertas kemasanmenghasilkan jumlah beras utuh pada 40 HSA lebih sedikit 44,82% dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan.Media penyimpanan beras varietas Ciherang dalam kertas kemasanmenghasilkan jumlah beras utuh pada 40 HSA lebih sedikit 43,85% dibandingkan beras varietas Ciherang yang disimpan dalam kaleng kemasan (Tabel 7). 56 Tabel 7. Jumlah beras utuh (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan media penyimpanan (transformasi √ ) Perlakuan/Perbandingan 1. 2. 3. 4. 5. Pengaruh varietas beras: a. v1 vs. v2 v3 b. v2 vs. v3 Pengaruh media penyimpanan: a. m1 vs. m2 m3 m4 b. m2 vs. m3 m4 c. m3 vs. m4 Interaksi varietas vs.media a. 1a x 2a b. 1a x 2b c. 1a x 2c d. 1b x 2a e. 1b x 2b f. 1b x 2c Pengaruh sederhana V pada: a. m1: v1 vs. v2 v3 b. m1: v2 vs. v3 c. m2: v1 vs. v2 v3 d. m2: v2 vs.v3 e. m3: v1 vs.v2 v3 f. m3: v2 vs.v3 g. m4: v1 vs.v2v3 h. m4: v2 vs.v3 Pengaruh sederhana M pada: a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 b. v1: m2 vs. m3 m4 c. v1: m3 vs.m4 Beras Utuh 40 HSA F-hitung Persentase (%) 1< 1< ns 1< 1,627 5,264 ns 1< 1< 1< 1< 1< 1,344 ns 1< 1< 1< 1< 1< 2,245 1< 1< ns 1< 1,535 7,013 ns d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 e. v2: m2 vs. m3 m4 1< 1,917 ns f. v2: m3 vs. m4 g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 h. v3: m2 vs. m3 m4 7,302 1< 1,432 * i. v3: m3 vs. m4 2,181 ns ns ns * -45,32 ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns * 44,82 ns 43,85 ns ns Keterangan: v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= Karung Plastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata; * = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26 57 4.1.13. Susut bobot (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah susut bobot pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 79, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah susut bobot pada 40 HSA. Jumlah susut bobot pada 40 HSA dalam media penyimpanan kaleng kemasan lebih tinggi 24,79% dibandingkan media kertas kemasan (Tabel 8). Varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Media penyimpanan beras varietas Mentiwangi dalam kaleng kemasanmenghasilkan jumlah susut bobot pada 40 HSA lebih tinggi 84,71% dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kertas kemasan. Media penyimpanan beras varietas Pandanwangi dalam toples menghasilkan jumlah susut bobot pada 40 HSA lebih tinggi 72,73% dibandingkan beras varietas Pandanwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan dan kertas kemasan (Tabel 8). 58 Tabel 8. Jumlah susut bobot (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan media penyimpanan (transformasi log (x+1)) Perlakuan/Perbandingan 1. 2. 3. 4. 5. Pengaruh varietas beras: a. v1 vs. v2 v3 b. v2 vs. v3 Pengaruh media penyimpanan: a. m1 vs. m2 m3 m4 b. m2 vs. m3 m4 c. m3 vs. m4 Interaksi varietas vs.media a. 1a x 2a b. 1a x 2b c. 1a x 2c d. 1b x 2a e. 1b x 2b f. 1b x 2c Pengaruh sederhana V pada: a. m1: v1 vs. v2 v3 b. m1: v2 vs. v3 c. m2: v1 vs. v2 v3 d. m2: v2 vs.v3 e. m3: v1 vs.v2 v3 f. m3: v2 vs.v3 g. m4: v1 vs.v2v3 h. m4: v2 vs.v3 Pengaruh sederhana M pada: a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 b. v1: m2 vs. m3 m4 c. v1: m3 vs.m4 d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 e. v2: m2 vs. m3 m4 f. v2: m3 vs. m4 g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 h. v3: m2 vs. m3 m4 i. v3: m3 vs. m4 Susut Bobot 40 HSA F-hitung Persentase (%) 1< 1< ns 1< 3,589 7,587 ns 1< 1< 1,351 1< 1< 1< ns 1< 1< 1< 1< 1< 1< 1,051 1< ns 1< 3,967 15,704 1< 1,526 3,665 1< 6,318 ns 6,853 ns ns * 24,79 ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns * -84,71 ns ns ns ns * -27,73 * -75,78 Keterangan: v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= Karung Plastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata; * = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26 59 4.1.14. Kadar air (40 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah kadar air pada 40 HSA, sedangkan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah kadar air pada 40 HSA (Tabel 85, Lampiran). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa varietas beras memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air pada 40 HSA, pada beras varietas Mentikwangi menghasilkan kadar air tertinggi sebesar 50,62% dibandingkan beras varietas Ciherangdanberas varietas Pandanwangi. Jumlah kadar air pada 40 HSA dalam media penyimpanan karung plastik, toples dan kaleng kemasan berbeda nyata. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan kadar air beraslebih tinggi 55,16% dibandingkan toples (Tabel 9). Berbagai varietas beras yang disimpan pada media karung plastik, kaleng kemasan dan kertas kemasan berbeda nyata dengan media penyimpanan lainnya. Beras varietas Ciherang dan varietas Pandanwangi lebih tinggi 50,00% daripada beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan kadar air pada 40 HSA beras varietas Mentikwangi lebih tinggi 51,05% daripada beras varietas Ciherang dan Pandanwangi dalam kertas kemasan. Media penyimpanan beras varietas Mentikwangi dalam kemasan kaleng, beras varietas Ciherang kemasan kaleng, dan beras varietas Pandanwangimenghasilkan jumlah kadar air pada 40 HSA lebih tinggi masing-masing 54,87%, 55,72%, dan 42,76% dibandingkan dalam kertas kemasan (Tabel 9). 60 Tabel 9. Persentase kadar air (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan media penyimpanan (transformasi √ ) Perlakuan/Perbandingan 1. 2. 3. 4. 5. Pengaruh varietas beras: a. v1 vs. v2 v3 b. v2 vs. v3 Pengaruh media penyimpanan: a. m1 vs. m2 m3 m4 b. m2 vs. m3 m4 c. m3 vs. m4 Interaksi varietas vs.media a. 1a x 2a b. 1a x 2b c. 1a x 2c d. 1b x 2a e. 1b x 2b f. 1b x 2c Pengaruh sederhana V pada: a. m1: v1 vs. v2 v3 b. m1: v2 vs. v3 c. m2: v1 vs. v2 v3 d. m2: v2 vs.v3 e. m3: v1 vs.v2 v3 f. m3: v2 vs.v3 g. m4: v1 vs.v2v3 h. m4: v2 vs.v3 Pengaruh sederhana M pada: a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 b. v1: m2 vs. m3 m4 c. v1: m3 vs.m4 Kadar Air 40 HSA F-hitung Persentase (%) 5,018 1,817 * 24,221 175,809 248,537 * -50,62 ns * * 1< 1,832 1< 55,325 1,514 2,968 ns 2,358 64,067 2,006 3,267 5,832 2,563 12,240 0,841 ns 48,65 46,21 -55,16 ns ns * ns ns * -47,43 ns ns * -50,60 ns * -51,05 ns 32,460 217,360 263,761 * d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 e. v2: m2 vs. m3 m4 92,369 126,674 * f. v2: m3 vs. m4 g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 h. v3: m2 vs. m3 m4 235,225 1< 195,104 * i. v3: m3 vs. m4 257,923 * * * * -48,47 -45,95 -54,87 -47,30 -46,60 -55,72 ns * -46,10 -42,76 Keterangan: v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= Karung Plastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata; * = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26 61 Dipihak lain beras berbagai varietas beras yang disimpan dalam toples lebih tinggi daripada penyimpanan dalam kaleng kemasan dan kertas kemasan masing-masing 45,95%, 46,60%, dan 46,10% untuk varietas Mentikwangi, varietas Ciherang, dan varietas Pandanwangi, secara berurutan (Tabel 9). 4.2. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap serangan hama S. oryzae, yang ditunjukkan pada peubah jumlah larva (30 HSA, 40 HSA), jumlah pupa (30 HSA, 40 HSA ), imago dewasa (20 HSA, 30 HSA, 40 HSA), mortalitas imago (20 HSA, 30 HSA, 40 HSA), beras rusak 40 HSA, beras utuh 40 HSA, dan susut bobot 40 HSA, kecuali pada peubah kadar air 40 HSA yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena semua jenis beras yang digunakan kurang disukai hama S. oryzae karena memiliki tingkat kekerasan yang tidak jauh berbeda. Menurut Basri (2012), kandungan kalsium dalam bulir padi (beras) merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kekerasan beras. Menurut Damardjati dan Siwi (1982) kadar amilosa yang tinggi akan menurunkan daya cerna pati oleh α-amilase yang terdapat dalam air liur serangga. Dengan menurunnya daya cerna pati maka, kandungan gula perduksi yang dihasilkan melalui pemecahan pati oleh α-amilase dan β-amilase menjadi rendah. Berdasarkan hal ini, maka gula yang dikonversi oleh serangga untuk menjadi energi menjadi rendah, maka perkembangan serangga menjadi lambat dan populasi serangga menjadi rendah. Perkembangan serangga, serangga hama gudang sangat menyukai beras pecah kulit yang masih memiliki lapisan aleuron yang kaya akan protein. Ketebalan 62 lapisan ini tergantung pada varietas. Varietas yang memiliki bentuk beras yang lebih pendek dan bulat cenderung mempunyai lapisan sel yang banyak dibandingkan dengan varietas yang panjang dan lonjong. Perkembangan telur sampai dewasa dari S. oryzae di dalam biji beras sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya. Berdasarkan metode yang dikembangkan Haryadi dan Fleurat-Lessard (1991), dapat diketahui bahwa beras yang berasal dari padi varietas eksotis (ditanamdi daerah tropis) relatif lebih tahan serangan S. oryzae dibanding beras varietas sub-tropis. Kandungan amilosa dari ketiga jenis beras yang digunakan tidaklah jauh berbeda sehingga ketahanan terhadap serangan hama S. oryzae relatif sama.Beras Mentikwangi, Ciherang, dan Pandanwangi, termasuk dalam golongan kadar amilosa menengah (17-25%) (Sari, 2008). Tingkat kekerasan beras sangat ditentukan oleh lapisan aleuron (kulit ari). Aleuron sangat menentukan osmosis air kedalam biji. Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan zat pelarut, dan larutan yang berkonsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasinya pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel (Salisbury dan Ross. 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pupa tertinggi saat 30 HSA terjadi pada media penyimpanan kaleng kemasan dibandingkan dengan media penyimpanan kertas kemasan. Hal ini diuga kondisi kelembapan dalam kaleng kemasan lebih cocok untuk larva merubah bentuknya menjadi pupa. 63 Jumah imago dewasa tertinggi terjadi pada media kaleng kemasan dengan persentase pada 20 HSA 86,30%; 30 HSA 84,76%; dan 40 HSA 68,29% dibandingkan dengan media penyimpanan kertas kemasan. Hal ini diduga media kaleng kemasan memberikan kenyamanan S. oryzae untuk berkembang biak dikarenakan kondisi yang gelap dibandingkan media yang lainnya. Harahap (2006) menyatakan bahwa pada kondisi yang menguntungkan, yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung, populasi serangga hama gudang akan segera bermetamorfosis dengan cepat setelah infestasi. Ini menandakan bahwa hama tersebut pandai memanfaatkan cahaya yang gelap agar aman bagi dirinya dalam melancarkan segala kegiatan pengerusakannya. Hama hama gudang terutama pada saat melakukan kopulasi atau perkawinan dan meletakkan telurnya banyak yang menyukai keadaan atau tempat yang gelap, demikian pula dalam kegiatan merusaknya (Kartasapoetra, 1991). Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang. Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya. Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin rapat, semakin rapat pancaran molekul yang mengandung molekul energi ini akan mengakibatkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mahluk hidup dalam hal ini serangga. Semakin besar pula energi yang dipancarkan akan semakin besar juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan (Annonimous, 2010). Setiap spesies serangga mempunyai suhu optimum untuk berkembang biak dan melanjtkan siklus hidunya, (Syarief dan Halid, 1993). Populasi S. oryzae bertambah seiring lamanya penyimpanan dan tingkat populasi 64 awal, S. oryzae tersebut akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak. Mortalitas imago tertinggi terjadi pada media penyimpanan kaleng kemasan dibandingkan kertas kemasan pada 20 HSA dan 30 HSA untuk varietas beras Mentikwangi. Hal ini diduga karena dalam media penyimpanan kaleng kemasan telah terjadi perkembang biakan hama gudang yang sangat tinggi yang mengakibatkan terjadinya persaingan dalam mencukupi kebutuhan makanan Makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan hama pascapanen akan mendukung perkembangan populasi hama, sebaliknya makanan yang cukup tetapi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan akan menyebabkan hama tidak menyukai bahan simpan/makanan tersebut atau akan dapat menekan populasi hama tersebut (Annisa, 2014). Menurut Rahayu, dkk (2011), penyimpanan menggunakan kaleng kedap udara memberikan daya kecambah padi paling stabil dan jumlahbenih yang terinfeksi jamur paling rendah (72%). Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa, media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan beras varietas Mentikwangi yang rusak tertinggi 74,31%. Hal ini diduga karena kelembapan udara kaleng kemasan yang sangat tinggi sehingga kondisi beras cepat mengalami kerusakan. Menurut Brody dalam Nurminah (2002), kerusakan terjadi karenapengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan berhubungan dengan kemasan yang digunakan. Media penyimpanan kertas kemasan menghasilkan beras varietas Mentikwangi dan Ciherang yang utuh terendah 43,85% dibandingkan dengan media 65 penyimpanan kaleng kemasan. Hal ini diduga karena kertas kemasan tidak dapat menyeimbangankan suhu didalam media penyimpanan. Pada waktu penyimpanan 40 hari, media kaleng kemasan memberikan penyusutan bobot beras terbesar 84,71% jika dibandingkan kertas kemasan. Pada waktu penyimpanan 40 hari penyusutan beras ini mencapai dua kali lipat penyusutan dengan media toples. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus berkembang selama masa penyimpanan. Peningkatan populasi hama menyebabkan meningkatan susut berat pada beras dan disebabkan oleh S. oryzae. Makin tinggi populasi S. oryzae maka makin besar susut berat pada beras. Makin banyak individu dalam populasi makin banyak makanan yang dikonsumsi oleh hama, sehingga susut berat yang hilang pun meningkat. Menurut Nurrahman (2005) adanya aktifitas mikroorganisme menyebabkan beras mengalami susut bobot selama penyimpanan. Dengan semakin banyak populasi S. oryzae yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras semakin besar karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan beras, apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya pun beras tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat menyebabkan susut. Hasil penelitian Manueke (1993) mengenai hubungan antara padat populasi hama S. oryzae dan Tribolium castaneun pada beberapa varietas beras menunjukkan korelasi yang erat dan positif antara peningkatan padat populasi hama dengan setiap varietas beras. Kerusakan beras oleh hama sering 66 diikuti oleh organisme lain seperti cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan kualitas biji menurun, karena cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut aflatoksin (Tandiabang et al. 1996). Kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu, dan kelembaban (Suadnyana, 1998). Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahanrendah atau suhu bahan tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi (Winarno et al., 1980).