rekayasa produksi ikan nila salin untuk perairan payau

advertisement
JRL
Vol.10
No.1 Hal. 17 - 24
Jakarta,
Juni, 2017
p-ISSN : 2085.3866
e-ISSN : 2580-0442
REKAYASA PRODUKSI IKAN NILA SALIN UNTUK PERAIRAN
PAYAU DI WILAYAH PESISIR
Ratu Siti Aliah
Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Puspiptek Area, Gedung 612, Tangerang Selatan 15314
e-mail: [email protected]
Abstrak
Ikan nila (Nile tilapia) Oreochromis niloticus adalah spesies ikan air tawar asal Afrika yang saat ini
telah dibudidayakan di lebih 100 negara di dunia. Tahun 2004 produksinya hanya mencapai 97.116
ton, tetapi pada tahun 2009 produksinya dapat mencapai 378.300 ton atau terjadi peningkatan
sebesar 289%. Mudahnya ikan nila berkembang biak menyebabkan ikan ini menjadi prioritas untuk
pengembangan usaha dan industri budidaya ikan dan dikenal dengan julukan aquatic chicken atau
ikan yang dapat dikembangkan seperti industri ternak ayam. Tujuan dari perekayasaan dan
pengembangan ikan nila SALINA adalah untuk menghasilkan benih hibrida ikan nila SALINA toleran
salinitas tinggi untuk mendukung pengembangan usaha budidaya perikanan, peningkatan produksi
dan pemanfaatan lahan tambak idle yang luasnya mencapai 60 % dari 1,4 juta lahan tambak idle
yang terbengkalai tidak termanfaatkan akibat kerusakan lingkungan dari program intensifikasi
budidaya udang pada periode tahun 1980 an.
kata kunci : rekayasa produksi ikan nila salina, perairan payau, wilayah pesisir
ENGINEERING OF SALINE TILAPIA PRODUCTION FOR
BREAKISHWATER IN THE COASTAL AREA
Abstract
Nile tilapia, Oreochromis niloticus is a freshwater fish s pecies of Afric an origin that
c urrently has been c ultiv ated in ov er 100 c ountries in the world. In 2004 the production
only reached 97,116 tons, but in 2009 its production could reac h 378,300 tons or an
inc reas e of 289%. Easily tilapia breed c auses this fis h to be a priority for the
dev elopment of fis h farming and business and known as aquatic c hicken or fish that
c an be developed as chicken liv es toc k industry . The purpos e of engineering and
development of SALINE tilapia is to produce hybrid seeds of SALINE TILAPIA high
s alinity tolerant tilapia fis h to s upport the dev elopment of fis hery cultivation business,
inc reasing production and utilization of idle pond area which reac hes 60% from 1.4
million idle pond area abandoned untapped due to env ironmental damage from the
s hrimp farming intensific ation program in the 1980s period.
keywords
:
engineering
production
of
saline
tilapia,
Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24
brackish
waters,
coastal
areas
17
I.
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia yang dapat
melampaui 220 juta membutuhkan ketahanan
pangan nasional tidak hanya dari kecukupan
pangan bersumber karbohidrat tetapi yang tak
kalah penting juga kecukupan protein baik dari
sumber nabati maupun hewani. Percepatan
pembangunan dan ketatnya persaingan global
menuntut sumberdaya manusia yang tangguh
yang diantaranya dapat dicapai melalui
kecukupan gizi. Indonesia memiliki lahan tambak
1,2 juta ha, 30-50 % luasan tersebut berupa
lahan tambak marjinal yang belum dimanfaatkan
secara otpimal (idle) untuk kegiatan budidaya
perikanan.
Masih
rendahnya
tingkat
pemanfaatan tambak baik disebabkan oleh
terjadinya
kerusakan
lingkungan
akibat
eksploitasi berlebihan secara intensif pada
periode tahun 1980-an maupun adanya
pengaruh
kenaikkan
muka
laut
akibat
pemanasan global yang menyebabkan areal
lahan tambak perairannya menjadi lebih asin,
telah membuka peluang untuk mengembangkan
berbagai komoditas strain unggul perikanan
budidaya yang adaptif terhadap perubahan
lingkungan. Peluang terbesar jatuh kepada ikan
nila yang memiliki sifat euryhaline, telah
terdomestikasi, bernilai ekonomi tinggi, dapat
menjadi komoditi/alternatif pengganti udang,
bandeng atau kakap, dikonsumsi oleh berbagai
lapisan masyarakat, mampu hidup pada perairan
marjinal, dapat dibudidayakan baik dalam skala
rumah tangga untuk meningkatkan ketahanan
pangan nasional dan sumber protein hewani
masyarakat, maupun skala industri sebagai
komoditas ekspor.
Produksi ikan nila Indonesia di tingkat
dunia pada tahun 2007 mencapai 248.305 ton,
menduduki peringkat tiga setelah China dan
Mesir
(Eknath
and
Hulata,
2009).
Pembudidayaan ikan nila diminati karena
kemampuan hidupnya yang tinggi pada perairan
marjinal dengan sistem budidaya ekstensif
melalui input minimal hingga sistem budidaya
intensif.
Mudahnya berkembang biak juga
menyebabkan ikan ini menjadi prioritas untuk
usaha dan industri pembudidayaan dengan
julukan aquatic chicken atau ikan yang dapat
dikembangkan seperti halnya industri ternak
ayam. Ikan nila juga merupakan salah satu
spesies ikan air tawar yang ditetapkan sebagai
komoditas
unggulan,
karena
teknologi
budidayanya relatif mudah, harganya terjangkau
sehingga dapat dinikmati semua lapisan
masyarakat dan untuk ukuran 600 gram ke atas
18
dapat dijadikan komoditas ekspor.
Produk
derivatif dan olahan dari ikan nila telah banyak
dikembangkan mulai dari produk fillet, surimi,
kulit, dan sebagainya.
Terkait dengan upaya pemerintah untuk
meningkatkan produksi ikan nila sebagai sumber
pangan protein,
telah dihadapkan pada
kenyataan bahwa lahan daratan dan perairan
umum seperti kolam, waduk, sungai dengan
kualitas perairan yang memadai sudah semakin
sulit diperoleh sebagai akibat adanya konflik
kepentingan berbagai aktivitas pembangunan
industri dan pemukiman yang menjadi kendala
dalam peningkatan dan akselerasi produksi ikan
air tawar termasuk ikan nila. BPPT melihat
adanya peluang pemanfaatan lahan marjinal dari
kawasan
pertambakan
yang
belum
termanfaatkan secara optimal (idle) untuk
pengembangan budidaya ikan nila untuk
mendukung ketahanan pangan nasional dan
peningkatan
peluang
ekspor
komoditas
perikanan budidaya. Seperti diketahui, sejak
industri tambak udang kolaps pada akhir tahun
1980-an, kebangkitan kembali usaha budidaya
udang selama bertahun-tahun masih belum
terlihat. Untuk itu budidaya ikan nila di kawasan
pertambakan dapat menjadi alternatif karena
sedikitnya ikan bersirip (finfish) yang telah
terdomestikasi dan dapat dibudidayakan.
Pada tahun 2008, BPPT menginisiasi
program pengembangan ikan nila unggul yang
dapat hidup di perairan dengan salinitas tinggi
yang disebut ikan nila SALIN yang mampu
berkembang dan tumbuh di perairan payau
dengan kadar garam >20 ppt atau bahkan di
perairan laut dengan salinitas hingga 32 ppt
melalui pemanfaatan karakter euryhaline yang
dimiliki ikan nila. Pengembangan budidaya ikan
nila di perairan payau (brackishwater) dan
perairan dengan salinitas tinggi sudah menjadi
perhatian di berbagai negara seperti di Thailand,
Vietnam, Jamaica, Mesir, Israel. Disisi lain,
kecenderungan perubahan lingkungan perairan
akibat pemanasan global yang menyebabkan
naiknya permukaan air laut, air tanah menjadi
lebih asin dan lahan persawahan di kawasan
pesisir tergenang air laut, telah menyebabkan
semakin bertambahnya luas lahan payau
ataupun asin yang memerlukan antisipasi solusi
pemanfaatannya.
II.
BAHAN DAN METODA
2.1. Bahan
Rekayasa produksi ikan nila salin unggul
toleran salinitas tinggi yang mampu hidup dan
Aliah, 2017
berkembang di perairan salinitas tinggi dilakukan
melalui perekayasaan teknologi yang diawali
dengan tahapan uji tantang salinitas tinggi pada
5 varietas ikan nila dan dilanjutkan dengan
proses hibridisasi melalui metoda diallel crossing
atau persilangan resiprokal. Sumber genetik ikan
nila yang digunakan dalam proses perekayasaan
ikan nila Salin adalah 5 (lima) varietas ikan nila
dari spesies Oreochromis sp. yaitu 1. BEST
(B), 2. NIRWANA (N), 3. SUKABUMI (S) (kini
dikenal dengan varietas SULTANA), 4. Red NIFI
(R) dan 5. Nila MERAH (M) (Gambar 1).
dilakukan di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau
(BBPBAT) Sukabumi
(Gambar 2 atas), Balai Pengembangan
Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) di
Sungai Buntu-Kabupaten Karawang
melalui
kerjasama dengan Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Barat
(Gambar 2
bawah) dan Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.
Gambar 2. Lokasi pelaksanaan kegiatan di
BBPBAT-Sukabumi (atas), fasilitas
outdoor Laboratorium Akuakultur
LAPTIAB-BPPT
di
Puspiptek
Serpong (tengah) dan lokasi
kegiatan lapangan
di tambak
BPBAPL-Karawang milik Dinas
Perikanan Propinsi Jawa Barat
(bawah).
2.2. Metoda
Gambar 1. Lima varietas ikan nila sebagai
sumber
genetik
proses
perekayasaan ikan nila SALIN.
2.2. Lokasi Kegiatan Perekayasaan
Kegiatan perekayasaan ikan nila SALIN
terdiri dari kegiatan yang dilaksanakan di
laboratorium dan kegiatan lapangan. Kegiatan
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium
Outdoor Akuakultur (Gambar 2 tengah) pada
Laboratoria Pengembangan Teknologi IndustriAgro dan Bio-Medika (LAPTIAB) di PUSPIPTEK
Serpong. Pelaksanaan kegiatan lapangan
2.2.1. Proses Perekayasaan
Secara garis besar skema proses
perekayasaan ikan nila SALIN dilakukan melalui
tahapan: 1) koleksi sumber genetik strain ikan
nila, 2) uji tantang salinitas, 3) pembentukan
induk, 4) proses diallel crossing atau persilangan
resiprokal, dan 5) uji performan kandidat Nila
SALIN.
2.2.2. Uji tantang terhadap salinitas 35 ppt
Sebelum melalui tahapan uji tantang, ikanikan nila dari lima varietas yang akan digunakan
dipelihara pada kolam beton di BBPBAT
Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24
19
Sukabumi sampai ukuran yang dapat dipisahkan
jenis kelaminnya. Uji tantang terhadap salinitas
dilakukan untuk mendapatkan individu-individu
tahan terhadap salinitas 35 ppt. Uji tantang
dilakukan dengan menempatkan ikan-ikan nila
pada wadah yang berisi air laut dengan salinitas
35 ppt.
Sebanyak 160-200 ekor ikan nila
dimasukkan dalam wadah tersebut.
Shock
terhadap salinitas 35 ppt dihentikan saat jumlah
ikan uji tersisa hidup 50% populasi awal.
2.2.3. Diallel cross atau Persilangan
Resiprokal
Individu-individu
hasil
uji
tantang
selanjutnya dipelihara pada kondisi perairan
dengan salinitas ≤ 10 ppt sampai kondisi matang
gonad dan siap untuk dipijahkan. Diallel cross
atau persilangan resiprokal adalah desain
penelitian dalam program pengembangbiakan
yang biasanya digunakan untuk menguji seluruh
kemungkinan kombinasi dari strain yang
berbeda (crossbred lines) ataupun yang sama
(inbred lines). Diallel cross (Kocher et al, 1998.,
Romana et al, 2004 and Schneider et al, 2000)
ini juga digunakan untuk menduga atau
mengetahui efek genetik dan mengevaluasi sifat
kuantitatif dari sudut biologi maupun ekonomi.
Pada organisme akuatik metode ini telah
digunakan untuk mengevaluasi berbagai sifat
seperti
pertumbuhan,
produksi,
berat,
kematangan
gonad,
ketahanan
terhadap
penyakit, toleransi terhadap suhu dan salinitas
(Tave 1990a,b, Trewavas, 1983, Wolters 1995;
Bentsen et al. 1998; Marengoni et al. 1998;
Quinton et al. 2004). Pada pengkajian ini, diallel
cross dilakukan pada lingkungan budidaya
bersalinitas ± 10 ppt. dengan melakukan
persilangan antar varietas yang digunakan
(Gambar 3).
Setiap persilangan dilakukan dalam hapa3
hapa berukuran 2x2x1 m . Setiap hapa berisi 1
ekor jantan dan 3 ekor betina.
Setiap
persilangan/perlakuan diulang 3 kali. Pada saat
benih berumur 1 bulan, induk-induk dikeluarkan
dari hapa pemijahan dan dilakukan perhitungan
terhadap jumlah benih. Selanjutnya benih-benih
di pelihara lebih lanjut dalam hapa berukuran
3
5x2x1 m dengan kepadatan 300 ekor/hapa
pada lingkungan bersalinitas ±10 ppt. Setelah
dapat dibedakan jenis kelaminnya, ikan-ikan uji
3
dipindahkan pada hapa berukuran 4x6x1 m ,
dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya,
dan selanjutnya diamati sampai sampai
mencapai ukuran sekitar 600 g.
Agar
pertumbuhannya optimum, kepadatan dikurangi
menjadi 150 ekor sampai ukuran ±300 g dan
20
selanjutnya sampai mencapai ukuran ±600 g,
kepadatan dikurangi menjadi 75 ekor per hapa.
Pakan buatan (pellet) diberikan setiap hari
sebanyak 3%-10% (tergantung umur), 2 kali
sehari.
Pakan
yang
diberikan
memiliki
kandungan protein ±32%. Secara periodik juga
diamati kualitas lingkungannya.
Penentuan kandidat ikan nila SALIN 10
ppt
ditentukan
berdasarkan
performan
pertumbuhan, sintasan, dan konversi pakan
(FCR) nya. Selanjutnya kandidat ikan nila SALIN
10 ppt tersebut diproduksi dan dipelihara di
lingkungan bersalinitas 20 ppt untuk mengetahui
performannya, dilanjutkan dengan mengetahui
efek heterosisnya. Untuk melengkapi performan
kandidat ikan nila SALIN 20 ppt ini, dilakukan uji
tantang
terhadap
bakteri
Streptococcus
agalactiae dan analisa kandungan nutrisinya.
Performan
pertumbuhan
keseluruhan
populasi dilihat dari pertambahan bobot harian
(daily growth rate , DGR), dan spesifik (spesific
growth rate ,SGR).
a. Daily growrth rate (DGR) untuk bobot (g/hari)
: DGR = (Wt-W0)/t
b. Specific growth rate (SGR) untuk bobot (%) :
SGR = [√(t&((Wt)⁄(Wo))) - 1] x 100%
dimana:
Wt : bobot rataan individu pada akhir
pengamatan (g)
W0: bobot rataan individu pada awal
pengamatan (g)
t : lama waktu pengamatan (hari)
Gambar 3. Diagram diallel cross
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Uji Tantang
Sebelum dilakukan uji tantang, 5 varietas
ikan nila yang dikoleksi yaitu BEST (B), Nirwana
(N), Sukabumi (S), Red NIFI (R), dan Nila Merah
(M), masing-masing 1.000 ekor, dipelihara
2
secara terpisah dalam waring berukuran 4x5 m
yang ditempatkan dalam kolam beton yang
dilengkapi dengan sistem aerasi, dan sumber air
Aliah, 2017
berasal dari sumur artesis. Uji tantang salinitas
yang
dilaksanakan
di
Balai
Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi merupakan tahapan awal untuk
mengetahui ekspresi toleransi ikan nila terhadap
salinitas tinggi. Ukuran ikan yang digunakan
dalam uji tantang ±100 g. Uji tantang terhadap
salinitas tinggi dilakukan dengan menempatkan
ikan-ikan nila pada wadah yang berisi air laut
dengan salinitas 35 ppt. Setiap varietas ikan
nila, sebanyak 160-200 ekor dimasukkan ke
dalam wadah tersebut. Shock terhadap salinitas
35 ppt dihentikan saat jumlah ikan uji tinggal
50% dari jumlah awal (Gambar 4).
persilangan resiprokal agar dapat menghasilkan
hibrid dari seluruh kemungkinan betina dan
jantan, dan selanjutnya dilakukan uji performan
untuk memperoleh pasangan hibrid ikan nila
yang dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada
salinitas >20 ppt. Skema diallel cross atau
persilangan resiprokal perekayasaan ikan nila
SALIN telah disajikan pada Gambar 6.
Persilangan resiprokal untuk mendapatkan
larva dan benih dilakukan pada lingkungan
pemeliharaan bersalinitas 5-10 ppt di tambak.
Pemijahan resiprokal untuk setiap kombinasi
dilakukan di dalam hapa berukuran 2x1x1 m3
yang berisi 3 induk betina dan 1 induk jantan.
Setiap kombinasi diulang tiga kali. Keberhasilan
pemijahan dilihat dengan munculnya kelompok
larva pada hari ke 10-15 hari setelah
percampuran jantan dan betina. Selanjutnya,
larva dipanen dan ditempatkan dalam hapa yang
lebih besar dan siap untuk
diamati
performannya.
Gambar 4. Pelaksanaan uji tantang pada media
pemeliharaan bersalinitas 35 ppt.
Hasil uji tantang terhadap 5 (lima) varietas ikan
nila yaitu BEST, Nirwana, Sukabumi, Red NIFI,
dan Nila Merah memperlihatkan bahwa ikan nila
memiliki ekspresi toleransi salinitas tinggi
dengan daya tahan yang berbeda (Gambar 5).
Minimal 90 menit seluruh strain dapat bertahan
hidup pada salinitas 35 ppt. Meskipun demikian
varietas Nirwana, Sukabumi dan Red NIFI dapat
bertahan hingga menit ke 110-120.
Nila
Nirwana merupakan varietas yang dihasilkan
dari proses seleksi famili oleh Balai Induk dan
Benih Wanayasa – Jawa Barat. Seleksi famili
tersebut diduga membuka peluang munculnya
gen salinitas yang terekspresi ketika dilakukan
uji tantang. Demikian halnya dengan strain
Sukabumi (sekarang SULTANA). Sedangkan
Red
NIFI
merupakan
varietas
yang
dikembangkan oleh PT. Charoen Pokphand di
Thailand merupakan hasil hybrid Oreochromis
niloticus dengan O. mossambica. Diantara famili
Tilapia, O. mossambica adalah jenis ikan mujair
yang paling tahan terhadap salinitas tinggi.
3.2
Diallel Cross atau Persilangan
Resiprokal
3.2.1 Pemilihan Kandidat Ikan Nila SALIN
Perekayasaan ikan nila SALIN diawali
dengan menerapkan teknik diallel cross atau
Gambar 5. Performan ikan nila terhadap uji
tantang salinitas 35 ppt.
Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24
21
Tabel 1.
Pertambahan bobot badan (BB) dan
panjang total (PT) Ikan nila SALIN
hibrid, Red NIFI dan Srikandi selama
84 hari pemeliharaan.
Tabel 2. Specific growth rate (%) panjang total
dan bobot badan dan FCR ikan nila
SALIN hibrid, Red NIFI dan Srikandi
selama 84 hari pemeliharaan.
Gambar 6.
Penggunaan hapa untuk proses
pemijahan diallel cross atau
persilangan resiprokal.
3.2.2 Performan Ikan Nila SALIN Hibrid pada
Salinitas 25 ppt.
Untuk mengetahui performan ikan nila
SALIN
hibrid
pada
lingkungan
tambak
bersalinitas 25 ppt, dilakukan pemeliharaan
pada ikan nila SALIN yang akan dirilis,
dibandingkan dengan salah satu varietas
pembentuknya yaitu Red NIFI dan strain nila
salin yang telah dirilis, Srikandi. Selama
pemeliharaan, suhu mencapai 29,5 - 31,7 ºC,
DO 7,17 - 7,81 mg/l, salinitas 23,7 - 26,8 ppt, pH
7,73 - 8,80, dan kekeruhan 11 - 18 NTU.
Pengukuran panjang total dan bobot badan
selama 84 hari pengamatan disajikan pada
Tabel 1, sedangkan nilai SGR dan FCR nya
disajikan pada Tabel 2. Selama pemeliharaan,
ikan diberi pakan dengan protein minimal 32%
secara satiation.
Setelah awal tebar bobot
badan (BB) ikan nila SALIN, Red NIFI, dan
Srikandi masing-masing 3,73 g, 3,93 g dan 4,08
g. Setelah masa pemeliharaan 84 hari, bobot
(g) ikan nila SALIN, Red NIFI dan Srikandi
pemeliharaan menjadi 211.34 g; 169.88 g dan
176.96 g (Tabel 1). Specific growth rate (SGR)
BB ikan nila SALIN setelah pemeliharaan 84 hari
adalah 6,57 lebih baik dibandingkan dengan Red
NIFI (6,23) dan ikan nila Srikandi (6,10). FCR
ikan nila SALIN, adalah yang terendah, 0,89
dibandingkan dengan Red NIFI (1,45) dan
Srikabdi (1,85).
Sintasan ikan nila Salin juga
yang tertinggi (95,73%) dibandingkan dengan
Red NIFI (85,40) dan Srikandi (88,07).
22
3.2.3. Uji multilokasi fase pembesaran
Untuk mengetahui performan ikan nila
SALIN hibrid saat fase pembesaran,
dilakukan pemeliharaan ikan nila SALIN di 2
lokasi berbeda yaitu di kawasan tambak yang
biasa digunakan untuk budidaya udang
intensif di tambak Samudra, desa Sungai
Buntu, Kecamatan Pedes, Karawang dan
tambak tradisional milik masyarakat di desa
Tambak
Sumur,
Kecamatan
Tirtajaya,
Karawang. Budidaya ikan nila belum dikenal
secara luas oleh masyarakat pesisir, belum
ditemukan adanya ikan nila lokal yang biasa
digunakan untuk budidaya di tambak,
Karenanya, pada performa ikan nila SALIN
hibrid yang dipelihara di tambak dibandingkan
dengan ikan nila dari salah varietas hasil
pemuliaan yang juga digunakan dalam
persilangan resiprokal ( non hibrid). Lokasi
tambak Samudra, Desa Sungai Buntu,
Kecamatan
Pedes,
Karawang
sering
digunakan untuk budidaya intensif udang
windu, tetapi karena beberapa kali telah
mengalami panen, maka tambak digunakan
untuk pembesaran ikan nila SALIN hibrid.
Tambak yang digunakanmemiliki luas 2.500
2
m , ukuran tebar benih nila SALIN adalah
2
2,72 g dengan padat tebar 5 ekor/m .
Setelah 120 hari pemeliharaan, bobot badan
ikan nila SALIN hibrid mencapai 146,89 g
(Tabel 3). FCR nila SALIN hibrid mencapai
0,80 karena pada pemeliharaan di tambak,
Aliah, 2017
pellet (kandungan protein 32 %)
baru
diberikan setelah 10 hari pemeliharaan.
Selama waktu tersebut benih mengkonsumsi
pakan alami yang sediaannya berlimpah
ditambak akibat pemupukan. Spesific growth
rate (SGR) mencapai 3,38%. Performan ikan
nila SALIN selama fase pembesaran ini lebih
baik dibandingkan dengan ikan nila non hibrid
(kontrol).
Kondisi musim kemarau yang
panjang dan berkurangnya pasokan air tawar
menyebabkan salinitas meningkat dan tidak
adanya pergantian air untuk memperbaiki
kualitas air pemeliharaan, sehingga panen
dilakukan
lebih
awal.
Selama
masa
pemeliharaan, pH berkisar antara 7,23
sampai 7,85, turbidity 17,8 – 28,7 NTU,
oksigen terlarut (DO) 6,92 – 7,81 ppm, suhu
air 29,3 – 32,4 ºC dan salinitas 21,5 – 25 ppt.
Ketinggian air dipertahan antara 75 cm
sampai 100 cm.
IV. PENUTUP
Program perekayasaan ikan nila yang
dilaksanakan BPPT bekerjasama dengan Dinas
Perikanan
Propinsi
Jawa
Barat
telah
menghasilkan ikan nila SALIN (hibrid varietas
nila betina Red NIFI dengan nila jantan
Sukabumi), dengan karakter keunggulannya
(pertumbuhan, toleransi terhadap salinitas
tinggi, sintasan, rasio konversi pakan, pada
perairan dengan salinitas 20 – 32 ppt
dibandingkan dengan Red NIFI,
Sukabumi
maupun ikan nila tahan salinitas tinggi yang
telah dirilis sebelumnya.
Untuk mempertahankan kualitas ikan nila
Red NIFI, perlu didatangkan strain ikan nila
merah dari beberapa daerah di Indonesia yang
saat ini membudidayakan ikan nila berwarna
merah dan kalau dimungkinkan perlu diimpor
dari negara-negara yang telah melakukan
perbaikan genetik untuk ikan nila yang
berwarna merah (Israel, Thailand, Taiwan atau
Singapura). Untuk memperbaiki kualitas strain
Sukabumi (SULTANA), diharapkan produsen
SULTANA yaitu Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar Sukabumi diharapkan
dapat melakukan perbaikan kualitas strain
Sukabumi (SULTANA).
performance in a complete diallel cross
experiment with eight strains of Oreochromis
niloticus. Aquaculture 160:145-173.
Eknath, A.E. and G. Hulata (2009). Use and
exchange of genetic resources of Nile tilapia
(Oreochromis
niloticus).
Reviews
in
Aquaculture. 1: 197-213.
Kocher T.D., Lee W.J., Sobolewska H., Penman D.
& McAndrew B.1998. A Genetic Linkage Map
Of A Cichlid Fish. The Tilapia (Oreochromis
niloticus). Genetics 148, 1225- 12532.
Marengoni, N.G., Onoue, Y., Oyama, T. 1998.
Offspring growth in a diallel crossbreeding
with three strains of Nile tilapia Oreochromis
niloticus. Journal of the World Aquaculture
Society 29:114-119.
Quinton, C.D., McKay, L.R., and McMillan I. 2004.
Strain and maturation effects on female
spawning time in diallel crosses of three
strains of rainbow trout (Oncorhynchus
mykiss). Aquaculture 234:99-110.
Romana-Eguia, M.R.R., Ikeda, M., Basiao, U.,
Taniguchi, N. 2004. Genetic Diversity In
Farmed Asian Nile And Red Hybrid Tilapia
Stocks Evaluated From Microsatellite And
Mitochondrial Dna Analysis. Aquaculture 236 :
131–150.
Schneider, S., Roessli, D., Excoffier, L., 2000.
Arlequin, Ver. 2.0. A Software for Population
Genetic Data Analysis. Genetics and Biometry
Laboratory,
University
of
Geneva,
Switzerland.
URL:
http://anthro.unige.
ch/arlequin.
Tave, D., Jayaprakas, V., and Smitherman, R.O.
1990a Effects of intraspecific hibridization in
Tilapia nilotica on survival under ambient
winter temperature in Alabama. Journal of the
World Aquaculture Society 21: 201-204.
Tave, D., Smitherman, R.O, and Jayaprakas, V.
1990b. Estimates of additive genetic effects,
maternal genetic effects, individual heterosis,
maternal heterosis, and egg cytoplasmic
effects for growth in Tilapia nilotica. Journal of
the World Aquaculture Society 21: 263-270.
Trewavas, E., 1983. Tilapiine fishes of the genera
Sarotherodon, Oreochromis and Danakilia.
British Mus. Nat. Hist., London, UK. 583 p.
DAFTAR PUSTAKA
Bentsen H.B., Eknath, A.E., Palada-de Vera, M.S.,
Danting
J.C.,
Bolivar,
H.L.,
Reyes,
R.A.,Dionisio, E.E., Longalong, F.M., Circa,
A.V., Tayamen M.M., Gjerde B. 1998. Genetic
improvement of farmed tilapias: growth
Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24
23
24
Aliah, 2017
Download