JRL Vol.10 No.1 Hal. 17 - 24 Jakarta, Juni, 2017 p-ISSN : 2085.3866 e-ISSN : 2580-0442 REKAYASA PRODUKSI IKAN NILA SALIN UNTUK PERAIRAN PAYAU DI WILAYAH PESISIR Ratu Siti Aliah Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Puspiptek Area, Gedung 612, Tangerang Selatan 15314 e-mail: [email protected] Abstrak Ikan nila (Nile tilapia) Oreochromis niloticus adalah spesies ikan air tawar asal Afrika yang saat ini telah dibudidayakan di lebih 100 negara di dunia. Tahun 2004 produksinya hanya mencapai 97.116 ton, tetapi pada tahun 2009 produksinya dapat mencapai 378.300 ton atau terjadi peningkatan sebesar 289%. Mudahnya ikan nila berkembang biak menyebabkan ikan ini menjadi prioritas untuk pengembangan usaha dan industri budidaya ikan dan dikenal dengan julukan aquatic chicken atau ikan yang dapat dikembangkan seperti industri ternak ayam. Tujuan dari perekayasaan dan pengembangan ikan nila SALINA adalah untuk menghasilkan benih hibrida ikan nila SALINA toleran salinitas tinggi untuk mendukung pengembangan usaha budidaya perikanan, peningkatan produksi dan pemanfaatan lahan tambak idle yang luasnya mencapai 60 % dari 1,4 juta lahan tambak idle yang terbengkalai tidak termanfaatkan akibat kerusakan lingkungan dari program intensifikasi budidaya udang pada periode tahun 1980 an. kata kunci : rekayasa produksi ikan nila salina, perairan payau, wilayah pesisir ENGINEERING OF SALINE TILAPIA PRODUCTION FOR BREAKISHWATER IN THE COASTAL AREA Abstract Nile tilapia, Oreochromis niloticus is a freshwater fish s pecies of Afric an origin that c urrently has been c ultiv ated in ov er 100 c ountries in the world. In 2004 the production only reached 97,116 tons, but in 2009 its production could reac h 378,300 tons or an inc reas e of 289%. Easily tilapia breed c auses this fis h to be a priority for the dev elopment of fis h farming and business and known as aquatic c hicken or fish that c an be developed as chicken liv es toc k industry . The purpos e of engineering and development of SALINE tilapia is to produce hybrid seeds of SALINE TILAPIA high s alinity tolerant tilapia fis h to s upport the dev elopment of fis hery cultivation business, inc reasing production and utilization of idle pond area which reac hes 60% from 1.4 million idle pond area abandoned untapped due to env ironmental damage from the s hrimp farming intensific ation program in the 1980s period. keywords : engineering production of saline tilapia, Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24 brackish waters, coastal areas 17 I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia yang dapat melampaui 220 juta membutuhkan ketahanan pangan nasional tidak hanya dari kecukupan pangan bersumber karbohidrat tetapi yang tak kalah penting juga kecukupan protein baik dari sumber nabati maupun hewani. Percepatan pembangunan dan ketatnya persaingan global menuntut sumberdaya manusia yang tangguh yang diantaranya dapat dicapai melalui kecukupan gizi. Indonesia memiliki lahan tambak 1,2 juta ha, 30-50 % luasan tersebut berupa lahan tambak marjinal yang belum dimanfaatkan secara otpimal (idle) untuk kegiatan budidaya perikanan. Masih rendahnya tingkat pemanfaatan tambak baik disebabkan oleh terjadinya kerusakan lingkungan akibat eksploitasi berlebihan secara intensif pada periode tahun 1980-an maupun adanya pengaruh kenaikkan muka laut akibat pemanasan global yang menyebabkan areal lahan tambak perairannya menjadi lebih asin, telah membuka peluang untuk mengembangkan berbagai komoditas strain unggul perikanan budidaya yang adaptif terhadap perubahan lingkungan. Peluang terbesar jatuh kepada ikan nila yang memiliki sifat euryhaline, telah terdomestikasi, bernilai ekonomi tinggi, dapat menjadi komoditi/alternatif pengganti udang, bandeng atau kakap, dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat, mampu hidup pada perairan marjinal, dapat dibudidayakan baik dalam skala rumah tangga untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan sumber protein hewani masyarakat, maupun skala industri sebagai komoditas ekspor. Produksi ikan nila Indonesia di tingkat dunia pada tahun 2007 mencapai 248.305 ton, menduduki peringkat tiga setelah China dan Mesir (Eknath and Hulata, 2009). Pembudidayaan ikan nila diminati karena kemampuan hidupnya yang tinggi pada perairan marjinal dengan sistem budidaya ekstensif melalui input minimal hingga sistem budidaya intensif. Mudahnya berkembang biak juga menyebabkan ikan ini menjadi prioritas untuk usaha dan industri pembudidayaan dengan julukan aquatic chicken atau ikan yang dapat dikembangkan seperti halnya industri ternak ayam. Ikan nila juga merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan, karena teknologi budidayanya relatif mudah, harganya terjangkau sehingga dapat dinikmati semua lapisan masyarakat dan untuk ukuran 600 gram ke atas 18 dapat dijadikan komoditas ekspor. Produk derivatif dan olahan dari ikan nila telah banyak dikembangkan mulai dari produk fillet, surimi, kulit, dan sebagainya. Terkait dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi ikan nila sebagai sumber pangan protein, telah dihadapkan pada kenyataan bahwa lahan daratan dan perairan umum seperti kolam, waduk, sungai dengan kualitas perairan yang memadai sudah semakin sulit diperoleh sebagai akibat adanya konflik kepentingan berbagai aktivitas pembangunan industri dan pemukiman yang menjadi kendala dalam peningkatan dan akselerasi produksi ikan air tawar termasuk ikan nila. BPPT melihat adanya peluang pemanfaatan lahan marjinal dari kawasan pertambakan yang belum termanfaatkan secara optimal (idle) untuk pengembangan budidaya ikan nila untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan peningkatan peluang ekspor komoditas perikanan budidaya. Seperti diketahui, sejak industri tambak udang kolaps pada akhir tahun 1980-an, kebangkitan kembali usaha budidaya udang selama bertahun-tahun masih belum terlihat. Untuk itu budidaya ikan nila di kawasan pertambakan dapat menjadi alternatif karena sedikitnya ikan bersirip (finfish) yang telah terdomestikasi dan dapat dibudidayakan. Pada tahun 2008, BPPT menginisiasi program pengembangan ikan nila unggul yang dapat hidup di perairan dengan salinitas tinggi yang disebut ikan nila SALIN yang mampu berkembang dan tumbuh di perairan payau dengan kadar garam >20 ppt atau bahkan di perairan laut dengan salinitas hingga 32 ppt melalui pemanfaatan karakter euryhaline yang dimiliki ikan nila. Pengembangan budidaya ikan nila di perairan payau (brackishwater) dan perairan dengan salinitas tinggi sudah menjadi perhatian di berbagai negara seperti di Thailand, Vietnam, Jamaica, Mesir, Israel. Disisi lain, kecenderungan perubahan lingkungan perairan akibat pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut, air tanah menjadi lebih asin dan lahan persawahan di kawasan pesisir tergenang air laut, telah menyebabkan semakin bertambahnya luas lahan payau ataupun asin yang memerlukan antisipasi solusi pemanfaatannya. II. BAHAN DAN METODA 2.1. Bahan Rekayasa produksi ikan nila salin unggul toleran salinitas tinggi yang mampu hidup dan Aliah, 2017 berkembang di perairan salinitas tinggi dilakukan melalui perekayasaan teknologi yang diawali dengan tahapan uji tantang salinitas tinggi pada 5 varietas ikan nila dan dilanjutkan dengan proses hibridisasi melalui metoda diallel crossing atau persilangan resiprokal. Sumber genetik ikan nila yang digunakan dalam proses perekayasaan ikan nila Salin adalah 5 (lima) varietas ikan nila dari spesies Oreochromis sp. yaitu 1. BEST (B), 2. NIRWANA (N), 3. SUKABUMI (S) (kini dikenal dengan varietas SULTANA), 4. Red NIFI (R) dan 5. Nila MERAH (M) (Gambar 1). dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAT) Sukabumi (Gambar 2 atas), Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) di Sungai Buntu-Kabupaten Karawang melalui kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 bawah) dan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Gambar 2. Lokasi pelaksanaan kegiatan di BBPBAT-Sukabumi (atas), fasilitas outdoor Laboratorium Akuakultur LAPTIAB-BPPT di Puspiptek Serpong (tengah) dan lokasi kegiatan lapangan di tambak BPBAPL-Karawang milik Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat (bawah). 2.2. Metoda Gambar 1. Lima varietas ikan nila sebagai sumber genetik proses perekayasaan ikan nila SALIN. 2.2. Lokasi Kegiatan Perekayasaan Kegiatan perekayasaan ikan nila SALIN terdiri dari kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium dan kegiatan lapangan. Kegiatan laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Outdoor Akuakultur (Gambar 2 tengah) pada Laboratoria Pengembangan Teknologi IndustriAgro dan Bio-Medika (LAPTIAB) di PUSPIPTEK Serpong. Pelaksanaan kegiatan lapangan 2.2.1. Proses Perekayasaan Secara garis besar skema proses perekayasaan ikan nila SALIN dilakukan melalui tahapan: 1) koleksi sumber genetik strain ikan nila, 2) uji tantang salinitas, 3) pembentukan induk, 4) proses diallel crossing atau persilangan resiprokal, dan 5) uji performan kandidat Nila SALIN. 2.2.2. Uji tantang terhadap salinitas 35 ppt Sebelum melalui tahapan uji tantang, ikanikan nila dari lima varietas yang akan digunakan dipelihara pada kolam beton di BBPBAT Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24 19 Sukabumi sampai ukuran yang dapat dipisahkan jenis kelaminnya. Uji tantang terhadap salinitas dilakukan untuk mendapatkan individu-individu tahan terhadap salinitas 35 ppt. Uji tantang dilakukan dengan menempatkan ikan-ikan nila pada wadah yang berisi air laut dengan salinitas 35 ppt. Sebanyak 160-200 ekor ikan nila dimasukkan dalam wadah tersebut. Shock terhadap salinitas 35 ppt dihentikan saat jumlah ikan uji tersisa hidup 50% populasi awal. 2.2.3. Diallel cross atau Persilangan Resiprokal Individu-individu hasil uji tantang selanjutnya dipelihara pada kondisi perairan dengan salinitas ≤ 10 ppt sampai kondisi matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Diallel cross atau persilangan resiprokal adalah desain penelitian dalam program pengembangbiakan yang biasanya digunakan untuk menguji seluruh kemungkinan kombinasi dari strain yang berbeda (crossbred lines) ataupun yang sama (inbred lines). Diallel cross (Kocher et al, 1998., Romana et al, 2004 and Schneider et al, 2000) ini juga digunakan untuk menduga atau mengetahui efek genetik dan mengevaluasi sifat kuantitatif dari sudut biologi maupun ekonomi. Pada organisme akuatik metode ini telah digunakan untuk mengevaluasi berbagai sifat seperti pertumbuhan, produksi, berat, kematangan gonad, ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap suhu dan salinitas (Tave 1990a,b, Trewavas, 1983, Wolters 1995; Bentsen et al. 1998; Marengoni et al. 1998; Quinton et al. 2004). Pada pengkajian ini, diallel cross dilakukan pada lingkungan budidaya bersalinitas ± 10 ppt. dengan melakukan persilangan antar varietas yang digunakan (Gambar 3). Setiap persilangan dilakukan dalam hapa3 hapa berukuran 2x2x1 m . Setiap hapa berisi 1 ekor jantan dan 3 ekor betina. Setiap persilangan/perlakuan diulang 3 kali. Pada saat benih berumur 1 bulan, induk-induk dikeluarkan dari hapa pemijahan dan dilakukan perhitungan terhadap jumlah benih. Selanjutnya benih-benih di pelihara lebih lanjut dalam hapa berukuran 3 5x2x1 m dengan kepadatan 300 ekor/hapa pada lingkungan bersalinitas ±10 ppt. Setelah dapat dibedakan jenis kelaminnya, ikan-ikan uji 3 dipindahkan pada hapa berukuran 4x6x1 m , dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, dan selanjutnya diamati sampai sampai mencapai ukuran sekitar 600 g. Agar pertumbuhannya optimum, kepadatan dikurangi menjadi 150 ekor sampai ukuran ±300 g dan 20 selanjutnya sampai mencapai ukuran ±600 g, kepadatan dikurangi menjadi 75 ekor per hapa. Pakan buatan (pellet) diberikan setiap hari sebanyak 3%-10% (tergantung umur), 2 kali sehari. Pakan yang diberikan memiliki kandungan protein ±32%. Secara periodik juga diamati kualitas lingkungannya. Penentuan kandidat ikan nila SALIN 10 ppt ditentukan berdasarkan performan pertumbuhan, sintasan, dan konversi pakan (FCR) nya. Selanjutnya kandidat ikan nila SALIN 10 ppt tersebut diproduksi dan dipelihara di lingkungan bersalinitas 20 ppt untuk mengetahui performannya, dilanjutkan dengan mengetahui efek heterosisnya. Untuk melengkapi performan kandidat ikan nila SALIN 20 ppt ini, dilakukan uji tantang terhadap bakteri Streptococcus agalactiae dan analisa kandungan nutrisinya. Performan pertumbuhan keseluruhan populasi dilihat dari pertambahan bobot harian (daily growth rate , DGR), dan spesifik (spesific growth rate ,SGR). a. Daily growrth rate (DGR) untuk bobot (g/hari) : DGR = (Wt-W0)/t b. Specific growth rate (SGR) untuk bobot (%) : SGR = [√(t&((Wt)⁄(Wo))) - 1] x 100% dimana: Wt : bobot rataan individu pada akhir pengamatan (g) W0: bobot rataan individu pada awal pengamatan (g) t : lama waktu pengamatan (hari) Gambar 3. Diagram diallel cross III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Uji Tantang Sebelum dilakukan uji tantang, 5 varietas ikan nila yang dikoleksi yaitu BEST (B), Nirwana (N), Sukabumi (S), Red NIFI (R), dan Nila Merah (M), masing-masing 1.000 ekor, dipelihara 2 secara terpisah dalam waring berukuran 4x5 m yang ditempatkan dalam kolam beton yang dilengkapi dengan sistem aerasi, dan sumber air Aliah, 2017 berasal dari sumur artesis. Uji tantang salinitas yang dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi merupakan tahapan awal untuk mengetahui ekspresi toleransi ikan nila terhadap salinitas tinggi. Ukuran ikan yang digunakan dalam uji tantang ±100 g. Uji tantang terhadap salinitas tinggi dilakukan dengan menempatkan ikan-ikan nila pada wadah yang berisi air laut dengan salinitas 35 ppt. Setiap varietas ikan nila, sebanyak 160-200 ekor dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Shock terhadap salinitas 35 ppt dihentikan saat jumlah ikan uji tinggal 50% dari jumlah awal (Gambar 4). persilangan resiprokal agar dapat menghasilkan hibrid dari seluruh kemungkinan betina dan jantan, dan selanjutnya dilakukan uji performan untuk memperoleh pasangan hibrid ikan nila yang dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada salinitas >20 ppt. Skema diallel cross atau persilangan resiprokal perekayasaan ikan nila SALIN telah disajikan pada Gambar 6. Persilangan resiprokal untuk mendapatkan larva dan benih dilakukan pada lingkungan pemeliharaan bersalinitas 5-10 ppt di tambak. Pemijahan resiprokal untuk setiap kombinasi dilakukan di dalam hapa berukuran 2x1x1 m3 yang berisi 3 induk betina dan 1 induk jantan. Setiap kombinasi diulang tiga kali. Keberhasilan pemijahan dilihat dengan munculnya kelompok larva pada hari ke 10-15 hari setelah percampuran jantan dan betina. Selanjutnya, larva dipanen dan ditempatkan dalam hapa yang lebih besar dan siap untuk diamati performannya. Gambar 4. Pelaksanaan uji tantang pada media pemeliharaan bersalinitas 35 ppt. Hasil uji tantang terhadap 5 (lima) varietas ikan nila yaitu BEST, Nirwana, Sukabumi, Red NIFI, dan Nila Merah memperlihatkan bahwa ikan nila memiliki ekspresi toleransi salinitas tinggi dengan daya tahan yang berbeda (Gambar 5). Minimal 90 menit seluruh strain dapat bertahan hidup pada salinitas 35 ppt. Meskipun demikian varietas Nirwana, Sukabumi dan Red NIFI dapat bertahan hingga menit ke 110-120. Nila Nirwana merupakan varietas yang dihasilkan dari proses seleksi famili oleh Balai Induk dan Benih Wanayasa – Jawa Barat. Seleksi famili tersebut diduga membuka peluang munculnya gen salinitas yang terekspresi ketika dilakukan uji tantang. Demikian halnya dengan strain Sukabumi (sekarang SULTANA). Sedangkan Red NIFI merupakan varietas yang dikembangkan oleh PT. Charoen Pokphand di Thailand merupakan hasil hybrid Oreochromis niloticus dengan O. mossambica. Diantara famili Tilapia, O. mossambica adalah jenis ikan mujair yang paling tahan terhadap salinitas tinggi. 3.2 Diallel Cross atau Persilangan Resiprokal 3.2.1 Pemilihan Kandidat Ikan Nila SALIN Perekayasaan ikan nila SALIN diawali dengan menerapkan teknik diallel cross atau Gambar 5. Performan ikan nila terhadap uji tantang salinitas 35 ppt. Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24 21 Tabel 1. Pertambahan bobot badan (BB) dan panjang total (PT) Ikan nila SALIN hibrid, Red NIFI dan Srikandi selama 84 hari pemeliharaan. Tabel 2. Specific growth rate (%) panjang total dan bobot badan dan FCR ikan nila SALIN hibrid, Red NIFI dan Srikandi selama 84 hari pemeliharaan. Gambar 6. Penggunaan hapa untuk proses pemijahan diallel cross atau persilangan resiprokal. 3.2.2 Performan Ikan Nila SALIN Hibrid pada Salinitas 25 ppt. Untuk mengetahui performan ikan nila SALIN hibrid pada lingkungan tambak bersalinitas 25 ppt, dilakukan pemeliharaan pada ikan nila SALIN yang akan dirilis, dibandingkan dengan salah satu varietas pembentuknya yaitu Red NIFI dan strain nila salin yang telah dirilis, Srikandi. Selama pemeliharaan, suhu mencapai 29,5 - 31,7 ºC, DO 7,17 - 7,81 mg/l, salinitas 23,7 - 26,8 ppt, pH 7,73 - 8,80, dan kekeruhan 11 - 18 NTU. Pengukuran panjang total dan bobot badan selama 84 hari pengamatan disajikan pada Tabel 1, sedangkan nilai SGR dan FCR nya disajikan pada Tabel 2. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan dengan protein minimal 32% secara satiation. Setelah awal tebar bobot badan (BB) ikan nila SALIN, Red NIFI, dan Srikandi masing-masing 3,73 g, 3,93 g dan 4,08 g. Setelah masa pemeliharaan 84 hari, bobot (g) ikan nila SALIN, Red NIFI dan Srikandi pemeliharaan menjadi 211.34 g; 169.88 g dan 176.96 g (Tabel 1). Specific growth rate (SGR) BB ikan nila SALIN setelah pemeliharaan 84 hari adalah 6,57 lebih baik dibandingkan dengan Red NIFI (6,23) dan ikan nila Srikandi (6,10). FCR ikan nila SALIN, adalah yang terendah, 0,89 dibandingkan dengan Red NIFI (1,45) dan Srikabdi (1,85). Sintasan ikan nila Salin juga yang tertinggi (95,73%) dibandingkan dengan Red NIFI (85,40) dan Srikandi (88,07). 22 3.2.3. Uji multilokasi fase pembesaran Untuk mengetahui performan ikan nila SALIN hibrid saat fase pembesaran, dilakukan pemeliharaan ikan nila SALIN di 2 lokasi berbeda yaitu di kawasan tambak yang biasa digunakan untuk budidaya udang intensif di tambak Samudra, desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Karawang dan tambak tradisional milik masyarakat di desa Tambak Sumur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang. Budidaya ikan nila belum dikenal secara luas oleh masyarakat pesisir, belum ditemukan adanya ikan nila lokal yang biasa digunakan untuk budidaya di tambak, Karenanya, pada performa ikan nila SALIN hibrid yang dipelihara di tambak dibandingkan dengan ikan nila dari salah varietas hasil pemuliaan yang juga digunakan dalam persilangan resiprokal ( non hibrid). Lokasi tambak Samudra, Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Karawang sering digunakan untuk budidaya intensif udang windu, tetapi karena beberapa kali telah mengalami panen, maka tambak digunakan untuk pembesaran ikan nila SALIN hibrid. Tambak yang digunakanmemiliki luas 2.500 2 m , ukuran tebar benih nila SALIN adalah 2 2,72 g dengan padat tebar 5 ekor/m . Setelah 120 hari pemeliharaan, bobot badan ikan nila SALIN hibrid mencapai 146,89 g (Tabel 3). FCR nila SALIN hibrid mencapai 0,80 karena pada pemeliharaan di tambak, Aliah, 2017 pellet (kandungan protein 32 %) baru diberikan setelah 10 hari pemeliharaan. Selama waktu tersebut benih mengkonsumsi pakan alami yang sediaannya berlimpah ditambak akibat pemupukan. Spesific growth rate (SGR) mencapai 3,38%. Performan ikan nila SALIN selama fase pembesaran ini lebih baik dibandingkan dengan ikan nila non hibrid (kontrol). Kondisi musim kemarau yang panjang dan berkurangnya pasokan air tawar menyebabkan salinitas meningkat dan tidak adanya pergantian air untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan, sehingga panen dilakukan lebih awal. Selama masa pemeliharaan, pH berkisar antara 7,23 sampai 7,85, turbidity 17,8 – 28,7 NTU, oksigen terlarut (DO) 6,92 – 7,81 ppm, suhu air 29,3 – 32,4 ºC dan salinitas 21,5 – 25 ppt. Ketinggian air dipertahan antara 75 cm sampai 100 cm. IV. PENUTUP Program perekayasaan ikan nila yang dilaksanakan BPPT bekerjasama dengan Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat telah menghasilkan ikan nila SALIN (hibrid varietas nila betina Red NIFI dengan nila jantan Sukabumi), dengan karakter keunggulannya (pertumbuhan, toleransi terhadap salinitas tinggi, sintasan, rasio konversi pakan, pada perairan dengan salinitas 20 – 32 ppt dibandingkan dengan Red NIFI, Sukabumi maupun ikan nila tahan salinitas tinggi yang telah dirilis sebelumnya. Untuk mempertahankan kualitas ikan nila Red NIFI, perlu didatangkan strain ikan nila merah dari beberapa daerah di Indonesia yang saat ini membudidayakan ikan nila berwarna merah dan kalau dimungkinkan perlu diimpor dari negara-negara yang telah melakukan perbaikan genetik untuk ikan nila yang berwarna merah (Israel, Thailand, Taiwan atau Singapura). Untuk memperbaiki kualitas strain Sukabumi (SULTANA), diharapkan produsen SULTANA yaitu Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi diharapkan dapat melakukan perbaikan kualitas strain Sukabumi (SULTANA). performance in a complete diallel cross experiment with eight strains of Oreochromis niloticus. Aquaculture 160:145-173. Eknath, A.E. and G. Hulata (2009). Use and exchange of genetic resources of Nile tilapia (Oreochromis niloticus). Reviews in Aquaculture. 1: 197-213. Kocher T.D., Lee W.J., Sobolewska H., Penman D. & McAndrew B.1998. A Genetic Linkage Map Of A Cichlid Fish. The Tilapia (Oreochromis niloticus). Genetics 148, 1225- 12532. Marengoni, N.G., Onoue, Y., Oyama, T. 1998. Offspring growth in a diallel crossbreeding with three strains of Nile tilapia Oreochromis niloticus. Journal of the World Aquaculture Society 29:114-119. Quinton, C.D., McKay, L.R., and McMillan I. 2004. Strain and maturation effects on female spawning time in diallel crosses of three strains of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Aquaculture 234:99-110. Romana-Eguia, M.R.R., Ikeda, M., Basiao, U., Taniguchi, N. 2004. Genetic Diversity In Farmed Asian Nile And Red Hybrid Tilapia Stocks Evaluated From Microsatellite And Mitochondrial Dna Analysis. Aquaculture 236 : 131–150. Schneider, S., Roessli, D., Excoffier, L., 2000. Arlequin, Ver. 2.0. A Software for Population Genetic Data Analysis. Genetics and Biometry Laboratory, University of Geneva, Switzerland. URL: http://anthro.unige. ch/arlequin. Tave, D., Jayaprakas, V., and Smitherman, R.O. 1990a Effects of intraspecific hibridization in Tilapia nilotica on survival under ambient winter temperature in Alabama. Journal of the World Aquaculture Society 21: 201-204. Tave, D., Smitherman, R.O, and Jayaprakas, V. 1990b. Estimates of additive genetic effects, maternal genetic effects, individual heterosis, maternal heterosis, and egg cytoplasmic effects for growth in Tilapia nilotica. Journal of the World Aquaculture Society 21: 263-270. Trewavas, E., 1983. Tilapiine fishes of the genera Sarotherodon, Oreochromis and Danakilia. British Mus. Nat. Hist., London, UK. 583 p. DAFTAR PUSTAKA Bentsen H.B., Eknath, A.E., Palada-de Vera, M.S., Danting J.C., Bolivar, H.L., Reyes, R.A.,Dionisio, E.E., Longalong, F.M., Circa, A.V., Tayamen M.M., Gjerde B. 1998. Genetic improvement of farmed tilapias: growth Rekayasa Produksi... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 17 - 24 23 24 Aliah, 2017