PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR KESEHATAN TERHADAP IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SINJAI INFLUENCE OF GOVERMENT SPENDING ON EDUCATION AND HEALTH SECTORS ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI), AND ECONOMIC DEVELOPMENT OF SINJAI REGENCY 1 Ilyas1, Abdul Hamid Paddu2, Sultan Suhab2 Jurusan Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan,Fakultas Ekonomi,Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 2 Jurusan Ilmu Ekonomi,Fakultas Ekonomi,Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : Ilyas Jl. Perintis Kemerdekaan IV Lr. 4 No. 1 HP: 085 242 510 637 Email: [email protected] ABSTRAK Fokus utama pembangunan ekonomi tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga berupaya menciptakan kualitas pembangunan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sinjai dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Model analisis yang digunakan adalah Two Stage Least Squares. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan dan sektor kesehatan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sinjai. Tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Kata kunci: belanja sektor pendidikan, belanja sektor kesehatan, tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian, Indeks Pembangunan Manusia, pertumbuhan ekonomi. ABSTRACT The main goasl of economic development are to increase economic growth, and also the quality of human development. The aims of the research are to analyze the influence of spending on education and health sectors on economic development through Human Development Index of Sinjai Regency, and the influence of labor eduacation level in agriculture sector on economic development of Sinjai Regency. The research employed secondary data, and the analysis model of Two Stage Least Squares. The results of the research indicated that: (1) Education and health sectors spending have positive and significant correlation on economic development through Human Development Index of Sinjai Regency. (2) Level of labor education in agriculture sector has positive and significant correlation on economic development of Sinjai Regency. Keywords: Educational sector, health sector, spending, level of education, Human Development Index, economic development. PENDAHULUAN Salah satu tantangan utama yang dihadapi masyarakat global adalah bagaimana mencapai pembangunan berkelanjutan. Menurut IMF 2002, pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga pilar, yakni pembangunan ekonomi, sosial dan pelestarian lingkungan. Inti dari pilar ini adalah untuk memelihara dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas generasi mendatang sekaligus memenuhi kebutuhan generasi sekarang. Untuk mencapai tugas-tugas multi-dimensi, sumber daya manusia harus secara strategis dikembangkan dan diposisikan untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi saat ini dan di masa yang akan datang. Menurut Lyakurwa 2007, pengembangan sumber daya manusia memiliki kapasitas untuk memperbesar pilihan dan kesempatan masyarakat, meningkatkan taraf hidup sehat melalui keterampilan yang diperoleh dan pengetahuan yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto bangsa melalui peningkatan produktivitas dalam (Oluwatobi et al., 2011). Hubungan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terus menghasilkan serangkaian perdebatan di kalangan ahli ekonomi. Beberapa ekonom berpendapat bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah pada infrastruktur sosial, ekonomi dan fisik mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan output nasional. Demikian pula, pengeluaran untuk infrastruktur seperti jalan, komunikasi, listrik, dll, mengurangi biaya produksi, meningkatkan investasi sektor swasta dan profitabilitas perusahaan, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi (Monday et al., 2014). Modal manusia telah diakui secara global sebagai salah satu faktor utama yang bertanggung jawab untuk kesejahteraan suatu bangsa. Menurut Folloni dan Vittadini 2010, modal manusia mengacu pada kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam (Oluwatobi et al., 2011). Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat ditafsirkan sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan (enlarging the choices of the people). Seperti diketahui, beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar mampu meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi pula peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu. Di tengah eskalasi persaingan global, tuntutan terhadap kapabilitas dasar itu dirasakan semakin tinggi. Jika tidak demikian maka bangsa tersebut akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju (BPS, 2008). Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting kinerja ekonomi suatu negara. Dalam hal ini, banyak penelitian dan karya penelitian telah difokuskan pada faktor-faktor dan kebijakan yang dapat membuat potensi sumber pertumbuhan yang efektif. Sebuah studi OECD pada faktor-faktor pertumbuhan ekonomi menekankan bahwa kebijakan tepat sasaran merupakan instrumen penting bagi iklim usaha dan investasi publik, yang signifikan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Milova, 2011). Bahkan setengah dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat selama abad terakhir dapat dikaitkan dengan peningkatan kesehatan, seperti untuk setiap tahun tambahan pendidikan dicapai melalui peningkatan status kesehatan (Martin et al., 2014). Sehubungan dengan masalah tersebut yang kemudian menjadi alasan penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh belanja Pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pertumbuhan ekonomi kabupaten sinjai. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai dari bulan Juli-Agustus 2014 dengan mengambil data di Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai. Adapun data yang digunakana adalah data tentang belanja pemerintah sektor pendidikan dari tahun 2001-2013, data belanja pemerintah sektor kesehatan tahun 2001-2013, data pendidikan tenaga kerja sektor pertanian tahun 2001-2013, data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2001-2013, serta data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai tahun 2001-2013. Jenis penelitian yaitu penelitian eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan apakah ada pengaruh belanja pemerintah sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui IPM. Dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Metode Pengumpulan Data Pencarian data dilakukan dengan riset kepustakaan (Library Research) dan teknik dokumentasi dengan cara pencatatan laporan data yang telah dipublikasikan dan studi pustaka. Studi pustaka merupakan teknik analisis untuk mendapatkan informasi melalui catatan, literatur, dan lain-lain yang masih relevan, dan teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek studi. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Two Stage Least Squares (2SLS) melalui bantuan program komputer SPSS 16. Model ini dikembangkan dengan merujuk model Fungsi Produksi Cobb-Douglas, sebagai dasar model menentukan pertumbuhan ekonomi. Adapun bentuk persamaannya sebagai berikut: Y = ( , Y1 = α0 + α 1 Y2 = ( )............................................................................................................... (1) + α2 X2 +Ɛ1.............................................................................................(2) )................................................................................................................. (3) = β0 + β1X3 + β2 Y1 + Ɛ 2...........................................................................................(4) = β0 + β1X3+ β2 [α0 + α1X1 + α2X2+ Ɛ1 ] + Ɛ 2...........................................................(5) = β0 + β1X3 + β2 α0 + β2 α1X1 + β2 α2X2 + β2 Ɛ1 + Ɛ 2............................................ (6) = (β0 + β2 α0) + (β2 α1X1) + (β2 α2X2 ) + (β1X3) + (β2 Ɛ1) + Ɛ 2.................................(7) Y2 = λ0 + λ1X1 + λ2 X2 + λ3 X3 + Ɛ 3.............................................................................(8) Dimana : X1 = Belanja pemerintah sektor pendidikan (Rp) X2 = Belanja pemerintah sektor kesehatan (Rp) X3 = Tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian(%) Y1 = Indeks Pembangunan Manusia (indeks) Y2 = Pertumbuhan Ekonomi (%) λ0 = (β0 + β2 α0) = Konstanta λ1 =( β2 α1X1) = Pengaruh belanja sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui IPM. λ2 =( β2 α2X2 ) = Pengaruh belanja sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui IPM. (β1X3) = Pengaruh tingkat penddikan tenaga kerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Ɛ 3 = (β2 Ɛ1 + Ɛ 2) = Standar error HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan bahwa nilai koefisien belanja pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,135 persen. Hal ini berarti bahwa jika belanja pendidikan naik sebesar 1 persen maka akan menaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,135 persen. Untuk belanja sektor kesehatan nilai koefisiennya terhadap pertumbuhan ekonomi adalah 0,305 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jika belanja sektor kesehatan mengalami kenaikan sebesar 1 persen akan berpengaruh terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,305 persen. Sementara untuk nilai koefisien tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi adalah 0,116 persen. Artinya bahwa jika terjadi kenaikan Tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian sebesar 1 persen maka akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,116 persen. Dari analisis data juga dapat dijelaskan bahwa R atau Multiple R menunjukkan korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 0,896, dalam hal ini karena analisis 2SLS dengan tiga variabel bebas maka korelasi antara belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,896. Angka R sebesar 0,896 yang menjadi koefisien korelasi model ini, menunjukkan bahwa pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent sangat kuat. R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,804 berarti bahwa variasi variabel belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan melalui IPM serta tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian) dapat menjelaskan variasi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 80,4% atau variabel independent dapat mempengaruhi variabel dependent sebesar 80,4%. Dapat pula dikatakan bahwa variasi variabel lain yang menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 19,6%. Adjusted R Square merupakan koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan jumlah variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika terjadi penambahan variabel maupun penambahan ukuran sampel. Adjusted R Square sebesar 0,738 berarti variasi belanja sektor pendidikan, dan belanja sektor kesehatan melalui IPM dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian dapat menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Sebesar 73,8%. Atau variabel belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan melalui IPM dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian mempengaruhi 73,8 % pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Untuk nilai Uji F-Hitung menunjukkan angka 12,280, sedangkan nilai F-tabel sebesar 3,838, yang berarti bahwa F-Hitung lebih besar dari F-tabel. Maka dapat diputuskan bahwa model yang digunakan adalah fit atau cocok. Begitupun jika melihat taraf signifikansi yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 0,002 jauh lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi α=0,05. Maka dapat diputuskan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh positif terhadap variabel dependent. Hal ini lebih memperkuat bahwa model dinyatakan cocok atau fit. Dari hasil uji t dari masing masing variabel independent terlihat bahwa untuk belanja pendidikan melalui IPM memiliki nilai t-hitung sebesar 4,398 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,179 pada tingkat signifikan 0,008 lebih kecil dari tingkat α = 0,05 berarti variabel belanja pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sinjai. Kemudian pengaruh belanja sektor kesehatan melalui IPM terhadap pertumbuhan ekonomi, memiliki nilai t-hitung sebesar 7,765 jauh lebih besar dibanding nilai t-tabel yakni 2,179 dan nilai signifikan sebesar 0,000 jauh lebih kecil dibanding α =0,05, berarti menunjukan bahwa belanja sektor kesehatan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut hasil penelitian ini juga memperlihatkan besarnya pengaruh tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi dimana nilai thitung adalah 2,234 lebih besar dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 2,179. Ini berarti variabel tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Untuk nilai signifikansi sebesar 0,047 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,05, berarti pengaruh variabel tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui IPM serta tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Analisis pengaruh variabel independen yaitu belanja sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui IPM Kabupaten Sinjai menunjukkan adanya pengaruh yang kuat. Hal ini menujukkan adanya hubungan yang erat antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai, sehingga kenaikan belanja sektor pendidikan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan serta menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Brata et al (2004), Todaro et al (2006), Hongyi-Li dan Huan- Liang (2013), Meylina dkk (2013), dan Monday et al (2014), bahwa pengeluaran untuk pendidikan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Todaro et al (2006), bahwa pendidikan sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital dan memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Implikasi dari temuan ini yakni meningkatnya belanja pemerintah sektor pendidikan terbukti mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini menjadi penting dalam perencanaan pembangunan di Kabuapten Sinjai yakni pemerintah harus tetap mempertahankan pengalokasian anggaran yang meningkat dari tahun ke tahun untuk sektor pendidikan dan kesehatan untuk tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sinjai. Alokasi belanja sektor pendidikan di Kabupaten Sinjai sejak tahun 2001 sampai tahun 2013 secara konsisten mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut kemudian terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran yang besar untuk sektor pendidikan memberikan peluang yang sangat besar kepada seluruh masyarakat untuk dapat mengakses pendidikan dengan baik. Ketika selama ini pendidikan masih dianggap sesuatu yang sangat mahal sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat, dengan adanya program pendidikan gratis yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai maka semua masyarakat memiliki akses terhadap layanan pendidikan. Semakin banyaknya masyarakat yang mampu menikmati layanan pendidikan tersebut pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan, pendidikan, pengalaman dan keterampilan masyarakat. Bila hal tersebut meningkat pasti akan mendorong produktivitas tenaga kerja. Begitupun dengan semakin terjangkaunya layanan pendidikan dengan adanya program pendidikan gratis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai maka akan mendorong semakin banyaknya masyarakat yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja yang lebih baik. Selanjutnya belanja sektor pendidikan yang terus meningkat, sementara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai masih sedikit lambat bahkan pada tahun tertentu sedikit mengalami penurunan, mengindikasikan bahwa belanja pemerintah yang hakikatnya adalah investasi di bidang human capital, merupakan investasi yang sifatnya jangka panjang sehingga hasilnya tidak langsung dapat dirasakan saat ini juga. Akan tetapi butuh waktu dan proses untuk bisa menikmati hasil dari invesatsi tersebut. Investasi Pemerintah di sektor kesehatan akan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih merata kepada masyarakat sehingga sumber daya manusia yang handal dan sehat akan semakin bertambah. Meningkatnya taraf kesehatan akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan menciptakan perbaikan ekonomi masyarakat. Meningkatnya kondisi ekonomi serta kualitas kesehatan masyarakat yang tercermin pula pada meningkatnya angka harapan hidup berarti pula akan mendorong peningkatan IPM karena hal tersebut merupakan komposit pembentuk IPM. Penelitian yang dilakukan oleh Ehrlich dan Lui 1991, Meltzer 1995, Barro 1996 yang menyimpulkan bahwa status kesehatan, yang diukur dengan harapan hidup, merupakan kontributor penting untuk pertumbuhan ekonomi. Bahkan, kesehatan, menurut Barro 1996, adalah prediktor yang lebih awal dari pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Arora 2001 mengemukakan bahwa kondisi kesehatan cenderung memainkan peran kausal dalam proses pertumbuhan dalam (David, 2009). Lebih kuatnya pengaruh belanja kesehatan dibanding belanja pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan melihat perkembangan atau peningkatan dari kedua jenis belanja tersebut. Pada tahun 2001 belanja pendidikan sebesar Rp. 6,620 milyar sementara belanja kesehatan hanya sebesar Rp. 1,320 milyar. Selanjutnya pada tahun 2013 belanja pendidikan sudah mencapai Rp. 297,450 milyar sementara belanja kesehatan hanya sebesar Rp. 57,896 milyar. Belanja pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang lebih besar dibanding belanja kesehatan. Akan tetapi justru indeks pendidikan peningkatannya lebih lambat dibanding perkembangan indeks kesehatan. Pengaruh belanja sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi umumnya melalui beberapa cara, antara lain misalnya perbaikan kesehatan penduduk akan meningkatkan partisipasi angkatan kerja. Perbaikan kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan taraf kesehatan mendorong bertambahnya jumlah penduduk yang akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan ekonomi yang mengatakan bahwa modal manusia merupakan faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang semakin besar pula keterbukaannya untuk menerima inovasi baru yang dirasanya menguntungkan atau baik bagi dirinya. Selain itu petani yang berpendidikan formal tinggi biasanya memiliki wawasan pemikiran yang relatif lebih luas dalam mempertimbangkan segala sesuatunya dibandingkan dengan petani yang berpendidikan lebih rendah. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada kualitas dan kemampuan kerja seseorang. Tingkat pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk lebih mengembangkan diri, keterbukaan untuk menerima pengetahuan dan memanfaatkan teknologi baru serta memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar lingkungan untuk kelancaran aktivitas usaha tani. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula produktivitas yang dihasilkan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan masalah yang hendak diselesaikan, tujuan yang hendak dicapai, dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: belanja pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sinjai. Dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sinjai. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, maka dapat disarankan beberapa hal,yaitu: (1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan melalui IPM berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai diharapkan untuk tetap mempertahankan ataupun bahkan meningkatkan alokasi anggaran untuk kedua bidang tersebut. 2) Melihat bahwa peningkatan IPM Kabupaten Sinjai yang masih tergolong lambat, maka diharapkan Pemerintah Daerah untuk memberikan prioritas pada upaya peningkatan kualitas manusia serta perbaikan ekonomi masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Brata, Aloysius Gunadi. (2004). Analisis Hubungan Imbal Balik Antara Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tingkat II di Indonesia. Yogyakarta: Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya. BPS. (2008). Indeks Pembangunan Manusia 2006-2007. Jakarta:BPS. David, Ben Nissim. (2009). Economic Growth and its Effect on Public Health. International Journal of Social Economics. Vol. 36 No. 3. Hal. 252-273. Hongyi-Li & Huang-Liang. (2010). Health, Education and Economic Growth in East Asia. Journal of Chinese Economic and Foreign Trade Studies Vol. 3 No. 2, 2010 pp. 110131. Emerald Group Publishing Limited 1754-4408DOI. Martin, Greg et al. (2014). Global Health Funding and Economic Development. Journal Globalization and Health volume 8: Edisi 8 hal 163-174. Meylina, dkk. (2013). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah pada sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Vol.1. No.1. 2013. Hal 78-102. Milova, Olta. (2011). Public Spending Effect on Economic Growth in Albania. China-USA Business Review, ISSN 1537-1514 May 2011, Vol. 10, No. 5, 349-356. Monday, Robinson O. Et al. (2014). Government Expenditures and Economic Growth: The Nigerian Experience. Mediterranean Journal of Social Sciences MCSER Publishing, Rome-Italy Vol 5 No 10 June 2014. Oluwatobi, Stephen O & Ogunrinola, I Oluranti. (2011). Government Expenditure on Human Capital Development: Implications for Economic Growth in Nigeria. Journal of Sustainable Development Volume: 4 Edisi: 3 Halaman: 72-80 Todaro, M.P and S.C.Smith. (2006). Economic Development, 8 edition. United Kingdom: Pearson Addison Weasley.