pembelajaran fisika dengan metode problem solving dan

advertisement
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING
DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIS DAN KREATIVITAS
SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII
perpustakaan.uns.ac.idProgram Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta digilib.uns.ac.id
Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama: Fisika
Oleh:
SIHANA
S 830908140
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING
DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIS DAN KREATIVITAS
SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII
perpustakaan.uns.ac.idProgram Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta digilib.uns.ac.id
Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Disusun Oleh:
SIHANA
S 830908140
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing,
Dewan Pembimbing:
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd .......................
NIP. 195201161980031001
.....................
Pembimbing II: Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D
NIP. 196103061985031002
......................
.......................
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 195201161980031001
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING
DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIS DAN KREATIVITAS
SISWA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII
Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Disusun Oleh:
SIHANA
S 830908140
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan
Ketua
Nama
Tanda tangan
Prof. Dr. H. Ashadi
........................
Sekretaris Dra. Suparmi, M.A., Ph.D
..........................
Tanggal
.....................
......................
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
..........................
.......................
2. Drs. Cari, MA., M.Sc., Ph.D.
..........................
.......................
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana
Ketua
Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D.
NIP 19570820198503 1 004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP 19520116 198003 1 001
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama
: Sihana
perpustakaan.uns.ac.id
NIM
: S 830908140
digilib.uns.ac.id
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul: “PEMBELAJARAN
FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
DITINJAU DARI
KEMAMPUAN MATEMATIS DAN KREATIVITAS
SISWA”
(Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII Program
Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010), adalah benarbenar karya sendiri. Hal- hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
tersebut.
Surakarta, 19 Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
SIHANA
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian tesis
ini. Usulan penelitian tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian
persyaratan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mencapai derajat Magister Pendidikan sains.
Dalam penyusunan usulan penelitian tesis ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,
kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, sebagai direktur Program Pascasarjana
UNS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam
menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Sains.
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS dan juga sebagai pembimbing I
yang telah memberikan dorongan dan bimbingan sehingga selesainya usulan
penelitian tesis ini.
3. Bapak Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D, sebagai pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga dapat selesainya usulan
penelitian tesis ini.
4. Segenap dosen pengampu mata kuliah di Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascsarjana UNS yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
motivasi selama masa perkuliahan.
commit to user
5. Bapak Drs.H.M. Thoyibun, S.H, M.M selaku Kepala SMA Negeri 1 Surakarta
yang telah banyak membantu dan memberi ijin tempat penelitian tesis kepada
penulis.
6. Semua rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pascasarjana UNS yang telah banyak memberi bantuan, dorongan dan semangat
kepada penulis sehingga terselesainya penulisan tesis ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaannya. Penulis berharap semoga penyusunan tesis ini berguna bagi
perkembangan pendidikan Fisika pada khususnya dan juga pendidikan pada
umumnya.
Surakarta, 19 Agustus 2010
Penulis
commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ing Ngarsa Sung Tuladha
perpustakaan.uns.ac.id
Ing Madya Mangun Karsa
digilib.uns.ac.id
Tut Wuri Handayani
(Ki Hajar Dewantara)
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan kepada :
1. Partataruna (Ayah kandungku)
2. Dian Herawati (Calon Istriku)
3. Satiti Widorini ( Almarhumah Istriku)
4. Hudan Pulung Hanasti (Putra kandungku I)
5. Ilham Pradipta Hanasti (Putra kandungku II)
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
PERSETUJUAN TESIS .....................................................................................
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN TESIS ......................................................................................
iii
PERNYATAAN .................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xvii
ABSTRAK .........................................................................................................
xix
ABSTRACT ..........................................................................................................
xx
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
6
C. Pembatasan Masalah .........................................................................
7
D. Perumusan Masalah .........................................................................
8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ...........................................................................
10
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ........
12
A. Kajian Teori ......................................................................................
12
commit to user
1. Tinjauan Tentang Belajar ............................................................
12
a. Pengertian belajar ..................................................................
12
b. Teori-teori Belajar .................................................................
14
2. Metode Problem Solving ............................................................
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pemahaman Masalah Secara Analitis ...................................
20
b. Penerapan Solusi dan RTL ...................................................
23
3. Metode Problem Posing..............................................................
24
a. Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika ........................
25
b. Beberapa Petunjuk Pembelajaran dengan Problem Posing ..
26
4. Kemampuan Matematis ..............................................................
30
a. Aksiologi Matematika ...........................................................
30
b. Bagaimana Berpikir Logis Dan Matematis ...........................
31
c. Bagaimana Karakteristik Belajar Matematika ......................
34
5. Kreativitas ...................................................................................
36
6. Hakekat Fisika.............................................................................
42
7. Prestasi Belajar Peserta Didik ....................................................
45
8. Materi Pembelajar Medan Magnet……. .....................................…...48
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................
60
C. Kerangka Berpikir .............................................................................
64
D. Hipotesis............................................................................................
70
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
71
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................
71
commit to user
1. Populasi Penelitian .....................................................................
71
2. Penarikan Sampel ........................................................................
71
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
71
C. Metode Penelitian .............................................................................
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Kesahihan Internal ............................................................................
76
E. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ..........................................
77
F. Instrumen Penelitian………………………………………………..
78
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ..........................................................
78
1. Uji Coba Tes Prestasi .................................................................
79
a. Uji Validitas ..........................................................................
79
b. Uji Reliabilitas .......................................................................
80
c. Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi ..........................
81
2. Uji Coba Kemampuan Matematis ..............................................
84
a.
Uji Validitas……………………………………………….
84
b.
Uji Reliabilitas……………………………………………
84
c.
Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi……………..
86
3. Uji Coba Angket Kreativitas Siswa ...........................................
88
H. Teknik Analisis Data .........................................................................
88
1. Uji Prasyarat Analisis..................................................................
88
a.
Uji normalitas………………………………………………
88
b.
Uji homogenitas……………………………………………
89
2. Pengujian Hipotesis.....................................................................
90
a.
Anava………………………………………………………
commit to user
90
1. Asumsi…………………………………………………. 90
2. Model…………………………………………………… 90
3. Hipotesis………………………………………………..
91
4. Komputasi……………………………………………... 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. .. Uji Lanjut Anava……………………………………………… 97
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
100
A. Deskripsi Data .................................................................................
100
1. Prestasi Belajar Fisika ................................................................
100
2. Data Kemampuan Matematis Siswa ..........................................
102
3. Data Kreativitas Siswa ...............................................................
105
B. Pengujian Prasyarat Analisis ...........................................................
108
1. Uji Normalitas ............................................................................
108
2. Uji Homogenitas ........................................................................
109
C. Pengujian Hipotesi ...........................................................................
110
1. Analisis Variansi ........................................................................
105
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan .....................................
107
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ......................................................
111
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
129
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI .....................................
130
A. Kesimpulan ......................................................................................
130
B. Implikasi ..........................................................................................
133
1. Implikasi Teoritis .......................................................................
133
2. Implikasi Praktis ........................................................................
133
commit to user
C. Saran ................................................................................................
134
1. Saran untuk para Guru ...............................................................
134
2. Saran untuk para Peneliti ...........................................................
134
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 137
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian ..................................................................
72
Tabel 3.2 Desain Faktorial ..................................................................................
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.3 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya ................................................
82
Tabel 3.4 Distribusi Kesukaran Soal Tes Prestasi .............................................
82
Tabel 3.5 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya .............................................
83
Tabel 3.6. Distribusi daya beda soal tes prestasi ................................................
83
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya ................................................
86
Tabel 3.8 Distribusi tingkat kesukaran soal tes kemampuan matematis ............
86
Tabel 3.9 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya .............................................
87
Tabel 3.10 Distribusi daya beda soal tes kemampuan matematis ......................
87
Tabel 3.11. Tata Letak Data ...............................................................................
92
Tabel 3.12. Jumlah Kuadrat AB .........................................................................
92
Tabel 3.13. Jumlah Kuadrat AC .........................................................................
93
Tabel 3.14. Jumlah Kuadrat BC .........................................................................
93
Tabel 3.15. Rangkuman ABC ............................................................................
93
Tabel 3.16. Rangkuman Anava ..........................................................................
96
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika ......................................
101
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Fisika
Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ................
101
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Fisika
Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing ................
commit to user
102
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Matematis Siswa ..............................
103
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis
pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ...............
103
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing ................. 104
Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa .......................................................
106
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang
menggunakan Metode Problem Solving ...........................................
106
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang
menggunakan Metode Problem Posing ...........................................
107
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian .............................
108
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ...................................................
109
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika ................
110
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika
terhadap Kemampuan Matematis ....................................................
112
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika
terhadap Kreativitas Siswa ............................................................
113
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi ..................................................
116
Tabel 4.16 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi
Metode Problem Solving ................................................................
123
Tabel 4.17 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi
Metode Problem Posing ...............................................................
commit to user
124
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Magnet batang dan medan magnetik disekitarnya……………………..49
Gambar 2.2 Garis-garis medan magnet dari kutub U masuk kekutub S ……………51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Arah jarum kompas pada kawat yang dialiri arus listrik………………52
Gambar 2.4 Aturan tangan kanan dan arah medan magnetik disekitar kawat
berarus…………………………………………………………………..53
Gambar 2.5 Medan magnetik pada penghantar melingkar………………………….53
Gambar 2.6 Gabungan medan magnet, arah arus dan gaya.……………………… 55
Gambar 2.7 Aturan tangan kanan dan Gaya Lorentz………………………………..56
Gambar 2.8 Gaya pada kawat yang membawa arus dalam medan magnet ........…...57
Gambar 2.9 Kawat pembawa arus pada medan magnet .....................................…...57
v
v
Gambar 2.10 Muatan q yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan B ........58
Gambar 2.11a Dua konduktor yang membawa arus I1 dan I2............................…...60
Gambar 2.11b Medan magnet yang dihasilkan oleh I1 dan I2 ...........................…...60
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas yang
menggunakan Metode Problem Solving .......................................….101
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas yang
menggunakan Metode Problem Posing ........................................….102
Gambar 4.3 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa
pada kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ................ 104
Gambar 4.4 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa
pada kelas yang menggunakan Metode Problem Posing .............….105
commit to user
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang
menggunakan Metode Problem Solving ......................................….107
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang
menggunakan Metode Problem Posing .......................................….108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Kemampuan Matematis terhadap
Prestasi Belajar Fisika ..................................................................….113
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika……. 114
Gambar 4.9 Grafik interaki faktor Kemampuan Matematis dan
Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika ................................… 114
Gambar 4.10 Grafik interaki faktor Metode, Kemampuan Matematis dan
Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika ...............................… 115
Gambar 4.11 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Fisika ......… 118
Gambar 4.12 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kemampuan
Matematis terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet ..................… 122
Gambar 4.13 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet.....................................… 124
Gambar 4.14 Grafik interaksi Kemampuan Matematis dan
Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika ...............................… 127
Gambar 4.15 Grafik Main effect faktor Metode Pembelajaran
Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Medan Magnet .............................................… 128
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ........................................................................................... …138
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Problem Solving)
..... …139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3. Lembar Problem Solving ............................................................... …144
Lampiran 4. Siklus Problem Solving ................................................................. …146
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Problem Posing) ...... …147
Lampiran 6. Kisi-kisi Tes Kemampuan Matematis ........................................... …152
Lampiran 7. Tes Kemampuan Matematis ..........................................................… 153
Lampiran 8. Lembar Jawaban ............................................................................. …160
Lampiran 9. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kreativitas Siswa .............................. …161
Lampiran 10. Angket Kreativitas Siswa ............................................................. …164
Lampiran 11a. Pembahasan Soal Try Out Materi Medan Magnet ..................... …168
Lampiran 11b. Pembahasan Soal Tes Prestasi Materi Medan Magnet .............. …172
Lampiran 12. Soal Tes Prestasi Belajar Fisika ..................................................… 176
Lampiran 13. Lembar Jawaban ..........................................................................… 185
Lampiran 14. Materi Medan Magnet .................................................................… 186
Lampiran 15. Tabel dan Histogram Kemampuan Matematis dan
Metode Problem Posing ..........................................................… 197
Lampiran 16. Tabel dan Histogram Kreativitas dan
Metode Problem Posing............................................................. …198
Lampiran 17. Tabel dan Histogram Prestasi dan
Metode Problem Solving.............................................................… 199
commit to user
Lampiran 18. Tabel dan Histogram Kemampuan Matematis dan
Metode Problem Solving .......................................................... …200
Lampiran 19. Tabel dan Histogram Kreativitas dan
Metode Problem Solving ........................................................... …201
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 20. Tabel dan Histogram Prestasi dan
Metode Problem Solving ...........................................................… 202
Lampiran 21. Data Induk ...................................................................................… 203
Lampiran 22. Uji Coba Tes Prestasi ................................................................... …204
Lampiran 23. Uji Coba Tes Matematis .............................................................. …207
Lampiran 24. Uji Coba Angket Kreativitas ....................................................... …208
Lampiran 25. Soal Try Out Prestasi Belajar Fisika ............................................ …211
Lampiran 26. Lembar Jawaban ..........................................................................….222
Lampiran 27 Foto dokumen Penelitian……………………………………….........223
Lampiran 28 Surat ijin try out………………………………………………….......225
Lampiran 29 Surat ijin penelitian………………………………………………….226
commit to user
ABSTRAK
Sihana, S830908140 ”Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Problem
Solving Dan Problem Posing Ditinjau Dari Kemampuan Matematis Dan
Kreativitas Siswa” (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Surakarta Kelas XII Program
Akselerasi Pada Pokok Bahasan Medan Magnet Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis:
Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing
I : Prof. Dr.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Widha Sunarno, M.Pd ; NIP. 195201161980031001; Pembimbing II : Drs. Cari, MA,
M.Sc, Ph.D ; NIP. 196103061985031002
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh penggunaan
metode problem solving dan problem posing, 2) pengaruh kemampuan matematis
tinggi dan matematis rendah, 3) pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah, 4)
interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan
kemampuan matematis, 5) interaksi antara metode problem solving dan metode
posing dengan kreativitas, 6) interaksi antara kemampuan matematis dengan
kreativitas, dan 7) interaksi antara metode problem solving dan problem posing,
kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Program
Akselerasi SMAN 1 Surakarta yang terkelompok dalam dua kelas eksperimen.
Hipotesa penelitian diuji dengan anava tiga jalan dengan jumlah sel tidak sama.
Faktor pertama adalah pembelajaran dengan metode Problem Solving dan Problem
Posing. Faktor kedua adalah kemampuan matematis, yang dibagi menjadi
kemampuan matematis tinggi dan rendah, dan faktor ketiga adalah kreativitas siswa,
yang dibagi menjadi kreativitas tinggi dan rendah.
Hasil analisis penelitian adalah: 1) tidak ada pengaruh penggunaan metode
Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada materi
Medan Magnet sebab p-value metode = 0,592 > 0,050; 2) ada pengaruh Kemampuan
Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value
Kemampuan Matematis siswa = 0,000 < 0,050; 3) ada pengaruh Kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value Kreativitas
siswa = 0,007 < 0,050; 4) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan
Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet
sebab p-value interaksi metode dan Kemampuan Matematis = 0,924 > 0,050, 5)
tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value interaksi metode dan
Kreativitas = 0,747 > 0,050; 6) ada interaksi antara Kemampuan Matematis dan
Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value
interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,038 < 0,050; dan 7) tidak
ada interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value interaksi
antara metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,899 > 0,050.
Kata kunci : Problem Solving, Problem Solving, Kemampuan Matematis, Kreativitas, Medan
Magnet, Prestasi belajar
commit to user
ABSTRACT
Sihana, S830908140. ”The Physics Learning by Using the Problem Solving
Method and the Problem Posing Method Viewed from the Mathematics Ability
and Creativity of Students” (A case Study on the Magnetic Field Subject Matter of
Grade XII, Acceleration Programe of State Senior Secondary School 1 of Surakarta
in the Academic Year of 2009/2010). Thesis: The Graduate Program in Science
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta.
Advisor I :
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ; NIP. 195201161980031001, Advisor II: Drs. Cari, MA,
M.Sc, Ph.D ; NIP. 196103061985031002
This research aims at finding out : (1) effect of the use of Problem Solving
and Problem Posing Method, (2) effect of the Mathematisc ability, (3) effect of the
Student Creativity, (4) interaction between the Problem Posing and Problem Posing
with The Mathematics ability, (5) interaction between the Problem Solving and
Problem Posing with the Student Creativity, (6) interaction of the Mathematics
ability and The Student Creativity, and (7) interaction among the Problem Solving
and Problem Posing learning method, the Mathematics ability and The Student
Creativity on the physics learning achievement.
Its population was all of the students in Grade XII consisting of 2 classes of
Acceleration Program of State Senior Secondary School 1 of Surakarta divided into
two experimental groups. The hypotheses of the research were tested by using a
three-way analysis of variance with unequal cells. The first factorial is Method of
Problem Solving and Problem Posing learning. The second factorial is the
Mathematics ability devided into high and lower level. The third factorial is the
Creativity devide into high and lower level.
Based on the results of the analysis, conclusions are drawn as follows. 1)
there is not any effect of the use of Problem Solving and Problem Posing learning
method on the magnetic Field of the cognitive learning achievement because p-value
metode = 0,592 > 0,050. 2) there is an effect of the mathemathics ability on the
cognitive learning achievement because p-value Mathematics ability = 0,000 <
0,050. 3) there is an effect of the Creativity on the cognitive learning achievement
because p-value Creativity = 0,007 < 0,050, 4) there is not any interaction between
the learning method and the Mathematics ability on the cognitive learning
achievement because p-value interaction of learning method and mathematics ability
= 0,924 > 0,050. 5) there is not any interaction between the learning method and the
Creativity on the cognitive learning achievement because p-value interaction of
learning method and Creativity = 0,747 > 0,050. 6) there is not any interaction of
effect of the Mathematics ability and Creativity on the cognitive learning
achievement because p-value interaction of Mathematics ability and Creativity =
0,038 < 0,050). 7) there is not any interaction of effect among the learning method,
the Mathematics ability and Creativity on the cognitive learning achievement
because p-value interaction of metode, Mathematics ability dan Creativity = 0,899 >
0,050.
Keyword: Problem Solving, Probem Posing, Mathemathics ability, Creativity, Magnetic field,
Student achievment
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Pada era globalisasi persaingan antar individu dengan individu lain, antar kelompok
dengan kelompok lain, bahkan antar negara dengan negara lain semakin ketat, untuk
itu perlu peningkatan kualitas dalam segala aspek pendidikan guna menjawab setiap
tantangan persaingan pada era globalisasi ini. Dengan pendidikan diharapkan
manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitasnya.
Kompetensi guru yang profesional sangat diharapkan kontribusinya pada
dunia pendidikan. Guru seharusnya mampu menyesuaikan kebutuhan peserta didik
akan keberadaan teknologi aplikatif yang terus berkembang lebih cepat daripada
perkembangan kurikulum dalam dunia pendidikan.
Setiap
guru,
pada Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
diperbolehkan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didiknya dan tuntutan masyarakat sekitarnya. Ini berarti bahwa sekolah yang
kondisi peserta didiknya mempunyai kemampuan akademis di atas rata-rata dapat
dikelola pembelajarannya dengan metode dan cara-cara tersendiri. Efektifitas dan
efisiensi penerapan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran benar-benar
akan teruji, untuk itu guru harus lebih selektif dalam menyusun strategi
pembelajarannya.
1
commit to user
Program Akselerasi SMAN 1 Surakarta. memiliki dua kelas parallel. Pada
tahun pelajaran 2009/2010 ini kedua kelas tersebut masing-masing berisi 23 dan 25
siswa. Pengertian Program Percepatan Belajar (Akselerasi) adalah salah satu
program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah
diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki
kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat
menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. Pada
program ini, pelajaran Matematika dan Sains (Fisika, Kimia, dan Biologi) diberikan
dengan jumlah jam pelajaran yang lebih banyak dari mata pelajaran lain agar
kesempatan memahami
konsep lebih banyak dibanding program
reguler.
Kesempatan untuk melakukan eksperimen dan kajian teori juga diberikan pada
program ini namun sangat terbatas waktunya. Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
telah ditetapkan tersebut di atas maka guru-guru MIPA khususnya dituntut
mempunyai penguasaan konsep bahan ajar dan strategi mengajar yang tepat karena
waktu pembelajarannya terbatas dua tahun.
Semua siswa pada program akselerasi telah dinyatakan lolos serangkaian tes
akademik, tes potensi akademik (TPA), wawancara, dan persyaratan administrasi
yang meliputi nilai raport dari kelas III SD sampai kelas IX SMP pada mata
pelajaran Matematika dan IPA serta daftar nilai Ujian Nasional. Namun demikian,
program akselerasi di SMAN 1 Surakarta relatif baru sehingga kekurangan dalam
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar, dan strategi dalam
mengatur waktu pembelajaran agar efektif dan efisien masih terjadi.
commit to user
Prestasi akademik siswa dalam pembelajaran fisika belum semua siswa
mencapai batas ketuntasan minimal yang diharapkan. Semua guru dan pengelola
telah mengetahui bahwa kondisi awal peserta didik yang sangat potensial untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik, namun potensi yang ada pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa tersebut belum dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Nilai hasil
ulangan harian dan semesteran yang materi ajarnya relatif sedikit ternyata
pencapaian prestasi belajar fisikanya juga masih ada yang di bawah batas ketuntasan
minimal. Kenyataan ini menjadi beban bagi guru pengampu dan pengelola program
untuk segera dicarikan solusinya agar kualitas pembelajaran program akselerasi
dapat mencapai ketuntasan seperti yang diharapkan semua pihak.
Kekurangan dan kelebihan setiap peserta didik banyak diketahui melalui data
awal siswa yang pada umumnya memenuhi persyaratan mengikuti program
akselerasi, maka tanggung jawab moral guru pengampu program akselerasi menjadi
lebih berat daripada program regular. Kemampuan akademik dan potensi akademik
peserta didik yang telah diketahui kondisi awalnya di atas rata-rata tentu
menyebabkan semua masyarakat berharap bahwa pembelajarannya dapat optimal
dan mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi. Bagaimana seandainya harapan
itu tidak tercapai? Benar-benar hal ini menjadikan motivasi guru pengampu program
akselerasi untuk mewujudkan harapan masyarakat tersebut.
Evaluasi tentang kelebihan dan kekurangan terhadap program akselerasi di
Indonesia masih menjadi perdebatan. Perdebatan ini terjadi karena perbedaan sudut
pandang masing-masing individu terhadap perkembangan mental peserta didik.
Sebagian masyarakat memandang keberhasilan atau kegagalan pembelajaran
commit to user
akselerasi di Negara lain tentu tidak dapat dijadikan pegangan sepenuhnya,
mengingat kondisi demografis dan sosio-kultural yang berbeda. Namun demikian,
Departemen Pendidikan Nasional telah mengakomodasi kebutuhan adanya
pendidikan yang berkualitas bagi semua pihak, termasuk bagi para siswa unggul, ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
artinya guru diharapkan peduli dan bertanggung jawab pada kesuksesan program
akselerasi yang kini telah berjalan dan terus dikembangkan dengan harapan dapat
menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa yang berintegritas tinggi.
Metode mengajar Fisika banyak ragamnya mulai dari yang bersifat
konvensional sampai yang modern seperti ceramah, eksperimen, demonstrasi,
diskusi, pemecahan masalah, pemberian tugas, dan sebagainya. Setiap metode
mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Tidak ada satu metode
pun yang dianggap paling baik, dan cocok untuk semua jenis materi pembelajaran.
Hal ini tantangan bagi guru agar menguasai beberapa metode mengajar, dan sesuai
dengan materi ajar yang terjadi pada proses pembelajaran.
Metode
problem
solving
dan
problem
posing
merupakan
metode
pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Hal ini menjadi metode yang sesuai
dengan konsep medan magnet yang memang menyebabkan banyak kesulitan pada
siswa program akselerasi. Waktu belajar yang sangat terbatas menyebabkan siswa
tidak banyak menggali informasi tentang konsep ini. Betapa banyak peristiwa di
alam yang berhubungan dengan konsep kemagnetan dan kelistrikan. Hal ini akan
menjadi masalah jika siswa dalam perjalanan hidupnya tidak memahami tentang
konsep kelistrikan yang sangat esensial bagi semua orang.
commit to user
Materi Medan magnet merupakan pelajaran yang bersifat abstrak dan banyak
menjelaskan konsep-konsep kelistrikan yang sangat berguna dalam kehidupan nyata.
Akan tetapi siswa merasa kesulitan untuk memahaminya karena menggunakan
persamaan matematis yang cukup sulit. Oleh karena itu kemampuan matematis siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat diharapkan telah siap sebelum mempelajari medan magnet. Pembekalan
konsep matematis dapat dilakukan dengan mengatur silabus matematika dan fisika
dengan kesepakatan bersama antara guru matematika dan fisika. Akan tetapi hal ini
agak sulit dilakukan di SMAN 1 Surakarta karena terdapat kecenderungan mengikuti
silabus yang telah ada.
Pembelajaran Matematika dan Sains pada dasarnya bertujuan membangun
sekumpulan konsep mendasar pada peserta didik sebagai bekal untuk menjawab
pertanyaan ilmiah. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat menghubungkan setiap
konsep dasar yang telah ditanamkan pada peserta didik dengan dunia nyata secara
logis dan obyektif sehingga pada siswa terbentuk sikap ilmiah. Selain itu, diharapkan
guru memberi kesempatan dan apresiatif kepada peserta didik yang mampu
menyatakan pendapatnya sendiri tentang fenomena alam yang menarik perhatiannya
baik secara kalimat maupun matematis meskipun belum sepenuhnya benar.
Berdasar latar belakang yang telah terpaparkan di atas, maka peneliti
mencoba menerapkan pembelajaran dengan metode problem solving dan problem
posing sewaktu penyajian masalah dengan memperhatikan tingkat kreatifitas dan
kemampuan matematis setiap peserta didik sewaktu proes penyelesaian masalah.
Untuk mengetahui efek metode pembelajaran dalam kaitannya dengan prestasi
peserta didik, maka penelitian ini diberi judul: “Pembelajaran Fisika Menggunakan
commit to user
Metode Problem Solving Dan Problem Posing Ditinjau Dari
Kemampuan
Matematis Dan Kreatifitas Peserta Didik” (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Surakarta
Kelas XII Akselerasi Pada Pokok Bahasan Medan Magnet Tahun Pelajaran
2009/2010).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran Fisika pada program akselerasi SMAN 1 Surakarta, banyak
menggunakan metode pembelajaran yang belum efektif dan efisien sehingga
masih terdapat nilai Fisika di bawah batas ketuntasan minimal
2. Proses pembelajaran baru mengutamakan ranah kognitif saja
3. Materi yang tersampaikan kepada peserta didik terbatas pada konsep-konsep
esensial tanpa pengayaan
4. Kemampuan afektif dan psikomotor peserta didik tidak mendapat prioritas
penilaian prestasi akademik
5. Tuntutan masyarakat akan keberhasilan program akselerasi sangat tinggi
mengingat setiap peserta didik mempunyai kemampuan akademik rata-rata ke
atas
6. Peserta didik belum terkondisi menganalisa permasalahan Fisika dengan
mengkaitkan konsep-konsep sains yang telah dimiliki
commit to user
7. Peserta didik belum terbiasa mengkomunikasikan permasalahan sains dengan
bahasa matematis
8. Peserta didik semestinya mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, namun karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterbatasan waktu maka hanya ditekankan pada aspek kognitif siswa.
9. Kesempatan peserta didik untuk memanfaatkankan faktor-faktor internal seperti:
kreativitas, kemampuan matematis, IQ, ESQ, dan menumbuhkan motivasi dalam
memahami fenomena sains secara optimal sangat terbatas waktunya
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih
terfokus dan terarah, maka dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Objek Penelitian
Yang dimaksud objek penelitian adalah siswa kelas XII program akselerasi SMA
Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode problem
solving dan problem posing.
3. Kreativitas
commit to user
Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki peserta
didik dan tidak banyak yang dapat dilakukan melalui pendidikan untuk
mempengaruhinya.
4. Kemampuan Matematis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian kemampuan matematis yaitu pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk dapat melakukan manipulasi matematika meliputi
pemahaman konsep dan pengetahuan prosedural.
5. Materi pokok
Materi pokok yang dipilih dalam penelitian adalah Medan Magnet.
6. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu
proses belajar dalam jangka waktu tertentu.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh metode problem solving dan problem posing terhadap prestasi
belajar Fisika?
commit to user
2. Adakah pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah terhadap
prestasi belajar Fisika?
3. Adakah pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi
belajar Fisika?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Adakah interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing
dengan kemampuan matematis terhadap prestasi belajar Fisika?
5. Adakah interaksi antara metode problem solving dan problem posing dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika?
6. Adakah interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar Fisika?
7. Adakah interaksi antara metode problem solving dan problem posing,
kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian secara umum adalah mengetahui
perbedaan prestasi belajar Fisika peserta didik dalam pembelajaran menggunakan
metode problem solving dan problem posing. Sedangkan secara khusus bertujuan
untuk mengetahui :
1. pengaruh penggunaan metode problem solving dan problem posing terhadap
prestasi belajar Fisika
commit to user
2. pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah terhadap prestasi
belajar Fisika
3. pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar Fisika
4. interaksi antara metode problem solving dan metode problem digilib.uns.ac.id
posing dengan
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan matematis terhadap prestasi belajar Fisika
5. interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika
6. interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar Fisika
7. interaksi antara metode problem solving dan problem posing, kemampuan
matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah memberikan sumbangan
secara teori yang signifikan bahwa pengaruh metode problem solving dan problem
posing, kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika
siswa akselerasi SMAN 1 Surakarta khususnya dan bagi masyarakat, guru,
mahasiswa, dan para peneliti yang peduli pada dunia pendidikan pada umumnya.
commit to user
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah menyediakan alternatif metode
pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga lebih bervariatif dalam pembelajaran
Fisika pada program akselerasi SMAN 1 Surakarta pada materi Medan Magnet.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu metode pembelajaran ini dapat digunakan pada konsep-konsep fisika yang
memerlukan pemahaman konsep yang abstrak dan banyak menggunakan persamaan
matematis yang cukup komplek.
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar
a. Pengertian Belajar
Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk
dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan persepsi
pendidik terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan belajar mungkin
akan mengakibatkan hasil belajar yang dicapai peserta didik kurang optimal. Untuk
menghindari persepsi yang salah tentang belajar, telah banyak para ahli memberikan
penjelasan tentang definisi belajar.
Gagne (1984) menyatakan bahwa,“belajar didefinisikan sebagai suatu proses
di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagi akibat pengalaman.“ Adapun
menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa,“belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.“. W.S Winkel (1996) juga menyatakan bahwa, “belajar merupakan
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya yang menghasilkan sejumlah perubahan pengetahuan, pemahaman
yang bersifat lama dan membekas.“
commit to user
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan
dua rumusan. Rumusan pertama ... Acquisition of any relatively permanent change in
behavior as a result of practice and ecperience. Belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keduanya: Process of acquiring and responses as a result of special practice, belajar
adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat latihan khusus. (Drs.
Muhibbin Syah, M.Ed., 1995).
Hitzman berpendapat bahwa,“Learning is a change in organism due to
experience which can affect the organism’s behavior.“ Artinya, belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Menurut
Hintzman tersebut ditekankan bahwa perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman
baru dikatakan belajar jika perubahan tersebut mempengarui organisme.
Pada dasarnya pendapat tentang pengertian belajar yang ada adalah saling
melengkapi. Munculnya bermacam-macam pendapat para ahli mengenai definisi
belajar tersebut merupakan fenomena yang wajar. Perbedaan terjadi karena sudut
pandang dan pengalaman yang dimiliki berbeda. Berdasarkan definisi-definisi belajar
yang telah diuraikan, belajar dapat diartikan suatu proses yang menghasilkan suatu
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan suatu hasil yang
merupakan dasar perkembangan hidup manusia, melainkan belajar merupakan suatu
proses yang berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
commit to user
bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Kesan-kesan yang disimpan akan
menjadi kumpulan konsep pengetahuan yang selanjutnya dapat digunakan untuk
memahami fenomena alam yang terjadi.
b. Teori-teori belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak ahli yang meneliti dan mengemukkakan tentang teori belajar, namun
penulis hanya mengambil beberapa terori belajar yang penulis pakai sebagai
landasan teori dalam penelitian ini. Adapun teori-teori belajar yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Teori Belajar Robert Gagne
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 berpendapat bahwa ada lima
kategori hasil belajar yang disebut “The Domains of Learning“. Tiga bersifat
kognitif, satu bersifat psikomotorik, dan satu lagi bersifat afektif. Lima kategori hasil
belajar tersebut meliputi: a) keterampilan intelektual yaitu keterampilan untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu
representasi. Keterampilan-keterampilan ini memungkinkan seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.
Gagne berpendapat bahwa belajar mempengaruhi perkembangan intelektual
seseorang menurut tingkat-tingkat kompleksitas dalam perkembangan intelektual.
Untuk memecahkan masalah diperlukan aturan-aturan yang kompleks. Demikian
pula diperlukan aturan-aturan dan konsep-konsep terdefinisi. Untuk memperoleh
aturan-aturan tersebut, peserta didik harus sudah belajar beberapa konsep konkrit,
dan untuk memperoleh konsep-konsep konkrit, peserta didik harus sudah menguasai
deskriminasi-deskriminasi. b) strategi kognitif yaitu suatu proses kontrol atau proses
commit to user
internal yang digunakan peserta didik (orang belajar) untuk memilih dan mengubah
cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Keterampilan ini
berbeda dengan keterampilan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan
memerlukan perbaikan secara terus-menerus, sehingga tidak dapat dipelajari hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan berbuat sekali. c) informasi verbal atau pengetahuan verbal yaitu
kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa yang memadai
sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan ini diperoleh
sebagai hasil belajar di sekolah, dari kata-kata yang diucapkan seseorang, radio,
telivisi dan media lainnya. d) sikap-sikap yaitu kemampuan internal yang sangat
berperan dalam mengambil tindakan. Orang yang memiliki sifat tegas akan mampu
mengambil keputusan secara tegas. Selain itu sikap juga dapat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk
lainnya. Dalam pelajaran sains, sikap sosial dapat ditanamkan selama peserta didik
melakukan kegiatan kelompok diskusi maupun percobaan di laboratorium. e)
keterampilan Motorik yaitu merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang digabung
dengan keterampilan intelektual. Keterampilan ini memerlukan koordinasi dari
berbagai gerakan badan, misalnya kemampuan menggunakan alat-alat dalam
melakukan eksperimen maupun percobaan. Misalnya mampu menggunakan alat
ukur, mikroskop, alat-alat listrik, dan lain sebagainya. Orang yang memiliki
keterampilan motorik mampu melakukan suatu rangkaian kegiatan secara teratur,
lancar, dan supel.
Uraian teori belajar Gagne di atas bahwa hasil belajar meliputi lima kategori,
tiga bersifat kognitif, satu bersifat psikomotorik, dan satu lagi bersifat afektif. Hasil
commit to user
pembelajaran Fisika yang menuntut keikutsertaan peserta didik dalam menemukan
konsep, sesuai dengan teori belajar Gagne yaitu keterampilan intelektual (aspek
kognitif), keterampilan motorik (aspek psikomotorik) dan sikap (aspek afektif).
Hasil pembelajaran pada aspek psikomotorik dapat dilakukan dengan peserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didik melaksanakan serangkaian kegiatan. Mislanya peserta didik melakukan
percobaan Fisika pada pokok bahasan lensa melalui eksperimen maupun, peserta
didik aktif melukis jalannya sinar-sinar bias serta melukis bayangan yang terjadi.
Jadi teori belajar Gagne merupakan landasan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran dengan metode eksperimen.
2) Teori Belajar Ausebel
Dalam Ratna Wilis Dahar (1989:110), menurut Ausebel bahwa belajar
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu, dimensi pertama berhubungan dengan
cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau
penemuan. Belajar pada tingkat pertama informasi dapat dikomunikasikan pada
siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang diinformasikan dalam bentuk final,
maupun dalam bentuk belajar penemuan yang melibatkan siswa untuk menemukan
sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Sedangkan dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif
ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat oleh siswa.
commit to user
3) Teori Belajar Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yaitu: a) proses assimilation, dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan
informasi yang baru itu dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlu; b) proses accommodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau
mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu
dapat disesuaikan dengan lebih baik; c) proses equilibrasi yaitu proses penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (penyeimbang).
Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi empat
tahap, yaitu : a) tahap Sensorimotor (0-2 Tahun), yaitu anak mengenal lingkungan
dengan kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan dan mengerak-gerakkannya; b) tahap Pra - Operasional (2-7 Tahun), yaitu
anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realistis, ia telah mampu
menggunakan symbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar
dan menggolong–golongkannya; c) tahap Operasional Konkrit (7-11 tahun), yaitu
anak mulai berpikir secara rasional, mulai dapat mengembangkan pikiran logis. Pada
tahap ini anak dapat mengikuti penalaran logis walau kadang kadang memecahkan
masalah secara trial and error; dan d) tahap Operasi formal (11 tahun ke atas), yaitu
anak sudah mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada tahap ini anak tidak
perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkrit.
commit to user
4). Teori belajar Bruner
Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1988:103) menyatakan ”belajar
penemuan sesuai pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik”. Pemecahan masalah serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengetahuan yang menyertai siswa akan menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna jika siswa aktif melakukan proses pembelajaran. Mengajar sesuatu
dapat dilakukan kapan saja tidak perlu menunggu sampai anak mencapai suatu tahap
perkembangan tertentu. Bahan ajar yang diberikan dapat diatur dengan urutan yang
logis dan terstruktur tingkat kesulitannya, maka individu dapat belajar meskipun
umurnya belum memenuhi. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
melalui pengaturan bahan yang akan dipelajari dan cara menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangan seorang siswa.
Belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip untuk
memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen untuk menemukam konsep,
sangat dianjurkan oleh Bruner. Beberapa kebaikan yang diperoleh dari belajar
penemuan antara lain: pertama pengetahuan bertahan lama dan lebih mudah diingat
bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain, kedua
belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir
secara bebas atau belajar penemuan melatih ketrampilan kognitif siswa untuk
memecahkan masalah secara sendiri.
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama ialah, bahwa perolehan pengetahuan merupakan hasil dari proses interaktif.
Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara
commit to user
aktif dapat mempengaruhi perubahan dalam diri orang itu sendiri dan lingkungannya.
Asumsi kedua ialah bahwa seseorang dapat membangun konsep pengetahuannya
karena ia mampu menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang
telah dimiliki sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran fisika pada pembahasan medan magnet dengan metode problem
solving dan problem posing diharapkan siswa ikut aktif dalam proses pemecahan
masalah baik yang berasal dari lingkungan atau dalam diri siswa dengan
menggunakan kemampuan matematis dan kreativitas yang dimiliki sehingga dapat
meningkatkan penguasaan konsep yang sedang dipelajari. Dengan kata lain prestasi
belajar siswa diharapkan dapat meningkat.
2. Metode Problem Solving
Perlu kita sadari bahwa di dalam hidup selalu dihiasi berbagai masalah baik
masalah yang datang dari diri kita maupun dari luar kita, sesuai pengertian tetang
hidup bahwa hidup adalah masalah. Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu
proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang
diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Salah satu bagian dari proses
pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang
didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari
pemecahan masalah yang dilakukan.
Sedangkan definisi masalah itu sendiri adalah suatu keadaan yang tidak
sesuai dengan harapan yang kita inginkan, Kemampuan untuk melakukan
pemecahan masalah adalah ketrampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang
commit to user
dalam setiap aspek kehidupannya. Jarang sekali seseorang tidak menghadapi
masalah dalam kehidupannya sehari-hari.
a. Pemahaman Masalah Secara Analitis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode ini merupakan salah satu pendekan pemecahan masalah yang sering
di lakunan serta bisa meningkatkan kualitas individu, karena bagaimana pun metode
ini akan menuntun seseorang untuk bisa lebih kretif dalam menganalisa dari sebuah
permasalahan, Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada kepiawaian individu
atau pemimpin yang terlibat pada masaah tersebut.
Langkah Langkah Pemecahan masalah secara Analitis :
1) Menganalisa Masalah, Pada bagian ini kita di tuntut untuk bisa menganalisa atau
melakukan diagnosa terhadap sebuah kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita
bisa fokus pada masalah yang sebenarnya, karena sering sekali kita dalam
melakukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari
masalah tersebut. Agar kita dapat memfokuskan perhatian kita pada masalah
sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses
mendefiniskan suatu masalah, diperlukan upaya untuk mencari informasi yang
diperlukan sebanyak-banyaknya, agar masalah dapat didefinisikan dengan tepat.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik:
a). Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari
persepsi b). Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
c). Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas. Hal ini seringkali dapat
menghindarkan kita dari pembuatan definisi yang tidak jelas. d). Definisi yang
commit to user
dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar
atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi. e).
Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait
atau berkepentingan dengan terjadinya masalah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Membuat Alternatif Pemecahan Masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat
memilih hanya satu solusi, sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan,
dengan memilih
suatu solusi masalah yang di tawarkan akan menjadikan
kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efisien. Karakteristik pembuatan
Alternatif masalah: a). Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan
dikemukakan terlebih dahulu sebelum kemudian dilakukannya evaluasi terhadap
mereka. b). Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang
terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyaknya orang yang
mengusulkan alternatif, dapat meningkatkan kualitas solusi dan penerimaaan
kelompok. c). Alternatif-alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan
atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat baik terhadap
proses organisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah. d).
Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang
muncul dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. e). Alternatif–alternatif
yang ada saling melengkapi satu dengan lainnya. Gagasan yang kurang menarik,
bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan gagasangagasan
lainnya.
f).
Alternatif-alternatif
yang
diusulkan
harus
dapat
menyelesaikan masalah yang telah didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya
commit to user
yang muncul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila, tidak secara
langsung mempengaruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.
3) Mengevaluasi Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah, Pada langkah ini kita di
tuntut untuk berhati-hati memberikan penilaian kentungan dan kerugian terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
alternatif-alternatif yang sudah di buat. Supaya tidak terjebak pada kesalahan
dalam penentuan soluasi pemecahan masalah maka pada tahap pengevaluasian
ini harus berdasarkan pada: a) tingkat kemungkinannya untuk dapat
menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak
diperkirakan sebelumnya. b) tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat
di dalamnya. c) tingkat kemungkinan penerapannya
Berikut adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang baik: 1). Alternatif-alternatif yang ada dinilai secara relatif
berdasarkan suatu standar
yang optimal, dan bukan sekedar standar yang
memuaskan. 2). Penilaian terhadap alternative-alternatif yang ada dilakukan secara
sistematis, sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan. 3).
Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan
organisasi dan mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yang terlibat
didalamnya. 4). Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang
mungkin ditimbulkannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung. 5).
Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara eksplisit/tegas.
commit to user
b. Penerapan Solusi dan RTL (rencana tindak lanjut )
Pada tahap penerapan solusi yang telah dipilih, seorang penentu kebijakan
harus peka pada keadaan yang mungkin timbul pada solusi yang di jalankan, karena
bagimanapun setiap solusi yang ditawarkan selalu ada kemungkinan reaksi negatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari solusi tersebut. Berikut adalah karakteristik dari penerapan dan langkah tindak
lanjut yang efektif: 1). Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam
urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan
tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah
dilakukan. 2). Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi “sedikitdemi sedikit” dengan tujuan untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan
meningkatkan dukungan. 3). Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian
umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, harus dikomunikasikan, sehingga
terjadi proses pertukaran informasi. 4). Keterlibatan dari orang-orang yang akan
terkena dampak dari penerapan solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun
dukungan dan komitmen. 5). Adanya sistim monitoring yang dapat memantau
penerapan solusi secara berkesinambungan. Dampak jangka pendek, maupun jangka
panjang diukur. 6). Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas
terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang
diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap
berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak terselesaikan
dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.
commit to user
3.
Metode Problem Posing
Suryanto
(Sutiarso:
2000)
mengemukakan
bahwa,”problem
posing
merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah
“merumuskan masalah (soal)” atau “membuat masalah (soal)”. Sedangkan menurut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Silver (Sutiarso: 2000) bahwa dalam pustaka pendidikan Matematika, “problem
posing mempunyai tiga pengertian, yaitu: pertama, problem posing adalah
perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal
yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving)”; Kedua,
problem adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada pada soal
yang telah dipecahkan dala rangka mencari alternatif pemecahan lain (sama dengan
mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan); Ketiga, problem
posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.
Sedangkan
“The
Curriculum
and
Evaluation
Standard
for
School
Mathematics merumuskan secara eksplisit bahwa siswa-siswa harus mempunyai
pengalaman mengenal dan memformulasikan soal-soal (masalah) mereka sendiri.
Lebih jauh The Professional Standards for Teaching Mathematics menyarankan hal
yang penting bagi guru-guru untuk menyusun soal-soal mereka sendiri. Siswa perlu
diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan
menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalahmasalah yang diketahui tersebut (Silver & Cai, 1996).
commit to user
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan
pengertian problem posing adalah perumusan atau pembuatan masalah/soal sendiri
oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika
Sesuai dengan kedudukan problem posing merupakan langkah awal dari
problem
solving,
maka
pembelajaran
problem
posing
juga
merupakan
pengembangan dari pembelajaran problem solving. Silver dkk (Sutiarso: 2000)
menyatakan bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam
memahami
soal,
merencanakan
langkah-langkah
penyelesaian
soal,
dan
menyelesaikan soal tersebut. Ketiga kemampuan tersebut juga merupakan sebagian
dari langkah-langkah pembelajaran problem solving.
Mengenai keterkaitan antara problem solving dengan problem posing, Brown
& Walter (1993: 21) mengemukakn bahwa problem solving dan problem posing
berhubungan antara satu dengan yang lainnya seperti orang tua terhadap anak, anak
terhadap orang tua dan sebaik saudara kandung. Penelitian Silver dan Cai (1996:
521) menemukan hubungan positif yang kuat
antara problem solving dan
ketrampilan problem posing anak sekolah menengah. Sedangkan penelitian
Hashimoto (Silver dan Cai, 1996: 522) menunjukkan bahwa pembelajaran problem
solving menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam problem
solving.
commit to user
Mengenai peranan problem posing dalam pembelajaran Fisika, Sutiarso
(2000) menjelaskan bahwa problem posing adalah adalah suatu bentuk pendekatan
dalam pembelajaran Matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir Matematis atau menggunakan pola pikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matematis. Hal ini sejalan dengan English (1998) yang menjelaskan bahwa problem
posing adalah penting dalam kurikulum Matematika karena di dalamnya terdapat inti
dari aktivitas Matematika, termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalahnya
sendiri. Silver (1994) dan Simon (1993) mengemukakan bahwa beberapa aktivitas
problem posing mempunyai tambahan manfaat pada perkembangan pengetahuan dan
pemahaman anak terhadap konsep penting Matematika (English: 1998).
Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta
didik. Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam
merumuskan soal/masalah.
Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam
kegiatan perumusan masalah/soal dalam pembelajaran Matematika, Walter dan
Brown (1993: 302) menyatakan bahwa soal dapat dibangun melalui beberapa bentuk,
antara lain gambar, benda manipulatif, permainan, teorema/konsep, alat peraga, soal,
dan solusi dari soal. Sedangkan English (1998) membedakan dua macam situasi atau
konteks, yaitu konteks formal bisa dalam bentuk simbol (kalimat Matematika) atau
dalam kalimat verbal, dan konteks informal berupa permainan dalam gambar atau
kalimat tanpa tujuan khusus.
b. Beberapa Petunjuk Pembelajaran dengan Problem Posing
1) Petunjuk Pembelajaran yang Berkaitan dengan Guru meliputi: a). Guru
hendaknya membiasakan merumuskan soal baru atau memperluas soal dari soal-
commit to user
soal yang ada di buku pegangan. b). Guru hendaknya menyediakan beberapa
situasi yang berupa informasi tertulis, benda manipulatif, gambar, atau lainnya,
kemudian guru melatih siswa merumuskan soal dengan situasi yang ada. c).
Guru dapat menggunakan soal terbuka dalam tes. d). Guru memberikan contoh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran, baik isi maupun bahasanya. e).
Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang
berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai isi buku teks, yang
dilaksanakan dengan cara menggilir siswa berperan sebagai guru. (Sutiarso,
2000).
2) Petunjuk Pembelajaran yang Berkaitan dengan Siswa meliputi: a). Siswa
dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadap
situasi yang diberikan. b). Siswa dibiasakan mengubah soal-soal yang ada
menjadi soal yang baru sebelum mereka menyelesaikannya. c). Siswa dibiasakan
untuk membuat soal-soal serupa setelah menyelesaikan soal tersebut. d). Siswa
harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal-soal yang dirumuskan oleh
temannya sendiri. e). Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin.
(Sutiarso, 2000).
Dalam pembelajaran pengajuan soal merupakan teknik dari metode
pemberian tugas. (Silver et.al 1996: 294) menjelaskan arti pengajuan soal adalah
perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah
dipecahkan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal
yang relevan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Suryanto (1998:8) yang
menjelaskan arti pengajuan soal atau pembentukan soal adalah perumusan soal
commit to user
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar
lebih sederhana sehingga lebih mudah dapat diselesaikan siswa.
Ducker dan Silver (1996: 294) menyarankan penggunaan pengajuan soal
untuk merumuskan kembali soal yang muncul dalam proses pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang rumit ketika seseorang pemecah soal mengatakan atau menyusun kembali soal
yang diberikan dalam beberapa cara untuk membuatnya lebih mudah dipahami dan
dipecahkan.
Silver dalam Silver dan Cai (1996: 292 ) memberikan istilah pengajuan soal
diaplikasikan pada tiga bentuk aktifitas kognitif yaitu: 1). Pengajuan pre-solusi
(presolution posing) ,yaitu perumusan soal dari situasi yang diadakan. 2). Pengajuan
di dalam soal (within solution posing ), yaitu perumusan ulang seperti yang telah
diselesaikan. 3). Pengajuan setelah solusi (post solution posing ),yaitu melakukan
modifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal
yang baru.
Aplikasi pengajuan soal ada tiga bentuk aktifitas kognitif dapat dilakukan
dengan tiga cara. Menon (1996: 530-532), menyarankan pemberian tugas pengajuan
soal dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1) Guru memberikan kepada siswa soal cerita yang tidak lengkap (soal cerita tanpa
pertanyaan), tetapi seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal
diberikan. Tugas siswa adalah melengkapi soal dengan membuat pertanyaan
berdasarkan informasi yang diberikan tersebut. Cara ini merupakan aplikasi
pengajuan soal pada bentuk aktivitas kogntif pengajuan pre-solusi menurut
Silver
commit to user
2) Guru memilih dan menyeleksi sebuah topik. Kemudian meminta siswa untuk
membagi kelompok. Setiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita dengan
penyelesaiannya. Soal beserta penyelesaiannya didiskusikan dalam suatu diskusi
kelas. Kegiatan diskusi akan memberikan nilai komunikasi dan pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar. Cara ini merupakan aplikasi pengajuan soal pada bentuk aktifitas
kognitif pengajuan di dalam soal menurut Silver
3) Guru memberikan kepada siswa sebuah soal cerita yang lengkap dan siswa
diminta membuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan soal tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat, dipilih untuk diselesaikan. Cara ini
merupakan aplikasi pengajuan soal pada bentuk aktifitas kognitif pengajuan
setelah solusi menurut Silver.
Secara garis besar aplikasi pengajuan soal dalam proses pembelajaran dengan
metode pemberian tugas pengajuan tugas (problem posing) dapat dilakukan dengan
menempuh langkah berikut: 1). Tahap Pendahuluan, yaitu mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi yang relevan. 2).
Tahap Pengembangan, yaitu menjelaskan materi pembelajaran dan memberikan
contoh cara mengajukan soal. 3). Tahap Penerapan yaitu siswa mengajukan soal,
menyelesaikannya, dan menskor penyelesaian yang telah dibuat. Pengajuan soal
diaplikasikan dalam bentuk aktifitas kognitif yang dipilih. Pemberian tugas
pengajuan soal juga dipilih dengan menggunakan cara yang sudah dijelaskan di atas.
4). Tahap Penutup yaitu siswa membuat rangkuman materi yang sudah dipelajari.
Langkah-langkah tersebut secara rinci akan dituangkan dalam satuan acara kegiatan
belajar mengajar.
commit to user
Pengajuan soal merupakan metode dari pemberian tugas. Pada pembelajaran
dengan pemberian tugas
pengajuan soal, mahasiswa diberi tugas berbentuk
pengajuan yang harus diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan serta
mempertanggungjawabkan tugas yang telah diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Respon yang diberikan siswa terhadap tugas untuk mengajukan soal
bervariasi. Menurut Silver dan Cai ( 1996:295), soal yang dibuat oleh siswa dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: a) pertanyaan yang dapat diselesaikan, b)
pertanyaan yang tidak bisa diselesaikan, dan c) bukan pertanyaan tapi penyataan.
Pada dasarnya pembelajaran dengan pemberian tugas pengajuan soal
merupakan penelitian dari pembelajaran dengan dengan pemecahan masalah.
Penelitian ini dapat dilihat pada tahap-tahap kegiatan pembelajaran antara pemberian
tugas pengajuan soal dengan pemecahan masalah. Pemecahan masalah memerlukan
kemampuan dalam memahami soal, merencanakan langkah penyelesaian soal, dan
menyelesaikan soal tersebut . Penambahan satu langkah lagi berupa merumuskan
/mengajukan soal pada ketiga langkah pemecahan masalah tersebut merupakan
langkah pembelajaran pemberian tugas pengajuan soal. English (1997: 173)
mengemukakan manfaat pemberian tugas pengajuan soal adalah: memberikan
penguatan terhadap konsep yang diterima dan memperkaya konsep-konsep dasar,
serta mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri.
4.
Kemampuan Matematis
a. Aksiologi Matematika
commit to user
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gagasan dengan bahasa melalui model Matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan Matematika, diagram, grafik atau tabel.
b. Bagaimana Berpikir Logis Dan Sistematis
1) Mengenal kecerdasan logis
Tidak hanya bunyi dari angka-angka Matematika seperti himpunan, lebih
besar, lebih kecil sama dan sebangun, jika dan hanya jika yang menyenangkan, tetapi
symbol-simbol abstrak banyak menimbulkan misteri untuk dipecahkan. Potonganpotongan jagung dalam mangkuk harus dihitung dan ditulis dalam angka, dan
mainan dalam kotak mainan harus diketahui secara kuatitatif. Pada waktu siswa
berusia 10 tahun, pertanyaan waktu, urutan dan konsep perkalian menguasai atau
mempengaruhi daya tariknya. Baginya, setengah jam berarti berapa lama waktu yang
digunakan untuk melihat program televisi atau digunakan untuk pergi ke toko
makanan.
Dengan diliputi pemikiran menjumlah, mengalikan, menaksir tentang
rentangan waktu yang banyak digunakan dalam aktifitas keseharianya, siswa
beranggapan bahwa jika semua kegiatan dapat diikuti dengan baik, maka perlu
commit to user
perhitungan dalam mengatur waktu, paling tidak membagi waktu seefisien mungkin.
Indah bagian dari pemikiran logis Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mengenal kecerdasan logis matematika.
digilib.uns.ac.id
Piaget menggambarkan kemajuan dari intelegensi secara logis yang dimulai
dengan interaksi seorang anak kecil dengan objek dilingkungannya, penemuan
angka, peralihan dari objek yang kongkrit ke simbol yang abstrak, pertimbangan dari
pernyataan secara hipotesis dalam suatu hubungan dan implikasinnya. Gardner
meragukan bahwa ide-ide perkembangan kognitif Piaget dapat diterapkan sama
baiknya dengan bidang lain dari kemampuan manusia.
Jelas dalam cerita siswa itu, intelegensi logis Matematis melibatkan banyak
komponen, perhitungan secara Matematis, berpikir logis, pemecahan masalah,
pertimbangan deduktif dan induktif, dan ketajaman pola dan hubungan. Pada intinya
kemampuan Matematis merupakan kemampuan mengenal dan memecahkan
masalah. Sementara intelegensi logis Matematis ini menjadi hal yang paling penting
bagi masyarakat barat dan sering dihargai sebagai penuntun dan pelajaran bagi
sejarah manusia. Gardner menegaskan bahwa intelegensi logis Matematis bukanlah
intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan intelegensi yang lain, dan bukan pula
diterima secara universal dengan penghargaan yang paling tinggi. Tetapi terdapat
masalah lain yang dipecahkan oleh jenis intelegensi yang lain.
3) Sifat – sifat intelegensi logis Matematis
commit to user
Gardener dalam Uno, menjelaskan bahwa kecerdasan mencakup 3 bidang
yang saling berhubungan yaitu: 1) Matematika, 2) Sains, dan 3) Logika.
Dalam mengembangkan kecerdasan logis Matematis, beberapa hal yang perlu
diperhatikan: a). Seseorang harus mengetahui apa yang menjadi tujuan
dan fungsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keberadaan dan lingkungannya. b). Mengenal konsep yang bersifat kuantitas, waktu
dan hubungan sebab akibatnya. c). Menggunakan simbol abstrak untuk menunjukan
secara nyata baik obyek maupun kongkrit. d). Menunjukan keterampilan pemecahan
masalah yang logis. e). Memahami pola – pola dan hubungan – hubungan. f).
Menggunakan bermacam – macam keterampilan Matematis. g). Menyukai operasi
yang kompleks. h). Mengajukan dan menguji hipotesis. i). Berpikir secara
Matematis. j). Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah Matematis. k).
Mengungkapkan ketrkaitan dalam karir – karir. l). Menciptakan model baru atau
memahami wawasanbaru dalam sains atau Matematis.
4) Pembelajaran Logis Matematis
Pembelajaran logis Matematis disekolah dapat dikembangkan dengan baik,
jika guru memiliki komitmen untuk menerapkan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan kecerdasan logis Matematis tersebut. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan membangun diskusi dengan siswa tentang berbagai
kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar Fisika. Diskusi tersebut bukan saja dapat
memberikan masukan kepada guru tetapi strategi apa yang paling cocok diterapkan
dalam pembelajaran, dan juga seorang guru harus dapat melihat berbagai konsep
atau topik yang perlu dioptimalkan kepada siswa. Di kelas, jika guru hendak
commit to user
menciptakan suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran, maka perlu
dikembangkan proses belajar aktif seperti contoh berikut ini: a). Menggunakan
bermacam strategi tanya jawab. b). Mengajukan masalah terbuka bagi siswa untuk
diselesaikan. c). Mengkonstruksi model dari konsep kunci. d). Menyuruh siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengungkapkan pemahaman mereka dengan menggunakan objek yang
kongkrit. e). Memprediksikan dan membuktikan dampak atau hasil secara logis. f).
Mempertajam pola dan hubungan dalam bermacam-macam fenomena. g). Meminta
siswa untuk memberikan alasan dari pernyataan dan pendapat dan pendapat mereka.
h). Menyediakan berbagai kesempatan untuk melakukan pengamatan dan
penyelidikan. i). Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari
belajar mereka. j). Menghubungkan konsep atau proses Matematis dengan mata
pelajaran lain dan juga dengan kehidupan nyata.
Dalam hal ini siswa harus memahami berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan materi ajar secara sistimatis. Misalnya, bisa mengetahui apakah
itu logika,metode ilmiah, berpikir deduktif, silogisme, induktif dan analogi.
c.
Bagaimanakah Karakteristik Belajar Matematika
Setelah melihat pandangan dan pengertian
Matematika diatas, muncul
pertanyaan, apakah yang menjadi karakteristik dan hakekat Matematika itu ? Nesher
(
dalam
Uno
)
mengonsepsikan
karakteristik
Matematika
terletak
pada
kekhususannya dalam mengkomunikasikan ide Matematika itu melalui bahasa
numerik. Dengan bahasa numerik ini, memungkinkan seseorang dapat melakukan
pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan sifat kekuantitatifan dari Matematika
commit to user
tersebut, dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu
masalah. Itulah sebabnya Matematika selalu memberikan jawaban yang lebih bersifat
eksak dalam memecahkan masalah.
Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan
bantuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matematika, karena ilmu Matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan
alasan logis dan sistimatis. Disamping itu, Matematika dapat memudahkan dalam
pemecahan masalah karena proses kerja Matematika dilalui secara berurut yang
meliputi, tahap obserpasi, menebak, menguji hipotesis, mencari analogi, dan
akhirnya merumuskan teorema. Selain itu, Matematikamemiliki konsep struktur dan
hubungan – hubungan yang banyak menggunakan simbol-simbol. Simbol ini sangat
penting dalam membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi dalam
struktur. Simbolisasi juga memberikan fasilitas komunikasi sehingga dapat
memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi, dan dari informasi inilah
dapat dibentuk konsep baru. Dengan demikian, Simbol-simbol Matematika sangat
bermanfaat untuk mempermudah cara kerja berpikir, karena simbol-simbol ini dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan ide, dengan jalan memahami karakteristik
Matematika seperti yang dikemukakan diatas.
Pertanyaan berikutnya adalah, apa sebenarnya hakikat belajar Matematika
itu? Hakikat belajar Matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti
dan hubungan serta simbol, kemudian diterapkanya ke dalam yang nyata. Schoenfeld
(1985) mendefinisikan bahwa belajar Matematika berkaitan dengan apa, dan
bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan
commit to user
masalah. Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan dan keterkaitannya
dengan fenomena matematis dan sosil. Berkaitan dengan hal ini, maka belajar
Matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan dengan penyeleksian
himpunan – himpunan dari unsur Matematika yang sederhana dan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
himpunan – himpunan baru, yang selanjutnya membentuk himpunan–himpunan baru
yang rumit. Demikian seterusnya, sehingga dalam belajar Matematika harus
dilakukan secara hirarkis. Dengan kata lain, belajar Matematika pada tahap yang
lebih tinggi, harus didasarkan pada tahap belajar yang lebih rendah.
Selanjutnya Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang dilakukan
secara prosedural atau hirarki dalam belajar Matematika. kedelapan tipe belajar
tersebut adalah: 1). belajar sinyal (signal learning), 2). belajar stimulus respons
(stimulus response learning), 3). belajar merangkai tingkah laku (behavior chainig
learning), 4). belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning), 5). belajar
diskriminasi (diskrimination learning), 6). belajar konsep (concept learning), 7).
belajar aturan ( rule learning), 8). belajar memecahkan masalah (problem solving
learning).
5.
Kreativitas
Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 sikap kreatif merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional. Kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas tampaknya
selalu menjadi wilayah yang paling sering terabaikan, padahal kreativitas atau daya
cipta adalah adalah wilayah manusia yang paling unik dan sekaligus membedakan
dari makhluk lainnya. Kreatifitas adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu
commit to user
menghasilkan sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan bermakna (Anna Craft, 2004).
Menurut Anna Craft, pikiran berdaya adalah titik utama kreatifitas, sedangkan
Kreatifitas adalah suatu bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple
intelliegence. (Nurti Wijayanti, 2006: 77).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Martin Jamaris (2003), aspek-aspek yang mempengaruhi kreatifitas
adalah : a) aspek kemampuan kognitif, b) aspek intuisi dan imajinasi, c) aspek
penginderaan, dan d) aspek kecerdasan emosi (Nurti Wijayanti, 2006: 79). Seorang
siswa yang memiliki pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki
intuisi baik, dapat melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, serta
memiliki kecerdasan emosional maka sikap kreatifnya akan muncul.
Menurut Herminanto (2004) indikator kreatifitas meliputi rasa ingin tahu,
kemampuan bertanya, mengajukan usul dan gagasan, berani berpendapat secara
spontan, menghargai keindahan, ide pribadi, tidak mudah terpengaruh orang lain,
memiliki rasa humor dan daya imajinatif yang tinggi, mampu mengajukan pemikiran
dan gagasan untuk memecahkan masalah, dapat bekerja sendiri, senang mencoba
hal-hal yang baru, serta mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi). Dengan mengembangkan kreatifitas pembelajaran bukanlah
hal yang menjemukan, tetapi akan terasa lebih indah, lebih hidup, bukan merupakan
beban, tetapi merupakan hal yang menyenangkan.
Pengembangan kreatifitas dapat bermula dari pengetahuan yang dimilikinya
dan mengenal masalah di lingkungannya agar dapat menemukan pemecahan suatu
masalah. Gordon dalam Joyce dan Weil (1980) tertarik pada pendekatan baru yang
disebut Sinektik. Sinektik adalah pendekatan untuk mengembangkan kreatifitas.
commit to user
Empat ide dasar sinektik yang menantang adalah: a). Kreativitas penting dalam
aktivitas setiap hari. b). Proses kreatif tidak semuanya merupakan hal yang misterius,
tetapi kreatifitas dapat ditingkatkan melalui deskripsi dan latihan secara langsung.
c). Pendapat yang kreatif adalah sama dalam lahan–seni, sains–pabrik mesin, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki karateristik seperti penopang proses intelegensi. Gordon menganggap ada
hubungan antara pemikiran umum dalam seni dan sains sama kuatnya. d). Asumsi
bahwa pendapat individu dan kelompok (creative thinking) adalah sangat mirip.
Individual dan pendapat umum kelompok dan hasil dalam banyak bentuk yang sama.
Hal ini sangat berbeda dari sikap kreatif adalah intensitas pengalaman personal.
Dalam pembelajaran guru membantu siswa melihat konsep-konsep yang telah
dikenalnya dengan cara yang segar. Dimulai dari mengambil konsep dari situasi yang
dijelaskan siswa atau topik yang mereka lihat sekarang, menjelaskan sebelumnya
dalam sebuah tulisan. Ilustrasi model pembelajaran dalam enam fase: 1). Description
of present condition: guru memiliki deskripsi situasi siswa atau topik seperti yang
mereka lihat sekarang. 2). Direct analogy: siswa mengusulkan analogi langsung,
memilih satu, dan memeriksa (mendeskripsikan) lebih luas. 3). Personal anology:
Siswa menjadikan analogi yang mereka seleksi dalam dua fase. 4). Compressed
conflict: siswa membawa deskripsinya dari dua fase dan tiga, membantu
mengusulkan penekanan konflik dan memilih salah satu. 5). Direct analogy: Siswa
umumnya dan menyeleksi analogi langsung lainya didasarkan pada penekanan
konflik. 6). Reexamination of the original task: guru mengembalikan siswa pada
tugas aslinya atau problemnya dan digunakan analogi sebelumnya dan atau masuk
pada pemngalaman sinektik.
commit to user
Selanjutnya
menurut
Mulyasa
(2006)
dalam
Kusmoro
(2008:59)
Pembelajaran kreatif menuntut guru mampu untuk merangsang kreatifitas siswa, baik
dalam mengembangkan kecakapan berfikir maupun
dalam melakukan suatu
tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dari berfikir kritis, guna menemukan atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melahirkan sesuatu yang tadinya belum ada atau memperbaiki sesuatu. Hasil dari
suatu kreativitas merupakan sesuatu yang baru tetapi logis dan dapat diuji secara
empiris. Tetapi dapat pula berupa perbaikan dari suatu konsep, ide atau produk yang
kurang atau tidak tepat.
Dalam pengertian sehari-hari kreativitas sering disamakan dengan daya cipta
dan cenderung ditujukan dalam bidang seni. Pada kenyataannya kreativitas tidak
hanya menyangkut bidang seni saja, melainkan juga terdapat pada berbagai bidang
ilmu termasuk Ilmu Pengetahuan Alam.
Diungkapkan oleh Mednick dalam
Lefrancois (1996) mendefinisikan kreativitas sebagai berikut :
Creativity is ”the forming of associative elements into new combination
which either meet specifed requirrements or are in some ways useful. The
more mutually remote the elements of the new combination. The more
creative the process solution”.
Kreativitas merupakan bagian dari unsure-unsur asosiatif dalam kombinasi
baru yang memenuhi syarat-syarat tertentu atau dengan beberapa cara yang berguna.
Makin jauh timbal balik unsur-unsur kombinasi baru, makin kreatif proses
pemecahan masalah itu.
Utami Munandar (1995) merangkum dari beberapa pengertian tentang
kreativitas yaitu kreativitas adalah semua usaha produktif yang unik dari individu,
seseorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan sesuatu yang baru
commit to user
melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek personalianya.
Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan gagasan-gagasan
baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang cukup luas.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Colin Rose, Malcolm J. Nicholl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2002: 276) ”Memperoleh pengetahuan latar belakang yang terinci tentang subjek
tersebut adalah kunci kreativitas, karena semua gagasan baru yang kombinasi ulang
dari ide-ide yang ada”. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan
antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. “Orang
kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua milikinya dan membuat
lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan car yang
baru” (Bobbi Deporter & Mike Hernacki, 2003:295).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat
dipandang dari segi produk, proses, kepribadian dan kondisi lingkungan. Dari segi
produk kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Dari
segi proses kreativitas adalah aktivitas yang dilakukan seseorang karena adanya
kegiatan mental intelektual dalam kognitif seseorang. Dari kondisi lingkungan
kreativitas terbentuk, karena dorongan lingkungan, sekolah, masyarakat dan budaya.
a. Ciri-ciri Siswa Kreatif
Orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki
kegembiraan dan menyukai aktivitas yang kreatif. Ciri-ciri siswa kreatif menurut
Utami Munandar adalah: 1) Imajinatif, 2) Mempunyai
prakarsa (inisiatif), 3)
Mempunyai minat luas, 4) Mandiri dalam berpikir, 5) Meneliti, 6) Senang
commit to user
berpetualangan, 7) Penuh energi, 8) Percaya diri, 9) Bersedia mengambil risiko, dan
10) Berani dalam pendirian dan keyakinan.
Peserta didik yang memiliki kemampuan kreatif tidak hanya menerima
informasi dari guru, namun mereka akan berusaha mencari dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi dalam proses pembelajaran. Peserta yang kreatif akan selalu mempunyai
rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualangan, suka bermain dan intuitif.
Kemampuan kreatif akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan
dan kehidupan yang lebih sehat.
b. Alat Ukur Kreativitas
Kreativitas dapat ditelusuri lewat angket kreativitas atau melalui tes
kreativitas. Terdapat beberapa tes yang digunakan untuk mengukur tingkat
kreativitas seseorang. Masing-masing tes mempunyai tujuan dan ciri tertentu. Tes
Kreativitas figural (TKF)
Tes kreativitas figural merupakan adaptasi dari Circle Test Torrance pertama
kali digunakan oleh Utami Munandar tahun 1976, dan dilakukan standardisasi tahun
1988 untuk anak umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Manfaat dari tes ini adalah memberikan perspektif yang lebih luas. Tes
kemampuan figural juga mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan
elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Selain itu tes ini juga memungkinkan
mendapat ukuran dari kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi
antara unsur-unsur yang diberikan.
Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi yang meliputi keterbukaan
terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam berpikir, kebebasan dalam ungkapan
commit to user
diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap
gagasan sendiri, dan kemandirian dalam memberi pertimbangan.
Selain
tes
kreativitas
yang
memerlukan
keahlian
psikolog
dalam
penafsirannya, diperlukan alat identifikasi kreativitas yang dapat digunakan guru.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk tujuan ini telah diadaptasi untuk Indonesia, skala penilaian anak berbakat yang
disusun oleh Renzulli dkk (1971), yang terdiri dari empat sub-skala yaitu ciri-ciri
intelektual umum, ciri-ciri motivasi, ciri-ciri kreativitas,
dan
ciri-ciri
kepemimpinan. Untuk skala kreativitas meliputi ciri-ciri: rasa ingin tahu yang luas
dan mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak
gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni,
mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang, mempunyai rasa
humor yang luas, mempunyai daya imajinasi, dan orisinil dalam ungkapan gagasan
dan dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tentang cara pengukuran kreativitas di atas, dalam
mengukur tingkat kreativitas siswa dapat dilakukan dengan tes kreativitas atau
dapat juga menggunakan skala sikap kreatif yang diukur lewat angket. Pada
penelitian ini menggunakan pengukuran kreativitas menggunakan angket kreativitas.
6.
Hakekat Fisika
Fisika berkembang berdasarkan atas pengamatan dan pengukuran tentang
peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam. Hasil pengamatan tersebut kemudian
disusun suatu teori yang telah teruji kebenarannya. Seperti pendapat Druxes, Born
commit to user
dan Siemsen (1986) bahwa “ Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang
memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat,
penyajian secara Matematis dan berdasarkan peraturan umum”.
Dari pengertian dari Fisika berhubungan erat dengan pengukuran dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
percobaan, maka pelajaran Fisika menuntut kreatifitas guru dan peserta didik dalam
menggunakan peralatan untuk memecahkan masalah yang ada. Memperhatikan
pernyataaan di atas maka peralatan praktikum dan media pembelajaran adalah sangat
cocok digunakan dalam proses pembelajaran Fisika. Dapat disimpulkan bahwa fisika
adalah ilmu yang meneliti, mengamati, menganalisa dan menemukan gejala-gejala
alam yang ada disekitar kita.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Sandra Fatika (1987)
mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam meliputi produk, proses, dan sikap
ilmiah, yaitu : a). Produk Ilmu Pengetahuan Alam adalah semua pengetahuan tentang
gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA berupa fakta,
hukum, dan teori. b). Proses Ilmu Pengetahuan Alam atau metode ilmiah yaitu cara
kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil pengetahuan alam. Langkahlangkah dalam metode ilmiah antara lain: 1). merumuskan masalah; 2). merumuskan
hipotesis; 3). melaksanakan eksperimen; 4). menari kesimpulan. c). Nilai dan sikap
ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukkan proses ilmu
pengetahuan alam, sehingga tercapai hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selama
melakukan metode ilmiah, proses observasi, eksperimen dan berpikir rasional
digunakan sikap ilmiah seperti: jujur, obyektif, terbuka, dan sebagainya agar
diperoleh ilmu pengetahuan yang benar.
commit to user
Fisika merupakan bagian dari IPA, maka berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa Fisika meliputi adanya produk-produk, proses dan sikap ilmiah.
Fisika sebagai produk merupakan sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari faktafakta, konsep-konsep dan prinsip Fisika. Fisika sebagai proses merupakan segala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan yang dilakukan dan segala sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk
menghasilkan produk Fisika. Dalam melakukan kegiatan itu para ilmuwan memiliki
ketrampilan tertentu yang disebut ketrampilan proses Fisika dan juga memiliki sikap
ilmiah.
Dalam teori belajar telah dikemukakan bahwa belajar bukan hanya sekedar
menyerap informasi dari guru, tetapi meliputi berbgai kegiatan serta tindakan yang
harus dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan agar diperoleh hasil belajar yang lebih
baik. Belajar dapat diartikan sebagi perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya
interaksi
antara
individu
dengan
individu
dan
individu
dengan
lingkungannya.
Secara sederhana proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai kegiatan
untuk membawa peserta didik dari keadaan awal sebelum belajar ke keadaan akhir
seterlah belajar. Keadaan akhir setelah belajar ini ditandai dengan adanya perubahan
sikap atau dimilikinya suatu keterampilan. Berdasarkan hakekatnya, Fisika
merupakan pelajaran yang disajikan secara sistematis berdasarkan peraturanperaturan tertentu. Selanjutnya setelah mengalami proses pembelajaran tersebut
peserta didik mampu menguasai IPA yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan
teori, memahami dan trampil dalam proses-proses IPA, serta memiliki sikap dan
nilai IPA.
commit to user
7.
Prestasi Belajar Peserta didik
Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku peserta didik setelah
melakukan suatu proses belajar. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berupa eksistensi. Hasil pengukuran merupakan pernyataan yang mencerminkan
tingkat penguasaan materi mata pelajaran yang disebut sebagai prestasi belajar.
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1998: 112) prestasi belajar dibagi
tiga kategori yaitu: kognitif, afektif, psikomotorik. Prestasi belajar diperoleh setelah
seseorang melakukan aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata
lain prestasi belajar merupakan hasil dari tingkah laku akhir pada kegiatan belajar
peserta didik yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang telah
berlangsung.
Berdasar pada definisi hasil belajar menurut B. Bloom, dapat di jelaskan
pengertian ranah kognitif, afektif dan psikomotor sebagai :
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kemampuan intelektual.
Penguasaan kognitif dapat diukur melalui tes, baik tes tulis , tes lisan, dan portofolio.
Pada ranah ini terdapat enam jejang proses berpikir yaitu: (1) tingkat pengetahuan,
yaitu kemampuan mengingat informasi atau materi pelajaran yang telah diterima
sebelumnya. Kemampuan ini ditandai dengan penggunakan kata-kata operasional
seperti: mendefinisikan, menyebutkan, mengidentifikasi, mengenali; (2) tingkat
pemahaman, yaitu menggunakan, menafsirkan atau menginformasikan sesuatu
berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Kemampuan ini dapat
commit to user
diketahui melalui pemakaian kata-kata operasional seperti: membedakan, menduga,
menemukan, membuat contoh, menggeneralisasi; (3) tingkat aplikasi yaitu
kemampuan menentukan menafsirkan atau menggunakan informasi atau materi
pelajaran sebelumnya ke dalam situasi baru yang konkret dalam rangka menetukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jawaban tunggal yang benar dari suatu masalah. Biasanya berkaitan dengan
kemampuan menghitung, memanipulasi, meramalkan, mengapresiasikan dan
menghubungkan; (4) tingkat analisis yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci sehingga menjadi
jelas. Kemampuan ini dapat berupa mengidentifikasi sebab, menarik kesimpulan
berdasarkan suatu patokan tertentu; (5) tingkat sintesis yaitu kemampuan berpikir
untuk membuat sintesa tentang sesuatu konsep. Sintesis merupakan proses yang
memadukan bagian-bagian secara logis. Kemampuan pada tingkat ini dapat diketahui
dari kemampuan untuk mengkategorikan, mengkombinasikan, membuat desain,
merevisi, mengorganisasikan; (6) tingkat evaluasi atau tingkat mencipta yaitu
kemampuan menggunakan pengetahuannya untuk membuat penilaian terhadap
sesuatu berdasarkan kreteria tertentu. Menciptakan adalah proses yang menghasilkan
gagasan-gagasan baru dengan cara memadukan bagian-bagian secara logis.
Kemampuan ini dapat dikenali dari penggunaan kata-kata operasional seperti
menganalisis, mendesain, merencanakan, mengorganisasikan.
b. Ranah afektif
Ranah afektif merupakan kemampuan siswa yang berkaitan dengan sikap,
minat, nilai, dan konsep diri. Menurut Trowbridge dan Bybee ( 1990: 149-153)
tingkatan ranah afektif meliputi: (1) peringkat penerimaan yaitu peserta didik
commit to user
memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus. Tugas
guru adalah menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan, perhatian peserta
didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Hasil dari
pembelajaran ini adalah berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampai pada minat khusus dari pihak siswa. (2) peringkat partisipasi yaitu
merupakan partisipasi aktif peserta didik, sebagai bagian dari perilakunya. Pada
peringkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga
bereaksi terhadap fenomena tersebut. Hasil pembelajaran pada daerah ini
menekankan pada pemerolehan respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
Peringkat tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada
pencarian hasil dan kesenangan melakukan aktivitas-aktivitas khusus. (3) penentuan
nilai yaitu keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan
komitmen. Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang
konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Tujuan penilaian ini
diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. (4) peringkat organisasi yaitu
kemampuan untu mengorganisasi suatu system nilai internal secara konsisten. Hasil
pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem
nilai, misalnya pada pengembangan filsafat hidup. (5) peringkat karakteristik dengan
suatu nilai atau pola hidup yaitu peringkat tertinggi ranah afektif yang mana peserta
didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu
tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada peringkat ini
berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial. Jadi peserta didik akan memiliki tingkah
commit to user
laku yang menetap, konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada ranah ini
akan menjadi ciri khas atau karakteristik siswa.
c. Ranah psikomotor
Hasil belajar pada ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan bertindak individu. Menurut Taksonomi Bloom, domain psikomotor
memiliki tujuh tingkatan dari yang sederhana ke yang kompleks yaitu : (1) persepsi,
berkaitan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2) kesiapan, yaitu
berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan baik secara mental, fisik
maupun emosional; (3) respon terbimbing, yaitu mengikuti atau mengulangi
perbuatan yang diperintahkan oleh orang lain; (4) mekanisme yaitu berkaitan dengan
penampilan respon yang sudah dipelajari; (5) kemahiran yaitu berkaitan dengan
gerakan motorik yang terampil; (6) adaptasi yaitu berkaitan dengan ketrampilan yang
sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang bersangkutan mampu
memodifikasi pola gerakannya; (7) keaslian, yaitu berkaitan dengan kemampuan
menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh seseorang dari suatu aktivitas yang telah dilakukan dan
memperoleh pengetahuan dengan memenuhi unsur kognitif, psikomotorik, dan
afektif baik individu maupun secara kelompok pada mata pelajaran tertentu.
8.
Materi Pembelajaran Medan Magnetik
Pada pelaksanaan penelitian. Peneliti menggunakan dua macam metode
pembelajaran problem solving dan metode problem posing. Pokok bahasan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Medan Magnetik. Materi tersebut menurut
commit to user
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Akselerasi terletak pada kelas XII
dengan Materi pelajaran yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
a. Kutub Utara Selatan Sebuah Magnet
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada sebuah magnet batang yang digantung, ternyata kedua ujungnya selalu
menunjuk arah utara selatan. Ujung yang menunjuk arah utara disebut kutub utara
dan ujung yang menunjuk arah selatan disebut kutub selatan. Jika dua buah magnet
kita dekatkan maka kutub-kutub sejenis tolak menolak dan kutub-kutub tidak sejenis
tarik menarik. Bentuk medan magnetik di sekitar magnet batang dapat dilukiskan
dengan garis-garis khayal yang kita sebut garis-garis gaya. Garis-garis gaya dengan
tanda anak panah menampilkan medan magnetik dari magnet batang. Kita
definisikan arah medan magnetik ini pada titik mana saja sebagai arah gaya yang
akan dialami oleh sebuah kutub utara yang diletakkan pada titik tersebut.
Gambar 2.1 Magnet batang dan medan magnetik disekitarnya
Jika kita amati garis-garis gaya pada gambar 2.1 kita akan mendapatkan tiga
buah aturan tentang garis-garis gaya magnetik: 1) garis-garis gaya magnetik tidak
commit to user
pernah berpotongan, 2) garis-garis gaya magnetik selalu keluar dari kutub utara dan
masuk ke kutub selatan, 3) tempat dengan garis-garis gaya rapat menyatakan medan
magnetik kuat, sebaliknya tempat dengan garis-garis gaya renggang menyatakan
medan magnetik lemah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v
Medan magnet merupakan
besaran vektor dan Medan magnet dapat
B
digambarkan dengan menggunakan garis-garis Medan. Besaran magnet sering
disebut induksi magnet yang dinyatakan oleh vektor. Medan magnet juga bekerja
pada muatan yang bergerak dalam medan magnet, juga pada kompas Seperti halnya
pada Medan listrik, maka dapat juga ditentukan jumlah garis gaya yang menembus
suatu permukaan S, jika diketahui induksi magnet pada setiap titik di permukaan
tersebut. Jumlah garis-garis gaya atau fluks Φ yang keluar pada permukaan S dapat
dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut:
ò
f =
v r
f = ò B.dA
B . dA
S
(2.1)
S
v
v
Persamaan (2.1 ) merupakan produk skalar ( dot product) antara vektor B dan dA
atau dapat dinyatakan :
f =
ò B .dA cos q
S
=
òB
n
(2.2)
. dA
S
Dimana :
Ф = fluks magnetik
B = medan magnetik
A = luas permukaan
S = permukaan
commit to user
b. Induksi Magnet
Gaya yang diberikan suatu magnet terhadap yang lainnya merupakan
interaksi antara suatu magnet dan medan magnet lain. Garis-garis medan magnet
dapat digambarkan seperti garis-garis medan listrik. Arah garis-garis medan magnet
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjuk dari kutub magnet Utara ke kutub magnet Selatan, lihat gambar 2.2
Gambar 2.2
Garis-garis medan magnet seolah keluar dari kutub U dan
masuk pada kutub S
c.
Arus Listrik Menghasilkan Medan Magnet
Ilmuwan yang kali pertaama mempublikasikan hasil penelitiannya berkaitan
dengan arus listrik pada kawat yang dapat menghasilkan medan adalah Oersted.
Dari percobaan Oersted diperoleh dua kesimpulan: 1) disekitar penghantar berarus
listrik terdapat medan magnetic, 2) arah gaya magnetik bergantung pada arah arus
listrik yang mengalir dalam penghantar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Arah jarum kompas pada kawat yang dialiri arus listrik
Perhatikanlah gambar 2.3 di atas, penjelasannya adalah: a). Kawat ketika
belum dialiri arus listrik, jarum kompas berimpit dengan kawat; b). Kawat dialiri
arus listrik ke arah selatan maka jarum kompas akan menyimpang ke arah timur; c).
Kawat dialiri arus listrik ke arah utara maka jarum kompas akan menyimpang ke
arah barat. Percobaan di atas membuktikan bahwa ketika kawat dialiri arus maka
akan ada medan magnet yang timbul di sekitar kawat, hal ini bisa dibuktikan dengan
menyimpangnya jarum kompas. Arah medan magnet yang ditimbulkan dapat
ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan. Ibu jari menunjukkan arah
arus listrik (I) dan keempat jari menunjukkan arah medan magnet (B).
Arah medan magnetik dapat dengan mudah divisualkan oleh kaidah tangan
kanan: Bila kita menggenggam penghantar lurus dengan tangan kanan sedemikian
sehingga ibu jari menunjukkan arah arus listrik, maka lipatan keempat jari lainnya
menyatakan arah putaran garis-garis gaya magnetik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4 Aturan tangan kanan dan arah medan magnetik disekitar
kawat berarus
d. Bentuk Medan Magnetik di Sekitar Penghantar Melingkar
Bentuk medan magnetik di sekitar penghantar melingkar berarus ditunjukkan
pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Medan magnetik pada penghantar melingkar
commit to user
Gambar 2.5 menunjukkan sebuah kumparan (solenoide) berarus, yang dapat
kita anggap sebagai sejumlah kawat melingkar (loop) yang terbentang sepanjang
sumbu loop. Perhatikan setiap bagian dari setiap loop menyumbang ke medan
magnetik melalui pusat kumparan. Karena itu, medan magnetik di dalam sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kumparan jauh lebih kuat daripada medan magnetik di dekat seutas kawat lurus
panjang atau di dekat sebuah loop kawat. Dari gambar di bawah ini juga tampak
bahwa medan magnetik di luar kumparan mirip dengan medan magnetik yang
dihasilkan oleh sebuah magnet batang. Dengan demikian ujung-ujung kumparan
akan berlaku sebagai kutub utara selatan. Kutub utara sebuah kumparan dengan
mudah ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan.
e.
Gaya Pada Arus Listrik di Medan Magnet
Telah kita bahas bahwa apabila kawat dialiri arus listrik maka akan
menimbulkan medan magnet disekitarnya. Bila penghantar berarus di letakkan di
dalam medan magnet, maka pada penghantar akan timbul gaya. Gaya ini disebut
dengan gaya lorentz. Jadi gaya lorentz adalah gaya yang dialami kawat berarus listrik
di dalam medan magnet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya Lorentz dapat
timbul dengan syarat sebagai berikut:
1) Ada kawat pengahantar yang dialiri arus
2) Penghantar berada di dalam medan magnet.
Perhatikan gambar 2.6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.6 Gabungan magnet dan arah arus. Gaya magnetik F tegak lurus dengan
arus I dan arah medan magnetik B
Dari gambar 2.6 diketahui bahwa untuk mengetahui bagaimana gaya lorentz
berfungsi dapat dilakukan melalui percobaan, yaitu dengan mengamati bentuk medan
magnet atau garis gaya magnet selama percobaan. Bila pengamatan dilakukan
dengan benar maka akan diperoleh :
1) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang bekerja dan
makin cepat batang penghantar bergulir
2) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah yang
berlawanan dengan gerak sebelumnya.
Pada gambar 2.7 diketahui bahwa arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan
aturan tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari
tegak lurus terjadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah
medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I) diwakili oleh ibu
jari, maka arah gaya lorentz (F) ditunjukkan oleh jari tengah. perhatikan gambar 2.7,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.7 Aturan tangan kanan dan Gaya Lorentz
Adapun besar gaya lorentz pada penghantar bergantung pada faktor sebagai berikut:
1) Kuat medan magnet (B),
2) Besar arus listrik (I),
3) Panjang penghantar (L)
Hubungan dari ketiga besaran tersebut dapat dinyatakan secara matematis: F = B.I.L
dimana : F adalah gaya lorentz (N), B adalah kuat medan magnet (Tesla), I adalah
kuat arus listrik (A), L adalah panjang penghantar (m)
Magnet memberikan gaya pada kawat pembawa arus. Arah gaya selalu tegak
lurus terhadap arah arus dan tegak lurus terhadap arah medan magnet B seperti pada
gambar 2.8 – hal 56
Gambar 2.8 Gaya pada kawat yang membawa arus dalam medan magnet
commit to user
Dari gambar 2.8 dapat dijelaskan bahwa kawat berarus yang membentang dalam
medan magnet yang dihasilkan oleh magnet berbentuk huruf-U menyebabkan kawat
bergerak. Adapun arah gerakan kawat dapat ditentukan menggunakan kaidah tangan
kanan pada gambar. 2.7 yaitu jika arah arus mendekati kita, dan arah medan magnet
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari kutub magnet utara ke arah kutub magnet selatan maka arah gaya Lorentz akan
vertikal ke atas dan saling tegak lurus
Perhatikan gambar 2.9 tentang kawat penghantar berarus I yang berada pada
medan magnet B !
Gambar 2.9 Kawat pembawa arus pada medan magnet
Pada gambar 2.9 diketahui bahwa besarnya gaya Lorentz berbanding lurus
dengan arus I pada kawat dengan panjang L pada medan magnet. Ketika arus tegak
lurus terhadap garis-garis medan, maka gaya tersebut adalah yang paling kuat. Dan
sebaliknya pada saat parallel, maka gayanya sama dengan nol. Hubungan tersebut
dapat dinyatakan:
F = ilB sin q
,
(2.3)
dimana θ = sudut antara I dan B, Jika arahnya tegak lurus, maka sudutnya 90 o maka
gaya dapat ditulis:
F = ilB
(2.4)
Satuan untuk medan magnet B adalah Tesla = Newton/Ampere.meter atau 1
Tesla = 1 Wb/m2. Satuan lain yaitu 1 Gauss = 10 –4 Tesla.
commit to user
f. Gaya Pada Muatan Listrik yang Bergerak Dalam Medan Magnet
Muatan listrik yang bergerak dalam Medan magnet akan mendapat gaya,
yang disebut dengan gaya Lorentz.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v
v
Gambar 2.10 Muatan q yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan B
Dari gambar. 2.10 dapat dijelaskan bahwa muatan q yang bergerak vertikal ke
atas dalam medan magnet B yang mengarah ke kutub S, akan mendapat gaya lorentz
mendekati pembaca dimana ketiganya saling tegak lurus.
Jika N partikel bermuatan q melewati titik tertentu pada saat t, maka arus I =
Nq/t. Waktu yang diperlukan q untuk menempuh jarak L pada medan magnet B
adalah L = v.t ; v = kecepatan partikel. Gaya F= iLB sin q = (Nq/t) (vt) B sin q .
Sehingga gaya pada satu partikel adalah:
F
= qvB
sin q
(2.5)
jika q =90o, maka persamaan 2.5 menjadi
F = qvB
(2.6)
commit to user
g. Medan Magnet Yang Disebabkan Oleh Kawat Lurus
Medan magnet B pada titik di dekat kawat lurus yang panjang, berbanding
lurus dengan arus I pada kawat dan berbanding terbalik terhadap jarak darii kawat:
I
Bµ
perpustakaan.uns.ac.id
r
digilib.uns.ac.id
Konstanata pembanding dinyatakan dengan
mo
, sehingga medan magnet B dapat
2p
dinyatakan :
B=
mo I
2pr
(2.7 )
h. Gaya Antara Dua Kawat Parallel
Dua buah konduktor yang dipisahkan oleh Jarak L (Gambar 2.11a ), dimana
masing-masing membawa arus I1 dan I2. arus masing-masing menghasilkan medan
magnet yang mempengaruhi yang lainnya, sehingga juga memberikan gaya pada
yang lain. Medan magnet B1 yang di hasilkan oleh I1 dinyatakan oleh persamaan :
B1 =
m oI1
2p L
(2.8)
Pada gambar 2.11b medan hanya disebabkan oleh I1. Gaya F persatuan panjang L
pada konduktor yang membawa arus I2 adalah:
F
= I 2B1
l
(2.9)
Gaya I2 hanya disebabkan oleh I1 dan tidak memberikan gaya pada dirinya sendiri.
Jika persamaan (2.8) disubstitusikan ke persamaan (2.9) maka diperoleh persamaan:
F
l
=
m
I 1 I 2
2 p L
o
(2.10)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.11.a
Gambar 2.11.b
Dua konduktor yang
Medan magnet yang
membawa arus I1 dan I2
dihasilkan oleh I1 dan I2
B. Penelitian Yang Relevan
1. Judul
:
Pengaruh Kemampuan Konsepsualisasi Dalam Mengkaji Konsep
Konsep kelistrik-magnetan Dengan Melalui Pendekatan Empiris I Laboratorium
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri Argomulyo Bantul
Yogyakarta. Peneliti : Sumadi, Fakultas Pasca Sarjana Institut Keguruan Ilmu
Pendidikan Jakarta Desember 1985
Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa: 1) terdapat kemampuan konseptualisasi
terhadap hasil belajar siswa, 2) terdapat perbedaan pendekatan empiris terhadap
hasil belajar siswa, 3) terdapat interaksi antara kemampuan konseptualisasi dan
pendekatan empiris terhadap hasil belajar siswa. Untuk mempelajari ilmu-ilmu
alam atau fenomena alam termasuk di dalamnya ilmu listrik-magnet, materi yang
commit to user
berupa konsep, prinsip dan teori adalah proses kegiatan untuk menemukan materi
tersebut melalui kegiatan empirik dan berpikir. Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan terletak pada proses membangun konsep fisika tidaklah cukup
dengan kegiatan empirik tetapi diperlukan kemampuan Matematis dan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peserta didik serta memerlukan metode pembelajaran yang berbasis masalah
(Problem Base Learning) yaitu Problem solving dan Problem posing. Hal ini
dikarenakan pada materi Medan Magnet bersifat abstrak sehingga memerlukan
kemampuan matematis yang relevan.
2. Judul : Pengaruh Model Contectual Teaching And Learning Terhadap Prestasi
Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Tingkat Berpikir Siswa. Peneliti : Riolita
Butsia Anggraini, Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Fisika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa: 1) terdapat pengaruh antara Model
Teaching And Learning terhadap prestasi belajar siswa, 2) terdapat pengaruh
antara kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat
interaksi antara Model Contectual Teaching And Learning dan kemampuan
berpikir siswa terhadap
prestasi hasil belajar siswa. Peserta didik yang
mempunyai kemampuan berpikir abstrak lebih baik akan mempunyai prestasi
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir
konkrit baik. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada
asumsi bahwa siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi dapat
mencapai prestasi tinggi jika didukung dengan kreativitas dan kemampuan
commit to user
matematis yang baik serta metode pemecahan masalah yang tepat pada materi
fisika medan magnetik yang bersifat abstrak
3.
Judul
: Metode pembelajaran Pemberian Tugas Pengajuan Soal ( problem
Posing) dan
perpustakaan.uns.ac.id
Pembuatan
Simulasi
Komputer
Dengan
Memperhatikan
digilib.uns.ac.id
Kemampuan Berpikir Abstrak. Peneliti: Joko Siswanto, Program Studi
Pendidikan Sains Minat Utama Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa : 1) terdapat pengaruh antara Metode
pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa, 2) terdapat pengaruh pembuatan
simulasi computer terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat pengaruh
kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa, 4) terdapat interaksi
antara metode pemberian tugas dan pembuatan simulasi computer terhadap
prestasi belajar siswa, 5) terdapat interaksi antara metode pemberian tugas dan
kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan
berpikir abstrak tinggi yang diajar dengan metode pembelajaran pengajuan soal
prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan dengan yang diajar dengan metode
pembelajaran pemberian tugas pembuatan simulasi komputer, baik yang
berkemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah. Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukuan bahwa dengan pengajuan soal dari guru kepada
siswa belum tentu efektif tanpa kreativitas dalam diri siswa untuk memecahkan
soal medan magnetik. Karena materi medan magnet bersifat abstrak maka
diperlukan kemampuan matematis yang dimiliki siswa. Hal ini akan mencapai
hasil yang baik apabila metode pembelajaran yang digunakan berbasis
commit to user
pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran seperti ini
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
medan magnetik.
4. Judul
: Hubungan Antara Kemampuan Dasar Matematika dan Kebiasaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Belajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 3 Ponorogo. Peneliti :
Lukyto,Tatas, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa; 1) terdapat pengaruh kemampuan dasar
matematika terhadap prestasi belajar siswa, 2) terdapat pengaruh kebiasaan
belajar terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat interaksi antara kemampuan
dasar matematika dan kebiasaan belajar terhadap presasi belajar siswa.
Kemampuan dasar matematika memberikan kontribusi lebih besar terhadap
prestasi
belajar
fisika
dibandingkan
dengan
kebiasaan
belajar.
Jika
dikombinasikan antara kemampuan dasar matematika dan kebiasaan belajar
selanjutnya dilakukan analisa regresi, maka besarnya pengaruh total dari kedua
variabel bebas terhadap prestasi belajar fisika unit cahaya yaitu sebesar 16% dari
keseluruhan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar fisika unit cahaya. Untuk
sisanya yang sebesar 84% belum dapat dijelaskan karena berasal dari faktor lain
yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukuan bahwa siswa yang hanya mempunyai kebiasaan belajar yang baik dan
kemampuan dasar matematis belum cukup untuk mendapatkan prestasi belajar
tanpa kreativitas dalam dirinya untuk memecahkan soal medan magnetik yang
bersifat abstrak dan komplek. Hal ini diperlukan juga metode pembelajaran yang
berbasis pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran seperti ini
commit to user
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
medan magnetik.
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
digilib.uns.ac.id
Kerangka berpikir dalam penelitian ini diawali dari pemahaman bahwa: 1)
konsep Medan Magnet bersifat abstrak karena teori Medan magnet tidak dapat
dilihat penyebabnya namun dapat dirasakan efeknya secara langsung. Konsep ini
tergolong sulit karena banyak menggunakan konsep matematis yang cukup sulit dan
komplek, 2) metode pembelajaran yang menjadikan siswa aktif mengatasi kesulitankesulitan yang timbul pada pembelajaran sangat dibutuhkan, 3) kemampuan
matematis yang baik pada siswa sangat mendukung keberhasilan dalam mempelajari
konsep medan magnet. Konsep matematis diferensial dan integral banyak digunakan
dalam medan magnet, 4) kreativitas siswa dalam memanipulasi persamaan matematis
integral dan diferensial sangat diperlukan, 5) kemampuan akademik siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Surakarta cukup memadahi dan fasilitas belajar yang
mendukung maka keduanya dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar
mengajar. 6) Kompetensi guru pengajar program akselerasi telah ditentukan
kriterianya, oleh karena itu tujuan akhir untuk meningkatkan prestasi belajar
hendaknya dapat terwujud. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan :
a.
Penggunaan metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
Pengaruh metode pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing pada
siswa program akselerasi diharapkan sesuai dengan kondisi siswa yang sudah
commit to user
terseleksi dengan baik. Metode Problem Solving menekankan pada pembelajaran
untuk memecahkan masalah yang berasal dari guru. Siswa lebih bersifat pasif
dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan metode Problem Posing menitik
beratkan pada keaktifan siswa. Siswa diberi tugas untuk membuat soal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan perintah guru atau buku panduan. Dengan demikian jika siswa ini
diberi beban atau ditugasi membuat permasalahan maka diharapkan dapat
menyelesaikan dengan baik.
Pada dasarnya metode problem solving menuntut kompetensi guru dalam
penguasaan materi ajar dan mengorganisir siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan pada pembelajaran dengan metode problem posing lebih menuntut
kemandirian siswa, keaktifan siswa dan tanggung jawab siswa pada bahan ajar
yang dipresentasikan. Seberapa besar pengaruh dari kedua metode jika
digunakan pada pembelajaran medan magnet yang sifatnya abstrak dan komplek
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa merupakan suatu ketertarikan untuk
diteliti.
b.
Pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi
Medan Magnet. Pada intinya kemampuan Matematis merupakan kemampuan
mengenal dan memecahkan masalah. Sementara intelegensi logis Matematis ini
menjadi hal yang paling penting bagi masyarakat barat dan sering dihargai
sebagai penuntun dan pelajaran bagi sejarah manusia. Di kelas, jika guru hendak
menciptakan suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran, maka
perlu dikembangkan proses belajar aktif seperti contoh berikut ini: 1).
commit to user
Menggunakan bermacam strategi tanya jawab. 2). Mengajukan masalah terbuka
bagi siswa untuk diselesaikan. 3). Mengkonstruksi model dari konsep kunci. 4).
Menyuruh
siswa
untuk
mengungkapkan
pemahaman
mereka
dengan
menggunakan objek yang kongkrit. 5). Memprediksikan dan membuktikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dampak atau hasil secara logis. 6). Mempertajam pola dan hubungan dalam
bermacam-macam fenomena. 7). Meminta siswa untuk memberikan alasan dari
pernyataan dan pendapat dan pendapat mereka. 8). Menyediakan berbagai
kesempatan untuk melakukan pengamatan dan penyelidikan. 9). Mendorong
siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar mereka. 10).
Menghubungkan konsep atau proses Matematis dengan mata pelajaran lain dan
juga dengan kehidupan nyata.
c.
Pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan
Magnet. Kreatifitas adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu menghasilkan
sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan bermakna (Anna Craft, 2004). Menurut
Anna Craft, pikiran berdaya adalah titik utama kreatifitas, sedangkan Kreatifitas
adalah suatu bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple intelliegence.
(Nurti Wijayanti, 2006: 77). Menurut Martin Jamaris (2003), aspek-aspek yang
mempengaruhi kreatifitas adalah : 1) aspek kemampuan kognitif, 2) aspek intuisi
dan imajinasi, 3) aspek penginderaan, dan 4) aspek kecerdasan emosi (Nurti
Wijayanti, 2006: 79). Pada umumnya siswa menjadi kreatif karena ingin
menjawab akan rasa ingin tahunya yang cukup kuat. Mereka menjadi kreatif
bukan karena diajari orang lain tetapi diperoleh dari diri sendiri ketika berada di
commit to user
lingkungannya dan tidak dibatasi waktu. Andaikata siswa aksel memang
memiliki kompetensi ini maka diharapkan dapat digunakan untuk mendukung
proses penguasaan konsep medan magnet dengan cara mencipta manipulasi
matematis yang dapat memperjelas dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Interaksi antara metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis terhadap
prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat oleh seorang guru sudah dapat meningkatkan
pemahaman konsep yang hendak di sampaikan kepada siswanya. Terlebih lagi
siswa mempunyai kemampuan matematis yang cukup baik. Hal ini tentu
diharapkan akan saling mempengaruhi sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
e.
Interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Materi medan magnet merupakan
materi yang bersifat abstrak dan menggunakan persamaan matematis yang cukup
komplek. Kesulitan dalam matematis sering dirasakan siswa oleh karena itu
siswa harus dibekali konsep matematis terlebih dahulu sebelum diberikan
pembelajaran medan magnet agar dapat kreatif untuk menciptakan manipulasi
matematis yang mempermudah dalam memahami konsep fisika bagi dirinya.
Jika siswa telah kreatif maka didukung dengan penggunaan metode yang
berbasis pemecahan masalah maka akan meningkatkan prestasi siswa.
commit to user
f.
Interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap prestasi belajar
Fisika pada materi Medan Magnet. Siswa program akselerasi terlahir dengan
kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai kemampuan verbal lebih
baik daripada kemampuan matematisnya atau sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemampuan matematis yang mendukung proses penguasaan dan transfer
konsep-konsep fisika sangatlah bervariatif. Penggunaan bahasa matematis
sebagai alat penjelas konsep fisika dipilih menyesuaikan konsep dan kondisi
siswa yang terlibat dalam pembelajaran. Jika siswa dan guru mempunyai
kemampuan matematis baik tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.. Tingginya kreativitas siswa dan guru dalam mendukung proses
pembelajaran serta penggunaan metode yang tepat maka diharapkan prestasi
belajar akan lebih baik.
Faktor internal dalam diri siswa program akselerasi sangat bervariatif. Latar
belakang ini tentu akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar suatu
konsep fisika. Kemampuan bawaan seperti, kreativitas, IQ, ESQ, dan
sebagainya. Apabila seluruh kemampuan tersebut dimanfaatkan dengan baik
serta didukung faktor-faktor eksternal siswa seperti fasilitas belajar dan
pemilihan metode yang tepat. Faktor eksternal sekolah cukup memadahi untuk
memfasilitasi proses belajar siswa. Jika semua faktor dapat disinergiskan maka
diharapkan prestasi belajar fisika siswa dapat meningkat.
g.
Interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Mata pelajaran
commit to user
fisika terbangun dari sejumlah konsep yang terstruktur, kompleks dan terus
berkembang. Untuk membangun konsep diperlukan eksperimen secara langsung
sehinggga kesesuaian antara kenyataan yang ada dengan teori yang disusun
menjadi konsep dapat sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penguasaan konsep Fisika merupakan langkah pertama menuju pembelajaran
Fisika yang efektif. Untuk memperoleh pemahaman konsep yang mendasar
diperlukan metode pembelajaran yang efektif dan tepat.
Siswa program akselerasi mempunyai kemampuan akademik tinggi. Mereka
mempunyai tingkat rasa ingin tahunya cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian bahwa kemampuan mengkomunikasikan gagasan, ide, informasi dan
proses penguasaan konsep fisika sangat dibutuhkan metode yang efektif yaitu
metode problem solving dan posing.
Konsep fisika yang menarik perhatian siswa akan memotivasi siswa mencari
cara yang tepat untuk menguasainya. Keinginan tersebut dapat diperoleh dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada teman atau guru atau menjawab apa yang
ditanyakan guru kepadanya. Dalam suasanan kegiatan belajar mengajar seperti
ini akan kondusif apabila siswa dan guru yang terlibat dalam proses tersebut
sama-sama kreatif, dan mempunyai pengetahuan matematis yang baik dalam
mengkomunikasikan konsep, sehingga gagasan-gagasan yang dipelajari menjadi
jelas, serta diharapkan prestasi belajar fisika siswa dalam memahami konsep
medan magnet dapat meningkat.
commit to user
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraian pada
peneilitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis:
1. Ada pengaruh penggunaan metode problem solving dan problem posing
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar Fisika,
2. Ada pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah terhadap
prestasi belajar Fisika,
3. Ada pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar
Fisika,
4. Ada interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan
kemampuan matematis terhadap prestasi belajar Fisika,
5. Ada interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika,
6. Ada interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar Fisika,
7. Ada interaksi antara metode problem solving dan problem posing, kemampuan
matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XII program akselerasi
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun pelajaran 2009/2010 sejumlah 48 peserta didik yang
terbagi dalam dua kelas dengan masing-masing kelas berisi 23 dan 25 siswa.
Penarikan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada kelas XII dengan menggunakan teknik
Porposif cluster random sampling (dua kelas dijadikan sebagai objek penelitian
semuanya). Selanjutnya satu kelas sebagai kelas eksperimen-1 dan satu kelas
berikutnya sebagai kelas eksperimen-2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta kelas XII program akselerasi
pada semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010.
Pengambilan data dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2008/ 2009.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanannya sebagai berikut:
commit to user
1. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian.
2. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian
yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok Medan Magnet.
3. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
Alokasi waktu penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Bulan / tahun 2009-2010
J
U
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Penyempurna
an proposal
Penyusunan
instrumen
Ujicoba
instrumen
Analisa hasil
ujicoba
Pelaksanaan
penelitian
Pengolahan
data
penelitian
Penulisan
laporan
Ujian
Komprehensif
Penyempurna
an tesis
Ujian Tesis
J
u
l
A
g
t
S
e
p
O
k
t
X
X
N
o
p
D
e
s
J
A
n
P
E
b
X
X
M
a
r
A
p
r
M
E
i
X
X
X
J
U
n
J
u
l
A
g
t
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
commit to user
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah strategi yang diambil dalam pengambilan /
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahanpermasalahan yang dihadapi. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
murni yang melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa melibatkan kelompok
kontrol.
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kedua kelompok diasumsikan sama
dalam segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan.
Responden dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok peserta
didik yang mendapat pembelajaran metode problem solving, sedangkan kelompok
kedua adalah kelompok peserta didik yang mendapat pembelajaran metode problem
posing. Desain penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 2 x 2 dengan teknik
analisis variansi (ANAVA) tiga jalan dengan jumlah sel tidak sama, yaitu suatu
rancangan penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan penggunaan metode
pembelajaran yang berbeda dihubungkan dengan tinggi rendahnya kemampuan
kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika. Tinggi
rendahnya kemampuan Matematis dan kreativitas peserta didik diperoleh melalui tes
yang telah dibuat oleh peneliti. Desain faktorial penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
Tabel 3.2. Desain Faktorial
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan Matematis
Kemampuan Matematis
Tinggi
Tinggi
(B1)
(B2)
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas
Tinggi
Rendah
Tinggi
(C1)
(C2)
(C1)
(C2)
A1B1C1
A1B1C2
A1B2C1
A1B2C2
A2B1C1
A2B1C2
A2B2C1
A2B2C2
Rendah
digilib.uns.ac.id
Problem
Solving
Metode
(A1)
Pembelajaran
Problem
(A)
Posing
(A2)
Rencana penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri atas 8 sel. Secara
umum setiap sel dapat dijelaskan melalui simbol sebagai berikut: (A) = menyatakan
metode pembelajaran; (A1) = metode problem solving; (A2) = metode problem
posing; (B) = kemampuan matematika peserta didik; (B1) = kemampuan matematika
tinggi; (B2) = kemampuan matematika rendah; (C) = kreativitas; (C1) kreativitas
tinggi; dan (C2) = kreativitas rendah. Perlakuan yang diberikan pada setiap sel dapat
berupa kombinasi dari ketiga faktor tersebut.
Variabel pada penelitian ini melibatkan tiga variabel bebas dan satu variabel
terikat sebagai berikut:
1. Variabel bebas pertama, yaitu penggunaan metode pembelajaran berperan
sebagai variabel bebas pertama yang terdiri dari dua macam metode
pembelajaran yaitu:
a. Penggunaan metode problem solving
commit to user
Penggunaan metode solving berperan sebagai variabel aktif dengan simbul
(A1). Pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving adalah proses
belajar mengajar peserta didik dengan proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penggunaan metode problem possing
Penggunaan metode posing berperan sebagai variabel aktif dengan simpul A2.
Pembelajaran dengan menggunakan metode posing adalah salah satu model
pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis yaitu salah satu bentuk
kegiatan
dalam
pembelajaran
Fisika
yang
dapat
mengaktifkan
siswa,
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta
menimbulkan sikap positif terhadap Fisika.
2.
Variabel bebas kedua, meliputi:
a.
Variabel kemampuan matematis
Variabel kemampuan matematis peserta didik merupakan variabel bebas
kedua dan diberi simbol (B). Kemampuan Matematis (Mathematical Abilities), yaitu
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk melakukan manipulasi
matematika meliputi pemahaman konsep dan pengetahuan prosedural. Pada
penelitian ini kemampuan matematis dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
kemampuan matematis tinggi dan rendah.
3.
Variabel kreativitas siswa
Variabel kreativitas peserta didik merupakan variabel bebas ketiga diberi
simbol (C). Pada intinya pengertian kreativitas dapat kita simpulkan sebagai
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
commit to user
maupun karya nyata, baik dalam bentuk sikap, karya maupun kombinasi dalam halhal yang sudah ada, yang semuanya relatif berbeda dengan apa yang sudah ada. Pada
penelitian ini kreativitas dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kreativitas tinggi
dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Variabel terikat
Variabel prestasi belajar peserta didik berperan sebagai variabel terikat. Skala
pengukuran prestasi belajar menggunakan skala interval. Variabel ini diberi simbol
Y. Prestasi belajar peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran Fisika, yaitu hasil usaha belajar peserta
didik yang menunjukkan kecakapan yang dicapai dalam bentuk angka yang diambil
dari hasil tes Fisika dengan pokok bahasan Medan Magnetik.
Kesahihan Internal
Variabel-variabel luar yang tidak dapat dikontrol atau diukur secara langsung
yang mungkin mengintervensi hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat perlu ditiadakan atau paling tidak diminimalkan pengaruhnya. Agar penelitian
yang digunakan cukup baik untuk menguji hipotesis penelitian serta hasil yang
diperoleh tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian, maka perlu
dilakukan pengontrolan terhadap kesahihan internal pada rancangan penelitian.
Pengontrolan yang peneliti lakukan sebagai berikut:
Pemilihan sampel kelas eksperimen dilakukan secara acak dengan diundi
menggunakan gulungan kertas
commit to user
Pemilihan sampel baik untuk kelas eksperimen-1 maupun kelas eksperimen-2
berdasarkan kemampuan matematis dan kreativitas
Materi pelajaran sama yaitu Fisika pada pokok bahasan medan magnetik
Pelaksanaan penelitian pada jam yang sama meskipun pada hari yang
berbeda. Hal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini dilakukan agar kondisi anak pada dua kelompok sama
Subyek penelitian tidak diberitahu jika sedang menjadi subyek penelitian. Hal ini
bertujuan agar penelitian berjalan sebagaiman yang diharapkan, sehingga sikap
peserta didik tidak dibuat-buat.
Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan porposif cluster random
sampling dengan cara mengambil dua kelas yang mempunyai nilai rata-rata mata
pelajaran Fisika semester II hampir sama untuk dijadikan kelas eksperimen-1 dan
kelas eksperimen-2.
Teknik Pengambilan Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data tes dan
data angket sebagai berikut:
a.
Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok medan magnetik, dengan
menggunakan perangkat tes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari 30 soal
b.
Data tes berupa nilai kemampuan matematis, menggunakan 20 soal tes pilihan
ganda yang berisi soal-soal matematika pendukung pokok materi medan
magnetik
commit to user
c.
Data angket berupa nilai kreativitas siswa, berupa tes sikap yang terdiri dari 38
soal.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
instrumen pengambilan data.
a. Instrumen pelaksanaan penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian berupa silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hand out materi pokok medan
magnetik yang diprogam khusus untuk pelaksanaan pembelajaran.
b. Instrumen pengambilan data
Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes kemampuan Matematis
dan kreativitas peserta didik dan instrumen tes prestasi belajar peserta didik pada
bidang studi Fisika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dan
dikembangkan sendiri oleh peneliti. Tes yang diberikan berisi soal-soal materi
medan magnetik.
Uji coba Instrumen Penelitian
Sebelum eksperimen yang sesungguhnya dilakukan perlu terlebih dahulu
dilakukan uji coba (try out) instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini
dilakukan dengan maksud untuk mendapat instrumen yang baik. Pelakasanaan uji
coba instrumen dilaksanakan pada kelompok peserta didik yang mempunyai
kesetaraan kondisi akademik dengan kelompok peserta didik sebagai objek
commit to user
penelitian, yaitu kelas XII program akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta pada kelas
XII yang tidak sebagai objek penelitian.
1. Uji Coba Tes Prestasi
Tahap selanjutnya instrumen yang telah tersusun diujicobakan (try out)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada siswa-siswa yang telah mendapat materi Medan Magnetik. Uji coba
dilaksanakan agar diperoleh instrumen yang memenuhi syarat validitas, reabilitas,
serta mengetahui taraf kesukaran dan daya pembeda soal sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Suatu tes dapat dikatakan valid sebagai alat pengukuran apabila tes itu dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis Validitas yang digunakan peneliti
adalah validitas isi atau content validity. Validitas isi yaitu materi tes yang digunakan
benar benar bahan yang dapat mewakili bahan pelajaran yang ada sesuai dengan
standar isi kurikulum yang berlaku.
Uji validitas alat tes dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dari Karl Pearson sebagai berikut :
rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{Nå X - (å X) }{Nå Y - (å Y) }
2
2
2
2
Keterangan :
X
= skor butir nomor tertentu
Y
= skor total
rxy
= koefisien validitas
N
= jumlah subjek
Kemudian diuji t pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas n – 2. Rumusnya
adalah:
commit to user
t=
n-2
rxy
1 - rxy 2
Suatu tes dikatakan valid jika rxy > rkritik (dilihat tabel). Korelasi skor butir
soal terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan excel. Dari 34 soal tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi, 4 soal yang tidak valid yaitu no: 6, 7, 33, dan 34. Soal yang valid 30 yaitu
no : 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, dan 32.
b. Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:
2
é n ù é S t - å pq ù
rtt = ê
ê
ú
2
ë n - 1úû ë S t
û
Keterangan:
rtt
= koefisien reliabilitas
n
= jumlah butir soal
St2
= varian total
P
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan salah
Σpq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel
r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11 ≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan
commit to user
interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:
0.91 - 1,00
Sangat tinggi
0,71 - 0,90
Tinggi
0,41 - 0,70
perpustakaan.uns.ac.id
Cukup
0,21 - 0,40
Rendah
Negatif - 0,20
Sangat rendah
digilib.uns.ac.id
(Masidjo, 1995 : 233)
Uji reliabilitas uji coba tes prestasi belajar menggunakan program excel
diperoleh besar reliablitas = 0,907 dengan kualitas reliablitas tinggi. Dari hasil uji
coba instrumen tes prestasi belajar aspek kognitif dengan memperhatikan daya beda,
tingkat kesukaran, validitas dan reliablitas perangkat soal tes dapat disimpulkan dari
34 item tes uji coba terdapat 30 soal valid dan 4 soal tidak valid.
c. Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi
Dalam hal ini dilakukan analisis item dengan maksud mengkategorikan
apakah soal itu baik atau sebaliknya soal itu jelek. Analisis item ini digunakan untuk
menyeleksi setiap item soal dan jika sudah diketahui baik item soal itu baik maka
selanjutnya dimasukan ke dalam bank soal, sebalik nya jika diketahui item soal itu
jelek maka dilakukan pembenahan atau perbaikan. Analisis item dapat meliputi
antara lain: derajad atau indeks kesukaran item, daya pembeda atau indeks
diskriminasi item, indeks validitas item, fungsi distraktor atau pola jawaban serta
indesk reliabilitas keseluruhan tes.
Dalam penelitian ini penulis untuk keperluan uji coba instrumen penulis
menggunakan uji indeks kesukaran item dan uji daya beda item. Rumus yang
digunakan untuk masing-masing uji coba intrumen tersebut adalah sebagai berikut:
commit to user
a. Indeks atau derajad kesukaran item dihitung dengan menggunakan persamaan:
IK =
B
N x Skor maksimal
Dimana :
perpustakaan.uns.ac.id
IK
= Indeks kesukaran
digilib.uns.ac.id
B
= Jumlah pengikut yang menjawab betul
N
= Jumlah pengikut keseluruhan
Adapun klasifikasi indeks kesukaran yang penulis gunakan adalah :
Tabel 3.3 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya
IK - IK
Kualifikasi IK
Uji Coba Uji Coba
Prestasi
Memori
0,81 – 1,00 Mudah Sekali
(MS)
9
91
0,61 – 0,80 Mudah
(Md)
15
6
0,41 – 0,60 Sedang/Cukup
(Sd-C)
8
2
0,21 – 0,40 Sukar
(Sk)
8
0
0,00 – 0,20 Sukar Sekali
(SS)
0
1
Sumber: Masidjo, 1995. Hal.192
Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar disajikan tabel 3.4.
Tabel 3.4 Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi
b.
Tingkat kesukaran
Sukar Sekali
Sukar
Sedang/ cukup
Mudah
Jumlah soal
1
6
10
16
Mudah Sekali
1
Nomor soal
6
3, 7, 9, 12, 25, 31
1, 10, 15, 18, 21, 22, 24, 27, 32, 33
2, 4, 5, 8, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 20,
23, 26, 28, 29, 34
30
Indeks Diskriminasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
ID =
KA - KB
NKA atau NKB × skor maksimal
commit to user
Dimana :
ID
= Indeks diskriminasi
KA
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang
tergolong kelompok atas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KB
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang
tergolong kelompok atas
N
= Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Adapun klasifikasi indeks diskriminasi yang penulis gunakan adalah:
Tabel 3.5 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya
ID - ID
Uji Coba Uji Coba
Kualifikasi
Prestasi
Memori
0,80 – 1,00
Sangat membedakan
(SM)
0
0
0,60 – 0,79
Lebih membedakan
(LM)
0
0
0,40 – 0,59
Cukup membedakan
(CM)
6
3
0,20 – 0,39
Kurang membedakan
(KM)
11
18
23
79
negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)
Sumber: Masidjo, 1995. Hal.201. dengan beberapa
penyesuaian, yaitu penambahan singkatan kualifikasi.
Distribusi daya beda soal uji coba tes prestasi belajar disajikan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6. Distribusi daya beda soal tes prestasi
Kualifikasi daya beda
Sangat Membedakan
Lebih Membedakan
Cukup Membedakan
Kurang Membedakan
Sangat Kurang
Membedakan
Jumlah
soal
1
3
21
7
2
Nomor soal
18
3, 10, 22
1, 2, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34
4, 7, 11, 17, 21, 23, 30
6, 33
commit to user
2. Uji Coba Tes Kemampuan Matematis
a. Uji Validitas
Uji validitas alat tes kemampuan matematis dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
N å XY - (å X)(å Y)
rxy =
N å X 2 - (å X) 2 N å Y 2 - (å Y) 2
{
}{
digilib.uns.ac.id
}
Keterangan :
X
= skor butir nomor tertentu
Y
= skor total
rxy
= koefisien validitas
N
= jumlah subjek
Kemudian diuji t pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas n – 2. Rumusnya adalah:
t=
n-2
rxy
1 - rxy 2
Suatu tes dikatakan valid jika rxy > rkritik (dilihat tabel). Korelasi skor butir
soal terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan excel. Dari 20 soal tes
kemampuan matematis, semuanya valid, yakni nomor soal 1 sampai dengan nomor
20.
b. Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:
commit to user
2
é n ù é S t - å pq ù
rtt = ê
ê
ú
2
ë n - 1úû ë S t
û
Keterangan:
rtt
= koefisien reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id
n
= jumlah butir soal
digilib.uns.ac.id
St2
= varian total
P
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan salah
Σpq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel
r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11 ≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan
interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:
0.91 - 1,00
Sangat tinggi
0,71 - 0,90
Tinggi
0,41 - 0,70
Cukup
0,21 - 0,40
Rendah
Negatif - 0,20
Sangat rendah
(Masidjo, 1995 : 233)
Uji reliabilitas uji coba tes kemampuan matematis menggunakan program
excel diperoleh besar reliablitas = 0,878 dengan kualitas reliabilitas tinggi.
commit to user
c. Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi
Dalam penelitian ini penulis untuk keperluan uji coba instrumen penulis
menggunakan uji indeks kesukaran item dan uji daya beda item. Rumus yang
digunakan untuk masing-masing uji coba instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.) Indeks atau derajad kesukaran item dihitung dengan menggunakan persamaan:
IK =
B
N x Skor maksimal
Dimana :
IK
= Indeks kesukaran
B
= Jumlah pengikut yang menjawab betul
N
= Jumlah pengikut keseluruhan
Adapun klasifikasi indeks kesukaran yang penulis gunakan adalah :
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya
IK - IK
Kualifikasi IK
Uji Coba Uji Coba
Prestasi
Memori
0,81 – 1,00 Mudah Sekali
(MS)
9
91
0,61 – 0,80 Mudah
(Md)
15
6
0,41 – 0,60 Sedang/Cukup
(Sd-C)
8
2
0,21 – 0,40 Sukar
(Sk)
8
0
0,00 – 0,20 Sukar Sekali
(SS)
0
1
Sumber: Masidjo, 1995. Hal.192
Distribusi tingkat kesukaran soal tes kemampuan matematis disajikan tabel 3.9.
Tabel 3.8 Distribusi tingkat kesukaran soal tes kemampuan matematis
Tingkat kesukaran
Sukar Sekali
Sukar
Sedang/ cukup
Mudah
Jumlah soal
3
5
12
Mudah Sekali
-
Nomor soal
6, 9, 12
2, 3, 5, 10, 18
1, 4, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19,
20
commit to user
2.)Indeks Diskriminasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
ID =
KA - KB
NKA atau NKB × skor maksimal
Dimana :
perpustakaan.uns.ac.id
ID
= Indeks diskriminasi
KA
digilib.uns.ac.id
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang
tergolong kelompok atas
KB
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang
tergolong kelompok atas
N
= Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Adapun klasifikasi indeks diskriminasi yang penulis gunakan adalah:
Tabel 3.9 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya
ID - ID
Uji Coba Uji Coba
Kualifikasi
Prestasi
Memori
0,80 – 1,00
Sangat membedakan
(SM)
0
0
0,60 – 0,79
Lebih membedakan
(LM)
0
0
0,40 – 0,59
Cukup membedakan
(CM)
6
3
0,20 – 0,39
Kurang membedakan
(KM)
11
18
23
79
negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995 : 201)
Daya beda soal uji coba tes kemampuan matematis disajikan pada tabel 3.11
Tabel 3.10 Distribusi daya beda soal tes kemampuan matematis
Kualifikasi daya beda
Sangat Membedakan
Lebih Membedakan
Cukup Membedakan
Kurang Membedakan
Sangat Kurang
Membedakan
Jumlah
soal
1
2
11
6
-
Nomor soal
18
3, 10
1, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20
2, 4, 5, 9, 11, 17
commit to user
3. Uji Coba Angket Kreativitas Siswa
Dasar teori yang digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas angket
kreativitas siswa sama dengan yang digunakan pada soal tes prestasi yaitu
Cronbach's Alpha. Hasil analisis uji validitas angket kreativitas siswa menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa dari 38 butir angket semuanya valid dan reliabilitas angket = 0,970.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Dalam penelitian ini data di analisa dengan Anava tiga jalan (2 x 2 x 2)
dengan jumlah sel tidak sama. Sebelum uji tersebut dilakukan harus memenuhi uji
prasyarat terlebih dahulu yang meliputi : Uji normalitas dan Uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menyelidiki normal atau tidaknya populasi
yang menjadi subyek penelitian. Uji normalitas dalam Minitab Release (2003: 14)
yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Ryan-Joiner dengan prosedur
sebagai berikut:
1) Menetapkan Hipotesis
H0
= Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1
= Sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
2) Menentukan Statistik Uji
Statistik ujinya adalah :
R=
å Yibi
s 2 (n - 1)Sb12
Dimana:
Yi
= Data observasi
commit to user
bi
= Skor normal data observasi
s
= Variansi sampel
3) Daerah Kritik
DK = {R/R > R a,n} dari tabel koefisien korelasi
perpustakaan.uns.ac.id
4) Menetapkan Statistik Uji
digilib.uns.ac.id
H0 ditolak jika L Ï DK
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menurut Hand Out Minitab release 13.2 yang digunakan
adalah metode Barlett dengan prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 = Sampel berasal dari populasi-populasi homogen
H1 = Sampel berasal dari populasi-populasi tidak homogen
2) Taraf signifikansi a = 5%
3) Kriteria pengujian H0 ditolak apabila P < a
4) Statistik Uji Barlett
(S )ln éê SvjS ùú - Svj ln Sj
2
ë Svj û
{S(Lvj ) - LSvj}
1+
{3(k - 1)}
uj
B=
Keterangan : S 2j = S nj =
1(xij - )
, k jumlah sampel, vj = nj – 1
commit to user
2.
Pengujian Hipotesis
a. Anava
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi 3 jalan
dengan sel tidak sama.
perpustakaan.uns.ac.id
1. Asumsi
digilib.uns.ac.id
a. Populasi-populasi berdistribusi normal
b. Populasi-populasi homogen
c. Sampel dipilih secara acak
d. Variabel terikat berskala pengukuran interval
2. Model
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi 3 jalan
dengan sel tidak sama. Adapun modelnya sebagai berikut:
Xijkl = m + a i + b j + g k + (ab ) ij + (ag ) ik + ( bg ) jk + (abl ) ijk + å ijk + å ijkl
Dimana Xijkl : observasi pada subjek di bawah faktor I.
Kategori i , faktor II
Kategori j, faktor III
Kategori k,
I
=1, 2, 3, …, p
J
= 1, 2, 3, …, q
K
=1, 2, 3, …, r
L
= 1, 2, 3, …, n
N
= frekuensi setiap sel (cacah data setiap sel)
µ
= grand Mean
commit to user
ai
= efek faktor 1 kategori i terhadap Xi,j,k,l
bj
= efek faktor 2 kategori j terhadap Xi,j,k,l
gk
= efek faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
ab ij
= kombinasi efek faktor 1 kategori i, faktor 2 kategori j terhadap
Xi,j,k,l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ag ik
= kombinasi efek faktor 1 kategori i, faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
bg jk
= kombinasi efek faktor 2 kategori k, faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
abl ijk
= kombinasi efek faktor 1 kategori i, faktor 2 kategori j terhadap, faktor 3
kategori k terhadap Xi,j,k,l
åX
ijkl
= kesalahan (error) pada Xi,j,k,l
3. Hipotesis
1.
H01 : a i = 0 untuk semua i
H11 : a i ¹ 0 untuk paling sedikit satu i
2.
H02 : b j = 0 untuk semua j
H12 : b j ¹ 0 untuk paling sedikit satu j
3.
H03 : g k = 0 untuk semua j
H13 : g k ¹ 0 untuk paling sedikit satu k
4.
H04 : ab ij = 0 untuk semua i,j
H14 : ab ij ¹ 0 untuk paling sedikit satu i,j
5.
H05 : ag ik = 0 untuk semua i,k
H15 : ag ik ¹ 0 untuk paling sedikit satu i,k
commit to user
6.
H06 : bg jk = 0 untuk semua j,k
H16 : bg jk ¹ 0 untuk paling sedikit satu j,k
7.
H07 : abl ijk = 0 untuk semua i,j,k
perpustakaan.uns.ac.id
H17 : abl ijk ¹ 0 untuk paling sedikit satu i,j,k
digilib.uns.ac.id
4. Tata Letak Data
Tabel 3.11. Tata Letak Data
B b1
A C
c1
a1
abc111
a2
abc211
.
.
.
ap
b2
…
abcp11
…Bq
cr
abc11r
abc21r
c1
abc121
abc221
abcp1r
abcp21
Keterangan : A = faktor I baris
…
cr
abc12r
abc22r
c1
abc1q1
abc2q1
abcp2r
abcpq1
B = factor II kolom
…
cr
abc1qr
abc2qr
abcpqr
C= factor III subkolom
5. Komputasi
1. Komponen Jumlah Kuadrat
Tabel 3.12. Jumlah Kuadrat AB
B
B1
B2
…
Bq
AB11
AB12
…
AB1q
A1
ABp1
B1
ABp2
B2
ABpq
Bq
Ap
G
A
A1
Total
.
.
..
Ap
Total
…
…
commit to user
Tabel 3.13. Jumlah Kuadrat AC
C
C1
C2
…
Cr
AC11
AC12
…
AC1r
A1
ACpr
Cr
digilib.uns.ac.id
Ap
G
Total
A
A1
..
.
perpustakaan.uns.ac.id
Ap
ACp1
Total
C1
ACp2
C2
…
…
Tabel 3.14. Jumlah Kuadrat BC
C
C1
C2
…
Cr
BC11
BC12
…
BC1r
B1
BCq1
C1
BCq2
C2
BCqr
Cr
Bq
G
Total
B
B1
..
.
.
Bq
Total
…
…
Tabel 3.15. Rangkuman ABC
B
A
C
c1
abc111
abc211
a1
a2
.
.
.
ap
abcp11
G2
(1) =
npqr
(2) =
åX
2
ijkl
b1
…
…
cr
abc11r
abc21r
c1
abc1q1
abc2q1
abcp1r
abcpq1
(6) =
å ( AB
(7) =
å ( AC
i , j , k ,l
commit to user
ij
)2
nr
nq
ik
)2
Bq
…
cr
abc1qr
abc2qr
abcpqr
(3) =
åA
(4) =
åB
2
i
(8) =
qr
2
j
(9) =
npr
å ( BC
jk
)2
np
å
( ABC ijk ) 2
n
perpustakaan.uns.ac.id
2
Ck
å
(5) =
npq
digilib.uns.ac.id
2. Rerata harmonik
nh =
n a nb n c
1 / nsel1 + 1 / n sel 2 + ... + 1 / n sel 8
3. Jumlah Kuadrat
SSa
= nh [(3) – (1)]
SSb
= nh [(4) – (1)]
SSc
= nh [(5) – (1)]
SSab
= nh [(6) – (3) – (4) + 1]
SSac
= nh [(7) – (3) – (5) + 1]
SSbc
= nh [(8) – (4) – (5) + 1]
SSabc = nh [(9) – (6) – (7) – (8) + (3) + (4) + (5) – 1]
Sser = - (9)
+ (2)
_____________________________________________
Sstot = (2) – (1)
4. Derajat Kebebasan
Dfa :
= (p – 1)
Dfb :
= (q – 1)
commit to user
Dfc :
= (r – 1)
Dfab : (p – 1) (q – 1)
= pq – p – q + 1
Dfac : (p – 1) (r – 1)
= pr – p – r + 1
Dfbc : (q – 1) (r – 1)
perpustakaan.uns.ac.id
Dfabc : (p – 1) (q – 1) (r – 1)
= qr – q – r + 1
digilib.uns.ac.id
= pqr – pr – qr – pq + p + q + r -1
Dfer : n p q r – p q r
= N – pqr
____________________________________________________
Df total
=N–1
5. Rerata Kuadrat
MSa =
SS a
df a
MSac =
SS ac
df ac
MSb =
SS b
df b
MSbc =
SS bc
df bc
MSc =
SS c
df c
MSabc =
SS abc
df abc
MSab =
SS ab
df ab
MSer =
SS er
df er
6. Statistik Uji
Fa =
MS a
MS er
Fac =
MS ac
MS er
Fb =
MS b
MS er
Fbc =
MS bc
MS er
Fc =
MS c
MS er
Fabc =
Fab =
MS ab
MS er
commit to user
MS abc
MS er
7. Daerah Kritik
Dka = Fa ³ F a ; p – 1, N – pqr
Dkb = Fb ³ F a ; q – 1, N – pqr
Dkc = Fc ³ F a ; r – 1, N – pqr
perpustakaan.uns.ac.id
Dkab = Fab ³ F a ; (p – 1) (q – 1), N – pqr
digilib.uns.ac.id
Dkac = Fac ³ F a ; (p – 1) (r – 1), N – pqr
Dkbc = Fbc ³ F a ; (q – 1) (r – 1), N – pqr
Dkabc = Fabc ³ F a ; (p – 1) (q – 1) (r – 1), N – pqr
8. Keputusan Uji
H01 ditolak jika Fa ³ F a ; p – 1, N – pqr
H02 ditolak jika Fb ³ F a ; q – 1, N – pqr
H03 ditolak jika Fc ³ F a ; r – 1, N – pqr
H04 ditolak jika Fab ³ F a ; (p – 1) (q – 1), N – pqr
H05 ditolak jika Fac ³ F a ; (p – 1) (r – 1), N – pqr
H06 ditolak jika Fbc ³ F a ; (q – 1) (r – 1), N – pqr
H07 ditolak jika Fabc ³ F a ; (p – 1) (q – 1) (r – 1), N – pqr
9. Rangkuman Anava
Tabel 3.16. Rangkuman Anava
Sumber
Variasi
Efek
Utama
A
B
C
A×B
Variasi
SS
SSa
SSb
SSc
SSab
Df
Dfa
Dfb
Dfc
Dfab
Var MS
MSa
MSb
MSc
MSab
commit to user
F
Fa
Fb
Fc
Fab
F(probabilitas)
<a
<a
<a
<a
atau > a
atau > a
atau > a
atau > a
A×C
B×C
A×B×C
Galat
SSac
SSbc
SSabc
SStot
Dfac
Dfbc
Dfabc
Dftot
MSac
MSbc
MSabc
Fac
Fbc
Fabc
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Lanjut Anava
< a atau > a
< a atau > a
< a atau > a
digilib.uns.ac.id
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil
variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini
adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris,
dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah terdapat rerata yang
berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode Komparansi Ganda
dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k
perlakuan, maka ada
k ( k - 1)
pasangan rataan.
2
2). Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparansi tersebut.
H0,AS : µA1 = µA2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran fisika dengan metode problem solving
dan
metode problem posing.
H1,AS : µA1 ≠ µA2 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran fisika dengan metode problem solving
metode problem posing.
commit to user
dan
H0,BS : µB1 = µB2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan
kemampuan matematis tinggi dan kemampuan matematis
rendah
H1,BS : µB1 ≠ µB2
perpustakaan.uns.ac.id
Ada perbedaan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan
digilib.uns.ac.id
kemampuan matematis tinggi dan kemampuan matematis
rendah
H0,CS : µC1 = µC2 Tida ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan
kreativitas tinggi dan kreativitas rendah
H1,CS : µC1 ≠ µC2
Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas
tinggi dan kreativitas rendah
3). Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan
taraf signifikansi pada uji analisis variansi)
4). Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan Ferguson sebagai
berikut:
F j -k =
(X
j
-Xk
)
2
æ 1
1 ö
MS err ç + ÷
çn
÷
è j nk ø
dengan keterangan :
X j = rerata sampel grup ke - j
X k = rerata sampel grup ke - k
nj = cacah observasi pada grup ke-j
nk = cacah observasi pada grup ke-k
commit to user
Semua persamaan sebagaimana tertera di atas digunakan untuk menganalisa
data secara manual. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan bantuan
software Microsoft excel 2003 dan Minitab 15. Bantuan software tersebut diperlukan
untuk menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan hitung, memudahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembuatan interval distribusi frekuensi data dan histogram, serta meningkatkan
akurasi hasil perhitungan.
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Kemampuan Matematis
siswa, Kreativitas, dan nilai prestasi belajar Fisika pada materi pokok Medan
Magnet. Data diperoleh dari kelas XII.AKS-1 sebagai kelas experimen I yang
menggunakan metode Problem Solving, serta XII.AKS-2 sebagai kelas experimen II
yang menggunakan metode Problem Posing.
1. Prestasi Belajar Fisika
Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan seseorang dikatakan belajar jika
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku
ini sebagai akibat pengalaman yang diperolehnya. Bila seseorang telah menunjukkan
perubahan perilaku dalam suasana yang serupa pada dua waktu yang berbeda, orang
tersebut dikatakan telah belajar. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor)
maupun yang menyangkut sikap (afektif). Perubahan yang diperoleh setelah proses
belajar Fisika dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, maupun sikap
yang berhubungan dengan pelajaran Fisika. Dalam penelitian ini prestasi belajar
Fisika meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun soal tes prestasi dan
hasil belajar Fisika siswa secara lengkap tersaji pada lampiran 12 dan 21 Untuk
commit to user
memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar Fisika, ringkasan dari lampiran
tersebut disajikan pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika
Total
Count
25
23
Metode
Problem Posing
perpustakaan.uns.ac.id
Problem Solving
Mean
78,68
79,57
StDev
7,13
7,69
Minimum
63,00
63,00
Median
80,00
80,00
Maximum
92,00
digilib.uns.ac.id
92,00
Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas
yang menggunakan metode pembelajaran Problem Solving disajikan pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada
Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
63 - 67
1
65
1
4,35%
68 - 72
3
70
4
13,04%
73 - 77
4
75
8
17,39%
78 - 82
8
80
15
30,43%
83 - 87
5
85
20
21,74%
88 - 92
3
90
23
13,04%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, digunakan histogram dari nilai
prestasi dengan mengunakan metode Problem Solving seperti gambar 4.1 :
commit to user
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas yang menggunakan
Metode Problem Solving
Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas
yang menggunakan metode Problem Posing disajikan pada tabel 4.3 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada
Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
63 - 67
2
65
2
8,00%
68 - 72
3
70
5
12,00%
73 - 77
4
75
9
16,00%
78 - 82
10
80
19
40,00%
83 - 87
5
85
24
20,00%
88 - 92
1
90
25
4,00%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihatlah histogram dari nilai
prestasi dengan mengunakan metode Problem Posing seperti gambar 4.2 :
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas yang menggunakan
Metode Problem Posing
2.
Data Kemampuan Matematis Siswa
Dalam penelitian ini data Kemampuan Matematis siswa diperoleh dari nilai
pada materi pokok Medan Magnet. Kemampuan Matematis siswa dikategorikan
commit to user
menjadi dua: yaitu Kemampuan Matematis tinggi dan Kemampuan Matematis
rendah. Penggolongan Kemampuan Matematis berdasarkan data nilai tes
kemampuan matematis siswa. Siswa dikatakan memiliki Kemampuan Matematis
tinggi jika skor Kemampuan Matematisnya lebih besar atau sama dengan rerata dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikatakan rendah jika skor Kemampuan Matematis lebih rendah dari rerata.
Deskripsi data Kemampuan Matematis dapat dilihat pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Matematis Siswa
Metode = Problem Posing
K-KM
Rendah
Tinggi
Count
9
16
Total
Mean StDev
60,56
5,27
74,38
4,79
Count
10
13
Total
Mean StDev
60,70
5,31
74,00
4,42
Minimum
50,00
70,00
Median
60,00
75,00
Maximum
65,00
85,00
Metode = Problem Solving
K-KM
Rendah
Tinggi
Minimum
50,00
70,00
Median
62,50
73,00
Maximum
65,00
85,00
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kemampuan Matematis siswa pada kelas
yang menggunakan metode Problem Solving tersaji pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis pada
Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
50 - 55
2
52,5
2
8,70%
56 - 61
3
58,5
5
13,04%
62 - 67
5
64,5
10
21,74%
68 - 73
8
70,5
17
30,43%
74 - 79
4
76,5
21
17,39%
80 - 85
2
82,5
23
8,70%
commit to user
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihat histogram dari distribusi nilai
Kemampuan Matematis pada kelas yang mengunakan metode Problem Solving pada
gambar 4.3 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.3 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang
menggunakan Metode Problem Solving
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kemampuan Matematis siswa pada kelas
yang menggunakan metode pembelajaran Problem Posing disajikan pada 4.6 :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis pada
Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
50 - 55
2
52,5
2
8,00%
56 - 61
3
58,5
5
12,00%
62 - 67
4
64,5
9
16,00%
68 - 73
7
70,5
16
28,00%
74 - 79
5
76,5
21
20,00%
80 - 85
4
82,5
25
16,00%
commit to user
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihatlah histogram dari distribusi
nilai Kemampuan Matematis pada kelas yang mengunakan metode Problem Posing
pada gambar 4.4 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa pada kelas
yang menggunakan Metode Problem Posing
3.
Data Kreativitas Siswa
Setiap peserta didik mempunyai pola kreativitas yang berbeda. Dalam
pengertian sehari-hari kreativitas sering disamakan dengan daya cipta dan cenderung
ditujukan dalam bidang seni. Pada kenyataannya kreativitas tidak hanya menyangkut
bidang seni saja, melainkan juga terdapat pada berbagai bidang ilmu termasuk Ilmu
Pengetahuan Alam. kreativitas adalah semua usaha produktif yang unik dari
individu, seseorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan sesuatu
yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek
personalianya. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan
gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang
cukup luas.
commit to user
Tingkat kreativitas diukur menggunakan perangkat observasi. Adapun skor
hasil observasi tersebut dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.7 :
Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
Metode = Problem Posing
K-Kreativ
Rendah
Tinggi
Total
Count
10
15
K-Kreativ
Rendah
Tinggi
Total
Count
9
14
Mean
103,40
111,87
StDev
2,91
3,46
Minimum
98,00
108,00
Median
103,50
110,00
digilib.uns.ac.id
Maximum
107,00
120,00
Metode = Problem Solving
Mean
103,56
111,50
StDev
3,17
3,72
Minimum
98,00
108,00
Median
104,00
111,00
Maximum
107,00
120,00
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kreativitas siswa pada kelas yang
menggunakan metode pembelajaran Problem Solving disajikan pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang
menggunakan Metode Problem Solving
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
98 - 101
2
99,5
2
8,70%
102 - 105
5
103,5
7
21,74%
106 - 109
8
107,5
15
34,78%
110 - 113
5
111,5
20
21,74%
114 - 117
2
115,5
22
8,70%
118 - 121
1
119,5
23
4,35%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, maka digunakan histogram tentang
distribusi nilai Kreativitas pada kelas yang menggunakan metode Problem Solving
yang dapat dilihat pada gambar 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan
Metode Problem Solving
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kreativitas siswa pada kelas yang
menggunakan metode pembelajaran Problem Posing dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang
menggunakan Metode Problem Posing
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
98 - 101
2
99,5
2
8,00%
102 - 105
5
103,5
7
20,00%
106 - 109
6
107,5
13
24,00%
110 - 113
8
111,5
20
28,00%
114 - 117
3
115,5
24
12,00%
118 - 121
1
119,5
25
4,00%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihatlah histogram tentang
distribusi nilai Kreativitas pada kelas yang memggunakan metode Problem Posing
pada gambar 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan
Metode Problem Posing
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan software Minitab 15 series yang
ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
No.
Data
Metode
p-
Ryan-
Distribusi
value
Joiner
Data
1
Prestasi
-
>0,100
0,993
Normal
2
Prestasi
Problem
>0,100
0,990
Normal
>0,100
0,995
Normal
-
0,076
0,996
Normal
Kemampuan
Problem
>0,100
0,990
Normal
Matematis
Solving
Kemampuan
Problem
>0,100
0,996
Normal
Solving
3
Prestasi
Problem
Posing
4
Kemampuan
Matematis
5
6
commit to user
7
8
Matematis
Posing
Kreativitas
-
>0,100
0,997
Normal
Kreativitas
Problem
>0,100
0,992
Normal
>0,100
0,997
Normal
digilib.uns.ac.id
Solving
Kreativitas
9
perpustakaan.uns.ac.id
Problem
Posing
Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Kemampuan Matematis, dan
Kreativitas di atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa pvalue > 0,05 untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut,
maka dapat diambil keputusan data Prestasi, Kemampuan Matematis dan Kreativitas
berdistribusi normal. Kriteria uji normalitas adalah “tolak hipotesis null (data tidak
menyalahi kriteria berdistribusi normal) jika p-value < alpha 5%”.
2.
Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas
yang peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan
dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi belajar
Fisika, sedangkan sebagai faktornya adalah metode pembelajaran (Problem Solving
dan Problem Posing), Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa. Hasil uji
homogenitas disajikan dalam tabel 4.11 dan hasil analisis selengkapnya disajikan
pada lampiran hasil analisa data.
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
No. Respon
Faktor
p-value
commit to user
Keputusan
F Test Levene’s Test
1
Prestasi Metode
0,714
0,562
Homogen
2
Prestasi K-KM
0,911
0,962
Homogen
3
Prestasi K-Kreativ
0,818
0,818
Homogen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4.11 di atas terlihat bahwa semua nilai
sehingga semua
Ho yang diajukan (data prestasi tidak menyalahi kriteria homogenitas) tidak ditolak.
Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi berdasarkan faktor Metode, kategori
Kemampuan Matematis dan tingkat Kreativitas siswa terpenuhi, sehingga uji
selanjutnya, yaitu uji Anova dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak
hanya antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah satu
alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang
diperkirakan di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA.
1. Uji Analisis Variansi
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan sebab,
faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor, yaitu
metode pembelajaran, Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa. Adapun
rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat
dicermati pada tabel 4.12 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran hasil
analisa data.
commit to user
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika
Analysis of Variance for Prestasi, using Sequential SS for Tests
Source
Metode
K-KM
K-Kreativ
Metode*K-KM
Metode*K-Kreativ
perpustakaan.uns.ac.id
K-KM*K-Kreativ
Metode*K-KM*K-Kreativ
Error
Total
S = 5,66831
DF
1
1
1
1
1
1
1
40
47
Seq SS
9,39
820,60
262,87
0,30
3,39
148,22
0,52
1285,19
2530,48
R-Sq = 49,21%
Adj SS
0,05
325,86
211,92
0,29
15,61
145,91
0,52
1285,19
Seq MS
9,39
820,60
262,87
0,30
3,39
148,22
0,52
32,13
F
P
0,29 0,592
25,54 0,000
8,18 0,007
0,01 0,924
0,11 0,747
digilib.uns.ac.id
4,61
0,038
0,02 0,899
R-Sq(adj) = 40,32%
Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan Hipotesis
penelitian sebagai berikut:
a.
H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Solving dan Problem
Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet, tidak ditolak
sebab p-value metode = 0,592 > 0,050.
b.
H02: Tidak ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika
pada materi Medan Magnet ditolak sebab p-value Kemampuan Matematis siswa
= 0,000 < 0,050.
c.
H03: Tidak ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada
materi Medan Magnet ditolak sebab p-value Kreativitas siswa = 0,007 < 0,050.
d.
H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kemampuan
Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet tidak
ditolak sebab p-value interaksi metode dan Kemampuan Matematis = 0,924 >
0,050.
commit to user
e.
H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet tidak ditolak sebab
p-value interaksi metode dan Kreativitas = 0,747 > 0,050.
f. H023: Tidak ada interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet ditolak sebab p-value
interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,038 < 0,050.
g.
H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis,
dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet tidak
ditolak sebab p-value interaksi antara metode, Kemampuan Matematis dan
Kreativitas = 0,899 > 0.050.
Dari beberapa hipotesis diatas ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil
daripada alpha (p-value < α), maka ada langkah statistik lebih lanjut untuk
mengetahui Kemampuan Matematis (K-KM) dan Kreativitas (K-Kreativ) mana yang
memberikan pengaruh signifikan serta bagaimana bentuk interaksi kedua faktor
tersebut terhadap prestasi belajar Fisika.
2.
Uji Lanjut Analisis Variansi
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda dilakukan pada hipotesis H02. Hasil Anova yang perlu diuji lebih
lanjut adalah hasil pada H12, yaitu: “ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap
prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet”.
Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui Kemampuan Matematis mana yang
memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.13 :
commit to user
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika vs Kemampuan
Matematis
Source DF
K-KM
1
Error
46
Total
47
S = 7,892
SS
MS
557,8 557,8
2864,9
62,3
3422,7
R-Sq = 16,30%
F
8,96
P
0,004
R-Sq(adj) = 14,48%
perpustakaan.uns.ac.id
Level
Rendah
Tinggi
N
20
28
digilib.uns.ac.id
Mean
75,300
82,214
StDev
7,781
7,969
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
-----+---------+---------+---------+---(---------*---------)
(--------*-------)
-----+---------+---------+---------+---73,5
77,0
80,5
84,0
Pooled StDev = 7,892
Melalui grafik ditunjukkan keterkaitan antara Kemampuan Matematis
terhadap Prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet pada gambar 4.7
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Kemampuan Matematis terhadap Prestasi
Belajar Fisika
Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut berikutnya adalah hasil pada H13,
yaitu: “ ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi
Medan Magnet”. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui Kreativitas mana yang
memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.14 :
commit to user
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika vs Kreativitas
Source
K-Kreativ
Error
Total
S = 7,532
DF
SS
MS
F
P
1
813,0 813,0 14,33 0,000
46 2609,6
56,7
47 3422,7
R-Sq = 23,75%
R-Sq(adj) = 22,10%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
perpustakaan.uns.ac.id
Level
Rendah
Tinggi
N
21
27
Mean
74,667
82,963
digilib.uns.ac.id
StDev
7,851
7,277
--+---------+---------+---------+------(--------*-------)
(------*-------)
--+---------+---------+---------+------72,0
76,0
80,0
84,0
Pooled StDev = 7,532
Grafik keterkaitan antara Kreativitas terhadap Prestasi belajar Fisika dapat
dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
Hasil Anova berikutnya yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H123,
yaitu: “ada interaksi kemampuan matematis dan Kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi Medan Magnet”.
Untuk mengetahui interaksi kemampuan matematis dan Kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10 berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Fisika
Gambar 4.10 Grafik interaksi faktor Metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Fisika
Berdasar pada gambar 4.9 dan 4.10 dapat dijelaskan bahwa Kemampuan
Matematis dan Tingkat kreativitas siswa memberikan efek berbeda terhadap
pencapaian prestasi belajar Fisika, sedangkan metode pembelajaran memberikan
pengaruh yang tidak signifikan, dimana siswa yang dibelajarkan dengan metode
commit to user
Problem Solving dan memiliki Kemampuan Matematis tinggi mendapatkan rerata
prestasi yang signifikan lebih tinggi, sedangkan siswa yang dibelajarkan dengan
metode Problem Posing dan memiliki Kemampuan Matematis rendah mendapatkan
prestasi yang relatif lebih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk lebih memahami secara detail pola interaksi dan informasi hasil uji
Anova satu jalan pada gambar 4.9 dan 4.10 di atas, dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi
Kemampuan
Matematis
Kreativitas
Statistik
N=
Tinggi
10
Stdev =
4,251
4,472
P=0,013
p=0,020
2
6
N=
P=0,454
P=0,776
84,000
Mean =
75,000
Stdev =
7,071
p=0,001*
p=0,013*
6,802
3
p=0,002**
p=0,088**
5
75,333
Stdev =
4,041
7,382
p=0,679
p=0,957
7
4
N=
Mean =
73,429
Stdev =
7,044
)* Kemampuan Matematis, )** Kreativitas.
commit to user
p=0,787
76,667
Mean =
Rendah
Rendah
11
85,455
N=
Tinggi
Problem Posing
Mean =
Tinggi
Rendah
Problem Solving
p=0,847
74,000
74,250
5,620
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada pengaruh
penggunaan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Medan Magnet, 2)
apakah ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi digilib.uns.ac.id
belajar Medan
perpustakaan.uns.ac.id
Magnet, 3) apakah ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Medan
Magnet, 4) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan Kemampuan
Matematis siswa, 5) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan
Kreativitas siswa, 6) apakah ada interaksi antara Kemampuan Matematis dan
Kreativitas siswa, dan 7) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran,
Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Medan Magnet.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Problem Solving untuk kelas eksperimen I, dan metode Problem Posing untuk kelas
eksperimen II. Pengukuran Kemampuan Matematis siswa dilakukan sebelum
pembelajaran Medan Magnet berlangsung, yaitu dengan melihat nilai hasil tes
kemampuan matematis pada siswa, sedangkan untuk mengetahui kreativitas siswa
dilakukan
dengan
observasi
kreativitas
yang
berlangsung
selama
proses
pembelajaran pada materi Medan Magnet. Observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran dimaksudkan untuk mendapatkan kreativitas khususnya pada materi
Medan Magnet. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes afektif, kognitif dan
psikomotor untuk mengukur prestasi belajar Medan Magnet siswa.
1.
Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama
diperoleh p-value metode pembelajaran = 0,592 > 0,050 maka Ho (tidak ada
commit to user
pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar) tidak ditolak,
ini berarti bahwa antara metode Problem Solving dan Problem Posing tidak memiliki
pengaruh terhadap prestasi belajar Medan Magnet siswa. Kedua metode
pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar Fisika pada materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Medan Magnet. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar Fisika yang
menunjukkan lebih tinggi daripada kriteria ketuntasan minimal (KKM: 75) yang
distandarkan., Suasana kelas yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving dan
Problem Posing masing-masing reratanya 80,043 dan 78,680. Dengan demikian
kedua metode pembelajaran ini sama-sama dapat digunakan dalam pembelajaran
Fisika khususnya pada materi Medan Magnet ( lihat lampiran 27)
Jadi berdasarkan hasil penelitian tentang Problem Solving dan Problem
Posing dapat diketahui bahwa hasil kedua kelas yang dibelajarkan dengan metode
Problem Solving dan Problem Posing memenuhi harapan dan menghasilkan rerata
prestasi yang lebih tinggi daripada KKM. Meskipun demikian, masih dapat dicermati
bahwa terdapat kecenderungan siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem
Solving mendapatkan rerata prestasi yang relatif lebih baik daripada siswa yang
dibelajarkan dengan metode Problem Posing. Untuk memperjelas terdapatnya
kecenderungan siswa yang diberi pembelajaran dengan kedua metode tersebut
mengalami sedikit perbedaan prestasi maka melalui grafik uji lanjut anava tentang
keterkaitan metode pembelajaran terhadap prestasi dilihat pada gambar 4.11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.11 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Fisika
Berdasar gambar 4.11 dapat dijelaskan bahwa nilai prestasi fisika pada siswa
yang diberi pembelajaran dengan metode Problem Solving mempunyai nilai di atas
rata-rata, sedangkan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Problem Posing
mempunyai nilai di bawah rata-rata, walaupun kedua metode menghasilkan prestasi
di atas KKM.
2.
Hipotesis Kedua
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kemampuan Matematis
terhadap prestasi belajar Medan Magnet, p-value Kemampuan Matematis siswa =
0,000 < 0,050. Uji lanjut menunjukkan bahwa Kemampuan Matematis memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet, pvalue Kemampuan Matematis siswa = 0,004 < 0,050. Hasil tersebut menandakan
adanya pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi Medan Magnet. Jika
diperhatikan lagi pada hasil rerata kedua Kemampuan Matematis diperoleh informasi
commit to user
bahwa rerata siswa yang Kemampuan Matematis tinggi dan rendah masing-masing
82,214 dan 75,300. Hal itu berarti bahwa guru dalam proses pembelajaran perlu
memperhatikan faktor Kemampuan Matematis siswa untuk menunjang keberhasilan
proses pembelajaran, karena faktor Kemampuan Matematis ternyata dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, Kemampuan Matematis siswa
memberikan efek dengan arah berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Medan
Magnet, dimana siswa yang memiliki tingkat Kemampuan Matematis rendah
mendapatkan rerata prestasi yang relatif lebih rendah, sedangkan siswa yang
memiliki tingkat Kemampuan Matematis tinggi mendapatkan prestasi yang relatif
lebih tinggi. Dalam hal ini kategori Kemampuan Matematis memberikan arah
pengaruh positif terhadap prestasi, yaitu pengaruhnya positif untuk Kemampuan
Matematis tinggi dan negatif untuk Kemampuan Matematis rendah. Siswa dengan
Kemampuan Matematis tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menyelesaikan masalah-masalah Medan Magnet dibanding siswa yang memiliki
Kemampuan Matematis rendah. hal ini disebabkan oleh model-model persamaan
yang digunakan dalam penyelesaian kasus atau permasalahan medan magnet
berbasiskan pada persamaan-persamaan matematis seperti model integral dan
penurunan. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar 4.7 hasil uji lanjut mean
prestasi dengan faktor kemampuan matematis siswa, dan tabel 4.13 di atas.
3.
Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika (p-value Kreativitas siswa = 0,007 < 0,050) dalam
commit to user
proses pembelajaran. Tingkat Kreativitas siswa memberikan pengaruh berbeda
terhadap prestasi belajar Fisika materi Medan Magnet. Uji lanjut menunjukkan
bahwa Kreativitas siswa memberikan perbedaan pengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet (p-value Kreativitas siswa = 0,000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
< 0,050). Tingkat Kreativitas siswa memberikan efek berbeda terhadap pencapaian
prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat Kreativitas tinggi dan
rendah mendapatkan rerata prestasi yang berbeda, yaitu 82,963 dan 74,667. Selain
hasil tersebut, masih dapat diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kreativitas
positif untuk Kreativitas tinggi dan negatif untuk Kreativitas rendah. Theodore
Lewis, Stephen Petrina, dan Anne Marie Hill (1998) dalam makalahnya yang
berjudul Problem Posing-Adding a Creative Increment to Technological Problem
Solving
menyampaikan pesan bahwa “Our discussion here raises the issue of
creativity as an aspect of technology education teaching and learning to a
heightened level of consciousness. Problems of this order are best solved by actual
practice, collaboration, and reflection”. Hal itulah yang kemungkinan besar
menjadikan faktor kreativitas memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
siswa. Untuk lebih memahami apa yang sudah diuraikan, perhatikanlah tabel 4.14
dan gambar 4.8 hasil uji lanjut mean prestasi dengan faktor kreativitas siswa di atas.
4.
Hipotesis Keempat
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kemampuan Matematis
terhadap prestasi belajar Medan Magnet, namun tidak demikian dengan metode
pembelajaran. Hasil uji anava tiga jalan menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
commit to user
antara metode pembelajaran dan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar
Medan Magnet (p-value interaksi metode dan Kemampuan Matematis = 0,924 >
0,050). Namun, hasil uji lanjut memperlihatkan keputusan adanya interaksi antara
metode pembelajaran dngan Kemampuan Matematis. Pada anava adalah metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran keseluruhan sedangkan pada uji lanjut yang diuji adalah untuk setiap
metode yang digunakan. Dimana, hasil uji interaksi untuk metode Problem Solving
diperoleh p-value sebesar 0,001 dengan perolehan rerata siswa berkategori
kemampuan matematis tinggi dan rendah adalah 83,846 dan 74,000; dan p-value
untuk metode Problem Posing 0,013 dengan perolehan rerata siswa dengan kategori
kemamuan matematis tinggi dan rendah adalah 81,250 dan 74,111. Jadi, terjadi
interaksi antara metode pembeljaran dengan kemamuan matematis, baik pada metode
Problem Posing maupun problem Solving.
Hal ini terjadi karena penggunaan metode Problem Solving dan Problem
Posing berhasil merangsang proses belajar siswa, demikian juga dengan Kemampuan
Matematis siswa yang menunjukkan arah pengaruh yang positif. Berdasarkan hasil
uji pada hipotesis kedua ditemukan bahwa Kemampuan Matematis siswa cukup
berpengaruh. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode pembelajaran
Fisika selaras dengan efek Kemampuan Matematis individu siswa sehingga tidak
menghasilkan pola interaksi kedua faktor. Untuk lebih jelas lagi dalam memaknai
keselarasan metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis perhatikan gambar
4.12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kemampuan Matematis
terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet
Dari gambar 4.12 diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kedua faktor
sejajar sehingga tidak memungkinkan terjadinya pola interaksi pengaruh. Dengan
jelas gambar memperlihatkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan metode
Problem Solving lebih baik hasilnya daripada Problem Posing dan siswa dengan
Kemampuan Matematis tinggi lebih baik hasinya daripada yang rendah. arah
pengaruh kedua faktor tersebut sama-sama linier terhadap prestasi. Artinya, semakin
baik Kemampuan Matematisnya semakin baik prestasi yang diperoleh demikia juga
dengan metode pembelajarannya.
5.
Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan
metode pembelajaran terhadap prestasi, dan ada pengaruh Kreativitas terhadap
prestasi. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terjadi interaksi antara
metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi (p-value interaksi metode
commit to user
dan Kreativitas = 0,747 > 0,050). Hasil uji lanjut semakin memperkuat keputusan
tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas untuk metode
Problem Solving dimana diperoleh p-value sebesar 0,088, lihat table 4.16
Tabel 4.16 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi metode Problem Solving
Source
DF
SS
MS
F
P
perpustakaan.uns.ac.id
K-Kreativ
1
495,2 495,2 12,90 0,002
Error
21
806,4
38,4
Total
22 1301,7
S = 6,197
R-Sq = 38,05%
R-Sq(adj) = 35,10%
digilib.uns.ac.id
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled
StDev
Level
Rendah
Tinggi
N
9
14
Mean
73,778
83,286
StDev
6,629
5,915
-+---------+---------+---------+-------(--------*-------)
(------*-----)
-+---------+---------+---------+-------70,0
75,0
80,0
85,0
Pooled StDev = 6,197
Sedangkan p-value untuk interaksi kreativitas dengan metode Problem
Posing sebesar 0,002. Dari hasil tersebut diperoleh informasi bahwa interaksi lebih
kuat terjadi pada metode pembelajaran Problem Solving. Lihat table 4.17
Tabel 4.17 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi metode Problem Posing
Source
K-Kreativ
Error
Total
S = 6,825
Level
Rendah
Tinggi
N
10
15
DF
SS
MS
F
P
1
148,0 148,0 3,18 0,088
23 1071,4
46,6
24 1219,4
R-Sq = 12,14%
R-Sq(adj) = 8,32%
Mean
75,700
80,667
StDev
6,147
7,228
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
------+---------+---------+---------+--(-----------*------------)
(---------*----------)
------+---------+---------+---------+--73,5
77,0
80,5
84,0
Pooled StDev = 6,825
Untuk memahami grafik interaksi metode pembelajaran dengan kreativitas
siswa maka perhatikan gambar 4.13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.13 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Csikszentmihalyi (1994) menjelaskan
mengapa metode pembelajaran tersebut mampu memberikan efek yang memuaskan.
Csikszentmihalyi menyatakan bahwa:
“Many creative individuals have pointed out in their work that the
formulation of a problem is more important than its solution and that real
advances in science and in art tend to come when new questions are asked
or old problems are viewed from a new angle . . . yet when measuring
thinking processes, psychologists usually rely on problem solution, rather
than problem formulation, as an index of creativity”. (h. 138)
Pada kesempatan lainnya, terkait dengan metode Problem Posing, Getzels dan
Csikszentmihalyi (1976) menemukan bahwa, “who kept the problem open longer
produced more creative solutions”. Sedangkan terkait dengan metode Problem
Solving, DeLuca dan Peterson (1997) dan Hatch (1988) menyatakan bahwa
“Problem solving becomes manifest in multiple forms within technology education,
including experimentation, design, invention, and trouble-shooting”. Jadi, tidak salah
commit to user
jika dalam penlitian ini dipadukan antara metode pembelajaran Problem posing dan
Solving dengan kreativitas siswa sebab sangat dekat hubungan pengaruhnya.
6.
Hipotesis Keenam
Hasil analisis data menunjukkan ada interaksi antara Kemampuan
Matematis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet (p-value
interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,038 < 0,050). Hasil ini
merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu secara parsial
Kemampuan Matematis berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dan
Kreativitas yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar Medan Magnet. Secara
parsial Kreativitas dan Kemampuan Matematis memberikan pengaruh yang memiliki
tren positif terhadap pencapaian prestasi, logis apabila kedua variabel ini
menunjukkan adanya interaksi terhadap prestasi belajar Medan Magnet. Hanya saja,
dari hasil statistik tidak serta merta menunjukkan hal yang demikian. Untuk itu perlu
diteliti pada setiap sel interaksi keduanya, ternyata berdasarkan pada tabel 4.15 yang
merangkum hasil probabilistik interaksi, diketahui bahwa Kemampuan Matematis
dan Kreativitas berinteraksi pada beberapa level. Interaksi pengaruh terjadi pada
level Kemampuan Matematis rendah pada metode Problem Solving (p-value =
0,013) dimana siswa dengan kemampuan kreativitas tinggi lebih dominan (mean
85,455) dan siswa dengan kategori rendah memperoleh rerata 75,000. Sedangkan
pada metode Problem Posing (p-value = 0,020) dengan rerata pada kreativitas tinggi
84,000 dan rerata pada kreativitas rendah diperoleh 76,667. Interaksi tidak terjadi
pada ranah Kemampuan Matematis rendah dengan Kreativitas baik pada metode
Problem Posing maupun problem solving. Interaksi signifikan positif terjadi pada
commit to user
sel Kemampuan Matematis tinggi dengan Kreativitas tinggi pada metode Problem
Solving. Namun, pada level tersebut diketahui juga untuk metode Problem Solving
tidak signifikan perbedaan reratanya dengan Problem Posing (85,455 dan 84,000).
Untuk mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut perhatikan gambar 4.14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.14 Grafik interaksi Kemampuan Matematis dan kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Fisika
7.
Hipotesis Ketujuh
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas (p-value interaksi antara
metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,899 > 0,050). Seperti yang
telah dijabarkan di atas, meskipun secra mandiri faktor Kemampuan Matematis dan
Kreativitas siswa berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi belajar Fisika
siswa, bahkan terjadi interaksi pengaruh untuk kedua faktor tesebut, ternyata tidak
commit to user
mampu memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan dalam hal interaksi dengan
faktor lainnya, yaitu metode pembelajar. Untuk memahami pola interaksi total ketiga
faktoryang terlibat, perhatikanlah gambar 4.10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.15 Grafik Main efect faktor Metode pembelajaran, Kemampuan Matematis dan
kreativitas terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet
Berdasarkan gambar 4.15 diperoleh informasi bahwa baik Kemampuan
Matematis (tinggi – rendah) dan kreativitas siswa (tinggi – rendah) sama-sama
memiliki tren positif. Sedangkan pada metode pembelajaran (Problem Posing –
Problem Solving) terlihat hampir sama efeknya.
Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut:
1) penggunaan metode pembelajaran Problem Solving maupun Problem Posing dan
Kemampuan Matematis tinggi berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi
siswa. Siswa dengan Kemampuan Matematis tinggi dan Kreativitas Tinggi
memperlihatkan pemahaman terhadap konsep Medan Magnet lebih cepat daripada
commit to user
siswa dengan kategori kemampuan matematis dan kreativitas rendah; 2) interaksi
antara Kemampuan Matematis dengan kreativitas memberikan sumbangan besar
terhadap pemahaman siswa akan konsep Fisika pada materi Medan Magnet terutama
pada siswa yang memiliki Kemampuan Matematis tinggi dan kreativitas tinggi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibelajarkan dengan metode Problem Solving maupun Problem Posing. Hal ini
disebabkan karena Problem Solving dan Problem Posing menarik dan berkesan bagi
siswa dengan Kemampuan Matematis dan Kreativitas tinggi.
E.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi
sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal
yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum diperhatikannya
kemampuan siswa pada level menengah, baik untuk kemampuan matematis maupun
kreativitasnya. Konsep medan magnet sangat bersifat abstrak dan membutuhkan
kemampuan matematis yang baik sebelum mempelajarinya. Waktu yang disediakan
pada program akselerasi sangat terbatas sehingga konsep ini tidak dapat
tersampaikan secara detail. Hasil angket belum sepenuhnya memberikan gambaran
kreativitas siswa, karena masih ada siswa yang menjawab pertanyaan tidak dengan
sungguh-sungguh. Selain itu, sebenarnya problem Posing merupakan sebagian
langkah dari Problem Solving sehingga tidak mengherankan jika pada akhirnya
problem solving relatif lebih baik. Namun demikian kedua metode pembelajaran
sama baiknya dalam mengantarkan pencapaian prestasi maksimal siswa.
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
perpustakaan.uns.ac.id
A. Kesimpulan
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa pembelajaran dengan metode
problem solving dan problem posing mempunyai pengaruh yang sama kuat
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Hal ini dapat
diketahui dari hasil perhitungan bahwa p-value metode lebih besar dari nilai
tabel (0,592 > 0,050). Rerata nilai prestasi siswa lebih tinggi daripada kriteria
ketuntasan minimal (KKM: 75). Siswa yang dibelajarkan dengan metode
Problem Solving dan Problem Posing masing-masing reratanya 80,043 dan
78,680. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan metode
Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada
materi Medan Magnet
2.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa Kemampuan Matematis memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan bahwa
p-value Kemampuan
Matematis siswa lebih kecil dari nilai tabel (0,000 < 0,050). Rerata nilai prestasi
siswa yang memiliki Kemampuan Matematis tinggi dan rendah masing-masing
82,214 dan 75,300. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Kemampuan
Matematis siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
commit to user
3.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa Kreativitas siswa memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan
Magnet. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitugan bahwa p-value Kreativitas
siswa lebih kecil dari nilai table (0,007 < 0,050). Siswa dengan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi yang berbeda, yaitu
masing-masing 82,963 dan 74,667. Jadi dapat disampulkan bahwa ada pengaruh
kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
4.
Melalui hasil analisis data dapat ditunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis. Hal ini dapat diketahui
dari hasil perhitungan bahwa metode p-value interaksi metode lebih besar
daripada nilai table (0,747 > 0,050). Rerata nilai prestasi siswa berkategori
kemampuan matematis tinggi dan rendah masing-masing adalah 83,846 dan
74,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi pengaruh antara
metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar
Fisika pada materi Medan Magnet.
5.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dengan kreativitas siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil
perhitungan bahwa p-value interaksi metode terhadap kreativitas siswa lebih
besar dari nilai table hitung ( 0,747 > 0,050). Berdasar uji lanjut diketahui
bahwa interaksi antara metode problem solving terhadap kreativitas mempunyai
p-value sebesar 0,088 yang nilainya lebih besar dari nilai table hitung. Hal ini
berarti tidak ada interaksi antara keduanya. Sedangkan interaksi antara problem
posing terhadap kreativitas mempunyai p-value sebesar 0,002 yang nilainya
commit to user
lebih kecil dari nilai table hitung. Artinya kreativitas siswa yang diinteraksikan
dengan pembelajaran dengan metode problem posing berpengaruh terhadap
prestasi belajar fisika medan magnet. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interaksi antara metode pembelajaran problem solving dengan kreativitas siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
6.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa interaksi antara Kemampuan Matematis
rendah pada metode Problem Solving (p-value = 0,013) dimana siswa dengan
kemampuan kreativitas tinggi lebih dominan dengan rerata sebesar 85,455 dan
siswa dengan kategori rendah memperoleh rerata sebesar 75,000. Sedangkan
pada metode Problem Posing (p-value = 0,020) dengan rerata pada kreativitas
tinggi sebesar 84,000 dan rerata pada kreativitas rendah diperoleh 76,667.
Interaksi Kemampuan Matematis rendah dengan Kreativitas tidak terjadi baik
pada metode Problem Posing maupun problem solving. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ada interaksi antara Kemampuan Matematis dengan kreativitas terhadap
prestasi Fisika pada materi Medan Magnet.
7. Secara mandiri faktor Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa
berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi belajar Fisika siswa, bahkan
terjadi interaksi untuk kedua faktor tesebut, ternyata tidak mampu memberikan
pengaruh yang signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, yaitu
metode pembelajar. Kemampuan Matematis (tinggi – rendah) dan kreativitas
siswa (tinggi – rendah) sama-sama memiliki tren positif. Sedangkan pada
metode pembelajaran (Problem Posing – Problem Solving) terlihat hampir sama
efeknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
commit to user
pembelajaran, Kemampuan Matematis dan kreativitas terhadap prestasi belajar
Fisika pada materi Medan Magnet.
B. Implikasi
perpustakaan.uns.ac.id
1. Implikasi Teoritis
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode
Problem Solving dan Problem Posing yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Fisika pada materi pokok Medan Magnet. Sekalipun metode pembelajaran ini samasama mempermudah siswa untuk memahami konsep pembelajaran Fisika pada
materi tersebut, metode Problem Solving lebih mampu merangsang siswa untuk
mendapatkan prestasi maksimal daripada daripada metode Problem Posing, sebab
Problem Posing sebenarnya merupakan satu bagian dari langkah Problem Solving.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan
dengan metode Problem Solving dan Problem Posing ternyata mendapatkan prestasi
belajar Fisika yang memenuhi harapan, dengan metode Problem Solving sebagai
pilihan utamanya. Metode Problem Solving menjadikan konsep yang dibelajarkan
menjadi mudah diterima sebab kondisi pada pembelajaran metode tersebut mampu
merangsang siswa untuk mendapatkan prestasi maksimal daripada metode Problem
Posing. Selain itu siswa lebih tertarik menerima proses pembelajaran dengan
Problem Solving karena siswa tidak terbebani membuat soal atau tugas. Mereka
tinggal mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru kepadanya. Sedangkan pada
proses pembelajaran dengan metode Problem Posing, siswa kurang aktif. Hal ini
commit to user
dikarenakan siswa terbebani membuat soal dan sekaligus berpikir tentang
jawabannya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar Fisika khusus pada
materi Medan Magnet sebaiknya diberikan melalui metode Problem Solving.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Saran untuk para Guru
Untuk mengajarkan konsep-konsep Fisika diperlukan metode sebagai media
belajar yang mampu membantu siswa pada kondisi senang, rileks dan mudah untuk
menerima dan memahami materi. Untuk memahami konsep medan magnet
sebaiknya digunakan metode Problem Solving dan Problem Posing. Kedua metode
ini berbasis pemecahan masalah. Medan magnet adalah materi yang cukup sulit bagi
siswa maka seorang guru harus dapat menyesuaikan kondisi siswa. Jika perlu
membuat handout sebagai petunjuk procedural yang efektif agar siswa dan guru
dapat melakukan proses belajar dengan baik. Tidak kalah penting sebaiknya dalam
mengajarkan konsep guru mengajarakan budaya bertanya kepada siswa dan guru
dengan jelas dan santun.
2. Saran untuk para Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang metode
yang tepat digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi
commit to user
yang dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap metode
pembelajaran karena setiap anak memiliki keunikan belajarnya sendiri. Penelitian
mengenai penerapan metode dan metode lain yang dapat mempermudah siswa dalam
memecahkan permasalahan dalam belajar Fisika terutama yang berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilihan metode pembelajaran masih perlu dilakukan. Agar pengaruh kreativitas
dan kemampuan matematis siswa dapat optimal dalam proses belajar mengajar maka
pemilihan materi yang akan diajarkan kepada siswa harus disesuaikan dengan
metode pembelajaran yang digunakan. Jika perlu untuk meningkatkan kreativitas,
dan kemampuan matematis siswa dapat diberi pertanyaan yang menantang agar
terbangun rasa ingin mengetahui lebih jauh.
commit to user
Download