KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis

advertisement
KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
DENGAN SATU KALI PENYORTIRAN
SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
iii
KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
DENGAN SATU KALI PENYORTIRAN
SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
KERAGAMAN BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN SATU
KALI PENYORTIRAN
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2010
SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU
C14063145
v
ABSTRAK
SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU. Keragaman benih ikan nila
Oreochromis niloticus dengan satu kali penyortiran. Dibimbing oleh KOMAR
SUMANTADINATA dan AGUS OMAN SUDRAJAT.
Ikan nila merupakan salah satu spesies penting akuakultur di dunia, kemampuan
adaptasi dan tingkat toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang
mengakibatkan berkembangnya budidaya ikan nila secara cepat. Namun,
pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia mengalami beberapa kendala
seperti kurangnya ketersediaan benih yang berkualitas. Oleh karena itu perlu
dilakukan sortasi agar mutu benih meningkat. Sortasi adalah kegiatan
mengurutkan ukuran tertentu dari terbesar hingga terkecil lalu menyisihkan
sebagian kecil ukuran terkecil. sedangkan pada grading hanya membagi ukuran
tertentu ke dalam kelompok-kelompok tanpa adanya penyisihan. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui dan melihat peran sortasi satu kali terhadap
keragaman ukuran benih ikan nila. Percobaan ini dilakukan terhadap benih ikan
nila yang diperoleh dari hasil persilangan berbagai strain ikan nila yaitu : (A)
Kasus-1 : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀; (B) Kasus-2 : induk
nila putih ♂ X induk nila hitam Nirwana ♀; (C) Kasus-3 : induk nila putih ♂ X
induk nila merah ♀; (D) Kontrol : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀.
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan bantuan MS.Excel 2007. Parameter
yang diamati adalah, rata-rata, standar deviasi, ragam panjang baku dan bobot,
tingkat kelangsungan hidup, nisbah kelamin jantan dan betina. Setelah dilakukan
penyortiran bulan pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku sebesar
1.28 % (kasus-1), 4.73 % (kasus-2), 1.93 % (kasus-3) dan 3.42 % (kumulatif).
Sementara itu, keragaman seperti ragam dan standar deviasi dapat diperkecil
sebesar 15.19% dan 28.08% pada kasus-1, 21.52% dan 38.41% pada kasus-2,
7.75% dan 14.41% pada kasus-3, 13.88% dan 25.84% secara kumulatif dengan
adanya penyortiran ini. Setelah dilakukan pemeliharaan kembali, pada bulan
kedua dan ketiga nilai rata-rata, dan keragaman mengalami peningkatan hal ini
juga terjadi di setiap kasus dan juga kumulatif. Namun pada kontrol tidak terjadi
peningkatan rata-rata panjang baku maupun penurunan standar deviasi dan
ragam pada bulan pertama.
Kata kunci : ikan nila, sortasi, keragaman
vi
ABSTRACT
SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU. Variety seed of Tilapias Oreochromis
niloticus with once sorting. Supervised by KOMAR SUMANTADINATA and
AGUS OMAN SUDRAJAT.
Tilapias are among the most important aquaculture species in the world, the
adaptability and tolerance to a wide range of environments has resulted in a rapid
expansion of tilapia farming. However, the expansion of tilapia farming had a few
obstacles such as lack of availability in good quality of seed. Therefore sorting
was needed to incrased the quality of seed. Sorting was put in the right order
activity of certain size from largest into smallest then eliminated a little part of the
smallest size however grading was only devided certain size into groups without
elimination. The experiment was aimed to knew and saw the role of once sorting
to the size variety of tilapia seed. The experiment was done toward of seed tilapia
that get from cross breeding on various strain of tilapia that are : (A) case-1 : the
black tilapia male broodstock of GESIT breed with the red tilapia female
broodstock, (B) case-2 : the white tilapia male broodstock with the black tilapia
female broodstock of Nirwana, (C) case-3 : the white tilapia male broodstock with
the red tilapia female broodstock, (D) control : the black tilapia male broodstock
of GESIT breed with the red tilapia female broodstock. The data that have got
was analysed with MS. Excel 2007. Parameter that watched were average,
standard deviation, variance of standard length and weight, survival rate and ratio
of male and female. After done sorting in first month, the average of standard
length increased as big as 1.28 % (case-1), 4.73 % (case-2), 1.93 % (case-3)
and 3.42 % (cumulative). Meanwhile, the variation decreased as big as 15.19%
and 28.08% on case-1, 21.52% and 38.41% on case-2, 7.75% and 14.41% on
case-3, 13.88% and 25.84% on cumulative with this sorting. After rereared, in the
second and third month the average and variation value increased on entire
cases and cumulative. However on control the value of length standard average
was not increased and the variation was not decreased on the first month.
Key words : tilapia, sorting, variety
vii
Judul
: Keragaman Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus dengan
Satu Kali Penyortiran
Nama Mahasiswa : Silfanny Ratna Juwita Pasaribu
Nomor Pokok
: C14063145
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.Ir.Komar Sumantadinata, M.Sc
NIP. 19450719 196902 1 001
Dr.Ir.Agus Oman Sudrajat, M.Sc
NIP. 19640813 199103 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc.
NIP. 19591222 198601 1 001
Tanggal Lulus:
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam percobaan
yang dilaksanakan sejak bulan November 2009 hingga Juli 2010 adalah
keragaman ikan, dengan judul “keragaman benih ikan nila Oreochromis niloticus
dengan satu kali penyortiran”. Percobaan dilaksanakan di Kolam Percobaan
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Komar
Sumantadinata, M.Sc. dan bapak Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc., selaku
dosen pembimbing serta Dr. Eddy Supriyono selaku dosen penguji. Disamping
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua Ratih Noor
Djaja dan (Alm) Zufri Wahyudi Pasaribu, nenek, kakak-kakak dan adik tercinta
(Sheila, Amelia, M.Reza, Wahyu, dan Alfinna) atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pak Aam atas
bantuannya selama penelitian berlangsung, pak Wasjan atas izin penggunaan
alat
selama
penelitian,
teman-teman
BDP
43
atas
dukungan
dan
kebersamaannya selama ini terutama untuk Khaefah, Rona Ginting, Okto
Christian, M.Rizki, Isni Rahmatika, Ide Permatasari, Citra Fibriana, Sulistia A,
Firsty R, Puguh W, Panji I, Astri A, Hasan Abidin, Novia, Karno, Rifqi, Achmad
Farouq, Azhar, M.Tomi, Sekar, Andhini, Ikbal, Sahrul, Prana, dan Poppy Dea,
kepada teman-teman Pondok Adinda, para sahabat (Luffi, Amanda, Ria, Retno,
dan Uli Khusna) dan kakak kelas BDP 42.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Desember 2010
Silfanny Ratna Juwita Pasaribu
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi tanggal 14 Desember 1988 dari ayah (Alm)
Zufri Wahyudi Pasaribu dan ibu Ratih Noor Djaja. Penulis merupakan anak ke
lima dari enam bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 91 Jakarta dan
lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan memilih
mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti praktek kerja
lapang di BBPBAT Sukabumi. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah
Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik semester genap 2008/2009, Dasar-Dasar
Genetika semester genap 2009/2010, Fisiologi Reproduksi Ikan semester ganjil
2010/2011. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Akuakultur (HIMAKUA) periode 2007/2008 dan periode 2008/2009. Tugas akhir
dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul
“Keragaman Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus Dengan Satu Kali
Penyortiran.”
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................
i
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
v
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
II. BAHAN DAN METODE ....................................................................
3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
6
3.1 Panjang Baku .............................................................................
6
3.2 Bobot ..........................................................................................
9
3.3 Nisbah Kelamin ..........................................................................
10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
12
LAMPIRAN ...........................................................................................
13
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik nilai keragaman panjang baku benih ikan nila dengan
penyortiran satu kali selama 3 bulan pemeliharaan .........................
6
2. Grafik nilai keragaman bobot benih ikan nila dengan penyortiran
satu kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan .......................................
9
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih
ikan nila kasus-1 .............................................................................
13
2. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih
Ikan nila kasus-2 .............................................................................
13
3. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih
Ikan nila kasus-3 .............................................................................
13
4. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih
Ikan nila kontrol ...............................................................................
13
5. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih
Ikan nila kumulatif ...........................................................................
13
v
I. PENDAHULUAN
Ikan nila merupakan salah satu spesies penting akuakultur di dunia dan
telah di budidayakan diberbagai sistem produksi dari kolam ikan skala kecil
dengan pakan dari limbah hingga sistem budidaya intensif (Pullin, 1985 dalam
Eknath et al., 2007). Spesies ini mempunyai kemampuan adaptasi dan tingkat
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang mengakibatkan berkembangnya
budidaya nila secara cepat diantara para petani di Asia yang berpenghasilan
terbatas selain itu minat terhadap budidaya nila telah meningkat di belahan dunia
lain (Pullin, 1996 dalam Eknath et al., 2007). Akibatnya, nila menjadi ikan
budidaya terpopuler kedua di dunia setelah ikan mas (Asian Bank Development,
2005 dalam Eknath et al.,2007).
Kendala umum dalam pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia
adalah kurangnya ketersediaan benih, kualitas benih yang dihasilkan, ketepatan
waktu, ketepatan ukuran, serta pasokan benih yang belum berkesinambungan.
Penyebabnya adalah pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani
pembenih yang pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional dan tidak
terpola dengan baik. Menurut Hanif et al., 2007 mutu benih yang unggul selain
dicirikan oleh pertumbuhan yang cepat juga harus efisien dalam penggunaan
pakan, serta mortalitasnya rendah. Benih unggul dapat dilihat dari beberapa
faktor seperti faktor genetik, fisiologi dan keseragaman ukuran.
Kegiatan pemeliharaan massal hingga panen pada ikan mendorong
interaksi sosial pada populasi ikan tersebut seperti tingkah laku yang agresif dan
persaingan dalam memperoleh makanan. Interaksi tersebut diakui sebagai
penyebab utama adanya variasi fenotip yang menyebabkan kematian pada ikan
yang dipelihara (Fessehaye, 2006 dalam Blonk et al., 2010) dan sumber dari
respon yang tidak diinginkan pada program seleksi (Bijma et al., 2007 dalam
Blonk et al., 2010). Untuk mengurangi interaksi sosial pada populasi ikan
tersebut dan meningkatkan pertumbuhan pada kegiatan pembesaran, banyak
jenis ikan dikelompokkan pada ukuran tertentu dan dipisahkan pada wadah yang
berbeda (Ahvenharju dan Ruohonen, 2007 dalam Blonk et al., 2010).
Oleh karena itu, pembudidaya ikan khususnya pada tahap pembenihan
dan pendederan biasanya melakukan sortasi dan grading. Sortasi adalah
kegiatan mengurutkan ukuran tertentu dari terbesar hingga terkecil lalu
menyisihkan sebagian kecil ukuran terkecil. sedangkan pada grading hanya
1
membagi
ukuran
tertentu ke
dalam
kelompok-kelompok
tanpa adanya
penyisihan. Mengukur keragaman pada ikan sangat erat kaitannya dengan
penghitungan secara statistika. Keragaman termasuk dalam statistika deskripsi
yang digunakan untuk mengetahui ukuran penyebaran suatu data, seberapa jauh
data menyebar dari titik pemusatannya (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Pada
benih ikan keragaman ukuran merupakan salah satu faktor kualitas selain
keragaman genetik dan fisiologis. Semakin kecil keragaman ukuran benih ikan
atau semakin seragam maka akan semakin baik kualitasnya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat peran sortasi satu
kali terhadap keragaman ukuran benih ikan nila.
2
II. BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilakukan terhadap benih ikan nila yang diperoleh dari hasil
persilangan berbagai strain ikan nila yaitu :
A. Kasus-1 : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀
B. Kasus-2 : induk nila putih ♂ X induk nila hitam Nirwana ♀
C. Kasus-3 : induk nila putih ♂ X induk nila merah ♀
D. Kontrol : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀
Persilangan pada kasus-1 dan kontrol dilakukan di dalam hapa berukuran
3x2x1 m dengan meshsize sebesar 1 mm pada kolam berukuran 20x10x2 m
dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:1. Sementara itu, untuk kasus-2
dan kasus-3 persilangan dilakukan secara massal dengan perbandingan jantan
dan betina 9:5 tang masing-masing dipijahkan pada bak berukuran 3x2x1 m.
Setelah induk ikan dipijahkan, saat telur sudah menetas menjadi larva
induk ikan diangkat lalu larva dipelihara di dalam hapa. Larva diberi pakan
komersil bubuk secara ad satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak
3 kali sehari. Jumlah benih yang diperoleh pada berbagai persilangan di setiap
kasus dan kontrol berbeda yaitu, kasus-1 : 263 ekor; kasus-2 : 864 ekor; kasus-3
: 569 ekor; dan kontrol : 289 ekor.
Penyortiran pada benih hasil persilangan dilakukan hanya satu kali
selama tiga bulan pemeliharaan yaitu pada bulan pertama. Benih yang disortasi
adalah pada kasus-1, 2, dan 3 namun pada kontrol tidak disortasi.
Sortasi dilakukan pada benih yang memiliki panjang baku terkecil. Benih
yang akan disortasi diangkat terlebih dahulu dari hapa dengan scoop net dan
diletakkan di dalam ember yang telah diberi aerator. Aerator digunakan agar ikan
tidak mengalami stress pada saat pengukuran. Kemudian, Benih ikan diukur satu
per satu panjang baku nya dengan mistar yang memiliki ketelitian 0,1 cm
sementara itu benih dengan ukuran panjang baku terkecil disisihkan. Ikan yang
telah diukur dan tidak disisihkan dipelihara kembali pada hapa berukuran 3x2x1
m dengan meshsize 5 mm di dalam kolam berukuran 20x10x2 m. Selama masa
pemeliharaan benih diberi pakan dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali
sehari secara ad satiation. Pengukuran panjang baku juga dilakukan pada benih
untuk kontrol di bulan pertama, serupa dengan kasus-1, 2, dan 3 benih pada
kontrol yang telah diukur dipindahkan ke dalam hapa yang berukuran sama
dengan hapa pada kasus-1, 2, dan 3.
3
Pada bulan kedua pemeliharaan, benih ikan pada kasus-1, 2 dan 3 serta
kontrol diukur kembali panjang bakunya tanpa adanya penyortiran. Selain itu
benih juga tidak dipindahkan ke hapa yang berbeda dan benih dipelihara
kembali. Saat benih berumur 3 bulan, pengukuran tidak hanya pada panjang
bakunya saja namun pada bobot selain itu ada pengamatan jenis kelamin benih
ikan nila untuk setiap kasus dan juga kontrol.
Parameter yang diamati di percobaan ini adalah, rata-rata, standar
deviasi, ragam panjang baku dan bobot, tingkat kelangsungan hidup, nisbah
kelamin jantan dan betina. Data hasil pengukuran panjang baku dan bobot
dianalisis dengan bantuan MS.Excel 2007 dan dideskripsikan. Pada saat
pengolahan data, bobot benih yang ukurannya kurang dari 5 gram dibuang. Hal
ini dilakukan agar data pencilan tidak ikut terhitung sehingga data menjadi tidak
valid. Persamaan dari seluruh parameter tersebut secara berurutan adalah
sebagai berikut:
.........................................................................(1)
Keterangan : µ
= Rata-rata populasi
Xi
= Nilai pengamatan populasi
N
= Banyaknya item yang diamati dalam populasi
..........................................................................(2)
Keterangan :
= Ragam
N = Populasi total
Xi = Pengukuran masing-masing individual
µ = Rata-rata populasi
...................................................................................(3)
Keterangan :
= Standar deviasi
N = Populasi total
Xi = Pengukuran masing-masing individual
µ = Rata-rata populasi
4
SR =
.x 100% ........................................................................(4)
Keterangan:
Nt = Jumlah benih akhir (ekor)
No= Jumlah larva awal (ekor)
Nisbah kelamin = (
x 100% )
(
..........(5)
x 100%)
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Panjang Baku
Gambar 1. menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyortiran pada bulan
pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku untuk seluruh kasus dan juga
kumulatif. Nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam mengalami
penurunan setelah sortasi. Setelah dilakukan pemeliharaan kembali, pada bulan
kedua dan ketiga nilai rata-rata, dan keragaman mengalami peningkatan hal ini
juga terjadi di setiap kasus dan juga kumulatif. Namun pada kontrol tidak terjadi
peningkatan rata-rata panjang baku maupun penurunan standar deviasi dan
ragam pada bulan pertama.
Rata-rata menunjukkan ukuran pemusatan dari sekumpulan data (Petrie
& Watson, 2006). Rata-rata panjang baku benih ikan nila pada setiap kasus dan
kumulatif di bulan pertama setelah penyortiran dengan sebelum penyortiran
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh sortasi yang telah dilakukan
pada benih ikan nila. Berbeda dengan kontrol, peningkatan tidak terjadi karena
pada kontrol tidak dilakukan sortasi sehingga nilai rata-rata panjang baku tetap.
Pemeliharaan kembali dilakukan setelah sortasi yang telah dilakukan pada bulan
pertama. Hasil rata-rata panjang baku pada bulan berikutnya yaitu bulan kedua
dan ketiga terus mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena benih ikan terus
mengalami pertumbuhan.
Berlawanan dengan nilai rata-rata, nilai keragaman seperti standar
deviasi dan ragam pada seluruh kasus dan kumulatif mengalami penurunan
setelah penyortiran. Menurut Howell (2008), variabilitas merupakan tingkat
penyebaran dari setiap individu data tersebar di sekitar rataan atau nilai tengah.
Keragaman atau variabilitas untuk mengukurnya biasa digunakan kisaran,
kisaran interkuartil, variasi, dan standar deviasi (Petrie & Watson, 2006).
Standar deviasi adalah akar kuadrat dari variasi. Standar deviasi bisa
dianggap sebagai pembagi dari simpangan pengamatan dari perhitungan rataan.
Terkadang standar deviasi dinyatakan sebagai persentase dari rataan; yang
disebut koefisien variasi (CV) yang merupakan ukuran kuantitas yang jarang
digunakan untuk membandingkan jumlah relatif dengan variasi (Petrie & Watson,
2006). Penurunan pada keragaman mengindikasikan bahwa setelah dilakukan
penyortiran nilai keragaman panjang baku benih ikan menyebar tidak terlalu jauh
dari rataan atau memiliki tingkat keragaman rendah dan cenderung seragam.
6
Ragam merupakan ukuran penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak
kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat (rataan) (Mattjik dan
Sumertajaya, 2006). Pada kontrol yang tidak dilakukan penyortiran nilai
keragamannya tetap atau tidak mengalami penurunan.
Benih ikan nila yang dipelihara kembali setelah penyortiran mengalami
peningkatan nilai standar deviasi dan ragam di bulan kedua dan ketiga.
Peningkatan disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada setiap individu ikan
sehingga dalam populasi tersebut panjang baku menjadi semakin beragam
setiap bulannya sampai akhir pemeliharaan. Menurut Petrie & Watson (2006),
penyimpangan akan besar apabila nilai pengamatan jauh dari rataan, dan akan
bernilai kecil apabila pengamatan dekat dengan rataan. Serupa dengan kondisi
seluruh kasus dan kumulatif, pada kontrol nilai keragaman pun meningkat namun
nilai nya relatif lebih besar dibandingkan seluruh kasus dan kumulatif. Hal
tersebut mengindikasikan keberhasilan dari kegiatan penyortiran dalam hal
menyeragamkan
ukuran.
Sehingga
kendala
benih
seperti
kurangnya
ketersediaan benih, kualitas benih yang dihasilkan, ketepatan waktu, ketepatan
ukuran, serta pasokan benih yang belum berkesinambungan dapat diatasi.
Penyortiran dilakukan dengan tujuan menyeragamkan ukuran serta
dapat meningkatkan petumbuhan seperti yang disebutkan Ahvenharju dan
Ruohonen (2007) dalam Blonk et al. (2010) bahwa untuk mengurangi interaksi
sosial pada populasi ikan dan meningkatkan pertumbuhan pada kegiatan
pembesaran, banyak jenis ikan dikelompokkan pada ukuran tertentu dan
dipisahkan pada wadah yang berbeda.
Berikut disajikan grafik hasil keragaman panjang baku benih ikan nila
pada Gambar 1. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1-5.
7
Panjang Baku (cm)
Rata-rata
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
Panjang Baku (cm)
Standar Deviasi
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
Panjang baku
Ragam
2,00
1,80
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
sebelum sortasi
(bulan ke-1)
KONTROL
sesudah sortasi
bulan ke-2
(bulan ke-1) Umur Benih Ikan
KASUS-1
KASUS-2
KASUS-3
bulan ke-3
KUMULATIF
Gambar 1. Grafik nilai keragaman panjang baku benih ikan nila dengan
penyortiran satu kali selama 3 bulan pemeliharaan.
8
3.2 Bobot
Bobot hanya diukur pada akhir pemeliharaan saja yaitu pada bulan
ketiga. Nilai keragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 2. sedangkan data
selengkapnya dapat dilihat di Tabel 1. Pada Gambar 2. dapat terlihat bahwa nilai
keragaman seperti standar deviasi dan ragam pada setiap kasus dan kumulatif
relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Tetapi hanya rata-rata bobot kasus-1
Bobot (g)
yang relatif lebih besar dibandingkan kontrol.
60,00
55,00
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
rata-rata
standar deviasi
ragam
Gambar 2. Grafik nilai keragaman bobot benih ikan nila dengan penyortiran satu
kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan.
Bobot benih ikan nila diukur pada akhir pemeliharaan. Pada Gambar 2.
terlihat bahwa bobot rata-rata pada kasus-1 relatif lebih besar dibandingkan
kontrol namun pada kasus-2 dan -3 serta kumulatif bobotnya relatif lebih rendah
dibandingkan kontrol. Perbedaan tersebut diduga disebabkan oleh adanya
perbedaan kepadatan, kondisi lingkungan yang berbeda ataupun faktor dari
dalam individu ikan tersebut seperti faktor genetik. Serupa dengan yang
disebutkan oleh Hepher & Pruginin (1981) bahwa pertumbuhan ikan bergantung
pada beberapa factor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan dalam
memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh
faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat tebar
Nilai keragaman seluruh kasus dan kumulatif relatif lebih rendah dibandingkan
kontrol. Artinya, pada kontrol bobot benih ikannya lebih beragam dibandingkan
dengan seluruh kasus dan kumulatif.
9
3.3 Nisbah Kelamin
Pengamatan nisbah kelamin juga dilakukan pada bulan ketiga atau akhir
pemeliharaan. Nisbah kelamin benih ikan nila pada setiap kasus dan kontrol
serta kumulatif ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan nisbah kelamin benih ikan nila dengan penyortiran satu
kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan
Kasus-1
Kasus-2
rata-rata (g)
18.52
Keragaman Bobot
Standar Deviasi
7.07
Ragam
50.04
Nisbah Kelamin
(♂ : ♀)
90.38 : 9.62
Jumlah Ikan
(ekor)
208
8.52
2.99
8.91
66.13 : 33.87
372
Kasus-3
9.92
5.56
30.92
69.37 : 30.63
382
Kontrol
15.00
7.48
55.95
100 : 0
249
Kumulatif
11.32
6.86
47.12
72.69 : 27.31
963
Tabel 1. menunjukkan bahwa nisbah kelamin pada seluruh kasus dan
kontrol didominasi oleh benih nila berkelamin jantan. Namun nisbah kelamin
jantan pada setiap kasus relatif lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal
tersebut terjadi karena pada kasus-2 dan kasus-3 induk jantan yang digunakan
bukan berasal dari strain nila GESIT. Ikan nila GESIT merupakan nila hasil
pengembangan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi pada
tahun 2005. Induk ikan nila GESIT mempunyai kromosom YY sehingga apabila
ikan nila jantan ini dikawinkan dengan betina dengan kromosom XX, maka akan
menghasilkan keturunan dimana jenis kelaminnya jantan semua (Yuniarti et al.,
2007).
Berdasarkan Tabel 1. Nilai bobot rata-rata pada kontrol yang memiliki
nisbah kelamin jantan 100% relatif lebih rendah dibandingkan dengan bobot ratarata kasus-1 yang nisbah kelamin jantannya 90.38%. Selain itu nilai keragaman
pada kontrol relatif lebih besar dibandingkan dengan kasus-1. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perbedaan nisbah kelamin tersebut tidak berpengaruh
terhadap keragaman maupun bobot rata-rata benih. Perbedaan pertumbuhan
pada ikan nila jantan dan betina disebabkan oleh betina yang lebih cepat
maturasi dini sehingga energi yang digunakan untuk pematangan gonad. Namun,
pada
stadia
benih,
energi
hanya
digunakan
untuk
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup sehingga nisbah kelamin pada benih tidak berpengaruh
pada keragaman bobot dan penyortiran di percobaan ini.
10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penyortiran yang dilakukan pada seluruh kasus dan secara kumulatif di
bulan pertama dapat meningkatkan rata-rata panjang baku pada benih ikan nila
yaitu sebesar 3.42%. Sementara itu, keragaman seperti ragam dan standar
deviasi dapat diperkecil sebesar 13.88% dan 25.84% dengan adanya penyortiran
ini. Pada bulan kedua dan ketiga setelah penyortiran, nilai panjang baku, standar
deviasi dan ragam meningkat kembali.
4.2 Saran
Melalui percobaan ini disarankan untuk melakukan penyortiran satu kali
di bulan pertama pendederan pada benih ikan nila sebelum dijual untuk tahap
pembesaran. Hal tersebut dilakukan untuk memperbaiki mutu benih dan
memperkecil kematian benih saat pembesaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Blonk, R.J.W., Komen, H., Kamstra, A., van Arendonk, J.A.M., 2010. Effects of
grading on heritability estimates under commercial conditions: A case study
with common sole, Solea solea. Aquaculture 300, 43-49.
Eknath, A.E., Bentsen, H.B., W. Raul, Rye M., Nguyen N.H., Thodesen J.,
Gjerde, B.,2007. Genetic improvement of farmed tilapias: Composition and
genetic parameters of a synthetic base population of Oreochromis niloticus
for selective breeding. Aquaculture 273, 1-14.
Hanif, S., Yuniati, T., Rahmi, L., Suroso. 2007. Uji performance benih nila merah
asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Budidaya Air
Tawar 4, 32-38.
Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming With Special Reference to
Fish Culture in Israel. New York : John Willey and Sons.
Howell, D.C. 2008. Fundamental Statistics for The Behavioral Science, Sixth
Edition. USA : Thomson Wadsworth.
Mattjik, A.A., Sumertajaya, I.M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Bogor : IPB Press.
Petrie, A., Watson, P. 2006. Statistics for Veterinary and Animals Science. UK :
Blackwell Publishing.
Yuniarti, T., Hanif, S., Suroso, Prayoga, T., Handayani, I. D, Junaedi, D. 2007.
Perbanyakan Induk YY dan Uji Performance Benih GMT (Genetic Male
Tilapia). Jurnal Budidaya Air Tawar 4, 59-66.
.
.
12
13
Lampiran 1.Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-1
Umur
Bulan
ke-1
(sebelum sortir)
Bulan ke-1
(sesudah sortir)
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Jumlah
Ikan
(ekor)
263
240
Ukuran
Sortasi
Jumlah Ikan
(ekor)
< 2 cm
23 (8.7 %)
217
208
Sintasan
(%)
Keragaman
Standar
Deviasi
0.29
100
rata-rata
(cm)
2,68
Ragam
100
2.72
0.24
0.06
90
86.67
5.70
7.53
0.67
0.83
0.47
0.69
0.08
Lampiran 2. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-2
Umur
Bulan
ke-1
(sebelum sortir)
Bulan ke-1
(sesudah sortir)
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Jumlah
Ikan
(ekor)
864
688
Ukuran
<2 cm
Sortasi
Jumlah Ikan
(ekor)
176 (20.4 %)
617
372
Sintasan
(%)
Keragaman
Standar
Deviasi
0.32
100
rata-rata
(cm)
2.21
Ragam
100
2.32
0.25
0.06
90
54
4.06
6.31
0.65
0.71
0.42
0.51
0.10
Lampiran 3. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-3
Umur
Bulan
ke-1
(sebelum sortir)
Bulan ke-1
(sesudah sortir)
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Jumlah
Ikan
(ekor)
569
520
Ukuran
< 2 cm
Sortasi
Jumlah Ikan
(ekor)
49 (8.6 %)
465
382
Sintasan
(%)
Keragaman
Standar
Deviasi
0.46
100
rata-rata
(cm)
2.34
Ragam
100
2.39
0.34
0.11
89.42
73.50
4.22
6.61
0.74
1.03
0.56
1.07
0.21
Lampiran 4. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kontrol
Umur
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Jumlah Ikan (ekor)
289
255
249
Sintasan
(%)
100
88.24
86.16
rata-rata
(cm)
3.43
5.87
8.03
Keragaman
Standar
Deviasi
0.47
0.98
1.36
Ragam
0.23
0.96
1.84
Lampiran 5. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kumulatif
Umur
Bulan
ke-1
(sebelum sortir)
Bulan ke-1
(sesudah sortir)
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Jumlah
Ikan
(ekor)
1696
1448
1297
963
Ukuran
Sortasi
Jumlah Ikan
(ekor)
248
(14.6 %)
Sintasan
(%)
Keragaman
Standar
Deviasi
0.37
100
rata-rata
(cm)
2.33
Ragam
100
2.41
0.32
0.10
90
66.5
4.39
6.69
0.91
0.99
0.82
0.98
0.14
13
Download