KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus DENGAN SATU KALI PENYORTIRAN SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iii KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus DENGAN SATU KALI PENYORTIRAN SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : KERAGAMAN BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN SATU KALI PENYORTIRAN Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU C14063145 v ABSTRAK SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU. Keragaman benih ikan nila Oreochromis niloticus dengan satu kali penyortiran. Dibimbing oleh KOMAR SUMANTADINATA dan AGUS OMAN SUDRAJAT. Ikan nila merupakan salah satu spesies penting akuakultur di dunia, kemampuan adaptasi dan tingkat toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang mengakibatkan berkembangnya budidaya ikan nila secara cepat. Namun, pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia mengalami beberapa kendala seperti kurangnya ketersediaan benih yang berkualitas. Oleh karena itu perlu dilakukan sortasi agar mutu benih meningkat. Sortasi adalah kegiatan mengurutkan ukuran tertentu dari terbesar hingga terkecil lalu menyisihkan sebagian kecil ukuran terkecil. sedangkan pada grading hanya membagi ukuran tertentu ke dalam kelompok-kelompok tanpa adanya penyisihan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat peran sortasi satu kali terhadap keragaman ukuran benih ikan nila. Percobaan ini dilakukan terhadap benih ikan nila yang diperoleh dari hasil persilangan berbagai strain ikan nila yaitu : (A) Kasus-1 : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀; (B) Kasus-2 : induk nila putih ♂ X induk nila hitam Nirwana ♀; (C) Kasus-3 : induk nila putih ♂ X induk nila merah ♀; (D) Kontrol : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan bantuan MS.Excel 2007. Parameter yang diamati adalah, rata-rata, standar deviasi, ragam panjang baku dan bobot, tingkat kelangsungan hidup, nisbah kelamin jantan dan betina. Setelah dilakukan penyortiran bulan pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku sebesar 1.28 % (kasus-1), 4.73 % (kasus-2), 1.93 % (kasus-3) dan 3.42 % (kumulatif). Sementara itu, keragaman seperti ragam dan standar deviasi dapat diperkecil sebesar 15.19% dan 28.08% pada kasus-1, 21.52% dan 38.41% pada kasus-2, 7.75% dan 14.41% pada kasus-3, 13.88% dan 25.84% secara kumulatif dengan adanya penyortiran ini. Setelah dilakukan pemeliharaan kembali, pada bulan kedua dan ketiga nilai rata-rata, dan keragaman mengalami peningkatan hal ini juga terjadi di setiap kasus dan juga kumulatif. Namun pada kontrol tidak terjadi peningkatan rata-rata panjang baku maupun penurunan standar deviasi dan ragam pada bulan pertama. Kata kunci : ikan nila, sortasi, keragaman vi ABSTRACT SILFANNY RATNA JUWITA PASARIBU. Variety seed of Tilapias Oreochromis niloticus with once sorting. Supervised by KOMAR SUMANTADINATA and AGUS OMAN SUDRAJAT. Tilapias are among the most important aquaculture species in the world, the adaptability and tolerance to a wide range of environments has resulted in a rapid expansion of tilapia farming. However, the expansion of tilapia farming had a few obstacles such as lack of availability in good quality of seed. Therefore sorting was needed to incrased the quality of seed. Sorting was put in the right order activity of certain size from largest into smallest then eliminated a little part of the smallest size however grading was only devided certain size into groups without elimination. The experiment was aimed to knew and saw the role of once sorting to the size variety of tilapia seed. The experiment was done toward of seed tilapia that get from cross breeding on various strain of tilapia that are : (A) case-1 : the black tilapia male broodstock of GESIT breed with the red tilapia female broodstock, (B) case-2 : the white tilapia male broodstock with the black tilapia female broodstock of Nirwana, (C) case-3 : the white tilapia male broodstock with the red tilapia female broodstock, (D) control : the black tilapia male broodstock of GESIT breed with the red tilapia female broodstock. The data that have got was analysed with MS. Excel 2007. Parameter that watched were average, standard deviation, variance of standard length and weight, survival rate and ratio of male and female. After done sorting in first month, the average of standard length increased as big as 1.28 % (case-1), 4.73 % (case-2), 1.93 % (case-3) and 3.42 % (cumulative). Meanwhile, the variation decreased as big as 15.19% and 28.08% on case-1, 21.52% and 38.41% on case-2, 7.75% and 14.41% on case-3, 13.88% and 25.84% on cumulative with this sorting. After rereared, in the second and third month the average and variation value increased on entire cases and cumulative. However on control the value of length standard average was not increased and the variation was not decreased on the first month. Key words : tilapia, sorting, variety vii Judul : Keragaman Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus dengan Satu Kali Penyortiran Nama Mahasiswa : Silfanny Ratna Juwita Pasaribu Nomor Pokok : C14063145 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Prof.Dr.Ir.Komar Sumantadinata, M.Sc NIP. 19450719 196902 1 001 Dr.Ir.Agus Oman Sudrajat, M.Sc NIP. 19640813 199103 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Budidaya Perairan Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. NIP. 19591222 198601 1 001 Tanggal Lulus: viii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam percobaan yang dilaksanakan sejak bulan November 2009 hingga Juli 2010 adalah keragaman ikan, dengan judul “keragaman benih ikan nila Oreochromis niloticus dengan satu kali penyortiran”. Percobaan dilaksanakan di Kolam Percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc. dan bapak Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc., selaku dosen pembimbing serta Dr. Eddy Supriyono selaku dosen penguji. Disamping itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua Ratih Noor Djaja dan (Alm) Zufri Wahyudi Pasaribu, nenek, kakak-kakak dan adik tercinta (Sheila, Amelia, M.Reza, Wahyu, dan Alfinna) atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pak Aam atas bantuannya selama penelitian berlangsung, pak Wasjan atas izin penggunaan alat selama penelitian, teman-teman BDP 43 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini terutama untuk Khaefah, Rona Ginting, Okto Christian, M.Rizki, Isni Rahmatika, Ide Permatasari, Citra Fibriana, Sulistia A, Firsty R, Puguh W, Panji I, Astri A, Hasan Abidin, Novia, Karno, Rifqi, Achmad Farouq, Azhar, M.Tomi, Sekar, Andhini, Ikbal, Sahrul, Prana, dan Poppy Dea, kepada teman-teman Pondok Adinda, para sahabat (Luffi, Amanda, Ria, Retno, dan Uli Khusna) dan kakak kelas BDP 42. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Desember 2010 Silfanny Ratna Juwita Pasaribu i DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi tanggal 14 Desember 1988 dari ayah (Alm) Zufri Wahyudi Pasaribu dan ibu Ratih Noor Djaja. Penulis merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 91 Jakarta dan lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti praktek kerja lapang di BBPBAT Sukabumi. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik semester genap 2008/2009, Dasar-Dasar Genetika semester genap 2009/2010, Fisiologi Reproduksi Ikan semester ganjil 2010/2011. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2007/2008 dan periode 2008/2009. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Keragaman Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus Dengan Satu Kali Penyortiran.” ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................ i DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... v I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 II. BAHAN DAN METODE .................................................................... 3 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 6 3.1 Panjang Baku ............................................................................. 6 3.2 Bobot .......................................................................................... 9 3.3 Nisbah Kelamin .......................................................................... 10 IV. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 12 LAMPIRAN ........................................................................................... 13 iii DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Grafik nilai keragaman panjang baku benih ikan nila dengan penyortiran satu kali selama 3 bulan pemeliharaan ......................... 6 2. Grafik nilai keragaman bobot benih ikan nila dengan penyortiran satu kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan ....................................... 9 iv DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-1 ............................................................................. 13 2. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih Ikan nila kasus-2 ............................................................................. 13 3. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih Ikan nila kasus-3 ............................................................................. 13 4. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih Ikan nila kontrol ............................................................................... 13 5. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih Ikan nila kumulatif ........................................................................... 13 v I. PENDAHULUAN Ikan nila merupakan salah satu spesies penting akuakultur di dunia dan telah di budidayakan diberbagai sistem produksi dari kolam ikan skala kecil dengan pakan dari limbah hingga sistem budidaya intensif (Pullin, 1985 dalam Eknath et al., 2007). Spesies ini mempunyai kemampuan adaptasi dan tingkat toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang mengakibatkan berkembangnya budidaya nila secara cepat diantara para petani di Asia yang berpenghasilan terbatas selain itu minat terhadap budidaya nila telah meningkat di belahan dunia lain (Pullin, 1996 dalam Eknath et al., 2007). Akibatnya, nila menjadi ikan budidaya terpopuler kedua di dunia setelah ikan mas (Asian Bank Development, 2005 dalam Eknath et al.,2007). Kendala umum dalam pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia adalah kurangnya ketersediaan benih, kualitas benih yang dihasilkan, ketepatan waktu, ketepatan ukuran, serta pasokan benih yang belum berkesinambungan. Penyebabnya adalah pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih yang pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional dan tidak terpola dengan baik. Menurut Hanif et al., 2007 mutu benih yang unggul selain dicirikan oleh pertumbuhan yang cepat juga harus efisien dalam penggunaan pakan, serta mortalitasnya rendah. Benih unggul dapat dilihat dari beberapa faktor seperti faktor genetik, fisiologi dan keseragaman ukuran. Kegiatan pemeliharaan massal hingga panen pada ikan mendorong interaksi sosial pada populasi ikan tersebut seperti tingkah laku yang agresif dan persaingan dalam memperoleh makanan. Interaksi tersebut diakui sebagai penyebab utama adanya variasi fenotip yang menyebabkan kematian pada ikan yang dipelihara (Fessehaye, 2006 dalam Blonk et al., 2010) dan sumber dari respon yang tidak diinginkan pada program seleksi (Bijma et al., 2007 dalam Blonk et al., 2010). Untuk mengurangi interaksi sosial pada populasi ikan tersebut dan meningkatkan pertumbuhan pada kegiatan pembesaran, banyak jenis ikan dikelompokkan pada ukuran tertentu dan dipisahkan pada wadah yang berbeda (Ahvenharju dan Ruohonen, 2007 dalam Blonk et al., 2010). Oleh karena itu, pembudidaya ikan khususnya pada tahap pembenihan dan pendederan biasanya melakukan sortasi dan grading. Sortasi adalah kegiatan mengurutkan ukuran tertentu dari terbesar hingga terkecil lalu menyisihkan sebagian kecil ukuran terkecil. sedangkan pada grading hanya 1 membagi ukuran tertentu ke dalam kelompok-kelompok tanpa adanya penyisihan. Mengukur keragaman pada ikan sangat erat kaitannya dengan penghitungan secara statistika. Keragaman termasuk dalam statistika deskripsi yang digunakan untuk mengetahui ukuran penyebaran suatu data, seberapa jauh data menyebar dari titik pemusatannya (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Pada benih ikan keragaman ukuran merupakan salah satu faktor kualitas selain keragaman genetik dan fisiologis. Semakin kecil keragaman ukuran benih ikan atau semakin seragam maka akan semakin baik kualitasnya. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat peran sortasi satu kali terhadap keragaman ukuran benih ikan nila. 2 II. BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilakukan terhadap benih ikan nila yang diperoleh dari hasil persilangan berbagai strain ikan nila yaitu : A. Kasus-1 : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀ B. Kasus-2 : induk nila putih ♂ X induk nila hitam Nirwana ♀ C. Kasus-3 : induk nila putih ♂ X induk nila merah ♀ D. Kontrol : induk nila hitam GESIT ♂ X induk nila merah ♀ Persilangan pada kasus-1 dan kontrol dilakukan di dalam hapa berukuran 3x2x1 m dengan meshsize sebesar 1 mm pada kolam berukuran 20x10x2 m dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:1. Sementara itu, untuk kasus-2 dan kasus-3 persilangan dilakukan secara massal dengan perbandingan jantan dan betina 9:5 tang masing-masing dipijahkan pada bak berukuran 3x2x1 m. Setelah induk ikan dipijahkan, saat telur sudah menetas menjadi larva induk ikan diangkat lalu larva dipelihara di dalam hapa. Larva diberi pakan komersil bubuk secara ad satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari. Jumlah benih yang diperoleh pada berbagai persilangan di setiap kasus dan kontrol berbeda yaitu, kasus-1 : 263 ekor; kasus-2 : 864 ekor; kasus-3 : 569 ekor; dan kontrol : 289 ekor. Penyortiran pada benih hasil persilangan dilakukan hanya satu kali selama tiga bulan pemeliharaan yaitu pada bulan pertama. Benih yang disortasi adalah pada kasus-1, 2, dan 3 namun pada kontrol tidak disortasi. Sortasi dilakukan pada benih yang memiliki panjang baku terkecil. Benih yang akan disortasi diangkat terlebih dahulu dari hapa dengan scoop net dan diletakkan di dalam ember yang telah diberi aerator. Aerator digunakan agar ikan tidak mengalami stress pada saat pengukuran. Kemudian, Benih ikan diukur satu per satu panjang baku nya dengan mistar yang memiliki ketelitian 0,1 cm sementara itu benih dengan ukuran panjang baku terkecil disisihkan. Ikan yang telah diukur dan tidak disisihkan dipelihara kembali pada hapa berukuran 3x2x1 m dengan meshsize 5 mm di dalam kolam berukuran 20x10x2 m. Selama masa pemeliharaan benih diberi pakan dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari secara ad satiation. Pengukuran panjang baku juga dilakukan pada benih untuk kontrol di bulan pertama, serupa dengan kasus-1, 2, dan 3 benih pada kontrol yang telah diukur dipindahkan ke dalam hapa yang berukuran sama dengan hapa pada kasus-1, 2, dan 3. 3 Pada bulan kedua pemeliharaan, benih ikan pada kasus-1, 2 dan 3 serta kontrol diukur kembali panjang bakunya tanpa adanya penyortiran. Selain itu benih juga tidak dipindahkan ke hapa yang berbeda dan benih dipelihara kembali. Saat benih berumur 3 bulan, pengukuran tidak hanya pada panjang bakunya saja namun pada bobot selain itu ada pengamatan jenis kelamin benih ikan nila untuk setiap kasus dan juga kontrol. Parameter yang diamati di percobaan ini adalah, rata-rata, standar deviasi, ragam panjang baku dan bobot, tingkat kelangsungan hidup, nisbah kelamin jantan dan betina. Data hasil pengukuran panjang baku dan bobot dianalisis dengan bantuan MS.Excel 2007 dan dideskripsikan. Pada saat pengolahan data, bobot benih yang ukurannya kurang dari 5 gram dibuang. Hal ini dilakukan agar data pencilan tidak ikut terhitung sehingga data menjadi tidak valid. Persamaan dari seluruh parameter tersebut secara berurutan adalah sebagai berikut: .........................................................................(1) Keterangan : µ = Rata-rata populasi Xi = Nilai pengamatan populasi N = Banyaknya item yang diamati dalam populasi ..........................................................................(2) Keterangan : = Ragam N = Populasi total Xi = Pengukuran masing-masing individual µ = Rata-rata populasi ...................................................................................(3) Keterangan : = Standar deviasi N = Populasi total Xi = Pengukuran masing-masing individual µ = Rata-rata populasi 4 SR = .x 100% ........................................................................(4) Keterangan: Nt = Jumlah benih akhir (ekor) No= Jumlah larva awal (ekor) Nisbah kelamin = ( x 100% ) ( ..........(5) x 100%) 5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Panjang Baku Gambar 1. menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyortiran pada bulan pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku untuk seluruh kasus dan juga kumulatif. Nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam mengalami penurunan setelah sortasi. Setelah dilakukan pemeliharaan kembali, pada bulan kedua dan ketiga nilai rata-rata, dan keragaman mengalami peningkatan hal ini juga terjadi di setiap kasus dan juga kumulatif. Namun pada kontrol tidak terjadi peningkatan rata-rata panjang baku maupun penurunan standar deviasi dan ragam pada bulan pertama. Rata-rata menunjukkan ukuran pemusatan dari sekumpulan data (Petrie & Watson, 2006). Rata-rata panjang baku benih ikan nila pada setiap kasus dan kumulatif di bulan pertama setelah penyortiran dengan sebelum penyortiran mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh sortasi yang telah dilakukan pada benih ikan nila. Berbeda dengan kontrol, peningkatan tidak terjadi karena pada kontrol tidak dilakukan sortasi sehingga nilai rata-rata panjang baku tetap. Pemeliharaan kembali dilakukan setelah sortasi yang telah dilakukan pada bulan pertama. Hasil rata-rata panjang baku pada bulan berikutnya yaitu bulan kedua dan ketiga terus mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena benih ikan terus mengalami pertumbuhan. Berlawanan dengan nilai rata-rata, nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam pada seluruh kasus dan kumulatif mengalami penurunan setelah penyortiran. Menurut Howell (2008), variabilitas merupakan tingkat penyebaran dari setiap individu data tersebar di sekitar rataan atau nilai tengah. Keragaman atau variabilitas untuk mengukurnya biasa digunakan kisaran, kisaran interkuartil, variasi, dan standar deviasi (Petrie & Watson, 2006). Standar deviasi adalah akar kuadrat dari variasi. Standar deviasi bisa dianggap sebagai pembagi dari simpangan pengamatan dari perhitungan rataan. Terkadang standar deviasi dinyatakan sebagai persentase dari rataan; yang disebut koefisien variasi (CV) yang merupakan ukuran kuantitas yang jarang digunakan untuk membandingkan jumlah relatif dengan variasi (Petrie & Watson, 2006). Penurunan pada keragaman mengindikasikan bahwa setelah dilakukan penyortiran nilai keragaman panjang baku benih ikan menyebar tidak terlalu jauh dari rataan atau memiliki tingkat keragaman rendah dan cenderung seragam. 6 Ragam merupakan ukuran penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat (rataan) (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Pada kontrol yang tidak dilakukan penyortiran nilai keragamannya tetap atau tidak mengalami penurunan. Benih ikan nila yang dipelihara kembali setelah penyortiran mengalami peningkatan nilai standar deviasi dan ragam di bulan kedua dan ketiga. Peningkatan disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada setiap individu ikan sehingga dalam populasi tersebut panjang baku menjadi semakin beragam setiap bulannya sampai akhir pemeliharaan. Menurut Petrie & Watson (2006), penyimpangan akan besar apabila nilai pengamatan jauh dari rataan, dan akan bernilai kecil apabila pengamatan dekat dengan rataan. Serupa dengan kondisi seluruh kasus dan kumulatif, pada kontrol nilai keragaman pun meningkat namun nilai nya relatif lebih besar dibandingkan seluruh kasus dan kumulatif. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan dari kegiatan penyortiran dalam hal menyeragamkan ukuran. Sehingga kendala benih seperti kurangnya ketersediaan benih, kualitas benih yang dihasilkan, ketepatan waktu, ketepatan ukuran, serta pasokan benih yang belum berkesinambungan dapat diatasi. Penyortiran dilakukan dengan tujuan menyeragamkan ukuran serta dapat meningkatkan petumbuhan seperti yang disebutkan Ahvenharju dan Ruohonen (2007) dalam Blonk et al. (2010) bahwa untuk mengurangi interaksi sosial pada populasi ikan dan meningkatkan pertumbuhan pada kegiatan pembesaran, banyak jenis ikan dikelompokkan pada ukuran tertentu dan dipisahkan pada wadah yang berbeda. Berikut disajikan grafik hasil keragaman panjang baku benih ikan nila pada Gambar 1. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1-5. 7 Panjang Baku (cm) Rata-rata 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Panjang Baku (cm) Standar Deviasi 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Panjang baku Ragam 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 sebelum sortasi (bulan ke-1) KONTROL sesudah sortasi bulan ke-2 (bulan ke-1) Umur Benih Ikan KASUS-1 KASUS-2 KASUS-3 bulan ke-3 KUMULATIF Gambar 1. Grafik nilai keragaman panjang baku benih ikan nila dengan penyortiran satu kali selama 3 bulan pemeliharaan. 8 3.2 Bobot Bobot hanya diukur pada akhir pemeliharaan saja yaitu pada bulan ketiga. Nilai keragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 2. sedangkan data selengkapnya dapat dilihat di Tabel 1. Pada Gambar 2. dapat terlihat bahwa nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam pada setiap kasus dan kumulatif relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Tetapi hanya rata-rata bobot kasus-1 Bobot (g) yang relatif lebih besar dibandingkan kontrol. 60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 rata-rata standar deviasi ragam Gambar 2. Grafik nilai keragaman bobot benih ikan nila dengan penyortiran satu kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan. Bobot benih ikan nila diukur pada akhir pemeliharaan. Pada Gambar 2. terlihat bahwa bobot rata-rata pada kasus-1 relatif lebih besar dibandingkan kontrol namun pada kasus-2 dan -3 serta kumulatif bobotnya relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Perbedaan tersebut diduga disebabkan oleh adanya perbedaan kepadatan, kondisi lingkungan yang berbeda ataupun faktor dari dalam individu ikan tersebut seperti faktor genetik. Serupa dengan yang disebutkan oleh Hepher & Pruginin (1981) bahwa pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa factor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat tebar Nilai keragaman seluruh kasus dan kumulatif relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Artinya, pada kontrol bobot benih ikannya lebih beragam dibandingkan dengan seluruh kasus dan kumulatif. 9 3.3 Nisbah Kelamin Pengamatan nisbah kelamin juga dilakukan pada bulan ketiga atau akhir pemeliharaan. Nisbah kelamin benih ikan nila pada setiap kasus dan kontrol serta kumulatif ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan nisbah kelamin benih ikan nila dengan penyortiran satu kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan Kasus-1 Kasus-2 rata-rata (g) 18.52 Keragaman Bobot Standar Deviasi 7.07 Ragam 50.04 Nisbah Kelamin (♂ : ♀) 90.38 : 9.62 Jumlah Ikan (ekor) 208 8.52 2.99 8.91 66.13 : 33.87 372 Kasus-3 9.92 5.56 30.92 69.37 : 30.63 382 Kontrol 15.00 7.48 55.95 100 : 0 249 Kumulatif 11.32 6.86 47.12 72.69 : 27.31 963 Tabel 1. menunjukkan bahwa nisbah kelamin pada seluruh kasus dan kontrol didominasi oleh benih nila berkelamin jantan. Namun nisbah kelamin jantan pada setiap kasus relatif lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut terjadi karena pada kasus-2 dan kasus-3 induk jantan yang digunakan bukan berasal dari strain nila GESIT. Ikan nila GESIT merupakan nila hasil pengembangan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi pada tahun 2005. Induk ikan nila GESIT mempunyai kromosom YY sehingga apabila ikan nila jantan ini dikawinkan dengan betina dengan kromosom XX, maka akan menghasilkan keturunan dimana jenis kelaminnya jantan semua (Yuniarti et al., 2007). Berdasarkan Tabel 1. Nilai bobot rata-rata pada kontrol yang memiliki nisbah kelamin jantan 100% relatif lebih rendah dibandingkan dengan bobot ratarata kasus-1 yang nisbah kelamin jantannya 90.38%. Selain itu nilai keragaman pada kontrol relatif lebih besar dibandingkan dengan kasus-1. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan nisbah kelamin tersebut tidak berpengaruh terhadap keragaman maupun bobot rata-rata benih. Perbedaan pertumbuhan pada ikan nila jantan dan betina disebabkan oleh betina yang lebih cepat maturasi dini sehingga energi yang digunakan untuk pematangan gonad. Namun, pada stadia benih, energi hanya digunakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sehingga nisbah kelamin pada benih tidak berpengaruh pada keragaman bobot dan penyortiran di percobaan ini. 10 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Penyortiran yang dilakukan pada seluruh kasus dan secara kumulatif di bulan pertama dapat meningkatkan rata-rata panjang baku pada benih ikan nila yaitu sebesar 3.42%. Sementara itu, keragaman seperti ragam dan standar deviasi dapat diperkecil sebesar 13.88% dan 25.84% dengan adanya penyortiran ini. Pada bulan kedua dan ketiga setelah penyortiran, nilai panjang baku, standar deviasi dan ragam meningkat kembali. 4.2 Saran Melalui percobaan ini disarankan untuk melakukan penyortiran satu kali di bulan pertama pendederan pada benih ikan nila sebelum dijual untuk tahap pembesaran. Hal tersebut dilakukan untuk memperbaiki mutu benih dan memperkecil kematian benih saat pembesaran. 11 DAFTAR PUSTAKA Blonk, R.J.W., Komen, H., Kamstra, A., van Arendonk, J.A.M., 2010. Effects of grading on heritability estimates under commercial conditions: A case study with common sole, Solea solea. Aquaculture 300, 43-49. Eknath, A.E., Bentsen, H.B., W. Raul, Rye M., Nguyen N.H., Thodesen J., Gjerde, B.,2007. Genetic improvement of farmed tilapias: Composition and genetic parameters of a synthetic base population of Oreochromis niloticus for selective breeding. Aquaculture 273, 1-14. Hanif, S., Yuniati, T., Rahmi, L., Suroso. 2007. Uji performance benih nila merah asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Budidaya Air Tawar 4, 32-38. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming With Special Reference to Fish Culture in Israel. New York : John Willey and Sons. Howell, D.C. 2008. Fundamental Statistics for The Behavioral Science, Sixth Edition. USA : Thomson Wadsworth. Mattjik, A.A., Sumertajaya, I.M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor : IPB Press. Petrie, A., Watson, P. 2006. Statistics for Veterinary and Animals Science. UK : Blackwell Publishing. Yuniarti, T., Hanif, S., Suroso, Prayoga, T., Handayani, I. D, Junaedi, D. 2007. Perbanyakan Induk YY dan Uji Performance Benih GMT (Genetic Male Tilapia). Jurnal Budidaya Air Tawar 4, 59-66. . . 12 13 Lampiran 1.Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-1 Umur Bulan ke-1 (sebelum sortir) Bulan ke-1 (sesudah sortir) Bulan ke-2 Bulan ke-3 Jumlah Ikan (ekor) 263 240 Ukuran Sortasi Jumlah Ikan (ekor) < 2 cm 23 (8.7 %) 217 208 Sintasan (%) Keragaman Standar Deviasi 0.29 100 rata-rata (cm) 2,68 Ragam 100 2.72 0.24 0.06 90 86.67 5.70 7.53 0.67 0.83 0.47 0.69 0.08 Lampiran 2. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-2 Umur Bulan ke-1 (sebelum sortir) Bulan ke-1 (sesudah sortir) Bulan ke-2 Bulan ke-3 Jumlah Ikan (ekor) 864 688 Ukuran <2 cm Sortasi Jumlah Ikan (ekor) 176 (20.4 %) 617 372 Sintasan (%) Keragaman Standar Deviasi 0.32 100 rata-rata (cm) 2.21 Ragam 100 2.32 0.25 0.06 90 54 4.06 6.31 0.65 0.71 0.42 0.51 0.10 Lampiran 3. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kasus-3 Umur Bulan ke-1 (sebelum sortir) Bulan ke-1 (sesudah sortir) Bulan ke-2 Bulan ke-3 Jumlah Ikan (ekor) 569 520 Ukuran < 2 cm Sortasi Jumlah Ikan (ekor) 49 (8.6 %) 465 382 Sintasan (%) Keragaman Standar Deviasi 0.46 100 rata-rata (cm) 2.34 Ragam 100 2.39 0.34 0.11 89.42 73.50 4.22 6.61 0.74 1.03 0.56 1.07 0.21 Lampiran 4. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kontrol Umur Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Jumlah Ikan (ekor) 289 255 249 Sintasan (%) 100 88.24 86.16 rata-rata (cm) 3.43 5.87 8.03 Keragaman Standar Deviasi 0.47 0.98 1.36 Ragam 0.23 0.96 1.84 Lampiran 5. Hasil sortasi dan keragaman panjang baku benih ikan nila kumulatif Umur Bulan ke-1 (sebelum sortir) Bulan ke-1 (sesudah sortir) Bulan ke-2 Bulan ke-3 Jumlah Ikan (ekor) 1696 1448 1297 963 Ukuran Sortasi Jumlah Ikan (ekor) 248 (14.6 %) Sintasan (%) Keragaman Standar Deviasi 0.37 100 rata-rata (cm) 2.33 Ragam 100 2.41 0.32 0.10 90 66.5 4.39 6.69 0.91 0.99 0.82 0.98 0.14 13