1 MULTI-THEORETICAL MULTI-LEVEL (MTML) ANALYSIS

advertisement
MULTI-THEORETICAL MULTI-LEVEL (MTML) ANALYSIS: NETWORKS DAN
FLOW DALAM KOMUNIKASI KORPORASI
Dr. Tuti Widiastuti
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bakrie
Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920
E-mail: [email protected]
Abstrak
Jaringan Komunikasi dan bentuk-bentuk korporasi abad ke dua puluh satu sedang
mengalami perubahan yang cepat dan dramatis. Apa yang membentang di depan pandangan
secara kolektif didorong oleh kemajuan spektakuler dan konvergensi dalam komputer dan
teknologi komunikasi dan ekonomi kolektif, proses politik, sosial, budaya, dan komunikatif
yang dikenal sebagai globalisasi. Pendekatan Multi-Theoretical Multi-Level (MTML)
Analysis mengasosiasikan sifat jaringan sebagaimana sifat-sifat mekanisme teoritis dalam
teori sosial. Karena jaringan secara inheren bertingkat, maka kerangka MTML
mengidentifikasi sifat jaringan yang ada pada individu, kelompok dan tingkat jaringan dengan
memanfaatkan berbagai teori serta meningkatkan secara signifikan jumlah varian yang
digunakan oleh mekanisme teoritis tersebut. Pendekatan MTML menawarkan teori-teori yang
berbeda untuk membahas karakteristik jaringan yang berbeda sehingga penjelasan pendekatan
ini dapat bersifat komprehensif, menjelaskan komponen jaringan yang ada di sejumlah level
jaringan dari tingkat individu hingga jaringan secara keseluruhan, memberikan penjelasan
tentang jaringan dengan menggunakan pendekatan analisis tiga tingkat (tingkat pertama
berupa dekomposisi jaringan atas komponen multilevel potensial, tingkat kedua attributes of
nodes, tingkat ketiga peran jaringan lain atau yang sama pada titik awal waktu).
Kata kunci: analisis jaringan, komunikasi korporat.
Networks dan Flow dalam Komunikasi Korporasi
Korporasi tersusun dari sejumlah orang yang memiliki posisi dan peran yang spesifik.
Pertukaran pesan di antara orang-orang yang memiliki jalur komunikasi korporasi disebut
dengan
communication
network.
Jaringan
adalah
rangkaian
“ikatan-ikatan”
yang
menyebabkan sekumpulan titik-titik yang ada dan bisa dikategorikan atau digolongkan
sebagai “satu-kesatuan”
yang berbeda dengan satu-kesatuan yang lain, atau merupakan
1
sistem dari “nodes” dan “links” (Kadhusin, 2004 : 3). Node 1 dan 2, sebagai contoh, bisa jadi
manusia, dan hubungan yang menghubungkan mereka mungkin saja berada pada ruang yang
sama. Tetapi ketika terjadi lebih dari satu hubungan maka disebut multiplex relationship.
Teori jaringan merupakan studi interkoneksi yang ditemukan dalam jaringan.
Karenanya, teori jaringan adalah sebuah disiplin empiris; yang mempelajari jaringan-jaringan
“real world” atau dunia nyata dalam setting alami (Kadhusin, 2004). Dalam jaringan ada pola
tertentu yang mengalirkan sesuatu dari titik yang satu ke titik-titik lainnya, saluran atau jalur
yang harus dilewati tidak terjadi secara acak atau memilih sekehendaknya tetapi ikatan-ikatan
yang menghubungkan satu titik ke titik-titik lainnya lambat laun bersifat relatif permanen.
Jaringan komunikasi
merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana ikatan yang
menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah proses komunikasi (Agusyanto,
2007). Rogers dan Kincaid (1981 : 82) mendefinisikan jaringan komunikasi: “A
communication network consist of interconnected individuals who are linked by pattern
communication flows.” Menurut Rogers (1975) dalam tulisannya berjudul Networks Analysis
of the Diffusion of Innovation, bahwa keseluruhan jaringan komunikasi dalam masyarakat ini
dibentuk oleh individu-individu melalui pola-pola arus informasi. Individu-individu ini akan
saling mempengaruhi perilaku para anggota jaringan yang ada di dalamnya.
Sebuah jaringan adalah seperangkat item yang disebut dengan vertex atau nodes,
dengan koneksi di antaranya yang disebut edges (Newman, 2003 : 2).
2
Gambar 1: Jaringan dengan Delapan Vertices/Nodes dan Sepuluh Edges (Newman, 2003 : 2)
Newman (2003) membagi paling sedikitnya ada empat jenis jaringan, yaitu: (1)
jaringan yang tidak langsung dengan hanya ada satu jenis vertex dan satu jenis edge; (2) suatu
jaringan dengan sejumlah vertex dan edge yang memiliki ciri-ciri tersendiri; (3) suatu jaringan
dengan berbagai tingkatan vertex dan edge; dan (4) suatu jaringan langsung dengan setiap
edge yang memiliki suatu arah.
Pola komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur komunikasi yang berbeda yang
dapat dikenali melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem (Rogers dan Kincaid 1981).
Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam
jaringan personal jari-jari (radial personal network) dan jaringan personal saling mengunci
(interlocking personal network). Jaringan personal yang memusat (interlocking) mempunyai
derajat integrasi yang tinggi. Sementara suatu jaringan personal yang menyebar (radial)
mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap
lingkungannya. Selanjutnya Rogers dan Kincaid menegaskan, individu yang terlibat dalam
jaringan komunikasi interlocking terdiri dari individu-individu yang homopili, namun kurang
terbuka terhadap lingkungannya.
Bentuk jaringan komunikasi ini penting karena menentukan cara berfungsinya
jaringan.
circle
chain
Y
wheel
Berikut adalah gambaran bagaimana cara berfungsinya jaringan komunikasi:
1. Bentuk setir/roda (wheel)
Jaringan komunikasi ini memberikan kontrol yang besar terhadap mereka yang berada
3
dalam posisi pinggir. Mereka dapat berkomunikasi dengan anggota yang lain, namun
harus melalui seseorang yang di tengah-tengah. Jika jaringan komunikasi ini ditetapkan
untuk kelompok yang baru terbentuk, maka kemungkinan besar orang yang di tengah
yang berfungsi sebagai pusat komunikasi akan muncul sebagai pemimpin.
2. Bentuk rantai (chain) dan Y
Dengan jaringan komunikasi berbentuk rantai maupun Y, organisasi menjadi sentralistik,
dengan menempatkan seseorang sebagai poros.
3. Bentuk lingkaran (circle) dan Comcon
Kedua bentuk jaringan komunikasi ini merupakan kebalikan dari bentuk-bentuk di atas,
yaitu tidak memfasilitasi seseorang untuk muncul sebagai pemimpin yang dominan
(Leavitt, 1951). Dalam jaringan komunikasi ini, memungkinkan setiap anggota untuk
berkomunikasi satu sama lain, tapi tidak dimungkinkan untuk meramalkan posisi mana
yang besar kemungkinannya untuk menjadi pemimpin dan dominan. Kepribadian dan
keterampilan masing-masing anggotalah yang menentukan.
Yang menjadi bagian penting dalam konsep jaringan antara lain: (1) aktor dan
tindakannya dipandang sebagai bentuk saling ketergantungan bukan sebagai sesuatu yang
independen atau unit yang otonom, (2) hubungan atau relasi antara aktor merupakan saluran
untuk mentransfer atau arus dari sumber daya baik material maupun non material, (3) model
jaringan yang memfokuskan individu memandang lingkungan struktur jaringan sebagai
kesempatan yang diberikan atau batasan bagi tindakan individu, dan (4) model jaringan
mengkonseptualisasikan struktur (sosial, ekonomi, politik dan seterusnya) sebagai pola yang
panjang dari relasi antar aktor (Wasseman dan Faust, 1994).
Perkembangan suatu jaringan komunikasi korporasi sangat tergantung pada
pertimbangan-pertimbangan kebutuhan para anggotanya. Pada dasarnya, respon anggota
terhadap suatu jenis informasi tertentu akan terjadi melalui suatu proses komunikasi
4
interpersonal atau komunikasi antarpribadi dari masing-masing anggota korporasi tersebut.
Secara umum komunikasi antarpribadi dipahami sebagai komunikasi antara individu-individu
dan biasanya tatap muka dalam latar pribadi.
Menurut Devito (1997 : 7), interpersonal communication adalah komunikasi yang
terjadi di antara dua orang yang memiliki hubungan mapan; orang-orang yang dengan
berbagai cara berhubungan. Definisi ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa komunikasi
antarpribadi melibatkan dua orang (dyadic) dalam sebuah relasi (relation). Dikatakan oleh
Wilmot (1987, dalam Devito, 1997 : 7) walaupun ketika seseorang berada pada sebuah
kondisi triads (kelompok yang terdiri atas tiga orang), tetapi dyads (relasi dua orang) tetap
menjadi hal yang utama; dyads selalu menjadi pusat dari relasi antarpribadi. Misalnya,
komunikasi antarpribadi dapat meliputi suatu proses pertukaran pesan di antara seorang anak
dan ayahnya, seorang atasan dan karyawannya, dua orang bersaudara, seorang guru dan
seorang muridnya, dua orang sahabat, dan lain sebagainya.
Komunikasi antarpribadi sebagai perilaku yang intinya berasal dari diri pribadi
seseorang, khususnya pada bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang
menimbulkan respon pada individu lainnya. Perilaku komunikasi dilihat dari diri orang untuk
mencari jawaban mengapa ada orang yang mudah dan sulit berkomunikasi. Dalam
penekannya dari aspek psikologi, maka penelitian diarahkan pada usaha-usaha untuk
memahami proses penyampaian pesan melalui upaya untuk mengungkapkan pikiran manusia
ke dalam lambang-lambang dan pengaruh lambang terhadap pikiran dan perilaku seseorang.
Sehingga fokus penelitiannya ada pada bagaimana proses penerimaan pesan, menganalisa
faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelaskan berbagai
karakteristik komunikan ketika berada sendirian atau ketika berada dalam kelompok.
Pada hakekatnya perilaku manusia adalah interaksi melalui mana seseorang bertukar
informasi dengan seseorang atau lebih (Setiawan, 1983 : 22). Setiap individu dalam suatu
5
sistem memilih berhubungan dengan individu-individu tertentu dan mengabaikan individuindividu lainnya (terutama bila sistem itu sangat besar). Oleh karenanya arus komunikasi
interpersonal terpolakan di dalam suatu waktu.
Pola komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur komunikasi yang berbeda yang
dapat dikenali melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem (Rogers dan Kincaid 1981).
Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam
jaringan personal jari-jari (radial personal network) dan jaringan personal saling mengunci
(interlocking personal network). Jaringan personal yang memusat (interlocking) mempunyai
derajat integrasi yang tinggi. Sementara suatu jaringan personal yang menyebar (radial)
mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap
lingkungannya. Selanjutnya Rogers dan Kincaid menegaskan, individu yang terlibat dalam
jaringan komunikasi interlocking terdiri dari individu-individu yang homopili, namun kurang
terbuka terhadap lingkungannya.
Communication Networks and Flows in a Global World
Jaringan Komunikasi dan bentuk-bentuk korporasi abad ke dua puluh satu sedang
mengalami perubahan yang cepat dan dramatis. Apa yang membentang di depan pandangan
secara kolektif didorong oleh kemajuan spektakuler dan konvergensi dalam komputer dan
teknologi komunikasi dan ekonomi kolektif, proses politik, sosial, budaya, dan komunikatif
yang dikenal sebagai globalisasi (Grossberg, Wartella, & Whitney, 1998; Monge , 1998;
Robertson, 1992; Stohl, 2001; Waters, 1995). Kunci untuk mengubah lanskap organisasi
adalah munculnya bentuk-bentuk jaringan organisasi (Monge, 1995) sebagai bagian integral
dari koevolusi dari "Jaringan Masyarakat" (Castells, 1996). Bentuk-bentuk organisasi dan
sosial, yang tidak klasik atau hierarki (Powell, 1990), atau keduanya (Piore & Sabel, 1984),
yang dibangun di sekitar material dan simbolis arus yang menghubungkan orang dan benda-
6
benda baik lokal dan global tanpa memperhatikan tradisional nasional, kelembagaan, atau
batas organisasi.
Saat ini, konvergensi teknologi tidak terhindarkan dan melalui konvergensi teknologi,
beragam peralatan yang berbeda dan infrastruktur yang berbeda bisa memproses dan
menghantarkan sinyal digital yang sama. Digitalisasi terjadi paling awal pada komputer atau
teknologi informasi, karena itulah komputer yang paling awal mengkonvergensikan berbagai
layanan, mulai dari memproses data sebagai fungsi dasarnya sampai dengan pemutaran musik
dan film. Bahkan saluran telepon yang awalnya hanya menghantarkan komunikasi suara, telah
berkembang menjadi penghantar data, layanan komunikasi nirkabel atau seluler, berbagai
layanan baru terus dikembangkan seperti SMS, video, sampai siaran TV. Jaringan seluler juga
telah membebaskan orang untuk mengakses Internet dari mana saja, tidak lagi harus di rumah
atau di kantor, tetapi bisa di mana saja.
Secara umum masyarakat sekarang ini telah mengalami ketergantungan yang tinggi
terhadap telepon bergerak (Tjahjono dan Herusantoso, 2007 : 65). Karena berkat konvergensi,
kemungkinan orang untuk memperoleh informasi dari mana saja, kapan saja dan bisa dikirim
kepada siapa saja semakin besar. Artinya hanya dengan satu perangkat, maka orang akan
dengan mudah dan cepatnya bisa memperoleh informasi. Selain itu, karena dengan adanya
konvergensi teknologi ini proses pengubahan suatu format informasi ke format yang lain,
distribusi informasi, interkoneksitas beragam peralatan yang berbeda menjadi lebih mudah,
cepat dan secara bertahap juga makin murah.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan secara luas telah
mempengaruhi bagaimana orang berinteraksi satu sama lain dan bagaimana orang
mengekspresikan diri di tengah masyarakat. Komunitas manusia sebagai jaringan-jaringan
sosial melibatkan koordinasi perilaku yang berkesinambungan melibatkan pemikiran
konseptual, bahasa simbolis, citra mental, pemikiran, dan makna secara terus-menerus melalui
7
berbagai jaringan komunikasi yang ada. Jaringan-jaringan komunikasi mempunyai efek ganda
yaitu menghasilkan gagasan dan konteks makna, sistem nilai, kepercayaan, dan aturan-aturan
perilaku yang terintegrasi menjadi struktur sosial.
Pendekatan MTML atas Masalah-masalah Penelitian Jaringan
Kerangka Kerja MTML mengidentifikasi sifat jaringan seperti mutualitas dan
kepadatan dan menunjukkan bagaimana sifat-sifat terhubung
sesuai dengan mekanisme
teoritis dalam teori sosial. Memanfaatkan berbagai teori seharusnya meningkatkan penjelasan
tentang evolusi jaringan serta meningkatkan secara signifikan jumlah varian yang dibukukan
oleh mekanisme teoritis tersebut. Karena jaringan secara inheren bertingkat, kerangka MTML
mengidentifikasi sifat jaringan yang ada pada individu, kelompok dan tingkat jaringan.
Selanjutnya, memperluas perspektif ini untuk disertakan dalam jaringan yang sama pada titiktitik sebelumnya dalam waktu serta jaringan lain yang mungkin terkait, baik secara serentak
maupun historis.
Sebagian besar penelitian jaringan bersifat ateoris karena sedikitnya teori jaringan
sosial dan kurang difahaminya implikasi relasional dan struktural yang inheren di dalam teoriteori sosial. Lebih menggunakan pendekatan jaringan dengan perspektif level tunggal, miopik
dan mengabaikan konfigurasi jaringan lainnya dan komponen struktural (mutuality, transicity
dan network centralization) dan lebih fokus pada karakteristik mendasar dari jaringan dan
mengabaikan karakterik jaringan yang lebih kompleks (attributes of nodes atau multiplex
relations).
Pendekatan MTML menawarkan teori-teori yang berbeda untuk membahas
karakteristik jaringan yang berbeda sehingga penjelasan pendekatan ini dapat bersifat
komprehensif, menjelaskan komponen jaringan yang ada di sejumlah level jaringan dari
tingkat individu hingga jaringan secara keseluruhan, memberikan penjelasan tentang jaringan
8
dengan menggunakan pendekatan analisis tiga tingkat (tingkat pertama berupa dekomposisi
jaringan atas komponen multilevel potensial, tingkat kedua attributes of nodes, tingkat ketiga
peran jaringan lain atau yang sama pada titik awal waktu).
Fenomena Small World dalam Studi Jaringan Komunikasi
Teori “small world” merupakan teori jaringan sosial dan analisis jaringan komunikasi
yang dominan. Teori small world memiliki fondasi dari disiplin matematika pada teori grafik,
dan teori ini fokus pada khususan dari karakteristik unik jaringan-jaringan sosial yang
diamati. Teori “small world” merupakan sebuah teori jaringan populer yang didahului dengan
sebuah cabang matematis disebut teori grafik yang mempelajari bagaimana kelompok bendabenda dapat dihubungkan bersama-sama (Buchanan, 2002 : 34; dalam Kadhusin, 2004).
Fenomena ini pertama sekali dikemukan oleh Karinthy pada tahun 1920-an, kemudian
dirumuskan kembali oleh Stanley Milgram pada tahun 1967 melalui sebuah eksperimen.
Milgram melakukan eksperimen dengan mengirimkan sebanyak 300 surat dari orang-orang
yang berbeda kepada satu nama yang terletak di Boston. Surat-surat tersebut pertama kali
berasal dari Nebraska dan Kansas. Dalam surat tersebut berisi instruksi untuk melanjutkan
surat tersebut kepada rekan atau relasinya yang dia kenal berdasarkan first-name basis. Pada
saat pertama kali sang penerima surat mendapat surat, dia mendapatkan infomasi berupa
alamat dan pekerjaan dari orang yang akan dikirimkan suratnya. Dari 300 surat yang dikirim
dalam percobaan ini, yang membentuk rantai terdapat 64 surat yang mencapai target. Dan dari
ke-64 surat yang mencapai target tersebut rata-rata memiliki rantai sebanyak enam kali
pengiriman kembali. Dari peta perjalanan surat tersebut, percobaan ini membuat hipotesis “six
degrees of separation” menjadi terkenal (Monge dan Contractor, 2003 : 308).
Dalam perkembangan selanjutnya fenomena ini langsung menggelitik pikiran berbagai
kalangan mulai dari aktor film sampai matematikawan. Pertama kali diterapkan oleh para
aktor film dan matematikawan melalui Kevin Bacon dan Paul Erdos. Kevin Bacon
9
mengatakan bahwa setiap aktor memiliki nilai yang dapat terhitung (finite number). Bacon
Number merupakan angka yang mewakili seseorang aktor dengan aktor lain yang pernah
bermain di suatu film bersama-sama.
Tetapi kemudian yang dianggap paling berpengaruh yaitu riset teori small world dari
Mark Granovetter (1973) yang dikenal dengan sebutan “The Strength of Weak Ties”.
Granovetter menemukan bahwa links terdapat dalam jaringan-jaringan sosial yang dapat
dibagi dalam “strong ties” (antara anggota keluarga, teman, rekan kerja, kolega) dan “weak
ties” (antara kenalan yang kebetulan atau jarang ditemui). Strong ties cenderung membentuk
cluster dan memiliki sedikit dampak pada keseluruhan konektivitas jaringan. Sementara weak
ties lebih penting untuk formasi jaringan-jaringan real-world. Granovetter menyebut mata
rantai lemah ini dengan “bridges”; yang beraksi sebagai ikatan krusial yang menyatukan
jaringan sosial bersama. Contoh real-world, Granovetter menampilkan sebuah riset yang
menemukan bahwa hanya 16% orang yang dia wawancara mendapatkan pekerjaannya
melalui koneksi kuat, 84% melalui kontak di mana mereka kadang-kadang atau jarang
melihat. Teori small-world telah memperluas pemahaman mengenai beragam jaringanjaringan real-world dengan menemukan perangkat dasar yang bekerja pada beraneka macam
jaringan.
Analisis jaringan dengan kerangka berpikir teori small world banyak memberikan
perhatian pada jarak. Jarak (distance) menjadi isu penting setelah diadakan studi-studi “Small
World” dari Milgram (1967), yang kemudian diperluas untuk mengaplikasikan semua level
pada analisis jaringan. Prinsipnya, wilayah nodes secara langsung berhubungan kepada focal
nodes disebut first order zone (Mitchell, 1969; Barnes, 1972). Nodes dua tahap yang
berpindah dari focal node disebut second order zone. Ketika first order zone adalah tentang
individu, term “interpersonal environment” sering digunakan (Wallace 1966; Rossi 1966)
atau disebut juga “neighborhood” (dalam Kadhusin, 2004).
10
Untuk memahami mengapa jarak nodes memiliki efek terbatas, perlu diketahui
terlebih dahulu bahwa jaringan bisa dihubungkan dan jaringan bisa dikluster atau dipadatkan
dalam beragam tingkatan. Dalam jaringan yang terkoneksi secara penuh, adalah mungkin
meraih setiap node ke node lainnya dalam jaringan melalui sebuah jejak atau koneksi yang
berjalan dari satu node ke yang lainnya dan dalam kepadatan dan kluster jaringan. Misalnya
lingkaran pertemanan atau orang-orang yang bekerja pada bagian yang sama dalam
organisasi. Meskipun ketika semua jaringan tidak padat, kluster atau kepadatan bagian-bagian
jaringan dibatasi pada neighborhoods atau groups yang relatif terbatas.
Monge dan Contractor (2003) memberikan perhatian kepada kehadiran teknologi.
Menurut mereka kedekatan fisik (physical proximity) sekarang ini dapat digantikan dengan
kedekatan elektronik (electronic proximity). Teknologi komunikasi seperti telepon,
mobilephone, dan Internet telah membuat manusia menjadi lebih leluasa berkomunikasi.
Dalam sebuah organisasi interaksi dapat terjadi antara orang-orang pada intraorganisasi dan
interorganisasi tanpa harus terjadi kontak fisik. Oleh karena itu untuk melihat jaringan
komunikasi dalam sebuah organisasi perlu digunakan multitheoretical dan multilevel model
(Monge dan Contractor, 2003 : 312-314). Multitheoretical dimaksudkan sebagai suatu
kerangka berpikir yang menggunakan berbagai teori untuk melihat perilaku dalam jaringan,
mulai dari teori yang berbicara pada level mikro sampai ke makro. Multilevel model diartikan
sebagai level analisis yang menguji perilaku-perilaku node pada berbagai level, seperti level
individu, diadik, triadik, dan global network.
Hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat
homofili, yaitu kecenderungan orang untuk melakukan hubungan dengan orang-orang yang
mempunyai atribut yang sama dengan dirinya atau lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya.
Menurut Rogers (1975; 1983), jaringan komunikasi tidak hanya akan terjadi pada kontak
sosial antara partisipan yang homophilous, tetapi dapat juga terjadi antara orang-orang yang
11
mempunyai atribut yang tidak sama (heteropili). Sebagai contoh, seorang guru tidak hanya
berhubungan dengan sesama guru, tetapi juga berhubungan dengan anggota keluarga dalam
perannya sebagai kepala rumah tangga, sebagai anggota komunitas masyarakatnya, sebagai
anggota perkumpulan sepak bola, juga terlibat dalam jaringan komunikasi pertanian dan
jaringan komunikasi agama.
Analisis Jaringan Komunikasi
Analisis jaringan komunikasi merupakan salah satu dari beberapa pendekatan
penelitian yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan model konvergensi. Unit-unit
analisisnya beralih dari inividu-individu anggota kelompok ke hubungan-hubungan
komunikasi antara dua atau lebih inividu-individu (sepasang, klik atau keseluruhan sistem).
Masalah pokok peneliti-peneliti komunikasi berubah dari “efek komunikasi” menjadi “apa
yang dilakukan oleh manusia dalam berkomunikasi” (Rogers dan Kincaid, 1981).
Teori jaringan yang dikembangkan oleh Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid,
kemudian dikenal sebagai model konvergensi yang memberikan pemahaman bahwa
komunikasi membentuk suatu jaringan hubungan antarmanusia dan jaringan-jaringan itulah
yang menghubungkan pertukaran informasi antarkelompok. Karena pembentukan kelompokkelompok adalah atas dasar kesamaan kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku, maka wajar
seandainya antarkelompok terdapat kesamaan atau perbedaan. Manakala antarkelompok
sering berkomunikasi, berarti sering pula berbagi pengertian bersama, maka “convergence”
dapat tercipta.
Mengikuti model ini, komunikasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana dua atau
lebih partisipan memberikan informasi dan konvergensi menuju sebuah keadaan dengan
pemahaman dan kesepakatan yang lebih besar yang mengarah pada kerjasama atau divergensi
menuju pada kondisi sudut pandang yang bertentangan dan ketidaksepakatan mengarah pada
konflik. Kerjasama atau kooperasi memerlukan beberapa level minimal dari pemahaman dan
12
kesepakatan
bersama.
Meskipun
ketika
konflik
terjadi,
komunikasi
tetap
bisa
menciptakan kondisi pemahaman bersama yang lebih besar pada masing-masing sudut
pandang partisipan.
Basic Components of the Convergence Model
of Communication
PSYCHOLOGICAL
REALITY
A
Interpreting
PHYSICAL
REALITY
INFORMATION
Perceiving
Emotional
Response
PSYCHOLOGICAL
REALITY
B
Action
Collective
Action
Perceiving
Interpreting
Emotional
Response
Action
(cooperation
or conflict)
Understanding
Believing
Believing
Understanding
Mutual
Agreement
(disagreement)
MUTUAL
UNDERSTANDING
(misunderstanding)
SOCIAL REALITY
and RELATIONSHIP
A&B
Adapted from Kincaid (1979) and Rogers and Kincaid (1981).
Gambar 2: Basic Components of the Convergence Model of Communication (sumber:
Kincaid, 1979; dalam Rogers & Kincaid, Communication Networks, Toward a New Paradigm
for Research, 1980, p. 55)
Studi ini mengarah pada teorema-teorema pelengkap berikutnya pada aggregate level
of analysis dari komunikasi dalam jaringan sosial, kelompok, organisasi, dan sub-budaya
dalam sebuah populasi:
Teorema 1: dalam sebuah sistem sosial relatif tertutup dimana komunikasi di antara
anggota adalah unrestricted, maka sistem secara keseluruhan cenderung konvergen dari waktu
ke waktu menuju kondisi uniformity budaya lebih besar.
13
Teorema 2: dalam sistem sosial relatif tertutup dimana komunikasi di antara para
anggota restricted, maka sistem secara keseluruhan cenderung divergen dari waktu ke waktu
menuju kondisi diversity budaya lebih besar.
Homogenitas informasi mengarah pada uniformitas kepercayaan dan perilaku;
heterogenitas mengarah pada diversitas. Sebagai permulaan keragaman sub-kelompok yang
berbagi informasi melalui sistem ikatan sosial yang relatif kuat, varian statistik di antara alat
ukur diharapkan mengikuti dari waktu ke waktu, seperti halnya kasus imigran Korea. Jika
batas diberikan antara dua kelompok (restricting information sharing), maka varian sistem
secara keseluruhan diharapkan meningkat dari waktu ke waktu (menuju diversitas lebih besar)
dan secara simultan berkurang di antara sub-budaya sekitar kondisi lokalnya. Batasan-batasan
dapat diciptakan dengan jarak kontak interpersonal (mengelompokkan jaringan sosial), jarak
bahasa sehari-hari, dengan menggunakan saluran-saluran berbeda dari media massa, dan
halangan geografis. Sebaliknya, informasi yang kurang restricted memberikan diversitas yang
berkurang dari waktu ke waktu (karenanya, uniformitas meningkat).
Tahun 1983, sebelum teorema-teorema secara formal diajukan, Rogers dan Kincaid
menguji keragaman perilaku kontraseptif di antara perempuan di 24 desa di Korea. Karena
praktek kontrasepsi adalah sebuah perilaku yang lain daripada perilaku pada umumnya, maka
berpeluang untuk mengkalkulasi persentase adopsi dari masing-masing metode kontrasepsi
dengan ikatan jaringan sosial di setiap desa secara relatif, dan kemudian menghitung derajat
rata-rata diversitas/uniformitas menggunakan formula entropy (S = ─ ∑ pi ln pi). Secara
mengejutkan, metode paling populer di antara 24 di desa hasilnya adalah: beberapa desa-desa
populer menggunakan oral pil, desa lainnya lebih populer IUD, desa lain lagi lebih populer
kondom, dan seterusnya.
Dengan kata lain, distribusi perilaku di setiap jaringan sosial di desa hadir jika jaringan
itu dibuat oleh sebuah keputusan kolektif daripada beberapa pilihan individual. Rata-rata
14
uniformitas/diversitas secara positif dikaitkan dengan tingkat interkoneksi pada jaringan sosial
di antara desa, sebuah pengukuran pada tingkat arus restriction of information dan ketiadaan
ikatan kelompok. Desa-desa yang kurang terkoneksi jaringan sosialnya lebih datar, lebih
beragam distribusi perilaku; yang mana lebih padat jaringan-jaringan terkoneksi lebih
mengerucut, lebih bersatu distribusinya ini adalah karakteristik norma sosial yang umum.
Dua teorema konvergensi adalah valid karena sifat dari proses informasi dan aturan
berlaku melalui batasan-batasan. Ketika batasan dari sebuah kelompok diperluas untuk
merangkul anggota-anggota baru dengan cara pandang berbeda, diversitas meningkat. Ketika
orang yang tidak setuju pergi, uniformitas di antara yang tersisa secara otomatis meningkat.
Pada saat bersamaan, kelompok menjadi lebih beragam dengan penghargaan dari orang luar.
Proses konvergensi ini ditingkatkan dengan bounded normative influence yaitu tendensi dari
norma-norma sosial untuk mempengaruhi perilaku dengan ikatan lokal sub-kelompok secara
relatif dari sebuah sistem sosial daripada sistem secara keseluruhan. Prinsip budaya dan
jaringan sosial ini memecahkan paradoks pada bagaimana inovasi (sebuah posisi minoritas)
dapat mempertahankan tekanan sosial pada mayoritas dan akhirnya tumbuh menjadi
mayoritas baru: mereka mengisolasi diri mereka sendiri dengan membentuk batasan dengan
mana mereka menjadi mayoritas dan kemudian memperluas perekrutan anggota-anggota baru
dari kalangan luar.
Versi terakhir dari model konvergensi ini menggambarkan sebuah siklus yaitu sebuah
proses yang melibatkan paling kurang dua partisipan. Partisipan-partisipan ini dihubungkan
melalui pertukaran informasi yang sama satu dengan lainnya. Informasi, berada pada pusat
model konvergensi, secara fisik atau sesuatu yang dibantu dengan bentuk fisik tertentu.
Gelombang suara diciptakan dengan paduan vocal, pesan-pesan teks pada kertas atau pasir,
pola-pola pada layar TV, intonasi suara, bahasa dan posisi tubuh, dan lainnya, adalah
fenomena fisik dan karenanya berpotensi sebagai sumber-sumber informasi pada proses
15
komunikasi. Keterbatasan dan konsep informasi memungkinkan penggunaannya sebagai alat
dimana pikiran dan makna diekspresikan dan diberikan di antara satu dengan yang lainnya.
Pikiran dan makna didefinisikan semata-mata sebagai fenomena kognitif secara psikologis.
Realitas-realitas psikologis merujuk pada kesatuan komunikator-komunikator yang terdiri atas
persepsi, interpretasi, pemahaman, dan kepercayaan. Respon emosi pada informasi dapat
mempengaruhi satu sama lainnya pada proses kognitif ini. Hubungan dibentuk di antara
partisipan melalui pertukaran informasi secara sosial. Informasi diciptakan dan/atau diberikan
melalui tindakan dari dua atau lebih partisipan, kelompok, organisasi, atau budaya yang
digunakan dalam komunikasi antarkelompok, antarorganisasi, dan antarbudaya. Tindakan
kolektif dari individu-individu termasuk di dalamnya tidakan-tindakan koordinasi yang
dibutuhkan untuk komunikasi itu sendiri, adalah juga sebuah sumber informasi.
Tahun 2002, Kincaid memperkenalkan sebuah perluasan model yang memungkinkan
divergence dan konflik sebagaimana konvergensi dan kooperatif. Komunikasi sebagai
konvergensi/divergensi terdiri atas enam tahap: (1) scene setting phase yaitu dengan
menciptakan sistem tertutup secara jelas untuk dialog, (2) build-up phase yaitu mengarahkan
pada posisi final dengan mengambil kerangka referensi bersama (pemahaman bersama), dan
(3) resolution phase dimana partisipan secara bersama-sama setuju pada posisi bersama yang
mereka percaya untuk masing-masing laksanakan. Pemahaman bersama membantu untuk
memastikan keabsahan masing-masing partisipan, tapi jika kekurangan-kekurangan
dimunculkan dalam tahap resolusi ini, maka ketidakpercayaan akan timbul dam menarik
mundur para partisipan ke dalam tahap build-up yang baru dengan kemungkinan hadirnya (4)
climax phase yaitu terjadi ketika emosi dan alasan tidak mengarah pada perubahan posisi dan
pemahaman bersama, mengarah pada (5) conflict phase dimana tidak satu pun partisipan akan
berubah dan karenanya terpaksa harus memperlakukan mereka pada posisi sebelumnya. Pada
akhirnya (6) resolution phase yaitu kondisi yang bisa jadi kooperatif atau konflik. Jika para
16
partisipan setuju pada posisi bersama yang mereka percaya masing-masing untuk laksanakan,
maka hasilnya adalah kerjasama.
Perbedaan fundamental antara penjelasan jaringan sosial dan yang bukan jaringan
sosial dari suatu proses adalah inklusi konsep dan informasi terhadap hubungan antara unit
dalam suatu kajian. Konsep teoritisnya adalah relasi, data hubungan relasi, dan pengujian
kritis yang menggunakan distribusi dari hal-hal yang terkait relasi. Baik model yang
digunakan untuk mencari pemahaman tindakan individu dalam konteks relasi terstruktur atau
kajian-kajian struktur langsung, analisis jaringan mengoperasinalisasikan struktur dalam
terminologi jaringan dari hubungan sesama unit (Wasserman dan Faust, 1994).
Menurut Wasserman dan Faust (1994) terdapat delapan konsep utama dalam
menganalisis jaringan. Pertama adalah aktor (actor) yaitu analisis jaringan sosial yang
mempertimbangkan pemahaman hubungan antara sosial entitas dan implikasi dari hubungan
tersebut. Entitas sosial merujuk kepada aktor. Aktor dapat berupa individu, korporasi, atau
unit sosial secara kolektif. Contoh aktor dapat saja orang dalam suatu kelompok departemen
dalam korporasi, agen pelayanan publik dalam suatu kota, atau negara dalam sistem dunia.
Aktor tidak hanya diinterpretasikan sebagai entitas yang memiliki kemampuan bertindak.
Aplikasi jaringan sosial secara lebih jauh memfokuskan pada kumpulan aktor yang memiliki
tipe yang sama yang disebut dengan onemode network atau yang melihat aktor
dikonseptualisasikan berbeda secara tipe, tingkatan atau kumpulan (Wassermen dan Faust,
1994).
Kedua, ikatan relasi (relational ties). Aktor-aktor dihubungkan antara satu dan lainnya
dengan ikatan sosial. Ikatan merupakan pembentukan suatu hubungan antara sepasang aktor
yang diperlihatkan dalam berbagai hal. Misalnya dengan evaluasi dari seseorang ke orang lain
dalam konteks pertemanan, kesukaan dan penghargaan. Ikatan juga dapat dilihat dari transfer
sumber daya materi seperti transaksi bisnis, barang-barang yang dipinjamkan atau diberikan.
17
Ikatan diamati dari gerakan antara satu tempat atau suatu status seperti migrasi dan mobilitas
sosial dan fisik. Selain itu juga dapat diamati dari koneksi fisik seperti jalan, sungai, atau
jembatan dari dua titik, atau relasi formal seperti kekuasaan, atau juga relasi biologi seperti
kekerabatan atau keturunan (Wassermen dan Faust, 1994).
Ketiga, diadik (dyad). Pada dasarnya suatu hubungan membentuk ikatan antara dua
aktor. Ikatan secara alami merupkan seperangkat pasangan dan tidak semata-mata
menyinggung secara sederhana aktor individual. Suatu dyad terdiri dari sepasang aktor dan
ikatan antara keduanya. Analisis diadik memfokuskan hal-hal yang terkait dalam hubungan
berpasangan seperti ikatan yang timbal balik atau tidak, atau juga jenis khusus dari hubungan
majemuk yang cenderung terjadi secara bersama (Wassermen dan Faust, 1994).
Keempat, triadik (tryad). Triadik merupakan hubungan antara sekumpulan aktor yang
lebih besar. Analisis triadik dilakukan untuk memperlihatkan adanya keseimbangan atau
transivitas dari suatu hubungan. Misalnya jika aktor A menyukai aktor B, dan aktor B
menyukai aktor C, sehingga aktor A dan B harus memiliki kesamaan dalam evaluasinya
terhadap aktor ketiga yaitu C. Jika aktor A dan B tidak menyukai antara satu dengan lainnya
maka kemudian aktor A dan B akan berbeda dalam evaluasinya terhadap aktor C (Holland
dan Leinhardt, 1979; dalam Wasserman dan Faust, 1994).
Kelima, sub-kelompok (subgroup). Diadik adalah pasangan aktor dan terkait dalam
ikatan, tiadik adalah tiga aktor yang terkait dalam ikatan. Sehingga subgroup dari aktor adalah
setiap kumpulan aktor yang memiliki ikatan antara satu sama lain. Kajian tentang subgroup
menjadi bagian dari analisis jaringan sosial yang dianggap penting (Wassermen dan Faust,
1994).
Keenam, kelompok (group). Analisis jaringan tidak hanya secara sederhana
mempertimbangkan kumpulan diadik, tradik atau subgroup. Dalam konteks yang lebih luas,
kekuatan analisis jaringan terletak pada kemampuan model hubungan antara aktor-aktor
18
dalam sistem. Sistem terdiri dari ikatan antara anggota beberapa kelompok yang lebih terikat
ataupun yang kurang terikat. Kelompok adalah kumpulan dari aktor-aktor yang ikatanikatannya dapat diukur baik secara teoritis, empiris atau konseptual. Salah satu yang populer
dari analisis jaringan kelompok adalah fenomena dunia kecil (small world) seperti web atau
rantaian yang berasal dari dan terhadap individu sebagai perluasan dari masyarakat yang lebih
luas (Kilworth dan Bernard, 1978; Kochen, 1989; Milgram, 1967).
Ketujuh, relasi (relations). Kumpulan ikatan dari jenis yang khusus antara anggota
suatu kelompok adalah relasi. Misalnya sebuah pertemanan antara pasangan anak dalam
kelas, atau seperangkat ikatan diplomasi formal yang dipertahankan oleh pasangan-pasangan
negara dalam dunia merupakan ikatan yang mendefinisikan relasi. Artinya relasi merujuk
pada kumpulan ikatan dari jenis yang ditentukan yang diukur berdasarkan pasangan aktor dari
sekumpulan aktor yang khusus. Ikatan yang terjadi hanya eksis di antara pasangan aktor-aktor
tersebut (Wassermen dan Faust, 1994).
Kedelapan, jaringan sosial (social network). Dengan memiliki definisi dari aktor,
kelompok dan relasi maka dapat didefinisikan jaringan sosial. Jaringan sosial terdiri dari
seperangkat bahasan atau sekumpulan aktor dan relasi, dan relasi-relasi yang didefinisikan
oleh aktor-aktor yang terkait. Kehadiran relasi informasi merupakan hal yang kritis dan
mendifinisikan fitur dari suatu jaringan sosial (Wassermen dan Faust, 1994).
Charles Kadhusin (2004 : 3), mengatakan bahwa teori jaringan sosial menggunakan
beragam level analisis dari kelompok kecil sampai pada sistem global. Sebuah jaringan terdiri
atas seperangkat objek (dalam term matematika, nodes) dan sebuah pemetaan atau deskripsi
hubungan antara objek dan nodes. Jaringan sederhana terdiri dari dua objek, 1 dan 2, dan satu
hubungan yang menghubungkannya. Node 1 dan 2, sebagai contoh, bisa jadi manusia, dan
hubungan yang menghubungkan mereka mungkin saja berada pada ruang yang sama. Tetapi
ketika lebih dari satu hubungan maka disebut multiplex relationship.
19
Para ahli ilmu-ilmu sosial telah menginvestigasi tiga macam jaringan: ego-centric,
socio-centric, dan open-system networks. Jaringan ego-centric adalah jaringan-jaringan yang
dihubungkan dengan sebuah node atau individu. Perlu dipertimbangkan bahwa jaringanjaringan yang terhubung tidak hanya terdiri dari orang atau organisasi, tetapi informasi harus
tersedia untuk menghubungkan orang-orang atau organisasi-organisasi ini. Jaringan sociocentric, dalam istilah Russell Bernard disebut jaringan-jaringan dalam kotak (komunikasi
personal). Koneksi antara anak-anak dalam sebuah kelas, antara eksekutif atau pekerja dalam
sebuah organisasi adalah sistem jaringan tertutup dan penekanan studinya ada pada struktur
jaringan. Jaringan open-system adalah jaringan dimana batasan bukan suatu hal yang jelas,
jaringan ini tidak berada dalam sebuah kotak, sehingga sulit untuk dipelajari. Misalnya
jaringan elit, koneksi antar korporasi, atau adopsi praktek-praktek baru.
Beberapa aspek dalam jaringan komunikasi (Littlejohn dan Foss, 2005 : 247-249),
yaitu: jangkauan (scope) komunikasi ada pada level analisis yang dapat dipelajari dari
perspektif individu, diadik, kelompok, organisasi atau antarorganisasi; fungsi kelompok
meliputi produksi, inovasi dan pemeliharaan; dan struktur komunikasi yang mentransmisikan
pesan. Sehingga analisis jaringan komunikasi meliputi identifikasi klik-klik, identifikasi
peran-peran khusus dalam komunikasi, dan mengukur berbagai indeks struktur komunikasi
pada tingkat individu, jaringan personal, klik dan sistem (Rogers dan Kincaid, 1981).
Dalam analisis jaringan beberapa struktur yang dapat diukur pada tingkat individu,
derajat integrasi individu dan derajat keragaman. Clique didefinisikan sebagai sebuah
subsistem yang memiliki elemen-elemen berinteraksi satu dengan lainnya relatif lebih sering
daripada anggota lain dari sistem komunikasi (Rogers & Kincaid, 1981 : 83). Pada tingkat
klik peubah yang dianalisis adalah derajat koneksi klik, derajat koneksi klik rata-rata, derajat
integrasi klik, derajat keragaman klik dan derajat keterbukaan klik. Pada tingkat sistem
peubah yang dianalisis adalah derajat koneksi sistem rata-rata dan derajat keterbukaan sistem.
20
Suatu pendekatan alternatif yang sepadan adalah pendekatan yang disebut teori sistem
yang secara umum hendak menanamkan konsep mengenai ilmu keseluruhan (the science of
wholeness). Semboyan teori sistem ini adalah bahwa keseluruhan bukan sekedar jumlah dari
bagian-bagian. Deskripsi model konvergensi tampak pada teori sistem sebagai suatu
pendekatan komunikasi antarmanusia. Karena inti dari perilaku manusia dalam interaksi
adalah dimana individu bertukar informasi dengan satu atau lebih individu lainnya. Individu
yang ada dalam sebuah sistem besar kemungkinan menghubungi individu lainnya, dan
mengabaikan orang-orang lain khususnya jika berada dalam sebuah sistem berukuran besar.
Ketika arus komunikasi interpersonal menjadi terpola dalam kurun waktu tertentu, sebuah
“communication structure” atau “network” muncul yang relatif stabil.
Untuk memahami kontak dalam jaringan komunikasi beberapa pengukuran yang bisa
dilakukan, antara lain (Brass, 1995; dalam Monge dan Contractor, 2003 : 33): (1) Size yaitu
jumlah aktor di dalam jaringan, (2) Inclusiveness yaitu total jumlah aktor dalam jaringan
dikurangi aktor-aktor isolate yang tidak terhubung dengan seorangpun dalam jaringan; juga
diukur sebagai rasio keterhubungan aktor per total jumlah aktor, (3) Component yaitu
kumpulan nodes yang saling terhubung satu dengan yang lainnya dan tidak ada satupun node
yang terhubung di luar komponen, (4) Connectivity/Reachability yaitu aktor-aktor dalam
jaringan yang terhubung pada yang lainnya dengan ikatan langsung dan tidak langsung;
kadang diukur melalui jarak maksimum, rata-rata, jarak antara dua aktor dalam jaringan, (5)
Connectedness yaitu sejumlah nodes yang dapat dicapai per total jumlah aktor dalam jaringan,
(6) Density yaitu rasio jumlah hubungan sebenarnya dibagi hubungan yang mungkin ada
dalam jaringan, dan (7) Centralization yaitu perbedaan angka keterpusatan pada aktor yang
paling sentral dan semua aktor dalam jaringan dihitung; dan biasanya bentuk rasio pada
jumlah aktual perbedaan dibagi jumlah maksimal perbedaan.
21
Teori jaringan membantu pemahaman mengenai struktur dan perilaku jaringan dan
makna perangkat jaringan. Sementara struktur jaringan dan perangkat jaringan banyak
ditelusuri baru-baru ini, manfaat selanjutnya untuk riset adalah dalam memprediksi perilaku
jaringan. Jaringan yang ada di mana-mana merupakan sebuah fenomena empiris yang dapat
diamati. Jaringan adalah perangkat dasar dari interkoneksi alam semesta. Dalam upaya untuk
memahami jaringan, juga memahami diri. Sehingga, kesimpulan dari teori-teori jaringan
dapat memiliki kedekatan dan kedalaman pada kesadaran fundamental diri dan alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, Ruddy. Jaringan Sosial dalam Organisasi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2007.
Argenti, Paul A. Corporate Communication, Second Edition. McGraw-Hill, New York, 2003.
Devito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book, Seventh Edition. Harper Collins
College Publisher, New York, 1997.
Kadhusin, Charles. Basic Network Concepts. 17 February 2004. http://home. earthlink.net,
diakses 6 Maret 2008.
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. Theories of Human Communication, Eighth
Edition. Wadsworth, Albuquerque, 2005.
Monge, Peter R., dan Noshir S. Contractor. Theories of Communication Networks. Oxford
University Perss, Madison Avenue, 2003.
Newman, M.E.J. The Structure and Function of Complex Networks. Department of Physics,
University of Michigan, Ann Arbor, and Santa Fee Institute, Santa Fee. http://wwwpersonal.umich.edu/~mejn/courses/2004/cscs535/ review.pdf. 2003, diakses 29
Oktober 2009.
Pearce, John A., & Richard B. Robinshon, Jr. Strategic Management Formulation,
Implementation, and Control. McGraw-Hill, New York, 2000.
Rogers, Everett M. Diffusion of Innovations, Fourth Edition. The Free Press, New York,
1995.
22
Rogers, Everett M., dan D. Lawrence Kincaid. Communication Networks, Toward a New
Paradigm for Research. The Free Press, New York, 1981.
Setiawan, Bambang. Metode Analisis Jaringan Komunikasi. Seksi Penerbitan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1983.
Tjahjono, Bambang Heru, dan Khamami Herusantoso. Dampak Konvergensi TIK. dalam
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kajian Konvergensi Teknologi
Informasi dan Komunikasi. BPPT, Jakarta 2007.
Wassermen, S., dan K. Faust. Social Network Analysis: Methods and Applications.
Cambridge University Press, 2004, www.googlebook.com, diakses 26 November
2009.
23
Download