1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
setelah
mendapatkan
kemerdekaan pada tahun 1945 berada dalam fase dimulainya pembangunan di
berbagai
bidang.
Pemerintah
Indonesia
setelah
orde
lama
mulai
berkonsentrasi pada pembangunan yang lebih sistematis sejak akhir tahun
1960-an. Kenyataan yang dihadapi pemerintah pada saat itu adalah keperluan
dana atau modal yang teramat besar, sehingga pemerintah Indonesia segera
mengupayakan penghimpunan dana melalui berbagai macam cara yang
dianggap memungkinkan, yaitu antara lain melalui pinjaman dari negaranegara donor Eropa yang tergabung dalam Inter-Governmental Group on
Indonesia (IGGI) lalu kemudian Consultative Group on Indonesia atau CGI,
Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, bagi pemerintah pinjaman luar negeri
bukan merupakan cara yang strategis untuk pembangunan, potensi dana
masyarakat Indonesia harus bisa dioptimalkan untuk digunakan (M.Irsan
Nasarudin dan Indra Surya 2004:1).
Untuk membangun perekonomian, munculah kegiatan investasi di
Indonesia sejak Tahun 1967, yakni sejak dikeluarkannya Undang–Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman modal asing dan Undang–Undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Keberadaan
kedua Undang–Undang ini merupakan dasar hukum yang diharapkan dapat
menarik investor asing muapun investor dalam negeri agar mempunyai
kemauan untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang mana dalam kedua
Undang–Undang terdapat kepastian hukum bagi penanam modal asing
maupun bagi penanam modal dalam negeri.
Indonesia sering kali memperoleh pinjaman luar negeri untuk
mendukung pembangunan nasional seperti negara–negara berkembang
kebanyakan. Akan tetapi, bagi pemerintah pinjaman luar negeri bukan
merupakan cara yang strategis untuk pembangunan, potensi dana masyarakat
2
Indonesia sehingga harus bisa dioptimalkan untuk digunakan. Untuk itu,
dibentuk pasar modal yang dimaksudkan sebagai wahana pemenuhan
kebutuhan pembiayaan pembangunan (M. Irsan Nasrudin, dan Indra Surya,
2004:1).
Pada tahun 1995, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang yang
bisa dijadikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan masyarakat awam
terhadap investasi di pasar modal, Undang-Undang tersebut yaitu UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Salah satu
sasaran yang hendak dicapai dari diterbitkannya UUPM yaitu memberi
kesempatan kepada pemodal kecil dan tentunya masyarakat umum yang
mungkin saja awam terhadap dunia pasar modal untuk berinvestasi guna
mendukung pembangunan nasional disegala bidang. Penjelasan dalam UUPM
disebutkan bahwa pasar modal memiliki peran strategis dalam menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional serta sebagai salah satu sumber
pembiayaan untuk dunia usaha, termasuk usaha kecil dan menengah untuk
mengembangkan usaha. Selain itu, pasar modal juga merupakan sarana
investasi untuk masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah. Pasar
modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan
pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial asset pada saat yang
sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio
investasi (melalui pasar sekunder). Berlangsungnya fungsi pasar modal
adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan
kriteria pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil
ekonomi secara keseluruhan (Anoraga Pandji, Piji Pakarti, 2006:5).
Pada 1997-1998 terjadilah krisis moneter di Indonesia. Hal tersebut
berdampak pada kegiatan perekonomian di Indonesia hingga saat ini. Ketika
itu banyak perusahaan yang mengalami kemerosotan pendapatan yang
berujung kebangkrutan. Kejadian tersebut menyebabkan kalangan perbankan
dan investor sangat selektif dalam mengucurkan dananya. Terganggunya iklim
usaha dan investasi tersebut menyebabkan banyak pihak kesulitan mendapat
3
pendanaan untuk usahanya (Tim Studi Perdagangan EBA, 2003: i). Keadaan
ini menyebabkan pasar modal menjadi alternatif sumber pendanaan yang
sangat signifikan bagi dunia usaha dengan berbagai instrumennya. Akhirnya,
pada abad ke-20 hingga awal abad ke-21 pasar uang dan pasar modal
mengalami perkembangan yang terus meninggi (high return).
Pada tahun 2001 perekonomian Indonesia menunjukkan pemulihan.
Laju perekonomian mulai naik, investasi dan ekspor makin berkembang.
Akan tetapi, hal tersebut belum dapat menopang penghasilan masyarakat dan
mengurangi kemiskinan. Sehingga pada tahun 2003 dikeluarkan Instruksi
Presiden tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah
Berakhirnya Perjanjian Kerjasama dengan International Monetary Fund
Nomor 5 tahun 2003 (Inpres Tahun 2003) pada 15 September 2003.
Kebijakan yang dituangkan salah satunya mengenai Pasar Modal, dimana
dikatakan adnya pengembangan dari Produk Pasar Modal dalam angka 5nya.
Terdapat 3 instrumen Pasar Modal menurut Pemerintah yang Perlu
dikembangkan untuk pemulihan ekonomi. Ketiga produk tersebut terdiri atas:
1. Efek Beragun Aset (EBA);
2. Produk-produk berbasis Syariah;
3. Option
(http://www.clubdeparis.org/en/presentation/presentation.php?BA
TCH=B01WP01).
EBA merupakan instrumen dalam Pasar Modal yang keberadaanya
masih baru. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIKEBA) Lahir akibat kondisi yang timbul di kalangan usaha karena
membutuhkan aset yang likuid, sebab aset yang likuid akan sangat mudah
dikonversikan menjadi dana segar, yang berkebalikan dalam dunia usaha
dimana kalangan ini memiliki aset-aset keuanagn yang sifatnya tidak likuid
seperti
surat
piutang
atau
tagihan.
Oleh
karenanya,
EBA
dirasa
menguntungkan kalangan usaha.
Pembentukan EBA lahir melalui proses sekuritisasi. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 19 tahun 2005 jo Peraturan Presiden Nomor 1
4
tahun 2008 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan, Sekuritisasi adalah
suatu transformasi aset yang tidak likuid menjadi likuid, dengan cara
penjualan aset oleh kreditur asal kepada penerbit yang selanjutnya
menerbitkan sekuritas beragun aset kepada pemodal yang diwakili oleh Bank
Kustodian/wali amanat. Pada dasarnya inovasi keuangan tersebut adalah
dengan mengalihkan risiko kredit atas sekelompok aset kepada pihak lain dan
selanjutnya akan diperoleh likuiditas atau dana segar yang dapat diputar
kembali untuk menambah volume usaha bank melalui penyaluran kredit. Di
Indonesia, sekuritisasi aset dikenal dengan istilah Efek Beragun Aset sesuai
dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) No.KEP-493/BL/2008 Tahun 2008.
Sekuritisasi aset dengan EBA memilik berbagai keuntungan antara
lain (Lederman 1996: 5):
a. Biaya finansial yang sangat rendah, maksudnya adalah cukup dengan
menggunakan aset yang dimiliki, perusahaan dapat melakukan penjualan
efek dengan kualitas kredit yang tinggi dibandingkan dengan nilai
perusahan tersebut.
b. Penghematan modal. Apabila dikaitkan dengan pembatasan hutang
perusahaan khususnya bagi lembaga keuangan, oleh karena ketentuan
pasar modal, maka transaksi dengan pola penjualan aset (true sale) dalam
sistem akuntansi dapat mengurangi kebutuhan untuk kebutuhan modal
yang besar (higher cost equity).
c. Pendanaan/strategi pendanaan yang sesuai. Dengan sekuritisasi efek
perusahaan dapat menawarkan pola, jangka waktu dan harga dasar atas
efek tersebut.
d.
Pendapatan. Apabila konsep sekuritisasi adalah penjualan aset (true
sale), penerbit atau penjual diperbolehkan untuk mengetahui, sesuai
prinsip standar akuntansi yakni Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP) keuntungan atau kerugian penjualan aset tersebut
diperhitungkan dengan nilai saat ini (present value) dan ekspektasi nilai
yang akan datang.
5
Beberapa manfaat yang didapatkan oleh investor melalui pembelian
instrumen ini yakni (Personal & Corporate Finance edisi 2:13):
a. Sebagai alternatif pendanaan jangka panjang 3–10 tahun Kontrak
Investasi Kolektif Beragun Aset (selanjutnya dalam penelitian ini disebut
KIK EBA) lebih menarik bagi investor dibanding surat utang lain, seperti
obligasi dan promes, karena didukung dengan aset yang likuid dengan
risiko yang relatif kecil.
b. Meski originator (penerbit) bangkrut, tagihannya tetap ada. Ini berbeda
dari pembeli obligasi atau promes, yang akan kehilangan dananya kalau
perusahaan yang bersangkutan bangkrut.
Walaupun telah banyak perusahaan di Indonesia melakukan
sekuritisasi atas aset keuangan serta menjadi originator, dan peraturan
tentang EBA telah ada sejak tahun 1997 serta terlihat banyak keuntungan
yang diperoleh, akan tetapi perkembangan perusahaan yang menerbitkan
EBA di pasar modal Indonesia sangatlah lamban (Master Plan Pasar Modal
Indonesia, 2005-2009:24). Ada banyak masalah yang ditengarai menjadi
penyebabnya. Mulai dari permasalahan kesimpangsiuran mengenai aturanaturan tentang EBA (kesesuaian dalam pembuatan KIK EBA dengan asas–
asas/prinsip-prinsip hukum Pasar Modal di Indonesia), lalu pelaksanaannya
masih menimbulkan pertanyaan yang signifikan tentang ketidakjelasan akan
timbulnya kerugian (loss experience) terkait sistem akuntansi, perlindungan
hukum terhadap (investor pemegang EBA jika atas EBA), perpajakan serta
hubungan hukum yang tidak dipahami, sampai pemahaman EBA yang masih
terbatas (Apriyani Kurniasih, 2006:1).
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk mengkaji lebih mendalam mengenai permasalahan tersebut diatas
untuk mengetahui secara mendalam mengenai Hubungan Hukum antara para
pihak dalam investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset (KIK-EBA) kaitannya dengan pemenuhan prinsip Hukum Pasar Modal
dan perlindungan hukum bagi investor melalui penulisan hukum yang
berjudul
“ANALISA
REKSA
DANA
KONTRAK
INVESTASI
6
KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (KIK-EBA) KAITANNYA
DENGAN PEMENUHAN PRINSIP HUKUM PASAR MODAL”.
Bahasan penelitian ini merupakan suatu penelitian baru dikarenakan
belum ada yang membahas mengenai Hubungan Hukum antara para pihak
dalam investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
(KIK-EBA) kaitannya dengan pemenuhan prinsip Hukum Pasar Modal, dan
perlindungan investor dalam gagal bayar. Penelitian sebelumnya cenderung
membahas mengenai perjanjian-perjanjian yang melandasi KIK-EBA,
pelaksanaan KIK-EBA, Hambatan KIK-EBA, kegagalan sistem KIK-EBA.
Seperti tesis yang berjudul “Perjanjian-Perjanjian yang Melandasi
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset”, yang ditulis oleh Indira
Estiyanti Nurjadin, S.H dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, disusunlah suatu
rumusan masalah oleh penulis untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
penelitian hukum ini, maka permasalahan yang akan dikaji yaitu :
1. Bagaimanakah Hubungan Hukum antara para pihak dalam investasi
Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA)
kaitannya dengan pemenuhan prinsip Hukum Pasar Modal?
2. Apakah Reksa Dana Kontrak Investasi Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset (KIK-EBA) dapat melindungi kepentingan investor dalam
hal terjadinya gagal bayar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terbagi menjadi 2 (dua) yakni: tujuan obyektif dan
tujuan subyektif. Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah
diatas maka tujuan obyektif dan tujuan subyektif dari penelitian ini diuraikan
sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
7
a. Untuk mengetahui Hubungan Hukum antara para pihak dalam
investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
(KIK-EBA) kaitannya dengan pemenuhan prinsip Hukum Pasar
Modal.
b. Untuk mengetahui Investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif
Efek Beragun Aset (KIK-EBA) dapat melindungi kepentingan
investor dalam hal terjadinya gagal bayar.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
Starta 1 (satu) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
b. Untuk mengaplikasikan teori–teori hukum yang telah penulis peroleh
selama masa studi dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret khususnya Hukum Perdata cabang ilmu
Hukum Pasar Modal yang diharapkan dapat memberikan konstribusi
positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang Hukum
Perdata.
c. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam
bidang ilmu hukum pada umumnya dan bidang hukum perdata
khususnya dalam cabang ilmu Hukum Pasar Modal.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini hasilnya diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi ilmu hukum pada umumnya serta bidang hukum
perdata khususnya cabang ilmu Hukum Pasar Modal.
b. Penelitian ini hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
literatur tambahan di masa yang akan datang bagi penelitian–
penelitian lain yang obyek kajiannya sama dengan apa yang penulis
teliti.
8
c. Penelitian ini hasilnya diharapkan dapat memberikan solusi atas
permasalahan–permasalahan hukum perdata dalam cabang ilmu
hukum pasar modal khususnya pada Reksa Dana Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA).
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini hasilnya diharapkan dapat meningkatkan penalaran,
membentuk pola pikir dinamis serta untuk mengetahui kemampuan
penulis dalam menerapkan ilmu hukum yang telah diperoleh.
b. Penelitian ini hasilnya diharapakan dapat menjawab pertanyaan yang
diteliti oleh penulis.
c. Penelitian ini hasilnya diharapakan dapat membantu memberi
masukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam ilmu
hukum, khususnya Hukum Perdata dalam cabang ilmu Hukum Pasar
Modal.
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan Penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum adalah
penelitian hukum normatif atau biasa dikenal dengan penelitian hukum
(doctrinal research). Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa ilmu
hukum
merupakan
studi
tentang
hukum
dimana
tidak
bisa
diklasifikasikan ke dalam ilmu sosial yang bidang kajiannya empiris
(Peter Mahmud Marzuki, 2014:44). Oleh karenanya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ilmu hukum merupakan ilmu yang normatif. Aspek
normatif hukum dinyatakan dengan merujuk kepada aturan-aturan
tingkah laku lahiriah (Peter Mahmud Marzuki, 2014:39).
Penelitian hukum doktrinal pada intinya merupakan penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder.
9
Penulis ingin menemukan hasil terkait Hubungan hukum dalam Reksa
Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA)
kaitannya dengan Pemenuhan prinsip Hukum Pasar Modal. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui Reksa Dana Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) sudah dapat
melindungi investor dalam hal terjadinya gagal bayar.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang ada dalam penelitaian ini akan erat kaitannya
dengan sifat ilmu dalam hal ini ilmu hukum. Ilmu hukum mempunyai
karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai
ilmu yang bersifat preskriptif, oleh karena itulah penelitian hukum tidak
dimulai
dengan
hipotesis
(Peter
Mahmud
Marzuki,
2014:59).
Menerapkan sifat penelitian yang prespektif dimaksudkan untuk
memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
Argumentasi disini dilakukan untuk memberikan perspektif atau
penelitian mengenai benar atau salah menurut hukum terhadap fakta atau
peristiwa hukum dari hasil penelitian. Kemudian untuk penelitian yang
bersifat terapan mengandung arti bahwa penelitian hukum dalam
kerangka kegiatan akademis sekalipun harus melahirkan preskriptif yang
dapat diterapkan (Peter Mahmud Marzuki, 2014:69).
3. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan dalam penelitian hukum terdiri atas beberapa
pendekatan, yaitu (Peter Mahmud Marzuki, 2014:133):
a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach),
b. Pendekatan Kasus (Case Approach),
c. Pendekatan Historis (Historical Approach),
d. Pendekatan Komparatif (Comparative Approach), dan
e. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)
10
Pendekatan penelitian digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
suatu penelitian, melalui pendekatan penelitian penulis memperoleh
informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk
dicari jawabannya. Terkait dengan penelitian hukum ini, penulis
menggunakan pendekatan undang-undang (Statute Approach), dan
pendekatan konseptual (Conceptual Approach). Adapun pendekatan
Undang–Undang (Statute Approach) dilakukan dengan menelaah semua
Undang–Undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang
diteliti (Peter Mahmud Marzuki, 2014:133), serta pendekatan konseptual
(Conceptual Approach) dilakukan dengan mempelajari pandangan–
pandangan dan doktrin–doktrin dalam ilmu hukum, sehingga penulis
akan menemukan ide–ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum,
konsep–konsep hukum, dan asas–asas hukum yang relevan dengan isu
hukum yang diteliti oleh penulis (Peter Mahmud Marzuki, 2014:135136).
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Jenis bahan hukum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari
peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan Undang-Undang, dan putusan-putusan hakim. Sedangkan
bahan-bahan hukum sekunder terdiri dari semua publikasi tentang hukum
tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnaljurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter
Mahmud Marzuki, 2014: 181) Bahan hukum yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Bahan Hukum Primer:
1) Kitab Undang–Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);
2) Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
3) Undang–Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan;
11
4) Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 jo Peraturan Presiden
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan;
5) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/4/Pbi/2005 tentang Prinsip
Kehati-Hatian;
6) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep86/Pm/1996 tentang Keterbukaan Informasi;
7) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan Nomor KEP-51/Pm/1997 (Peraturan Nomor IX.C.10)
tentang Pedoman Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka
Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities);
8) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep36/Pm/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala;
9) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan Nomor KEP-178/Bl/2008 tentang Perubahan Peraturan
Nomor V.G.5 Tentang Fungsi Manajer Investasi Berkaitan Dengan
Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities);
10) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: KEP-493/BL/2008 tentang Perubahan Peraturan
Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset (Asset Backed Securities);
11) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: 412/Bl/2010 (Peraturan Nomor VI.C.4) tentang
Ketentuan Umum dan Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat
Utang;
12) Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset DanaReksa BTN03KPR.
b. Bahan Hukum Sekunder:
1) Buku-buku ilmiah dibidang hukum;
2) Kamus-kamus hukum;
3) Makalah-makalah, tesis dan hasil-hasil karya ilmiah para sarjana;
12
4) Jurnal-jurnal hukum;
5) Literatur dan hasil penelitian lainnya.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik yang relevan diperlukan dalam pengumpulan bahan hukum
sehingga teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah
teknik studi kepustakaan atau studi dokumen. Teknik pengumpulan
bahan hukum ini dengan cara membaca, mengkaji, dan memberi catatan
dari buku, peraturan perundang-undangan, tulisan, dan publikasi ilmiah
yang berkaitan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian yakni
Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA)
dalam perspektif hukum pasar modal di indonesia.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Penelitian hukum ini menggunakan teknik analisis bahan hukum
dengan metode silogisme melalui pola berpikir deduktif. Artinya bahwa
analisis bahan hukum ini mengutamakan pemikiran secara logika
sehingga akan menemukan sebab dan akibat yang akan terjadi. Menurut
Philipus M. Hadjon dalam Peter Mahmud Marzuki (2014:89-90) metode
deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles,
penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor
(pernyataan bersifat umum) yang merupakan aturan hukum yang berlaku
dan premis minor (bersifat khusus) yang merupakan fakta hukum atau
kondisi empiris dalam pelaksanaan suatu aturan hukum. Kemudian, dari
kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion.
Aturan hukum disini berkaitan dengan aturan hukum perdata secara
umum dan aturan dalam hukum pasar modal secara khusus dengan fakta
hukum keterlibatan para pihak dalam Reksa Dana KIK-EBA beserta
perlindungan ketika terjadi gagal bayar (default).
13
F. Sistematika Penulisan Hukum
Penulisan hukum (skripsi) pada dasarnya ditulis berdasarkan kaidah
dan sistematika penulisan agar hasilnya mudah untuk dipahami. Adapaun
sistematika penulisan hukum (skripsi) terdiri dari 4 (empat) bab dimana
setiap bab terbagi dalam beberapa sub bab yang dimaksudkan untuk
mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian hukum
(skripsi) ini. Sistematika penulisan hukum ini diuraikan sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
2. Tujuan Subyektif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Obyektif
2. Manfaat Subyektif
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan Hukum
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Pasar Modal
2. Tinjauan Umum Kontrak Investasi Kolektif
3. Prinsip-Prinsip/Asas
Hukum
dan
Prinsip-
Prinsip/Asas Hukum Pasar Modal
4. Perlindungan Hukum Bagi Investor di Pasar
Modal
B. Kerangka Pemikiran
Penulis mendekripsikan logika da paradigma berfikir
yang telah dikonstruksi ke dalam bentuk bagan. Hal
ini dimaksudkan agar mempermudah memeberika
14
pemahaman rasional terhadap masalah dan out put
akhir dalam penelitian ini.
BAB III
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat subtansi pembahasan dari identifikasi
masalah yang dirumuskan guna menjawab isu hukum
yang diteliti. Pembahasan tersebut terdiri dari:
A.
Hubungan Hukum antara Para Pihak dalam Investasi
Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun
Aset
(KIK-EBA)
Kaitannya
dengan
Pemenuhan Prinsip Hukum Pasar Modal
B.
Perlindungan Hukum Investor Reksa Dana Kontrak
Investasi Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset (KIK-EBA) dalam Hal Terjadinya Gagal Bayar
BAB IV
: PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Download