Komentar Pasar – Mei 2017 Perdagangan di Wall Street pada bulan Mei secara umum ditutup menguat, indeks Dow Jones naik +0.33%, S&P +1.16% sementara Nasdaq menguat signifikan +3.68%. Membaiknya data kerja sektor swasta yang diumumkan pada akhir bulan lalu menjadi sentimen positif bagi perdagangan di Wall Street. Hal tersebut menaikan peluang The Fed menaikan The Fed rate dalam pertemuan tanggal 1314 Juni mendatang. Sementara itu, angka inflasi Amerika Serikat dilaporkan mengalami penurunan yang diikuti dengan memburuknya data consumer confident index. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mengalami perlambatan pada kuartal I 2017 dibandingkan estimasi awal. Meskipun demikian, GDP AS naik 1.2% lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0.7%. Angka tersebut menjadi angka terendah dalam setahun, dibandingkan pada kuartal empat 2016 sebesar 2.1%. Sementara itu, data-data ekonomi yang dilaporkan pada bulan April cenderung mengecewakan, seperti melemahnya business spending, penjualan ritel yang flat serta melebarnya defisit perdagangan dan penurunan inventory investment. Namun, para ekonom cukup optimis GDP AS pada kuartal II bisa tumbuh pada kisaran 2.0% - 3.7%. Indeks di bursa Eropa rata-rata ditutup menguat selama sebulan, indeks FTSE +4.39%, CAC +0.31% dan DAX +1.42%. Outlook bank sentral Eropa (ECB) terhadap perekonomian Uni Eropa kedepan menjadi lebih optimis. Dalam pertemuan ECB tanggal 8 Juni mendatang diperkirakan akan menyetujui perubahan kebijakan ekonomi menjadi lebih longgar. Harga minyak mentah pada akhir Mei mengalami penurunan -2.05% ditutup dilevel $48.32 per barrel. Negara-negara anggota OPEC dalam pertemuannya sepakat memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga sembilan bulan mendatang. Namun hal ini tidak mampu menahan penurunan harga minyak mentah. Sementara itu, indeks di bursa Asia juga ditutup menguat selama Mei, Nikkei +2.36% dan Hangseng +4.25%. Moody’s secara mengejutkan menurunkan credit rating China untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir seiring dengan kenaikan hutang negara tersebut dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Moody’s menurunkan credit rating China menjadi A1 dari Aa3. Namun, Moody’s mengupgrade outlook menjadi stabil dari sebelumnya negatif. Downgrade rating tersebut datang setelah China berusaha untuk membersihkan asset bermasalah dan pinjaman beresiko yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi China dalam beberapa tahun terakhir. Total outstanding hutang China mengalami kenaikan mencapai 260% terhadap GDP pada ahir 2016. Pemerintah China telah menurunkan target pertumbuhan GDP pada 2017 menjadi sebesar 6.5% dari sebelumnya 6.7%. IHSG pada perdagangan bulan Mei menguat +0.93% di level 5.738,155. Sektor konsumer dan perbankan membukukan kenaikan tertinggi masing-masing +3.42% dan +3.08%, disusul sektor industri dasar +2.44%, manufaktur +2.20%, perdagangan +0.30%, dan perkebunan +0.01%. Sementara itu, sektor pertambangan mengalami penurunan terbesar dalam sebulan -8.63%, diikuti oleh sektor properti -2.69%, industri dasar -1.87% dan infrastruktur -0.66%. IHSG sempat mencapai rekor tertinggi di level 5.791,884 setelah S&P mengupgrade rating Indonesia dari BB+ ke BBBdengan outlook stabil karena adanya perbaikan fiskal. Pendapatan Tetap Kinerja indeks total return pasar obligasi di pekan kelima Mei bergerak positif. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat +0,26%wow ke level 225,3455. Kinerja INDOBeXG-Total Return menguat sebesar +0,27%wow ke level 222,5986. Penguatan juga dicatatkan oleh INDOBeXC-Total Return sebesar +0,17%wow ke level 235,7915. Secara ytd, ketiga indeks total return mencatatkan penguatan masing-masing: ICBI (+8,11%ytd), INDOBeXG-TR (+8,32%ytd), dan INDOBeXC-TR (+6,55%ytd). Pasar obligasi masih sanggup mencatatkan kinerja positif ditengah minimnya sentimen positif lanjutan. Dari dalam negeri pasar obligasi dibayangi dengan kenaikan inflasi bulan Mei yang berada di level 4,33%yoy (0,39%mom). Level tersebut lebih tinggi dari level bulan April yakni sebesar 4,17%yoy (0,09%mom). Sedangkan dari global, pasar dipengaruhi oleh bayang-bayang perlambatan ekonomi Tiongkok, dan antisipasi rilis data ketenagakerjaan AS, serta volatilitas harga minyak dunia. Pasar yang bertahan positif masih didorong oleh sentimen diraihnya predikat investment grade dari lembaga pemeringkat S&P. Pekan terakhir Mei 2017, pemerintah melaksanakan lelang Sukuk Negara (SBSN) dengan target indikatif lebih rendah dari lelang sukuk sebelumnya yakni Rp5,00tn. Seri-seri yang ditawarkan terdiri dari 1 seri new issuance yakni SPN-S 01122017 (TTM 6bulan) dan 4 seri reopening yakni: PBS013 (TTM 1,96tahun), PBS014 (TTM 3,96tahun), PBS011 (TTM 6,21tahun), dan PBS012 (TTM 14,47tahun).