Formulasi Dan Uji Aktivitas Lation Anti Jerawat Ekstrak Batang

advertisement
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK BATANG BINAHONG (Andredera cordifolia
(Tenore) Steen) TERHADAP BAKTERI staphylococcus aureus.
1,2,3)
Is genis1), Haryanto Susilo2), Ike Yulia Wiendarlina 3)
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.
ABSTRAK
Jerawat merupakan kelainan pada kulit yang banyak dialami oleh para remaja dan dewasa
muda, biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Pengobatan jerawat pada umumnya
menggunakan antibiotik, tetapi penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan
resistensi, sehingga dicari alternatif lain dengan menggunakan bahan alam. Binahong (Andredera
cordifolia (Tenore) Steen) merupakan tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan pada
penelitian ini digunakan bagian batangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mencari
formulasi yang paling optimal dalam mengatasi bakteri Staphylococcus aureus dan mengetahui
kestabilan sediaan selama penyimpanan 8 minggu.
Penelitian dilakukan dengan melakukan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak
batang binahong menggunakan metode dilusi padat, hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) terjadi pada konsentasi ekstrak 10%. Pengujian aktivitas antibakteri lotion
diuji dengan metode difusi kertas cakram dengan rata-rata pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH)
sediaan lotion ekstrak batang binahong dengan berbagai konsentrasi yaitu K1 (10%), K2 (15%) dan K3
(20%). Hasil penelitian diperoleh LDH K1 = 0,89 cm, K2 = 0,92 cm dan K3 = 0,94 menunjukkan
bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar nilai daerah hambat yang terbentuk.
Hasil uji stabilitas selama 8 minggu meliputi organoleptik, pH dan viskositas mengalami kenaikan dan
penurunan tapi hasil tersebut masih memenuhi standar yang berlaku. Berdasarkan hasil uji fitokimia
diketahui ekstrak batang binahong mengandung alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid.
Kata Kunci: Batang binahong, lotion, Staphylococcus aureus,
ABSTRACT
Acne is a skin disorder that happens to adolescent, usually caused by the bacterium
Sthapylococcus aureus. Treatment of acne in general use of antibiotics, but long-term of using
antibiotics can lead to resistance, there is another alternative by using the natural material. Binahong
(Andredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant that has an antibacterial and this study used the stem
of the plant. The purpose of the research is to find the most optimal formulation that can defeat
Sthapylococcus aureus bacteria and the stability of lotion as long as 8 weeks in storage.
The research was done by deciding the Minimal Inhibitory Concentration of binahong stem
extract by using solid dilution method, the test showed that the Minimal Inhibitory Concentration
happens at 20% concentration of extract concentration. The activity test of antibacteria lotion used the
paperdisc method which is the Inhibitory region width with various concentration are C1 (10%), C2
(15%) and C3 (20%). The results showed that C1 = 0,89 cm, C2 = 0,92 cm and C3 = 0,94 indicated
that the higher of extract concentration, was increased of Inhibitory region width. The stability test for
8 weeks include organoleptic test, pH and viscocity test showed an increased and also decreased result
but still in the applicable standard range. Based on the test results of phytochemical known binahong
stem extract contains alkaloids, tannins, saponin and flavonoids.
Keyword : Binahong stem, lotion, Staphylococcus aureus,
2
PENDAHULUAN
Masalah kulit yang selalu mendapat
perhatian bagi para remaja dan dewasa muda
adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya
Acne vulgaris. Insiden jerawat
80-100%
pada usia dewasa muda yaitu umur 14-17
tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria.
Jerawat
merupakan
kelainan
berupa
peradangan pada lapisan pilosebaseus yang
disertai penyumbatan dan penimbunan bahan
keratin
yang
dipicu
oleh
bakteri
Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja,1997).
Studi Cross sectional pada pasien yang
berjerawat menunjukkan bahwa 43% penderita
terinfeksi
kolonisasi
bakteri
Staphylococcus aureus.
Pengobatan jerawat di klinik kulit
biasanya menggunakan antibiotik yang dapat
menghambat inflamasi dan membunuh
bakteri, penggunaan antibiotik dalam jangka
panjang dapat menimbulkan resistensi.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri
patogen mayor yang berperan penting pada
peningkatan angka resistensi antibiotik, maka
dicari alternatif lain dalam meminimalkan
efek samping pengobatan jerawat yaitu
dengan menggunakan bahan-bahan dari alam.
Tanaman yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah tanaman binahong.
Penelitian terdahulu oleh Astuti S. (2013),
diketahui binahong mengandung senyawa
fenolik, flavonoid, alkaloid dan saponin yang
merupakan senyawa metabolit sekunder yang
dapat berperan sebagai antibakteri dengan
aktifitas
seperti
golongan
antibiotik
tetrasiklina dan penisilina (Astuti, 2010).
Bagian tumbuhan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah batang, karena dalam
penelitian Sulistyani. N. dkk. (2011),
disebutkan bahwa ekstrak etanol batang
binahong yang didapat dengan cara maserasi
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dan
antifungi terhadap Staphylococcus aureus,
Escherichia coli dan Candida albicans
dengan KBM (konsentrasi Bunuh Minimum)
ekstrak etanol batang binahong terhadap
Staphylococcus aureus pada konsentrasi
37,5%, pada bakteri Escherichia coli 30%
sedangkan pada jamur Candida albicans
konsentrasi 86%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
akan dibuat sediaan lotion dari ekstrak batang
binahong. Mayoritas wanita selalu menggunakan lotion karena penggunaan sediaan
lotion sangat diminati setiap wanita karena
penggunaannya yang praktis, mudah dibawa
dan tidak lengket pada kulit.
BAHAN DAN METODE
Penyiapan sampel
Sampel yang digunakan adalah batang
binahong yang diperoleh di Balitro Bogor.
Determinasi tanaman dilakukan di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya BogorLIPI, Bogor.
Pembuatan Serbuk Simplisia Batang
Binahong
Batang binahong yang telah dikumpulkan
kemudian dibersihkan dari kotoran yang
menempel pada bagian tersebut, kemudian
dicuci bersih dan dikeringkan di dalam oven
(40°C) sampai kering, setelah kering
dihaluskan dengan grinder dan diayak dengan
mesh 20 hingga diperoleh serbuk sampel.
Serbuk yang dihasilkan kemudian diuji kadar
air, kadar abu dan dihitung rendemennya.
Penetapan Kadar Air. Menggunakan alat
Moisture balance, Ditimbang simplisia
sebanyak 1 gram (akurasi rendah) atau 5 gram
(akurasi) simplisia disimpan diatas punch
dengan jumlah simplisia yang telah
disesuaikan dengan akurasi yang diinginkan.
Simplisia
diratakan
sampai
menutupi
permukaan punch, lalu ditutup. Setelah proses
selesai maka persen kadar air akan tertera
secara otomatis.
Penetapan Kadar Abu. Ditimbang tepat
sebanyak 2 gram sampai 3 gram simplisia
serbuk dimasukkan kedalam krus platina atau
krus silika (diketahui bobotnya), diratakan,
pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
dinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini
abu tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air
panas, disaring melalui kertas saring bebas
abu. Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam
krus yang sama. Dimasukkan filtrat kedalam
krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap
dan ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap
bahan yang telah dikeringkan diudara (DepKes
RI, 2000).
3
Kadar abu (%) : (bobot krus + abu simplisia)
- bobot krus kosong x 100%
Bobot sampel simplisia serbuk
Perhitungan
Rendemen.
Dihitung
dengan membagi berat ekstrak yang dihasilkan
dengan berat awal simplisia. Perhitungan
rendemen ekstrak total dapat dilakukan
berdasarkan persamaan berikut :
%
Rendemen
ekstrak
total
=
bobot ekstrak yang diperoleh
x 100%
bobot awal simplisia
Pembuatan Ekstrak Batang Binahong
Ekstrak dibuat dengan menggunakan
metode maserasi cara dingin. Sampel
sebanyak 500 gram direndam dengan
menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak
2000 ml selama 1 hari di dalam gelas kimia
dengan sesekali diaduk. Setelah 1 hari
dipisahkan ampas I dan filtrat I dengan
menggunakan kain batis. Kemudian ampas I
direndam kembali menggunakan etanol 70 %
sebanyak 1500 ml selama 1 hari dengan
sesekali diaduk. Kemudian ampas II dan filtrat
II dipisahkan menggunakan kertas saring.
Ampas II yang diperoleh kemudian direndam
kembali untuk memperoleh filtrat ke III.
Filtrat I, filtrat II dan filtrat III digabungkan
dan disaring kembali untuk memastikan tidak
ada ampas (debris) yang terikut dan untuk
memperoleh total maserat batang binahong.
Kemudian di evaporasi dengan menggunakan
alat vakum evaporator dengan suhu 40°C
sehingga diperoleh ekstrak kental.
Uji Fitokomia Ekstrak Batang Binahong
Senyawa-senyawa yang diuji dalam
uji fitokimia ini meliputi senyawa
alkaloid, flafonoid, tannin dan saponin,
sumber (Rajendra et al. 2011)
Pengujian
Konsentrasi
Hambat
Minimum (KHM)
Dilakukan dengan metode dilusi agar,
konsentrasi yang dibuat adalah 10%, 20% dan
30%. Sebanyak 20 ml media Mueller Hinton
dengan suhu 45°C dimasukkan kedalam
cawan petri, kemudian ditambahkan masingmasing konsentrasi ekstrak sebanyak 1 ml
diaduk sampai homogen dan dibiarkan
mengeras. Bakteri uji disiapkan dan dibuat
konsentrasi bakteri 10-6 sebanayk 0,2 ml
disebarkan diatas permukaan agar diinkubasi
dilihat dan diamati adanya pertumbuhan
koloni bakteri atau tidak. Konsentrasi
terendah dari antibakteri yang tidak terjadi
pertumbuhan bakteri pada cawan petri
merupakan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM).
Formulasi Sediaan Lotion Anti Jerawat
Tabel 1. Formula Basis Lotion Anti
Jerawat
Nama zat
Formula basis
Gliserin
2.0%
Setil alkohol
0.5%
As. Stearat
3.0%
Lanolin
1.0%
Dimetikon
3.0%
Metil paraben
0,1%
TEA
0,75%
Aquadest ad
100
Sumber : Cosmetik Science and Technologi (1972)
Tabel 2. Formula Lotion Anti Jerawat
ektrak Batang Binahong
Nama Bahan
F0
F1
F2
F3
(%) (%) (%) (%)
Ekstrak batang
10
15
20
Binahong
Basis
100 90
85
80
Pembuatan Lotion Anti Jerawat
Dipanaskan fase minyak (setil alkohol,
asam stearat, lanolin, dimetikon) dan fase air
(gliserin, TEA) diatas tangas air (suhu dijaga
70-800C), dan metil paraben dilarutkan dalam
air panas, dicampur ke fase air selanjutrnya
dimasukan kedalam fase minyak dalam suatu
wadah Stainless steel sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga terbentuk emulsi yang
homogen.
Ekstrak batang binahong ditambahkan ke
dalam basis (campuran table 1) sedikit demi
sedikit sambil di aduk hingga homogen.
Campur dengan homogenizer kecepatan
rendah (160 rpm) hingga kental dan homogen.
Sediaan lotion kemudian dimasukkan kedalam
wadah, lalu disimpan dalam oven dan pada
suhu kamar selama 8 minggu.
4
Evaluasi Sediaan Lotion Anti Jerawat
Pengamatan
organoleptis.
Sediaan
diamati bau, perubahan warna dan tekstur.
Pengukuran Berat Jenis dengan
Piknometer. Dibersihkan piknometer dengan
aquadest, kemudian bilas dengan alkohol.
Piknometer dikeringkan dalam oven pada suhu
100C selama 1 jam, kemudian didinginkan
pada suhu kamar. Ditimbang bobot
piknometer dalam keadaan kososong pada
timbangan analitik, hasilnya dicatat. Diisikan
dengan aquadest, kemudian ditimbang
kembali dengan timbangan analitik. Aquadest
dikeluarkan dari piknometer dan dibilas
dengan alkohol lalu dikeringkan. Diisikan
piknometer kosong dengan sampel lain yaitu
sediaan lotion anti jerawat dengan volume
sesuai yang tertera pada piknometer dengan
prosedur yang sama. Dihitung bobot jenis
masing-masing sampel termasuk aquadest,
dengan cara menghitung selisih dari
penimbangan piknometer berisi sampel
dengan piknometer kosong
𝑚
Dengan rumus = 
𝑣
Dimana =  = bobot jenis
m = massa
v = volume
Pengukuran pH. Dilakukan dengan
menggunakan pH meter. Mula-mula elektroda
dikalibrasi dengan dapar standar pH 7,
Kemudian pH dicelupkan kedalam sediaan.
Nilai pH yang muncul dilayar dicatat.
Pengukuran dilakukan pada suhu ruang.
Pengukuran viskositas dan sifat alir
dengan viskometer Brookfield. Dilakukan
pada suhu ruang. Sediaan dimasukkan pada
gelas piala sampai mencapai volume 50 L,
kemudian spindel diturunkan hingga batas
spindel tercelup dalam sediaan. Alat
dinyalakan dengan menekan tombol on.
Kecepatan spindel diatur 100 rpm.
Uji Mikrobiologi
Penyiapan Media Nutrient Agar. Serbuk
nutrient agar sebanyak 28 g dilarutkan dalam
1000 ml air suling steril, lalu diaduk dengan
menggunakan stirrer sampai homogen.
Kemudian larutan disterilkan dalam otoklaf
pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama
kurang lebih 15 menit sebelum media
digunakan. Pembuatan media agar untuk stok
kultur dilakukan dengan cara menuangkan 5
mL media agar yang masih cair ke tabung
reaksi steril secara aseptis, diletakkan pada
posisi miring. Pembuatan media agar untuk
pengujian dilakukan dengan cara menuangkan
12 mL media nutrien agar ke dalam cawan
petri.
Peremajaan Bakteri. Isolat bakteri
Staphylococcus aureus diperoleh dari
Laboratorium Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bakteri dari
sediaan diambil 1 ose kemudian ditanam
dalam media nutrient agar miring dengan cara
menggoreskan secara zigzag.
Pengenceran
Bakteri.
Dilakukan
pengenceran dengan menyiapkan enam
tabung reaksi yang berisi larutan fisiologis
sebanyak 9 ml. Tabung pertama ditambahkan
1 ml sampel bakteri sehingga di dapat
konsentrasi bakterinya menjadi 10-1. 1 ml
sampel dari tabung pertama dimasukan
kedalam tabung kedua, dan didapat
konsentrasi larutan bakterinya yaitu 10-2
Pengenceran ini dilakukan sampai konsentrasi
larutan menjadi 10-6. Pada tabung kelima dan
keenam ini diambil larutan 1 ml dan ditanam
kedalam cawan petri yang berisi media cair
(45°C) (Sunatmo, 2007).
Penyiapan Larutan Kontrol. Larutan
kontrol yang digunakan terdiri dari kontrol
positif (lotion anti jerawat di pasaran ) dan
kontrol negatif (basis lotion anti jerawat pada
tabel 1).
Penyiapan Kertas Cakram. Kertas
cakram yang digunakan berukuran 6 mm,
kertas cakram diletakkan dalam cawan petri
kemudian disterilkan pada autoklaf suhu 121 ͦ
C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Kertas
cakram yang sudah disterilkan tersebut
kemudian disimpan didalam cawan petri dan
ditetesi larutan uji dan kontrol negatif masingmasing 50 µl. simpan dalam oven suhu 40°C
selama 24 jam atau sampai kering.
Pengujian Aktivitas Antibakteri.
Menggunakan metode difusi kertas
cakram. Inokulum bakteri hasil dari
5
pengenceran diambil dari 1 mL dicampur ke
dalam 12 mL nutrient agar yang telah
disterilkan dan didinginkan dangan cara
aseptis, kemudian cawan petri digerakan
melingkar untuk menyebarkan bakteri secar
merata. Selanjutnya setelah agar memadat,
diletakan kertas cakram yang mengandung
kertas uji dengan kontrol positif, kontrol
negatif serta lotion anti jerawat ektrak batang
binahong. Diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37°C, kemudian diamati dan diukur lebar
daerah hambat (LDH) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. LDH diukur
dari diameter zona bening yang terbentuk,
semakin LDH menunjukan zona bening
semakin besar aktivitas antibakterinya (Seeley
et al.,2011).
Uji Stabilitas
Uji stabilitas ini dilakukan untuk
mengetahui kualiatas sediaan lotion anti
jerawat ekstrak batang binahong. Pengujian
dilakukan selama 8 minggu dan dilakukan
pada tempat dengan suhu yang berbeda, yaitu
pada suhu kamar yang berkisar antara 28-300C
dan pada suhu 400C (stabilitas dipercepat).
Pengujian yang dilakukan adalah uji
organoleptik,viskositas, dan pH.
Uji Penerimaan Panelis
Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang
panelis perempuan dengan usia sekitar 20-30
tahun. Dalam uji kesukaan para panelis
diminta mengoleskan lotion anti jerawat
ditangannya kurang lebih 5 menit untuk uji
iritasi, menilai tingkat kesukaan aroma, warna
dan tekstur sediaan (Soekarto, 1985).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Determinasi Tanaman
Hasil
determinasi
di
“Herbarium
Bogoriens” Bidang Botani Pusat Penelitian
Biologi LIPI-Bogor, diketahui bahwa sampel
bahan yang digunakan dalam
penelitian
adalah batang dari tanaman binahong
(Andredera cordofolia (Tenore) Steen) dengan
suku Basellaceae.
Karakteristik Simplisia Batang Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten.) Steen)
Simplisia basah batang binahong yang
digunakan sebanyak 19 kg, setelah dibuat
menjadi serbuk dan diayak dengan mesh 30
diperoleh sebanyak 38,56 kg dengan rendemen
20,29%. Hasil dari serbuk simplisia ini
berwarna hijau kecoklatan dengan berbau
aromatik yang khas. Gambar serbuk simplisia
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Serbuk simplisia batang binahong
Hasil pengujian karakteristik batang
binahong diantaranya penentuan kadar air dan
kadar abu. Penentuan kadar air dilakukan
dengan menggunakan alat Moisture Balance
didapat kadar air sebesar 4,48%. Hasil yang
didapat memenuhi persyaratan yaitu kurang
dari 5%. Kadar air dapat mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan.
Penentuan kadar abu dilakukan untuk
memberikan gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal yang berasal dari proses
awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak,
baik yang berasal dari tanaman secara alami
maupun kontaminan selama prose. Kadar abu
yang didapat sebesar 9,6083%. Hasil yang
didapat memenuhi persyaratan yaitu kurang
dari 15%. Hasil pengujian karakteristik dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Karakteristik Simplisia
Batang Binahong
Pemeriksaan
Serbuk Daun Binahong
Rendemen
20,29%
Kadar Air
4,48%
Kadar Abu
9,6083%
Hasil Ekstraksi
Maserat dari masing-masing ekstrak yang
telah didapat kemudian di rotary evaporator
untuk mendapatkan ekstrak kental. Hasil
penyarian ekstrak batang binahong didapatkan
sebanyak 437,63 g dengan rendemen sebesar
11,515 %. Rendemen ekstrak dihitung untuk
mengetahui kadar kandungan zat aktif di
6
dalam
persen.
simplisia yang dinyatakan dengan
Gambar 2. Ekstrak Batang Binahong
Uji Fitokimia Batang Binahong
Senyawa-senyawa yang diuji meliputi
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan
saponin. Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak
Batang Binahong
Golongan
Ekstrak Batang
senyawa
Binahong
+
Alkaloid
Tanin
Saponin
Flavonoid
+
+
+
Hasil uji fitokimia yang dilakukan
menunjukkan bahwa ekstrak batang binahong
mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin
dan flavonoid. Hasil positif dari senyawa
alkaloid ditunjukkan dengan pembentukan
endapan coklat pada pereaksi Dragendorff dan
endapan putih kekuningan pada pereaksi
Mayer.
Pengujian saponin menunjukkan hasil
positif pada saat dikocok dengan kuat selama
10 detik menimbulkan buih dan busa. Saponin
adalah senyawa aktif yang kuat dan
menimbulkan busa jika digosok dalam air
sehingga bersifat seperti sabun (Robinson,
1995).
Pengujian flavonoid menggunakan larutan
FeCl3, menunjukkan hasil positif yang ditandai
dengan terbentuknya warna hijau kehitaman
dan terbentuknya endapan kuning ketika
diteteskan asam asetat 10%, serta terjadi
reduksi flavonoid dengan Mg menghasilkan
senyawa kompleks yang berwarna merah atau
jingga pada flavonol, flavonon dan xanton
(Marliena et al, 2005).
Pengujian tanin menunjukan hasil positif
ditandai dengan adanya endapan putih saat
ditambahkan dengan gelatin karena salah satu
sifat dari tanin adalah mengendapkan protein
dari
larutannya
membentuk
senyawa
kompleks.
Hasil Pengujian Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
pada konentrasi berapa ekstrak kental batang
binahong
memiliki
aktivitas
dalam
menghambat bakteri Staphylococcus aureus.
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%
diketahui jika pada konentrasi 10% masih
terdapat pertumbuhan bakteri, tetapi pada
konsentrasi 20% sudah tidak terlihat
pertumbuhan
bakteri,
hasil
tersebut
menunjukkan jika semakin besar konsentrasi
ekstrak maka akan semakin menghambat
pertumbuhan bakteri. Hasil uji KHM pada uji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% batang
binahong ini lebih kecil (KHM 20%)
dibandingkan dengan hasil uji antifungi
ekstrak etanol 70% batang binahong terhadap
Candida albicans (KBM 86%) dan pada
penelitian terdahulu oleh Sulistyani (2011),
hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
96%
batang
binahong
terhadap
Staphylococcus aureus (KBM 37%) dan
Eschericia coli (KBM 30%). Gambar hasil
pengujian dapat dilihat pada gambar dibawah.
10%
20%
30%
40%
Gambar 3. Uji KHM
Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka
dilanjutkan pada pembuatan lotion anti jerawat
ekstrak batang binahong, konsentrasi yang
digunakan dimulai dari 10%, 15% dan 20%.
7
Sediaan Lotion Ekstrak Batang Binahong
Formulasi sediaan lotion diambil dari
buku Cosmetic Science and Tekhnologi
(Balsam, 1972). Proses pembuatan diawali
dengan peleburan fase minyak dan fase air
yang sebagian merupakan bahan padatan agar
dapat memudahkan pencampuran sehingga
homogenitaspun akan tercapai. Suhu dijaga
70-800C, kemudian dilakukan pencampuran
bahan dan diaduk secara cepat agar terbentuk
emulsi yang homogen.
Formulasi lotion ini memakai asam stearat
dan setil alkohol sebagai emulgator. Lanolin
berfungsi sebagai pembentuk basis pada
pembutan lotion, dan memberi efek
moisturizer. Bahan pengawet metil paraben
digunakan dalam pembuatan lotion ini untuk
mencegah pertumbuhan mikroba dan jamur,
karena pada sediaan lotion memiliki fase
eksternal air sehingga sangat rentan dengan
pertumbuhan mikroba.
Hasil Uji Bobot Jenis Sediaan
Bobot jenis ini penting untuk diketahui
karena dengan diketahui bobot jenis maka
akan mengetahui kemurnian dari suatu sediaan
khususnya yang berbentuk cair. Hasil uji bobot
jenis pada formula 1,2 dan 3 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5. Tabel Hasil Uji Bobot Jenis
Bobot
Formula
Jenis
Plasebo
F1
F2
F3
(g/v)
Sediaan 1,04 g/v 0,98 1,00 1,07
Lotion
g/v
g/v
g/v
K+
1,2
g/v
Uji Penentuan Lebar Daerah Hambat (LDH)
dilakukan dengan metode difusi kertas
cakram. Parameter yang digunakan adalah
zona bening. yaitu area bening di sekeliling
cakram kertas
Hasil uji aktifitas antibakteri ekstrak
batang binahong 10%; 15%; 20% terhadap
Staphylococcus aureus menunjukkan adanya
aktivitas penghentian pertumbuhan bakteri
pada bakteri Staphylococcus aureus, dapat
dilihat dari hasil pengukuran Lebar Daerah
Hambat (LDH) gambar 10 dan tabel 6.
F3
F1
K+
F1
F2
KK+
K-
F2
F3
Minggu ke-8
Minggu ke-0
keMinggu
ke- uji aktivitasMinggu
Gambar
10. Hasil
antibakteri
ekstrak batang
dan 20%
20%
20%binahong 10%, 15%
terhadap Staphylococcus aureus.
Tabel 6. Hasil rata-rata pengukura Lebar
Daerah Hambat (LDH)
Kontrol
Formula (cm)
Minggu
(cm)
ke 1
2
3
+
0
0,89
0,92
0,94
3,31
0
8
0,48
0,54
0,57
2,85
0
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
ekstrak
batang
binahong
(Andredera
cordofolia (Tenore) Steen) pada konsentrasi
20% sudah menghambat pertumbuhan bakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Terjadi penurunan zona hambat antara minggu
ke-0 dan minggu ke-8 hal ini dapat disebabkan
faktor penyimpanan sediaan, sedangkan pada
kontrol negatif tidak terdapat aktivitas
antibakteri, hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh aktivitas antibakteri yang diperoleh
pada setiap formula berasal dari zat aktif
ekstrak batang binahong yaitu alkaloid, tanin,
saponin dan flavonoid.
Uji Stabilita
Uji Organoleptik
Hasil evaluasi sediaan mulai dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-8 tidak
terdapat perubahan warna, tekstur dan aroma
pada suhu kamar, sedangkan pada suhu
dipercepat, pada minggu ke-6 dan ke-8 untuk
sediaan terjadi perubahan aroma. Dapat
disimpulkan bahwa suhu tidak dapat
mempengaruhi perubahan warna, akan tetapi
suhu dapat mempengaruhi aroma pada sediaan
lotion ekstrak batang binahong.
Uji Derajat Keasaman Sediaan Lotion (pH)
Kestabilan pH merupakan salah satu
parameter penting yang menentukan stabil
atau tidaknya suatu sediaan. Hasil uji pH pada
8
formulasi lotion ini dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
Gambar 13. Grafik Uji Viskositas Suhu Dipercepat
Pada Sediaan Lotion Anti Jerawat Ekstrak Batang
Binahong
Gambar 11. Grafik Uji pH Suhu Kamar pada Sediaan
Lotion Anti jerawat Ekstrak Batang Binahong
Gambar 12. Grafik Uji pH Suhu dipercepat pada
Sediaan Lotion Anti Jerawat Ekstrak Batang Binahong
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat
bahwa formula 1, 2 dan 3 memiliki nilai pH
sesuai syarat, yaitu 4,5-7,5. Hasil pengukuran
pH pada ketiga formula yang disimpan baik
pada suhu kamar mau pun pada suhu
dipercepat menghasilkan sediaan dengan pH
mengarah ke pH basa, hal tersebut diduga
karena senyawa flavonoid yang terkandung
didalam sediaan mengalami proses hidrolisis.
Hasil Uji Viskositas Sediaan Lotion
Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield dengan
ukuran spindle 3 pada kecepatan 100 rpm.
Hasil dari uji viskositas lotion anti jerawat
ekstrak batang binahong pada formula 1, 2
dan 3 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Berdasarkan hasil pengujian viskositas
diperoleh nilai viskositas berkisar antara 270350 cp, hasil ini masih memenuhi standar pada
nilai viskositas lotion. Syarat viskositas lotion
menurut SNI 16-4399-1996 yaitu antara 20500 poice.
Viskositas sediaan lotion anti jerawat ini
mengalami
peningkatan
pada
setiap
minggunya, baik pada suhu kamar maupun
suhu dipercepat. Viskositas sediaan lotion
pada minggu ke- 4 hingga minggu ke-8
menghasilkan nilai yang cukup stabil ini
ditandai dengan tidak adanya perubahan nilai
viskositas yang signifikan. Kekentalan sediaan
disebabkan adanya penggunaan setil alkohol
yang berperan sebagai bahan pengental. (Idson
dan Lazarus 1994). Nilai viskositas lotion juga
dipengaruhi oleh pemilihan jenis dan jumlah
bahan penyusun yang digunakan dalam setiap
formula, sehingga mampu meningkatkan atau
menurunkan nilai viskositas sediaan lotion.
Hasil Uji Hedonik (Kesukaan)
Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan
terhadap 20 orang panelis dengan umur
berkisar antara 20-30 tahun, dengan cara
memberikan 3 sampel untuk dilihat warna,
aroma dan teksturnya. Hasil dapat dilihat pada
gambar histogram dibawah ini.
Formula
Gambar 12. Grafik Uji Viskositas Suhu Kamar Pada
Sediaan Lotion Anti Jerawat Ekstrak Batang Binahong
Gambar 14. Histogram Uji Hedonik
9
Histogram menunjukkan bahwa untuk
parameter warna, aroma dan tekstur, panelis
lebih menyukai F1 dimana F1 adalah formula
dengan penambahan ekstrak batang binahong
sebesar 10%. Berdasarkan hasil analisis SPSS
17 dengan metode RAL, seluruh formula tidak
memiliki pengaruh baik dari segi warna, rasa
dan aroma terhadap mutu sediaan lotion anti
jerawat ekstrak batang binahong.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ekstrak batang binahong mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
2. Sediaan lotion anti jerawat ekstrak batang
binahong mempunyai aktivitas antibakteri
yang
lebih
kecil
pada
bakteri
Staphylococcus
aureus
dibandingkan
dengan kontrol positif (lotion anti jerawat
dipasaran)
3. Formula paling baik sebagai antibakteri
adalah formula 3 tetapi yang paling disukai
panelis adalah formula 1
Saran
1. Dilakukan uji antibakteri dengan metode
lainnya terhadap sediaan lotion anti
jerawat.
2. Dilakukan formulasi lain untuk pembuatan
lotion anti jerawat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S, M. 2013. Skrining Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antibiotika Ekatrak Etanol
Daun, Batang, Bunga dan Umbi
Tanaman
Banahong
(Anredera
cordifolia (Ten)Steen.). Universiti
Kuantan Pahang : Pahang-Malaysia.
Balsam, Sagarin E. 1972. Cosmetic Science
and Tekhnologi. Second edition. Vol
III. New York, London, Sidney,
Toronto.
DepKes RI, 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Pengawasan Obat dan Makanan.
Jakarta.
Idson B, Lazarus J. 1994. Semipadat. Di
dalam: Siti Suyatmi, penerjemah;
Lachman L, Lieberman HA, Kanig
JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI
Press..
Rajendra CE, S.M Gopal., Mahaboob Ali
Nadaf, S.V. Yashoda, M. Majula.,
2011. Phytochemical Screening of
The Rhizome of Kaemferia galanga,
International
journal
of
Pharmacognosy and Phytochemical
Research, 3 (3): 61-63.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan
Tinggi.
Edisi
ke-4
Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB
Press. Bandung.
Seeley, H.W., P.J.Vandemark., and J.J. Lee.
1991. Microbes In Action. A
Laboratory Manual of Microbiology.
W.H. New York.: Freeman dan
Company.
Soekarto., P. F. 1988. Penelitian Organoleptik
untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara:
Jakarta.
Sulistyani. N. dkk. 2011. Aktivitas Antifungi
Ekstrak Etanol Batang Binahong
(Andredera
cordifolio
(Tenore)
Steen.) Terhadap Candida albicans
Serta Skrining Fitokimia. Jurnal
Farmasi Indonesia. Fakultas Farmasi,
Universitas
Ahmad
Dahlan
Yogyakarta.
Sulistyani,N., 2011, Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Batang Binahong
(Andredera
Cordifolia
(Tenore)
Steen) Terhadap Staphylococcus
aureus dan Eschericia coli Serta
Skrining
Fitokimia,
Prosiding
Seminar Nasional Home Care untuk
meningkatkan Pelayanan Kesehatan,
Fakultas Farmasi dan Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas
Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Sunatmo, I. T. 2007. Eksperimen Mikrobiologi
Dalam Laboratorium. Argy agency.
Jakarta.
Wasitaatmadja, S.M., (1997), Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik, Penerbit Universitas
Indonesia
(UI-Press),
Jakarta.
10
Download
Study collections