FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK BATANG BINAHONG (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP BAKTERI staphylococcus aureus. 1,2,3) Is genis1), Haryanto Susilo2), Ike Yulia Wiendarlina 3) Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan. ABSTRAK Jerawat merupakan kelainan pada kulit yang banyak dialami oleh para remaja dan dewasa muda, biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Pengobatan jerawat pada umumnya menggunakan antibiotik, tetapi penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi, sehingga dicari alternatif lain dengan menggunakan bahan alam. Binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) merupakan tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan pada penelitian ini digunakan bagian batangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mencari formulasi yang paling optimal dalam mengatasi bakteri Staphylococcus aureus dan mengetahui kestabilan sediaan selama penyimpanan 8 minggu. Penelitian dilakukan dengan melakukan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak batang binahong menggunakan metode dilusi padat, hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terjadi pada konsentasi ekstrak 10%. Pengujian aktivitas antibakteri lotion diuji dengan metode difusi kertas cakram dengan rata-rata pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH) sediaan lotion ekstrak batang binahong dengan berbagai konsentrasi yaitu K1 (10%), K2 (15%) dan K3 (20%). Hasil penelitian diperoleh LDH K1 = 0,89 cm, K2 = 0,92 cm dan K3 = 0,94 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar nilai daerah hambat yang terbentuk. Hasil uji stabilitas selama 8 minggu meliputi organoleptik, pH dan viskositas mengalami kenaikan dan penurunan tapi hasil tersebut masih memenuhi standar yang berlaku. Berdasarkan hasil uji fitokimia diketahui ekstrak batang binahong mengandung alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid. Kata Kunci: Batang binahong, lotion, Staphylococcus aureus, ABSTRACT Acne is a skin disorder that happens to adolescent, usually caused by the bacterium Sthapylococcus aureus. Treatment of acne in general use of antibiotics, but long-term of using antibiotics can lead to resistance, there is another alternative by using the natural material. Binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant that has an antibacterial and this study used the stem of the plant. The purpose of the research is to find the most optimal formulation that can defeat Sthapylococcus aureus bacteria and the stability of lotion as long as 8 weeks in storage. The research was done by deciding the Minimal Inhibitory Concentration of binahong stem extract by using solid dilution method, the test showed that the Minimal Inhibitory Concentration happens at 20% concentration of extract concentration. The activity test of antibacteria lotion used the paperdisc method which is the Inhibitory region width with various concentration are C1 (10%), C2 (15%) and C3 (20%). The results showed that C1 = 0,89 cm, C2 = 0,92 cm and C3 = 0,94 indicated that the higher of extract concentration, was increased of Inhibitory region width. The stability test for 8 weeks include organoleptic test, pH and viscocity test showed an increased and also decreased result but still in the applicable standard range. Based on the test results of phytochemical known binahong stem extract contains alkaloids, tannins, saponin and flavonoids. Keyword : Binahong stem, lotion, Staphylococcus aureus, 2 PENDAHULUAN Masalah kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya Acne vulgaris. Insiden jerawat 80-100% pada usia dewasa muda yaitu umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria. Jerawat merupakan kelainan berupa peradangan pada lapisan pilosebaseus yang disertai penyumbatan dan penimbunan bahan keratin yang dipicu oleh bakteri Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja,1997). Studi Cross sectional pada pasien yang berjerawat menunjukkan bahwa 43% penderita terinfeksi kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus. Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri, penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi. Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen mayor yang berperan penting pada peningkatan angka resistensi antibiotik, maka dicari alternatif lain dalam meminimalkan efek samping pengobatan jerawat yaitu dengan menggunakan bahan-bahan dari alam. Tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman binahong. Penelitian terdahulu oleh Astuti S. (2013), diketahui binahong mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid dan saponin yang merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai antibakteri dengan aktifitas seperti golongan antibiotik tetrasiklina dan penisilina (Astuti, 2010). Bagian tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang, karena dalam penelitian Sulistyani. N. dkk. (2011), disebutkan bahwa ekstrak etanol batang binahong yang didapat dengan cara maserasi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dan antifungi terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans dengan KBM (konsentrasi Bunuh Minimum) ekstrak etanol batang binahong terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 37,5%, pada bakteri Escherichia coli 30% sedangkan pada jamur Candida albicans konsentrasi 86%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akan dibuat sediaan lotion dari ekstrak batang binahong. Mayoritas wanita selalu menggunakan lotion karena penggunaan sediaan lotion sangat diminati setiap wanita karena penggunaannya yang praktis, mudah dibawa dan tidak lengket pada kulit. BAHAN DAN METODE Penyiapan sampel Sampel yang digunakan adalah batang binahong yang diperoleh di Balitro Bogor. Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya BogorLIPI, Bogor. Pembuatan Serbuk Simplisia Batang Binahong Batang binahong yang telah dikumpulkan kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel pada bagian tersebut, kemudian dicuci bersih dan dikeringkan di dalam oven (40°C) sampai kering, setelah kering dihaluskan dengan grinder dan diayak dengan mesh 20 hingga diperoleh serbuk sampel. Serbuk yang dihasilkan kemudian diuji kadar air, kadar abu dan dihitung rendemennya. Penetapan Kadar Air. Menggunakan alat Moisture balance, Ditimbang simplisia sebanyak 1 gram (akurasi rendah) atau 5 gram (akurasi) simplisia disimpan diatas punch dengan jumlah simplisia yang telah disesuaikan dengan akurasi yang diinginkan. Simplisia diratakan sampai menutupi permukaan punch, lalu ditutup. Setelah proses selesai maka persen kadar air akan tertera secara otomatis. Penetapan Kadar Abu. Ditimbang tepat sebanyak 2 gram sampai 3 gram simplisia serbuk dimasukkan kedalam krus platina atau krus silika (diketahui bobotnya), diratakan, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini abu tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat kedalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (DepKes RI, 2000). 3 Kadar abu (%) : (bobot krus + abu simplisia) - bobot krus kosong x 100% Bobot sampel simplisia serbuk Perhitungan Rendemen. Dihitung dengan membagi berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat awal simplisia. Perhitungan rendemen ekstrak total dapat dilakukan berdasarkan persamaan berikut : % Rendemen ekstrak total = bobot ekstrak yang diperoleh x 100% bobot awal simplisia Pembuatan Ekstrak Batang Binahong Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode maserasi cara dingin. Sampel sebanyak 500 gram direndam dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 2000 ml selama 1 hari di dalam gelas kimia dengan sesekali diaduk. Setelah 1 hari dipisahkan ampas I dan filtrat I dengan menggunakan kain batis. Kemudian ampas I direndam kembali menggunakan etanol 70 % sebanyak 1500 ml selama 1 hari dengan sesekali diaduk. Kemudian ampas II dan filtrat II dipisahkan menggunakan kertas saring. Ampas II yang diperoleh kemudian direndam kembali untuk memperoleh filtrat ke III. Filtrat I, filtrat II dan filtrat III digabungkan dan disaring kembali untuk memastikan tidak ada ampas (debris) yang terikut dan untuk memperoleh total maserat batang binahong. Kemudian di evaporasi dengan menggunakan alat vakum evaporator dengan suhu 40°C sehingga diperoleh ekstrak kental. Uji Fitokomia Ekstrak Batang Binahong Senyawa-senyawa yang diuji dalam uji fitokimia ini meliputi senyawa alkaloid, flafonoid, tannin dan saponin, sumber (Rajendra et al. 2011) Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dilakukan dengan metode dilusi agar, konsentrasi yang dibuat adalah 10%, 20% dan 30%. Sebanyak 20 ml media Mueller Hinton dengan suhu 45°C dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan masingmasing konsentrasi ekstrak sebanyak 1 ml diaduk sampai homogen dan dibiarkan mengeras. Bakteri uji disiapkan dan dibuat konsentrasi bakteri 10-6 sebanayk 0,2 ml disebarkan diatas permukaan agar diinkubasi dilihat dan diamati adanya pertumbuhan koloni bakteri atau tidak. Konsentrasi terendah dari antibakteri yang tidak terjadi pertumbuhan bakteri pada cawan petri merupakan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Formulasi Sediaan Lotion Anti Jerawat Tabel 1. Formula Basis Lotion Anti Jerawat Nama zat Formula basis Gliserin 2.0% Setil alkohol 0.5% As. Stearat 3.0% Lanolin 1.0% Dimetikon 3.0% Metil paraben 0,1% TEA 0,75% Aquadest ad 100 Sumber : Cosmetik Science and Technologi (1972) Tabel 2. Formula Lotion Anti Jerawat ektrak Batang Binahong Nama Bahan F0 F1 F2 F3 (%) (%) (%) (%) Ekstrak batang 10 15 20 Binahong Basis 100 90 85 80 Pembuatan Lotion Anti Jerawat Dipanaskan fase minyak (setil alkohol, asam stearat, lanolin, dimetikon) dan fase air (gliserin, TEA) diatas tangas air (suhu dijaga 70-800C), dan metil paraben dilarutkan dalam air panas, dicampur ke fase air selanjutrnya dimasukan kedalam fase minyak dalam suatu wadah Stainless steel sedikit demi sedikit dan diaduk hingga terbentuk emulsi yang homogen. Ekstrak batang binahong ditambahkan ke dalam basis (campuran table 1) sedikit demi sedikit sambil di aduk hingga homogen. Campur dengan homogenizer kecepatan rendah (160 rpm) hingga kental dan homogen. Sediaan lotion kemudian dimasukkan kedalam wadah, lalu disimpan dalam oven dan pada suhu kamar selama 8 minggu. 4 Evaluasi Sediaan Lotion Anti Jerawat Pengamatan organoleptis. Sediaan diamati bau, perubahan warna dan tekstur. Pengukuran Berat Jenis dengan Piknometer. Dibersihkan piknometer dengan aquadest, kemudian bilas dengan alkohol. Piknometer dikeringkan dalam oven pada suhu 100C selama 1 jam, kemudian didinginkan pada suhu kamar. Ditimbang bobot piknometer dalam keadaan kososong pada timbangan analitik, hasilnya dicatat. Diisikan dengan aquadest, kemudian ditimbang kembali dengan timbangan analitik. Aquadest dikeluarkan dari piknometer dan dibilas dengan alkohol lalu dikeringkan. Diisikan piknometer kosong dengan sampel lain yaitu sediaan lotion anti jerawat dengan volume sesuai yang tertera pada piknometer dengan prosedur yang sama. Dihitung bobot jenis masing-masing sampel termasuk aquadest, dengan cara menghitung selisih dari penimbangan piknometer berisi sampel dengan piknometer kosong 𝑚 Dengan rumus = 𝑣 Dimana = = bobot jenis m = massa v = volume Pengukuran pH. Dilakukan dengan menggunakan pH meter. Mula-mula elektroda dikalibrasi dengan dapar standar pH 7, Kemudian pH dicelupkan kedalam sediaan. Nilai pH yang muncul dilayar dicatat. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang. Pengukuran viskositas dan sifat alir dengan viskometer Brookfield. Dilakukan pada suhu ruang. Sediaan dimasukkan pada gelas piala sampai mencapai volume 50 L, kemudian spindel diturunkan hingga batas spindel tercelup dalam sediaan. Alat dinyalakan dengan menekan tombol on. Kecepatan spindel diatur 100 rpm. Uji Mikrobiologi Penyiapan Media Nutrient Agar. Serbuk nutrient agar sebanyak 28 g dilarutkan dalam 1000 ml air suling steril, lalu diaduk dengan menggunakan stirrer sampai homogen. Kemudian larutan disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama kurang lebih 15 menit sebelum media digunakan. Pembuatan media agar untuk stok kultur dilakukan dengan cara menuangkan 5 mL media agar yang masih cair ke tabung reaksi steril secara aseptis, diletakkan pada posisi miring. Pembuatan media agar untuk pengujian dilakukan dengan cara menuangkan 12 mL media nutrien agar ke dalam cawan petri. Peremajaan Bakteri. Isolat bakteri Staphylococcus aureus diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bakteri dari sediaan diambil 1 ose kemudian ditanam dalam media nutrient agar miring dengan cara menggoreskan secara zigzag. Pengenceran Bakteri. Dilakukan pengenceran dengan menyiapkan enam tabung reaksi yang berisi larutan fisiologis sebanyak 9 ml. Tabung pertama ditambahkan 1 ml sampel bakteri sehingga di dapat konsentrasi bakterinya menjadi 10-1. 1 ml sampel dari tabung pertama dimasukan kedalam tabung kedua, dan didapat konsentrasi larutan bakterinya yaitu 10-2 Pengenceran ini dilakukan sampai konsentrasi larutan menjadi 10-6. Pada tabung kelima dan keenam ini diambil larutan 1 ml dan ditanam kedalam cawan petri yang berisi media cair (45°C) (Sunatmo, 2007). Penyiapan Larutan Kontrol. Larutan kontrol yang digunakan terdiri dari kontrol positif (lotion anti jerawat di pasaran ) dan kontrol negatif (basis lotion anti jerawat pada tabel 1). Penyiapan Kertas Cakram. Kertas cakram yang digunakan berukuran 6 mm, kertas cakram diletakkan dalam cawan petri kemudian disterilkan pada autoklaf suhu 121 ͦ C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Kertas cakram yang sudah disterilkan tersebut kemudian disimpan didalam cawan petri dan ditetesi larutan uji dan kontrol negatif masingmasing 50 µl. simpan dalam oven suhu 40°C selama 24 jam atau sampai kering. Pengujian Aktivitas Antibakteri. Menggunakan metode difusi kertas cakram. Inokulum bakteri hasil dari 5 pengenceran diambil dari 1 mL dicampur ke dalam 12 mL nutrient agar yang telah disterilkan dan didinginkan dangan cara aseptis, kemudian cawan petri digerakan melingkar untuk menyebarkan bakteri secar merata. Selanjutnya setelah agar memadat, diletakan kertas cakram yang mengandung kertas uji dengan kontrol positif, kontrol negatif serta lotion anti jerawat ektrak batang binahong. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, kemudian diamati dan diukur lebar daerah hambat (LDH) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. LDH diukur dari diameter zona bening yang terbentuk, semakin LDH menunjukan zona bening semakin besar aktivitas antibakterinya (Seeley et al.,2011). Uji Stabilitas Uji stabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kualiatas sediaan lotion anti jerawat ekstrak batang binahong. Pengujian dilakukan selama 8 minggu dan dilakukan pada tempat dengan suhu yang berbeda, yaitu pada suhu kamar yang berkisar antara 28-300C dan pada suhu 400C (stabilitas dipercepat). Pengujian yang dilakukan adalah uji organoleptik,viskositas, dan pH. Uji Penerimaan Panelis Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis perempuan dengan usia sekitar 20-30 tahun. Dalam uji kesukaan para panelis diminta mengoleskan lotion anti jerawat ditangannya kurang lebih 5 menit untuk uji iritasi, menilai tingkat kesukaan aroma, warna dan tekstur sediaan (Soekarto, 1985). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Determinasi Tanaman Hasil determinasi di “Herbarium Bogoriens” Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor, diketahui bahwa sampel bahan yang digunakan dalam penelitian adalah batang dari tanaman binahong (Andredera cordofolia (Tenore) Steen) dengan suku Basellaceae. Karakteristik Simplisia Batang Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steen) Simplisia basah batang binahong yang digunakan sebanyak 19 kg, setelah dibuat menjadi serbuk dan diayak dengan mesh 30 diperoleh sebanyak 38,56 kg dengan rendemen 20,29%. Hasil dari serbuk simplisia ini berwarna hijau kecoklatan dengan berbau aromatik yang khas. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Serbuk simplisia batang binahong Hasil pengujian karakteristik batang binahong diantaranya penentuan kadar air dan kadar abu. Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance didapat kadar air sebesar 4,48%. Hasil yang didapat memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5%. Kadar air dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan. Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak, baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun kontaminan selama prose. Kadar abu yang didapat sebesar 9,6083%. Hasil yang didapat memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 15%. Hasil pengujian karakteristik dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Karakteristik Simplisia Batang Binahong Pemeriksaan Serbuk Daun Binahong Rendemen 20,29% Kadar Air 4,48% Kadar Abu 9,6083% Hasil Ekstraksi Maserat dari masing-masing ekstrak yang telah didapat kemudian di rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental. Hasil penyarian ekstrak batang binahong didapatkan sebanyak 437,63 g dengan rendemen sebesar 11,515 %. Rendemen ekstrak dihitung untuk mengetahui kadar kandungan zat aktif di 6 dalam persen. simplisia yang dinyatakan dengan Gambar 2. Ekstrak Batang Binahong Uji Fitokimia Batang Binahong Senyawa-senyawa yang diuji meliputi senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Batang Binahong Golongan Ekstrak Batang senyawa Binahong + Alkaloid Tanin Saponin Flavonoid + + + Hasil uji fitokimia yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak batang binahong mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid. Hasil positif dari senyawa alkaloid ditunjukkan dengan pembentukan endapan coklat pada pereaksi Dragendorff dan endapan putih kekuningan pada pereaksi Mayer. Pengujian saponin menunjukkan hasil positif pada saat dikocok dengan kuat selama 10 detik menimbulkan buih dan busa. Saponin adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga bersifat seperti sabun (Robinson, 1995). Pengujian flavonoid menggunakan larutan FeCl3, menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau kehitaman dan terbentuknya endapan kuning ketika diteteskan asam asetat 10%, serta terjadi reduksi flavonoid dengan Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavonon dan xanton (Marliena et al, 2005). Pengujian tanin menunjukan hasil positif ditandai dengan adanya endapan putih saat ditambahkan dengan gelatin karena salah satu sifat dari tanin adalah mengendapkan protein dari larutannya membentuk senyawa kompleks. Hasil Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pada konentrasi berapa ekstrak kental batang binahong memiliki aktivitas dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% diketahui jika pada konentrasi 10% masih terdapat pertumbuhan bakteri, tetapi pada konsentrasi 20% sudah tidak terlihat pertumbuhan bakteri, hasil tersebut menunjukkan jika semakin besar konsentrasi ekstrak maka akan semakin menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil uji KHM pada uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% batang binahong ini lebih kecil (KHM 20%) dibandingkan dengan hasil uji antifungi ekstrak etanol 70% batang binahong terhadap Candida albicans (KBM 86%) dan pada penelitian terdahulu oleh Sulistyani (2011), hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% batang binahong terhadap Staphylococcus aureus (KBM 37%) dan Eschericia coli (KBM 30%). Gambar hasil pengujian dapat dilihat pada gambar dibawah. 10% 20% 30% 40% Gambar 3. Uji KHM Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka dilanjutkan pada pembuatan lotion anti jerawat ekstrak batang binahong, konsentrasi yang digunakan dimulai dari 10%, 15% dan 20%. 7 Sediaan Lotion Ekstrak Batang Binahong Formulasi sediaan lotion diambil dari buku Cosmetic Science and Tekhnologi (Balsam, 1972). Proses pembuatan diawali dengan peleburan fase minyak dan fase air yang sebagian merupakan bahan padatan agar dapat memudahkan pencampuran sehingga homogenitaspun akan tercapai. Suhu dijaga 70-800C, kemudian dilakukan pencampuran bahan dan diaduk secara cepat agar terbentuk emulsi yang homogen. Formulasi lotion ini memakai asam stearat dan setil alkohol sebagai emulgator. Lanolin berfungsi sebagai pembentuk basis pada pembutan lotion, dan memberi efek moisturizer. Bahan pengawet metil paraben digunakan dalam pembuatan lotion ini untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan jamur, karena pada sediaan lotion memiliki fase eksternal air sehingga sangat rentan dengan pertumbuhan mikroba. Hasil Uji Bobot Jenis Sediaan Bobot jenis ini penting untuk diketahui karena dengan diketahui bobot jenis maka akan mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk cair. Hasil uji bobot jenis pada formula 1,2 dan 3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Tabel Hasil Uji Bobot Jenis Bobot Formula Jenis Plasebo F1 F2 F3 (g/v) Sediaan 1,04 g/v 0,98 1,00 1,07 Lotion g/v g/v g/v K+ 1,2 g/v Uji Penentuan Lebar Daerah Hambat (LDH) dilakukan dengan metode difusi kertas cakram. Parameter yang digunakan adalah zona bening. yaitu area bening di sekeliling cakram kertas Hasil uji aktifitas antibakteri ekstrak batang binahong 10%; 15%; 20% terhadap Staphylococcus aureus menunjukkan adanya aktivitas penghentian pertumbuhan bakteri pada bakteri Staphylococcus aureus, dapat dilihat dari hasil pengukuran Lebar Daerah Hambat (LDH) gambar 10 dan tabel 6. F3 F1 K+ F1 F2 KK+ K- F2 F3 Minggu ke-8 Minggu ke-0 keMinggu ke- uji aktivitasMinggu Gambar 10. Hasil antibakteri ekstrak batang dan 20% 20% 20%binahong 10%, 15% terhadap Staphylococcus aureus. Tabel 6. Hasil rata-rata pengukura Lebar Daerah Hambat (LDH) Kontrol Formula (cm) Minggu (cm) ke 1 2 3 + 0 0,89 0,92 0,94 3,31 0 8 0,48 0,54 0,57 2,85 0 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ekstrak batang binahong (Andredera cordofolia (Tenore) Steen) pada konsentrasi 20% sudah menghambat pertumbuhan bakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Terjadi penurunan zona hambat antara minggu ke-0 dan minggu ke-8 hal ini dapat disebabkan faktor penyimpanan sediaan, sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat aktivitas antibakteri, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh aktivitas antibakteri yang diperoleh pada setiap formula berasal dari zat aktif ekstrak batang binahong yaitu alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid. Uji Stabilita Uji Organoleptik Hasil evaluasi sediaan mulai dari minggu ke-1 sampai minggu ke-8 tidak terdapat perubahan warna, tekstur dan aroma pada suhu kamar, sedangkan pada suhu dipercepat, pada minggu ke-6 dan ke-8 untuk sediaan terjadi perubahan aroma. Dapat disimpulkan bahwa suhu tidak dapat mempengaruhi perubahan warna, akan tetapi suhu dapat mempengaruhi aroma pada sediaan lotion ekstrak batang binahong. Uji Derajat Keasaman Sediaan Lotion (pH) Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting yang menentukan stabil atau tidaknya suatu sediaan. Hasil uji pH pada 8 formulasi lotion ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 13. Grafik Uji Viskositas Suhu Dipercepat Pada Sediaan Lotion Anti Jerawat Ekstrak Batang Binahong Gambar 11. Grafik Uji pH Suhu Kamar pada Sediaan Lotion Anti jerawat Ekstrak Batang Binahong Gambar 12. Grafik Uji pH Suhu dipercepat pada Sediaan Lotion Anti Jerawat Ekstrak Batang Binahong Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa formula 1, 2 dan 3 memiliki nilai pH sesuai syarat, yaitu 4,5-7,5. Hasil pengukuran pH pada ketiga formula yang disimpan baik pada suhu kamar mau pun pada suhu dipercepat menghasilkan sediaan dengan pH mengarah ke pH basa, hal tersebut diduga karena senyawa flavonoid yang terkandung didalam sediaan mengalami proses hidrolisis. Hasil Uji Viskositas Sediaan Lotion Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan ukuran spindle 3 pada kecepatan 100 rpm. Hasil dari uji viskositas lotion anti jerawat ekstrak batang binahong pada formula 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Berdasarkan hasil pengujian viskositas diperoleh nilai viskositas berkisar antara 270350 cp, hasil ini masih memenuhi standar pada nilai viskositas lotion. Syarat viskositas lotion menurut SNI 16-4399-1996 yaitu antara 20500 poice. Viskositas sediaan lotion anti jerawat ini mengalami peningkatan pada setiap minggunya, baik pada suhu kamar maupun suhu dipercepat. Viskositas sediaan lotion pada minggu ke- 4 hingga minggu ke-8 menghasilkan nilai yang cukup stabil ini ditandai dengan tidak adanya perubahan nilai viskositas yang signifikan. Kekentalan sediaan disebabkan adanya penggunaan setil alkohol yang berperan sebagai bahan pengental. (Idson dan Lazarus 1994). Nilai viskositas lotion juga dipengaruhi oleh pemilihan jenis dan jumlah bahan penyusun yang digunakan dalam setiap formula, sehingga mampu meningkatkan atau menurunkan nilai viskositas sediaan lotion. Hasil Uji Hedonik (Kesukaan) Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis dengan umur berkisar antara 20-30 tahun, dengan cara memberikan 3 sampel untuk dilihat warna, aroma dan teksturnya. Hasil dapat dilihat pada gambar histogram dibawah ini. Formula Gambar 12. Grafik Uji Viskositas Suhu Kamar Pada Sediaan Lotion Anti Jerawat Ekstrak Batang Binahong Gambar 14. Histogram Uji Hedonik 9 Histogram menunjukkan bahwa untuk parameter warna, aroma dan tekstur, panelis lebih menyukai F1 dimana F1 adalah formula dengan penambahan ekstrak batang binahong sebesar 10%. Berdasarkan hasil analisis SPSS 17 dengan metode RAL, seluruh formula tidak memiliki pengaruh baik dari segi warna, rasa dan aroma terhadap mutu sediaan lotion anti jerawat ekstrak batang binahong. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ekstrak batang binahong mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus 2. Sediaan lotion anti jerawat ekstrak batang binahong mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih kecil pada bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan dengan kontrol positif (lotion anti jerawat dipasaran) 3. Formula paling baik sebagai antibakteri adalah formula 3 tetapi yang paling disukai panelis adalah formula 1 Saran 1. Dilakukan uji antibakteri dengan metode lainnya terhadap sediaan lotion anti jerawat. 2. Dilakukan formulasi lain untuk pembuatan lotion anti jerawat yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Astuti, S, M. 2013. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibiotika Ekatrak Etanol Daun, Batang, Bunga dan Umbi Tanaman Banahong (Anredera cordifolia (Ten)Steen.). Universiti Kuantan Pahang : Pahang-Malaysia. Balsam, Sagarin E. 1972. Cosmetic Science and Tekhnologi. Second edition. Vol III. New York, London, Sidney, Toronto. DepKes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Idson B, Lazarus J. 1994. Semipadat. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press.. Rajendra CE, S.M Gopal., Mahaboob Ali Nadaf, S.V. Yashoda, M. Majula., 2011. Phytochemical Screening of The Rhizome of Kaemferia galanga, International journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research, 3 (3): 61-63. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung. Seeley, H.W., P.J.Vandemark., and J.J. Lee. 1991. Microbes In Action. A Laboratory Manual of Microbiology. W.H. New York.: Freeman dan Company. Soekarto., P. F. 1988. Penelitian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara: Jakarta. Sulistyani. N. dkk. 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Binahong (Andredera cordifolio (Tenore) Steen.) Terhadap Candida albicans Serta Skrining Fitokimia. Jurnal Farmasi Indonesia. Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sulistyani,N., 2011, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Binahong (Andredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli Serta Skrining Fitokimia, Prosiding Seminar Nasional Home Care untuk meningkatkan Pelayanan Kesehatan, Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Sunatmo, I. T. 2007. Eksperimen Mikrobiologi Dalam Laboratorium. Argy agency. Jakarta. Wasitaatmadja, S.M., (1997), Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. 10