Uji Aktivitas Anti Bakteri Formulasi Sabun Gel Wajah Ekstrak Daun

advertisement
UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI FORMULASI SABUN GEL WAJAH EKSTRAK DAUN
BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP Staphylococcus aureus
Ajeng Pramudita S.1) ., Oom Komala2) dan Ela Noorlaela3)
1,2,3)
Program Studi Farmasi FMIPA-UNPAK
ABSTRAK
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakeri Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan jerawat. Penelitian ini
bertujuan membuat formula sabun gel ekstrak daun binahong dan menguji sifat fisik serta aktivitas
antibakterinya terhadap S. Aureus selama penyimpanan dua suhu. Formulasi sabun gel ekstrak daun
binahong dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 14%, 17%, dan 20% dengan HPMC sebagai
basisnya. Untuk kontrol negatif digunakan basis gel dan kontrol positif digunakan antibiotik
Tetrasiklin. Sabun Gel yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi : organoleptis, homogenitas, pH,
viskositas. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar dengan kertas cakram. Data
aktivitas antibakteri dianalisis dengan ANOVA dengan  = 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sabun gel ekstrak daun binahong memiliki aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter zona
hambat untuk konsentrasi ekstrak 14% (6,78 mm), konsentrasi ekstrak 17% (8,14 mm), konsentrasi
ekstrak 20% (10,4 mm), kontrol positif (11,58 mm), dan kontrol negatif (0 mm). Sediaan sabun gel
semua formulasi stabil pada suhu kamar (30o-35o C) dan suhu dipercepat (40o-45o C). Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) berada pada konsentrasi 15% ekstrak daun Binahong. Hasil analisis statistik
menunjukkan hasil data yang berbeda nyata antara formula 1 dan 2, sedangkan formula 3 dan kontrol
positif tidak berbeda nyata.
Kata kunci : Antibakteri, Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) , Sabun Gel, S. aureus.
ABSTRACT
Binahong is a plant that (Anrederacordifolia (Ten) Steenis) has antibacterial activity against S.
aureus which caused acne. This research aimed to create binahong extract gel soap and examine the
physical characteristics as well as the antibacterial activity against S. aureus in two storage
temperatures. The formulation of binahong leaf extract gel soap was created in extract concentration
variation were 14%, 17%, and 20% by using HPMC as the base. Gel base was used as the negative
control and tetracyclin antibiotic used as the positive control. Gel soap was examined the physical
characteristics including organoleptic, homogenity, pH, and viscosity. Antibacterial activity test was
conducted by dilution method with disk paper. Result data was analyzed by using ANOVA (=0.05).
The result showed that leaf binahong extract gel soap had antibacterial activity with the diameter
average of inhibitory zone for extract concentration 14% (6,78 mm), concentration 17% (8,14 mm),
concentration 20% (10,4 mm), positive control (11,58 mm), and negative control (0 mm). Gel soap
was stable in room temperature (30°C  35°C) and accelerated temperature (40°C  45°C). Minimum
Inhibitory Concentration (MIC) existed in concentration 15% of binahong leaf extract. The statistical
analysis showed that there was significant differentiation between 1 st and 2nd formulation, whereas
there wasn’t significant differentiation between the 3rd formulation and positive control.
Keywords: Antibacterial, Binahong (Anrederacordifolia (Ten) Steenis), Gel Soap, S. aureus
PENDAHULUAN
Jerawat adalah penyakit kulit akibat
peradangan menahun dari folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya erupsi komedo,
papul, pustul, nodus dan kista pada tempat
predileksi: muka, leher, lengan atas, dada, dan
punggung (Wasitaatmadja, 1997).
Salah satu tanaman yang secara empiris
dan ilmiah memiliki khasiat antibakteri adalah
daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis. Rochani (2009) melakukan ekstraksi
dengan cara maserasi daun binahong dengan
menggunakan pelarut petroleum eter, etil
asetat dan etanol, setelah dilakukan uji tabung
ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan
flavonoid, sedangkan pada analisisa secara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ditemukan
senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid.
Flavonoid berasal dari kata flavon yang
merupakan nama dari salah satu jenis
flavonoid yang terbesar jumlahnya dan sering
ditemukan di alam.
Beberapa golongan
flavonoid yang bersifat polar merupakan
senyawa yang larut dalam air yang merupakan
kandungan khas tumbuhan hijau. Flavonoid
terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kulit kayu, tepung sari,
nektar, bunga, buah, biji dan ada juga
terkandung pada hewan, misalnya dalam
kelenjar bau berangberang, propolis (sekresi
lebah), dan di dalam sayap kupu-kupu, dengan
anggapan bahwa flavonoid tersebut tidak
dibiosintesis di dalam tubuh mereka
(Markham 1988).
Sabun adalah suatu zat anion yang aktif
pada
permukaan,
biasanya
garam
natrium/kalium dari bermacam-macam asam
lemak. Komposisinya bervariasi tergantung
atas lemak/minyak spesifik dan alkali utama
yang dipakai untuk membuatnya. Sabun
dihasilkan dari campuran minyak/lemak dan
kaustik soda, reaksinya disebut saponifikasi
(Rieger, 1985). Sabun mempunyai sifat yang
baik, antara lain memiliki daya pembersih
yang kuat terutama dalam air yang lunak
(murni) dan kurang berbahaya bagi kulit
dibandingkan surfaktan yang lain. Selain itu,
harganya murah dan bahan-bahannya mudah
didapat. Tetapi sabun juga dapat menimbulkan
iritasi dan alergi pada kulit akibat efek dari
sejumlah daya kerjanya (Tranggono, 2007).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menghasilkan sediaan sabun gel wajah yang
memiliki aktivitas antibakteri yang dapat
diterima panelis dan stabil
selama
penyimpanan pada 2 suhu. Sediaan dibuat
dalam 3 formula dengan perbedaan
konsentrasi ekstrak daun binahong. Formula 1
mengandung 14% , formula 2 mengandung
17%, dan formula 3 mengandung 20% ekstrak
daun binahong.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penellitian ini
antara lain adalah daun binahong, HPMC,
TEA (Trietilamin), Metil paraben, Propil
Paraben, Gliserin dan air suling, suspensi
Staphylococus aureus, NaCl fisiologis, kertas
saring, media agar. Pelarut dan pereaksi yang
digunakan pada penelitian ini meliputi air,
akuades, minyak zaitun, HCL 2 N, gelatin 1%,
natrium klorida 10%, FeCl31%, asam asetat
10%, metanol, serbuk Mg, HCl pekat, pereaksi
mayer, bouchardat, dan dragendorff, rutin,
AlCl3 10%, NaNO25%, NaOH4%. Sedangkan
alat yang digunakan adalah timbangan digital,
oven, alat infus, kompor, kuali, panci, kain
batis, gelas ukur, gelas piala, tabung reaksi,
autoklaf, homogenaizer, Vacum Dry, Moisture
Balance,
tanur,
krus,
pH
meter,
spektrofotometer UV-Vis, ayakan mesh 30,
termometer, viskometer Brookfield.
METODE
Pembuatan
Serbuk
Simplisia
Daun
Binahong
Daun binahong dikumpulkan dari perkebunan
di Bogor dan telah di determinasi di
Herbarium Bidang Botani Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Bogor. Daun binahong sebanyak 30 kg
dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran
yang menempel (sortasi basah) dicuci dengan
air mengalir sampai bersih, lalu ditiriskan
untuk membebaskan dari partikel-partikel air.
Daun dikeringkan dengan menggunakan oven
pada suhu ± 450C, setelah simplisia kering
disortasi kering untuk memisahkan bagian
yang tidak dapat dibersihkan pada sortasi
sebelumnya. Simplisia yang telah di sortasi
kemudian diglinder hingga menjadi simplisia
serbuk dan diayak dengan ayakan mesh 30
(DepKes RI (1985). Lalu ditimbang untuk
mendapatkan bobot akhir. Disimpan dalam
wadah yang kering dan bersih. Daun binahong
masing-masing dibersihkan dari kotorankotoran yang menempel (sortasi basah) lalu
dicuci dengan air mengalir sampai bersih,
kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air
sisa-sisa pencucian. Daun binahong yang telah
bersih dan bebas air pencucian diangin
anginkan dilanjutkan pengeringan di dalam
oven pada suhu 450C sampai masing-masing
tanaman kering, lalu sortasi kering. Simplisia
kering tersebut selanjutnya digrinder hingga
menjadi simplisia serbuk lalu diayak dengan
ayakan mesh 30.
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen =
 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun
Binahong
Penetapan Kadar Air
Prosedur penentuan kadar air simplisia
dilakukan dengan menggunakan alat moisture
balance
Penetapan Kadar Abu
Sebanyak ± 2,5 g simplisia ditimbang dengan
seksama dimasukkan ke dalam krus platina
atau silika yang sudah ditara, kemudian
dipijarkan sampai arangnya habis dalam tanur
pada suhu 700oC, dinginkan, ditimbang
(DepKes RI, 1979).
Pembuatan Ekstrak Kental Daun Binahong
Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode
maserasi cara dingin dengan menggunakan
pelarut etanol 96%. Daun Binahong basah
didapatkan sebanyak 30 kg, setelah melalui
pengeringan diperoleh serbuk simplisia 5,56
Kg. Sebanyak 450 gram simplisia yang telah
halus direndam dalam pelarut etanol 96 %
sebanyak 4500 ml dengan perbandingan 1:10
selama tiga hari. Ekstrak cair yang diperoleh
dipekatkan dengan vacum dry
Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM)
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
dilakukan dengan metode dilusi agar
konsentrasi yang dibuat adalah 10%, 15%,
20%, dan 25%. Sebanyak 20 ml media
Mueller Hinton dengan suhu 45°C dimasukkan
kedalam cawan petri. Kemudian ditambahkan
masing-masing konsentrasi ekstrak sebanyak 1
ml diaduk sampai homogen dan dibiarkan
mengeras. Bakteri uji disiapkan dan dibuat
konsentrasi bakteri 10-6 sebanyak 0,2 ml
disebarkan diatas permukaan agar diinkubasi
dilihat dan diamati adanya pertumbuhan
koloni bakteri atau tidak. Konsentrasi terendah
dari antibakteri yang tidak terjadi pertumbuhan
bakteri pada cawan petri merupakan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM).
Uji fitokimia
a) Uji Saponin
Masukkan 0,5 gram ekstrak ditambahkan 5
mL akuades dalam tabung reaksi. Larutan
dikocok kuat dan diamati adanya buih yang
stabil. Ditambahkan 3 tetes minyak zaitun
kedalam buih dan dikocok kuat sampai
teramati emulsi yang stabil (Rajendra et al.,
2011).
b) Uji Tanin
Sebanyak 0,5 g ekstrak daun pepaya
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dilarutkan
dengan sedikit akuades kemudian dipanaskan
di atas penangas air lalu diteteskan dengan
larutan gelatin 1% dan natrium klorida 10%
(1:1). Hasil positif terbentuknya endapan putih
(Rajendra et al, 2011).
Uji flavonoid
Terdapat tiga metode yang digunakan untuk
uji flavonoid. Pertama, beberapa tetes
FeCl31% ke dalam beberapa bagian larutan
ekstrak. Warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes
larutan asam asetat 10% ditambahkan ke
dalam beberapa bagian ekstrak. Endapan
kuning menandakan adanya flavonoid. Ketiga,
sejumlah ekstrak dilarutkan dalam metanol,
lalu ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL
HCL pekat dari sisi tabung. Terbentuk warna
jingga menunjukkan adanya flavonoid
(Rajendra et al, 2011).
c) Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 10
mL asam alkohol, didihkan dan disaring.
Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan 2 mL
larutan ammonia dan 5 mL kloroform lalu
dikocok kuat. Lapisan kloroform yang
terbentuk diekstrak dengan 10 mL asam asetat
lalu dibagi menjadi tiga bagian:
1) Uji Dragendorff (kalium bismuth nitrat):
beberapa tetes larutan Dragendrof
ditambahkan kedalam larutan kloroform,
endapan coklat menunjukkan adanya
alkaloid
2) Uji Mayer (kalium merkuri iodida):
beberapa
tetes
pereaksi
Mayer
ditambahkan ke larutan kloroform,
endapan putih kekuningan menunjukkan
adanya alkaloid.
3) Uji Bouchardat (kalium iodida): beberapa
tetes pereaksi Bouchardat ditambahkan ke
larutan kloroform, endapan coklat
menunjukkan adanya alkaloid (Rajendra
et al., 2011).
Pembuatan Sediaan Sabun Gel
Cara pembuatan
Diambil masing-masing 14%, 17%, dan 20%
ekstrak kental daun binahong dilarutkan dalam
air panas (100°C) hingga larut (larutan 1).
Basis disiapkan dengan cara mengembangkan
HPMC didalam air panas (100°C) 20 mL
hingga mengembang sempurna (larutan 2),. Na
benzoat dilarutkan didalam air panas sebanyak
15 mL (larutan 3), kemudian TEA, Metil
paraben, dan Propil paraben dilarutkan dalam
air panas 10 ml (larutan 4). Dicampur larutan 3
dan larutan 4 dengan larutan 1 dan larutan 2,
diaduk hingga homogen. Ditambahkan air
mendidih hingga volume 100 mL kemudian
diaduk menggunakan alat homogenaizer.
Didinginkan larutan, dimasukkan dalam
wadah botol yang sudah disterilkan
sebelumnya. Sabun gel disimpan dalam suhu
kamar dan suhu dipercepat.
Evaluasi Sabun Gel
a. Uji Organoleptik, Uji ini meliputi
penilaian terhadap karakteristik sediaan
sabun gel yang meliputi warna, aroma dan
tekstur dari sabun gel ekstrak daun
binahong.
b. Uji pH
c.
d.
e.
Pengukuran nilai pH bertujuan untuk
mengetahui nilai sabun gel daun
binahong, pengukuran menggunakan alat
pH meter.
Uji Viskositas
Pengukuran sediaan dilakukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield
dengan kecepatan dan no spindel tertentu
hingga mencapai torsi 100% pada suhu
kamar dan suhu dipercepat.
Uji Hedonik
Uji hedonik dilakukan terhadap 20 orang
panelis. Para panelis diminta menilai
warna, aroma, tekstur dan iritasi dari
sampel sediaan sabun gel. Para panelis
diharapkan
untuk mengisi kertas
kuisioner yang telah disediakan. Waktu
untuk menentukan iritasi pada kulit
dengan pengolesan pada tangan selama
10 menit.
Uji Stabilita
Evaluasi kestabilan sirup dilakukan
dalam botol untuk mengetahui kualitas
sabun gel berdasarkan parameter
organoleptik, pH, dan viskositas. Uji
stabilita dilakukan untuk semua formula,
yaitu 15°-30°C (suhu kamar), dan 40°45°C (suhu dipercepat) selama delapan
minggu dengan pengambilan sampel
untuk uji setiap 2 minggu.
Uji Aktifitas Antibakteri
Metode Difusi Kertas Cakram
Disediakan media Nutrien Agar padat dalam
cawan petri,tanam bakteri hasil pengenceran
10-6 dengan cara menggoreskan secara zigzag.
Selanjutnya letakkan kertas cakram yang
sudah mengandung larutan uji, kontrol positif
dan kontrol negatif diatas media agar. Cawan
ditutup rapat dan diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam didalam inkubator. Setelah di
inkubasi, diamati dan di ukur lebar daerah
hambat
dari
zona
yang
terbentuk
menggunakan penggaris, sehingga diketahui
lebar daerah hambat dari larutan uji, kontrol
positif dan kontrol negatif.
Tabel 1.Formulasi sabun gel ekstrak daun
binahong
Nama Bahan
*F0 (%)
F1 (%)
F2 (%)
F3(%)
1
0,5
12
0,2
0,05
1
0,5
12
0,2
0,05
1
0,5
12
0,2
0,05
Kontrol
(+)
1
0,5
12
0,2
0,05
14
17
20
-
HPMC
1
TEA
0,5
Gliserin
12
Metil Paraben
0,2
Propil Paraben
0,05
Ekstrak Daun
Binahong
Tetrasiklin
Akuades ad
100
*Sumber : Septianti (2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun
Binahong
Berdasarkan identifikasi tumbuhan yang
dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Kebun
Raya, Bogor identitas tumbuhan binahong
yang diperoleh dari perkebunan di daerah
Bogor adalah Anredera cordifolia (Tenore)
Steen. Suku Bacellacea. Besarnya rendemen
simplisia daun binahong yaitu 18,53%.
Karakterisasi dari serbuk simplisia daun
binahong yaitu memiliki warna hijau
kecoklatan, aromanya sangat khas dan
memiliki tekstur yang halus. Hasil pengujian
kadar air pada serbuk simplisia daun binahong
4,51% menunjukkan bahwa serbuk simplisia
memenuhi syarat secara umum pada Depkes
100
250 mg
100
100
100
RI 1985 bahwa kadar air daun binahong tidak
boleh lebih dari 5%. Sedangkan hasil
pengujian kadar abu pada serbuk simplisia
daun pepaya sebesar 12,45% Persyaratan
kadar abu serbuk simplisia daun binahong
berdasarkan Materia Medika Indonesia Edisi
V (Depkes RI, 1989) adalah tidak lebih dari
15% maka hasil tersebut memenuhi
persyaratan.
Ekstrak Kental Daun Binahong
Sebanyak 5,56 kilogram serbuk simplisia daun
binahong dimaserasi sebanyak 450 gram
dengan 4500 ml etanol 96% selama 3 hari.
Ekstrak
cair
kemudian
dipekatkan
menggunaan alat Vacuum Dry. Didapatkan
ekstrak kental sebanyak 725,01 gram.
Hasil Pengujian Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan secara kualitatif
untuk menentukan kandungan metabolit
sekunder yang terkandung dalam sampel.
Hasil pengujian dapat dillihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian Fitokimia
Golongan Senyawa
Hasil
Saponin
+
Tanin
+
Flavonoid
+
Alkaloid
+
Keterangan : + = positif mengandung senyawa tersebut
Uji organoleptik
Pengujian organoleptik meliputi warna, aroma
dan tekstur. Masing masing formula memiliki
aroma yang khas binahong yang cukup kuat.
Berdasarkan parameter warna, formula A, B,
dan formula C berwarna hijau kecoklatan. Dan
memiliki tekstur yang halus.
Uji pH
Pengujian pH dilakukan menggunakan alat pH
meter terhadap ke-3 formula. Berdasarkan
hasil uji mutu sediaan sabun gel didapat nilai
pH dengan range 9,26 – 10,74. Sedangkan
pada suhu dipercepat pH sediaan sabun gel
range antara 8,33 – 9,55. Hal ini berarti pH
sabun gel dari tiap tiap formula memenuhi
persyaratan sesuai dengan SNI 06-4085-1996
yang menyatakan bahwa pH pada sabun yaitu
8 - 11. Hasil uji pH dapat dilihat pada tabel 4
dan tabel 5.
Uji viskositas
Pengujian viskositas dilakukan menggunakan
viskometer Brookfield dengan spindle 3 pada
kecepatan putar 100 RPM. Pemilihan spindle
dan kecepatan yang digunakan berdasarkan
besarnya nilai viskositas yang dapat terukur.
Viskositas merupakan ukuran resistensi suatu
zat cair, makin besar resistensi suatu zat cair
untuk mengalir, maka makin besar pula
viskositasnya(Martin dkk). Berdasarkan pada
tabel 6, sediaan sabun gel relatif stabil pada
suhu kamar dan suhu dipercepat. Hasil
viskositas memenuhi syarat SNI. Hasil
pengujian viskositas dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 3. Hasil uji mutu organoleptik
sediaan sabun gel
Parameter
uji
- Aroma
A
Khas
Hijau
Kecoklatan
Halus
- Warna
- Tekstur
Formula
B
Khas
Hijau
Kecoklatan
Halus
C
Khas
Hijau
Kecoklatan
Halus
Tabel 4. Derajat Keasaman (pH) Sabun Gel
Ekstrak Daun Binahong Pada Suhu 25-300C
Formula
I
II
III
Derajat Keasaman Pada Minggu Ke0
2
4
6
8
9,37
9,86
9,54
10,03 10,74
9,55 10,05 10,05 10,46 10,54
9,26 10,54
9,87
10,74 10,46
Tabel 5. Derajat Keasaman (pH) Sabun Gel
Ekstrak Daun Binahong Pada Suhu 400C
Derajat Keasaman Pada Minggu Ke-
Formula
0
2
4
6
8
I
II
III
9,37
9,55
9,26
9,00
8,56
8,65
8,54
8,90
8,33
9,5
9,03
8,73
8,34
8,75
9,26
Tabel 6. Hasil Uji Viskositas
Suhu
Penyimpanan
Suhu
Kamar
(28-30⁰C)
Suhu
Dipercepat
(40⁰C)
Lama
Penyimpanan
(minggu)
M0
M2
M4
M6
M8
F1
(cP)
F2
(cP)
F3
(cP)
1300
1500
1650
1700
2000
1700
2000
2300
2500
2800
2300
2500
2560
3000
3300
M0
M2
M4
1300
1300
1200
1700
1670
1300
2300
2200
1950
M6
M8
1000
1000
1300
1220
1800
1400
Uji Hedonik
Uji hedonik merupakan suatu kegiatan
pengujian yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang panelis yang mana memiliki
tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau
ketidaksukaan konsumen tersebut terhadap
suatu produk tertentu. Panelis diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaan. Tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik (Kartika dkk, 1988). Hasil
penilaian uji kesukaan dengan metode uji
friedmen 20 orang panelis menyatakan bahwa
warna dan aroma tidak memiliki pengaruh
yang berbeda. Semua panelis memberikan
penilaian yang netral terhadap ketiga formula
sediaan.
Hasil Aktifitas Antibakteri
Pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH)
terhadap sediaan sabun gel wajah ekstrak daun
binahong pada bakteri Staphylococcus aureus
dan antibiotik Tetrasiklin sebagai kontrol
positif pada media agar. Bakteri diinkunabasi
bersama sampel dan antibiotik selama 24 jam.
Zona daya hambat dari isolat dan antibiotik
akan terlihat setelah inkubasi, di mana daerah
bening pada medium menunjukkan koloni
bakteri pada daerah itu mati atau tidak
berkembang. Zona daya hambat muncul
sebagai akibat dari terdifusinya isolat dan
antibiotik ke dalam medium agar yang telah
dikultur dengan bakteri. Reaksi dengan isolat
dan antibiotik membuat pertumbuhan koloni
bakteri di sekitarnya berhenti, sehingga daerah
di sekitar antibiotik dan isolat berwarna lebih
cerah dari wilayah medium agar yang
ditumbuhi kultur bakteri. Hasil dari uji
antibakteri dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 10. Hasil uji LDH sediaan sabun
gel pada bakteri Staphylococcus
aureus
Berdasarkan hasil pengujian terlihat dimana
semakin tinggi konsentrasi ekstrak pada
formula maka akan semakin besar lebar daerah
hambat yang diperoleh. Adapun penurunan
zona hambat antara minggu ke-0 dan minggu
ke-8 hal ini dapat disebabkan faktor
penyimpanan sediaan. Zona hambat dari
kontrol positif (Tetrasiklin) lebih besar dari
Daftar pustaka
Dep.Kes.RI. 1979. Farmakope Indonesia,
Edisi III. Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Dep.Kes.RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.
Jakarta
Dep.Kes.RI. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V
Hii C.S and Howell S.L. 1985. Effect on
flavonoid on insulin secretion & 45Ca2+
handling in rat islets of langerhans. J
Endocrinol. 107 : 1-8.
Kartika, B.P. Hastuti dan S. Wahyu. 1988.
Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan:
PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Padmawinata K, penerjemah.
Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Techniques of Flavonoid Identification.
semua
konsentrasi
sediaan.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
kontrol
positif
(Tetrasiklin) berpengaruh pada bakteri
Staphylococcus aureus sehingga aktifitas
penghambatannya tergolong dalam kategori
kuat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Ekstrak daun binahong dapat dibuat
sediaan sabun gel. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun binahong semakin
besar lebar daya hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
- Formula sediaan sabun gel tidak stabil
pada suhu kamar dan suhu di percepat
- Ekstrak daun binahong mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
- Tidak ada salah satu formula yang disukai
dan tidak disukai panelis
Saran
Perlunya bahan tambahan yang dapat
menutupi aroma khas dari daun binahong
Rajendra CE, Gopal S.M, Mahaboob A.N,
Yashoda S.V, Majula M., 2011.
Phytochemical Screening of The Rhizome
of Kaemferia Galanga, International
journal
of
Phar-macognosy
and
Phytochemical Research, 3 (3): 61-63.
Rochani, N. 2009.Uji Aktivitas Antijamur
Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap
Candida
albicans
Serta
Skrining
Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Surabaya : Fakultas Farmasi UMS
Surakarta.
SNI. 1996. Batas Maksimum Sabun Cair.
Bogor. Badan Standarisasi Nasional.
Saifudin A, Rahayu V, Teruna H.Y. 2011.
Standarisasi Bahan Obat Alam. Jogjakarta:
GrahaIlmu
Download