S Khairunisa dkk. Aktivitas superoxide dismutasi pada akne vulgaris Laporan Kasus SATU KASUS IKTIOSIS HARLEQUIN PADA BAYI ATERM Michael Warouw*, Hans U. Sutanto*, Herry E. J. Pandaleke*, Rocky Wilar** *Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, **Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Sam Ratulangi/BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado ABSTRAK Iktiosis Harlequin merupakan kelainan iktiosis berat dan seringkali fatal. Kasus ini sangat jarang dan kedua dilaporkan di Manado sejak 1994. Pasien umumnya lahir prematur dengan berbagai komplikasinya. Dilaporkan satu kasus bayi perempuan, usia 3 hari, lahir aterm, dengan kulit kering dan pecah-pecah di seluruh tubuh sejak 2 hari. Saat lahir, kulit seperti terbungkus selaput licin, kelopak mata kemerahan, telinga, jari tangan dan kaki tidak terbentuk sempurna. Satu hari kemudian, kulit menebal, tegang, pecahpecah, terkelupas, luka, dan kelopak mata kemerahan tertarik. Perawatan dilakukan dalam inkubator yang dilembabkan di ruang perawatan intensif neonatus. Kateter umbilikus tidak dapat dipasang akibat omfalitis. Jalur vena perifer sulit ditemukan, sehingga kontrol cairan, elektrolit dan pemberian antiobiotik untuk sepsis diberikan peroral. Terapi topikal berupa krim ambifilik, lotion humektan mengandung ceramide, dan lotion asam laktat 5% memberikan perbaikan untuk iktiosisnya. Pasien meninggal pada usia 43 hari akibat sepsis. Umumnya pasien meninggal pada hari ke-2 perinatal akibat sepsis dan gangguan respirasi. Kemajuan bermakna terjadi pada beberapa tahun terakhir melalui perawatan intensif. Terapi retinoid sistemik dini diberikan pada beberapa kasus, namun pada kasus ini tidak tersedia. Terapi topikal bertujuan hidrasi, lubrikasi, dan keratolisis. Prognosis kasus diharapkan lebih baik karena lahir aterm, namun kesulitan akses vena menyebabkan penatalaksanaan tidak optimal. (MDVI 2012: 39/1;15-20) Kata kunci : Iktiosis Harlequin, aterm ABSTRACT Ichthyosis Harlequin is severe ichthyosis form and often fatal. This case is rare and secondly reported in Manado since 1994. Patients were often born prematurely. A female baby, 3 days old, aterm, suffered from crackling dry skin. At birth, the skin looked like membrane wrapped slippery. Eyelids were closed and red. Ears, fingers, and feet were not fully formed. Later, the skin thickened, taut, peeling rupture, formed slit wounds, and red eyelids were severely everted. Management was performed in neonatal intensive care. Difficulties of umbilical catheter placement due to omphalitis and peripheral venous access resulted fluid, electrolyte control, and antibiotic for sepsis were given orally. Topical therapies including ambiphilic cream, humectants lotion containing ceramide, and 5% lactic acid lotion yielded improvement. The patient died at the age of 43 days due to sepsis. Most patients died 2 days perinatal because of sepsis and respiratory disorder. Significant progress occurred in recent with intensive care. Early systemic retinoid therapy was given in those cases, but unavailable in this case. Topical therapies focus on hydration, lubrication, and keratolysis. The prognosis was expected to be better because of aterm birth, but the venous access difficulty caused unoptimazed management. (MDVI 2012: 39/1;15-20) Korespondensi : Jl. Raya Tanawangko – Manado Telp. 0431-860334 Email: [email protected] Keyword : Ichthyosis Harlequin, aterm 15 MDVI PENDAHULUAN Iktiosis Harlequin merupakan gambaran kelainan iktiosis berat dan seringkali mematikan. Pasien seringkali prematur dan lahir dengan stratum korneum tebal dan berkilat, dipisahkan oleh fisura yang dalam dan kemerahan, membentuk pola geometri mirip kostum tambal sulam badut Harlequin komedi Italia dell’Arte abad ke-16 dan 17. Kasus pertama ditemukan pada catatan harian Pendeta Oliver Hart, dari Charleston, South Carolina, tahun 1750.1 Insidens kurang dari 1 per 300.000 penduduk dan tidak ditemukan predileksi jenis kelamin.2 Pola kekerabatan menunjukkan penurunan autosomal resesif. Mutasi pada gen ABCA12, yang mengkode ikatan adenosin trifosfat dalam sekresi granul lamelar dan transpor lipid epidermis, mendasari kejadian iktiosis Harlequin.1,3 Gambaran klinis menunjukkan telinga tidak terbentuk atau tidak sempurna, ektropion, dan eklabium bermakna. Pasien tersebut berisiko tinggi pada masa neonatus dan seringkali meninggal tidak lama setelah lahir. Kehilangan air abnormal melalui kulit dan regulasi temperatur tubuh yang buruk mengakibatkan gangguan cairan dan elektrolit. Pasien juga berisiko infeksi yang berasal dari kulit, tetapi tidak menunjukkan tanda infeksi karena gangguan regulasi temperatur tubuh buruk. Respirasi normal dapat terganggu oleh kulit yang tegang.1,2 Gambaran histopatologi menunjukkan ortohiperkeratosis padat.3 Granul lamelar tidak ditemukan pada pemeriksaan mikroskop elektron kulit iktiosis Harlequin; kecuali vesikel-vesikel kecil dengan gangguan struktur internal. Juga tidak ditemukan lipid lamela di antara selsel granulosum dan korneum, akibat pelepasan kandungan granul lamelar ke dalam ruang antar sel, juga tidak ditemukan.1 Perawatan intensif neonatus dengan retinoid sistemik meningkatkan harapan kelangsungan hidup, sehingga dapat disebut sebagai Harlequin baby daripada Harlequin fetus. Beberapa bayi menderita gangguan perkembangan dan membutuhkan pemberian makanan melalui tuba.1 Kulit bayi periode neonatus yang bertahan hidup biasanya mirip dengan gambaran fenotip eritroderma iktiosiformis kongenital (congenital ichthyosiform erythroderma/CIE) berat.1,2 Kasus ini dilaporkan karena sangat jarang terjadi dan yang kedua dilaporkan sejak 19944 di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNSRAT/RSUP Prof. dr. R. D. Kandou, Manado. KASUS Seorang bayi perempuan berusia 3 hari dikonsulkan dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak pada 9 April 2010, dengan keluhan utama kulit kering dan pecah-pecah di seluruh tubuh sejak 2 hari sebelumnya. Pasien lahir cukup 16 Vol.39.No.1. Tahun 2012: 15-20 bulan (38-39 minggu) secara spontan dibantu bidan dan mantri. Riwayat kunjungan antenatal teratur di bidan. Berat badan lahir 4.000 gram, panjang badan 42 cm, langsung menangis. Kulit seperti terbungkus selaput licin, kelopak mata tertutup, berwarna kemerahan, dan bola mata tidak kelihatan saat pasien lahir. Pasien lahir dengan telinga, jari-jari tangan dan kaki yang tidak terbentuk sempurna. Pasien dapat minum susu dari botol setelah lahir. Hari ke-2, kulit mulai menebal, tegang, dan pecah-pecah terkelupas. Kulit kelopak mata sudah tertarik dan bola mata sudah kelihatan. Hari ke-3, kulit kepala dan seluruh tubuh pecah-pecah hebat hingga terbentuk celah-celah luka akibat tarikan kulit. Kelopak mata semakin tertarik dan memerah. Orang tua pasien langsung melapor ke dokter Puskesmas pada hari pertama lahir dan dirujuk ke RSUP Prof. dr. R. D. Kandou, Manado. Riwayat penyakit dalam keluarga dapat dilihat pada Bagan 1. Bagan 1. Riwayat penyakit dalam keluarga Pada pemeriksaan fisis, keadaan umum pasien tampak sakit berat, aktivitas kurang, refleks kurang, denyut jantung dalam batas normal, frekuensi pernapasan meningkat (52 kali/menit), suhu badan 36,5 °C. Kelopak mata ektropion, telinga rudimenter, bibir eklabium. Tali pusat berbau. Tonjolan jari-jari tangan dan kaki tidak terbentuk sempurna. Status generalis lainnya dalam batas normal. Pada kulit generalisata tampak skuama hiperkeratosis lamelar, warna kecoklatan, dan fisura (lihat Gambar 1). Pasien dikonsulkan ke Bagian Ilmu Kesehatan Mata dan dirawat bersama dengan diagnosis ektropion palpebra superior dengan terapi tetes mata artifisial (Cendo® lyteers) dan salep mata gentamisin diberikan untuk mengurangi risiko keratitis. Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan hemoglobin dan trombosit dalam batas normal, sedangkan leukosit menurun (4.800/mm3); hitung jenis leukosit dilakukan dengan rasio netrofil imatur/total meningkat (26,09%); fungsi ginjal dalam batas normal; pemeriksaan elektrolit menunjukkan peningkatan kadar natrium dan klorida. S Khairunisa dkk. Aktivitas superoxide dismutasi pada akne vulgaris Gambar 1. Gambaran klinis pasien saat pemeriksaan awal. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan hasil pemeriksaan penunjang, dibuat diagnosis kerja iktiosis Harlequin, suspek sepsis, dan omfalitis, dengan diagnosis banding collodion baby, suspek sepsis, dan omfalitis. Pengobatan dari Bagian Kulit dan Kelamin berupa krim ambifilik (Biocream®), kompres NaCl 0,9% (untuk luka yang basah), dan salep mupirosin (untuk luka kering). Perawatan dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak meliputi perawatan intensif dalam inkubator dengan O2, minimal handling, pemberian ASI/PASI, cairan dan elektrolit intravena, injeksi amoksisilin dan gentamisin, dan merawat tali pusat dengan tambahan salep natrium fusidat. Pada saat itu ditetapkan prognosis quo ad vitam malam, quo ad fungsionam malam, quo ad sanationam malam. Pada perawatan hari ke-2 sampai dengan 10, kulit masih tampak pecah-pecah dan mengelupas di seluruh tubuh, keadaan umum tampak sakit berat, aktivitas dan refleks masih kurang, frekuensi pernapasan meningkat (60–68 kali/menit), tidak adekuat, iregular, suhu badan 37,5-37,8° C. Pada regio fasialis terlihat ektropion, eklabium, dan distorted flat ears; kulit generalisata tampak skuama hiperkeratosis lamelar berkurang, berwarna kecoklatan, dengan fisura. Terapi cairan, elektrolit, dan antibiotik intravena tidak dapat diberikan karena omfalitis. Terapi tambahan diberikan boraks gliserin untuk bibir dan sefiksim 20 mg per oral 2 kali/hari. Pada perawatan hari ke-13, omfalitis sudah teratasi sehingga salep natrium fusidat dihentikan. Pada perawatan hari ke-17, kulit yang mengelupas dan pecah-pecah berkurang. Hasil pemeriksaan laboratorium (hari perawatan ke-18): hemoglobin menurun (4,5 g/dL), leukosit dalam batas normal, dan trombosit menurun (64.000/μL); hitung jenis leukosit menunjukkan netrofil imatur meningkat (16%) dan rasio netrofil imatur/total meningkat (34,78%), lebih tinggi dibandingkan sebelumnya; fungsi hati dalam batas normal. Dibuat tambahan diagnosis anemia berat. Penatalaksanaan dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin: krim ambifilik diganti dengan Physiogel® 4 kali oles/hari (seluruh kulit tubuh), dari bagian Ilmu Kesehatan Anak dengan tambahan transfusi PRC (bolus I dan II) 22 cc (hari perawatan ke-19 dan -21). Pada perawatan selanjutnya (hari ke-23-39), keadaan kulit membaik, anemia belum teratasi, sehingga transfusi PRC (bolus III) 22 cc (hari perawatan ke-24) diberikan. Pada perawatan hari ke-40, pasien meninggal dengan penyebab kematian sepsis. 17 MDVI Vol.39.No.1. Tahun 2012: 15-20 Gambar 2. Gambaran klinis pasien saat hari perawatan terakhir sebelum meninggal. PEMBAHASAN Nama Harlequin berasal dari baju yang digunakan oleh badut Harlequin dengan beberapa tambalan mirip berlian, sama seperti plak yang terlihat pada kulit pasien bayi. Istilah iktiosis Harlequin atau Harlequin baby telah menggantikan Harlequin fetus dengan meningkatnya harapan hidup.1,5 Kejadian iktiosis Harlequin sangat jarang, lebih kurang hanya 3 kasus per tahun di Inggris.6 Di Indonesia, kasus yang pernah dilaporkan antara lain: 1 kasus di RS Hasan Sadikin, Bandung (1994),7 1 kasus di RSUP Manado (sekarang RSUP Prof. dr. R. D. Kandou, Manado) (1994),4 dan 1 kasus di RS dr. Soetomo (2002).8 Sebagian besar pasien memiliki keluarga dengan lebih dari 1 saudara kandung yang mengalami kelainan yang sama.9 Pada pasien ini, tante dari ayah pasien dan kakak laki-laki tertua pasien (laki-laki) lahir mati dengan kelainan yang sama. Diagnosis pascanatal dapat ditegakkan secara klinis melalui gambaran patognomonik.10,11 Bayi dengan iktiosis Harlequin biasanya lahir prematur dengan lembaran kulit tebal, berwarna kuning kecoklatan, melekat erat, meliputi seluruh tubuh sehingga membatasi pergerakan. Segera setelah lahir, kulit yang kaku dan tegang tersebut robek membentuk celah-celah kulit kemerahan dan dalam hingga dermis menyerupai pola kostum Harlequin. Wajah menunjukkan distorsi dengan kelopak mata tertarik hebat keluar, edema konjungtiva (yang menghalangi mata), mulut terbuka dan bibir yang melipat keluar. Hidung dan telinga luar melekat pada kulit dan terlihat rudimenter. Tangan dan kaki mengalami edema, dapat terbungkus oleh balutan seperti sarung tangan keras atau terbungkus membran mukoid, tetapi jari-jari terbentuk normal di bawahnya. Beberapa defek kongenital dapat terjadi pada beberapa kasus.9,12 Pada pasien ini, saat lahir, kulit seperti terbungkus selaput yang licin. Kulit mulai menebal, tegang, dan pecah-pecah terkelupas pada usia hari ke-2. Kulit kepala dan seluruh tubuh pecah-pecah hebat hingga 18 terbentuk celah-celah luka akibat tarikan kulit pada usia hari ke-3. Kelopak mata awalnya tertutup, berwarna merah, dan bola mata tidak kelihatan. Kulit kelopak mata mulai tertarik dan bola mata sudah mulai kelihatan pada usia hari ke-2. Kelopak mata semakin tertarik dan memerah pada usia hari ke-3. Pasien lahir dengan telinga, jari-jari tangan dan kaki yang tampak tidak terbentuk sempurna. Pemeriksaan fisis menunjukkan ektropion, eklabium, telinga tampak rudimenter, dan jari-jari tidak terbentuk sempurna. Kulit generalisata menunjukkan skuama hiperkeratosis lamelar, berwarna kecoklatan, dan fisura. Gambaran klinis pasien ini patognomonik untuk iktiosis Harlequin. Prematuritas, berdasarkan World Health Organization (WHO), merupakan kelahiran bayi sebelum usia 37 minggu setelah hari pertama haid terakhir. Prematuritas berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, yaitu 28% penyebab kematian dari 38% kematian bayi usia kurang dari 1 bulan.13 Pasien ini lahir cukup bulan (38–39 minggu) sehingga mengurangi risiko prognosis buruk iktiosis Harlequin bila terjadi saat prematur. Insufisiensi respirasi terjadi akibat restriksi pergerakan dada oleh skuama hiperkeratosis dan juga dapat karena deformitas skeletal kongenital. Instabilitas temperatur dan infeksi seringkali mengakibatkan mortalitas yang tinggi.9 Pada pasien ini, respirasi ditemukan tidak adekuat dan iregular. Temperatur tubuh stabil selama perawatan dalam inkubator. Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflammation response syndrome/SIRS) yang diduga atau terbukti disebabkan infeksi. Systemic inflammation response syndrome (SIRS) dapat ditegakkan bila terdapat 2 dari 4 kriteria, 1 di antaranya harus menunjukkan temperatur tubuh atau jumlah leukosit abnormal, yaitu temperatur tubuh >38,5° C atau <36° C, takikardia di atas normal sesuai usia tanpa stimulus eksternal, obat-obatan kronik atau stimulus nyeri, atau bradikardia lebih dari ½ jam pada anak < 1 tahun, frekuensi pernapasan di atas normal sesuai usia, leukositosis, leukopenia sesuai usia, S Khairunisa dkk. atau >10% netrofil imatur pada hitung jenis leukosit.14 Jumlah leukosit, walaupun sensitif, tetapi sangat nonspesifik dan bernilai prediktif positif rendah karena jumlah leukosit normal ditemukan pada 50% kasus yang terbukti sepsis. Rasio netrofil lebih bermanfaat dalam diagnosis dan penyingkiran sepsis neonatus. Rasio netrofil imatur/total (I/T) sangat sensitif untuk sepsis dengan nilai >16%. Rasio ini juga meningkat pada keadaan fisiologis lain, sehingga peningkatan rasio I/T sebaiknya digunakan bersama tanda-tanda lain.15 Denyut jantung normal sesuai usia: saat lahir 70–190 kali/menit, 1–11 bulan 80–160 kali/menit.16 Frekuensi napas normal bayi matur 30–40 kali/menit.17 Jumlah leukosit normal saat lahir: 9.000–30.000 /mL, 24 jam 9.400–30.000 /mL, 1 bulan 5.000–19.500 /mL.18 Pada pasien ini, 2 tanda sepsis yang ditemukan, yaitu leukopenia (4.800/mm3) dan takipnea. Demam tidak ditemukan, namun hal ini dapat disebabkan gangguan regulasi temperatur tubuh pada pasien iktiosis Harlequin. Takikardia atau bradikardia tidak ditemukan. Tanda sepsis lain berdasarkan persentase abnormal netrofil imatur pada hitung jenis sebesar 16% (>10%). Rasio I/T pasien ini juga di atas normal (>16%) yaitu 26,09% dan 34,78%. Pemeriksaan laboratorium serial lebih sering tidak dapat dilakukan karena kesulitan dalam pengambilan darah. Diagnosis banding iktiosis Harlequin yaitu collodion baby, tidak sulit dibedakan karena gambaran collodion baby lebih ringan, tetapi sebagian kecil neonatus tersebut memiliki gambaran di antara keduanya. Gambaran itu disebut sebagai ‘chrysalis babies’ dan mungkin merupakan beberapa pasien yang tidak diduga dapat bertahan hidup dan sebelumnya diduga sebagai iktiosis Harlequin.9,12 Sebagian besar collodion baby bertahan hidup hingga dewasa.19 Pada pasien ini, diagnosis banding collodion baby dapat disingkirkan karena manifestasi klinis pada pasien yang sangat berat, selain riwayat 2 anggota keluarga lahir mati dengan kelainan yang sama. Manajemen pengobatan meliputi manajemen cairan dan elektrolit, pemberian retinoid oral (isotretinoin, asitretin), keratolitik topikal, pelembab kulit dengan emolien segera setelah mandi dan diulang berkali-kali sepanjang hari.1,12 Konsultasi mata penting untuk mencegah kebutaan.12 Fasilitas perawatan intensif neonatus diperlukan untuk menangani kemungkinan gangguan sucking, dehidrasi, komplikasi elektrolit dan renal, sepsis, dan gangguan pernafasan.9 Pasien harus ditempatkan dalam inkubator yang lembab untuk mengurangi kehilangan air dan temperatur dari tubuh. Kateter umbilikus harus diusahakan terpasang karena jalur vena perifer sangat sulit diperoleh.11 Nutrisi yang dibutuhkan dapat tinggi dan kekurangannya dapat menyebabkan gagal tumbuh. Hal ini diduga disebabkan oleh pergantian kulit/skuama yang sangat banyak, walaupun penelitian terkini menduga kehilangan energi disebabkan karena gangguan fungsi sawar kulit.1 Pada pasien ini, perawatan dilakukan secara intensif dalam inkubator yang lembab, namun kontrol dehidrasi, gangguan elektrolit, Aktivitas superoxide dismutasi pada akne vulgaris dan sepsis tidak maksimal karena kateter umbilikus tidak dapat dipasang akibat omfalitis dan kesulitan mendapatkan jalur vena perifer. Nutrisi dan obat-obatan sistemik pada pasien ini hanya diberikan melalui jalur nasogaster. Retinoid sistemik tidak diberikan karena produk tidak tersedia di pasaran. Perawatan topikal diberikan berupa emolien pada kulit dengan krim ambifilik, lotion Physiogel®, dan lotion asam laktat 5% secara berulang. Berbagai terapi topikal tersebut berhasil memberikan perbaikan skuama hiperkeratosis lamelar. Tetes mata artifisial diberikan secara berulang untuk mencegah kecacatan mata. Obat topikal lain yaitu antibiotik topikal kulit dan mata untuk mencegah infeksi sekunder. Asam laktat merupakan humektan dan keratolitik yang tersedia hingga konsentrasi 12%. Asam laktat meningkatkan produksi seramid oleh keratinosit dan fungsi sawar kulit terhadap air.20 Asam laktat 5% dilaporkan efektif pada penanganan iktiosis Harlequin.21 Pada pasien ini, asam laktat 5% diberikan untuk mendapatkan efek keratolitik dan pelembab kulit (humektan). Prognosis penyakit ini sangat buruk.3 Sebagian besar pasien meninggal 2 hari perinatal karena sepsis dan plak hiperkeratosis masif yang mengganggu respirasi dan pemberian makanan.3, 22 Kemajuan bermakna terjadi pada beberapa tahun terakhir, sehingga beberapa pasien dapat bertahan hidup. Pada kasus-kasus tersebut, perawatan intensif dan medis, khususnya penggunaan inkubator yang dilembabkan dan penggantian cairan, memperpanjang usia harapan hidup hingga lembaran skuama terlepas setelah periode beberapa minggu. Terapi retinoid dini dilakukan pada beberapa kasus. Pasien pertama yang bertahan hidup, dilaporkan pada usia 9 tahun, memiliki intelegensia normal dan tidak menggunakan terapi retinoid lagi. Pasien lain adalah yang diterapi dengan etretinat pada minggu pertama kehidupan dan dihentikan pada bulan ke-18. Pasien tersebut pada usia 10 tahun mengalami retardasi pertumbuhan, eritroderma iktiosiformis berat dan kontraktur anggota gerak tetapi dapat mengikuti sekolah umum.9 Pada pasien ini, faktor yang menunjang prognosis adalah usia aterm saat kelahiran dan tersedianya fasilitas perawatan intensif neonatus, namun prognosis menjadi buruk karena kesulitan pemasangan kateter umbilikus akibat omfalitis saat masuk rumah sakit (usia hari ke-3), kesulitan akses vena perifer dalam pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium (elektrolit, gangguan renal, dan infeksi), pemberian nutrisi dan obat-obatan sistemik. Pasien ini meninggal dalam usia 43 hari (perawatan hari ke-40) akibat sepsis. KESIMPULAN Telah dilaporkan satu kasus iktiosis Harlequin pada bayi aterm. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Perawatan dilakukan dalam inkubator yang dilembabkan di ruang perawatan intensif neonatus 19 MDVI dengan tujuan mengurangi kehilangan air dan temperatur tubuh. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium, kontrol cairan, elektrolit, dan penangangan infeksi tidak dapat dilakukan secara maksimal karena kesulitan menemukan vena perifer. Pemberian nutrisi dan obat-obatan hanya dilakukan per oral. Terapi retinoid sistemik tidak diberikan karena tidak tersedia di pasaran. Pengobatan topikal, berupa krim ambifilik, lotion humektan yang mengandung seramid, dan lotion asam laktat 5%, memberikan hasil baik dengan skuama tebal yang banyak berkurang dibandingkan awal perawatan. Pasien meninggal pada usia 43 hari atau perawatan hari ke-40 akibat sepsis. Prognosis kasus ini quo ad vitam malam, quo ad fungsionam malam, quo ad sanationam malam. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 20 Fleckman P, DiGiovanna JJ. The ichtyoses. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill Companies; 2008. h.404 – 24. Stein A, Goldsmith LA. Genetic epidermal diseases. Dalam: Runge MS, Patterson C, penyunting. Principles of molecular medicine. Edisi ke-2. New Jersey: Humana Press; 2006. h.1043 – 51. Akiyama M. Pathomechanisms of harlequin ichthyosis and ABCA transporters in human diseases. Arch Dermatol. 2006; 142; 914 – 8. Pandaleke HEJ, Tangkudung A, Warouw W. Bayi Harlequin. 1994. [tidak dipublikasikan] Judge MR, McLean WHI, Munro CS. Disorders of keratinization. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, penyunting. Rook’s textbook of dermatology. Edisi ke-8. West Sussex: WileyBlackwell; 2010. h.19, 1-122. British association of dermatologist. Patient information leaflet, ichtyosis. London: February 2010. Purnama D, Usman A. Harlequin fetus. Disampaikan pada the 5th National congress of perinasia and international symposium on the prevention and therapy of perinatal infection for mother and child health. Lombok 4 – 7 Sept 1994. Permono B, Indarso F, Damanik S, Harianto A, Etika R, Rizal M. Harlequin ichthyosis. BIPKK. 2002; 14(2): 197-203. Vol.39.No.1. Tahun 2012: 15-20 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Judge MR. Collodion baby and harlequin ichthyosis. Dalam: Harper J, Oranje A, Prose N, penyunting. Textbook of pediatric dermatology. Edisi ke-2. Turin: Blackwell publishing; 2006. h.118 – 25. Morelli JG. Disorders of keratinization. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.2708 – 13. Layton J. A review of harlequin ichthyosis. Neonatal Netw. 2005; 24 (3): 17 – 23. Mallory SB, Bree A, Chern P. Illustrated manual of pediatric dermatology: diagnosis and management. Oxon: Taylor & Francis; 2005. Stoll BJ, Adams-Chapman I. The high-risk infant. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.698 – 711. Enrione MA, Powell KR. Sepsis, septic shock, and systemic inflammatory response syndrome. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.1094 – 9. Anderson-Berry AL. Neonatal sepsis. [Disitasi 27 November 2010]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/978352-overview. Bernstein D. Evaluation of the cardiovascular system. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.1857 – 64. Marshal SG, Debley JS. The respiratory system: assesment. Dalam: Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE, penyunting. Nelson essentials of pediatrics. Edisi ke-5. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.625 – 33. Pesce MA. Reference ranges for laboratory tests and procedures. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editor. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.2943 – 54. Akiyama M, Sugiyama-Nakagirl Y, Sakai K. Mutations in lipid transporter ABCA12 in harlequin ichthyosis and functional recovery by corrective gene transfer. J Clin Invest. 2005; 115: 1777 – 84. Burkhart CN, Katz KA. Other topical medications. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest B, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. h.2130 – 7. Javed T, Afzal MF, Khan HI. Harlequin fetus: a case report. J Pak Assoc Dermatol. 2005; 15: 348 – 50. Kelsell DP, Norgett EE, Unsworth H, The MT, Cullup T, Mein CA, dkk. Underlie the severe congenital skin disease harlequin ichthyosis. Am J Hum Genet. 2005; 76: 794 – 803.