1 MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT KERJA SAMA INTERNASIONAL ____________________________________________ LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN ORGANISASI PUSKERSIN TNI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pusat Kerja Sama Internasional (Puskersin) TNI merupakan Badan Pelaksana Pusat TNI yang diresmikan pada tanggal 29 Agustus 2013 melalui Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang 13 Tahun 2013. Pembentukan Puskersin TNI didasarkan atas pertimbangan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang menyebabkan intensitas kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI semakin meningkat, maka untuk efektifitas kerja sama internasional tersebut perlu adanya “Badan Tersendiri” yang menanganinya. Oleh karena itu Puskersin TNI dibentuk untuk kepentingan organisasi dalam menyelenggarakan, membina dan mengevaluasi kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI serta mengoordinasikan dan menyingkronisasikan kegiatan kerja sama internasional antar Satker TNI dan kelembagaan/kementerian yang menjadi pemangku kepentingan kerja sama internasional. b. Selama kurun waktu dua tahun, Puskersin TNI secara bertahap mendapat pengalihan tugas dan fungsi kerja sama internasional dari Satker yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional. Kegiatan kerja sama internasional menjadi tugas Puskersin TNI diantaranya mengorganisir kegiatan High Level Committee (HLC), ASEAN Chiefs of Defence Forces Informal Meeting (ACDFIM), Chiefs of Defense Conference (CHOD), Kunjungan Panglima/Kasum TNI ke luar negeri, Kunjungan pejabat Angkatan Bersenjata negara lain setingkat Panglima/ Kasum TNI, Kunjungan instansi luar negeri ke lingkungan TNI dan TNISAF Annual Staff Meeting (TSASM) serta penyusunan dokumen perjanjian internasional yang menjadi kewenangan Panglima TNI. Dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut Puskersin TNI tidak hanya melaksanakan hubungan kerja dengan Satker di lingkungan TNI tetapi juga dengan kementerian terkait. Dalam masa dua tahun tersebut terdapat beberapa permasalahan yang menyangkut tugas, fungsi dan struktur organisasi, prosedur mekanisme dan hubungan kerja, Daftar Susunan Personel (DSP) serta perlengkapan yang dibutuhkan, sehingga perlu pemecahan masalah supaya kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI dapat dilaksanakan lebih sinergis dan interoperabiliti dengan Satker-Satker yang memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan kerja sama internasional. c. Pada prinsipnya pembentukan Puskersin TNI adalah untuk kepentingan organisasi dalam mengorganisir kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI supaya lebih efektif, efisien dan sinergis serta interoperabiliti dengan Satker penyelenggara kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI dan kementerian/lembaga terkait. Setelah kurun waktu dua tahun Puskersin TNI dibentuk maka perlu dievaluasi terhadap struktur organisasi, prosedur mekanisme dan hubungan kerja, Daftar Susunan Personel (DSP) dan tugas-tugas serta hal-hal yang terkait dengan organisasi, sehingga Puskersin TNI dapat melaksanakan tugas lebih optimal. 2 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Memberikan gambaran terhadap tugas-tugas Puskersin TNI tentang penyelenggaraan kerja sama internasional di lingkungan TNI berikut permasalahannya selama kurun waktu dua tahun, analisa dan evaluasi serta konsep yang disarankan. b. Tujuan. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada Pimpinan TNI dalam mengambil langkah dan kebijakan lebih lanjut terhadap penyesuaian organisasi Puskersin TNI. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup naskah laporan evaluasi ini mencakup tentang pelaksanaan tugas Puskersin TNI di bidang kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI berikut permasalahannya serta upaya ke depan guna mengatasi permasalahan tersebut, dengan tata urut penulisan sebagai berikut: 4. a. Pendahuluan. b. Latar Belakang Masalah. c. Pokok-Pokok Permasalahan. d. Analisa dan Evaluasi. e. Konsep Organisasi yang disarankan. f. Penutup. Dasar: a. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/52/Vlll/2010 tanggal 2 Agustus 2010 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Prosedur Validasi Organisasi di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia; b. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/80/X/2010 tanggal 21 Oktober 2010 tentang Buku Petunjuk Induk Kebijakan Strategis dan Perencanaan Umum TNI; c. Peraturan Panglima TNI Nomor 174 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia; d. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/186/III/2013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Buku Petunjuk Induk Organisasi Tentara Nasional Indonesia; e. Peraturan Panglima TNI Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pembentukan Organisasi dan Tugas Pusat Kerja sama Internasional Tentara Nasional Indonesia (Puskersin TNI); f. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/727/IX/2014 tanggal 30 September 2014 tentang Prosedur dan Mekanisme Hubungan Kerja Pusat Kerja sama Internasional Tentara Nasional Indonesia (Puskersin TNI); dan 3 g. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1028/XII/2014 tanggal 30 Desember 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Organisasi di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia. BAB II LATAR BELAKANG 5. Umum. Pembentukan organisasi baru di lingkungan TNI pada dasarnya adalah untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI. Oleh karena itu, organisasi baru tersebut harus dapat melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan Satker di lingkungan TNI dan counterpart di luar TNI. Untuk menilai efektifitas keberadaan organisasi dalam melaksanakan tugasnya maka setelah dua tahun berjalan perlu dievaluasi melalui fakta-fakta yang menjadi kendala dalam menjalankan tugas. 6. Latar Belakang. a. Tugas dan Fungsi. Puskersin TNI bertugas membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan, mengorganisasikan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI dan memiliki fungsi utama dan fungsi organik militer sebagai berikut: 1) Fungsi Utama: a) Bidang Perjanjian. Merumuskan perjanjian kerja sama TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain, bertindak selaku penyelia (supervisi) terhadap perumusan perjanjian kerja sama di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan (service to service); b) Bidang Kerja Sama ASEAN. Mengoordinasikan kepentingan diplomasi TNI dengan instansi/lembaga pemerintahan, bertindak sebagai penyelia (supervisi) dalam kegiatan kerja sama internasional, mengoordinasikan dan memantau kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan dalam lingkup kerja sama ASEAN; c) Bidang Kerja Sama Non-ASEAN. Mengoordinasikan kepentingan diplomasi TNI dengan instansi/lembaga pemerintahan, bertindak sebagai penyelia (supervisi) dalam kegiatan kerja sama internasional, mengoordinasikan dan memantau kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan dalam lingkup kerja sama Non-ASEAN; d) Bidang Protokol dan Kunjungan. Melaksanakan kegiatan protokol dan kunjungan dalam rangka kerja sama internasional; dan e) Bidang Evaluasi dan Data Informasi. Melakukan evaluasi terhadap isi dan pelaksanaan perjanjian kerja sama internasional serta mengumpulkan, mengolah dan menyimpan data/informasi. 4 2) Fungsi Organik Militer yaitu menyelenggarakan kegiatan di bidang perencanaan, pengamanan, operasi, personel, logistik dan administrasi umum. b. Implementasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi. 1) Fungsi Utama. Pelaksanaan kerja sama internasional yang telah dilaksanakan Puskersin TNI berdasarkan fungsi utama mulai kurun waktu 2013 cukup padat yaitu menyelenggarakan kegiatan kerja sama internasional yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, merumuskan naskah-naskah yang diperlukan dalam kegiatan kerja sama internasional seperti pembuatan TOR, pointers dan talking point serta mengoordinasikan kegiatan baik ke dalam maupun luar Mabes TNI. Namun demikian implementasi pelaksanaan tugas yang terkait dengan fungsi utama masih belum dapat dilaksanakan secara optimal mengingat belum terpenuhinya secara kualitas dan kuantitas personel pengawak serta beberapa fungsi yang belum terwadahi dalam jabatan dan masih belum optimalnya koordinasi dengan Satker secara internal maupun dengan counterpart di bidang kerja sama internasional. Kegiatan yang telah dilaksanakan mulai kurun waktu 2013 adalah sebagai berikut: a) Bidang Perjanjian yaitu merumuskan perjanjian kerja sama TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain berupa penyusunan Term of Reference (TOR) dan melaksanakan supervisi terhadap penyusunan TOR di Sub Committee HLC. Selain itu juga terlibat dalam proses penyusunan RUU dalam rangka ratifikasi DCA dan penyusunan SOP perjanjian internasional di lingkungan Kemhan. Selanjutnya melaksanakan penyusunan revisi Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/32/VI/2009 tanggal 29 Juni 2009 tentang Petunjuk Administrasi Kerja Sama Internasional di Lingkungan TNI serta terlibat sebagai anggota Pokja penyusunan buku-buku petunjuk kerja sama internasional di lingkungan TNI. (Kegiatan terlampir); b) Bidang Kerja Sama ASEAN yaitu melaksanakan Pertemuan Tingkat Tinggi (High Level Committee/HLC) terdiri dari Philindo MC, Thainesia HLC, Carm Indosin, HLC Malindo, Brunesia HLC, TSAM, ACDFIM, JIDD dan menjadi supervisi terhadap kegiatan pertemuan kerja sama di tingkat ASEAN yang diselenggarakan oleh Satker di lingkungan Mabes TNI. Selain itu juga terlibat sebagai anggota delegasi ADMM. (Kegiatan terlampir); c) Bidang Kerja Sama Non-ASEAN yaitu melaksanakan kegiatan Indo Defence Meeting, menyelenggarakan Ausindo HLC, Sidang CHOD, terlibat dalam kegiatan Civil Military Interaction Workshop, menjadi supervisi terhadap kegiatan pertemuan kerja sama di wilayah non-ASEAN yang diselenggarakan oleh Satker di lingkungan Mabes TNI dan menyiapkan bahan talking points Panglima/Kasum TNI dalam rangka menerima kunjungan kehormatan dan melaksanakan kunjungan kehormatan. (Kegiatan terlampir); d) Bidang Protokol dan Kunjungan melaksanakan kegiatan kunjungan Panglima/Kasum TNI ke luar negeri dan kunjungan tamu 5 luar negeri untuk Panglima TNI dan Kapuskersin TNI. (Kegiatan terlampir); dan e) Bidang Evaluasi Data dan Informasi yaitu melaksanakan mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi kegiatan kerja sama internasional. Untuk kepentingan terhadap evaluasi kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI telah dilaksanakan Rakernis Kersin TNI setiap triwulan dan Rakorkersin TNI setiap tahun. Selain itu juga melaksanakan pembuatan pointers untuk bahan masukan bagi Panglima TNI pada saat melaksanakan kunjungan ke luar negeri dan menerima kunjungan tamu asing. (Kegiatan terlampir). 2) Fungsi Organik Militer. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan terkait dengan bidang teknis militer penyusunan perencanaan kegiatan dan program anggaran dalam kegiatan kerja sama internasional dan pembinaan peranti lunak, melaksanakan pengamanan di bidang personel dan materiil, terlibat dalam kegiatan upacara-upacara hari-hari besar nasional serta menyelenggarakan apel untuk pembinaan kedisiplinan, pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai ketentuan organisasi serta menyelenggarakan ketentuan administrasi umum TNI. Untuk fungsi pembina peranti lunak berkaitan kerja sama internasional dilakukan oleh Kelompok Ahli. Sampai dengan saat ini telah disusun peranti lunak yang dibutuhkan antara lain penyusunan Prosmekhubja Puskersin TNI, Revisi Perpang TNI Nomor Perpang/89/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Buku Petunjuk Administrasi Kerja Sama Internasional Bidang Militer dan Pertahanan di Lingkungan TNI, penyusunan Cetak Biru (Blue Print) tentang Kerja Sama Internasional di Lingkungan TNI Tahun 2015-2019 dan penyusunan Concept Paper ACDFIM Plus. Dalam melaksanakan fungsi organik militer belum dapat dilaksanakan secara optimal mengingat adanya jabatan dirangkap oleh satu orang personel terutama di bidang perencanaan dan logistik serta belum terpenuhinya jumlah personel secara ideal. 7. Tuntutan Tugas. Dalam pelaksanaan tugas, Puskersin TNI dituntut mampu melaksanakan tugas kerja sama internasional di lingkungan TNI sesuai dengan fungsinya dan mampu berkoordinasi dan bersinergi dengan Satker terkait serta mampu mengolah dan mengevaluasi kegiatan kerja sama internasional untuk kepentingan negara sesuai kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, perlu pemenuhan personel baik secara kualitas dan kuantitas. a. Bidang Perjanjian. Dalam melaksanakan fungsi ini, Puskersin TNI dituntut mampu merumuskan perjanjian kerja sama internasional antara TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain serta menjadi supervisi perjanjian kerja sama internasional di lingkungan TNI. Dari 192 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, yang telah menjalin hubungan kerja sama pertahanan/militer hanya 43 negara, dimana hubungan tersebut berdasar pada perjanjian kerja sama pertahanan G to G maupun berdasarkan perjanjian antar AB/Angkatan Military to Military/Service to Service). 1) Perjanjian Defence to Defence. a) Yang telah diratifikasi : 10 negara. 6 2) 3) b) Proses Ratifikasi : 15 negara. c) Ratifikasi di tolak : 1 negara. d) Konsep Perjanjian : 9 negara. e) Belum ada : 8 negara. Perjanjian Military to Military. a) Perjanjian : 1 negara. b) Term of Refference (ToR) : 2 negara. c) Konsep ToR : 2 negara. d) MLSA (Mutual Logistic Support Agreement) : 3 negara. e) Konsep MLSA : 2 negara. Perjanjian Service to Service. a) Perjanjian TNI AD : 3 negara. b) ToR TNI AD : 1 negara. c) ToR TNI AL : 5 negara. d) Perjanjian TNI AU : 1 negara. Dari penjelasan tersebut diatas, menggambarkan bahwa tugas di bidang perjanjian kerja sama internasional memerlukan penanganan yang profesional karena keberadaan perjanjian kerja sama di bidang pertahanan/militer antar dua negara yang merupakan payung hukum kegiatan kerja sama internasional. b. Bidang Kerja Sama ASEAN. Mampu melaksanakan kerja sama internasional yang semakin meningkat intensitas kegiatannya baik secara bilateral dan multilateral negara-negara ASEAN. Kerja sama bilateral diwujudkan dalam Pertemuan Tingkat Tinggi (High Level Committee/HLC) antara Panglima TNI dengan Panglima AB negara ASEAN. Saat ini telah diselenggarakan HLC dengan 5 negara ASEAN yaitu Philipina, Brunei Darussalam, Thailand, Malaysia dan Singapura serta pertemuan bilateral dengan negara Singapura yang diketuai oleh Kasum TNI dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Singapura yaitu TSAM (TNI-SAF Annual Meeting). Dalam kegiatan tersebut Kabid Kerja Sama ASEAN bertindak selaku Sekretaris HLC yang bertugas mengoordinir Sekretaris Sub-Committee. Kerja sama mutilateral diwujudkan dalam forum ASEAN Chief of Defence Force Informal Meeting (ACDFIM) yaitu Pertemuan Panglima Angkatan Bersenjata seluruh negara ASEAN yang membahas keamanan secara regional. Pada kegiatan ACDFIM, Kabid Kerja Sama ASEAN sebagai Sekretaris ACDFIM dan ada enam area yang dikerjasamakan selaras dengan kesepakatan dalam ASEAN Defence Ministry Meeting (ADMM) yaitu Human Mines Action (HMA), Peace Keeping Operation (PKO), Humanitarian Assistance Disaster Relief (HADR), Maritime Security (MS), Military Medical (MM), dan Counter Terorism (CT). 7 Adanya ASEAN Community 2015 yang terdiri atas tiga pilar yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (Socio Culture Community) akan menggerakkan kerja sama ASEAN kearah sebuah komunitas dan identitas yang lebih mengikat. Struktur politik yang kondusif serta kesejahteraan ekonomi diharapkan dapat mengatasi kesenjangan pembangunan di kawasan, sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi ASEAN Political Security Community (APSC) untuk melaksanakan pembangunan keamanan kawasan yang komprehensif. Dalam mewujudkan APSC tidak menutup kemungkinan akan dibuka bentuk kerja sama yang lebih luas di dalam bidang politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara dan hal ini akan berimplikasi terhadap peningkatan bentuk kerja sama military to military di berbagai bidang sehingga secara langsung akan berdampak terhadap beban kerja Bidang Kerja Sama ASEAN. c. Bidang Kerja Sama Non-ASEAN. Mampu melaksanakan kegiatan kerja sama di bidang Non-ASEAN meliputi kerja sama bilateral dan multilateral dengan negara-negara Non-ASEAN. Untuk kerja sama bilateral telah diselenggarakan forum tingkat tinggi berupa HLC dengan negara Australia dan Kabid Non-ASEAN sebagai Sekretaris HLC. Untuk kerja sama multilateral telah diselenggarakan forum pertemuan Panglima Angkatan Bersenjata se-Asia Pasifik (Chief of Defence/CHOD) serta menangani forum-forum kerja sama keamanan internasional dan misi damai melalui koordinasi dengan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah Internasional. Perkembangan lingkungan strategis global maupun regional telah diwarnai isu-isu perkembangan geopolitik, ekonomi, kejahatan lintas negara, konflik global, demokratisasi, HAM, terorisme global, Ilpengtek dan epidemi penyakit. Kondisi tersebut akan mempengaruhi peningkatan kerja sama internasional secara global dan berimplikasi terhadap peningkatan beban kerja Bidang Kerja Sama NonASEAN. d. Bidang Evadatin. Peningkatan kerja sama internasional military to military menuntut Bidang Evadatin mampu mengumpulkan, menyajikan dan mengevaluasi kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan di lingkungan TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain. e. Bidang Protokol dan Kunjungan. Meningkatnya kuantitas kerja sama internasional memiliki konsekuensi meningkatnya pertemuan-pertemuan baik bilateral maupun multilateral ditingkat pejabat tinggi militer yang diselenggarakan ke dalam maupun ke luar negeri. Oleh karena itu, perlu pengelolaan secara profesional di bidang protokol dan kunjungan. f. Kelompok Ahli. Pelaksanaan tugas di Kelompok Ahli dituntut mampu memberikan pertimbangan dan saran kepada Kapuskersin TNI sesuai bidangnya (Hubungan Internasional, Hukum dan Bahasa) selain itu juga membidangi pembinaan peranti lunak di Puskersin TNI dan intepreter. BAB III POKOK-POKOK PERMASALAHAN 8. Umum. Selama kurun waktu dua tahun, secara umum Puskersin TNI dapat melaksanakan tugas dengan lancar, namun demikian masih terdapat beberapa 8 permasalahan ditinjau dari tugas, fungsi dan struktur organisasi, prosedur dan mekanisme kerja, Daftar Susunan Personel (DSP) serta perlengkapan yang dibutuhkan. Oleh karena itu perlu pemecahan masalah untuk mendukung pelaksanaan tugas ke depan supaya lebih opimal. 9. Pokok-pokok Permasalahan. a. Tugas. 1) Dalam tugas kewenangan menyusun kebijakan kerja sama internasional di lingkungan TNI adalah Srenum TNI. Untuk rumusan kebijakan internasional di lingkungan TNI telah ditetapkan dalam Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/80/X/2010 tanggal 21 Oktober 2010 tentang Buku Petunjuk Induk Kebijakan Strategis dan Perencanaan Umum TNI. Sementara itu berdasarkan Perpang TNI Nomor 13 Tahun 2013 tugas Puskersin TNI adalah membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan, mengorganisasikan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI. Hal tersebut perlu ditegaskan bahwa tugas tersebut tidak menimbulkan interprestasi sebagai perumus kebijakan yang menjadi kewenangan staf umum. Puskersin TNI selaku Balakpus TNI mempunyai tugas menyelenggarakan fungsi kerja sama internasional di lingkungan TNI, sedangkan dalam hal merumuskan kebijakan, Puskersin TNI mempunyai tugas memberi masukan kepada Panglima TNI untuk merumuskan kebijakan kerja sama internasional di lingkungan TNI. 2) Salah satu tugas Bidang Protokol dan Kunjungan belum dijelaskan secara spesifik sehingga menimbulkan inteprestasi yang sangat luas yaitu merencanakan, mengatur pelaksanaan dan mengendalikan seluruh kunjungan instansi luar negeri ke lingkungan TNI. b. Fungsi. 1) Salah satu fungsi utama Puskersin TNI adalah supervisi terhadap perumusan perjanjian kerja sama di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan (service to service) dan supervisi dalam kegiatan kerja sama internasional serta mengevaluasi terhadap kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI, namun fungsi ini belum berjalan secara optimal karena Puskersin TNI belum sepenuhnya terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI. Hal ini disebabkan belum adanya pedoman atau peranti lunak bagi Satker penyelenggara kegiatan kerja sama internasional untuk melibatkan Puskersin TNI dalam kegiatan kerja sama internasional. Sementara itu, di dalam struktur organisasi belum terwadahi untuk tugas yang bertanggungjawab terhadap penyusunan peranti lunak. 2) Tugas Kabid Evadatin yang terkait dengan evaluasi adalah “melakukan penilaian dan evaluasi kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI”, dan tidak melalukan evaluasi terhadap isi perjanjian kerja sama. Hasil dari evaluasi kegiatan kerja sama tersebut yang akan menjadi masukan pemimpin dalam mengevaluasi perjanjian kerja sama internasional. 9 3) Sesuai dengan fungsi organik militer, terdapat jabatan yang belum terwadahi dalam DSP Puskersin TNI yaitu evaluasi kegiatan program anggaran dan Urusan SIMAK BMN. c. Struktur Organisasi. 1) Secara struktur, Sespuskersin TNI sebagai eselon pelayanan membawahi tiga Kepala Bagian. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/186/III/2013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Buku Petunjuk Induk Organisasi TNI, untuk kategori organisasi yang berbentuk “Pusat”, yang termasuk dalam eselon pimpinan yaitu “Kepala Pusat” dan “Sekretaris Pusat”. Walaupun dalam uraian tugas, Sespuskersin TNI dijelaskan memiliki tugas selaku eselon pimpinan yaitu mengoordinasikan dan mengawasi semua pekerjaan/kegiatan staf administrasi dan mengendalikan pelaksanaan prosedur kerja di lingkungan Puskersin TNI serta bertindak mewakili Kapuskersin TNI bila berhalangan. 2) Untuk Kasubbid di bawah Bidang Jankerma perlu disesuaikan dengan bidang tugasnya yaitu menangani perumusan dan administrasi perjanjian kerja sama internasional. Sementara itu, untuk Kasubbid Bantuan Militer kurang efektif mengingat penyusunan perjanjian kerja sama memerlukan perumusan dan pengurusan administrasi, sedangkan di sisi lain perlu ada tugas yang bertanggung jawab untuk menyusun informasi kepentingan publisitas. Kerja sama internasional di wilayah ASEAN dan Non ASEAN perlu dirubah namanya disesuaikan dengan kewilayahan dan lingkup tugasnya. d. Prosmekhubja. Terdapat rentang komando yang cukup jauh di masingmasing bidang yaitu dari Kepala Sub Bidang (Kasubbid) berpangkat Letkol langsung ke Kapokmin yang dijabat oleh PNS golongan III/A s.d. III/B. berdasarkan tugasnya, Kapokmin memiliki tugas administrasi suratmenyurat, sehingga kondisi ini menyebabkan kurang optimalnya dalam mendukung tugas para Kasubbid sesuai fungsinya. e. DSP. 1) Terdapat ketidaksesuaian antara penjelasan grading antara DSP dengan Organisasi Tugas Puskersin TNI untuk jabatan Kabid Evadatin, dimana didalam DSP jabatan tersebut dijabat oleh Pamen berpangkat Kolonel Promosi, namun dalam penjelasan organisasi dan tugas, jabatan tersebut dijabat oleh Kolonel Mantap. Selain itu, terdapat dua grading yang berbeda untuk kepangkatan yang sama, yaitu Jabatan Kapokmin dijabat oleh PNS Golongan III/A s.d. III/B memiliki grading 6 dan 7 Kerancuan DSP yang memuat pangkat, golongan dan grading bagi personel akan menyulitkan bagian personel untuk memberikan hak dan tunjangan bagi personel. 2) Berdasarkan perhitungan analisa beban kerja personel Puskersin TNI Tahun 2015 rata-rata cukup tinggi, jumlah personel dihadapkan pada tuntutan tugas belum seimbang, sebagai berikut: 10 No. Unit Kerja DSPP Pers nyata 9 6 8 1. 2. 3. Pimpinan Bidang Jankerma Bidang Kerma ASEAN 4. Bidang Kerma Non-ASEAN 5. Bidang Protkun 6. Bidang Evadatin 7. Pokli 8. Bagian Renprogar 9. Bagian Minperslog 10. Bagian Taud Jumlah IBK Formasi Pers Kebut Pers 8 6 8 Total Beban Kerja 12655,55 10382,25 16026,67 111,82% 122,31% 141,61% 8,95 7,34 11,33 9 7 11 6 6 11220,08 132,18% 7,93 8 5 5 9 9 9 5 5 7 9 9 9220,26 8329,7 11070,12 15367,17 13860,25 130,35% 117,76% 111,79% 120,69 108,86% 6,52 5,89 7,83 10,86 9,80 7 6 8 11 10 21 87 21 84 29674,73 99,89% 20.98 21 98 f. Perlengkapan. Perlengkapan/data inventaris yang dimiliki oleh Puskersin TNI saat ini masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan standar yang dibutuhkan. Data inventaris saat ini sebagai berikut: No. 1. 2. Inventaris Kendaraan a. Sedan b. Minibus c. Sepeda Motor Alat Kantor a. Komputer b. Note book/Laptop c. Meja Kerja d. Almari/Rak Jumlah Unit Kebutuhan Unit Ket 8 16 10 8 21 13 Terpenuhi Kurang 5 Kurang 3 36 12 193 24 57 17 193 24 Kurang 21 Kurang 5 Terpenuhi Terpenuhi BAB IV ANALISA DAN EVALUASI 10. Umum. Keberadaan Puskersin TNI dihadapkan dengan tuntutan tugas pokok serta permasalahan yang dihadapi, maka perlu dilaksanakan analisa dan evaluasi terhadap organisasi Puskersin TNI saat ini supaya mendapatkan gambaran yang tepat dan sesuai terhadap tujuan dibentuknya Puskersin TNI. 11 11. Analisa. a. Tugas. 1) Puskersin TNI bertugas membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan, mengorganisasikan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI, rumusan tugas sudah sesuai dengan bentuk organisasi sebagai Badan Pelaksana Pusat, karena dalam merumus kebijakan kerja sama internasional bersifat membantu memberikan masukan dan menyelenggarakan kebijakan, sehingga tugas ini perlu diperjelas dalam perumusan Tugas Puskersin TNI. 2) Penjelasan salah tugas di bidang Protkun yang kurang spesifik akan menimbulkan banyak penafsiran sampai sejauh mana tugas bidang Protkun dalam menangani kunjungan instansi luar negeri ke lingkungan TNI. Sebenarnya tugas yang dimaksud adalah melaksanakan protokol dan kunjungan instansi luar negeri kepada Panglima/Kasum TNI. b. Fungsi. 1) Pembentukan organisasi baru menimbulkan konsekuensi penyusunan peranti lunak yang baru sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas dan tata cara mekanisme dalam berkoordinasi dengan Satker lainnya. Sebagai contoh fungsi Puskersin TNI selaku supervisi dan evaluasi terhadap kegiatan kerja sama di lingkungan TNI belum berjalan dengan optimal karena kerja sama internasional di lingkungan TNI belum melibatkan Puskersin TNI dan belum termonitor dengan baik dan pada akhirnya pelaksanaan kerja sama internasional belum dapat dievaluasi secara optimal. Sementara itu, dalam struktur organisasi Puskersin TNI belum ada jabatan yang menangani penyusunan peranti lunak dan saat ini sebagai leading sector penyusunan peranti lunak di bidang kerja sama internasional adalah Kelompok Ahli. Hal ini akan berdampak kurang optimalnya belum ada yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam perencanaan penyusunan peranti lunak yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan internasional. 2) Belum terwadahinya tugas yang bertanggungjawab kepentingan publisitas kegiatan kerja sama internasional. untuk 3) Belum terwadahinya jabatan yang menangani evaluasi kegiatan program dan anggaran serta SIMAK BMN, sehingga pelaksanaan fungsi organik militer di bidang perencanaan dan logistik belum terlaksana secara optimal. c. Struktur Organisasi. 1) Perbedaan antara tugas dan tanggung jawab Sespuskersin TNI dengan struktur organisasi menyebabkan kerancuan baik di internal Puskersin TNI maupun secara eksternal. Berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/186/III/2013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Buku Petunjuk Induk Organisasi TNI, Sespuskersin TNI termasuk dalam eselon pimpinan oleh karena itu perlu merubah struktur organisasi. 12 2) Beberapa jabatan Kasubbid terutama di bawah Bidang Jankerma dan Bidang Kerja Sama ASEAN perlu disesuaikan nama dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kasubbid Banmil dirubah menjadi Kasubbid informasi yang secara struktur lebih tepat dibawah Bidang Evadatin. d. Prosmek Hubja. Setiap bidang dijabat oleh Kepala Bidang berpangkat Kolonel yang dibantu oleh Kasubbid yang berpangkat Letnan Kolonel. Setelah itu dibantu oleh Kapokmin yang dijabat oleh PNS yang berpangkat Golongan III/A atau III/B dan Bintara Operator Komputer. Dalam pelaksanaan tugas di masing-masing bidang tidak hanya merumuskan naskah yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan kerja sama internasional tetapi juga memerlukan koordinasi yang tinggi baik di lingkungan internal TNI, maupun dengan counterpartnya seperti kementerian terkait dan Angkatan Bersenjata negara asing. Untuk mengatasi kondisi tersebut memang dibutuhkan manajemen waktu yang ketat, namun dengan semakin padatnya kegiatan kerja sama internasional maka kondisi tersebut mengakibatkan kurang optimalnya hasil yang dicapai, karena beban kerja para Kabid dan Kasubbid sangat tinggi. Sebagai perbandingan, pada Balakpus TNI lainnya yang setingkat bintang satu, jabatan setingkat Kasubbid dibantu oleh seorang Kasi yang berpangkat Mayor. e. DSP. 1) Dari hasil perhitungan analisa beban pada setiap bidang rata-rata memiliki total beban kerja yang cukup tinggi sehingga perlu penambahan formasi personel. 2) Perbedaan penjelasan grading untuk jabatan Kabid Evadatin perlu direvisi untuk memberikan kepastian. Adanya grading yang berbeda untuk golongan yang sama yaitu jabatan Kapokmin yang dijabat oleh PNS Golongan III/A dan Golongan III/B dengan grading 6 dan 7, seyogyanya disamakan dengan Balakpus TNI lainnya yang setingkat bintang satu dengan jabatan yang sama yaitu Kaurmin yang dijabat oleh PNS Golongan III/B memiliki grading 7. Hal ini untuk memberikan kejelasan dalam memberikan tunjangan kinerja. Adanya jabatan rangkap yang diakibatkan belum terwadahinya jabatan tersebut dalam struktur organisasi mengakibatkan tingginya beban kerja salah satu personel serta hasil kerjanya kurang maksimal. f. Perlengkapan. Perlengkapan/inventaris yang dimiliki oleh Puskersin TNI belum terdukung sesuai standar kebutuhan terutama kendaraan dan komputer. Tidak semua jabatan setingkat Kasubbid mendapat dukungan kendaraan serta komputer, hal ini menjadi kendala dalam pencapaian penyelesaian tugas pokok. 12. Evaluasi. Pembentukan Puskersin TNI memang dimaksudkan untuk menjawab tuntutan tugas TNI di bidang kerja sama internasional. Mengacu dari analisa di atas dan tuntutan tugas ke depan maka struktur Puskersin TNI saat ini perlu dievaluasi dari segi struktur organisasi maupun DSP yang berlaku saat ini, guna memperoleh hasil yang lebih optimal. a. Tugas. Rumusan tugas Puskersin TNI lebih dijelaskan dalam menyelenggarakan Kebijakan kerja sama internasional karena sesuai dengan bentuk organisasi yaitu sebagai Badan Pelaksana Pusat. Untuk menjelaskan secara spesifik tugas bidang Protkun terutama di bidang merencanakan, mengatur pelaksanaan dan mengendalikan kunjungan instansi luar negeri ke lingkungan TNI 13 menjadi merencanakan, mengatur pelaksanaan dan mengendalikan kunjungan instansi luar negeri kepada Panglima/KasumTNI. b. Fungsi. Keberadaan Puskersin TNI merupakan suatu kebutuhan di lingkungan TNI untuk pembinaan dan mengorganisir kegiatan kerja sama internasional. Oleh karena itu, keberadaan Puskersin TNI yang relatif baru harus ditindaklanjuti dengan aturan-aturan yang menekankan kepada seluruh Satker penyelenggara kegiatan kerja sama internasional termasuk Angkatan untuk melibatkan Puskersin TNI dalam pelaksanaan kegiatan kerja sama internasional, sehingga fungsi Puskersin TNI dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk fungsi penyusunan peranti lunak menjadi tanggung jawab Kelompok Ahli. Untuk fungsi peranti lunak dimasukkan dalam tugas di salah satu Bidang Ahli yaitu Ahli Bidang Hukum dan Peranti Lunak. Sementara itu, untuk evaluasi isi perjanjian dilaksanakan berdasarkan evaluasi dari kegiatan kerja sama oleh karena itu perlu merevisi fungsi evaluasi dan data informasi khusus melakukan evaluasi, mengolah dan menyimpan data/informasi terhadap kegiatan kerja sama internasional. Untuk kepentingan publisitas perlu dibentuk jabatan setingkat Kasubbid yang menangani fungsi tersebut dibawah kendali Kabid Evadatin. c. Struktur Organisasi. Perlu merubah struktur organisasi Puskersin TNI menyesuaikan tuntutan tugas dan hasil analisa, termasuk merevisi uraian tugas dan jabatan disesuaikan dengan bentuk organisasi supaya supaya lebih spesifik. Hal yang pokok dari perubahan struktur organisasi Puskersin TNI adalah: 1) Struktur Sespuskersin TNI pada eselon pelayanan menjadi eselon pimpinan. 2) Perubahan nama dan tugas Kasubbid di Bidang Jankerma sebagai berikut: a) Kasubbid Perjanjian Kerja Sama disingkat Kasubbid Jankerma dirubah menjadi Kasubbid Perjanjian Internasional (Kasubbid Jan-Int), secara umum bertugas merumuskan perjanjian kerja sama internasional. b) Kasubbid Bantuan Militer disingkat Kasubbid Banmil divalidasi dan membentuk Kasubbid Informasi yang secara struktur berada di bawah Kabid Evadatin. c) Kasubbid Administrasi Kerja Sama disingkat Kasubbid Minkerma dirubah menjadi Kasubbid Administrasi Perjanjian Internasional disingkat Kasubbid Min Jan-Int. 3) Perubahan nama dan tugas Kasubbid di Bidang Kerma ASEAN dan Kerma Non ASEAN disesuaikan dengan kewilayahan dan lingkup tugasnya, sebagai berikut: a) Bidang Kerma ASEAN: (1) Kepala Sub Bidang Bilateral Militer disingkat Kasubbid Bilatmil dirubah menjadi Kasubbid Bilateral Wilayah I disingkat Kasubbid Bilat Wil I, yang secara umum menangani kerja 14 sama internasional di wilayah ASEAN khususnya negara Malaysia, Singapura, Kamboja, Laos dan Myanmar; (2) Kepala Sub Bidang Regional Militer disingkat Kasubbid Regmil dirubah menjadi menjadi Kasubbid Bilateral Wilayah II disingkat Kasubbid Bilat Wil II, yang secara umum menangani kerja sama internasional di wilayah ASEAN khususnya negara Philipina, Brunei Darussalam, Vietnam dan Thailand; dan (3) Kasubbid Kerja Sama Non Militer disingkat Kasubbid Kerma Nonmil dirubah menjadi Kasubbid Multilateral ASEAN disingkat Kasubbid Multi ASEAN yang bertugas menangani kegiatan kerja sama multilateral meliputi keamanan internasional dan misi damai serta bantuan kemanusiaan di wilayah ASEAN. b) Bidang Non ASEAN: (1) Kepala Sub Bidang Bilateral Militer disingkat Kasubbid Bilatmil dirubah menjadi Kasubbid Asia, Pasifik, Afrika disingkat Kasubbid Aspasaf yang bertugas menangani kerja sama internasional di negara-negara Asia, Pasifik dan Afrika; (2) Kepala Sub Bidang Multilateral Militer disingkat Kasubbid Multimil dirubah menjadi Kasubbid Amerika dan Eropa disingkat Kasubbid Amerop yang bertugas menangani kerja sama internasional di negara-negara Amerika dan Eropa; (3) Kasubbid Kerja Sama Non Militer disingkat Kasubbid Kerma Nonmil dirubah menjadi Kasubbid Multilateral Non ASEAN disingkat Kasubbid Multi Non ASEAN yang bertugas menangani kegiatan kerja sama multilateral meliputi keamanan internasional dan misi damai serta bantuan kemanusiaan di wilayah Non ASEAN. 4) Penambahan Kasubbid di Bidang Evadatin. Kasubbid Informasi yang bertugas menyusun informasi untuk kepentingan publikasi. 5) Menambahkan tugas Ahli Hukum dibawah Kelompok Ahli menjadi Ahli Hukum dan Penak. 6) Menambahkan jabatan Kasi di rentang komandonya tidak terlalu jauh. yang belum terwadahi yaitu Kaur SIMAK yang kurang produktif yaitu Kaurmin administrasi (Tamin) di tiap-tiap bidang. masing-masing Bidang, supaya Penambahkan beberapa jabatan BMN dan menghapuskan jabatan Bagminperslog, serta tamtama d. Prosmekhubja. Adanya beban kerja yang sangat tinggi dan tugas Kabid Kerma ASEAN dan Kerma Non ASEAN sebagai sekretaris HLC juga mengoordinir para Sub Committee maka perlu menaikkan grading bagi Kepala Bidang Kerma ASEAN dan Kerma Non ASEAN dari Kolonel Promosi menjadi Kolonel Mantap. Selain itu, perlu menambahkan dalam uraian Prosmekhubja jabatan Kasi yang dapat menjembatani antara Kasubbid dan Kapokmin di masing-masing bidang. 15 e. DSP. Perlu perubahan dan penambahan DSP disesuaikan dengan kebutuhan personel guna mengantisipasi beban kerja yang terlalu tinggi, adanya jabatan rangkap serta penyesuaian grading sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (Perbandingan DSP lama dan Usulan DSP, terlampir) f. Perlengkapan. Perlu melengkapi kebutuhan perlengkapan/inventaris kantor dalam rangka mendukung kelancaran tugas sehari-hari. BAB V KONSEP ORGANISASI YANG DISARANKAN 13. Umum. Keberadaan Puskersin TNI saat ini, dihadapkan dengan tuntutan tugas dan perkembangan lingkungan strategis ke depan, perlu merevisi organisasi Puskersin TNI serta DSP yang berlaku saat ini, supaya dapat melaksanakan tugas kerja sama internasional secara optimal. 14. Kedudukan. Pusat Kerja sama Internasional TNI disingkat Puskersin TNI merupakan Badan Pelaksana Pusat TNI yang berkedudukan dan bertanggungjawab langsung kepada Panglima TNI. 15. Tugas. Membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan, menyelenggarakan dan mengoordinasikan kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI. 16. Fungsi. a. Fungsi Utama: 1) Bidang Perjanjian. Merumuskan perjanjian kerja sama TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain, bertindak selaku penyelia (supervisi) terhadap perumusan perjanjian kerja sama di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan (service to service); 2) Bidang Kerja Sama ASEAN. Mengoordinasikan kepentingan diplomasi TNI dengan instansi/lembaga pemerintahan, bertindak sebagai penyelia (supervisi) dalam kegiatan kerja sama internasional, mengoordinasikan dan memantau kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan dalam lingkup kerja sama ASEAN; 3) Bidang Kerja Sama Non-ASEAN. Mengoordinasikan kepentingan diplomasi TNI dengan instansi/lembaga pemerintahan, bertindak sebagai penyelia (supervisi) dalam kegiatan kerja sama internasional, mengoordinasikan dan memantau kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan di lingkungan Mabes TNI dan Angkatan dalam lingkup kerja sama Non-ASEAN; 4) Bidang Protokol dan Kunjungan. Melaksanakan kegiatan protokol dan kunjungan Panglima/Kasum TNI ke negara sahabat serta tamu 16 Panglima Angkatan Bersenjata/setingkat negara asing ke Panglima/Kasum TNI dalam rangka kerja sama internasional; dan 5) Bidang Evaluasi dan Data Informasi. Mengumpulkan, mengolah, menganalisa, mengevaluasi dan menyimpan data serta menginformasikan kegiatan kerjasama internasional di lingkungan TNI. b. Fungsi Organik Militer. Menyelenggarakan kegiatan di bidang perencanaan, pengamanan, operasi, personel, logistik dan administrasi umum. 17. Kemampuan dan Batas Kemampuan. Keberadaan Puskersin TNI sebagai Satker bentukan baru di lingkungan TNI dimaksudkan untuk menjawab tuntutan tugas TNI di bidang kerja sama internasional sehingga mampu: a. merumuskan rencana/konsep perjanjian kerja sama TNI dengan Angkatan Bersenjata negara lain, sehingga klausul-klausul yang ada dalam lingkup kerja sama sudah sejalan dengan kepentingan/keinginan TNI dan dapat diaplikasikan oleh kedua Angkatan Bersenjata. Selain itu juga membantu/mendorong percepatan proses ratifikasi perjanjian yang ada dengan mengoordinasikan kepentingan TNI dengan instansi/lembaga pemerintah terkait; b. dengan adanya Puskersin TNI dengan fungsi “mengoordinir dan membina kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI”, maka setiap penyelenggaraan kerja sama internasional yang dilaksanakan oleh Satker TNI/Angkatan sesuai masing-masing bidang dapat lebih terkoordinir, sehingga setiap kegiatan dapat terlaksana dengan tertib dan tidak bertentangan dengan kepentingan bidang lain maupun kebijakan yang telah ditentukan; c. Puskersin TNI mempunyai fungsi untuk “melakukan evaluasi terhadap kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI, untuk memberikan masukan bagi pemimpin terhadap kegiatan kerja sama internasional kedepan. d. untuk mendukung tugas tersebut perlu aturan/peranti lunak yang berkaitan dengan kegiatan kerja sama internasional sebagai pedoman di lingkungan TNI dalam menyelenggarakan kegiatan kerja sama internasional. 17 18. Struktur Organisasi Puskersin TNI yang Disarankan. STRUKTUR ORGANISASI PUSKERSIN TNI YANG DISARANKAN KAPUSKERSIN TNI SESPUSKERSIN EselonPimpinan EselonPembantuPimpinan BID PERJANJIAN KERMA SUBBID JAN INT SUBBID MIN JAN INT BID KERMA ASEAN BID KERMA NON-ASEAN SUBBID BILAT WIL I SUBBID BILAT WIL II SUBBID MULTI ASEAN SUBBID ASPASAF SUBBID AMEROP SUBBID MULTI NON ASEAN BID EVADATIN SUBBID EVA KERMA SUBBID DATA KERMA SUBBID INFO KERMA BID PROTOKOL & KUNJUNGAN POKLI SUBBID PROTOKOL AHLI BID BAHASA SUBBID KUNJUNGAN AHLIBID HUKUM& PENAK AHLIBID HUB INTERNASIONAL EselonPelayanan KABAG RENPROGAR KABAG MINPERSLOG KABAG TAUD 18 a. Eselon Pimpinan. 1) Kepala Pusat Kerja Sama Internasional TNI disingkat Kapuskersin TNI dengan pangkat Bintang Satu P. 3) Sekretaris Pusat Kerja Sama Internasional Sespuskersin TNI dengan pangkat Kolonel M. b. TNI disingkat Eselon Pembantu Pimpinan. 1) Kepala Bidang Perjanjian Kerja Sama, disingkat Kabid Jankerma, dengan pangkat Kolonel P, dibantu oleh: a) Kepala Sub Bidang Perjanjian Internasional disingkat Kasubbid Jan Int dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Perjanjian Kerjasama internasional disingkat Kasi Jan Int dengan pangkat Mayor; dan b) Kepala Sub Bidang Administrasi Perjanjian Internasional disingkat Kasubbid Min Jan-Int dengan pangkat Letkol M. 2) Kepala Bidang Kerja Sama ASEAN, disingkat Kabid Kerma ASEAN, dengan pangkat Kolonel M dibantu oleh: a) Kepala Sub Bidang Bilateral Wilayah I, disingkat Kasubbid Bilat Wil I dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Bilateral Wilayah I, disingkat Kasi Bilat Wil I dengan pangkat Mayor; b) Kepala Sub Bidang Bilateral Wilayah II, disingkat Kasubbid Bilat Wil II dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Bilateral Wilayah II, disingkat Kasi Bilat Wil II dengan pangkat Mayor; dan c) Kepala Sub Bidang Multilateral ASEAN, disingkat Kasubbid Multi ASEAN dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Multilateral ASEAN, disingkat Kasi Multi ASEAN dengan pangkat Mayor. 3) Kepala Bidang Kerja sama Non-ASEAN, disingkat Kabid Kerma NonASEAN, dengan pangkat Kolonel M dibantu oleh: a) Kepala Sub Bidang Asia, Pasifik dan Afrika, disingkat Kasubbid Aspasaf dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Asia, Pasifik dan Afrika disingkat Kasi Aspasaf dengan pangkat Mayor; b) Kepala Sub Bidang Amerika dan Eropa, disingkat Kasubbid Amerop dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Amerika dan Eropa disingkat Kasi Amerop dengan pangkat Mayor; dan c) Kepala Sub Bidang Multilateral Non-ASEAN, disingkat Kasubbid Multi Non-ASEAN dengan pangkat Letkol M, dibantu oleh Kepala Seksi Multilateral Non-ASEAN, disingkat Kasi Multi NonASEAN dengan pangkat Mayor. 19 4) Kepala Bidang Kerja Sama Evaluasi, Data dan Informasi, disingkat Kabid Evadatin, dengan pangkat Kolonel P dibantu oleh: a) Kepala Sub Bidang Evaluasi Kerjasama, disingkat Kasubbid Evakerma dengan pangkat Letkol M dibantu oleh Kepala Seksi Evaluasi Kerjasama, disingkat Kasi Evakerma dengan pangkat Mayor; b) Kepala Sub Bidang Data Kerjasama, disingkat Kasubbid Data dengan pangkat Letkol M; dan c) Kepala Sub Bidang Informasi, disingkat Kasubbid Info. 5) Kepala Bidang Protokol dan Kunjungan, disingkat Kabid Protkun, dengan pangkat Kolonel P dibantu oleh: a) Kepala Sub Bidang Protokol, disingkat Kasubbid Prot, dengan pangkat Letkol M; b) Kepala Sub Bidang Kunjungan, disingkat Kasubbid Kunjungan, dengan pangkat Letkol M; dan c) Kepala Urusan Protokol, disingkat Kaur Prot dengan pangkat Kapten. 6) Kepala Kelompok Ahli, disingkat Kapokli, dengan pangkat Kolonel P dibantu oleh: c. a) Ahli Bidang Bahasa dengan pangkat Letkol P; b) Ahli Bidang Hukum dan Penak dengan pangkat Letkol P; dan c) Ahli Bidang Hubungan Internasional dengan pangkat Letkol P. Eselon Pelayanan. 1) Kepala Bagian Perencanaan Program dan Anggaran, disingkat Kabag Renprogar, dengan pangkat Letkol M dibantu oleh: a) Kepala Sub Bagian Perencanaan, disingkat Kasubbagren, dengan pangkat Mayor dibantu oleh Kepala Urusan Perencanaan, disingkat Kaur Ren, dengan pangkat Kapten; b) Kepala Sub Bagian Program dan Anggaran, disingkat Kasubbagprogar, dengan pangkat Mayor dibantu oleh Kepala Urusan Program dan Anggaran, disingkat Kaur Progar, dengan pangkat Kapten; dan c) Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Kasubbagevalap, dengan pangkat Mayor. Laporan, disingkat 20 2) Kepala Bagian Administrasi Personel dan Logistik, Kabagminperslog, dengan pangkat Letkol M dibantu oleh: disingkat a) Kepala Sub Bagian Administrasi Personel, disingkat Kasubbag Minpers dibantu oleh Kepala Urusan Administrasi Personel, disingkat Kaur Minpers, dengan pangkat Kapten; dan b) Kepala Urusan Administrasi Logistik, disingkat Kaur Minlog, dengan pangkat Kapten. c) Kepala Urusan Simak BMN disingkat Kaur SIMAK BMN. 3) Kepala Bagian Tata Usaha dan Urusan Dalam, disingkat Kabagtaud, dengan pangkat Letkol P, dibantu oleh: a) Kepala Urusan Tata Usaha, disingkat Kaurtu, dengan pangkat PNS Golongan III/C s.d. III/D; b) Kepala Urusan Dalam, disingkat Kaurdal, dengan pangkat Kapten; dan c) Kepala Urusan Pengamanan Kaurpamops, dengan pangkat Kapten. dan Operasi, disingkat 19. Jumlah Personel. Hasil evaluasi selama kurun waktu dua tahun jumlah personel yang dibutuhkan 99 orang (dari sebelumnya sesuai DSP sejumlah 87 orang) dengan rincian: a. 20. Perwira : 48 orang (bertambah 10 orang); dengan rincian: 1) Pati Bintang 1 P = 1 orang; 2) Kolonel Mantap = 1 orang (tetap); 3) Kolonel Promosi = 6 orang (tetap); 4) Letkol Mantap = 15 orang (tetap); 5) Letkol Promosi = 4 orang (tetap); 6) Mayor = 12 orang (bertambah 9 orang); 7) Kapten = 8 orang (bertambah 1 orang); 8) Lettu = - (tetap) 9) Letda = 1 orang (tetap) b. Bintara : 13 orang (bertambah 2 orang); c. Tamtama : 13 orang (bertambah 5 orang); dan d. PNS : 25 orang (berkurang 5 orang). Ruang Kerja. Tidak perlu tambah ruang, hanya pengaturan tempat. 21 BAB VI PENUTUP 21. Kesimpulan. a. Keberadaan Puskersin TNI selama kurun waktu dua tahun ini dapat disimpulkan memang merupakan suatu “kebutuhan” dalam organisasi TNI untuk membina dan mengorganisir kegiatan kerja sama internasional di lingkungan TNI. Dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kurun waktu tersebut serta prediksi ke depan dimana negara-negara dunia akan lebih banyak memilih mengadakan kerja sama internasional untuk kepentingan negaranya, termasuk Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan juga akan meningkatkan jumlah kerja sama di bidang pertahanan. Oleh karena itu, keberadaan Puskersin TNI harus mampu menjawab tantangan tugas tersebut. b. Dari hasil evaluasi tersebut, maka perlu merevisi struktur organisasi yang ada saat ini terkait dengan tugas, fungsi, DSP dengan menyesuaikan prosedur dan mekanisme dalam melaksanakan hubungan kerja, situasi yang ada saat ini serta perkembangan ke depan. Selain itu, struktur organisasi perlu menyesuaikan dengan counterpart, supaya dapat melaksanakan koordinasi secara optimal. c. Untuk mendukung kelancaran tugas kedepan perlu memenuhi perlengkapan yang dibutuhkan oleh Puskersin TNI. 22. Saran. a. Mohon menyarankan untuk merevisi struktur organisasi Puskersin TNI sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pertimbangan permasalahan yang timbul dan perkembangan situasi ke depan. b. Organisasi yang disarankan merupakan organisasi Puskersin TNI yang ideal untuk menangani semua bentuk kerja sama internasional di lingkungan TNI, namun dengan mempertimbangkan kebijakan pemimpin TNI di bidang personel tentang zero growth, maka pengisian personel sesuai DSP yang disarankan, dapat diisi secara bertahap sesuai dengan skala prioritas di masing-masing bidang Puskersin TNI. c. Mohon menyarankan untuk memenuhi perlengkapan yang dibutuhkan oleh Puskersin TNI secara bertahap dengan mempertimbangkan skala prioritas. Demikian naskah laporan evaluasi pelaksanaan Organisasi Pusat Kerja sama Internasional TNI sebagai bahan masukan kepada Panglima TNI dalam menentukan langkah kebijakan selanjutnya. Jakarta, Juni 2016 Kepala Puskersin TNI, Paraf: Kabagtaud : Kabid Evadatin : Sespuskersin Paraf: Kabagtaud : : Tatit Eko Witjaksono, S.E., M.Tr. (Han) Laksamana Pertama TNI