BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengendalian Manajemen 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen Sistem pengendalian manajemen adalah suatu kegiatan dan strategi pencapaian tujuan dengan mempengaruhi dan mengendalikan semua orang dalam organisasi tersebut untuk secara bersama-sama mengimplementasikan tujuan organisasi dalam masing-masing bagiannya secara efektif dan efisien. Menurut Edy Sukarno (2002:6) mendefinisikan sistem pengendalian manajemen sebagai berikut: Sistem pengendalian manajemen diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling berhubungan, yakni pemrograman, penganggaran, pelaporan akuntabilitas dan kinerja serta sistem pendelegasian wewenang untuk membantu manajemen suatu organisasi/perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui strategi tertentu secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut Sunarto (2007:3) mengemukakan pengertian sistem pengendalian manajemen sebagai berikut: Sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan untuk mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan tersebut. Sistem pengendalian manajemen yang terdiri dari struktur dan proses pada gilirannya menentukan keterampilan (skillset) yang perlu dimiliki oleh manajer 9 10 untuk menjalankan sistem tersebut. Oleh karena itu, manajer menjadi titik-titik pusat pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen akan memfokuskan seluruh prosesnya pada setiap pusat pertanggungjawaban (responsibility center) seperti yang dikemukakan oleh Supriyono (1993:243): Implementasi konsep sistem pengendalian manajemen ini akan memfokuskan seluruh prosesnya pada setiap pusat pertanggungjawaban (responsibility center) sebagai unit-unit organisasi yang ada dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengendalian manajemen, para manajemen menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien yang mencakup perusahaan secara keseluruhan, sehingga diharapkan dapat membantu dan mengkoordinasikan suatu proses pengambilan keputusan dan mendorong setiap individu dalam suatu organisasi merasa terlibat dalam proses tersebut. 2.1.2 Struktur Sistem Pengendalian Manajemen Menurut Sunarto (2007:228) “struktur sistem merupakan komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem”. Struktur sistem pengendalian manajemen terdiri dari unit-unit yang ada dalam suatu perusahaan yang berupa pusat-pusat pertanggungjawaban dan juga ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai prestasi tiap-tiap manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. Sehingga dengan struktur pengendalian manajemen ini, dapat memberi atau meminta tanggung jawab terhadap manajer pusat pertanggungjawaban sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. 11 2.1.3 Proses Pengendalian Manajemen Proses pengendalian manajemen adalah bagaimana sistem tersebut bekerja dalam suatu perusahaan. Dalam proses pengendalian manajemen dikenal dengan adaya dua jenis komunikasi yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Sunarto (2007:228) mengemukakan mengenai proses sistem pengendalian manajemen sebagai berikut: …proses sistem pengendalian manajemen terdiri dari enam tahap: sistem perumusan strategi, sistem perumusan rencana strategik, sistem penyusunan program, sistem penyusunan anggaran, sistem implementasi, dan sistem pemantauan. Kebanyakan proses pengendalian manajemen melibatkan komunikasi dan interaksi informal di kalangan manajer dan karyawan. Komunikasi ini terjadi melalui rapat, percakapan, memo bahkan melalui isyarat-isyarat. Sedangkan komunikasi formal, hampir semua perusahaan memilikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Edy Sukarno (2002:4) sebagai berikut: Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses: 1. Pemrograman (Programming) 2. Penganggaran ( Budgeting) 3. Operasi dan Akuntansi (Operating and Accounting) 4. Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis) 12 2.2 Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban 2.2.1 Pengertian Akuntansi Menurut Soemarso (1996:5) pengertian akuntansi dapat dipaparkan yaitu “Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Horngren, Harrison, Robinson, dan Secokusumo (1997:2) mengemukakan bahwa “Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan”. Munawir (2004:5) juga mengemukakan mengenai definisi akuntansi sebagai berikut: Akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan, dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepattepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu proses pencatatan, mengidentifikasikan, dan melaporkan informasi data keuangan suatu organisasi untuk melaksanakan kegiatan organisasi tersebut. 2.2.2 Pengertian Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari akuntansi manajemen dan juga merupakan salah satu alat penting yang sering digunakan untuk pengendalian manajemen. Ide utama dari akuntansi pertanggungjawaban 13 menurut Anthony, Welsch, dan Reece (1994) adalah “informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan jenis informasi yang paling cocok untuk proses perencanaan dan pengendalian kegiatan pusat-pusat pertanggungjawaban”. Informansi akuntansi dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh tiap-tiap manajer. Sistem akuntansi pertanggungjawaban menghubungkan informasi akuntansi manajemen dengan wewenang yang dimiliki manajer, kemudian didelegasikan pada manajer di bawahnya. Pendelegasian wewenang menuntut manajer bawah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang kepada manajer diatasnya. Pada umumnya organisasi dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang diberi tanggung jawab tertentu. Bagian ini disebut divisi, departemen, unit bisnis dan lain-lain. Setiap bagian berisi individu-individu yang bertanggungjawab atas tugas atau fungsi manajerial tertentu. Pemimpin organisasi harus memastikan bahwa individu dalam setiap departemen bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh pihak manajer puncak. Dengan demikian tanggungjawab timbul sebagai akibat adanya pendelegasian wewenang dari suatu tingkat manajemen yang tinggi ke tingkat manajemen yang lebih rendah. Untuk dapat dimintai pertanggungjawaban, manajemen tingkat yang lebih rendah harus mengetahui wewenang apa yang didelegasikan kepadanya oleh atasan dan berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang tersebut pada manajer atasannya. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan konsep dan alat yang digunakan manajemen untuk mengukur prestasi individu dan departemen dalam rangka pencapaian tujuan tersebut. 14 Menurut Robert N. Antony dan Vijay (2002:112) “Sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebuah unit dalam organisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas bersangkutan”. Sedangkan pengertian sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut Welsch, Hilton, dan Gordon (2000:36) adalah sebagai berikut: Sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah salah satu dari beberapa dasar perencanaan dan pengendalian laba yang terdapat dalam suatu proses manajemen, komitmen manajerial, struktur organisasi, peroses perencanaan (strategis dan taktis), proses pengendalian, saluran komunikasi, akuntansi berdasarkan tanggungjawab, prinsip pengecualian dan suatu program manajemen prilaku. Adapun pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:188) adalah sebagai berikut: Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasinya dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan. Menurut Ray H. Garrison (John Hinggris, 1952:94) mengemukakan bahwa: Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disesuaikan dengan suatu organisasi sedemikian rupa sehingga biaya yang dikumpulkan dan dilaporkan berdasarkan tingkat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi hanya dibebani biaya yang menjadi tanggungjawabnya dan yang berada dalam kendalinya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kesimpulan umum mengenai pengertian akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun menurut struktur organisasi yang digunakan di dalam perusahaan, dimana dalam struktur organisasi tersebut terdapat pusat-pusat pertanggungjawaban sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan baik yang terencana 15 maupun yang sesungguhnya terjadi dapat dilakukan menurut tingkatan manajemen yang ada dalam organisasi. Dengan demikian, memungkinkan manajer menggunakan laporan-laporan alat pengendali biaya operasi perusahaan. Dari laporan-laporan tersebut akan diketahui bagaimana di dalam organisasi yang mengalami penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan tersebut. Berikut ini adalah pendapat dari Anderson dan Sollenberger (1995:100): Responsibility accounting has no universal definitation but it does mean that accounting system is focused on managerial concern. Responsibility implies that manager action are controlled by comparing actual performance to a plan. Plans are created by managers for their respective areas of responsibility and compared to their actual results for thoses areas. Authority and control are linked trhough responsibility for planning executing, reporting and analizing. Dari penjelasannya dapat kita lihat beberapa hal penting sebagai berikut: a. Sistem akuntansi pertanggungjawaban berfokus pada hal-hal yang menyangkut manajemen. b. Pertanggungjawaban berarti bahwa tindakan yang akan dilakukan manajer akan dikendalikan dengan cara membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. c. Tiap-tiap manajer akan membuat rencana (anggaran). 2.2.3 Tujuan, Manfaat dan Karakteristik Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Tujuan utama akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk membantu perencanaan dan pengendalian terhadap aktivitas setiap pusat 16 pertanggungjawaban. Perencanaan adalah membuat anggaran bagi setiap pertanggungjawaban dan pengendaliannya adalah membandingkan anggaran biaya atau pendapatan dengan biaya atau pendapatan sesungguhnya. Apabila hasil perbandingan menunjukkan penyimpangan, maka dicari penyebabnya dan menghubungkan terjadinya biaya dengan orang yang bertanggungjawab untuk setiap tingkatan manajemen. Informasi akuntansi pertanggungjawaban dapat berupa informasi historis, yang berupa aktiva, pendapatan dan/atau biaya masa lalu dan juga dapat berupa informasi masa yang akan datang. Menurut Elwood L. Miller (1984:34) mengenai tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut: “… is to assist the managers of subunits to plan and operate activities and ultimately, to serve as the basis for equitable evaluation of subunits and their managers”. Maksud dari pendapat di atas adalah untuk membantu subunit-subunitnya dalam merencanakan dan menjalankan aktivitas mereka dan akhirnya dapat dipakai sebagai dasar evaluasi yang pantas bagi subunit-subunit dan para manajer mereka. Adapun manfaat sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:175) adalah sebagai berikut: 1. Dasar Penyusunan Anggaran Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role satting) dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber 17 daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk mememungkinkannya melaksanakan perannya. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengirim peran (role sending device) kepada manajer yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan. 2. Penilai Manajer Pusat Pertanggungjawaban Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut belum menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan/atau biaya yang akan menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan/atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor (score) yang dibuat oleh setiap manajer 18 dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan. 3. Pemotivasi Manajer Jika dalam struktur penghargaan (reward strukture) perusahaan, informasi akuntansi merupakan bagian yang signifikan, maka informasi akuntansi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui dua jalur berikut ini: a. Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan mempengaruhi kemungkinan usaha diberi penghargaan. Jika struktur penghargaan sebagian berdasarkan atas informasi akuntansi, maka manajer akan berkeyakinan bahwa kinerjanya yang diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban (informasi masa lalu) akan diberi penghargaan yang sebagian besar berdasarkan atas informasi akuntansi. Kemungkinan kinerja akan memperoleh penghargaan inilah yang memotivasi manajer untuk meningkatkan usaha. b. Secara tidak langsung informasi akuntansi pertanggungjawaban berdampak terhadap motivasi melalui nilai penghargaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban (berupa informasi masa lalu) digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Jika struktur penghargaan sebagian besar didasarkan atas informasi akuntansi, manajer akan memperoleh kepuasan. Kepuasan manajer atas penghargaan yang diterimanya dipengaruhi oleh penilaian manajer atas kepantasan penghargaan tersebut. Tinggi rendahnya kepuasaan manajer atas penghargaan yang diterimanya 19 berdampak atas tinggi rendahnya nilai penghargaan. Faktor yang terakhir ini berdampak pada motivasi manajer untuk berusaha. Sedangkan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:191) adalah sebagai berikut: 1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban. 2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. 3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran. 4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi. 2.2.4 Konsep Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Matz dan Usry (1991:257), konsep dasar akuntasnsi pertanggungjawaban adalah: 1. Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pertanggungjawaban manajer pada setiap tingkatan organisasi untuk tujuan penetapan anggaran masing-masing manajemen. Tiap-tiap pejabat yang bertanggungjawab atas pemenuhan wewenang harus bertanggungjawab atas biaya-biaya yang terjadi dari kegiatan. Konsep ini menimbulkan diperlakukannya klasifikasi biaya menjadi biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer pada suatu departemen tertentu. 2. Titik awal dari suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban terletak pada struktur organisasi, dimana batas wewenang dan tanggung jawab terhadap biaya tertentu telah dianggarkan dan ditetapkan dengan sepengetahuan dan kerjasama antara manajemen. 3. Anggaran untuk masing-masing pejabat harus dengan jelas dapat mengidentifikasi biaya yang dapat dikendalikan olehnya. Kode rekening harus dibuat sedemikian rupa sehingga pencatatan biayabiaya yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan dapat diselenggarakan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi: 1. Sistem harus didasarkan pada suatu pengelompokan tanggung jawab manajemen pada setiap tingkatan dalam organisasi perusahaan untuk tujuan penetapan anggaran. 20 2. Titik tolak untuk suatu sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban terletak pada struktur atau bagan organisasi. 3. Anggaran yang telah terpisah harus menetapkan secara jelas biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. 4. Sistem informasi formal dan non formal digunakan untuk menciptakan komunikasi yang lancar antara atasan dengan bawahan. 5. Gaya kepemimpinan yang mendukung berjalannya sistem yang sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan yang bersangkutan. 2.3 Pusat Pertanggungjawaban 2.3.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pusat pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat pertanggungjawaban dan tolak ukur kinerjanya. Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi. Desentralisasi berarti pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada tingkat manajernya yang lebih rendah. Suatu pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut pendapatan. Struktur pengendalian manajemen memfokuskan pada berbagai jenis pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dilakukan unit tersebut yang didefinisikan oleh Anthony Vijay (2000:128) adalah sebagai berikut “A responsibility center is an organization unit that headed by a manager by manager who is responsible for it’s activities”. 21 Pusat pertanggungjawaban yang merupakan bagian atau unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer terhadap unit yang dipimpinnya. Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan. Anderson dan Sollenderger (1992:102) menyatakan bahwa pusat pertanggungjawaban adalah tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitasnya. Manajer unit tersebut juga mengendalikan biaya dan pendapatan. A responsibility center (1) is any organization unit where management control exist over incurring cost or generating revenue. Organizational units maybe departement, plants, divitions, subsidiaries, groop, or an entire organizational. (2) is any organizational that has a spesific manager responsibility for activities. Dengan demikian, sebuah unit atau bagian dalam perusahaan dapat dikategorikan sebagai pusat pertanggungjawaban bila unit tersebut mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat diukur kinerja dari unit organisasi tersebut. Unit kerja dalam suatu organisasi selain dapat efisien juga harus efektif sebab salah satu syarat penting organisasi adalah menghasilkan laba. Pengendalian manajemen adalah suatu proses dimana manajemen menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini efektivitas diukur berdasarkan kaitan antara keluaran (output) pusat pertanggungjawaban dengan tujuan atau target yang ditetapkan. Sedangkan efisiensi adalah perbandingan pertanggungjawaban. keluaran dengan masukan (input) pusat 22 2.3.2 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban Mulyadi masukan dan (2001:425) menyatakan keluarnya dan bahwa berdasarkan hubungan di antara karakteristik keduanya, pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat yaitu: 1. Pusat Pendapatan ( Revenue Center) 2. Pusat Biaya (Cost Center) 3. Pusat Laba (Profit Center) 4. Pusat Investasi (Investment Center) 2.3.2.1 Pusat Pendapatan Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjwabannya dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Contoh pusat pendapatan adalah departemen pemasaran. Departemen pemasaran bertanggungjawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi di departemennya, karena biaya sering kali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh departemen tersebut. 23 2.3.2.2 Pusat Biaya Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya tersebut tidak dapat bertanggung jawab atas keluaran pusat biaya tersebut. Berdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannya, pusat biaya dibagi lebih lanjut menjadi pusat biaya teknik (engineered expense center) dan pusat biaya kebijakan (discretionary expense center). Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya. Karena hubungan antara masukan dan keluaran yang erat dan nyata ini, maka dapat dihitung ratio antara masukan dan keluaran, yang merupakan ukuran efisiensi pusat biaya teknik. Contoh pusat biaya teknik adalah departemen produksi. Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya atas dasar seberapa jauh dia dapat mempertahankan dan mengembangkan efisiensinya. Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Contoh biaya kebijakan adalah departemen akuntansi, departemen pemasaran, departemen personalia, dan departemen hubungan masyarakat. Proses pengendalian dalam pusat biaya kebijakan dimulai dengan pembuatan anggaran biaya yang disetujui oleh manajemen puncak. 24 Anggaran biaya ini merupakan batas atas pengeluaran biaya yang dapat dilakukan oleh manajer pusat biaya yang bersangkutan. Anggaran biaya ini bukan merupakan tolak ukur efisiensi, namun untuk memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. 2.3.2.3 Pusat Laba Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertnggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih antara pendapatan denagan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu dalam pusat laba, baik masukan maupun keluarannya diukur dalam satuan rupiah untuk menghitung laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja manajernya. Untuk pengukuran kinerja manajer pusat laba, pendapatan yang digunakan sebagai komponen perhitungan laba tidak selalu harus berasal dari penjualan produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba jika manajemen puncak menghendaki untuk mengukur keluaran pusat pertanggungjawaban tersebut dalam satuan rupiah dan manajer pusat pertanggungjawaban tersebut diukur kinerjanya atas dasar selisih antara pendapatan dengan biayanya. Dalam kenyataannya pusat laba tidak diukur kinerjanya dengan laba saja. Tanpa menghubungkan laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba, kinerja pusat laba tidak akan tercermin dari ukuran kinerja tersebut. Oleh karena itu, pusat laba dan pusat investasi pada dasarnya sama. 25 Kedua tipe pusat pertanggungjawaban tersebut diukur kinerjanya dari kemampuannya dalam menghsailkan laba dari investasi yang ditanamkan dalam pusat pertanggungjawaban tersebut. 2.3.2.4 Pusat Investasi Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertnaggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa ratio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Ukuran ini disebut dengan kembalian investasi (return on investment disingkat ROI), yang rumus perhitungannya adalah: laba dibagi investasi. Dapat pula manajer pusat investasi diukur prestasinya dengan menggunakan residual income, yang merupakan laba dikurangi dengan beban modal (capital charge), atau produktivitas yang merupakan ratio antara keluaran dengan masukan. Sedangkan pengertian pusat investasi menurut Gudono (1989: 243) adalah sebagai berikut: Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dimana manajernya mempunyai wewenang atau kemampuan mengendalikan laba dan investasi pada unit organisasi yang ia pimpin. Oleh karena itu, prestasi manajer tersebut diukur berdasarkan laba dan investasi, dan biasanya ukuran prestasi pusat investasi dinyatakan dalam ukuran ROI (Return on Investment) atau residual income. Kemudian Welsch, Hilton dan Gordon (2000:41) mengemukakan pengertian pusat investasi sebagai berikut: 26 Pusat investasi adalah suatu pusat tanggungjawab yang satu tingkat lebih tinggi dari pusat laba. Dalam suatu pusat investasi, manajer bertanggung jawab terhadap biaya, pendapatan, laba dan jumlah sumber daya yang diinvestasikan dalam harta yang digunakan oleh pusat tadi. Perencanaan dan pengendalian difokuskan pada pengembalian investasi yang dihasilkan oleh pusat tanggung jawab tersebut. 2.4 Pusat Investasi 2.4.1 Definisi Investasi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 13 paragraf 03 mendefinisikan investasi sebagai berikut: Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Kemudian John Downers dan Jordan Elliot Godman (1994:267) dalam “Dictionary of Finance and Investment” edisi III yang dialihbahasakan oleh Soesanto Budhidarmo menyatakan bahwa: Investasi adalah penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke resiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal. Investasi dapat menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana investor menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi usaha atau waktu seseorang yangin memiliki keuntungan dari keberhasilan kerjanya. Investasi berkonotasi gagasan bahwa keamanan pokok (investasi) adalah penting. Sebaliknya, spekulasi jauh lebih beresiko. Menurut Atkinson, Banker, Kaplan dan Mark Young (1995:408) mengemukakan bahwa “Investment is the monetary value of the assets that the organization gives up to acquire long-term assetss. Return refers to the increased cash and flow in the future attributable to the long term asset required”. 27 Selanjutnya definisi investasi menurut Mulyadi (2001:284) yaitu “Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dana dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang”. Secara spesifik, investasi adalah pengadaan atau pembelian barang dengan tujuan untuk dipergunakan secara aktif dalam operasi perusahaan atau sebagai penggerak kegiatan produksi. Sekali investasi diputuskan maka perusahaan akan terikat pada jangka panjang di masa yang akan datang yang sudah dipilih dan tidak mudah disampingi. Oleh karena itu, investasi mengandung resiko dan ketidakpastian. Pengembangan investasi yang bersifat panjang, maka pengeluaranpengeluaran yang dimaksudkan untuk mendapatkan bagian modal atau aktiva tetap (capital expenditure), perencanaan dan pengendalian investasinya harus dilaksanakan secara optimal karena tahap ini merupakan saat yang kritis dan setiap keputusan yang salah akan mempengaruhi kesehatan perusahaan di masa yang akan datang dalam jangka panjang, sebaliknya keputusan yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempercepat tingkat pengendalian investasi. 2.4.2 Klasifikasi Investasi Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (1996:13.4), investasi dibagi dalam dua golongan, yaitu: 28 1. Investasi Jangka Pendek Investasi jangka pendek (investasi lancar) adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama tahun atau kurang dari satu tahun. Umumnya investasi dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, hipotek, sertifikat deposito dan surat-surat berharga lainnya. 2. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi. Umumnya investasi jangka panjang dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, property, dan harta tidak bergerak lainnya. Mulyadi (2001:284) membagi investasi menjadi empat golongan, yaitu: 1. Investasi yang tidak menghasilkan laba ( non-profit investment) Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. 2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment) Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. 3. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment). Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan ekuipmen yang ada. Dalam pemakaian mesin dan ekuipmen, pada suatu saat akan terjadi biaya operasi mesin dan ekuipmen menjadi lebih besar 29 dibandingkan dengan biaya operasi jika mesin itu diganti dengan yang baru, atau produktivitasnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan. Pada saat ini operasi dengan menggunakan mesin dan ekuipmen yang ada menjadi tidak ekonomis lagi. 4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment) Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. 2.4.3 Mengukur Kinerja Manajer Pusat Investasi Kinerja perusahaan penting untuk dievaluasi dalam menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. AA Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) mengungkapkan “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya”. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Kondisi kinerja perusahaan dapat diketahui berdasarkan hasil laporan keuangan. Selain itu juga diperlukan analisis rasio dari laporan keuangan yang telah disajikan. Pada dasarnya pusat laba dan pusat investasi adalah sama. Kedua tipe pusat pertanggungjawaban tersebut di ukur kinerjanya dari kemampuannya dalam menghasilkan laba dari pertanggungjawaban tersebut. investasi yang ditanamkan dalam pusat 30 Seperti yang diungkapkan oleh Mulyadi (2001:427) “Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan“. Pusat investasi sebagai perluasan dari pusat laba, merupakan segmen atau bagian dimana manajernya bertanggung jawab atas penghasilan, biaya, dan investasi. Keberhasilan pusat investasi diukur oleh seberapa besar laba yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi atau aktiva yang telah ditanam perusahaan. Mulyadi (2001:439) juga mengemukakan bahwa pada umumnya, digunakan dua ukuran yang menggabungkan laba yang diperoleh pusat laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba yaitu kembalian investasi (ROI) dan residual income (RI). Ukuran lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pusat laba adalah produktivitas. Kembalian investasi dihitung dengan membagi laba dengan investasi. Resedual income dihitung dengan mengurai laba dengan beban modal (merupakan persentase beban modal dikali investasi). Manajer pusat laba dan pusat investasi dapat bertindak dan dievaluasi seperti halnya direktur utama suatu perusahaan yang berdiri sendiri. Alasan utama menggunakan pusat investasi adalah karena Return on Investment (ROI) merupakan ukuran kesuksesan yang lebih komplit daripada biaya atau penghasilan yang berdiri sendiri. 31 ROI merupakan besaran yang menunjukkan tingkat pengembalian dari suatu investasi yang merupakan perbandingan antara profit dengan investasi. Jika prestasi suatu pusat investasi dinilai atas dasar ROI, maka manajer pusat investasi dapat memperbaiki profitabilitas dengan tiga cara, yaitu menaikkan penjualan, mengurangi biaya dan mengurangi aktiva. 2.5 Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban 2.5.1 Struktur Organisasi Struktur digunakan dalam melakukan fungsi dari akuntansi pertanggungjawaban. Kegunaan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang adalah untuk membuat kerangka dimana tujuan perusahaan dapat dicapai dengan cara yang terkoordinasi dan efektif secara berkesinambungan. Struktur akuntansi pertanggungjawaban dipusatkan pada berbagai macam pusat tanggung jawab. Pusat tanggung jawab ini adalah unit organisasi yang dikepalai oleh seorang manajer dengan wewenang dan tanggung jawab tertentu. Kerangka pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh sistem pertanggungjawaban, rerangka pusat pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama. Struktur organisasi harus dianalisis mengenai kemungkinan adanya kelemahan dalam delegasi wewenang yang terdapat di dalamnya. Akuntansi organisasi dapat pertanggungjawaban menganggap meningkat cara dengan bahwa menciptakan pengendalian jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal perusahaan. Mulyadi (2001: 183) mengemukakan sebagai berikut: 32 Struktur organisasi mencerminkan pembagian dan hierarki wewenang dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi, manajemen melaksanakan pendelegasian wewenang untuk melaksanakan tugas khusus kepada manajemen yang lebih bawah, agar dapat dicapai pembagian pekerjaan yang bermanfaat. Menurut Anthony, et.al. (dalam Hendi, 2001:31) struktur organisasi pada dasarnya terbagi ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut: 1. A fungsional structure in which each manager is responsible for a specified function such as production. 2. A divisional structure in which each divisional manager is responsible for almost all of the function involved in producting and distributing each division group of product or line of product. 3. A matrik structure, which blend two organization structures, one arranged by function the other by programs. Dengan demikian, struktur akuntansi pertanggungjawaban adalah pendelegasian wewenang manajer pusat-pusat pertanggungjawaban untuk dimintai pertanggungjawabanya tersebut dalam sebuah organisasi. Jika seorang manajer diberi wewenang untuk melaksanakan sesuatu, maka ia akan merasa meemiliki kekuasaan resmi untuk bertindak dalam lingkup wewenangnya dan untuk mempengaruhi perilaku bawahannya. Namun wewenang yang diterima dari manajer atas tersebut tidak ada artinya jika wewenang tersebut tidak diterima atau diakui adanya oleh bawahan manajer tersebut. 2.5.2 Anggaran 2.5.2.1 Pengertian Anggaran Menurut Mulyadi (2001:488) mengungkapkan pengertian anggaran sebagai berikut “anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, 33 yang mencangkup jangka waktu satu tahun”. Sedangkan Supriyono (2003:340) mendefinisikan bahwa “anggaran adalah suatu rencana yang terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu satu tahun”. Garrison dan Noreen (2001:427) mengemukakan pengertian anggaran yaitu “anggaran adalah rencana rinci yang menguraikan perihal pengadaan, penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lain-lainnya selama suatu jangka waktu tertentu”. Dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan salah satu alat bantu manajemen dalam perencanaan yang dinyatakan dengan ukuran kuantitatif untuk menunjukkan penggunaan sumber daya perusahaan selama jangka waktu satu tahun. 2.5.2.2 Karakteristik Anggaran Karakteristik anggaran menurut Anthoy and Gorrindarajan Vijay (2002) adalah sebagai berikut: 1. it estimate the profit potential of the bussines unit. 2. it is stated in monetary term, although the monetary amounts may be backed up non monetary amount (unit sold or produced). 3. it is generally covers a perod of one year . 4. it is management commitment, managers agree to accept responsibility for attaining the budgeted objective 5. the budget proposal is reviewed and approved byan authority higher than the budget 6. one approved, the budget can be change only under specified conditions. 7. periodically, actual financial performance is compare to budget and variances are analyzed and explained 34 Sedangkan karakteristik anggaran yang baik menurut Mulyadi (2001: 511) adalah: 1. Anggaran disusun berdasarkan program. 2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan. 3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Seperti yang telah dijelaskan di atas, anggaran berisi kuantitatif keuangan rencana kerja perusahaan yang disetujui oleh pihak yang berwenang yang disusun berdasarkan program dan membantu manajemen sebagai alat perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan. 2.5.2.3 Fungsi Anggaran Mulyadi (2001:502) mengemukakan mengenai fungsi anggaran sebagai berikut: 1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja. 2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas. 4. Anggran berfungsi sebagai tolak ukur yang akan dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya. 5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajer menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan. 6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi. Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen suatu perusahaan agar manajer bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut. 35 2.5.2.4 Tujuan Anggaran Tujuan dari dibuatnya anggaran menurut Edy Sukarno (2002:172) yaitu: 1. Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen. 2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan. 3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud menguragi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. 4. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya. 5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlutidaknya tindakan koreksi. 2.5.2.5 Jenis-jenis Anggaran Edy Sukarno (2002:178) mengungkapkan jenis-jenis anggaran seperti berikut ini: 1. Anggaran Biaya (Expense Budget) • Anggaran Biaya Teknis (Engineered Cost Budget) • Anggaran Biaya Kebijakan (Discretionary Cost Budget) • Anggaran Penghasilan • Anggaran Laba / Proyeksi Laba-rugi • Anggaran (Prakiraan) Neraca 2. Anggaran Finansial Anggaran finansial pada dasarnya merupakan perencanaan keuangan perusahaan yang terintegrasi dan terdiri atas anggaran kas, anggaran laporan keuangan dan anggaran investasi. 3. Anggaran Investasi Anggaran investasi merupakan rencana investasi perusahaan di masa yang akan datang. Investasi tersebut akan berpengaruh terhadap kebutuhan dana tunai di masa yang akan datang. 4. Anggaran Kas Anggaran ini memprediksikan pendapatan, biaya, dan pengeluaran modal (capital expenditure). Anggaran ini biasanya menjadi informasi tentang tingkat arus dana yang masuk keluar perusahaan serta mencerminkan pula pola penerimaan dan penarikan tunai. 36 5. Anggaran Laporan Keuangan Anggaran laporan keuangan memberikan informasi tentang hal-hal yang menyangkut asset, kewajiban dan pos laba-rugi. 2.5.2.6 Penyusunan Anggaran Anggaran merupakan rencana aktivitas yang akan menjadi pedoman untuk melaksankan serangkaian aktivitas tertentu di masa yang akan datang. Sekali anggaran ditetapkan, pencapaian sasaran anggaran hanya dapat dilakukan melalui serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam anggaran. Tahap dalam proses penyusunan anggaran menurut Mulyadi (2001:494) adalah berikut: 1. Penetapan sasaran oleh manajer atas. 2. Pengajuan usulan aktivitas dan taksiran sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut oleh manajer bawah. 3. Review oleh manajer atas terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh manajer bawah. 4. Persetujuan oleh manajer atas terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh manajer bawah. 2.6 Profitabilitas 2.6.1 Pengertian Profitabilitas Suatu perusahaan akan selalu berusaha untuk memperbesar laba yang diperolehnya, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. Hal ini dikarenakan bahwa dengan laba yang besar bukanlah menjadi suatu indikator yang mutlak bahwa perusahaan telah beroperasi secara efisien. Tingkat efisiensi dapat diukur dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal untuk menghasilkan laba tersebut. 37 Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan modal operasi yang digunakan, dapat dipakai salah satu alat akuntansi, yaitu profitabilitas, atau biasa juga disebut rentabilitas. Menurut R. Agus Sartono (1996:130) “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Munawir (2004:33) mengemukakan pengertian profitabilitas sebagai berikut: Rentabilitas atau profitability adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau laba dengan membandingkan jumlah laba dengan jumlah aktiva atau modal suatu perusahaan. 2.6.2 Rasio Profitabilitas Menurut Sofyan Sayfri Harahap (2002:304), jenis rasio profitabilitas adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Margin Laba ( Profit Margin) Asset Turn Over (Return on Asset) Return on Investment ( Return on Equity) Return on Total Asset Basic Earning Power Earning Per Share ( EPS) 38 7. Contribution Margin (Gross Margin Ratio) Sedangkan Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:72) mengemukakan ratio profitabilitas adalah sebagai berikut: • Rentabilitas Ekonomi Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Re ntabilitasEkonomi = • LabaOperasi x100% (rata − rata ) Aktiva Rentabilitas Modal Sendiri atau Return on Equity Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak milik modal sendiri. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut: Re ntabilitasModalsendiri = • LabaSetelahPajak x100% (rata − rata ) ModalSendiri Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Rasio ROI dinyatakan: ROI = • LabaSetelahPajak x100% (rata − rata ) Kekayaan Profit Margin Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Rasionya adalah: Pr ofitM arg in = LabaOperasi x100% Penjualan 39 • Perputaran Aktiva Ratio ini mengukur seberapa banyak penjualan bisa diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki. Karena itu rationya adalah; PerputaranAktiva = • Penjualan (rata − rata ) Aktiva Perputaran Piutang Rasio ini mengukur seberapaa cepat piutang dilunasi dalam satu tahun. Maka rasionya adalah sebagai berikut: PerputaranPiu tan g = • PenjualanKredit (rata − rata ) Piu tan g Perputaran Persediaan Rasio ini mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Pemikirannya adalah bahwa kenaikan persediaan disebabkan oleh peningkatan aktivitas atau karena perubahan kebijakan persediaan. Kalau terjadi kenaikan persediaan yang tidak proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka berarti terjadi pemborosan dalam pengelolaan persediaan. Rasionya dinyatakan sebagai berikut: PerputaranPersediaan = H arg aPokokPenjualan (rata − rata ) Persediaan Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan oleh penulis dalam memperhitungkan profitabilitas adalan Return on Investment (ROI). Hal ini dikarenakan ROI bersifat lebih menyeluruh (komprehensif) dalam analisa keuangan. 40 2.7 Return on Investment ( ROI ) 2.7.1 Pengertian Return on Investment ( ROI ) Salah satu indikator tingkat profitabilitas yaitu Return on Investment (ROI), yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sebagai pengembalian dari setiap Rp. 1; investasi yang dilakukan dalam aktiva usaha. Semakin besar laba yang dicapai semakin tinggi ROI. Keberhasilan usaha adalah perolehan pendapatan/laba yang diperoleh suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba digambarkan oleh Return on Investment (ROI). Bagi perusahaan pada umumnya, masalah Return on Investment (ROI) adalah hal penting dari masalah laba, karena laba yang besar bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana untuk memperoleh laba saja tetapi bagaimana cara untuk mempertinggi Return on Investment (ROI). Analisis ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif), yang digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang akan dilakukan oleh bagian atau divisi. Menurut Mulyadi (2001:440), ROI merupakan perbandingan laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba. Formula untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut: ROI = Laba Investasi atau ROI = Pendapa tan Laba × Investasi Pendapa tan 41 Hartanto (1991:353) juga mengemukakan bahwa “Return on Investment (ROI) adalah kriteria penilaian secara luas dan dianggap valid untuk dipakai sebagai alat pengukur tentang kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba dengan aktiva yang ditanamkan”. Sedangkan Munawir (2004:89) mengungkapkan pengertian ROI adalah sebagai berikut: Return on Investment adalah salah satu bentuk dari bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Munawir menggambarkan rumus ROI sebagai berikut: Operating Assets Turnover x Proft Margin atau Penjualan LabaUsaha x OperatingAssets Penjualan Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa definisi ROI secara umum adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan suatu tingkat keuntungan bersih dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan tersebut. ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan kemampuan investasi yang ditanamkan dalam operating assets yang digunakan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut (net operating assets). 42 2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return on Investment (ROI) Munawir (2004:89) mengungkapkan bahwa besarnya Return on Investment (ROI) dipengaruhi oleh dua faktor: 1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi). 2. Profit Margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. 2.7.3 Kegunaan Analisa Return on Investment (ROI) Munawir (2004:91) mengungkapkan kegunaan dari analisis Return on Investment (ROI) sebagai berikut: a. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi manajemen dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. Apabila perusahaan pada suatu periode telah mencapai “operating assets turnover” sesuai dengan standar atau target, maka perhatian manajemen dapat dicurahkan pada usaha peningkatan efisiensi disektor produksi dan penjualan. Sebaliknya apabila profit margin telah mencapai target atau standar yang telah ditetapkan, sedangkan assets turnover masih dibawah target, maka perhatian management dapat dicurahkan untuk perbaikan kebijaksanaan investasi baik dalam modal kerja maupun dalam aktiva tetap. Rendahnya operating assets turnover ini mungkin disebabkan karena kesalahan. Dalam politik pembelian bahan mentah, sehingga jumlah bahan mentah yang dibeli menumpuk di gudang. Mungkin kesalahan terletak dalam politik penjualan kreditnya dimana banyak piutang yang belum dapat diterima. b. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga diperoleh ratio industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehinnga dapat diketahui apakah perusahaan berada di bawah, sama atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. 43 c. Analisa ROI-pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam semua modal yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan. d. Analisis ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan “product cost system” yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. Dengan demikian maka manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai “profit potensial” di dalam longrum. e. ROI selain berguna untuk keperluan kontrol juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan expansi. Misalnya perusahaan dapat menentukan bahwa ROI sebesar 30% sebagai target yang harus dicapai oleh perlengkapan atau mesinmesin baru. Dengan memproyeksikan mesin-mesin dan biaya, perusahaan akan dapat mengestimasikan besarnya ROI yang akan dapat dicapai dengan expansi yang akan dijalankan. 2.7.4 Kelemahan-kelemahan Analisa Return on Investment (ROI) Disamping kegunaan dari analisa ROI, Munawir (2004:92) juga memaparkan kelemahan-kelemahannya sebagai berikut: a. Salah satu kelemahan yang sangat prinsipil adalah kesukaran dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perbandingan tersebut akan memberikan gambaran yang salah. b. Kelemahan yang lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi. Dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung investment turnover dan profit margin. c. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan 44 antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan. Kelemahan dari angka ratio ini tidak dapat memberikan gambaran atau mencerminkan struktur modal maupun perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur modal (debt to equity) yang digunakan untuk membiayai aktiva tersebut. 2.8 Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Investasi dan Profitabilitas (ROI) Sistem akuntansi pertanggungjawaban menghubungkan informasi akuntansi manajemen dengan wewenang yang dimiliki manajer, kemudian didelegasikan pada manajer dibawahnya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban bertujuan untuk memastikan hasil yang dicapai tiap bagian sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Untuk memastikan bahwa di perusahaan terjadi pertumbuhan dan kemajuan, maka dilakukanlah pengukuran kenerja. Kondisi kinerja perusahaan dapat diketahui berdasarkan hasil laporan keuangan. Selain itu juga diperlukan analisis rasio dari laporan keuangan yang telah disajikan. Salah satu ukuran untuk menilai kinerja manajer pusat investasi dapat dilihat melalui profitabilitas dengan menggunakan Return on Investment (ROI). Analisis ROI merupakan salah satu teknis analisis finansial yang bersifat menyeluruh (komprehensif) untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh bagian atau divisi. 45 2.9 Kerangka Pemikiran Setiap organisasi atau perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara memaksimalkan penggunaan seluruh sumber daya yang ada dalam perusahaan. Saat ini, perusahaan harus dapat menghadapi berbagai faktor jika ingin terus bertahan dan meraih keuntungan di dunia usaha. Faktor-faktor tersebut adalah perubahan teknologi, peningkatan kompetisi usaha, ketidakpastian ekonomi dunia, dan masalah etika. Untuk itu, perusahaan harus selalu dapat beradaptasi dengan melakukan berbagai inovasi dalam bidang manajemen untuk dapat melakukan pengambilan keputusan secara tepat. Anggota dalam organisasi tidak akan dapat berjalan tanpa seorang pemimpin atau manajer. Seorang manajer bertugas untuk mengendalikan manajemen. Seorang manajer memutuskan tujuan apa yang hendak dicapai, kemudian manajer mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada anggotanya dan menetapkan tugas yang harus dikerjakan. Manajemen memerlukan suatu sistem informasi yang menjamin organisasi yang dipimpinnya melaksanakan strategi secara efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen memegang peranan penting dalam pengendalian biaya dan pendapatan agar efektif dan efisien. Hal ini perlu dilakukan untuk mengendalikan kinerja (performance) dari suatu kegiatan pada unit-unit usaha kerja perusahaan merupakan sebuah pusat pertanggungjawaban (responsibility center). Agar setiap unit kerja dapat melakukan tugas dan 46 tanggungjawabnya secara efektif dan efisien diperlukan informasi yang cepat, tepat, dan akurat. Untuk menjalankan fungsi perusahaan dibutuhkan sebuah sistem informasi yaitu dengan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban. Sistem akuntansi pertanggungjawaban menghubungkan informasi akuntansi manajemen dengan wewenang yang dimiliki manajer, kemudian didelegasikan pada manajer dibawahnya. Pendelegasian wewenang menuntut manajer bawah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang kepada manajer diatasnya. Manajer mengepalai dan bertanggungjawab atas masukan dan keluaran yang terjadi. Sistem akuntansi pertanggungjawaban bertujuan untuk memastikan hasil yang dicapai tiap bagian sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Menurut Robert N. Antony dan Vijay (2002:112) Sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebuah unit dalam organisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas bersangkutan. Sedangkan pengertian sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut Welsch, Hilton, dan Gordon (2000:36) adalah sebagai berikut: Sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah salah satu dari beberapa dasar perencanaan dan pengendalian laba yang terdapat dalam suatu proses manajemen, komitmen manajerial, struktur organisasi, peroses perencanaan (strategis dan taktis), proses pengendalian, saluran komunikasi, akuntansi berdasarkan tanggungjawab, prinsip pengecualian dan suatu program manajemen prilaku. Adapun pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:188) adalah sebagai berikut: Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasinya dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok 47 orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan. Menurut Ray H. Garrison (John Hinggris, 1952:94) mengemukakan bahwa: Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disesuaikan dengan suatu organisasi sedemikian rupa sehingga biaya yang dikumpulkan dan dilaporkan berdasarkan tingkat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi hanya dibebani biaya yang menjadi tanggungjawabnya dan yang berada dalam kendalinya. Dengan demikian, akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun berdasarkan struktur organisasi dengan tingkatan manajemen berdasarkan tanggung jawab oleh seorang manajer untuk melaksanakan tugasnya dalam perencanaan dan pengendalian operasional perusahaan sehingga tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Mulyadi (2001:425) mengemukakan tipe pusat pertanggungjawaban biasanya diklasifikasikan kedalam tanggung jawab keuangannya seperti berikut: a. b. c. d. Pusat Pendapatan ( Revenue Center) Pusat Biaya ( Cost Center) Pusat Laba ( Profit Center) Pusat Investasi ( Investment Center) Karakteristik pertanggungjawaban pusat investasi menurut Mulyadi (2001:427) adalah sebagai berikut: Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa ratio antara laba dengan investasi ynag digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Ukuran ini disebut dengan kembalian investasi ( Return on Investment disingkat ROI). Kinerja perusahaan penting untuk dievaluasi dalam menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. AA Anwar Prabu 48 Mangkunegara (2001:67) mengungkapkan “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya”. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Kondisi kinerja perusahaan dapat diketahui berdasarkan hasil laporan keuangan. Selain itu juga diperlukan analisis rasio dari laporan keuangan yang telah disajikan. Rasio merupakan alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lainnya dalam suatu laporan finansial. Salah satu rasio yang dipakai untuk melihat kinerja keuangan adalah dengan profitabilitas. Menurut Sofyan Sayfri Harahap (2002:304), jenis rasio profitabilitas adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Margin Laba (Profit Margin) Asset Turn Over (Return on Asset) Return on Investment (Return on Equity) Return on Total Asset Basic Earning Power Earning Per Share (EPS) Contribution Margin (Gross Margin Ratio) Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang digambarkan oleh Return on Investment (ROI). ROI ini digambarkan lebih rinci lagi oleh rasio profit margin dan capital turn over. Dengan ROI dapat terlihat besarnya laba bersih dengan investasi yang selanjutnya akan terlihat kenaikkan atau penurunan ROI yang diperoleh perusahaan. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar belum tentu dikarenakan penjualan yang 49 besar pula dan pemanfaatan aktiva yang baik. Banyak faktor yang dilihat dari kenaikkan atau penurunan laba suatu perusahaan. Menurut Mulyadi (2001:440) ROI merupakan perbandingan laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba. Formula untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut: ROI = Laba Investasi atau ROI = Pendapa tan Laba × Investasi Pendapa tan Sedangkan menurut Suad Husnan dan Heny Pudjiastuti (2004:74) mengungkapkan bahwa “Return on Investment (ROI) adalah menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu angka laba setelah pajak dan kekayaan perusahaan”. Rasio ROI dinyatakan sebagai, ROI = Labasetelahpajak × 100% (rata − rata )kekayaan Munawir (2004:89) mengungkapkan Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, Return on Investment (ROI) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan profit. Menghitung besarnya laba dengan investasi merupakan ukuran kinerja bagi pusat investasi. 50 Oleh karena itu, jika akuntansi pertanggungjawaban pusat investasi dapat dijalankan dengan baik, maka dapat mendorong pencapaian profitabilitas dalam perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Sistem Pengendalian Manajemen Struktur Pengendalian Manajemen Pusat-pusat Pertanggungjawaban Pusat Pendapatan Pusat Biaya Pusat Laba Pusat Investasi Kinerja Keuangan Profitabilitas (ROI) Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran 51 2.10 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat investasi dalam menunjang pencapaian profitabilitas pada PT. PINDAD (Persero).