BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di tengah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di tengah kemajuan teknologi dan sistem kesehatan dunia saat ini, beberapa
negara masih bersentuhan dengan permasalahan malnutrisi yang berdampak pada
penurunan kualitas hidup masyarakat. Selain kekurangan energi protein, defisiensi
mikronutrien juga perlu mendapat perhatian yang besar. Indonesia termasuk negara
yang masih berhadapan dengan masalah nutrisi,dalam hal ini malnutrisi. Salah satu
masalah defisiensi yang belum terselesaikan di Indonesia adalah defisiensi iodium
dengan kumpulan gejala di sebut GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
(Pramono, 2009).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) tidak terbatas pada
pembesaran kelenjar tiroid dan kretinisme, tetapi defisiensi iodium sangat
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia karena defisiensi iodium
seringkali tidak terlihat secara klinis dan tidak disadari (Nurifadah, 2012).
Kekurangan iodium menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid,
dan sebagai akibatnya tidak terdapat hormon yang menghambat pembentukan
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) oleh hipofisis anterior, hal ini memungkinkan
hipofisis mensekresi hormon TSH dalam jumlah yang berlebihan. Hormon TSH
kemudian menyebabkan sel-sel tiroid menyekresi tiroglobulin dalam jumlah besar
1
2
kedalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin besar (Guyton dan Hall,
2006).
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga hormon yaitu tiroksin (T4), triidotironin
(T3), dan kalsitonin. Hormon tiroksin dan triidotironin berperan dalam peningkatan
metabolisme sel atau reaksi kimia tubuh, dan peningkatan proses pertumbuhan dan
perkembangan
tubuh,
sedangkan
kalsitonin
berperan
dalam
homeostasis
pembentukan tulang, merangsang osteoblast, suatu sel yang memproduksi matrix
tulang dalam proses pembentukan tulang, dan menghambat pelepasan Ca2+ dari
tulang, sehingga menurunkan Ca2+ darah (Nugroho, 2012).
Hormon tiroxin dan triiodotironin memiliki banyak efek metabolik.
Meningkatkan laju metabolisme, menstimulasi metabolisme karbohidrat dan
pergantian protein, menguras cadangan lemak dan meningkatkan katabolisme dari
asam lemak bebas. Hormon tiroid menstimulasi detak jantung dan meningkatkan
ventilasi paru-paru, motilitas gastrointestinal dan aktivitas sistem saraf pusat. Ketidak
normalan
konsentrasi
hormon
tersebut
menyebabkan
kemungkinan
yaitu
hipotiroidisme dan hipertiroidisme (McCurrie, 2008).
Kajian mengenai induksi hipotiroidisme menggunakan hewan coba sudah
banyak dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme patofisiologi
dari hipotiroid. Penelitian yang dilakukan oleh Riska dkk (2013), menggunakan
injeksi Tiroglobulin kambing (cTG) sebagai glikoprotein spesifik untuk induksi
Autoimmune Thyroiditis (AITD) khususnya Hipotiroid. Pada penelitian tersebut
hormon tiroksin (T4) dapat digunakan sebagai indikator uji fungsi tiroid dan
3
gambaran pita protein serum darah untuk deteksi awal dalam melakukan diagnosa
dan prognosa terhadap suatu penyakit. Induksi hipotiroid dapat juga menggunakan
radioiodine, yang kemudian dilakukan pengukuran plasma ghrelin dengan
Radioimmunoassay (RIA) (Ruchala dkk., 2014).
Induksi hipotiroid dengan menggunakan obat antitiroid juga telah banyak
dilakukan. Pada penelitian Guria dan Madhusudan (2011), untuk induksi hipotiroid
pada tikus, digunakan Methimazole. Indikator yang digunakan untuk menentukan
status hipotiroid dengan mengetahui kadar serum hormon T3 dan T4 menggunakan
metode Radioimmunoassay (RIA). Penelitian lain yang dilakukan oleh Sukandar dkk
(2013), induksi hipotiroid pada tikus dapat menggunakan Propilthyouracil (PTU)
yang dikoreksi dengan kadar Free Thyroxine (FT4).
Uji serologis terhadap kadar hormon tiroid
banyak dilakukan untuk
identifikasi kelainan pada kelenjar tiroid karena memiliki sensitifitas yang tinggi,
tetapi dengan metode tersebut cukup menyita waktu yang lama. Pada kasus hipotiroid
akan terjadi penurunan hormon T3 dan T4. Turunnya hormon tersebut akan
menyebabkan gangguan metabolisme yang akan berdampak pada pemanfaatan pakan
untuk perkembangan tubuh. Dampak yang jelas pada kasus hipotiroid adalah
penurunan berat badan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
efek induksi hipotiroid pada tikus model dengan berat badan sebagai indikator
utamanya. Diharapkan metode ini dapat digunakan sebagai acuan saat membuat
hewan model menjadi hipotiroid.
4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh induksi hipotiroid dengan
Propilthyouracil terhadap berat badan tikus galur Wistar.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi mengenai pengaruh induksi hipotiroid dengan Propilthyouracil terhadap
berat badan sehingga informasi ini dapat dijadikan acuan saat akan membuat hewan
model hipotiroid.
Download