NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL (TELAAH AL-QUR’AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 13) SKRIPSI DisusunUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan(S.Pd.) Oleh : YULI RATINI NIM: 111-12-062 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 ii . .NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL (TELAAH AL-QUR’AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 13) SKRIPSI DisusunUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan(S.Pd.) Oleh : YULI RATINI NIM: 111-12-062 . JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 iii PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama : Yuli Ratini Nim : 111-12-062 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TELAAH SURAT AL-HUJURAT AYAT 13 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, 20 Maret 2017 Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag. NIP. 19730801 200312 1002 iv KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected] SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TELAAH SURAT AL-HUJURAT AYAT 13 disusun oleh YULI RATINI NIM: 111-12-062 Telah dipertahankan di depan PanitiaDewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2017dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Susunan Panitia Penguji KetuaPenguji :Dr. Agus Waluyo, M.Ag. SekretarisPenguji : Muh. Hafidz, M.Ag. Penguji I : Rovi‟in, M.Ag. Penguji II : Supardi, S.Ag.,MA Salatiga, 30 Maret 2017 Dekan Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1002 v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawahini : Nama : Yuli Ratini NIM : 111-12-062 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sayas endiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 30 Maret 2017 Penulis Yuli Ratini 111-12-062 vi MOTTO Dan Dia (tidak pula) Termasuk Orang-orang yang Beriman dan Saling Berpesan Untuk Bersabar dan Saling Berpesan Untuk Berkasih Sayang. (Q.S Al Balad ayat 17) vii PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih saying serta do‟a dari kecil hingga saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap langkahku. 2. Kakakku terbaik Astina Fitri serta Adik-adikku tersayang Hari Budi Imanuddin dan Nani Widari yang selalu memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam lelahku. 3. Kepada Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini. 4. Temanku Fatma yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan semangat serta sahabatku Arifah, Rizqa, Elia, Mbak Umi yang selalu memberikan motivasi,dan juga untuk seseorang yang spesial yang selalu mendukungku Surya Widhanta serta seluruh temantemanku yang selalu mendukung dan membersamai dalam setiap langkah. 5. Teman-teman PAI B, teman-teman PPL SMK PELITA SALATIGA, dan kelompok KKN posko 32 yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa. viii KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat han hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti-nantikan syafa‟atnya kelak di yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TELAAH SURAH AL-HUJURAT AYAT 13”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Muh. hafidz, M.Ag,selakudosenpembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. ix 5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik. 6. SeluruhdosendankaryawanIAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hinggamenyelesaikanskripsiini. 7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalumendorongdanmemberikanmotivasi dalammenyelesaikankuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 3 April2017 Penulis Yuli Ratini NIM. 111-12-062 x ABSTRAK Yuli,Ratini. 2017. ”Nilai-nilai Pendidikan Multikultural (Telaah Al-Qur‟an Surah Al-Hujurāt Ayat 13)”. Program Studi S1 PAI Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Muh. Hafidz M.Ag. Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nila-nilai pendidikan multikultural dalam al-Qur‟an surah al-Hujurāt ayat 13. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah: 1) Bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam surat Al-Hujurāt ayat 13.2) Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam pendidikan Islam. Untuk menjawab dari pertanyaan tersebut maka kajian ini menggunakan penelitian library research, yaitu penelitian dimana objek penelitiannya digali lewat berbagai sumber kepustakaan. Untuk membahas permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kajian tafsir tahlili. Metode ini penulis gunakan untukmenjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya.Dalam metode tahlili mufassir biasanya mengikuti urutan ayat dan surat sebagaimana yang tersusun di dalam mushaf. Sumbernya data yang digunakan berasal dari Kitab Tafsir Al Misbah, Kitab Tafsir Al Maraghi, Kitab An-Nuur, Alqur‟an dan buku-buku yang ada relevansinya dengan pembahasan serta sumber lain yang mendukung tentang pendidikan akhlak yang terkandung dalam AlQur‟an surat al-Hujurat ayat 13. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan multikultural di dalam surat Al-Hujurāt, diantaranya: kesetaraan gender, perbedaan bangsa dan suku, ta‟aruf, dan taqwa atau puncaknya taqwa. Implementasi atau penerapannya adalah sebagai manusia yang diciptakan dari satu pasangan yaitu Adam dan Hawa, dan setelah itu dijadikan perbedaan bangsa, suku, bahasa, warna kulit adalah bukan alasan untuk saling membenci karena perbedaan itu, akan tetapi untuk saling mengenal dan saling tolong menolong, serta untuk menambah pengetahuan tentang perbedaan yang dimiliki masing-masing manusia. supaya nantinya bisa menjadi insan yang disayang oleh Allah karena ketakwaan terhadap-Nya. xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................i HALAMAN BERLOGO..................................................................................ii HALAMAN LEMBAR LOGO........................................................................iii HALAMAN NOTA PEMBIMBING...............................................................iv HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................vi MOTTO.............................................................................................................vii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATAPENGANTAR ...................................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 D. Penegasan Istilah ........................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian......................................................................... 10 F. Metode Penelitian.......................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 12 BAB II Deskripsi Surah al-Hujurāt ayat 13 ..................................................... 15 A. Redaksi Surah al-Hujurāt ayat 13 .................................................. 15 B. Arti Kosakata ( Mufradat) .............................................................. 15 xii C. Isi Kandungan Ayat........................................................................ 20 BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH.........................................25 A. Sejarah Turunnya Surah Al-Hujurāt ayat 13................................... 25 B. Tema Dan Tujuan Utama................................................................ 26 C. Asbabun Nuzul..................................................................….......... 27 1. Surah al-Hujurāt ayat 13....................................................27 D. Munasabah...................................................................................... 29 1. MunāsabāhSurah dengan Surah........................................30 2. MunāsabāhAyat dengan Ayat...........................................34 BAB IV Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural.......................................................39 A. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Surah Al-Hujurāt ayat 13...................................................................................................... 39 B. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Surah Al-Hujurāt ayat 13 Dalam Pendidikan Islam …........................................................ 58 BAB V PENUTUP................................................................................................67 A. Kesimpulan..................................................................................... 67 B. Saran............................................................................................... 69 C. Penutup........................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 71 RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi xiv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana tentang pendidikan multikultural saat ini memang sering diperbincangkan disetiap kalangan, baik dari kalangan politisi, agama, sosial, budaya, dan khususnya dikalangan para pemikir pendidikan. Fenomena konflik etnis, sosial, budaya, yang sering muncul di tengahtengah masyarakat yang berwajah plural menyebabkan limpungnya arah pendidikan di masa depan. Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosial-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar tiga belas ribu pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari dua ratus juta jiwa, terdiri dari tiga ratus suku yang menggunakan hampir dua ratus bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu, serta berbagai macam aliran kepercayaan (Yaqin, 2005:3-4). Dari kasus di atas, sangat diperlukan sikap terbuka dan menerima setiap perbedaan yang ada. Setiap manusia berkewajiban menumbuh kembangkan sikap multikultural. Sikap multikultural merupakan sikap yang terbuka pada perbedaan. Mereka yang memiliki sikap multikultural 1 berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa menimbulkan konflik, namun bila mampu mengelolanya dengan baik maka perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif. Salah satu syarat agar sikap multikultural efektif adalah bila saling mau menerima kenyataan hakiki bahwa manusia bukan makhluk sempurna, manusia adalah makhluk yang selalu menjadi. Padahal agar dapat menjadi, manusia membutuhkan sesamanya. Dengan maksud lain, sikap yang mendasari masyarakat multikultural adalah sikap rendah hati atau mau menerima kenyataan, bahwa tidak ada seorang pun yang mampu memiliki kebenaran absolut, karena kebenaran absolut melampui ruang dan waktu. Manusia merupakan makhluk yang berjalan bersama menuju kebenaran absolut tersebut. Untuk itu diperlukan mengembangkan sikap hormat akan keunikan masingmasing pribadi atau kelompok tanpa membeda-bedakan, entah atas dasar gender, agama dan etnis (Molan, 2009:16-17). Allah SWT meganjurkan kepada manusia untuk bebuat kebajikan dan mencegah tindakan keji dalam Al-Qur‟an Surah Ali Imran ayat 104: Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung” (Shihab, 2009:208). 2 Lebih khusus lagi, apabila dilihat dari cara pandang tindak dan wawasan setiap individu yang ada terhadap berbagai macam fenomena sosial, budaya, ekonomi, politik dan terhadap hal-hal lainnya, tidak dapat dipungkiri, mereka mempunyai pandangan yang beragam. Contohnya, masyarakat dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda seperti kesetaraan gender, demokrasi, hak asasi manusia dan terhadap hal-hal lainnya. Ada anggota masyarakat yang kurang mendukung adanya proses demokrasi di negara ini, namun di sisi lain tidak sedikit masyarakat yang menginginkan adanya demokrasi. Ada anggota masyarakat yang sangat peduli dan selalu memperjuangkan hak-hak asasi manusia, namun di sisi lain tidak sedikit masyarakat yang tidak peduli terhadap masalah tersebut. Bahkan mereka dengan sengaja menindas hak-hak asasi orang lain. Ada anggota masyarakat yang merespon baik dan bahkan mendukung adanya kesetaraan gender, namun tidak sedikit masyarakat yang menentangnya (Yaqin, 2005:3-4). Keragaman ini diakui atau tidak, akan dapat menimbulkan berbagai persoalan seperti yang sekarang dihadapi bangsa ini seperti premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain, hal tersebut adalah bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme itu. Maka, menjadi keharusan untuk difikirkan upaya pemecahannya (solution). Termasuk pihak yang harus bertanggung jawab dalam hal ini 3 adalah kalangan pendidikan. Pendidikan sudah selayaknya berperan dalam menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di masyarakat. Minimal, pendidikan harus mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa konflik bukan suatu hal yang baik untuk dibudidayakan. Dan seharusnya pula, pendidikan mampu memberikan tawaran-tawaran yang mencerdaskan, antara lain dengan cara merancang materi, metode, hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis dan budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Selayaknya pendidikan berperan sebagai media transformasi sosial, budaya dan multikulturalisme (Mahfud, 2006:4-5). Problem perbedaan tidak hanya dialami pada tatanan kehidupan antar umat beragama saja, namun juga terdapat dalam masing-masing agama. Karena persoalan keberagamaan sebenarnya tidak lepas dari interpretasi manusia akan teks suci (divine text) yang dipercaya sebagai ungkapan langsung dari Tuhan kepada manusia. Sementara dalam kerangka kerjanya, tidak ada tafsir yang seragam terhadap suatu hal, pastilah akan ada perbedaan yang disebabkan oleh banyak hal. Bisa jadi karena faktor budaya, ekonomi, politik, pendidikan atau perbedaan tingkat peradaban. Contohnya, perbedaan pendapat yang muncul antara masyarakat sunni dan syi‟i, katolik dan Kristen, dan realitas terdekat adalah antara dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia: NU dan Muhammadiyah (Yaqin, 2005: xiv-xvii). 4 Oleh sebab itu wacana multikulturalisme sangat dibutuhkan guna internalisasi nilai-nilai multikultural pada diri setiap manusia. Dengan memahami perbedaan tafsir setiap teks yang ada, diharapkan akan menghasilkan pemahaman keberagamaan yang inklusif, toleran, dan terbuka kepada siapapun. Tidak ada yang merasa menjadi makhluk pilihan yang selalu menganggap dirinya paling benar dan menyalahkan yang lain. Karena yang berhak merasa benar hanya Allah swt Sang Maha Pencipta. Dalam skripsi ini, penulis akan mengkaji isi kandungan al-Qur‟an surah Al Hujurāt ayat 13 yang menjelaskan mengenai hakikat manusia diciptakan laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tidak lain agar mereka saling mengenal dan saling menghargai antara manusia, Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai yang universal dengan tujuan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga terdapat ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih sayang, menghormati perbedaan, dan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “Nilai-nilai Pendidikan Multikultural Telaah Surat Al-Hujurāt Ayat 13”. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka yang menjadi masalah pokok pembahasan ini adalah: 1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam surat Al-Hujurāt ayat 13? 2. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam pendidikan Islam? C. Tujuan Penelitian Pada permasalahan pokok di atas bahwa tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui niali-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al Qur‟an Surah Al Hujurāt ayat 13. 2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural dalam pendidikan Islam. D. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dala judul skripsi di bawah ini: 1. Nilai Istilah nilai (value) dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, 6 berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Menurut Steeman, nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup (Adisusilo, 2013:56). 2. Pendidikan Multikultural Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat (Mudyahardjo, 2010:11). Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2002:10). 7 Akar dari multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme adalah aliran atau paham (Mahfud, 2006:75). Dalam kata tersebut terkandung sebuah pengakuan akan kehidupan manusia yang mempunyai kebudayaan beraneka ragam dengan segala keunikannya dan melalui pendidikan tersebuat yang terintegrasi dala kurikulum maka pemahaman masyarakat terhadap setiap perbedaan yang ada menjelma menjadi sebuah perilaku untuk saling menghargai dan menghormati keragaman identitas dalam kerangka terciptanya harmonisasi kehidupan. Dengan kata lain, multikultural adalah beberapa kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan mertabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud, 2006:75). Ada dua istilah penting yang berdekatan secara makna dan merupakan suatu perkembangan yang sinambung, yakni pendidikan multietnik dan pendidikan multikultural. “pendidikan multietnik” sering dipergunakan di dunia pendidikan sebagai suatu usaha sistematik dan berjenjang dalam rangka menjembatani kelompokkelompok rasial dan kelomok-kelompok etnik yang berbeda dan 8 memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik (Baidhawy, 2005:6-6). Sementara itu istilah “ pendidikan multikultural” memperluas payung pendidikan multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain seperti relasi gender, hubungan antar agama, kelompok kepentingan, kebudayaan dan sukultur, serta bentuk-bentuk lain dari keragaman. Kata “kebudayaan” lebih diadopsi dalam hal ini daripada kata “rasisme” sehingga audiens dari pendidikan multikultural semacam ini akan lebih mudah menerima dan mendengarkan 3. Al Hujurāt ayat 13 Surat Al Hujurāt merupakan surat ke 49 dalam urutan mushaf Al-Qur‟an, diturunkan sesudah surat Al-Mujadalah. Al Hujurāt sendiri diambil dari kata Al-Hujurāt yang ada pada ayat ke 4 yang artinya kamar-kamar. Surat Al-Hujurāt terdiri dari 18 ayat yang termasuk dalam golongan surat Madaniyah atau diturunkan sesudah Nabi Hijrah ke Madinah. Pokok isi kandungan dalam surat Al-Hujurāt adalah melengkapi dasar-dasar kesopanan yang tinggi serta menunjukkan manusia kepada pekerti-pekerti utama. Selain itu juga menjelaskan sikap para muslim terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, bagaimana cara mereka menerima berita-berita (keterangan) dari orang-orang yang tidak dapat dipercaya, dan bagaimana memperlakukan saudara seagama, baik sewaktu mereka berhadapan muka atau pun tidak. 9 Dalam suarat ini dijelaskan pula hakikat iman dan hakikat mukmin yang sebenarnya (Ash-Shiddieqy, 222:3907). E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat berguna baik dari manfaat teoritis maupun yang praktis, antara lain: 1. Manfaat Teoristis Manfaat teoristis adalah menjelaskan bahwa hasil penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian. Menambah khazanah keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam surat Al-Hujurāt ayat 13. 2. Manfaat Praktis a. Untuk menambah khazanah tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam surat Al-Hujurāt ayat 13. b. Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan. F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 10 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu library research, penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian, bahwa jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode library reaserch. Dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan seperti: buku, majalah, artikel, dan jurnal (Kuswaya, 2009:11). 2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literaturliteratur. Pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur baik buku, jurnal, majalah, koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber inti. Sumber data primer di sini adalah berasal dari Al-Qur‟an dan terjemah dari Depag, kitab tafsir Al-Maraghi, kitab tafsir An-Nuur, kitab tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab dan kitab-kitab lainnya yang relevan. 11 b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian. Berupa buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan multikultural, seperti: buku Pendidikan Multikultural CrossCultural Understanding untuk demokrasi dan keadilan, Plural dan Multikulturalisme Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam di Indonesia, Komunikasi Multikultural, Multikulturalisme Agama, Budaya, dan Sastra. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan yang menjadi sumber data primer yaitu surat Al-Hujurāt ayat 13 dan terjemahannya, kitab tafsir Al-Maraghi, kitab tafsir An-Nuur, kitab tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab serta data sekunder yang relevan dengan permasalahan. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan penelaah secara sistematis yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Sehingga dapat diperoleh bahan-bahan dan penyajian data yang diperlukan. 4. Analisis Data Dalam menganalisis data metode yang digunakan adalah metode tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya. Dalam metode tahlili mufassir biasanya mengikuti urutan ayat dan 12 surat sebagaimana yang tersusun di dalam mushaf. Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosakata yang diikuti dengan penjelasan ayat secara global. Mufassir juga mengemukakan munasabah, membahas sabab-al nuzul (latar belakang turunnya ayat), dan menyampaikan dari hadist, atau dari sahabat, dan dari para tabi‟in (Budiharjo, 2012:132). G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami, sistematikanya disusun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Deskripsi ayat pada bab ini berisikan tentang surat AlHujurāt, kosa kata (mufrodat) dan pokok-pokok isi kandungan. Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah berisi tentang sejarah turunnya surat Al-Hujurāt, tema dan tujuan utama surat Al-Hujurāt, hubungan surat Al-Hujurāt dengan surat sebelumnya (Al-Fath) dan surat sesudahnya (al-Qaf) serta hubungan Al-Hujurāt 12-14. 13 Bab IV pembahasan pada bab ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di dalam surat Al-Hujurāt ayat 13, dan Implementasinya di dalam Pendidikan Islam. Bab V pada bab terakhir yaitu memaparkan tentang kesimpulan dan saran atas pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian, dan diteruskan dengan penutup serta daftar pustaka. 14 BAB II DESKRIPSI SURAT AL-HUJURAT AYAT 13 A. Redaksi Surat Al-Hujurat Ayat 13 dan Terjemahannya Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi surat Al Hujurāt yang menjadi obyek kajian penulis. Adapun redaksi surat Al Hujurāt beserta terjemahnya disajikan dalam uraian berikut ini: Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(Qs. al-Hujurāt: 13). B. Arti Kosa Kata (Mufrodat) Setelah penulis menyajikan redaksi surat Al Hujurāt ayat 13 yang menjadi obyek kajian penulis, maka selanjutnya penulis menyajikan kosa kata yang terdapat dalam surat Al Hujurāt ayat 13 tersebut. Adapun kosa kata yang terdapat dalam surat tersebut sebagai berikut: 1. An Nas An nas berakar dari kata ٌ إِ ْنسyang merupakan bentuk tunggal (mufrad) yang jamaknya ٌ أُنا َ سyang artinya manusia (Yunus, 2007:51). Al insan artinya manusia sepadan dengan kata al Basyar yang juga berarti manusia (Munawwir, 1984: 47). Al insan merupakan bentuk 15 tunggal (mufrad) yang jamaknya adalah al anasi yang berarti umat manusia. Disini yang dimaksud manusia yaitu seluruh penghuni bumi yang diciptakan oleh Allah berasal dari laki-laki dan perempuan yang sama, satu nasab, bapak ibu yang sama, yaitu Nabi Adam dan Hawa. 2. Kholaqa ُ ُق ـ يَ ْخل َ ق ـ Kholaqa berakar dari kata خ ْلقا َ َ َخلyang artinya membuat, menjadikan (Yunus, 2007:120). Kholaqa merupakan bentuk kata kerja lampau (fiil madhi) artinya adalah menjadikan, membuat dan menciptakan (Munawwir, 1984:393). Dengan demikian Allah yang menciptakan manusia, menciptakan dari seorang laik-laki dan seorang perempuan. Dari makna itu menciptakan merupakan makna yang paling mashur. Dikarenakan Allah menciptakan sesuatu tanpa ada sampel atau contoh yang mendahuluinya, termasuk ketika Allah menciptakan Nabi Muhammad saw atau seluruh manusia di alam raya. 3. Dzakara Dzakara berakar dari kata َذ َك ٌزadalah bentuk tunggal (mufrad) yang jamaknya adalah ُذ ُك ْو ٌرyang berarti jantan, laki-laki (Yunus, 2007:134). Yang dimaksudkan di sini laki-laki yaitu Nabi Adam, dan Adam adalah makhluk yang diciptakan Allah yang kemudian diperintahkan untuk mengelola bumi. 16 4. Untsa االُ ْنثَيadalah bentuk tunggal (mufrad) dari اِناَ ٌثyang berarti ٌ أُ ْنثَي ج ِإنjuga berarti perempuan, betina (Munawwir, 1984:46).َاث perempuan, wanita, betina (Yunus, 2007:50). Perempuan tersebut yaitu Hawa, dan Hawa adalah perempuan yang diciptakan Allah dari tulang rusuk Nabi Adam, untuk menjadi pasangan hidup Nabi Adam as. 5. Ja‟ala Ja‟ala berakar dari kata جعْل َ يَجْ ُع ُل ـ- َج َع َلyang artinya membuat, menjadikan (Munawwir, 1984:211). Di sini menerangkan bahwa Allah menjadikan sesuatu hal menjadi beragam, dari bersatunya Nabi Adanm dan Hawa, terlahirlah keturunan yang nantinya akan menjadi penerus Nabi Adam dan Hawa untuk mengelola bumi. 6. Syuu‟ban Syu‟ub ) )ال ُّشعُوْ بberakar dari kata ة َ َش َعyang berarti bangsa (Munawwir, 1984:774). Juga berasal dari kata ُشعوْ ب- ُ َشعُةyang artinya kaum, bangsa, puak, jauh (Yunus, 2007:198). Yaitu suku besar yang bernasab kepada suatu nenek moyang, seperti suku Rabi‟ah dan Muhdar. Suku itu terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai umarah. 7. Qaba‟ila Qaba‟ila berasal dari kata القَ ِث ْيلَ ُحyang merupakan bentuk tunggal dari lafadz قَثاَئِ ُلyang memiliki arti kabilah, suku, ras 17 (Munawwir, 1984:1169). قَ ِث ْيلَح ج قَثاَئِلyang juga memiliki arti puak, sekumpulan manusia, keturunan sebapak (Yunus, 2007:330). Yang dimaksud di sini adalah golongan yang lebih kecil dari sya‟ab, seperti kabilah Bakar yang merupakan bagian dari Rabi‟ah, dan kabilah Tamim yang merupakan bagian dari Muhdar. 8. Ta‟aruf Lafazh ta‟aruf asalnya adalah ( )تتعارفyang kemudian salah satu dari kedua huruf ( )خdibuang sehingga jadilah( )تعارفyang maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain. ُ ْز Ta‟aruf berakar dari kata ِعزْ فَح-ف َ َع َزyaitu kata kerja ِ يَع-ف yang berarti mengetahui, mengenal sesuatu (Yunus, 2007:262). Allah menciptakan manusia agar saling mengenal walaupun berbeda suku dan bangsa dan bersaudara baik laki-laki maupun perempuan. Semakin kuat pengenalan satu pihak dengan pihak lainnya, maka semakinterbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena ayat diatas menekankan untuk saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi ketakwaan. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. 18 9. Karama Karama berasal dari kata َك ُز َم – يَ ْك ُز ُم – َك َزهاyang artinya mulya, murah hati, dermawan (Yunus, 2007:371). Pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai obyeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk. 10. Allah ّ َ yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Yunus, 2007:47). Allah Allah( )لَا Swt adalah Dzat yang Maha Esa, Maha Segalanya, yang menciptakan alam semesta beserta isinya dan yang wajib disembah oleh seluruh makhluk-Nya. 11. Atqa Atqa berasal dari kata taqwa ( )التَّ ْق َوىdalam bahasa Arab berasal dari kata kerja ( ) َوقَيyang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung (Yunus, 2007:264).Taqwaadalah Orang yang mulia di sisi Allah swt yang paling tinggi kedudukannya di dunia serta di akhirat adl yang paling bertaqwa kepada-Nya. Taqwa adl suatu prinsip umum yang mencakup: takut kepada Allah swt dan mengerjakan apa yang diridhai-Nya, yang melengkapi kebajikan dunia dan kebajikan akhirat.Sehingga taqwa di sini adalah orang yang paling mulia di sisi Allah dengan kualitas keimanan yang dimiliki. 12. A‟limun 19 „Allama berasal dari akar kata يَ ْعلَ ُن – ِع ْلن- َعلِ َنyang berarti mengetahui sesuatu (Yunus, 2007:277). Kata علَّن َ juga berarti mengajar (Munawwir, 1984: 1036). Tetapi di sini kata tersebut mengandung makna ketuhanan Allah swt. Yang berarti Alim menggambarkan pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu, penekanannya adalah pada zat Allah yang bersifat Maha Mengetahui, bukan pada sesuatu yang diketahui itu. 13. Khobir Khobir memiliki arti pengetahuan (Yunus, 2007:113). Khobir menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu, di sini sisi penekanannya bukan pada zat-Nya Yang Maha Mengertahui, tetapi pada sesuatu yang diketahui itu. C. Isi Kandungan Surat Al-Hujurāt Ayat 13 Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari kandungan ayat yang dikaji, yaitu pada surat al-Hujurāt ayat 13 menurut pendapat para mufassir, yakni Tafsir tersebut adalah tafsir al Misbah, An Nuur dan al Maraghi sebagai berikut: Adapun redaksi ayat 13 dari surat al-Hujurāt, sebagaimana disajikan dalam teks berikut ini: 20 Masing-masing pandangan dari tafsir al Misbah, An Nuur dan al Maraghi akan penulis uraikan sebagai berikut: a. Tafsir Al-Misbah Seruan kepada semua manusia dan mengingatkan mereka bahwa: Allah swt menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni Nabi Adam as. dan Hawa, atau dari sperma (benih lelaki) dan ovum (indung telur perempuan) dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, yakni perkenalan yang mengantar kamu bantu membantu serta saling melengkapi. Allah tidak menyukai orang-orang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena yang paling mulia diantara manusia di sisi Allah swt hanyalah orang yang paling bertaqwa. Ayat ini ditutup dengan menegaskan bahwa yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah swt ialah yang paling bertaqwa, sungguh Allah Maha Mengetahui, Meneliti sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, walaupun detak detik jantung dan niat seseorang (Shihab, 2012:616-618). b. Tafsir An-Nuur Kami (Allah) menjadikan kamu bersuku-suku dan bergolonggolongan supaya kamu saling mengenal, bukan untuk bermusuhan. Jelasnya, Allah menjadikan kamu terdiri dari beberapa bangsa dan 21 warna kulit supaya kamu lebih tertarik untuk saling berkenalan. Inilah dasar demokrasi yang benar di dalam Islam, yang menghilangkan kastakata dan perbedaan-perbedaan bangsa. Masih adanya perbedaan rasial (apartheid) sangat ditentang oleh agama Islam.Allah swt mengetahui semua perbuatanmu dan mengetahui semua rahasia dirimu, karena itu bertaqwalah kepada Allah swt dan jadikanlah taqwa itu sebagai perbekalan untuk hari akhirat kelak. Dijelaskan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun mengenai Abu Hind, seorg tukan bekam. Rasulullah saw menyuruh bani Bayadhah mengawinkan Abu Hind dengan salah seorang gadis mereka, bani Bayadhah menjawab: “Apakah kami harus mengawinkan anak gadis kami dengan bekas golongan budak kami sendiri?”. Allah menjelaskan bahwa semua manusia itu satu keturunan, dari seorang ayah dan seorang ibu. Karena itu tidak selayaknya seorang menghina saudaranya sendiri. Allah menjadikan mereka berbangsabangsa, bersuku-suku, dan bergolong-golongan, agar saling mengenal dan saling menolong di antara mereka. Ketaqwaan, kesalehan, dan kesempurnaan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan seseorang atas yanglain (Shiddieqy, 2003:3926). c. Tafsir Al-Maraghi Di sini Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal dari seorang ayah dan seorang ibu. Maka kenapa saling mengolok-olok diantara saudara yang lainnya, padahal Allah SWT menjadikan mereka 22 bersuku-suku dan berbangsa yang berbeda, agar di antara mereka terjadi saling mengenal dan tolong-menolong dalam kemaslahatan mereka yang bermacam-macam. Namun tetap tidak ada kelebihan bagi seseorang pun atas yang lain, kecuali dengan taqwa dan kesalehan, di samping kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tiada abadi. Allah menurunkan ayat ini sebagai cegahan bagi mereka dari membanggakan nasab, mengunggul-unggulkan harta dan menghina kepada orang-orang fakir, Allah menerangkan bahwa keutamaan itu terletak pada taqwa (Al-Maraghi, 1993: 235-236). Dalam pokok-pokok isi kandungan yang terdapat dalam surat Al-Hujurāt ayat 13 di atas, penulis menyimpulkan bahwa Allah sawt telah menciptakan manusia dari laki-laki yaitu Nabi Adam dan seorang perempuan yaitu Hawa, lalu menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar dengan adanya perbedaan itu terjadilah ketertarikan untuk saling mengenal dan juga untuk saling menolong dan membantu sesama, bukan untuk saling mengejek dan mencemooh. Allah melihat kualitas manusia bukan dilihat dari keturunan, kekayaan, kepandaian, tetapi dari kualitas taqwa seseorang tersebut. Jadi jika hendak berbangga maka banggakanlah taqwamu, artinya barang siapa yang ingin memperoleh derajat-derajat tinggi hendaklah ia bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Tahu tentang amal perbuatan manusia, juga 23 Maha Waspada tentang hati manusia, maka jadikanlah taqwa sebagai bekal untuk di akhirat kelak. 24 BAB III ASBĀBUN NUZŪL DAN MUNĀSABĀH A. Sejarah Turunnya Surat Al-Hujurāt Kata Hujurātadalah bentuk jamak dari al-Hujrah yang berarti kamar, ruang sebagai tempat tidur. Nama surat ini diambil dari makna kata Hujurāt dalam ayat ke 4 yang berarti kamar-kamar (Imani, 2013:311). AlHujurāt adalah Surat yang tidak lebih dari 18 ayat dan termasuk surat Madaniyah , merupakan surat yang agung dan besar, yang mengandung hakikat akidah dan syari‟ah yang penting untuk manusia. Surat Al-Hujurāt ini menempati urutan ke-49 di dalam Al-Qur‟an. Mengenai kisah turunnya surat Al-Hujurāt, ulama sepakat menyatakan bahwa surat ini turun setelah Nabi Muhammad saw, berhijrah ke Madinah. Bahkan, salah satu ayatnya yang dimulai dengan “Ya ayyuhan an-Nas” yang bisa dijadikan ciri surat Makiyah yang turun sebelum hijrah, disepakati juga turun pada periode Madaniyah. Walaupun demikian, ada riwayat yang diperselisihkan nilai kesahihannya yang menyatakan bahwa ayat tersebut turun di Makkah pada saat Haji Wada‟/Haji Perpisahan Nabi saw. Namun demikian, kalaupun riwayat itu benar, ini tidak menjadikan ayat tersebut Makkiyah, kecuali bagi mereka yang memahami istilah Makkiyah sebagai ayat yang turun di Mekkah (Shihab, 2012:3). 25 B. Tema dan Tujuan Utama Tema utama dalam surat Al-Hujurāt adalah berisi petunjuk apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin terhadap Allah SWT, terhadap Nabi dan orang yang menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang fasik. Pada pembahasan ini dijelaskan apa yang harus dilakukan seorang mukmin terhadap sesama manusia secara keseluruhan, demi terciptanya sebuah perdamaian. Adapun etika yang diusung untuk menciptakan sebuah perdamaian dan menghindari pertikaian yaitu menjauhi sikap mengolok-olok, mengejek diri sendiri, saling memberi panggilan buruk, su‟udzon, ghibah, serta tidak boleh bersikap sombong dan saling membanggakan diri karena derajat manusia di hadapan Allah SWT itu semua sama. Di dalam surat Al-Hujurāt juga berisikan tentang etika, tatakrama, dan akhlak, yaitu kepada Allah swt, Rasul saw, sesama muslim yang taat, terhadap yang durhaka kepada Allah dan Rasul, dan terhadap sesama manusia. Tujuan utama dalam surat ini adalah mendidik setiap umat Islam bagaimana seharusnya berperilaku baik, sehimgga terciptanya lingkungan yang bersih dan sejahtera yang dihiasi dengan sopan santun terhadap Allah swt, Rasul saw, diri sendiri dan kepada orang lain. Sopan santun, bukan saja berkaitan dengan sikap lahiriah, tetapi berkaitan dengan bisikan hati (Shihab, 2012:4). 26 C. Asbābun Nuzūl Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam upaya mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dalam al-Qur‟an ada yang diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau dijawab. Peristiwa atau persoalan yang melatarbelakangi turunnya ayat itu disebut asbābunnuzūl (Depag, 2009:228). Asbābun al-nuzūl secara bahasa terdiri dari dua kata asbāb dan nuzūl, asbāb bentuk jama‟ dari sabab yang berarti sebab, sedangkan kata nuzūl berasal dari akar kata nazala-yanzilu-nuzulan yang artinya turun, menurunkan sesuatu (Budihardjo, 2012:21). Sedangkan asbābun nuzūūl menurut istilah adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur‟an tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Shihab,2012:3). Pengetahuan mengenai asbābun nuzūl atau sejarah turunnya ayatayat al-Qur‟an sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin memperdalam pengertian mengenai ayat-ayat al-Qur‟an. Dengan mengetahui latar belakang turunnya ayat, maka seseorang dapat menggambarkan situasi dan kondisi saat ayat tersebut diturunkan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terkandung di balik teks ayat tersebut. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ayat-ayat al-Qur‟an itu diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon dan dijawab. Dalam 27 pembahasan ini penulis tidak menemukan seluruhnya asbabun nuzul pada ayat-ayat yang dikaji melainkan hanya akan menjelaskan asbābun nuzūl yang terdapat pada surah al-Hujurāt ayat 13. Adapun asbābun nuzūl surah al-Hujurāt ayat 13 adalah sebagai berikut: Diriwayatkan oleh Abu Mulaikah, pada saat terjadinya Fathul Makkah (8 H), Rasul mengutus Bilal Bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan, ia memanjat ka‟bah dan berseru kepada kaum muslimin untuk shalat jama‟ah. Ahab bin Usaid ketika melihat Bilal naik keatas ka‟bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku, sehingga tidak menyaksikan peristiwa hari ini”. Harist bin Hisyam berkata “Muhammad menemukan orang lain kecuali burung gagak yang hitam ini”, kata-kata ini dimaksudkan untuk men-cemooh Bilal, karena warna kulit Bilal yang hitam. Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah saw tentang apa yang dilakukan mereka. Sehingga turunlah ayat ini, yang melarang manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukannya, kepangkatannya, kekayaannya, keturunan dan mencemooh orang miskin. Diterangkan pula bahwa kemuliaan itu dihubungkan dengan ketaqwaan, karena yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah dari ketaqwaan seseorang. Adapun asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang peristiwa yang terjadi kepada sahabat Abu Hindin (yaitu sahabat yang biasa berkidmad kepada Nabi Muhammad) Rasulullah menyuruh Bani 28 Bayadah untuk menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan mereka. Mereka bertanya “apakah patut kami mengawinkan gadis kami dengan budak-budak?” sehingga turun ayat ini, agar kita tidak mencemooh seseorang karena memandang kedudukannya (Depag RI, 2009:419-420). D. Munāsabāh Munāsabāh berasal dari kata nāsaba-yunāsibu-munāsabah, kata tersebut bentuk tsulatsi mujarad dari nasaba yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munāsabāh berarti muqārabāh atau kedekatan dan kemiripan. Hal tersebut dapat terjadi pada dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan dapat terjadi pada seluruh unsur-unsur atau pada sebagiannya saja. Secara istilah munāsabāh adalah adaya kecocokan, kepantasan, keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat, atau munāsabāh adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lain (Budihardjo, 2012:39). Kata Munāsabāh sedangkan menurut Ibnu al-„Arabi, munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an sehingga seolah-olah merupakan suatu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan makna dan redaksi (Hermawan, 2011:122). Ilmu Munāsabāh adalah menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain, surat sebelum dan surat 29 sesudahnya, baik yang di belakangnya maupun yang ada di mukanya (Syadali, 1997:168). Adapun Munāsabāh yang dijelaskan oleh penulis di sini adalah hubungan surat Al-Hujurāt dengan surat sebelumnya (surat Fath) dan hubungan dengan surat sesudahnya (surat Qaf), serta hubungan surat AlHujurāt ayat 12-14. 1. Munāsabāh surah dengan surah a. Surah al-Hujurāt dengan Surah al-Fath Surat Al-Hujurāt merupakan surat ke 49 diturunkan di Madinah sesudah Nabi SAW berhijrah, diturunkan sesudah surat Al-Mujadalah. Nama Al-Hujurāt sendiri diambil dari ayat ke 4 yang artinya kamar-kamar. Ayat tersebut mencela para sahabat yang memanggil Nabi Muhammad yang sedang berada di dalam kamar rumahnya bersama istrinya. Memanggil dengan cara demikian menunjukkan cara yang kurang hormat kepada beliau karena mengganggu ketentraman beliau (Depag, 2009:393). Penjelasan dari surat Al-Hujurāt, bahwa Al-Hujurāt adalah surat ke-49 yang diturunkan di Madinah dengan ayatnya yang berjumlah 18, Al-Hujurāt itu sendiri mengajarkan tentang bagaimana cara berbicara kepada Rasulullah SAW dengan cara yang baik. Surat Al-Fath adalah surat ke 48, ditempatkan sesudah surat Al-Qital (Muhammad), surat Qital itu sendiri dianggap sebagai 30 mukaddimah pembicaraan, sedangkan surat Al-Fath dianggap sebagai kesimpulannya. Sesudah itu diiringi dengan surat AlHujurāt ini, mengingat apabila umat muslim telah berijtihad dan memperoleh kemenangan, serta masyarakat pun telah kembali tentram dan aman sentosa, maka perlulah ada etika pergaulan antara para sahabat dengan Nabi serta cara-cara bergaul di antara mereka (Ash-siddieqy, 2003:3907). Penjelasan di atas menerangkan bahwa di dalam surat AlFath dianggap sebagai kesimpulannya dari surat Qital (Muhammad), dan diiringi juga dengan surat Al-Hujurāt, karena dengan hal itu umat muslim memperoleh kemenangan dan umat muslim kembali merasakan ketentraman. Adapun persesuaian antara Al-Hujurāt dengan surat Al-Fath adalah sebagai berikut: a. Pada surat Al-Hujurāt disebutkan memerangi kaum pemberontak. Sedangkan pada surat Al-Fath disebutkan memerangi orang-orang kafir. b. Surat Al-Hujurāt diakhiri dengan pembicaraan tentang orangorang yang beriman, sedangkan pada surat Al-Fath juga dibuka tentang mereka. c. Masing-masing kedua surat ini memulai tentang penghormatan kepada Rasulullah SAW, terutama pada awal masing-masing (Al-Maraghi, 1993:199). 31 b. Surah al-Hujurāt dengan Surah al-Qaf Surat Al-Hujurāt merupakan surat ke 49 diturunkan di Madinah sesudah Nabi SAW berhijrah, diturunkan sesudah surat Al-Mujadalah. Nama Al-Hujurāt sendiri diambil dari ayat ke 4 yang artinya kamar-kamar. Ayat tersebut mencela para sahabat yang memanggil Nabi Muhammad yang sedang berada di dalam kamar rumahnya bersama istrinya. Memanggil dengan cara demikian menunjukkan cara yang kurang hormat kepada beliau karena mengganggu ketentraman beliau (Depag, 2009:393). Penjelasan dari surat Al-Hujurāt, bahwa Al-Hujurāt adalah surat ke-49 yang diturunkan di Madinah dengan ayatnya yang berjumlah 18, Al-Hujurāt itu sendiri mengajarkan tentang bagaimana cara berbicara kepada Rasulullah SAW dengan cara yang baik. Surat Al-Qaf tergolong dalam surat Makiyyah karena turun di kota Mekkah, tetapi kecuali pada ayat 27 yang tergolong Madaniyyah, surat ini berjumlah 45 ayat yang diturunkan sesudah surat Al-Mursalat. Muslim dan lainnya meriwayatkan hadis dari Jabir bin Samurah, bahwa Nabi saw, membaca surat ini pada rakaat pertama dari salat fajar (salat subuh). Sementara itu Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Nasa‟i mengeluarkan sebuah riwayat dari Abu Wakhid 32 Al-Laisin, bahwa Nabi saw, membaca pada hari raya yakni surat Qaf dan Iqtarabat. Abu Daud, al-Baihaqi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ummu Hisyam binti Harisah, ia mengatakan bahwa saya menerima surat Qaf wal Qur‟anul Majid hanya dari mulut Rasulullah saw. Beliau membaca surat ini pada setiap jum‟at di atas mimbar apabila beliau berkutbah di hadapan orang banyak. Semua itu menunjukkan bahwa Nabi saw, membuka surat ini pada pertemuan-pertemuan besar seperti dua hari raya dan jum‟at karena suratnini memuat keterangan tentang permulaan penciptaan dan juga tentang kebangkitan, dan penghimpunan, di samping tentang akhirat, hisab, surga, neraka dan hukuman, penggembiraan dan ancaman (Ash-siddieqy, 2000:248). Penjelasan di atas telah menerangkan bahwa surat Qaf dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw membaca surat Qaf pada pertemuan-pertemuan besar seperti di hari raya. Adapun hubungan antara surat Al-Hujurāt dengan surat Qaf adalah sebagai berikut: a. Pada akhir surat Al- Hujurāt disebutkan keimanan orang-orang Badui dan sebenarnya mereka belum beriman. Hal ini dapat membawa mereka kepada bertambahnya iman mereka dan dapat pula menjadikan mereka orang yang mengingkari kenabian dan hari kebangkitan, sedang pada awal surat Qaf 33 disebutkan beberapa sifat orang kafir yang mengingkari kenabian dan hari kebangkitan. b. Surat Al-Hujurāt telah banyak menguraikan soal-soal duniawi, sedang surat Qaaf banyak menguraikan masalah akhirat (Depag RI, 1986:458). 2. Munāsabāh ayat dengan ayat a. Al-Qur‟an surah al-Hujurāt ayat 13 memiliki munāsabāh dengan ayat sebelumnya yaitu surat al-Hujurāt ayat 12 : Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudahmati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya .Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan 34 kamu berbangsa –bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Dalam surat Al-Hujurāt ayat 12, menerangkan bahwa Allah Swt memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka buruk(su‟udzon) terhadap satu sama lainnya, mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus) dan larangan untuk saling mengunjing. Diriwayatkan dari Rasulullah saw sesungguhnya Allah mengharamkan diri orang mukmin darah dan kehormatannya sehingga dilarang berburuk sangka di antara mereka. Adapun orang yang secara terangterangan berbuat maksiat serta menjumpai berada di tempat orang yang biasa minum-minuman keras dan mabuk, maka buruk sangka terhadap mereka itu tidak dilarang, karena mereka sudah jelas melakukan perbuatan maksiat. Kemudian Allah melarang berburuk sangka terhadap orang mukmin karena sudah jelas bahwa prasangka itu mengandung dosa besar, serta Allah juga melarang mukmin untuk mencari-cari kesalahan, mencari perbedaan di antara mukmin lain karena Allah membenci adanya permusuhan. Allah juga tidak menyukai mengumpat atau menggunjing orang lain, yang dimaksud dengan gibah atau gunjing adalah menjelek-jelekan orang lain sedangkan ia ada di tempat itu, dan itu sangat menyakiti hati orang lain. 35 Allah menyuruh kaum mukmin supaya tetap bertaqwa kepada-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap orang yang mau bertaubat dan mengakui kesalahannya. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang, tidak akan mengazab seseorang setelah ia bertaubat (Depag RI, 2009:416-418). Sedangkan pada surat Al-Hujurāt ayat 13, menerangkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal, saling membantu satu sama lain, bukan untuk saling mencari kesalahan untuk menumbuhkan masalah atau konflik. Dan perbedaan yang ada di antara merekalah yang menjadikan suatu alasan bagi mereka untuk menjadi bersatu dan saling melengkapi. b. Ayat 13 di atas juga bermunāsabāh dengan ayat sesudahnya yaitu surah al-Hujurāt ayat 14 yaitu: Artinya: “Orang-orang Arab Baduiituberkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 36 Pada surat Al-Hujurāt ayat 13 menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan bermasyarakat, bukan untuk saling bermusuhan karena adanya perbedaan tersebut, dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah kecuali dengan ketaqwaannya kepada Allah swt. Sedangkan pada surat Al-Hujurāt ayat 14 menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badui mengaku bahwa diri mereka telah beriman. Ucapan mereka itu dibantah oleh Allah, sepantasnya mereka itu tidak mengatakan telah beriman, karena iman yang sungguh-sungguh itu adalah membenarkan dengan hati yang tulus dan percaya kepada Allah dengan seutuhnya. Hal itu belum terbukti karena mereka memperlihatkan bahwa mereka telah memberikan kenikmatan kepada Rasulullah saw dengan keislaman mereka dengan berkata tidak memerangi Rasulullah saw. Terhadap manusia yang banyak berbuat kesalahan, di mana pun ia berada, Allah akan mengampuninya karena Dia Maha Pengampun terhadap orang yang bertaubat dan yang beramal penuh dengan keikhlasan (Depag RI, 2009:423). Pada ayat 13 Allah memerintahkan kepada manusia supaya bertakwa. Pada ayat berikut ini, Allah mencerca orang Arab Baduui yang imannya lemah yang mereka menonjolkan keimanannya, padahal mereka belum tentu termasuk orang yang 37 beriman, karena mereka itu hanya sekedar menghendaki pembagian dari rampasan perang dan mementingkan soal kebendaan saja. Serta penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan semata. Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. 38 BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SURAT AL HUJURAT AYAT 13 DAN IMPLEMENTASINYA A. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Dalam Surat Al-Hujurāt Ayat 13 Berkaitan dengan pendapat para mufassir yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka dalam Al-Qur‟an Surat Al Hujurāt ayat 13 terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan yang harus dimiliki oleh manusia dan diaplikasikan dalam kehidupannya baik terhadap dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah: 1. Kesetaraan Gender “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan” Maksudnya di sini adalah manusia diciptakan berasal dari seorang laki-laki yaitu Adam dan seorang perempuan yaitu Hawa, dan laki-laki dan perempuan derajatnya sama, yang membedakan hanya pada saat Adam dan Hawa saja, yang terciptanya Hawa dari tulang rusuk Adam untuk menemani Adam di surga. Yang artinya Adam lebih tinggi derajatnya dibandingkan Hawa. Akan tetapi di saat keturunan Adam dan Hawa (manusia) lahir di bumi, pada sejak itulah manusia semuanya derajatnya sama di Mata Allah, baik laki-laki 39 maupun perempuan. Yang membedakan adalah kualitas iman dan takwanya kepada Allah swt. Gender berasal dari bahasa latin yaitu genus, yang memiliki arti tipe atau jenis. Dalam bahasa inggris, gender yang artinya jenis kelamin atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan (pernikahan). Secara etimologi, gender yaitu perbedaan yang tampak antara lakilaki dan perempuan, dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam “women studies encyclopedia” dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, dan berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, tingkah laku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Jika dihubungkan, surat al-Hujurāt ayat 13 dengan pembahasan gender adalah kesamaan konteks tentang tidak adanya perbedaan antara manusia satu dengan yang lain, serta manusia itu sendiri terbatas pada laki-laki dan perempuan. Bisa dikatakan gender sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. buktinya dengan tokoh perempuan pada masa Rasulullah saw. turut andil menyebarkan agama Islam. Contoh Aisyah yang menjadi periwayat hadits yang terpercaya. Gender tidak muncul begitu saja akan tetapi gender berkembang dengan konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan tingkat dan pemahaman yang berbeda, dari karakteristik, sifat, terutama adat kebiasaan (Sarwono, 2014:103). 40 Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalammenjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial dalam masyarakat tidak ditemukan ayat al-Qur‟an atau hadits yang melarang kaum perempuan aktif di dalamnya.Sebaliknya al-Qur‟an dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi. Allah SWT juga memberikan peran dan tanggung jawab yang sama antara lelaki dan perempuan dalam menjalankan kehidupan spiritualnya. Allah punmemberikan sanksi yang sama terhadap perempuan dan lelaki untuk semuakesalahan yang dilakukannya. Jadi pada intinya kedudukan dan derajat antaralelaki dan perempuan di Mata Allah SWT adalah sama, dan yang membuatnyatidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya. Dengan demikian, keadilan gender adalah suatu kondisi adil bagi perempuan danlaki-laki untuk dapat mengaktualisasikan dan mendedikasikan diri bagi pembangunan bangsa dan negara. Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada prinsip-prinsipyang memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai: hamba Tuhan(kapasitasnya sebagai hamba). a. Laki-laki dan Perempuan sama sebagai Hamba yaitu masingmasing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan pengabdiannya yang diterangkan di dalam Q.S. an-Nahl ayat 97: 41 Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Menurut Q.S. al-Zariyat (51:56)yang berbunyi: Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Dalam kapasitas sebagai hamba tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, keduanya mempunyai potensi dan peluang yangsama untuk menjadi hamba yang ideal. Hamba ideal dalam al-Qur‟an biasa diistilahkansebagai orang-orang yang bertaqwa (mutaqqun), dan untuk mencapai derajat mutaqqun ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu, sebagaimana disebutkan dalam surat alHujurāt ayat 13. b. Laki-laki dan Perempuan sebagai Khalifah di bumi ataukapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi al‟ard) telah ditegaskan dalam surat al-An‟am pada ayat ke 165: 42 Artinya: dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam surat al-Baqarah ayat 30 yaitu: Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dalam kedua ayat tersebut, kata “khalifah” tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu yang artinya, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagaikhalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi. 43 c. Laki-laki dan Perempuan menerima perjanjian primordial (perjanjian dengan Tuhannya) sebagaimana disebutkan dalam surat al-A‟raf ayat ke172: Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam surat al A‟raf ayat 172, yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para Malaikat. Sejak awal sejarahmanusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Lakilakidan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. Al-Qur‟an jugamenegaskan bahwa Allah memuliakan 44 seluruh anak cucu Adam tanpa pembedaan jenis kelamin seperti yang sudah dijelaskan di dalam surat al-Isra‟/17 ayat 70: Artinya: dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. MaksudnyaAllah swt memudahkan bagi anak Adam baik laki-laki maupun perempuan pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan, serta Allah juga memuliakan cucu Adam. d. Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam cerita terdahulunya yang telah disebutkan dalam surat al-A‟raf ayat 22: Artinya: Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan 45 mereka menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" Semua ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan keterlibatan keduanya secara aktif, dengan penggunaan kata ganti untuk dua orang (human), yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa, yang terlihat dalam beberapa kasus berikut: Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga, lalu keduanya mendapatkan godaan yang sama dari setan, setelah itu keduanya sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan, di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan saling membutuhkan. Ayat ayat tersebut diatas mengisyaratkan konsep kesetaraan dan keadilan gender serta memberikan ketegasan bahwa prestasi individual baik dalam bidang spiritual maupun urusan karir profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelaminsaja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yan sama meraih prestasi yang optimal. Namun dalam realitas masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dansosialisasi, 46 karena masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit di selesaikan (Barlas, 2007:105). e. Perempuan dan Laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: Surat Ali Imran ayat 195: Artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak 47 ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya. Surat An-Nisa ayat 124: Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. Surat An-Nahl ayat 97: Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Di ayat ini ditekankan bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun karier profesional, tidak harus di dominasi oleh satu jenis kelamin saja. Demikian juga kedudukan 48 perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana yang diduga dan dipraktikkan oleh memberikan perhatian dan masyarakat. Al-Qur‟an sangat penghormatan yang besar kepada perempuan (Maksum, 2011:258). Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya. Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan demikian manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya khalifah sukses yang dapat mencapai derajat iman sesungguhnya (Wadud, 2006:122). Tujuan al-Qur‟an adalah terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan dalamal-Qur‟an mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai inividu maupunsebagai anggota masyarakat. Al-Qur‟an tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa, kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian, terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan, makahasil pemahaman dan penafsiran tersebut 49 terbuka untuk diperdebatkan, apakah sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya sebagai ”rahmatan lil‟alamin”. 2. Perbedaan Bangsa dan Suku “menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku” Dalam tafsir Al-Misbah (Shihab, 2012:617) kata شعوبadalah bentuk jamak dari ( شعةsya‟b). Kata ini ditunjukkan untuk menunjukkan sekumpulan dari sekian ( قثيلحqabilah) yang artinya suku yang biasa diterjemahkan suku yang merujuk pada satu kakek. Qabilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai ( عوارجimarah), dan yang ini terdiri lagi dari sekian banyak kelompok yang dinamai ( تطنbathn). Di bawah bathn ada sekian فخذ (fakhdz) hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil. Diterangkan bahwa perbedaan antara bangsa-bangsa dan sukusuku adalah Sunatullah. Sunatullah itu berlangsung di seluruh alam dan dalam segala hubungan. Ia dapat diperinci dalam bidang, kepada manusia Tuhan menurunkan wahyu melalui Rasulullah saw, untuk menggariskan laku perbuatan atau amal manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Sunatullah ini disebut ibadat (khasah) atau agama. Wahyu untuk manusia itu juga menggariskan laku perbuatan atau amal manusia dalam hubungannya sesama manusia. Sunatullah ini disebut 50 mu‟amalat atau sosial. Konsep mu‟amalat itu yang diistilahkan kebudayaan (Gazalba, 1978:175). Suatu hari, kaum kafir Quraisy sudah mulai putus asa dengan perkembangan Islam di Mekah. Pengaruh Nabi Muhammad saw. yang membawa agama baru semakin terasa di kalangan masyarakat. Setelah berdiskusi, mereka mengutus beberapa orang untuk menemui Nabi Muhammad saw. ”Hai Muhammad, hentikanlah dakwahmu mengajak warga mengikuti agamamu. Bagaimana kalau kita saling berbagi? “Satu hari kami menyembah Tuhanmu dan satu hari engkau menyembah Tuhan kami?” Nabi Muhammad saw yang mendengar tawaran seperti itu menolak dengan halus. Selanjutnya, turunlah Surah al-Kafirun ayat 1-5, yang berbunyi: Artinya:(1)Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,(2)aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.(3) dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah(4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Salah satu tantangan bagi manusia yang telah memeluk agama Islam adalah menerima dengan tulus hati semua ajaran Allah yang telah diturunkan melalui Rasulullah saw. Hal ini karena 51 adakalanya, pertanyaan mengapa aturannya seperti ini ? Pertanyaan seperti itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Meski demikian, apabila terlalu lama tanpa jawab akan dapat menggoyahkan keyakinan kita kepada Allah dan rasul-Nya. Bertoleransi kepada sesama manusia merupakan salah satu adab mulia Islam. Islam menghargai pluralitas atau keanekaragaman yang ada dalam masyarakat. Pluralitas adalah kenyataan yang ada dalam masyarakat . Hal ini berbeda dengan pluralisme yang menyamakan semua perbedaan yang ada. Menghargai keanekaragaman yang ada merupakan kewajiban seorang muslim. Hal ini telah dipraktikkan oleh Rasulullah saw. di Madinah saat beliau dengan indah berhubungan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Tentu saja selama pihak lain juga memiliki sikap saling menghargai. Untuk memastikan sikap ini dalam jiwa kita, terdapat beberapa latihan yang perlu dibiasakan, yaitu sebagai berikut: 1. Menghargai pendapat orang lain dengan penuh daya kritis. 2. Tidak memaksakan kehendak atau pendapat kita kepada orang lain. 3. Menjaga hubungan baik dengan orang lain yang berbeda suku, ras, agama atau golongan. 4. Meningkatkan pemahaman keindahannya. 52 tentang ajaran Islam dan 5. Mempertegas jati diri selaku seorang muslim yang baik, santun, tegas, serta mampu mengayomi setiap orang, tanpa membedabedakannya. Surah Al-Kafirun pada ayat 1–5 bercerita tentang sikap seharusnya seorang muslim kepada orang yang berbeda agama dan keyakinan. Serta tidak diperbolehkan mencampur adukkan tata cara kehidupan individu dengan ajaran agama orang lain. Artinya: 40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". Pada Surah Yunus/10 ayat ke 40–41 mengajarkan tentang sikap dalam berbeda pendapat dengan orang lain. Pada saat meyakini kebenaran suatu pendapat apalagi pendapat yang bersifat prinsip, diperbolehkan untuk berbeda pendapat dengan tetap menghargai pendapat orang lain. 53 Artinya: dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Surah al-Kahfi/18 ayat 29 mengajarkan toleransi untuk beriman atau tidak beriman kepada Allah Swt. Setiap orang dipersilakan untuk beriman atau tidak menurut keyakinan yang mereka miliki. Dalam masyarakat, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang pasti ada. Oleh karena itu, saling menghargai sangat diperlukan agar hubungan antarsesama dapat berjalan dengan baik. Sebagai umat Islam, haruslah tetap menjaga harga diri dan identitas serta sikap kita sebagai seorang muslim yang teguh dan baik hati. Dengan demikian, tugas manusia sebagai rahmatan lilalamin dapat ditunaikan dengan baik. Hanya saja, dalam konteks 54 ini pendidikan multikultural perlu dibatasi hanya menyangkut persoalan peradaban umat manusia dan kehidupan sosial (human relation) antar umat beragama yang tidak bertentangan dengan “titah” Allah atau akidah (Nizar, 2005: 227-228). Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan Allah bagi sekalian makhluk-Nya. Dengan perbedaan itulah kehidupan di muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan interaktif. Sebagai seorang muslim yang baik, pasti juga dihadapkan dengan perbedaan tersebut. Untuk itulah seharusnya meneladani contoh Rasulullah saw bertoleransi dalam perbedaan yang ada. Pada awal hijrah, Rasulullah saw hidup di Madinah bersama dengan para penyembah berhala, kaum nasrani, dan orang-orang Yahudi. Dengan mereka semua Rasulullah saw menjalin pertemanan yang baik. Akan tetapi meskipun berteman baik, Rasulullah saw tidak terlarut dengan pergaulan tersebut. Rasulullah saw dengan teguh memegang ajaran Allah tanpa terkontaminasi sedikit pun. 3. Ta’aruf “Supaya saling mengenal” Dalam tafsir Al-Misbah (Shihab, 2012:618) Kata تعارفواdiambil dari kata عزفyang berarti mengenal. Dalam surat alHujurāt ayat 13 mengandung makna timbal balik yang berarti saling 55 mengenal. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Saling mengenal juga diterapkan dalam sosial atau pergaulan hidup menjalin hubungan sosial dan membentuk ikatan sosial. Dalam kehidupan sosial kepada tiap warga masyarakat dibebankan kewajiban terhadap warga lain dan terhadap kesatuan sosial. Tanpa kewajiban itu, kehidupan sosial tidak mungkin terbentuk. Kehidupan manusia akan terhenti pada kehidupan pribadi seperti hewan. Kehidupan sosial itu membentuk masyarakat, dan masyarakat itu beragam tingkatan. Mula-mula keluarga, lalu suku, bangsa, setelah itu masyarakat dunia (Gazalba, 1978:148). Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Demikian juga halnya dengan pengenalan terhadap alam semesta. Semakin banyak pengenalan terhadapnya, semakin banyak pula rahasia-rahasianya yang terungkap, dan ini pada gilirannya melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Dari sini pula sejak dini al-Qur‟an menggaris bawahi bahwa: 56 Artinya: 6.Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,7.karena Dia melihat dirinya serba cukup (Qs. al„Alaq/96: 6-7). Salah satu dampak ketidakbutuhan itu adalah keengganan menjalin hubungan, keengganan saling mengenal dan ini pada dampaknya akan terjadi bencana dan perusakan di dunia. 4. Taqwa “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu” Dalam tafsir Al-Misbah (Shihab, 2012:618) Kata ()اكزهكن akramakum terambil dari kata ( )كزمkaruma yang pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya.Secara etimologis kata taqwa merupakan bentuk masdar dari kata ittaqâ–yattaqiy (ي ْ ِ يَتَّق-)اتَّقَي, yang berarti “menjaga diri dari segala yang membahayakan”. Sementara pakar berpendapat bahwa kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Kata taqwa dengan pengertian ini dipergunakan di dalam al-Quran. Kata ini berasal dari kata waqâ–yaqi–wiqayah ( ِوقَايَح- يَقِي-) َوقَي, yang berarti “menjaga diri, menghindari, dan menjauhi”, yaitu menjaga sesuatu dari segala yang dapat menyakiti dan mencelakakan. Secara terminologi taqwa dapat dimaknai sebagai suatu upaya memelihara diri dari segala macam bahaya yang bisa mengancam dan merusak ketenangan hidup baik didunia maupun di akhirat kelak (Sayadi, 2009 : 65). 57 Taqwa adalah kepribadian yang dibentuk oleh pengajaran dan pendidikan rukun Islam, rukun Iman, Ihsan dan Ikhlas (Gazalba, 1978:146). Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari bahkan bersaing dan berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa kepemilikan materi, kecantikan, serta kedudukan sosial karena kekuasaan atau garis keturunan. Tetapi bila diamati apa yang dianggap keistimewaan dan sumber kemuliaan itu sifatnya sangat sementara, bahkan tidak jarang mengantar pemiliknya kepada kebinasaan. Jika demikian, hal-hal tersebut bukanlah sumber kemuliaan. Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus membahagiakan secara terus-menerus. Kemuliaan abadi dan langgeng itu ada di sisi Allah swt. dan untuk mencapainya adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya, serta meneladani sifat-sifat-Nya sesuai kemampuan manusia. Itulah taqwa dan, dengan demikian yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. B. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam Baik mewujudkan ataupun mewariskan kebudayaan, Islam berlangsung melalui pendidikan. Pendidikan dalam pengertian kebudayaan berlangsung dalam tiga lingkar, yaitu: pendidikan keluarga atau rumah 58 tangga (Informal), pendidikan di sekolah(formal), pendidikan sosial atau masyarakat (Gazalba, 1978:208). 1. Pendidikan Informal Akar dari pendidikan adalah pendidikan dikeluarga (informal), yaitu pendidikan awal yang sangat penting untuk mempersiapkan manusia menjadi makhluk agama dan makhluk budaya. Saat masih bayi pasti belum dapat berkomunikasi dengan orang-orang, kecuali dengan ketawa dan menangis, lalu setelah itu anak akan dididik oleh keluarga khususnya kedua orang tua dengan bahasa. Jika sudah menguasai bahasa si anak dapat menyatakan fikiran, perasaan, pengalaman, dan keinginan kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan bahasa, terbukalah pintu dunia agama dan budaya. Keluarga juga awal dari mendidik asas agama dan kebudayaan, dididik untuk beribadah dan juga dididik konsep-konsep moral, ditanamkan kesadaran hukum (mentaati suruhan, menghentikan larangan), cara-cara untuk makan, bergaul, serta konsep budaya-budaya yang ada di lingkungan sekitar. Di dalam keluarga, dapat ditemukan bahwa pendidikan multikultural akan sangat berhubungan, karena di setiap keluarga satu dengan keluarga yang lain pastilah akan beda kebiasaan serta adatnya dalam kesehariannya. Serta di dalam hal pernikahan, apabila ada pernikahan yang dilakukan dengan beda suku, ras, tetapi masih seagama, maka diperbolehkan, karena menikah adalah sunah dan Allah tidak melarangnya selagi masih satu keyakinan. 59 2. Pendidikan Formal Yaitu pendidikan yang berada di jenjang sekolah seperti: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan yang terakhir Perguruan Tinggi (PT). Dalam pendidikan formal, pendidikan multikultural tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, tetapi dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada melalui bahan ajar atau model pembelajaran. a. Sekolah Dasar (SD) Konsepsi pendidikan model Islam tidak hanya melihatbahwa pendidikan itu sebagai upaya mencerdaskan semata, melainkan sejalan dengan konsep Islam sebagai suatu pranata sosial itu sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakikat eksistensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di hadapan Allah Swt. Perbedaannya adalah pada kadar ketaqwaannya sebagai bentuk perbedaan kualitatif (Karim, 1991:32). Pembentukan karakter bangsa merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian di dunia pendidikan. Karakter bangsa perlu di bentuk di tengah-tengah keanekaragaman bangsa Indonesia. Perbedaan suku , agama, ras, adat istiadat bukanlah merupakan hal untuk dijadikan pemecah persatuan dan kesatuan, 60 akan tetapi merupakan hal yang harus diciptakan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Untuk membentuk karakter bangsa yang mampu menghargai perbedaan, namun tetap komitmen terhadap budayanya sendiri dapat dilakukan salah satunya melalui pembelajaran berbasis multikultral kepada peserta didik Sekolah Dasar (SD). Hal pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengenalkan peserta didik tentang pluralisme budaya di luar dirinya, kemudian guru harus mendorong untuk mengembangkan sikap peserta didik agar mau dan mampu menghargai budaya yang berbeda-beda di luar dirinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengintegrasikan nilai multikultural dalam pembelajaran, diantaranya adalah dengan memberi setiap siswa kesempatan untuk mencapai potensinya, mempelajari bagaimana belajar dan berfikir kritis, menndorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam pendidikanya sendiri dengan membawa kisah dan pengalamanya kedalam lingkup belajarnya, menunjukan gaya belajar yang bermacam-macam, mengembangkan sikap positif tentang kelompok orang yang berbeda dari dirinya. Dengan pengintegrasian nilai-nilai multikultural kedalam proses pembelajaran ini di harapkan siswa di persiapkan untuk menjadi generasi penerus bangsa yang mampu menerima, menghormati, dan menghargai perbedaan-perbedaan yang muncul 61 di kalangan etnis yang berbeda. Siswa tidak lagi mejadikan perbedaan sebagai ajang pemecah persatuan bangsa,akan tetapi justru mampu mengambil makna dari perbedaan yang ada. Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pengembangan muatan lokal, maksudnya muatan lokal pendidikan multikultural disesuaikan dengan tempat sekolah berada seperti: 1) keterkaitan muatan lokal dengan sumber daya alam (SDA); 2) keterkaitan muatan lokal dengan sumber daya manusia (SDM);3) keterkaitan muatan lokal dengan geografis;4) keterkaitan muatan lokal dengan budaya;5) keterkaitan muatan lokal dengan historis. b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Implementasi tidaklah perlu mengubah kurikulum, pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran yang lainnya. Yang utama kepada para siswa perlu diajari mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai. Agar pendidikan tidak menjadi penjara, maka harus diupayakan agar tidak membosankan serta mengenai tujuan atau sasaran, yakni memberikan ruang pada peserta didik untuk menyampaikan ekspresi yang berbeda-beda dengan keunikan yang 62 dimilikinya. Salah satu cara memberikan kebebasan terhadap siswa melalui berbagai pendekatan dan metode (Zurqoni, 2013:157). Metode yang digunakan adalah: Pertama, metode kontribusi yaitu dengan mengajak peserta didik berpartisipasi dalam memahami dan mengapresiasi kultur lain, mengapresiasi peristiwa-peristiwa keagamaan maupun kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Kedua, metode pengayaan yaitu materi pendidikan, konsep, tema, dan perspektif bisa ditambahkan dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya. Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya. Ketiga, metode transformasi yaitu dengan mengubah struktur kurikulum, dan memberanikan peserta didik untuk memahami isu dan persoalan dari beberapa perspektif etnik dan religi tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat. Keempat, metode aksi sosial yaitu dengan mengajak peserta didik untuk tidak hanya memahami dan membahas isu-isu sosial, tetapi juga melakukan hal yang penting berkaitan dengan hal tersebut. Implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan lingkungan sebenarnya sehingga menumbuhkan rasa memiliki lingkungan, mencintai lingkungan dan menghargai eksistensi lingkungan yang juga bagian dari ekosistem dan mempengaruhi 63 kehidupan manusia dan pelajaran yang terpenting yang dapat dimaknai peserta didik pendidikan lingkungan. c. Sekolah Menengah Atas (SMA) Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan peserta didik dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sadar dengan nilai etis Islam (Husain, 1994:1). Pendidikan Islam bukan hanya sekadar transfer of knowledge, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait langsung dengan Tuhan. Dengan demikian, pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang membawa manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah (Achwan, 1991:23). Keberagaman dalam pendidikan itu ada karena pendidikan tidak lepas dari konteks masyarakat. Anak-anak sebagai pusat perhatian pendidikan yang sering terlupakan kepentingannya adalah bagian dari konteks sosialnya. Mereka memiliki konteks sosial dan budaya yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu 64 menjadi alasan bahwa mereka penting mendapat pendidikan multikultural agar mereka mampu menyesuaikan diri dengan baik. Hal ini menjadi tanggungjawab sekolah melalui pendidikan dan mata pelajaran di sekolah, maka pendidikan multikultural dapat ditanamkan pada anak, termasuk melalui pendidikan agama sejak dini. Implementasi pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran dan bahan ajar seperti agama, sosiologi, dan antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran, seperti diskusi kelompok. d. Perguruan Tinggi (PT) Pengimplementasian pendidikan multikultural di Perguruan Tinggi dari segi substansi, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan misalnya melalui mata kuliah umum, seperti kewarganegaraan, agama, dan bahasa. Bisa juga dengan mengikuti organisasi kampus agar bisa bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya, bahkan dengan mahasiswa di luar kampus. Dengan mengikuti organisasi akan tertanam jiwa bersosialisasi, dan mengajarkan untuk saling bertukar pikiran serta menghargai pendapat orang lain. 3. Pendidikan Nonformal Pendidikan multikultural dalam pendidikan nonformal atau di masyarakat yaitu berinti dari apa yang disebut kebudayaan adalah cara 65 hidup masyarakat, baik masyarakat dalam artian sempit seperti etnisitas, maupun masyarakat dalam arti luas seperti masyarakat bangsa (Thohir, 2013:41). Dalam wilayah masyarakat menyelidiki fenomena komunikasi sosial yang merupakan komunikasi antar kelompok maupun antar personal, tetapi dalam konteks masyarakat luas, mempelajari proses komunikasi antarkultur, dan juga mempelajari hasil-hasil reproduksi budaya dari masyarakat multikultural (Purwasito, 2003:166). Dalam pendidikan nonformal, pendidikan multikultural dapat disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan model pembelajaran yang responsif multikultural dengan mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan, baik ras, suku, maupun agama antara anggota masyarakat. 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Nilai-nilai pendidikan multikultural dalam surat Al-Hujurāt ayat 13 Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa nilainilai pendidikan multikultural dalam surah al-Hujurāt ayat 13. Nilainilai tersebut diwujudkan melalui komunikasi dan pergaulan kepada sesama manusia. Diantaranya, yaitu: menyetarakan derajat antara kaum laki-laki dan perempuan, tidak membeda-bedakan terhadap perbedaan yang ada di lingkungan sosial, baik itu beda agama, bangsa, keturunan, dan lain sebagainya, lalu bersikap ta‟aruf atau saling mengenal satu sama lainnya, dan memiliki akhlak yang baik dengan bertaqwa. 2. Implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pendidikan Islam. Implementasi pendidikan mencakup tiga bidang pendidikan, yaitu pendidikan informal atau keluarga, pendidikan formal yaitu di bangku sekolah, dan pendidikan nonformal yang terjadi di masyarakat. 1) Pendidikan informal Akar dari pendidikan yaitu berasal dari keluarga (informal), yaitu pendidikan awal yang sangat penting untuk mempersiapkan manusia menjadi makhluk agama dan makhluk budaya. Saat masih bayi pasti belum dapat berkomunikasi 67 dengan orang-orang, kecuali dengan ketawa dan menangis, lalu setelah itu anak akan dididik oleh keluarga khususnya kedua orang tua dengan bahasa. Jika sudah menguasai bahasa si anak dapat menyatakan fikiran, perasaan, pengalaman, dan keinginan kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan bahasa, terbukalah pintu dunia agama dan budaya. Keluarga juga awal dari mendidik asas agama dan kebudayaan, dididik untuk beribadah dan juga dididik konsep-konsep moral, ditanamkan kesadaran hukum (menaati suruhan, menghentikan larangan), cara-cara untuk makan, bergaul, serta konsep budaya-budaya yang ada disekitar. 2) Pendidikan formal Yaitu pendidikan yang ada di bangku sekolah seperti: SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Implementasinya denganDalam pendidikan formal, pendidikan multikultural tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, tetapi dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada melalui bahan ajar atau model pembelajaran. Bisa melalui implementasi dengan lingkungan, implementasi di pelajaran muatan lokal, implementasi melalui pelajaran yang berhubungan atau subtansi yang bisa disangkut pautkan dengan pendidikan multikultural, seperti pendidikan kewarganegaraan, pendidikan agama, dan pendidikan bahasa. 68 3) Pendidikan Nonformal Yaitu pendidikan yang berada di lingkungan masyarakat, implementasi dengan pendidikan multikultural dapat disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan model pembelajaran yang responsif multikultural dengan mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan, baik ras, suku, maupun agama antara anggota masyarakat. B. Saran 1. Bagi pendidik Dari pemaparan mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural di atas, diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menjelaskan serta mengajarkan bersosialisasi pada peserta didik sehingga mampu diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 2. Bagi lembaga pendidikan Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang menyediakan fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar, maka dalam hal ini lembaga pendidikan dianjurkan agar mampu memberikan pendidikan yang berkualitas termasuk memberikan pendidikan multikultural kepada anak didiknya agar memiliki kepribadian yang baik dan sesuai dengan harapan masyarakat karena lembaga sekolah disebut sebagai lembaga pencetak generasi bangsa. Kemajuan suatu negara tergantung pada kesatuan bangsa tersebut. 69 3. Bagi peneliti Hasil dari analisis nilai-nilai pendidikan multikultural dalam surat al Hujurāt ayat 13 ini masih banyak kekurangan, maka dari itu diharapkan bagi peneliti baru dapat mengkaji ulang dari penulisan ini. C. Penutup Alhamdulillahirobbil‟aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, semangat, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyadari meskipun dalam penelitian ini sudah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang memperlancar penelitian ini, baik berupa tenaga maupun do‟a. Semoga Allah memberkahi dan memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin. 70 DAFTAR PUSTAKA Achwan, Roichan. 1991. “Prinsip-prinsip Pendidikan Islam” dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Prees. Al Maragi, Mustafa Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al Maragi, Semarang: CV. Toha Putra Semarang. Baidhawy, Zakiyyuddin. 2005. Pendidikan Multikultural, Jakarta: Penerbit Erlangga. Agama Berwawasan Barlas, Asma. 2007. Cara Al-Qur‟an Membebaskan Perempuan, Jakarta: PT Srambi Ilmu Semesta. Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Yogyakarta: LOKUS Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid. IX, Jakarta: Lentera Abadi. Faqih Imani, Allamah Kamal. 2013, Tafsir Nurul Qur‟an sebuah tafsir sederhana menuju cahaya al-Qur‟an, Jakarta: Nur al-Huda. Gazalba, Sidi. 1978. Asas Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. 1972. Tafsir Al-Qur‟an An-Nur, Jakarta: Bulan Bintang. Husain, Sajjad. 1994. Menyongsong Bandung: Gema Risalah Press. Keruntuhan Pendidikan Islam, Karim, M. Rusli. 1991. “Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia”, dalam Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana. Mahfud, M. Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Maksum, Ali. 2011. Plural dan Multikulturalisne Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam di Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media. Mudyahardjo, Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 71 Munawir, Ahmad Warson. 1984. al-Munawir Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok pesantren al-Munawir. Nizar, Samsul. 2005. Sejarah Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat: Quantum Teaching. Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Muhammadiyah University Prees. Multikultural, Surakarta: Sarwono, Sarlito W. 2014. Psikologi Lintas Budaya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sayadi, Wajidi. 2009. Hadis Tarbawi (pesan-pesan Nabi Saw tentang Pendidikan), Jakarta: Pustaka Firdaus. Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati. . 2012. Al-Lubab makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-surah al-Qur‟an, Ciputat: Lentera Hati. Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Thohir, Mudjahirin. 2013. Multikulturalisme Agama, Budaya, dan Sastra, Semarang:Gigih Pustaka Mandiri. Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme Tantangan Global Masa Depan Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Gramedia. Wadud, Amina. 2006. Al-Qur‟an Munurut Perempuan, Jakarta: PT Srambi Ilmu Semesta. Wojowasito, Poerwadarminta. 1982. Kamus Lengkap Indonesia Inggris, Inggris Indonesia. Jakarta: Hasta. Yaqin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media. Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab Indonesia, Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah. 72 Zurqoni, Muhibat. 2013. Menggali Islam Membumikan Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 73 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Yuli Ratini 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Magelang, 16 Juli 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Ds. Kretek RT 09 RW 08, Kec. Ungaran, Kab. Semarang 5. Riwayat Pendidikan a. RA Al-Muntadlor Lerep : 1998-2000 b. SD N 05 Ungaran : 2000-2006 c. MTS NU Ungaran : 2006-2009 d. MAN 1 Payaman Magelang : 2009-2012 6. e. IAIN Salatiga : 2012-2016 Motto : PERBEDAAN ADALAH ALASAN UNTUK BERSATU Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 20 Maret 2017 Penulis Yuli Ratini NIM. 111-12-062 SURAT KETERANGAN KEGIATAN (SKK) Nama : Yuli Ratini Nomor Induk Mahasiswa : 111-12-062 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Dosen Pembimbing : Muh. Hafidz, M.Ag. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Kegiatan Seminar Nasional PIK SAHAJASA dengan Tema “LGBT dalam Perspektif Psikologi dan Kesehatan” SEMINAR NASIONAL EKONOMI DAN PERBANKAN “Strategi Pengendalian Inflasi Oleh Tim Terpadu Pengendalian Daerah (TPID) Pasca Kenaikan BBM”. “ORIENTASI DASAR KEISLAMAN (ODK) dengan tema: BERTARAF INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI BAHASA” “NGABUBURIT DAN DIALOG LINTAS AGAMA SALATIGA BHINEKA TUNGGAL IKA”. Diskusi Terbuka dengan Tema “SOEKARNO, Apa Yang Kalian Pikirkan?”. TALK SHOW DENGAN TEMA: “Ciptakan Karakter Mahasiswa Religius dan Berakhlaq Mulia” . Waktu Pelaksanaan 26 Mei 2016 Keterangan Point Peserta 8 6 Desember 2014 Peserta 8 10 September 2012 Peserta 2 30 Juni 2015 Peserta 2 9 Desember 2014 Peserta 2 19 September 2014 Peserta 2 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Seminar Kewirausahaan “Meraih Kesuksesan Dengan Berwirausaha”. Seminar Pendidikan Dengan Tema “Mempertegas Peran Pendidikan dalam Mencerahkan Masa Deoan Anak Bangsa”. OPAK STAIN SALATIGA 2012 Dengan Tema “Progesifitas Kaum Muda, Kunci Perubahan Indonesia”. Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian 2012 dangan Tema :”Explore Your Entrepreneurship Talent”. Achievment Motivation raining Dengan AMT, Bangun Karakter Raih Prestasi”. UPT PERPUSTAKAAN. “LIBRARY USER EDUCATION (Pendidikan Pemakai Perpustakaan)”. Public Hearing “STAIN Menuju IAIN Dari Mahasiswa Oleh Mahasiswa Untuk Mahasiswa” MAPABA PMII Joko Tingkir Salatiga 2012 denga tema: “Membentuk Militansi Kader Menuju Mahasiswa Ynag Ideal” Certificate NO.99/TUTOR/PKBMSU/BYL/X-I/2016 sebagai Tutor Paket C PKBM SUMBER ILMU Kelas X Semester I Tahun 2016 MAPEL IPS EKONOMI 21 Desember 2014 Peserta 2 19 November 2014 Peserta 2 5-7 September 2012 Peserta 3 11 September 2012 Peserta 2 12 September 2012 Peserta 2 13 September 2012 Peserta 2 10 Juni 2014 Peserta 2 7 Oktober 2012 Peserta 2 27 Desember 2016 Tutor 4 16. Certificate NO.67/TUTOR/PKBMSU/BYL/X-I/2015 sebagai Tutor Paket C PKBM SUMBER ILMU Kelas X Semester I Tahun 2015 MAPEL IPS EKONOMI 13 November 2015 Tutor 4 17. Certificate NO.100/TUTOR/PKBMSU/BYL/XI-I/2016 sebagai Tutor Paket C PKBM SUMBER ILMU Kelas XI Semester I Tahun 2016 MAPEL IPS EKONOMI 27 Desember 2016 Tutor 4 18. Certificate NO.101/TUTOR/PKBMSU/BYL/XII-I/2016 sebagai Tutor Paket C PKBM SUMBER ILMU Kelas XII Semester I Tahun 2016 MAPEL IPS EKONOMI 27 Desember 2016 Tutor 4 19. Certificate NO.72/TUTOR/PKBMSU/BYL/XI-II/2016 sebagai Tutor Paket C PKBM SUMBER ILMU Kelas XI Semester II Tahun 2016 MAPEL IPS EKONOMI 9 Juli 2016 Tutor 4 20. Certificate NO.71/TUTOR/PKBMSU/BYL/X-II/2016 sebagai Tutor Paket C PKBM SUMBER ILMU Kelas X Semester II Tahun 2016 MAPEL IPS EKONOMI 9 Juli 2016 Tutor 4 21. ORIENTASI PENGENALAN 9 September 2012 Peserta 3 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN (OPAK) JURUSAN TARBIYAH STAIN SALATIGA “Mewujudkan Gerakan Mahasiswa Tarbiyah Sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia” Surat Keterangan Mengajar (SKK) RA AlMuntadlor Surat Keterangan Mengajar (SKK) TPQ ASSALAM PIAGAM PENGHARGAAN Kegiatan Perkemahan (LDK) Latihan Dasar Kepemimpinan SMP/MT.s Se Kecamatan Ungaran Barat Dan Ungaran Timur Di SMK Miftahululum Ungaran Kabupaten Semarang Piagam Penghargaan Kegiatan Perkemahan Nasional Kesehatan II Tahun 2013 Piagam Penghargaan Kegiatan Perkemahan Satuan Karya Bhayangkara (PERSABHARA) Kwartir Daerah Jawa Tengah Piagam Penghargaan Kegiatan (LDK) Latihan dasar Kepemimpina OSIS & PRAMUKA SMP/MTs Sekecamatan Ungaran Barat dan Ungaran Timur Sertifikat SOSIALISASI EMPAT PILAR MPR RI Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara UUD NRI Tahun 1945 sebagai 15 Maret 2017 Pengajar 28 15 Maret 2017 Pengajar 21 23 Februari 2017 Pemateri 4 17 November 2013 Panitia 8 1 Desember 2013 Panitia 3 20-21 Februari 2016 Pemateri 4 1 Desember 2016 Peserta 8 29. Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Bentuk Negara Bhineka Tunggal Ikan sebagai Semboyan Negara Sertifikat Memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2016 Peserta 2 Salatiga, 21 Maret 2017 Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Achmad Maimun, M. Ag NIP. 19700510 199803 1003