TELEMONITORING PADA CEDERA MEDULA SPINALIS Monica

advertisement
TELEMONITORING PADA CEDERA MEDULA SPINALIS
Monica Saptiningsih, NPM 1006748715
Program Pasca Sarjana Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2011
Abstrak
Telemonitoring merupakan salah satu teknologi informasi jarak jauh yang dapat
digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan pada kondisi kronis, seperti
cedera medula spinalis. Berbagai komplikasi yang terjadi dan disabilitas akibat
cedera medula spinalis menyebabkan pasien sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan. Pencarian literatur tahun 2000 sampai 2011 menggunakan kata kunci
“spinal cord injury”, “telemonitoring”, “telehealth”, “telehomecare.”
Review
dilakukan terhadap penelitian tentang telemonitoring dan telemedicine didukung
referensi terkait. Dilaporkan telemonitoring memiliki manfaat terhadap biaya
kesehatan, menurunkan komplikasi dan meningkatkan kemandirian pasien.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan dampak dan evaluasi
manfaat telemonitoring pada pasien penyakit kronis yang membutuhkan
perawatan jangka panjang.
Kata kunci : cedera medula spinalis, telemonitoring
Latar Belakang
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas
neurologis akibat trauma. Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The
National Spinal Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000
kasus baru cedera medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka
insidensi paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000
penduduk, dengan angka tetraplegia 200.000 per tahunnya. Kecelakaan kendaraan
bermotor merupakan penyebab utama cedera medula spinalis (York, 2000 dalam
Pinzon, 2007). Wyndaele dan Wyndaele (2006) melaporkan bahwa insiden cedera
medula spinalis secara global bervariasi dengan kisaran 10.4–83 kasus per juta
populasi setiap tahun (Furlan and Fehlings, 2009).
1
Cedera medula spinalis dapat dibagi komplet dan inkomplet berdasarkan ada
atau tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi (Young, 2002 dalam
Pinzon, 2007). Status fungsional dan kemandirian pasien dapat ditingkatkan serta
morbiditas dapat diturunkan dengan program rehabilitasi terpadu yang melibatkan
multidiplin kesehatan, yakni dokter, perawat, fisioterapis, occupational therapist,
speech and language pathologist (Black and Hawk, 2009).
Rehabilitasi pada pasien cedera medula spinalis biasanya dilakukan di unit
perawatan neurologi dengan lama hari rawat/length of stay (LOS) yang panjang
akibat disabilitas dan berbagai komplikasi yang terjadi. Salah satu upaya untuk
mengurangi hal tersebut dengan tetap mempertahankan kualitas pelayanan, cost
effective, dan untuk mendukung perawatan berkelanjutan di rumah adalah dengan
pendekatan telemonitoring.
Telemonitoring
sebagai
bagian
telemedicine berperan
penting dalam
memperbaiki kontinuitas pelayanan keperawatan mulai dari unit perawatan
neurologi hingga di rumah pasien (Phillips et al, 2001 dalam Dallolio et al, 2008).
Telemonitoring yang menggambarkan pelayanan telehomecare sudah teruji dan
berbagai penelitian melaporkan bahwa telehomecare memiliki benefit dalam
pengelolaan pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, heart
failure, hipertensi, cedera medula spinalis, chronic obstructive pulmonary disease
(COPD), luka kronik, dan berkembang pada kasus kanker dan stroke (Bowles and
Baugh, 2007).
Stachura (2010) menyatakan bahwa telemonitoring bertujuan mendukung
manajemen tepat waktu pada perawatan pasien di rumah melalui berbagai
transmisi fisiologis, klinik, dan data perilaku yang dievaluasi secara professional,
dimana hal itu sebagai umpan balik yang dapat segera diterima sebelum terjadi
komplikasi.
Peralatan tipikal pada telehomecare meliputi telfon, komputer dilengkapi
nirkabel (wireless), videocamera atau videoconference, dan alat monitoring
fisiologis, seperti untuk glukosa darah, tekanan darah, stetoskop, dan termometer
(Bowles and Baugh, 2007). Teknologi yang digunakan tersebut memungkinkan
2
pasien meningkatkan pemahaman mengenai kondisi sakitnya dan terpantau oleh
tenaga kesehatan walaupun jarak jauh, sehingga pasien tidak perlu berkunjung ke
rumah sakit. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, telehomecare dapat sebagai
cara efektif dan inovatif untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
cedera medula spinalis dan memberikan kontribusi terhadap industri home care
yang mengintegrasikan teknologi ini.
Kajian Literatur
Istilah telemedicine, telemonitoring, telenursing, telehealth, telecare, telehome
health kadang–kadang digunakan secara bergantian. Ketidakkonsistenan bahasa
ini berkaitan dengan pemberian pelayanan dan manajemen layanan kesehatan
jarak jauh dan menggambarkan issue kualitas dan patient safety.
Telemedicine didefinisikan sebagai praktik pemberian layanan kesehatan,
mendiagnosis, konsultasi, pengobatan, transfer data medik, dan pendidikan
menggunakan audio interaktif, visual dan komunikasi data. Telehomecare sebagai
bentuk telemedicine yang berbasis di rumah pasien, merupakan sistem informasi
klinikal dan komunikasi sehingga terjadi interaksi suara, video, dan data
kesehatan menggunakan saluran telefon. Peralatan tipikal pada telehomecare
meliputi telfon, komputer dilengkapi nirkabel (wireless), videocamera atau
videoconference, dan alat monitoring fisiologis, seperti untuk glukosa darah,
tekanan darah, stetoskop, dan thermometer. American Nurse Association
mendefinisikan telenursing sebagai bagian telehealth yang berfokus pada praktik
profesi spesifik (Bowles and Baugh,2007;Schlachta–Fairchild,Elfrink,Deickman
dalam www.ncbi.nlm.nih.gov).
Menurut American Telemedicine Association, konsultasi pasien melalui
videoconferencing, transmisi gambar, e–health meliputi portal pasien, pemantauan
tanda–tanda vital jarak jauh, penyuluhan medical yang kontinyu, menggunakan
aplikasi nirkabel dan pusat–pusat informasi keperawatan (nursing call centers)–
diantara aplikasi lain–dipertimbangkan bagian dari telemedicine dan telehealth
(Sheehan, 2001).
3
Telecare dikarakteristikkan dengan pemantauan yang berkelanjutan, otomatis, dan
jarak jauh untuk mengelola resiko–resiko yang berkaitan dengan kehidupan
mandiri pasien, terutama diantara lanjut usia atau yang disabilitas fisik (Brownsell
& Bradley, 2003 dalam Goodwin, 2010).
Telehealth adalah pertukaran data fisiologis jarak jauh antara pasien di rumah dan
staf keperawatan atau medik untuk membantu dalam mendiagnosis dan
pemantauan. Telehealth ini meliputi unit rumah untuk mengukur dan monitor
suhu, tekanan darah dan tanda vital lain untuk penilaian klinis jarak jauh dengan
menggunakan saluran telfon atau teknologi nirkabel. Contoh alat telehealth
meliputi tekanan darah, glukosa darah, dan sistem pengingat medikasi (Curry et
al, 2003 dalam Goodwin, 2010).
Telemonitoring merupakan pilihan tambahan untuk mendukung pasien yang
membutuhkan perawatan lama, dimana mampu merekam, menyimpan, dan jika
perlu melanjutkan informasi detil tentang tanda–tanda vital pasien pada saat yang
bersamaan. Tanda–tanda vital dimaksudkan untuk mengukur variasi data
fisiologis, yang secara tradisional diukur oleh tenaga kesehatan atau staf
penunjang untuk mengkaji fungsi dasar tubuh pasien (Rice, 2011).
Tipe telemonitoring
1. Home Hub : suatu rumah dengan telemonitoring hub dikoneksikan dengan
rumah pasien melalui penghubung telfon yang mengirim data ke sistem pusat
pengendali melalui internet. Alat tersebut (hub) dapat mengumpul data dari
alat-alat seperti spirometri, monitor tekanan darah, glucometer, timbangan
berat badan, dan lain-lain. Selain itu juga dapat menyimpulkan kondisi pasien
melalui pertanyaan–pertanyaan dalam layar monitor, seperti pertanyaan :
“Bagaimana perasaanmu?”, “Sudahkah anda mencatat perubahan warna
sputummu?” Sistem pusat pengendali membaca dan memantau, memberikan
peringatan
(alert) pada tenaga kesehatan profesional jika kondisi pasien
berada pada parameter–parameter yang memerlukan intervensi/bantuan tenaga
kesehatan.
4
2. Home Hub with Supplementary Communications : selain kemampuan alat
yang sudah dijelaskan pada nomer 1, telemonitoring dengan teknologi ini juga
menyediakan fasilitas konsultasi melalui suara atau video pada professional
klinik atau telecoach yang dilatih yang dapat memberikan saran tambahan.
3. Smartphone Based Remote Telemonitoring : pasien dapat memasukkan
pengukuran–pengukuran yang mereka lakukan ke dalam smart phone yang
menyimpan data mereka dalam waktu lama dan mampu dibaca kembali oleh
pasien untuk mereview dan menginformasikan pada perawat. Sistem jarak
jauh tersebut dapat memonitor pengukuran klinikal pasien terhadap parameter
yang ditentukan dan memberikan saran kepada pasien atau mengirimkan
peringatan (alert) pada tenaga kesehatan profesionalnya.
4. Personal Telemonitoring : hal yang lebih utama dari penggunaan smartphone
ini adalah individu yang memasukkan data tentang kondisinya, seperti tekanan
darah dan kadar glukosa darah. Hasil pengukuran akan ditampilkan dalam
bentuk grafik dan informasi ini dapat digunakan untuk mengatur kondisi
pasien sendiri atau untuk bahan diskusi dengan tenaga kesehatan profesional.
Unsur–unsur Telemonitoring
Unsure utama dalam operasionalisasi service telemonitoring tergambar pada
diagram di bawah ini :
Penyusunan pola pelayanan (service set-up)
identifikasi
pasien
pengkajian
kebutuhan
mencapai
kesepakatan
install &
pelatihan
monitor
triage
klinikal
respon
Operasional Pelayanan (service operation)
melihat
kondisi
harian pasien
●
●
●
triage
teknikal
5
Penjelasan diagram :
1. Identifikasi pasien yang akan memperoleh manfaat atau membutuhkan
pelayanan telemonitoring yang perlu dirujuk atau melalui analisis seperti
tingkatan resiko.
2. Pengkajian kebutuhan setiap pasien melalui pengkajian formal kondisi pasien
dan menghasilkan rencana asuhan keperawatan.
3. Menyesuaikan teknologi yang tepat sesuai kebutuhan pasien dan tipe
telemonitoring, seperti home hub atau mobile application.
4. Mencapai kesepakatan dari pasien untuk menggunakan telemonitoring dan
pemasangan peralatannya.
5. Instalasi peralatan telemonitoring dan pelatihan pasien dalam penggunaan alat.
6. Memberikan penjelasan pada pasien mengenai hal–hal atau parameter yang
muncul dari alat telemonitoring, misal gambaran kondisi normal
7. Membaca hasil monitoring oleh tenaga kesehatan profesional melalui portal
klinikal.
8. Membuat suatu peringatan yang otomatis melalui software monitoring yang
dapat membaca indikasi-indikasi suatu masalah.
9. Pemilihan (triage) respon secara tepat untuk memberi peringatan (alert) dari
sistem telemonitoring atau dari pasien.
10. Berespon terhadap peringatan tersebut dan memberikan pelayanan pada pasien
sesuai prioritas, mana yang perlu dikunjungi dan mana yang diberi saran
melalui telfon untuk mengatur kondisi pasien atau menyesuaikan pengobatan
yang diberikan (Rice, 2011).
Implementasi Telemonitoring Pada Pasien Cedera Medula Spinalis
Secara umum metoda dan teknologi telemonitoring untuk pasien cedera medula
spinalis tidak berbeda dengan pasien kondisi kronis lainnya, seperti DM, COPD,
CHF. Pengukuran dan pemantauan secara khusus pada pasien cedera medula
spinalis meliputi :
6
1. Tanda–tanda luka baring (pressure ulcer)
2. Episode peningkatan suhu tubuh (fever)
3. Fungsi eliminasi urine dan feses
4. Tanda–tanda infeksi saluran kemih
5. Komplikasi paru dan autonomic dysreflexia
6. Gejala depresi atau kecemasan
Keuntungan Telemonitoring
Keuntungan menggunakan telemonitoring secara umum :
1. Adanya pemilihan pasien memungkinkan pencapaian perubahan perilaku yang
diharapkan
2. Adanya peluang untuk mengidentifikasi secara langsung sebab dan akibat
pasien mengalami rehospitalisasi ataupun jika tidak dirawat.
3. Perubahan–perubahan penting yang harus terjadi dalam proses asuhan dan alur
kerja untuk memberikan pelayanan yang bermanfaat dari aspek kualitas,
efisiensi, pengeluaran biaya dan pengalaman pasien.
Penelitian mengenai telemonitoring sudah banyak dilakukan dan manfaat yang
didapat terutama pada kondisi kronis seperti COPD, CHD dan diabetes
ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1 Ringkasan Manfaat Telemonitoring Pada Kasus COPD, CHD, Diabetes
COPD
Berkurangnya kekambuhan
Pengaturan diri meningkat
Koping terhadap gejala lebih
baik
Berkurangnya hospitalisasi
Kunjungan ke unit gawat
darurat sedikit
Berkurangnya
konsultasi
dengan tenaga kesehatan
Berkurangnya
kunjungan
perawat
CHD
Mortalitas per tahun
menurun
Hospitalisasi berkurang
Lama hari rawat memendek
Kepatuhan terhadap
pengobatan meningkat
Pengaturan diri meningkat
Berkurangnya konsultasi
dengan tenaga kesehatan
Berkurangnya kunjungan
perawat
Diabetes
Pengaturan kadar glukosa
darah meningkat
Perbaikan kadar kolesterol &
tekanan darah
Kepatuhan untuk
memonitor glukosa darah,
obat, retina dan kaki
Berkurangnya penggunaan
fasilitas layanan rumah sakit
Biaya pengobatan menurun
Sumber : Rice, 2011
7
Keuntungan telemonitoring bagi stakeholder, sebagai berikut :
Pasien dan orang
yang merawat :
Perawat komunitas :
Tenaga kesehatan :
Instansi kesehatan:
Perawatan sosial :
Peneliti
Pembuat kebijakan
Peningkatan pengaturan pada perawatan jangka panjang
Berkurangnya hospitalisasi dan penggunaan fasilitas layanan
kesehatan
Merasa didukung dan lebih dikontrol
Pemantauan pasien lebih baik dengan informasi yang lebih tepat
dan jelas
Mampu menjadwalkan kunjungan yang berfokus pada kasus yang
perlu ditangani segera
Berkurangnya kunjungan rumah dan perjalanan yang tidak perlu
Peningkatan pemantauan kondisi pasien
Informasi diagnosis dan manajemen yang lebih baik
Berkurangnya konsultasi pembedahan
Berkurangnya hospitalisasi
Biaya untuk perawatan jangka panjang secara keseluruhan
menurun
Data perencanaan pelayanan dan populasi kesehatan meningkat
Persepsi pasien terhadap kualitas layanan kesehatan meningkat
Lebih banyak informasi yang didapat untuk koordinasi pelayanan
Mampu mengkombinasikan pelayanan telecare dengan telehealth
Kumpulan data terkini sesuai perkembangan pasien pada
perawatan jangka panjang untuk penelitian dan merencanakan
inisiasi kesehatan
Berpotensi besar dalam kontribusi terhadap perbaikan kesehatan
Pelayanan telehealth yang dapat dibangun untuk masa yang akan
datang
Sumber : Rice, 2011
Kelemahan Telemonitoring
Penggunaan telemonitoring juga memiliki kelemahan/keterbatasan, antara lain :
1. Pasien jarang dapat berinteraksi atau bertatap muka secara langsung dengan
tenaga kesehatan yang menanganinya (dokter, perawat, fisioterapist,
occupational therapist), terutama jika telemonitoring ini digunakan oleh
pasien lanjut usia yang sering membutuhkan sentuhan dan komunikasi
terapeutik ataupun pasien dalam kondisi depresi atau cemas. Secara
psikologis, pasien merasa membutuhkan kehadiran tenaga kesehatan
profesional secara langsung untuk memberikan bantuan pelayanan ataupun
dukungan psikologis. Akibat dari kurangnya interaksi langsung, proses
pemulihan ke arah kondisi stabil dan mandiri dalam menjalani kehidupannya
8
sehari-hari dapat terhambat. Meskipun hal ini diantisipasi dengan pertanyaan
yang diajukan oleh tenaga kesehatan profesional pada pasien melalui telfon
ataupun videocamera/ videoconferencing.
2. Pasien memerlukan dana yang cukup besar untuk pengadaan alat-alat
telemonitoring.
Simpulan dan Rekomendasi
Telemonitoring sangat efektif digunakan pada situasi wilayah atau daerah
yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan dan pada kondisi kronis yang
membutuhkan perawatan jangka panjang, seperti pada cedera medula spinalis.
Penerapan penggunaan telemonitoring pada awalnya tentu membutuhkan
biaya peralatan yang besar, teknologi yang canggih dan sumber daya manusia
yang kompeten. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari beberapa pihak, antara
lain
pihak
pemerintah
dan
swasta
untuk
mengintegrasikan
teknologi
telemonitoring dalam pelayanan kesehatan tradisional. Dampak dan evaluasi dari
pemanfaatan telemonitoring perlu dikaji lebih lanjut, terutama untuk pasien
dengan kondisi kronis dan yang membutuhkan perawatan jangka panjang.
Bibliografi
Black, JM. & Hawks, JH. (2009). Medical surgical nursing. Clinical management
for positive outcomes. Eighth edition. Volume I. Philadelphia : Saunders
Elsevier.
Bowles, KH. And Baugh, AC.(2007, Jan-Feb). Applying research evidence to
optimize telehomecare. J Cardiovasc Nurs 22(1): 5–15. Retrived November
07, 2011 from www.ncbi.nlm.nih.gov
Dallolio, etc. (2008). Functional and clinical outcomes of telemedicine in patients
with spinal cord injury. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation.
Volume 89(Issue 12):2332–2341. Retrived November 01, 2011 from
www.archives.org
9
Furlan, Julio C. and Fehlings, Michael G. (2009). The impact of age on mortality,
impairment, and disability among adults with acute traumatic spinal cord
injury. Journal of Neurotrauma Volume 26,1707–1717. Retrived November
01, 2011 from www.liebertonline.com.mht
Rice, Paul.(2011, October). Telemonitoring for long term conditions. A workbook
for implementing new service models. Yorkshire and Humber HIEC. Retrived
November 07, 2011, from http://yhhiec.org.uk
Rizaldy Pinzon. (2007). Mielopati Servikal Traumatika : Telaah Pustaka Terkini.
Cermin Dunia Kedokteran. Volume 154, 39-42. Retrived November 01, 2011
from www.kalbe.co.id
Schlachta–Fairchild, L, Elfrink, V, Deickman, A. Chapter 48. Patient safety,
telenursing, and telehealth. Patient Safety and Quality : An evidence–based
handbook
for
nurses:
Vol.3
Retrived
November
07,
2011
from
www.ncbi.nlm.nih.gov/books
Sheehan, Patricia. (2001, July). Technology takes off in long-term care. LongTerm Living: For the Continuing Care Professional. Retrived Oktober, 10,
2011 from www.ebscohost.com
Stachura, Max E. (2010). Telehomecare and Remote Monitoring : An Outcomes
Overview. Georgia : Advamed
10
Download