Kajian Keterampilan Berpikir Kreatif Matematika Melalui Kegiatan

advertisement
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
JULI 2015
Kajian Keterampilan Berpikir Kreatif Matematika Melalui
Kegiatan Lesson Study
The study of mathematics creative thinking skills trough lesson study
Busnawir
(Staf pengajar matematika pada Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UHO, Email:
[email protected])
Abstrak: Penelitian ini mengkaji kelemahan-kelemahan siswa terkait dengan keterampilan
berpikir kreatif dalam matematika. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
apa saja yang dominan dimiliki siswa dalam menerapkan keterampilan berpikir kreatif pada
materi bilangan pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dalam bentuk kajian
deskriptif menggunakan lesson study yang dilaksanakan di kelas VII-3 SMPN 9 Kendari
berjumlah 36 orang, pada semester genap Tahun Ajaran 2014/2015. Pengumpulan data
menggunakan tes keterampilan berpikir kreatif matematika. Data penelitian dianalisis
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu mendeksripiskan kelemahankelemahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal bilangan pecahan ditinjau dari
ciri-ciri keterampilan berpikir kreatif yang terdiri dari kelancaran, keluwesan, keaslian,
elaborasi, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
kelemahan keterampilan berpikir kreatif dalam hal keaslian, elaborasi dan keluwesan,
sedangkan dua ciri yang lainnya, yaitu kelancaran dan evaluasi sebagian besar siswa sudah
dapat melakukannya dengan baik. Pada setiap tahapan lesson study guru model mendapatkan
masukan mengenai karakteristik penilaian yang mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa
terkait dengan materi bilangan pecahan.
Katakunci: keterampilan berpikir kreatif, lesson study.bilangan pecahan.
Abstract: This study examines the weaknesses associated with the students' creative thinking
skills in mathematics. The aim of this study is to determine what are the weaknesses of the
dominant of the students in applying creative thinking skills to the material fractions. This
research is action in the form of a descriptive study using lesson study conducted in class VII-3
SMPN 9 Kendari amounted to 36 people, in the second semester of the academic year
2014/2015. Collecting data using mathematical creative thinking skills tests. Data were
analyzed using quantitative and qualitative descriptive, namely to describe weaknesses
experienced by students in solving problems of material fractions in terms of the
characteristics of creative thinking skills comprising fluency, flexibility, originality,
elaboration, and evaluation. The results showed that most students have weaknesses creative
thinking skills in terms of originality, elaboration and flexibility, while the other two
characteristics, namely the fluency and the evaluation of the majority of students have been
able to do well. At each stage of the lesson study, the teacher get feedback about the
characteristics of assessment that measures students' creative thinking skills associated with
the material fractions.
Keywords: creative thinking skills, lesson study. material fractions.
158
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
JULI 2015
PENDAHULUAN
Beberapa permasalahan yang sering dialami
dalam proses pembelajaran matematika di
sekolah, di antaranya adalah rendahnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal matematika yang diberikan dalam
bentuk kuis ataupun LKS di kelas, dalam
bentuk tugas-tugas di rumah (PR), hasil
ulangan harian (formatif) dan hasil ulangan
semester
(sumatif).
Ketidakmampuan
menyelesaikan
soal-soal
matematika
tersebut berimplikasi kepada nilai perolehan
siswa pada akhir semester, yang dominan
masih berada dalam kategori sedang,
sedangkan yang berkategori tinggi masih
relatif sedikit. Terdapat dua unsur pokok
yang mempengaruhi permasalahan yang
dialami
oleh
siswa
dalam
proses
pembelajaran, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Pada bagian ini, lebih
ditekankan pada faktor internal siswa yang
terkait
dengan
aspek-aspek
yang
berhubungan dengan kemampuan, aktivitas
dan kreativitas siswa dalam merespon proses
pembelajaran.
Dalam
praktek
pembelajaran
matematika, dapat diidentifikasi beberapa
kelemahan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika, di
antaranya tidak mampu mengembangkan
cara baru dalam menyelesaikan masalah,
tidak dapat memberikan jawaban yang
bervariasi, kurangnya pemahaman dalam
menerapkan konsep yang diperlukan,
kurangnya kemampuan mengembangkan
gagasan yang ada, serta kurang mampu
memberikan alasan terhadap gagasan atau
penyelesaian
suatu
permasalahan.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa
tersebut, ternyata berhubungan erat dengan
keterampilan
berpikir
kreatif,
yaitu
kemampuan yang berkaitan dengan berpikir
konvergen dan berpikir divergen. Berpikir
konvergen didasarkan pada satu solusi yang
tepat terhadap suatu masalah, sedangkan
divergen didasarkan pada penyelesaian yang
bersifat multi solusi yang memuat
komponen kelancaran, fleksiblitas, keaslian,
elaborasi,
serta
keterampilan
dalam
mengevaluasi
suatu
hasil
pekerjaan
matematika.
Pemahaman terhadap kelemahan
yang dialami siswa dalam proses
pembelajaran merupakan bagian penting
untuk diketahui oleh guru, sehingga dapat
diambil
langkah-langkah
pendekatan
pembelajaran yang lebih tepat agar
kelemahan itu dapat teratasi. Mengatasi
kelemahan dalam proses pembelajaran
merupakan tugas dan tanggung jawab guru
agar dapat meningkatkan pemahaman dan
penguasaan siswa terhadap materi ajar yang
sedang dibahas. Keterampilan guru dalam
menyelesaikan permasalahan belajar yang
dialami siswa sebaiknya dapat dikaitkan
dengan ciri-ciri yang harus dikuasai siswa
untuk
mengembangkan
keterampilan
berpikir kreatif. Pendekatan itu dapat berupa
model
atau
strategi
pembelajaran,
penyiapan, dan pemenuhan bahan ajar yang
diperlukan, penguasaan materi ajar, model,
dan langkah-langkah penyelesaian soal-soal
berpikir kreatif. Selain itu, pengenalan
terhadap karakteristik peserta didik juga
harus dipahami, sehingga pengelolaan kelas
dapat berjalan lebih efektif
Berdasarkan beberapa identifikasi
permasalahan yang telah dikemukakan,
maka permasalahan penelitian ini adalah
kelemahan-kelemahan apa saja yang dimiliki
siswa terkait dengan aspek keterampilan
berpikir kreatif dalam menyelesaikan soalsoal matematika pada materi bilangan
159
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
pacahan?. Tujuan dari penelitian ialah untuk
menemukan dan mengkaji kelemahankelemahan yang dimiliki siswa terkait
dengan aspek keterampilan berpikir kreatif
matematika dalam menyelesaikan soal-soal
bilangan pacahan melalui kegiatan lesson
study. Melalui kajian ini ingin ditemukan
langkah-langkah
pendekatan
untuk
menyelesaikan permasalahan yang dialami
siswa sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa, terutama
keterampilan
dalam
berpikir
kreatif
matematika. Secara khusus berkaitan dengan
pembelajaran matematika, Piaget dalam
Suparno
(2001)
menyarankan
agar
pembelajaran matematika lebih menekankan
pada aktivitas, pengalaman dan penggunaan
metode aktif, serta memulai dari yang
konkret dan perlahan-lahan menuju ke
abstrak.
Salah satu bentuk pembelajaran yang
dikembangkan saat ini dalam rangka
memperbaiki kualitas proses pembelajaran
dan kualitas peserta didik adalah Lesson
study. Lesson study didefinisikan sebagai
suatu model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan bekelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual
learning untuk membangun learning
community.
Pengkajian
pembelajaran
melalui lesson study dilaksanakan dalam tiga
tahap, yaitu tahap perencanaan (plan), tahap
pelaksanaan (do), dan tahap pengamatan dan
refleksi (see), (Herwati, 2009). Pada tahap
perencanaan plan, bertujuan menghasilkan
rancangan pembelajaran yang diyakini
mampu membelajarkan peserta didik secara
efektif
dan
mampu
membangkitkan
pertisipasi
peserta
didik
dalam
pembelajaran. Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif oleh beberap orang guru yang
termasuk dalam kelompok lesson study.
JULI 2015
Untuk memperlancar kegiatan tersebut
ditetapkan seorang guru yang akan menjadi
guru model. Kelompok lesson study
kemudian bertemu dan berbagi ide
menyempurnakan rancangan pembelajaran
untuk menghasilkan cara pengoganisasin
bahan ajar, proses pembelajaran, maupun
penyiapan alat bantu pembelajaran yang
dianggap paling baik.
Pada tahap pelaksanaan (do),
dimaksudkan untuk menerapkan rancangan
pembelajaran yang telah direncanakan.
Salah satu anggota kelompok lesson study
berperan sebagai guru model, sedangkan
anggota yang lainnya mengamati proses
pembelajaran yang berlangsung. Fokus
pengamatan diarahkan pada kegiatan belajar
peserta didik dengan berpedoman pada
prosedur dan instrumen yang telah
disepakati pada tahap perencanaan, bukan
pada penampilan guru yang sedang bertugas
mengajar.
Selama
pembelajaran
berlangsung,
para
pengamat
tidak
diperkenankan
mengganggu
proses
pembelajaran walaupun mereka bole
merekam dengan kamera video atau kamera
digital. Tujuan utama kehadiran para
pengamat adalah belajar dari pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Pada tahap pengamatan dan refleksi
(see) dimaksudkan untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan pelaksanaan
pembelajaran. Guru yang bertugas sebagai
pengajarmengawali
diskusi
dengan
menyampaikan kesan dan pemikirannya
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran.
Kesempatan berikutnya diberikan kepada
guru yang bertugas sebagai pengamat.
Selanjutnya, pengamat mengemukakan apa
lesson learned yang dapat diperoleh dari
pembelajaran yang baru berlangsung. Kritik
dan saran disampaikan secara bijak tanpa
merendahkan atau menyakiti hati guru yang
2
160
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
membelajarkan, dengan tujuan demi
perbaikan praktik pembelajaran ke depan.
Berdasarkan masukan dapat dirancang
pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
Lewis (2002) mengemukakan bahwa
ada dua hal penting yang harus diketahui
terkait dengan lesson study. Pertama adalah,
lesson study bertujuan meningkatkan
pembelajaran
peserta
didik
melalui
pengamatan
secara
langsung
dalam
pembelajaran, atau secara tidak langsung
melalui
pengkajian
rekaman
dan
dokumentasi aktivitas peserta didik. Kedua
adalah, lesson study mensyaratkan adanya
upaya peningkatan secara aktif, tidak hanya
berupa ide atau pertanyaan untuk dijawab.
Dalam lesson study tidak melakukan kajian
satu variabel, tetapi mempraktikkan berbagai
kualitas yang menentukan pembelajaran
yang baik. Untuk itu, mengajarkannya tidak
cukup satu kali, tetapi dilakukan setiap hari
(scara berulang-ulang) sehingga kolega
dapat mengamati pengaruh kumulatif dari
praktik di kelas. Wang-Iverson dalam
Herawati (2009) menyatakan bahwa, lesson
study memiliki peran yang cukup besar
dalam
melakukan
perubahan
secara
sistematik. lesson study tidak hanya
memberikan
sumbangan
terhadap
pemgetahuan keprofesionalan guru, tetapi
juga terhadap peningkatan sistem pendidikan
yang lebih luas.
Bepikir kreatif menurut Esen dan
Nes’e (2014) dikemukakan bahwa, “creative
thinking, one of the tingking skills, includes
such skills like facilitating the individual’s
learning by realization of his/her
imagination, providing an opportunity for
him/her to think, expressing his/her ideas
easily and getting him/her to acquire new
information. Pernyataan ini mengandung
makna bahwa berpikir kreatif merupakan
salah satu keterampilan berpikir yang
JULI 2015
memfasilitasi setiap individu untuk belajar
merealisasilakan apa yang mereka inginkan,
memikirkan sesuatu untuk mengembangkan
dirinya, mengekspresikan ide-ide dan
memperoleh informasi baru. Menurut
Wheeler (2004), berpikir kreatif berarti
menggunakan keterampilan berpikir untuk
membuat hubungan yang baru dan berguna
untuk membuat sesuatu yang baru, unik dan
berbeda dari sesuatu yang lama. Membuat
sesuatu yang baru dan berbeda memerlukan
suatu kreativitas yang sangat tinggi serta
kerja keras. Secara lebih spesifik, kreativitas
menurut Mehdi dan Narges (2013) adalah
gaya berpikir yang menyatakan kemampuan
individu untuk mengembangkan atau
membangkitkan kemampuannya dalam
bekerja, membangkitkan ide-ide baru, yang
kemudian dapat menghasilkan suatu produk
atau output tertentu.
Suatu kreativitas bisa timbul oleh
faktor internal (dorongan atau kemauan yang
kuat dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu dengan berbagai macam kegiatan
yang terencana), faktor eksternal (motivasi
dari lingkungan kehidupan sehari-hari).
Berpikir kreatif akan mempermudah siswa
untuk menyerap dan menyimpan informasi
yang didapat melalui proses belajar dan
juga dapat mendorong siswa untuk
memahami masalah dengan cepat dan bisa
melahirkan gagasan-gagasan yang bersifat
solutif dengan metode yang tepat, sehingga
sangatlah penting dalam belajar matematika,
di mana matematika memiliki peranan yang
sangat penting pada dunia pendidikan dan
kemajuan teknologi. SEhuubungan dengan
hal tersebut dikemukakan oleh Bahadir dan
Ugur (2014) bahwa, kreativitas merupakan
domain general dalam setiap kegiatan
individu dan dikembangkan menjadi domain
yang bersifat spesifik yang memuat domain
keterampilan dan pengetahuan.
3
161
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
Puccio dan Mudock dalam Costa
(2001) mengemukakan bahwa, dalam
berpikir kreatif memuat aspek keterampilan
kognitif dan metakognitif antara lain
mengidentifikasi
masalah,
menyusun
pertanyaan, mengidentifikasi data yang
relevan dan tidak relevan, produktif,
mengahasilkan banyak ide, memanfaatkan
cara berpikir orang lain yang kritis. Mulyana
dan Sabandar (2008) mengemukakan bahwa
berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu
kemampuan berpikir yang berawal dari
adanya kepekaan terhadap situasi yang
sedang dihadapi, selanjutnya ada unsur
originalitas gagasan yang muncul dalam
benak seseorang terkait dengan apa yang
teridentifikasi.
Sternberg (2007) mengemukakan
bahwa,
dalam
hal
mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif ada beberapa
strategi yang digunakan antara lain:
mendefinisikan
kembali
masalah,
mempertanyakan dan menganalisis asumsiasumsi,
menjual
ide-ide
kreatif,
membangkitkan ide-ide, mengenali dua sisi
pengetahuan,
mengidentifikasi
dan
mengatasi hambatan, mengambil resikoresiko
dengan
bijak,
menoleransi
ambiguitas
(kemenduan),
membangun
kecakapan diri, menemukan minat sejati,
menunda kepuasan, membuat model
kreativitas.
Berdasarkan beberapa pengertian
yang dikemukakan para ahli, dapat
dikemukakan bahwa berpikir kreatif
matematika
merupakan
kemampuan
menemukan dan menyelesaikan masalah
matematika yang meliputi komponenkomponen:
kelancaran,
keluwesan,
elaborasi, keaslian, dan evaluasi. Komponen
kelancaran dicirikan dengan memberikan
banyak
cara
dalam
menyelesaikan
permasalahan dan dapat bekerja lebih cepat
JULI 2015
dari yang lainnya. Komponen keluwesan
dicirikan dengan melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda dan
menghasilkan
gagasan
penyelesaian
masalah yang
bervariasi.
Komponen
elaborasi dicitrikan dengan menambahkan
atau memerinci suatu gagasan sehingga
meningkatkan kualitas gagasan tersebut.
Komponen keaslian dicirikan dengan
memberikan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan masalah atau jawaban yang
lain dari yang sudah biasa dalam menjawab
suatu pertanyaan. Komponen evaluasi
dicirikan dengan kemampuan memberikan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
terhadap penyelesaian masalah.
Penilaian terhadap keterampilan
berpikir kreatif siswa dalam matematika
penting dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan siswa menyelesaikan masalah
matematika. Pengajuan masalah yang
menuntut siswa dalam pemecahan masalah
sering
digunakan
dalam
menilai
keterampilan berpikir kreatif matematika di
antaranya dalam bentuk tugas-tugas atau tes
hasil belajar. Salah satu kesukaran dalam
mengkaji keterampilan berpikir kreatif siswa
dalam matematika adalah kurangnya
keterampilan guru dalam mengembangkan
soal-soal/instrumen
tes
serta
mengidentifikasi jawaban siswa yang
relevan dengan keterampilan berpikir
kreatif. Oleh sebab itu, kegiatan lesson study
dapat dijadikan sebagai kegiatan kolegial
dalam mengatasi kekurangan guru dalam
menyelesaikan permasalahan pembelajaran
di kelas. Sehubungan dengan hal ini,
dikemukakan Lewis (2002) bahwa apabila
seseorang ingin meningkatkan kualitas
pembelajaran, salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah berkolaborasi dengan dosen
atau guru lain dalam merancang, mengamati,
dan
melakukan
refleksi
terhadap
4
162
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk
lesson study. Dengan demikian perlu
dukungan berbagai pihak dalam menetapkan
tujuan secara kolaboratif, mengumpulkan
data secara cermat mengenai bagaimana
JULI 2015
peserta didik belajar, dan menyepakati
langkah-langkah pelaksanaannya sehingga
memungkinkan dilakukan diskusi mengenai
isu-isu yang sulit secara produktif.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif menggunakan lesson study yang
terdiri dari tahapan kegiatan plan, do, dan
see (Sutopo dan Ibrohim, 2006). Pada
kegiatan plan, guru model dan tim lesson
studi bersama-sama menyusun perangkat
pembelajaran, membuat perencanaan proses
pembelajaran di kelas, mulai dari pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sampai pada alat evaluasi pembelajaran.
Pada kegiatan do, guru model melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan RPP dan
seluruh perangkat pembelajaran yang telah
dipersiapkan, diamati oleh tim lesson studi
yang lainnya. Pada kegiatan see, guru model
dan tim lesson study melakukan refleksi
terhadap
seluruh
rangkain
proses
pembelajaran yang telah dilakukan, untuk
perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran
berikutnya.
Fokus kajian ialah mendekripsikan
keterampilan berpikir kreatif siswa dalam
matematika. Keterampilan berpikir kreatif
mencakup 4 (empat) aspek, yaitu
kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi,
dan evaluasi yang didasarkan pada hasil
pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soalsoal matematika pada materi bilangan
pecahan.
Aspek kelancaran dicirikan
dengan memberikan banyak cara dalam
menyelesaikan permasalahan dan dapat
bekerja lebih cepat dari waktu yang telah
ditentukan, menghasilkan banyak jawaban
yang berbeda. Aspek keluwesan dicirikan
dengan melihat suatu masalah dari sudut
pandang
yang
berbeda-beda
dan
menghasilkan
gagasan
penyelesaian
masalah yang bervariasi namun jawaban
akhirnya sama.. Aspek elaborasi dicirikan
dengan menambahkan atau memerinci suatu
gagasan atau cara penyelesaian masalah
sehingga meningkatkan kualitas jawaban
atas masalah tersebut. Aspek keaslian
dicirikan dengan memberikan gagasan yang
baru dalam menyelesaikan masalah atau
jawaban yang lain dari yang sudah biasa
dalam menjawab suatu pertanyaan. Aspek
evaluasi dicirikan dengan kemampuan
memberikan
alasan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
terhadap
penyelesaian suatu masalah.
Subyek penelitian ini ialah siswa kelas
VII-3 SMP Negeri 9 Kendari yang
berjumlah 36 orang yang dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2014/2015,
bulan Maret sampai dengan April 2015.
Kegiatan lesson study dilakukan dalam 4
siklus pembelajaran, setiap siklus mencakup
plan, do, dan see.dilaksanakan dalam satu
kali tatap muka pembelajaran di kelas.
Instrumen penelitian berupa tes yang
memuat sebanyak 5 item tentang soal-soal
bilangan pecahan. Tes tersebut diberikan
setelah materi bilangan pecahan selesai
diajarkan selama 4 kali pertemuan. Tes yang
diberikan berbentuk essai (uraian) dan
dikerjakan dalam waktu 90 menit. Setiap
soal mengukur 1 (satu) aspek atau ciri
keterampilan berpikir kreatif. Untuk soal
5
163
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
nomor 1 mengukur ciri kelancaran, soal
nomor 2 mengukur ciri keluwesan, soal
nomor 3 mengukur ciri keaslian, soal nomor
4 mengukur ciri elaborasi, dan soal nomor 5
mengukur ciri evaluasi.
Data penelitian berupa skor (data
kuantitatif) dan penjelasan atas setiap
jawaban siswa (data kualitatif) dari setiap
nomor soal yang diujikan. Setiap jawaban
siswa ditelaah dan dikaji relevansinya
dengan ciri-ciri keterampilan berpikir
JULI 2015
kreatif. Pengolahan data dilakukan dengan
cara mengelompokkan jawaban siswa ke
dalam ciri-ciri keterampilan berpikir kreatif
untuk mendapatkan gambaran umum tentang
kecenderungan keterampilan berpikir kreatif
siswa pada mata pelajaran matematika.
Proses penelaahan jawaban siswa dilakukan
secara kolaboratif oleh tim lesson study,
sehingga hasil-hasil yang diperoleh lebih
teliti dan bersifat komprehensif.
HASIL
Pada tahapan plan, guru model dan
observer menyepakati bahwa aspek berpikir
kreatif menjadi salah satu fokus yang perlu
dikaji dalam pembelajaran matematika. Hal
ini didasarkan pada pengalaman mengajar
selama ini, pengembangan kemampuan
siswa hanya berada pada aspek kognitif
tingkat rendah. Salah satu sebabnya, selama
ini
guru
hanya
mengajarkan
dan
memberikan latihan (LKS) yang bersifat
rutin, memberikan contoh-contoh soal yang
mengembangkan kemampuan berpikir pada
tingkat mengingat (C1), memahami (C2),
dan mengaplikasikan (C3). Hal ini
disebabkan karena guru kurang mampu
mendisain proses pembelajaran yang
mengarahkan siswa pada pengembangan
berpikir tingkat tinggi seperti soal-soal yang
bersifat analisis, sintesis, dan evaluasi,
termasuk
pengembangan
keterampilan
berpikir kreatif.
Setelah melakukan 3 (tiga) kali
pertemuan dalam tahapan plan ini, tim
lesson study yang terdiri dari guru model
bersama 3 (tiga) orang guru lainnya
(observer) menyepakati untuk melakukan
open class, dengan terlebih dahulu
mengembangkan perangkat pembelajaran
yang akan digunakan dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif.
Secara
kolaboratif,
dikembangkan
prangkat
pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan instrument tes hasil
belajar
yang
didesain
berdasarkan
pengembangan ciri-ciri berpikir kreatif pada
materi bilangan pecahan. Pada tahapan ini,
juga dihasilkan sebuah keputusan bahwa
sebaiknya setiap item soal mengukur satu
ciri ketetrampilan berpikir kreatif sehingga
lebih mudah menilai dan mengidentifikasi
karakatristik siswa.
Pada tahapan do, guru model dan
observer bersama-sama mencermati hasil
pekerjaan siswa dalam menyelesaikan LKS
yang berisi soal-soal latihan bilangan
pecahan. Berdasarkan jawaban siswa
kemudian ditelaah dan diidentifikasi sesuai
dengan
ciri-ciri keterampilan berpikir
kreatif
yang
mencakup
kelancaran,
keluwesan, keaslian, elaborasi, dan evaluasi.
Selanjutnya, dari kelima ciri keterampilan
berpikir kreatif diuraikan sebagai berikut.
Dilihat dari sifat kelancaran, sebagian
besar siswa sudah dapat memberikan
jawaban yang bervariasi, memberikan
jawaban lebih dari satu macam, dan
mengerjakan soal lebih cepat dari waktu
yang telah ditentukan. Namun, nilai
kebenaran dari pekerjaan siswa masih
2
164
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
kurang tepat, atau salah. Terdapat 6 orang
siswa yang belum mampu menyelesaikan
soal-soal dengan sifat kelancaran ini, artinya
tidak mampu memberikan jawaban atau
solusi lebih dari satu cara, dan tidak mampu
menyelesaikan soal tepat pada waktunya.
Dilihat dari sifat keluwesan, siswa
sudah dapat memandang suatu masalah
dengan cara yang berbeda, mereka
menfasirkan tujuan dan cara menyelesaikan
soal yang bervariasi antara siswa yang satu
dengan siswa yang lainnya, walaupun
penyelesaian akhir dari soal-soal yang
dikerjakan masih banyak yang salah. Namun
demikian, masih terdapat 3 (tiga) orang
siswa yang belum memiliki sifat keluwesan
ini, mereka tidak memahami permasalahan
yang ditanyakan dalam soal, tidak
mengetahui cara menyelesaikan soal, dan
konsep yang diterapkan juga masih salah.
Dilihat dari sifat keaslian (memberikan
gagasan yang baru dalam menyelesaikan
masalah atau jawaban yang lain dari yang
sudah biasa dalam menjawab suatu
pertanyaan), hanya sebagian kecil siswa
yang mampu melakukannya, yaitu hanya
sebanyak 2 siswa.
Siswa tersebut
mampu memberikan gagasan yang baru
dalam menyelesaikan masalah atau jawaban
yang lain dari yang sudah biasa diberikan
dalam latihan atau contoh soal. Dalam
aktivitas sehari-hari, kedua orang siswa
tersebut memang terlihat menonjol, aktif
bertanya dan menjawab soal-soal yang
diberikan, serta memiliki prestasi yang lebih
dari teman-teman lainnya. Sifat keaslian ini
merupakan salah satu karakteristik yang
dipandang sulit oleh siswa untuk
dikembangkan dalam menyelesaikan soalsoal tentang bilangan pecahan. Sifat keaslian
membutuhkan improvisasi yang bersifat
baru yang berbeda dengan cara-cara yang
telah diberikan atau bahas dalam proses
JULI 2015
pembelajaran. Untuk penguasaan pada
bagian keaslian ini dibutuhkan kreativitas
siswa untuk belajar dan banyak mencoba
hal-hal
baru
dalam
menyelesaikan
permasalahan matematiika.
Dilihat
dari
sifat
elaborasi
(mengembangkan
atau
memperkaya
gagasan), seperti halnya dengan sifat-sifat
lainnya dari keterampilan berpikir kreatif,
masih sebagian kecil siswa yang mampu
melakukannya.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa hanya beberapa orang
siswa yang mampu mengembangkan,
menambahkan, ataupun memperici cara-cara
dalam menyelesaikan soal-soal sehingga
hasil yang didapatkan menjadi lebih jelas
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Misalnya,
dalam
menyelesaikan soal, langkah-langkahnya
sangat jelas, dijabarkan sedetail mungkin,
sistematis, berdasarkan konsep atau sifat
operasi matematisnya. Berdasarkan analisis
dari hasil pekerjaan siswa diperoleh
gambaran bahwa siswa belum mampu
melakukan elaborasi terhadap gagasan dan
konsep-konsep bilangan pecahan yang sudah
diberikan.
Siswa
hanya
mampu
menyelesaikan soal-soal menurut cara atau
konsep sesuai dengan contoh yang sudah
diberikan.
Meskipun kebanyakan siswa belum
memiliki keterampilan seperti sifat keaslian
dan kemampuan mengelaborasi gagasan
atau ide dalam menyelesaikan masalah
matematika terkait
dengan bilangan
pecahan, namun mereka sudah mampu
memberikan alasan terhadap jawaban
mereka. Hal itu dapat diidentifikasi melalui
urain jawaban mereka secara tertulis yang
kemudian diperkuat dengan melakukan
wawancara secara lisan. Melalui wawancara,
diperoleh data bahwa pada umumnya siswa
sudah mampu memberikan alasan terhadap
2
165
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
cara-cara atau langkah-langkah yang diambil
dalam menyelesaikan soal-soal. Sehubungan
dengan kemampuan mengevaluasi, tidak
semua ciri sudah dapat diaplikasikan oleh
siswa. Salah satu ciri yang masih sulit bagi
mereka adalah menemukan kebenaran yang
sesuai dengan karakteristik soal yang
diberikan. Pada prinsipnya, siswa sudah
memiliki keberanian menjawab soal sesuai
dengan ide yang mereka miliki disertai
alasannya, tetapi tingkat kebenaran yang
dihasilkan dari pekerjaan mereka masih
relatif rendah.
Pada tahapan refleksi, guru model dan
observer, menyepakati bahwa beberapa
kelemahan yang dialami oleh siswa terkait
dengan kemampuan
berpikir kreatif
disebabkan oleh faktor pembiasaan dalam
JULI 2015
menyelesaikan soal-soal rutin, yang tidak
membangkitkan kreativitas berpikir siswa.
Sebab itu, diperlukan pemberian contohcontoh soal dalam pembelajaran matematika
sebaiknya tidak bersifat rutin, yang
membangkitkan kemampuan siswa berpikir
kreatif. Pemberian tugas-tugas yang
diberikan secara kontinu dan terstruktur
yang memungkinkan melahirkan ide-ide
baru, yang kemudian dapat menghasilkan
suatu produk atau output tertentu. Untuk
memudahkan dalam mendeskripsikan ciriciri kemampuan berpikir kreatif, maka setiap
soal sebaiknya menekankan satu ciri saja,
sehingga untuk mengukur kelima ciri
berpikir kreatif diperlukan lima soal pada
setiap akhir pembelajaran.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
penelitian ini memberikan suatu temuan
bahwa keterampilan berpikir kreatif pada
mata pelajaran matematika bagi siswa yang
menjadi sampel penelitian ini belum optimal
atau masih rendah dari kondisi yang ideal.
Dari kelima aspek keterampilan berpikir
kreatif, dua aspek di antaranya yaitu sifat
keaslian dan kemampuan mengelaborasi
gagasan atau ide dalam menyelesaikan
masalah matematika masih perlu mendapat
banyak perhatian guru.
Siswa belum
mampu memebrikan gagasan berdasarkan
ide yang dimiliki, tetapi masih mengacu
pada cara-cara yang diberikan guru dan yang
ada dalam buku paket. Siswa terkesan hanya
meniru
cara
penyelesaian
masalaha
matematikan yang sudah ada atau yang
pernah diberikan oleh guru. Selain itu,
kemampuan dalam menyelesaikan masalah
belum dapat dijabarkan atau diuraikan
secara detail atau secara rinci sehingga
belum tampak hubungan antara satu konsep
dengan konsep yang lainnya.
Pada
bagian
keterampilan
mengevaluasi, sebagian siswa sudah dapat
melakukannya untuk ciri-ciri tertentu,
namun salah satu ciri yang dianggap sulit
adalah menemukan kebenaran yang sesuai
dengan karakteristik soal yang diberikan.
Pada prinsipnya, siswa sudah memiliki
keberanian menjawab soal sesuai dengan
ide yang mereka miliki disertai alasannya,
tetapi tingkat kebenaran yang dihasilkan dari
pekerjaan siswa masih relatif rendah. Pada
sifat keluwesan, siswa menafsirkan tujuan
dan cara menyelesaikan soal yang bervariasi
antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya, tetapi pada penyelesaian akhir
masih banyak yang salah. Siswa masih
terbawa dengan cara-cara yang biasa
dilakukan dalam menyelesaikan soal
matematika yang bersifat konvensional,
yakni hanya memiliki satu cara dan satu
3
166
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
solusi. Namun demikian, sudah ada
beberapa siswa yang mempu menyelsaikan
soal dengan cirri keluwesan, tetapi masih
perlu ditingkatkan lagi dengan cara
memberikan soal-soal latihan secara
kontinu.
Untuk
pengembangan
berpikir
kreatif, guru memiliki tanggungjawab untuk
memfasilitasi setiap siswa agar mampu
belajar merealisasikan apa yang diinginkan,
memikirkan sesuatu untuk mengembangkan
dirinya, mengekspresikan
ide-ide dan
memperoleh informasi baru. Dikemukakan
oleh Wheeler (2004) bahwa, ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan
berpikir
kreatif
di
antaranya adalah bekerja keras dengan
penuh percaya diri dan selalu tertantang
dalam menyelesaikan masalah; selalu
mengevaluasi ide yang telah tercurahkan;
bersifat proaktif dan mengerjakan pekerjaan
berdasarkan internal motif, bersikap terbuka
dan fleksibel; mampu melihat dan menilai
sesuatu dari berbagai sudut pandang..
Mengembangkan
keterampilan
berpikir kreatif butuh proses panjang,
dilakukan secara kontinu seiring dengan
proses pembelajaran yang berlangsung di
sekolah. Apa yang dihsilkan dari penelitian
ini menunjukkan bahwa kelemahan siswa
dalam berpikir kreatif salah satunya
disebabkan oleh proses yang kurang terlatif,
tidak ada pembiasaan yang kontinu yang
dihadapkan terhadap permasalahan kreatif,
khususnya dalam pembelajaran matematika.
Permasalahan kreatif yang dimaksud dapat
dikembangkan melalui strategi-strategi
tertentu yang secara bertahap dan sistematis.
Dikemukakan oleh Stenberg (2007) bahwa,
ada beberapa strategi yang dapat digunakan
dalam
mengembangkan
kemampuan
berpikir kreatif antara lain mendefinisikan
kembali masalah, mempertanyakan dan
JULI 2015
menganalisis asumsi-asumsi, menjual ideide kreatif, membangkitkan ide-ide,
mengenali
dua
sisi
pengetahuan,
mengidentifikasi dan mengatasi hambatan,
mengambil resiko-resiko dengan bijak,
menoleransi
ambiguitas (kemenduaan),
membangun kecakapan diri, menemukan
minat sejati, menunda kepuasan, membuat
model kreativitas.
Hasil penelitian ini juga didukung
oleh pendapat Silver (1997) yang
mengemukakan bahwa aktivitas matematika
seperti pemecahan masalah dan pengajuan
masalah berhubungan erat dengan kreativitas
yang meliputi kefasihan, keluwesan, dan
hal-hal baru dalam megemukakan ide-ide
atau pemecahan masalah.
Tall (1991)
mengemukakan bahwa berpikir kreatif
dalam matematika merupakan representasi
kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan/atau perkembangan berpikir
pada
struktur-struktur
dengan
memperhatikan aturan penalaran deduktif
dan hubungan dari konsep-konsep yang
dihasilkan
untuk
mengintegrasikan
permasalahan yang ada dalam matematika.
Permasalahan matematika memiliki banyak
karakteristik yang dapat dikembangkan
menjadi proses berpikir yang lebih kreatif,
yang melahirkan ide-ide baru, mengaitkan
antara ide yang satu dengan ide yang lain
sehingga
melahirkan
suatu
model
matematika.
Mengembangkan
kemampuan
berpikir kreatif merupakan salah satu aspek
penting dalam pembelajaran yang dihasilkan
dalam penelitian ini. Namun diakui bahwa,
proses pembelajaran harus dapat dirancang
dan dikembangkan melalui kegiatan yang
terencana secara sistematis. Melalui lesson
study sangat membantu terciptanya proses
tersebut karena dilakukan oleh sekelompok
guru yang memiliki visi yang sama, yaitu
2
167
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
JULI 2015
berkeinginan
memperbaiki
kualitas
pembelajaran yang berdampak positif
terhadap peserta didik dan guru. Seperti
dikemukakan Lewis (2000) bahwa dengan
lesson study guru dapat mengkaji dan
mengembangkan pembelajaran yang terbaik,
mengkaji secara cermat cara dan proses
belajar serta tingkah laku peserta didik, dan
memperdalam pengetahuan mengenai materi
pokok yang diajarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara umum, keterampilan berpikir
kreatif yang dominan dimiliki oleh siswa
dalam menyelesaikan soal-soal bilangan
pecahan adalah sifat kelancaran, keluwesan,
dan evaluasi. Ketiga sifat ini ditunjukkan
oleh kemampuan siswa mengdentifikasi
permasalahan yang ditanyakan dalam soal,
menentukan
cara
atau
langkah
menyelesaikan
soal-soal,
memberikan
jawaban yang bervariasi, menerapkan
konsep yang benar, serta menyelesaikan soal
tepat waktu. Hal yang masih kurang dimiliki
oleh siswa adalah sifat keaslian dan
elaborasi dalam berpikir kreatif
yang
ditunjukkan oleh rendahnya kemampuan
siswa dalam memberikan jawaban secara
rinci dan mendetail, jawaban yang bersifat
baru atau berbeda dari yang biasanya,
memberikan alasan terhdap jawaban yang
diberikan, menambahkan atau memerinci
suatu jawaban yang dihasilkan.
Saran
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa, maka dalam proses
pembelajaran diperlukan pendekatan atau
cara-cara yang dapat membangkitkan ide-ide
baru, mendefinisikan kembali masalah,
mengidentifikasi dan mengatasi masalah,
membangun kecakapan diri, minat belajar
matematika dan membuat model kreativitas.
Pendekatan yang dimaksud adalah membuat
lesson design yang mencerminkan proses
berpikir kreatif, menerapkan model-model
pembelajaran yang inovatif, membuat
pengelompokan belajar yang terdiri dari
siswa yang mampu dan kurang mampu
sehingga
terjadi
interaksi
saling
membelajarkan, melakukan pendekatan
persuasif dengan siswa yang kurang mampu
untuk memberikan motivasi dan membantu
menyelesaikan kesulitannya.
DAFTAR RUJUKAN
Bahadir Ayas dan Ugur Sak. 2014. Objective
development Alexandria, Virginia
Measure of Scientific Creativity:
USA
Psychometric validity of the Creative
Esen Ersoy, Nes’e Baser. 2014. The effect of
Scientific Ability Test. Journal of
problem-based learning method in
Thinking Skills and Creativity 13
higher education on creative thinking.
(2014) 195-205.
Journal of Procedia-Social and
Costa, A. L. 2001. Developing Minds A
Behavioral Sciences 116 (2014) 3494Resource Book for Teaching Thinking.
3498.
rd
3
Edition.
Association
for
Supervision
and
Curriculum
3
168
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 2
Filsaime, K. D. 2007. Menguak Rahasia
Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Hartono. 2009. Perbandingan Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Aplikasi Matematika Siswa pada
Pembelajaran Open-Ended dengan
Konvensional di Sekoalah Menengah
Pertama. Disertasi. SPS. UPI. Tidak
Dipublikasikan.
Herawati, S. at al. 2009. Lesson Study
Berbasis Sekolah. Guru Konservatif
Menuju Guru Inovatif. Malang:
Bayumedia Publishing.
Lewis. C.C. 2002. Lesson Study. A
Handbook
of
Teacher-Led
Instructional Change. Philadelpia, PA:
Research for Better School, Inc.
Mann, E. L. 2005. Mathematical Creativity
and School Mathematics: Indicators of
Mathematical Creativity in Middle
School Students. University of
Connecticut.
Mehdi Nadjafikhah, Narges Yaftian. 2013.
The Frontage of Creativity and
Mathematical Creativity. Journal of
Procedia-Social
and
Behavioral
Sciences 90 (2013) 344-350.
JULI 2015
Mulyana. T., dan Sabandar J, 2005.
Upaya Meningkatkan kemampuan
Berpikir Kreatif Matematik Siswa
SMA
Jurusan
IPA
Melalui
Pembelajaran Dengan Pendekatan
Deduktif–Induktif.
Silver, E. A, 1997. Fortering Creativity
Through Instruction Rich in Problem
Solving
and
Problem
possing.
:http://www. Fiz-Karlsruhe.de/
Sternberg R, et at, 2007. Teaching For
Succesfull intelegence. Mengajarkan
Kecerdasan Sukses. Meningkatkan
Pembelajaran dan Keberhasilan Siswa.
Penerjemah:
Mardiatmoko.
G.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan
Kognitif Jean Piaget. Edisi kelima.
Yokyakarta: Kanisius
Sutopo dan Ibrohim. 2006. Pengalaman
IMSTEP dalam implementasi Lesson
Study. Makalah disajikan dalam
Pelatihan Pengembangan Kemitraan
LPTK-Sekolah
dalam
Rangka
Peningkatan Mutu Pembelajaran MIPA
di Yogyakarta, 27-29 Juli 2006.
Tall, D. 1991. Advanced Mathematical
Thinking. Mathematics Education
Library Kluwer Academic Publishers.
Wheeler. Jim. 2004. The Power of
Innovative Think, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
2
169
Download